• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Keterampilan Proses Sains Antara Siswa Yang Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur Dengan Siswa Yang Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Konsep Fotosintesis (Kuasi Eksperimen Di Mts. Nurul Falah Sangiang Kota Tange

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan Keterampilan Proses Sains Antara Siswa Yang Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur Dengan Siswa Yang Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Konsep Fotosintesis (Kuasi Eksperimen Di Mts. Nurul Falah Sangiang Kota Tange"

Copied!
212
0
0

Teks penuh

(1)

TERBIMBING PADA KONSEP FOTOSINTESIS

(Kuasi Eksperimen di MTs. Nurul Falah Sangiang Kota Tangerang)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Annis Novitsania NIM 108016100037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Dengan Siswa Yang Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Konsep Fotosintesis”, Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan IPA, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan keterampilan proses sains antara siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terstruktur dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuri terbimbing pada konsep fotosintesis. Penelitian ini di MTs. Nurul Falah Tangerang pada bulan Februari 2013. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dengan desain pretest-posttest control group design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling. Sampel penelitian masing-masing berjumlah 31 siswa untuk kelompok eksperimen I dan kelompok II. Pengambilan data menggunakan instrumen berupa tes keterampilan proses sains dan lembar observasi. Analisis data menggunakan uji-t, data hasil perhitungan perbedaan rata-rata kedua kelompok diperoleh nilai t-hitung sebesar 3,05, sedangkan t-tabel sebesar 2,00. Sehingga hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa keterampilan proses sains pada siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terstruktur lebih tinggi dari pada siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, diterima.

(6)

ii

Model on Science Process Skill”, Skripsi, Program Study of Biology, Science Education Departement, Faculty of Tarbiya and Teaching Science of State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta.

The research aims to know are there any differences between students who use structured inquiry learning model and who use guided inquiry learning model on science process skill. This research has been made at MTs. Nurul Falah Tangerang in February 2013. The writer used quasi experiment as the method with pretest-posttest control group design. The sample was taken by using random sampling technique. The amount of the research sample was 31 students for the experiment group I and experiment group II. The writer took the data by using instrument which was science process skill test and observation sheets. The writer used t-test as data analysis, from the result of calculating differentiation mean data between the two group, obtained the value of t-count was equal to 3,05, while t-table is equal 2,00. It means that alternative hyphotesis (Ha), which told the students who use structured inquiry model learning higher than who use guided inquiry model learning on science process skill has been accepted.

(7)

iii

menyelesaikan penulisan karya ilmiah berupa skripsi dengan judul “Perbedaan Keterampilan Proses Sains Antara Siswa Yang Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur Dengan Siswa Yang Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Konsep Fotosintesis”. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana Strata I (S1)

pada Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dengan segala daya dan upaya, penulis berusaha menyelesaikan penulisan

skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Namun, penulis tidak menutup diri untuk

menerima kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan penulisan

skripsi ini.

Penulis menyadari bahawa penyusunan skripsi ini tidak mungkin

terlaksana jika tidak ada bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada Bapak/Ibu:

1. Nurlena Rifa’I, M.A. Ph.D., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Zulfiani, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Biologi dan sebagai

dosen pembimbing I, serta Nengsih Juanengsih, M.Pd., sebagai dosen

pembimbing II, yang telah memberikan waktu, tenaga, pikiran dan motivasi

dalam membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Hj. Nashriyah, S.Pd.I selaku Kepala Sekolah MTs. Nurul Falah Sangiang

Kec.Priuk Kota Tangerang, Puji Astuti, S.Si selaku guru Biologi, Dini

(8)

iv

6. Teman-teman tercinta, Lya, Oca, Eva, Tifa, Ait, Uwi, Santi, Muti, dan Aufa

yang telah memberikan motivasi dan kenangan terindah selama menjalankan

perkuliahan sampai terselesainya skripsi ini..

7. Teman-teman mahasiswa Progran Studi Pendidikan Biologi 2008, irfan, tika,

affan, indar, udin, nurma, iha, dll., yang telah memberikan ide dan motivasi

selama penyelesaian skripsi ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu selama penulisan

skripsi ini.

Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

sendiri dalam perbendaharaan pengetahuan dan bagi para pembaca.

Jakarta, Juni 2013

(9)

v

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Kegunaan Penelitian... 5

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoretik ... 6

1. Keterampilan Proses Sains ( KPS ) ... 6

2. Model Pembelajaran Inkuiri ... 14

3. Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur ... 21

4. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 24

5. Lembar Kerja Siswa ( LKS ) ... 26

6. Konsep Fotosintesis ... 32

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 35

C. Kerangka Berpikir ... 36

D. Hipotesis Penelitian ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

B. Metode dan Desain Penelitian ... 38

(10)

vi

G. Teknik Analisis Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 53

1. Hasil Pretest Keterampilan Proses Sains ( KPS ) ... 53

2. Hasil Posttest Keterampilan Proses Sains ( KPS ) ... 54

3. Hasil N-gain Keterampilan Proses Sains (KPS) ... 56

4. Hasil Penilaian Lembar Kerja Siswa ( LKS ) ... 57

5. Hasil Observasi ... 58

B. Analisis Data ... 59

1. Uji Prasyarat Analisis Data ... 59

a. Uji Normalitas Data ... 59

b. Uji Homogenitas 60 2. Uji Hipotesis ... 60

C. Pembahasan ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 65

(11)

vii

Tabel 2.2 Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 25

Tabel 3.1 Pretest-Posttest Control Group Design ... 39

Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 40

Tabel 3.3 Kisi-kisi Keterampilan Proses Sains ... 40

Tabel 3.4 Kriteria Validitas butir Soal ... 43

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrument ... 44

Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas butir Soal ... 44

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 45

Tabel 3.8 Kriteria Tingkat Kesukaran ... 46

Tabel 3.9 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen ... 46

Tabel 3.10 Kriteria Daya Beda ... 47

Tabel 3.11 Kategori Keterampilan Proses Sains ... 52

Tabel 4.1 Hasil Pretest Keterampilan Proses Sains ... 53

Tabel 4.2 Persentase Ketercapaian Pretest Aspek KPS ... 54

Tabel 4.3 Hasil Posttest Keterampilan Proses Sains ... 54

Tabel 4.4 Persentase Keterampilan Proses Sains ... 55

Tabel 4.5 N-gain Keterampilan Proses Sains ... 56

Tabel 4.6 Penilaian Lembar Kerja Siswa ... 57

Tabel 4.7 Persentase Hasil Observasi KPS Siswa... 58

Tabel 4.8 Uji Normalitas Pretest dan Posttest ... 59

Tabel 4.9 Uji Homogenitas Pretest dan Posttest... 60

Tabel 4.10 Uji Hipotesis Prettest ... 61

(12)

viii

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen II ... 81

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa Kelompok Eksperimen I ... 93

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa Kelompok Eksperimen II ... 101

Lampiran 5 Lembar Observasi ... 109

Lampiran 6 Kisi-Kisi Instrumen Tes KPS ... 113

Lampiran 7 Uji Validasi Instrumen Tes KPS ... 119

Lampiran 8 Hasil Anates Uji Validasi Instrumen Tes KPS ... 124

Lampiran 9 Instrumen Tes KPS ... 127

Lampiran 10 Jawaban dan Pedoman Penilaian Instrumen Tes KPS ... 132

Lampiran 11 Data Skor Pretest Kelompok Eksperimen I ... 143

Lampiran 12 Data Skor Pretest Kelompok Eksperimen II ... 147

Lampiran 13 Data Skor Posttest Kelompok Eksperimen I ... 151

Lampiran 14 Data Skor Posttest Kelompok Eksperimen II ... 155

Lampiran 15 Analisis Persentase KPS Pretest Kelompok Eksperimen I ... 159

Lampiran 16 Analisis Persentase KPS Pretest Kelompok Eksperimen II ... 161

Lampiran 17 Analisis Persentase KPS Posttest Kelompok Eksperimen I ... 163

Lampiran 18 Analisis Persentase KPS Posttest Kelompok Eksperimen II ... 165

Lampiran 19 Analisis N-gain ... 167

Lampiran 20 Rubrik Penilaian LKS ... 168

Lampiran 21 Hasil Penilaian Lembar Kerja Siswa ( LKS ) ... 176

Lampiran 22 Hasil Observasi ... 177

Lampiran 23 Uji Normalitas ... 179

Lampiran 24 Uji Homogenitas ... 184

Lampiran 25 Uji Hipotesis ... 186

Lampiran 26 Uji Referensi ... 190

Lampiran 27 Gambar Kegiatan Penelitian ... 197

Lampiran 27 Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 199

(13)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan aspek yang paling penting dalam suatu negara,

karena melalui pendidikan tercipta subjek-subjek (manusia) yang mampu

mengembangkan negaranya, seperti berpikir kritis, kreatif, dan mampu

menyelesaikan masalah. Hal ini senada dengan definisi pendidikan dalam

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan yang

menyatakan bahwa, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”1

Jika suatu negara pendidikannya lemah atau buruk dapat dikatakan bahwa

negara tersebut sulit untuk berkembang bahkan dapat dikatakan negara yang

lemah. Sebaliknya, jika negara tersebut memiliki pendidikan yang baik maka

negara tersebut dapat berkembang dan menjadi negara yang kuat.

Hal tersebut tercermin dalam Undang-Undang Republik Indonesia yang

merupakan dasar pendidikan nasional yang menyebutkan bahwa,

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”2

Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu

sistem pendidikan dengan berpedoman pada suatu kurikulum.

1

Tim Penyusun, Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Indonesia), h. 2.

2

(14)

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu muatan kurikulum

yang wajib dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran pada jenjang pendidikan

dasar dan menengah. IPA merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari

tahu tentang alam secara sistematis, bukan hanya penguasaan fakta, konsep,

maupun prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.3 Pembelajaran

IPA tidak hanya menyampaikan informasi (fakta) dan pemahaman materi namun

juga memeperhatikan pengembangan kemampuan lain, seperti kemampuan

menggunakan peralatan dan menyelesaikan masalah, bahkan sampai pada

pengembangan sikap, apresiasi, dan minat.4

Namun, saat ini kecenderungan pembelajaran IPA hanya sebagai produk,

dan siswa hanya menghapal teori-teori saja. Hal ini diperparah dengan adanya

anggapan bahwa IPA merupakan pelajaran yang sulit sehingga menurunkan

motivasi belajar peserta didik. Selain itu, pembelajaran IPA yang diterapkan di

lapangan cenderung berorientasi pada tes/nilai, padahal hakikat IPA meliputi

empat unsur utama, yaitu sikap, proses, produk, dan aplikasi.5

Melalui pembelajaran IPA dapat dibangun berbagai keterampilan berpikir

tingkat tinggi. Adapun kekuatan pembelajaran IPA untuk membangun

kemampuan berpikir siswa terletak pada kemampuan merumuskan hipotesis, yang

mengacu dikembangkannya berbagai kemampuan berpikir siswa. Kemampuan

berpikir ini kurang dapat dikembangkan pada pembelajaran IPA tanpa eksperimen

atau praktikum, seperti halnya pembelajaran IPA yang ditemukan di

sekolah-sekolah di Indonesia pada umumnya.6

Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa masih banyak guru yang

enggan melakukan praktikum karena dianggap menyita waktu dan tenaga. Siswa

sekolah menengah mengalami kesulitan dalam mempelajari beberapa konsep

biologi disebabkan konsep tersebut dipandang abstrak oleh siswa. Hasil penelitian

tentang praktik pembelajaran IPA di beberapa kota menunjukkan bahwa kegiatan

3

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), h. 153. 4

Amalia Sapriati, “Pengembangan Instrumen Penilaian Praktikum Fotosintesis”, Jurnal Pendidikan Lembaga Penelitian Universitas Terbuka, 2004, h. 1-2.

5

Trianto, op. cit., h. 154. 6

(15)

praktikum yang telah dilaksanakan ternyata kurang menggugah proses berpikir

pada siswa.7

Dalam proses pembelajaran IPA dibutuhkan metode pembelajaran yang

tepat dan mampu mengembangkan keterampilan proses sains pada siswa, salah

satunya adalah metode eksperimen yang terangkum dalam model pembelajaran

inkuiri. Menurut hasil penelitian Burak Feyzioglu bahwa terdapat hubungan yang

positif antara keterampilan proses sains dengan kegiatan praktikum.8 Metode

eksperimen merupakan metode mengajar yang menerapkan praktek langsung

untuk menguji atau membuktikan suatu konsep. Metode eksperimen ini

merupakan salah satu kegiatan pada model pembelajaran inkuiri. Inkuiri

merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk mengkonstruks sendiri pemahamannya dengan melakukan aktivitas

aktif. Aktivitas aktif yang dimaksud adalah peserta didik melakukan penyelidikan

atau eksperimen.

Menurut Alan Colburn dikutip oleh Zulfiani, model inkuiri dibedakan

menjadi tiga jenis, yaitu Structured Inquiry (Inkuiri Terstruktur), Guided Inquiry

(Inkuiri Terbimbing), dan Open Inquiry (Inkuiri Terbuka).9 Berdasarkan hasil

observasi penulis terhadap penerapan model inkuiri untuk siswa tingkat

SMP/MTs, inkuiri terstruktur dan inkuiri terbimbing yang banyak digunakan

sebagai model pembelajaran. Selain model pembalajaran, bahan ajar juga menjadi

pertimbangan yang penting untuk mengembangkan kemampuan siswa. Dalam

pembelajaran konvensioanal, sering guru menentukan buku teks sebagai

satu-satunya bahan ajar.10 Model pembelajaran inkuiri membutuhkan bahan ajar untuk

memdukung tercapainya tujuan pembelajaran, yaitu Lembar Kerja Siswa (LKS).

7

Nuryany Rustaman, Strategi Pembelajaran Biologi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 98.

8

Burak Feyzioglu, “An Invvestigation of the Relationship between Science Process Skill with Effienct Laboratory Use and Science Achievement in Chemistry Education”, Journal of Turkish Science Education, 2009, h. 1.

9

Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 121.

10

(16)

Perbedaan model inkuiri yang diterapkan menyebabkan perbedaan LKS yang

akan digunakan dalam proses pembelajaran.

Fotosintesis merupakan salah satu konsep IPA khususnya biologi yang

memerlukan proses penemuan dalam mempelajarinya. Hal ini tercantum dalam

standar isi, kompetensi dasar pada konsep fotosintesis ini adalah mendeskrisikan

proses perolehan nutrisi dan transformasi energi pada tumbuhan hijau.11 Namun

pada kenyataanya banyak guru yang mengabaikannya, hanya menerapkan metode

ceramah. Oleh karena itu, model pembelajaran yang tepat pada materi fotosintesis

ini adalah inkuiri. Praktikum fotosintesis dipandang sangat sesuai dengan

kurikulum dan materi pelajaran di kelas, namun kurang layak untuk dikerjakan

siswa secara perorangan karena adanya peralatan dan bahan di sekolah, kapasitas

laboratorium, guru pembimbing, dan waktu yang tersedia.12 Melalui pembelajaran

fotosintesis ini mampu melatih dan mengembangkan keterampilan proses sains

siswa.

Berdasarkan alasan di atas, penulis melakukan penelitian mengenai

pembelajaran fotosintesis dengan membedakan model pembelajaran yang

diterapkan yaitu inkuiri terstruktur dengan inkuiri terbimbing, dengan harapan

mengetahui perbedaan keterampilan proses sains yang akan muncul pada siswa.

Judul dari penelitian ini adalah “Perbedaan keterampilan proses sains antara siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terstruktur dengan siswa yang

menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasakan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan masalah-masalah

sebagai berikut :

1. Motivasi siswa untuk belajar IPA biologi masih rendah

2. Kurang tepatnya pemilihan model pembelajaran dalam pelajaran IPA

3. Kurang tepatnya pemilihan bahan ajar yang sesuai guna mencapai tujuan

pembelajaran yang diharapkan

11

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Indonesia), h. 381

12

(17)

4. Banyak guru yang mengabaikan keterampilan proses sains siswa di dalam

proses pembelajaran

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini menjadi terarah, ruang lingkup masalah yang diteliti

dibatasi pada hal-hal sebagai berikut :

1. Materi yang diteliti dibatasi pada konsep fotosintesis

2. Model pembelajaran yang digunakan adalah inkuiri terstruktur dengan

inkuiri terbimbing

3. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pengetahuan siswa terhadap

keterampilan proses sains.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas peneliti merumuskan masalah yaitu, “Apakah keterampilan proses sains siswa yang menggunakan menggunakan model pembelajaran inkuiri terstruktur lebih tinggi dari pada siswa yang

menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing?”

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu, untuk mengetahui apakah

keterampilan proses sains siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri

terstruktur lebih tinggi dari pada siswa yang menggunakan model pembelajaran

inkuiri terbimbing.

F. Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan praktis

sebagai salah satu alternatif dalam upaya perbaikan pembelajaran, antara lain :

1. Bagi siswa : mampu mengembangkan keterampilan proses sains siswa

melalui model pembelajaran inkuiri

2. Bagi guru : mendorong guru untuk mengembangkan keterampilan proses

(18)

6 A. Deskripsi Teoretik

1. Keterampilan Proses Sains ( KPS )

a. Pengertiaan Keterampilan Proses Sains

Pembelajaran IPA lebih menekankan pada siswa untuk memahami

suatu konsep atau kejadian alam melalui proses mencari tahu dan berbuat.

Keterampilan siswa dalam mencari tahu dan berbuat ini dikenal dengan

keterampilan proses sains atau keterampilan penyelidikan.1

Keterampilan proses sains berkembang pada saat guru memahami

hakikat belajar IPA, yaitu sebagai proses dan produk. IPA merupakan ilmu

yang mempelajari gejala alam yang memerlukan proses untuk

memahaminya dan menghasilkan produk ilmiah.2 Keterampilan proses

sains dapat dikembangkan melalui pengalaman belajar secara langsung

atau penemuan sendiri. Penemuan merupakan kegiatan inti dari

pembelajaran inkuiri. Dalam pembelajaran inkuiri siswa akan diasah

keterampilan prosesnya, tetapi keterampilan proses tidak dapat

dikembangkan hanya dalam satu kali pembelajaran.

Keterampilan proses melibatkan keterampilan kognitif, manual dan

sosial. Keterampilan kognitif terlibat karena siswa menggunakan pikiran

dalam merumuskan masalah atau menarik kesimpulan. Keterampilan

manual terlibat karena siswa menggunakan alat dan bahan serta

melakukan pengukuran. Keterampilan sosial terlibat karena siswa

melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan cara bekerja sama atau

berkelompok.3

1

Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 48.

2

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), h. 141. 3

(19)

Keterampilan proses sains merupakan kemampuan mendasar yang

dimiliki oleh para ilmuwan yang kemudian terasah dengan adanya

berbagai penyelidikan untuk menemukan suatu fakta dan konsep.4 Senada

dengan Fathiye Karsli dan Cigdem Sahin, bahwa keterampilan proses

sains merupakan bentuk adaptasi dari keterampilan yang digunakan oleh

para ilmuan untuk menyusun pengetahuan, memecahkan suatu masalah,

dan menarik kesimpulan.5

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan

proses sains merupakan keterampilan yang dimiliki secara alami oleh

manusia meliputi keterampilan kognitif, manual, dan sosial yang

tercerminkan dalam hakikat pembeljaran IPA yaitu proses dan produk.

Melalui pembelajaran IPA, keterampilan proses sains ini dapat terasah dan

berkembang menjadi seorang ilmuwan.

b. Jenis-Jenis Keterampilan Proses Sains

Menurut Josephy seperti dikutip oleh Susiwi, dkk.,

kemampuan-kemampuan yang dikembangkan dalam kegiatan praktikum, yaitu

perencanaan (menuangkan ide-ide yang dapat diuji dan mendesain

penyelidikan), penampilan (memanipulasi, observasi dan pengumpulan

data), interpretasi (pengolahan data, penarikan kesimpulan dan penerapan

konsep), dan komunikasi (melaporkan dan menerima informasi).6

Keterampilan proses yang dikembangkan dalam kegiatan

praktikum meliputi:

a. Observasi

Observasi atau pengamatan meupakan keterampilan sains yang

mendasar. Dalam observasi kita dituntut untuk menggunakan seluruh

4

Conny R Semiawan, et al., Pendekatan Keterampilan Proses, (Jakarta: PT Gramedia, 1992), h. 17

5

Fethiye Karsli dan Cigdem Sahin, “Developing Worksheet Based on Science Process Skills:Factors Affecting Solubility”, Asia-Pasific Forum on Science and Teaching Vol.10, 2009, h. 2.

6

(20)

indera, untuk melihat, mendengar, merasa, mengecap, dan mencium.

Kegiatan yang berhubungan dengan observasi meliputi penghitungan,

pengukuran, klasifikasi dan hubungan ruang waktu.

b. Pembuatan hipotesis

Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk

menerangkan suatu kejadian atau pengamatan tertentu. Dalam kerja

ilmiah, seorang ilmuwan biasanyamembuat hipotesis yang kemudian

diuji melalui eksperimen.

c. Perencanaan penelitian/eksperimen

Eksperimen adalah usaha menguji atau mengetes melalui

penyelidikan praktis. Dalam merencanakan penelitian, kita perlu

menentukan alat dan bahan yang akan digunakan, objek yang akan

diteliti, factor atau variable yang perlu diperhatikan, kriteria

keberhasilan, cara dan langkah kerja, serta bagaimana mencatat dan

mengolah data untuk menarik kesimpulan.

d. Pengendalian variabel

Variabel adalah factor yang berpengaruh. Pengendalian

variabel adalah suatu aktivitas yang dipandang sulit, namun

sebenarnya tidak sesulit seperti yang dibayangkan.Yang penting adalah

bagaimana guru melatih peserta didik untuk mengontrol dan

memperlakukan variabel.

e. Interpretasi data

Interpretasi data artinya menafsirkan data yang sudah

didapatkan. Data yang dikumpulkan melalui observasi, penghitungan,

pengukuran, eksperimen, dapat dicatat atau disajikan dalah bentuk

table, grafik, histogram atau diagram.

f. Inferensi

Guru melatih peserta didik dalam menyusun suatu kesimpulan

sementara dalam proses penelitian yang dilakukan. Pertama-tama data

dikumpulkan, kadang-kadang melalui eksperimen terlebih dahulu, lalu

(21)

sampai suatu waktu tertentu. Kesimpulan tersebut bukan merupakan

kesimpulan sementara yang dapat diterima sampai pada saat itu.

g. Peramalan

Para ilmuwan sering membuat ramalan atau prediksi

berdasarkan hasil observasi, pengukuran, atau penelitian yang

memperlihatkan kecenderungan gejala tertentu.

h. Aplikasi

Guru melatih siswa untuk menerapkan konsep yang telah

dikuasai untuk memecahkan masalah tertentu, atau menjelaskan suatu

peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki.

i. Komunikasi

Setelah menemukan hasil penelitian, kita dituntut untuk

menyampaikannya kepada orang lain. Bentuk komunikasinya berupa

laporan penelitian, membuat paper, jurnal atau dapat dikomunikasikan

secara lisan. 7

Menurut Nuryani Rustaman, aspek-aspek keterampilan proses

sains terdiri dari observasi, klasifikasi, interpretasi, prediksi, mengajukan

pertanyaan, berhipotesis, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan

bahan, menerapkan konsep, berkomunikasi, dan melaksanakan

percobaan.8

Dalam penelitian ini aspek KPS yang diamati oleh peneliti adalah

observasi, membuat hipotesis, merencanakan percobaan, menggunakan

alat dan bahan, interpretasi, menerapkan konsep, dan berkomunikasi.

Pemilihan aspek ini berdasarkan kesesuaian kemungkinan munculnya KPS

dengan kegiatan praktikum.

7

Semiawan, op. cit., h. 17-33. 8

(22)

c. Peranan Keterampilan Proses Sains

Trianto menyebutkan beberapa peranan keterampilan proses

sehingga perlu dilatih dalam pengajaran IPA adalah sebagai berikut:9

1) Membantu siswa belajar mengembangkan pikirannya

2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan

3) Meningkatkan daya ingat

4) Memberikan kepuasan intrinsik bila anak telah berhasil melakukan

sesuatu

5) Membantu siswa mempelajari konsep-konsep sains

Secara umum peran guru terutama berkaitan dengan pengalaman

mereka membantu siswa mengembangkan keterampilan proses sains.

Menurut Hallen seperti dikutip oleh Nuryani sedikitnya terdapat lima

aspek yang perlu diperhatikan oleh guru dalam berperan mengembangkan

keterampilan proses sains.

1) Memberikan kesempatan untuk menggunakan keterampilan proses

dalam melakukan eksplorasi materi dan fenomena.

2) Memberi kesempatan untuk berdiskusi dalam kelompok-kelompok

kecil dan diskusi kelas.

3) Mendengarkan pembicaraan siswa dan mempelajari produk mereka

untuk menemukan proses yang diperlukan untuk membentuk

gagasan mereka.

4) Mendorong siswa mengulas (review) secara kritis tentang

bagaimana kegiatan mereka telah dilakukan.

5) Memberikan teknik atau strategi untuk meningkatkan

keterampilan, khususnya ketepatan dalam observasi dan

pengukuran misalnya, atau teknik-teknik yang perlu rinci

dikembangkan dalam berkomunikasi. 10

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa keterampilan proses

sains ini merupakan kemampuan dasar yang dimiliki oleh para ilmuwan,

9

Trianto, op. cit., h. 148. 10

(23)

sehingga dengan melatih keterampilan proses sains ini pada siswa dapat

menciptakan siswa yang kritis, terampil, kreatif dan inovatif.

d. Keterampilan Proses Sains dan Indikatornya

Untuk mempermudah dalam membuat instrumen, diperlukan

indikator pada setiap aspek keterampilan proses sains, yaitu:

a. Observasi

 Menggunakan sebanyak mungkin indera

 Mengumpulkan atau menggunakan fakta yang relevan

b. Klasifikasi

 Mencatat setiap pengamatan secara terpisah  Mencari perbedaan dan persamaan

 Mengontraskan ciri-ciri  Membandingkan

 Mencari dasar pengelompokkan atau penggolongan  Menghubungkan hasil-hasil pengamatan

c. Menafsirkan/Interpretasi

 Menghubungkan hasil-hasil pengamatan  Menemukan pola dalam suatu seri pengamatan  Menyimpulkan

d. Meramalkan/Prediksi

 Menggunakan pola-pola hasil pengamatan

 Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang

belum diamati

e. Mengajukan Pertanyaan

 Bertanya apa, bagaimana dan mengapa  Bertanya untuk meminta penjelasan

 Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis

f. Berhipotesis

 Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan

(24)

 Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya

dengan memperoleh bukti lebih banyak atau melakukan cara

pemecahan masalah

g. Merencanakan Percobaan

 Menentukan alat/bahan/sumber yang akan digunakan  Menentukan variabel/faktor penentu

 Menentukan apa yang akan diukur, diamati dan dicatat

 Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa langkah kerja

h. Menggunakan Alat/Bahan

 Memakai alat/bahan

 Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/bahan  Mengetahui bagaimana menggunakan alat/bahan

i. Menerapkan Konsep

a) Menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru

b) Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan

apa yang sedang terjadi

j. Berkomunikasi

 Mengubah bentuk penyajian

 Menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan

dengan grafik atau tabel atau diagram

 Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis  Menjelaskan hasil percobaan atau penelitian

 Membaca grafik, tabel atau diagram

 Mendiskusikan hasil kegiatan, suatu masalah atau suatu

peristiwa

11)Melaksanakan percobaan/eksperimentasi

a) Mengumpulkan data melalui percobaan

b) Membuat pola-pola berdasarkan hasil percobaan11

11

(25)

d. Pengukuran Keterampilan Proses Sains

Pengukuran keterampilan proses sains tidak seperti pengukuran

pengetahuan konsep pada umumnya. Untuk mengevaluasi keterampilan

proses perlu adanya kajian mengenai karakteristik butir soal keterampilan

proses sains, penyusunan butir soal keterampilan proses sains, dan

pemberian skor butir soal keterampilan proses sains.

Secara umum butir soal keterampilan proses harus mengandung

beberapa karakteristik, yaitu konsep yang sudah dipelajari siswa, informasi

yang harus diolah oleh siswa (gambar, grafik, diagram atau data dalam

tabel), dan satu soal hanya mengandung satu aspek saja.

Secara khusus satiap butir soal keterampilan proses harus

mengandung satu aspek keterampilan proses sains yang akan diukur.

 Observasi

Soal pada keterampilan ini harus dari objek atau peristiwa sesungguhnya.

 Interpretasi

Soal menyajikan sejumlah data untuk memperlihatkan pola yang harus diinterpretasikan.

 Klasifikasi

Soal memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari atau menemukan persamaan dan perbedaan, atau diberikan kriteria tertentu untuk melakukan pengelompokan atau ditentukan jumlah kelompok yang harus terbentuk.

 Prediksi

Soal harus jelas pola atau kecenderungan untuk dapat mengajukan dugaan atau ramalan.

 Berkomunikasi

Soal harus ada suatu bentuk penyajian tertentu untuk diubah ke bentuk penyajian lainnya, misalnya bentuk tabel ke bentuk grafik.

 Berhipotesis

Soal mengandung pernyataan atau cara kerja untuk menguji atau membuktikan suatu kejadian, sehingga memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan dugaan atau jawaban sementara.

 Merencanakan percobaan atau penyelidikan

(26)

 Menerapkan konsep atau prinsip

Soal memuat konsep/prinsip yang akan diterapkan tanpa menyebutkan nama konsepnya.

 Mengajukan pertanyaan

Soal harus memunculkan sesuatu yang mengherankan, tidak biasa atau kontradiktif agar siswa termotivasi untuk bertanya. 12

Penyusunan butir soal keterampilan proses sains menuntut

penguasaan dan pengembangan masing-masing jenis keterampilan proses

sainsnya. Pilih salah satu materi yang dijadikan konteks dalam

mengembangkan keterampilan proses sains. Keterampilan yang akan

diukur disajikan dengan sejumlah informasi yang perlu diolah. Setelah itu

siapkan pertanyaan atau perintah yang dimaksudkan untuk memperoleh

respon atau jawaban yang diharapkan.

Dalam penelitian ini, butir soal keterampilan sains yang digunakan

dalam bentuk essay dengan skor yang berbeda-beda setiap aspeknya

disesuaikan dengan tingkatan kognitif dan kesulitan dari setiap aspek

keterampilan proses sains.

2. Model Pembelajaran Inkuiri a. Pengertian Model Inkuiri

Model berarti contoh, acuan atau ragam sesuatu yang akan dibuat

atau yang dihasilkan. Model pembelajaran berarti acuan pembelajaran

yang dilaksanakan berdasarkan pola-pola pembelajaran tertentu secara

sistematis.13 Model merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.14 Model pembelajaran

merupakan pilihan bagi para guru agar proses belajar mengajar di kelas

lebih efektif, efisien, dan mencapai kompetensi yang diharapkan.

12

Ibid, h. 163. 13

La Iru dan La Ode Arihi, Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi dan Model-Model Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Presindo, 2012), h. 6.

14

(27)

Inkuiri merupakan proses pembelajaran didasarkan pada pencarian

dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.15 Siswa dituntut

untuk mencari dan menemukan konsep materi ajar dengan sendiri melalui

kegiatan penyelidikan.

Inkuiri dapat dikatakan sebagai proses discovery yang digunakan

lebih dalam karena proses inkuiri mengandung proses-proses yang lebih

tinggi tingkatannya dan bersifat student centered.16 Proses yang lebih

tinggi tingkatanya seperti merumuskan masalah, merancang eksperimen,

melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan

menarik kesimpulan.

Inkuiri merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang

menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari

dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang

dipertanyakan.17

Menurut Jerome Brumer dalam Trianto, bahwa siswa hendaknya

belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan

prinsip-prinsip agar siswa memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen

yang mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri.18

Belajar penemuan merupakan cara belajar yang akan memberikan hasil

yang terbaik. Selain itu, dilihat dari segi kepuasan secara emosional,

sesuatu hasil menemukan sendiri nilai kepuasan lebih tinggi dibandingkan

dengan hasil pemberian. Salah satu model pembelajaran penemuan ini

adalah inkuiri.

Salah satu prinsip dari model pembelajaran inkuiri adalah

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruks sendiri

15

Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 119.

16

Iru, op. cit., h. 14. 17

Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 191.

18

(28)

pemahamannya dengan melakukan aktivitas aktif dalam pembelajaran.19

Aktivitas aktif yang dimaksud adalah eksperimen. Eksperimen merupakan

suatu metode pembelajaran yang bertujuan untuk menyelidiki dan

membuktikan kebenaran suatu teori. Kegiatan eksperimen ini merupakan

bentuk pelatihan bagi siswa untuk memecahkan suatu masalah. Selain itu

siswa pun dilatih untuk menjadi seorang ilmuan atau sainstis, sehingga

keterampilan proses sains siswa pun akan berkembang.

Hasil penelitian Schlenker dikutip oleh Trianto, bahwa latihan

inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir

kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis

informasi.20 Keterampilan yang dikembangkan dalam pembelajaran inkuiri

yaitu merumuskan masalah atau mengajukan pertanyaan, merumuskan

hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat

kesimpulan. Semua keterampilan tersebut merupakan bagian keterampilan

proses sains.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model

inkuiri merupakan model pembelajaran yang melibat siswa aktif

menemukan pengetahuan atau pemahaman melalui kegiatan praktikum

atau eksperimen, materi yang disajikan biasanya berupa pengujian suatu

prinsip. Tujuan utama dari inkuiri adalah untuk mengembangkan

keterampilan intelektual, berpikir kritis, mampu memecahkan masalah

secara ilmiah, dan untuk mengembangkan keterampilan proses sains

siswa.

b. Jenis-Jenis Model Pembelajaran Inkuiri

Menurut Rustaman, dkk. model pembelajaran inkuiri tebagi atas

inkuiri terpimpin (guided inquiry), dan inkuiri bebas atau terbuka (

open-ended inquiry). Perbedaan kedua jenis inkuiri ini hanyalah pada siapa yang

mengajukan pertanyaan dan tujuan dari pembelajaran dan subjek yang

19

Zulfiani, op.cit., h. 119. 20

(29)

dikenakan model pembelajaran ini.21 Peran guru dalam inkuiri terpimpin

adalah membimbing siswa dalam melakukan penyelidikan, sedangkan

peran guru dalam inkuiri bebas hanyalah memfasilitasi siswa dalam

melakukan penyelidikan.

Menurut Alan Colburn dikutip oleh Zulfiani, pendekatan inkuiri

dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

1) Structured Inquiry (Inkuiri Terstruktur)

Dalam inkuiri terstruktur, siswa akan mengadakan

penyelidikan dan penemuan yang berdasarkan pada pertanyaan dan

prosedur yang disediakan guru.

2) Guided Inquiry (Inkuiri Terbimbing)

Meskipun siswa melakukan penyelidikan yang berdasarkan

pada pertanyaan yang diajukan guru, tetapi siswa yang menentukan

prosedur penyelidikannya.

3) Open Inquiry (Inkuiri Terbuka)

Dalam inkuiri terbuka, siswa melakukan penyelidikan

berdasarkan pada pertanyaan dan prosedur yang mereka bentuk. 22

Menurut La Iru dan La Ode, inkuiri dapat dibedakan menjadi tiga

macam, yaitu:

1) Free inquiry

Siswa memiliki kebebasan dalam menetapkan tujuan isi dan

cara belajar, guru hanya mengawasi pelaksanaannya.

2) Modified free inquiry

Siswa tidak bebas sepenuhnya menetapkan tujuan isi dan cara

belajar, karena dalam beberapa hal siswa mendapatkan pengarahan dan

pengawasan dari guru.

3) Guided inquiry

Kebebasan siswa semakin berkurang, dengan kata lain peran

guru semakin besar.23

21

Rustaman, Strategi Belajar Mengajar Biologi, op. cit., h. 95 22

(30)

c. Tahapan Pembelajaran Inkuiri

Terdapat lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan

pendekatan inkuiri, yaitu merumuskan masalah untuk dipecahkan siswa,

menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis,

siswa mencari informasi, data dan fakta yang diperlukan untuk menjawab

permasalahan atau hipotesis, menarik kesimpulan atau generalisasi, dan

mengaplikasikan kesimpulan atau generalisasi dalam situasi baru.24

d. Karakteristik Inkuiri

Menurut Hinrichsen dan Jarrett dikutip oleh Zulfiaani, terdapat

empat karakter inkuiri, yaitu:25

1) Koneksi : siswa mengajukan pertanyaan, observasi, dan diskusi

2) Desain : siswa aktif mendiskusikan prosedur, persiapan materi,

menentukan variabel dan melakukan pengukuran

3) Investigasi : siswa melakukan melakukan penelitian, dan

mempresentasikan data

4) Membangun pengetahuan : siswa mengaplikasikan pemahamannya

pada situasi baru

Terdapat beberapa kondisi umum yang merupakan syarat agar

kegiatan ikuiri dapat berjalan dengan baik bagi siswa, yaitu:

1) Aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa

berdiskusi

2) Inkuiri berfokus pada hipotesis

3) Penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi fakta) 26

Adapun dalam sumber lain menyebutkan terdapat enam syarat

yang harus dipenuhi agar pendekatan inkuiri dapat terlaksana, yaitu:

23

Iru, op. cit., h. 15. 24

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 197. 25

Zulfiani, op. cit., h. 122-123. 26

(31)

1) Guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk

diajukan kepada kelas (persoalan bersumber dari bahan pelajaran

yang menantang siswa/problematik)

2) Guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar siswa dan

menciptakan situasi belajar yang menyenangkan

3) Adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup

4) Adanya kebebasan siswa untuk berpendapat, berkarya, dan

berdiskusi

5) Partipasi setiap siswa dalam setiap kegiatan belajar

6) Guru tidak banyak campur tangan dan intervensi terhadap kegiatan

siswa27

e. Keunggulan dan Kelemahan Inkuiri

Terdapat beberapa keunggulan dalam inkuiri atau metode

eksperimen ini, diantaranya adalah:

1) Dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau

kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri dari pada

hanyamenerima kata guruatau buku saja

2) Dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi

eksploratoris tentang sains dan teknologi, suatu sikap dari

seseorang ilmuwan

3) Metode ini didukung oleh asas-asa didaktik modern, seperti siswa

belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses

atau kejadian, siswa terhindar jauh dari verbalisme, memperkaya

pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif dan realistis,

mengembangkan sikap berpikir ilmiah, dan hasil belajar akan tahan

lama dan internalisasi. 28

Model inkuiri sering digunakan dalam pembelajaran IPA Biologi,

hal ini didasari dengan pertimbangan sebagai berikut:

27

Sagala, loc.cit.

28

(32)

1) Model pembelajaran ini khusus dirancang hanya untuk mata

pelajaran biologi dan beberapa hasil penelitian telah terbukti dapat

meningkatkan hasil belajar

2) Model pembelajaran inkuiri biologi, memiliki prosedur dan

langkah-langkah yang sistematis sehingga mudah diterapkan guru

3) Model pembelajaran biologi dirancang dengan memandukan

ketepatan strategi pembelajaran dengan cara otak bekerja selam

proses pembelajaran29

Menurut Sahin Pekmez dikutip oleh Burak Feyzioglu menyebutkan

alasan para guru memilih model inkuiri, yaitu:

1) Membantu siswa lebih mudah dalam memahami dan belajar

2) Meningkatkan motivasi siswa di kelas

3) Meningkatkan kemampuan manual siswa

4) Membantu mereka menemukan pengetahuannya sendiri

5) Meningkatkan kemampuan observasi siswa

6) Meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah

7) Siswa belajar bagaimana melakukan eksperimen30

Selain memiliki keunggulan tersebut, model inkuiri mengandung

beberapa kelemahan sebagai berikut:

1) Pelaksanaan metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan

dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan murah

2) Setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan

karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar

jangkauan kemampuan atau pengendalian

3) Sangat menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas

peralatan dan bahan mutakhir. 31

29

Made Weda, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 66-67.

30

Burak Feyzioglu, An Investigation of the Relationship between Science Process Skills with Efficient Laboratory Use and Science Achievement in Chemistry Education, Journal of Turkish Science Education, 3, 2009, h. 2.

31

(33)

Ada beberapa cara untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari

metode ini, yaitu:

1) Hendaknya guru menerangkan sejelas-jelasnya tentang hasil yang

ingin dicapai sehingga ia mengatahui pertanyaan-pertanyaan yang

perlu dijawab dengan ekspeerimen

2) Hendaknya guru untuk memecahkan masalah dalam eksperimen,

serta bahan-bahan yang diperlukan, variabel yang perlu dikontrol

dan hal-hal yang perlu dicatat

3) Bila perlu, guru membantu siswa untuk memperoleh bahan-bahan

yang diperlukan

4) Guru perlu merangsang siswa agar setelah eksperimen berakhir, ia

membanding-bandingkan hasilnya dengan hasil eksperimen orang

lain dan mendiskusikannya bila ada perbedaan-perbedaan atau

kekeliruan.32

3. Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur a. Pengertian Model Inkuiri Terstruktur

Inkuiri terstruktur merupakan pendekatan dimana guru melibatkan

siswa dalam kegiatan hands-on untuk melakukan penyelidikan sesuai

dengan prosedur dan konsep, akan tetapi guru tidak memberitahukan siswa

alternatif hasil. Siswa menemukan hubungan antara variabel-variabel atau

disamping itu siswa menyimpulkan data yang telah dikumpulkan.33

Inkuiri terstruktur masih memegang peranan guru dalam

menentukan topik, pertanyaan, bahan dan prosedur. Sedangkan analisis

hasil dan kesimpulan dilakukan oleh siswa. Inkuiri terstruktur menuntut

siswa mengikuti dengan seksama setiap langkah kerja dalam kegiatan

32

Ibid.

33

(34)

hands-on yang telah disusun oleh guru melalui lembar kerja siswa (LKS)

jenis guided worksheet activity.34

Inkuiri terstruktur merupakan salah satu pendekatan inkuiri dimana

guru menyediakan tujuan, petunjuk dan prosedur kegiatan tetapi tidak

memberitahukan ahsil. Siswa diharapkan menemukan sendiri hubungan

antar variabel ataupun menggeneralisasikan data. Menurut Zulfiani dalam

tingkatan discovery/structured inquiry tindakan utama guru adalah

mengidentifikasi permasalahan dan proses, sementara siswa

mengidentifikasi alternatif hasil.35

Berdasarkan uraian diatas inkuiri terstruktur merupakan salah satu

pendekatan inkuiri yang menyajikan permasalahan, pertanyaan dan

prosedur percobaan untuk menyelesaikan masalah. Masalah dan

pertanyaan mendorong siswa melakukan penyelidikan untuk menemukan

jawabannya. Kegiatan pembelajaran ini adalah mengumpulkan data dari

masalah yang diajukan oleh guru, membuat hipotesis, melakukan

penyelidikan, menganalisis hasil, membuat kesimpulan, dan

mengkomunikasikan hasil penyelidikan.

b. Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur

Tahap pelaksanaan model pembelajaran inkuiri terstruktur terdiri

dari empat fase, yaitu penyajian masalah, berhipotesis, melakukan

percobaan, mengkomunikasikan hasil percobaan:36

34

Nengsih Juanengsih, Perbandingan Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Terstruktur terhadap peningkatan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Kerja Ilmiah Siswa Kelas X pada KOnsep Bioteknologi, (Metamorfosa, Jurnal Pendidikan IPA) Vol.1, h.28.

35

Zulfiani, , h.121. 36

(35)

Tabel 2.1 Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur

Fase Perilaku Guru

Menyajikan pertanyaan atau masalah

Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di papan tulis. Guru membagi siswa dalam kelompok.

Berhipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk memberikan pendapat dalam bentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.

Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi

Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan

Mengkomunikasikan Hasil Percobaan

Guru memberi kesempatan kepada setiap

kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul

Membuat Kesimpulan

Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Inkuiri Terstruktur

Menurut Suryosubroto dalam Henik Ismawati, ada beberapa

kelebihan pemebelajaran inkuiri terstruktur, antara lain:

1) Menerapkan pengetahuan dalam situasi yang berbeda

2) Mendapatkan kemampuan untuk belajar dan menerapkan

materi pengetahuan

3) Mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sehari-hari

4) Memperoleh dan menganalisa informasi menjadi lebih terampil

Model pembelajaran inkuiri terstruktur juga memiliki

kelemahan, diantaranya:

1) Diharuskan adanya persiapan mental

2) Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas yang besar,

misalnya sebagian waktu hilang karena membantu siswa

menemukan teori-teori.

3) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin

(36)

dan pembelajaran secara tradisional jika guru tidak menguasai

pembelajaran inkuiri terstruktur ini.37

4. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing a. Pengertian Inkuiri Terbimbing

Menurut Alan pembelajaran inkuiri terbimbing adalah suatu

pembelajaran bersifat investigasi dimana guru hanya memberikan bahan

dan permasalahan untuk diselesaikan. Siswa memutuskan sendiri

bagaimana cara untuk menyelesaikan maslah tersebut.38

Menurut Kuhlthau, Maniotes, dan Caspari, inkuiri yang dibimbing

oleh guru agar siswa mendapat pemahaman yang mendalam dan

pandangan pribadi melalui berbagai seumber informasi yang luas disebut

inkuiri terbimbing (guided inquiry).39

Melalui kegiatan investigasi yang terdiri dari tahapan kegiatan

ilmiah, yaitu membuat hipotesis, merumuskan masalah, melakukan

eksperimen, menganalisis hasil sampai membuat kesimpulan dan

mengkomunikannya, siswa dapat mengkonstruk pengetahuannya melalui

kegiatan eksperimen. Hal ini sesuai dengan Zulfiani bahwa salah satu

prinsip utama inkuiri adalah siswa dapat mengkonstruk sendiri

pemahamannya dengan melakukan aktivitas aktif dalam proses

pembelajaran.40

Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa model

inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang berfokus dalam

mengkonstruk pengetahuan siswa dengan peranan guru memberikan suatu

permasalahan yang kemudian diselesaikan oleh siswa melalui kegiatan

eksperimen. Model inkuiri terbimbing lebih menuntut siswa untuk aktif

37

Henik Ismawati, “Meningkatkan Aktivitas dan hasil Belajar Sains-Fisika melalui Pembelajaran Inkuiri Terstruktur untuk Sub-Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya”,Skripsi pada FMIPA Universitas Negeri Semarang, 2007.

38

Colburn, op. cit., h. 45.

39Carol C. Kuhlthau, “Guided Inquiry: School Libraries in the 21st

Century, School Libraries Worldwide Volume 16, h. 18.

40

(37)

dan kritis dari pada model inkuiri terstruktur karena pada model ini siswa

merancang kegiatan sendiri dalam menyelesaikan masalah yang diberikan

oleh guru.

b. Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Menurut Trianto, tahapan model pembelajaran inkuiri terbimbing

terdiri dari enam fase. Secara ringkas kegiatan guru dan siswa selama

proses pembelajaran model inkuiri terbimbing dapat dijabarkan sebagai

berikut.41

Tabel 2.2 Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Fase Perilaku Guru

Menyajikan pertanyaan atau masalah

Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di papan tulis. Guru membagi siswa dalam kelompok.

Membuat hipotesis

Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk memberikan pendapat dalam bentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan. Merancang

percobaan

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing siswa mennyusun langkah-langkah percobaan. Melakukan

percobaan untuk memperoleh informasi

Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan

Mengumpulkan dan menganalisa data

Guru memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul

Membuat kesimpulan

Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Inkuiri Terbimbing

Kelebihan model pembelajaran inkuiri terbi,bing diataranya

sebagai berikut:

41

(38)

1) Menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif dan

psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajarann lebih

bermakna

2) Dapat member ruang kepada peserta didik untuk belajar sendiri

dengan cara belajar mereka

3) Model ini dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar

modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah

laku dikarenakan adanya pengalaman

4) Model pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan kebutuhan

peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, artinya

peserta didik yang memiki kemampuan belajar bagus tidak akan

terhambat oleh peserta didik yang mempunyai kemampuan lemah

belajar.42

Kekurangan model pembelajaran inkuiri terbimbing secara umum

tidak jauh berbeda dengan kelemahan dari model pembelajaran inkuiri

terstruktur. Namun, model ini membutuhkan persiapan yang lebih matang

sehingga tidak semua guru dan siswa yang mampu menerapkan

pembelajaran inkuiri terbimbing.

5. Lembar Kerja Siswa ( LKS )

a. Pengertian Lembar Kerja Siswa ( LKS )

Menurut Tim Diknas 2004, lembar kegiatan siswa (student

worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan

oleh peserta didik. Tugas-tugas yang diberikan peserta didik dapat berupa

teoritis maupun praktis. Tugas teoritis misalnya berupa tugas membaca

artikel tertentu, sedangkan tugas praktis dapat berupa kerja laboratorium

atau kerja lapangan.43

Menurut Andi Praastowo, LKS merupakan suatu bahan ajar cetak

yang berisi materi, ringkasan, dan tugas yang dikerjakan oleh peserta didik

42

Sanjaya, op. cit., h. 206. 43

(39)

yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai.44 LKS

sebaiknya dibuat sendiri oleh guru karena LKS ini dapat lebih menarik

serta lebih kontekstual dengan situasi dan kondisi sekolah maupun

lingkungan social budaya peserta didik.

Senada dengan Andi Prastowo, Eli Roheti, dkk. menyatakan bahwa

LKS merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat disusun dan

dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran

yang akan dihadapi.45

Hal tersebut dipertegas dalam penelitian yang dilakukan oleh Fatihiye Karsli, “the worksheet are developed to meet needs in the learning environment and also used for different puposes according to

researchers needs or aims. Worksheet are also used for teaching science

concepts.”46 Lembar kerja siswa disusun menyesuaikan kebutuhan dan tujuan dari praktikum yang akan dilakukan, dan LKS dijadikan bahan ajar

dalam konsep IPA.

Di dalam buku Pengembangan Perangkat Pembelajaran yang

dikeluarkan oleh PPPPTK IPA menyebutkan bahwa LKS IPA harus

disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran IPA salah satunya adalah

pendekatan keterampilan proses sains.47 Hal ini bertujuan untuk melatih

dan mengembangkan keterampilan proses sains siswa.

Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa

lembar kerja siswa (LKS) merupakan bahan ajar cetak yang berisikan

materi dan tugas-tugas yang bertujuan untuk mempermudah siswa dalam

memahami suatu konsep tertentu dengan menyesuaikan kondisi

pembelajaran baik kondisi siswa maupun lingkungan sekitar sehingga

tercapai kompetensi yang diharapkan. LKS dalam pembelajaran IPA

44

Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Yogyakarta: Diva Press, 2011), h. 204.

45

Eli Rohaeti, et. al., Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Mata Pelajaran Sains Kimia SMP Kelas VII, VIII, dan IX, Artikel Penelitian FMIPA UNY, h. 3.

46

Fathiye Karsli dan Cigdem Sahin, op. cit., h. 3. 47

(40)

sering digunakan dalam kegiatan praktikum yang berisikan

petunjuk-petunjuk praktikum serta latihannya. LKS praktikum mampu melatih dan

mengembangkan keterampilan proses sains siswa karena di dalamnya

terdapat petunjuk praktikum yang merupakan tahapan dari pendekatan

keterampilan proses sains.

b. Fungsi dan Tujuan Lembar Kerja Siswa

Menurut Andi Prastowo, LKS merupakan bahan ajar yang penting,

hal ini dikarenakan LKS memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik,

namun lebih mengaktifkan siswa,

b. Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk

memahami materi yang diberikan,

c. Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih, dan

d. Memudahkan pelaksana kegiatan pengajaran kepada peserta

didik.48

Adapun tujuan dari penyusunan LKS menurut Andi Pratowo

adalah sebagai berikut:

a. Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk

berinteraksi dengan materi yang diberikan,

b. Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan peserta

didik terhadap materi yang diberikan,

c. Melatih kemandirian belajar peserta didik, dan

d. Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta

didik. 49

c. Penyusunan Lembar Kerja Siswa

Menurut Fethiye Karsli dan Cigdem Sahin, terdapat beberapa

langkah dalam memnyusun lembar kerja siswa (LKS), yaitu:

48

Prastowo, op.cit., h. 205. 49

(41)

1) Menentukan topik

2) Memilih keterampilan proses sains yang ingin dikembang kepada

siswa

3) Membuat draft lembar kerja siswa (LKS) sebagai persiapan

4) Mengkonsultasikan LKS yang telah disusun kepada para ahli

5) Merevisi LKS sesuai dengan saran dari para ahli

6) Mengujicobakan LKS kepada siswa50

Adapun LKS yang disusun harus memenuhi syarat-syarat tertentu

agar menjadi LKS yang berkualitas baik. Menurut Hendro Darmodjo dan

Jenny R.E. Kaligis dikutip oleh Eli Rohaeti, dkk., syarat-syarat didaktik,

konstruksi dan teknis yang harus terpenuhi antara lain:

a. Syarat didaktik : mengatur tentang penggunaan LKS yang bersifat

universal dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban

atau yang pandai. LKS lebih menekankan pada proses untuk

menemukan konsep dan yang terpenting dalam LKS ada variasi

stimulus melalui media dan kegiatan siswa.

b. Syarat konstruksi : berhubungan dengan penggunaan bahasa,

susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran dan kejelasan dalam

LKS.

c. Syarat teknis : menekankan pada tulisan, gambar, dan penampilan

dalam LKS. 51

Menurut Eli, dkk., untuk menilai LKS tersebut baik atau tidak

terdapat beberapa kriteria yang terbagi atas 10 aspek, yaitu:

1) Aspek pendekatan penulisan

2) Aspek kebenaran konsep biologi

3) Aspek kedalaman konsep

4) Aspek keluasan konsep

5) Aspek kejelasan kalimat

6) Aspek kebahasaan

50

Karsli, op. cit., h. 4. 51

(42)

7) Aspek penilaian hasil belajar

8) Aspek kegiatan siswa/percobaan biologi

9) Aspek keterlaksanaan

10)Aspek penampilan fisik52

d. Sistematika Penyusunan Lembar Kerja Siswa

Menurut Germann dikutip oleh Nuryani Rustaman, LKS

hendaknya mencakup beberapa aspek, yaitu tujuan kegiatan, latar

belakang atau dasar teori praktikum, alat dan bahan, cara kerja, cara

perangkaian alat, penafsiran hasil pengamatan, analisis dan penerapan

konsep, dan pembuatan kesimpulan.53

Sistematika LKS umumnya terdiri dari judul, pengantar, tujuan,

alat bahan, langkah kerja, kolom pengamatan, dan pertanyaan. Berikut

penjelasan lengkapnya:

1) Pengantar : berisi uraian singkat mengenai materi pelajaran

(konsep-konsep IPA) yang dicakup dalam praktikum

2) Tujuan : memuat tujuan yang berkaitan dengan permasalahan yang

diungkapkan di pengantar

3) Alat dan bahan : memuat alat dan bahan yang diperlukan pada

praktikum

4) Langkah kegiatan : berisi intruksi untuk melakukan kegiatan

praktikum, dapat berupa langkah kerja yang sistematik ataupun

gambar

5) Tabel pengamatan : berisi tabel-tabel untuk mencatat data hasil

pengamatan selama praktikum

6) Pertanyaan : berisikan pertanyaan yang bertujuan untuk

mengarahkan siswa memahami konsep yang dikembangkan atau

mempeoleh kesimpulan dari praktikum yang dilaksanakan54

52

Ibid., h .9. 53

Nuryani Rustaman, Strategi Pembelajaran Biologi, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2007), h. 28.

54

(43)

Menurut Fethiye Karsli dan Cigdem Sahin, dalam LKS berbasis

keterampilan proses sains terdapat beberapa komponen penting yang harus

tercantum dalam LKS tersebut, yaitu:

1) Gambar kartun untuk menarik perhatian siswa yang berisi

informasi tentang praktikum yang akan dilaksanakan

2) Alat dan bahan yang ditampilkan dalam bentuk gambar sehingga

siswa harus menuliskannya. Selain itu, pertanyaan tentang

rancangan percobaan yang akan dilakukan

3) Menuliskan aktivitas siswa seperti menurumuskan hipotesis

tentang percobaannya, mengidentifikasi variabel-variabel yang

digunakan dalam percobaan, mengobservasi, mencatat data dalam

bentuk tabel dan grafik, menginterpretasikan grafik, dan

membandingkan rumusan hipotesis dengan hasil percobaan

tersebut.55

e. Jenis-jenis Lembar Kerja Siswa (LKS)

Menurut Poppy Kamalia, dkk. membagi LKS menjadi dua jenis,

yaitu LKS eksperimen dan LKS non-eksperimen. LKS untuk eksperimen

berupa lembar kerja yang memuat petunjuk praktikum yang menggunakan

alat-alat dan bahan-bahan. Sedangkan LKS non-eksperimen berupa lembar

kegiatan yang memuat teks yang menuntun siswa melakukan kegiatan

diskusi suatu materi pembelajaran.56

Menurut Andi Prastowo, jenis-jenis LKS berkaitan dengan maksud

dan tujuan dari LKS tersebut, berikut lima macam LKS yang umumnya

digunakan oleh peserta didik:

1) LKS yang membantu peserta didik menemukan suatu konsep

2) LKS yang membantu peserta didik menerapkan dan

mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan

3) LKS yang berfungsi sebagai penuntun belajar

55

Karsli, loc.cit.

56

(44)

4) LKS yang berfungsi sebagai penguatan

5) LKS yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum57

Dikarenakan LKS ini sangat merekat dengan model pembelajaran

inkuiri, sebagian berpendapat bahwa LKS ini terbagi atas LKS inkuiri

terstruktur dan LKS inkuiri terbimbing.

Lembar kerja siswa (LKS) terstruktur merupakan LKS yang secara

rinci menjelaskan kegiatan praktikum yang akan dilaksanakan. LKS

terstruktur sudah tercantum judul dan tujuan praktikum, alat dan bahan,

serta langkah kerja praktikum. Siswa hanya dituntut untuk menuliskan

hasil dan kesimpulan dari kegiatan praktikum.

Isi dari lembar kerja siswa (LKS) terbimbing tidak serinci LKS

terstruktur. LKS terbimbing hanya mencantumkan judul dan tujuan

praktikum, serta alat dan bahan, tidak ada penjelasan mengenai langkah

kerja praktikum. LKS terbimbing menuntut siswa untuk lebih aktif dan

kreatif dalam kegiatan praktikum terutama dalam merancang percobaan

dengan alat dan bahan yang sudah ditentukan, tetapi siswa berhak untuk

mendapatkan bimbingan secara lisan dari guru.

6. Konsep Fotosintesis

Salah satu ciri khusus tumbuhan hijau yaitu memiliki kemampuan

dalam menggunakan zat karbon dari udara untuk diubah menjadi bahan

organik serta dianabolisme di dalam tubuh tumbuhan. Sebagian besar

tumbuhan tinggkat tinggi tergolong organisme autotrof, yaitu makhluk hidup

yang mampu mensintesis senyawa organik sendiri. Senyawa organik dibentuk

oleh tumbuhan hijau merupakan hasil dari proses fotosintesis.58

Fotosintesis merupakan proses anabolisme senyawa anorganik yaitu

karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) menjadi senyawa organik yaitu

57

Prastowo, op. cit., h. 208-211 58

Gambar

Tabel 2.1 Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur
Tabel 2.2 Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Tabel 3.1. Pretest-Posttest Control Group Design
Tabel 3.2. Teknik Pengumpulan Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berikut merupakan kesimpulan mengenai pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan proses sains (KPS) siswa. KPS siswa pada pembelajaran hukum

Penelitian ini bertujuan, untuk mengetahui adanya perbedaan hasil belajar fisika siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran Latihan Inkuiri dengan model

Tisngatun Nurochmah, Pengaruh Pendekatan Inkuiri Terstruktur terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa dalam Proses Pembelajaran IPA Biologi pada Materi Pokok Sistem

KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA PADA PEMBELAJARAN TERMOKIMIA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI TERBIMBING.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan keterampilan berpikir kreatif dan penguasaan konsep IPA antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran inkuiri

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar dan keterampilan proses sains siswa antara kelompok siswa yang belajar dengan model

mengetahui apakah peningkatan keterampilan proses sains siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model Inkuiri Terbimbing lebih tinggi daripada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran