• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pendekatan inkuiri terstruktur terhadap keterampilan proses sains siswa pada konsep sistem pernapasan manusia: kuasi eksperimen di MTs. Yasti I Cisaat-sukabumip

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pendekatan inkuiri terstruktur terhadap keterampilan proses sains siswa pada konsep sistem pernapasan manusia: kuasi eksperimen di MTs. Yasti I Cisaat-sukabumip"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDEKATAN INKUIRI TERSTRUKTUR

TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

PADA KONSEP SISTEM PERNAPASAN MANUSIA

(Kuasi Eksperimen di MTs. YASTI 1 Cisaat-Sukabumi)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Strata 1 (S.Pd)

OLEH NAELI ZAKIYAH NIM: 106016100587

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

PENGARUH PENDEKATAN INKUIRI TERSTRUKTUR

TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

PADA KONSEP SISTEM PERNAPASAN MANUSIA

(Kuasi Eksperimen di MTs. YASTI 1 Cisaat-Sukabumi)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar sSarjana Strata 1 (S.Pd.)

OLEH NAELI ZAKIYAH

106016100587

Dibawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Baiq Hana Susanti, M.Sc. Yuke Mardiati, S.Si. 19700209 200003 2 001 19760117 200701 2 013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Pengaruh Pendekatan Inkuiri Terstruktur terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa pada Konsep Sistem Pernapasan Manusia”

telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 14 Februari

2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi

Pendidikan Biologi.

Jakarta, 14 Februari 2011

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia Ujian Munaqasah

Baiq Hana Susanti, M.Sc. ... ... NIP: 19700209 200003 2 001

Sekertaris

Nengsih Juanengsih, M.Pd. ... ... NIP: 19790510 200604 2 001

Penguji I.

Dr. Zulfiani, M.Pd. ... ... NIP: 19760309 200501 2 002

Penguji II

Nengsih Juanengsih, M.Pd. ... ... NIP: 19790510 200604 2 001

Mengetahui:

Dekan fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A.

(4)

ABSTRACT

Naeli Zakiyah, The Effect of Structured Inquiry Approach toward The Process Science Skills on The Respiratory System Concept. (Quasi Experimental Studies in MTs. Yasti 1 Cisaat, Sukabumi), Program of Biology Study, The Departement of Natural Science, Faculty of Tarbiyah and Teacher’s Training, State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta

The study aims to know the effect of structured inquiry on the process science skills. The process science skills used in this research include observing skills, skills to interpret observation, hypothesize skill, the planning of experiment skills, the skills to apply the concept, and communication skills. This research was conducted at MTs. YASTI 1 Cisaat-Sukabumi with the method quasi-experimental and design used a pretest-posttest control group design. The technique sampling is purposive sampling. The research sample includes the experimental group amounted to 38 students by using structured inquiry approach, and for the control group amounted to 41 students by using the method of demonstration. The posttest data analysis of both utilizes “t” test is 14,74 and t table is 1.99 in 5% significance, therefore to > t table. Therefore it indicates that there’s effect of structured inquiry on the process science skills. The process science skills which the highest is observing skills.

(5)

ABSTRAK

Naeli Zakiyah, Pengaruh Pendekatan Inkuiri Terstruktur terhadap Keterampilan Proses Sains pada Konsep Sistem Pernapasan Manusia (kuasi eksperimen di MTs. YASTI 1 Cisaat, Sukabumi). Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan inkuiri terstruktur terhadap keterampilan proses sains siswa. Keterampilan proses sains yang digunakan dalam penelitian ini meliputi keterampilan mengamati, menafsirkan pengamatan, berhipotesis, merencanakan percobaan, menerapkan konsep, dan berkomunikasi. Penelitian ini dilaksanakan di MTs. YASTI 1 Cisaat-Sukabumi dengan metode kuasi eksperimen yang menggunakan desain pretest-posttest control group design. Pengambilan sampel menggunakan teknik sampel bertujuan (purposive sampling). Sampel penelitian meliputi kelompok eksperimen berjumlah 38 siswa dengan menggunakan pendekatan inkuiri terstruktur, dan untuk kelompok kontrol berjumlah 41 siswa dengan menggunakan metode demonstrasi. Analisis data posttest diperoleh hasil thitung sebesar 14,74 dan ttabel

pada taraf signifikansi 5% yaitu sebesar 1.99 maka t hitung > t tabel. Hal tersebut

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pendekatan inkuiri terstruktur terhadap keterampilan proses sains siswa pada konsep sistem pernapasan manusia. Keterampilan proses sains yang mendapatkan nilai tertinggi yaitu keterampilan mengamati.

(6)

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat

Illahi Rabbi, yang telah memberikan limpahan nikmat, rahmat dan kasih

sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam

senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, sang pembawa risalah

islam, pembawa syafaat bagi umatnya dihari akhir kelak.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat akademis

untuk menyelesaikan studi S1 Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan

Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, dengan judul “Pengaruh Pendekatan Inkuiri Terbimbing terhadap Keterampilan Proses Sains (KPS) Siswa pada Konsep Sistem Pernapasan Manusia”.

Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dukungan,

do’a dan partisipasi dari berbagai pihak. Penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc dan Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd, Ketua dan

sekretaris Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

3. Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd, Ketua Prodi Pendidikan Biologi Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

4. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc dan Ibu Yuke Mardiati, M.Si, dosen

pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan

pikirannya untuk memberikan bimbingan, nasehat, motivasi, dan arahan

kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Bapak H. Haerudin, kepala sekolah MTs. YASTI 1 Cisaat-Sukabumi

6. Ibu Meli Meliana, S.Pd dan Bapak Adil Maulana,S.Pd guru bidang studi IPA

MTs. Yasti 1 Cisaat-Sukabumi yang telah membantu dan memberikan saran

(7)

ii

7. Teruntuk kedua orang tua tercinta Ayahanda Abun Bunjamin dan Ibunda

Dadah, tak lupa Teh Fazat Rofiah, serta keluarga besar semua yang selalu

mencurahkan cinta, kasih sayang, do’a, motivasi yang luarbiasa dan dukungan

baik moril maupun materil kepada penulis, terimakasih atas kesabarannya

hanya Allah yang dapat membalas semuanya.

8. Teruntuk sahabat-sahabat, Marwiyah, Lisnawati, Iyoh Maspiroh, Siti Maryam,

Latifah. K’Lilis, Miss Erika, Mas Aji, Mas Arif, Mas Ali, Bang Ghani, Mas

Yudi yang selalu memberikan semangat, bantuan dan motivasi yang luar

biasa.

Semoga Allah SWT memberikan balasan kepada semua pihak yang telah

membantu terselesainya skripsi ini. Semoga semua kebaikannya dijadikan amal

shaleh dan senantiasa diberikan kemuliaan, Amin. Harapan penulis semoga skripsi

ini bermanfaat bagi semua pihak.

Penulis berharap skripsi ini menjadi kontribusi serta menambah pustaka

dan referensi bagi semua pihak yang membutuhkan. Saran dan masukan dari para

pembaca untuk perbaikan ketidaksempurnaan skripsi ini sangat diharapkan.

Ciputat, Januari 2011

(8)

iii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan & Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. KERANGKA TEORETIS, KERANGKA PIKIR & PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teori ... 8

1. Pendekatan Inkuiri ... 8

a. Pengertian Pendekatan Inkuiri ... 8

b. Jenis-Jenis Pendekatan Inkuiri ... 10

c. Sintak Pendekatan Inkuiri ... 12

d. Karakteristik pendekatan Inkuiri ... 13

e. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Inkuiri ... 15

2. Pendekatan Inkuiri Terstruktur ... …....16

a. Pengertian Pendekatan Inkuiri Terstruktur ... 16

(9)

iv

c. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan

Inkuiri Terstruktur……….. ... 18

3. Keterampilan Proses Sains… ... ……..19

a. Pengertian Keterampilan Proses… ... ……..19

b. Jenis-Jenis Keterampilan Proses Sains… ... ……..21

c. Kedudukan Keterampilan Proses Sains dalam Pembelajaran Sains… ... ……..24

d. Peranan Keterampilan Proses Sains… ... ……..24

e. Penilaian Keterampilan Proses Sains………25

4. Metode Demonstrasi… ... ……..27 a. Pengertian Metode Demonstrasi… ... ……..27 b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi……27

c. Langkah-Langkah Metode Demonstrasi… ... ……..28

B. Hasil Penelitian yang Relevan.. ... 29

C. Kerangka Berpikir ... 31

D. Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 34

B. Metode dan Desain Penelitian ... 34

C. Populasi dan Sampel ... 35

D. Variabel Penelitian ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Instrumen Penelitian... 36

G. Kalibrasi Instrumen ... 38

H. Teknik Analisis Data ... 42

I. Hipotesis Statistik ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 48

(10)

v

a. Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 48

b. Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 49

c. Hasil N-Gain Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 50

B. Analisis Data ... 51

1. Uji Prasyarat Analisis Data ... 51

a. Uji Normalitas Data Pretest, Posttest, N-Gain ... 51

b. Uji Homogenitas ... 52

c. Uji Hipotesis ... 53

2. Data Hasil Observasi ... 54

C. Pembahasan ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

(11)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintak Pembelajaran Inkuiri ... 12

Tabel 2.2 Tahapan Pendekatan Inkuiri Terstruktur... 17

Tabel 2.3 Indikator Keterampilan Proses Sains ... 23

Tabel 3.1 Desain Penelitian Pretest-Posttest Control Group Design ... 33

Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 35

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Proses Sains ... 36

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 38

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 39

Tabel 3.6 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen ... 40

Tabel 3.7 Hasil Uji Daya Pembeda ... 41

Tabel 3.8 Kategori Keterampilan Proses Sains ... 47

Tabel 4.1 Hasil Pretest Kelompok Eksperimen & Kontrol ... 47

Tabel 4.2 Hasil Posttest Kelompok Eksperimen & Kontrol ... 48

Tabel 4.3 Hasil N-Gain Kelompok Eksperimen & Kontrol ... 49

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Pretest, Posttest, dan N-Gain... 50

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Pretest, Posttest, dan N-gain ... 52

Tabel 4.6 Hasil Uji Hipotesis Pretest, Posttest, dan N-gain ... 52

(12)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-Kisi Tes Keterampilan proses Sains ... 65

Lampiran 2 Kisi-Kisi Soal Uji Keterampilan Proses Sains ... 71

Lampiran 3 Rekapitulasi Analisis Butir Instrumen ... 72

Lampiran 4 Instrumen Keterampilan Proses Sains ... 73

Lampiran 5 Kunci Jawaban Instrumen Keterampilan Proses Sains... 76

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 80

Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol... 112

Lampiran 8 Lembar Observasi Siswa ... 123

Lampiran 9 Penghitungan Skor Keterampilan Proses Sains ... 135

Lampiran 10 Penghitungan Uji Normalitas ... 136

Lampiran 11 Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen ... 140

Lampiran 12 Penghitungan Uji Normalitas N-Gain Kelas Kontrol ... 142

Lampiran 13 Penghitungan Uji Homogenitas ... 144

Lampiran 14 Penghitungan Uji Hipotesis ... 147

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan berupaya untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia

Indonesia untuk mewujudkan masyarakat yang maju dan berdaya guna.

Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu Negara untuk

menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan

merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

sumber daya manusia.

Perwujudan manusia yang berkualitas merupakan tanggung jawab

pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subjek

yang makin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh,

kreatif, mandiri, dan profesional pada bidangnya masing-masing. Hal ini

terutama untuk mengantisipasi era globalisasi yang melanda dunia yang tidak

dapat dihindari lagi.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3, yang isinya menyatakan bahwa:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

pembentukan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menajdi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.”1

Berdasarkan isi undang-undang tersebut berarti peserta didik

diharapkan mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk masa

depan yang lebih baik.

1

(14)

2

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi disertai arus

globalisasi yang cepat, menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber

informasi tidak mungkin lagi dapat dipertahankan. Oleh karena itu,

pendekatan dengan strategi belajar mengajar yang berpusat pada guru tidak

sesuai lagi dengan perkembangan yang dihadapi dunia pendidikan. Guru

bukan orang yang serba tahu dan peserta didik bukan orang yang serba tidak

tahu, sehingga diperlukan suatu pembelajaran yang berpusat pada peserta

didik dan dapat mengarahkan peserta didik untuk dapat terlibat secara

langsung dan aktif dalam kegiatan belajar mengajar.2

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikembangkan

dalam pendidikan menuntut siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan

mempersyaratkan kompetensi sebagai hasil belajar yang meliputi tiga ranah

yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sesuai pusat kurikulum di

tingkat SMP/MTs diharapkan ada penekanan yang diarahkan pada

pengalaman belajar.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah diharapkan

dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam

sekitar. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung

untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan

memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk

“mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk

memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.3

Biologi sebagai salah satu cabang sains merupakan proses dan

produk. Proses yang dimaksud di sini adalah proses melalui kegiatan ilmiah,

yaitu : kritis terhadap masalah, sehingga peserta didik mampu merasakan

adanya masalah, mengembangkan hipotesis atau pertanyaan-pertanyaan,

merancang percobaan atau melakukan pengamatan untuk menjawab

2

Pengawas Sekolah Pendidikan Menengah, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2008. h.4. Diakses

http://www.teknologipendidikan.net/wp-content/uploads/2009/10/14-KODE-03-B5-Strategi-Pembelajaran-dan-Pemilihannya.pdf. Rabu 20 Juli 2010 3

(15)

3

pertanyaan dan menarik kesimpulan. Produk dalam IPA adalah

konsep-konsep, azas, prinsip, teori dan hukum.

Proses melalui kegiatan ilmiah ini dapat dikembangkan oleh guru,

antara lain melalui pendekatan keterampilan proses sains. Keterampilan

proses sains melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual,

manual, dan sosial.4 Dengan mengembangkan keterampilan proses, peserta

didik akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan

konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang

dituntut.5 Dengan melakukan sendiri peserta didik akan lebih menghayati,

berbeda halnya jika hanya mendengar atau sekedar membaca. Berdasarkan

pernyataan tersebut, maka perlu identifikasi kemampuan keterampilan proses

sains sehingga dapat memperoleh gambaran perolehan konsep-konsep sains

pada peserta didik berdasarkan proses.

Keterampilan proses merupakan hasil belajar yang dicapai seseorang

dalam wujud kemampuan untuk melakukan kerja ilmiah atau penelitian

seperti merencanakan penelitian ilmiah, melaksanakan penelitian ilmiah,

mengkomunikasikan hasil penelitian ilmiah dan bersikap ilmiah.6

Mengajar dengan keterampilan proses berarti memberikan

kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan. Selain itu,

keterampilan proses membuat siswa belajar produk dan proses ilmu

pengetahuan sekaligus. Pelaksanaan keterampilan proses memerlukan suatu

pendekatan yang dapat mengarahkan siswa pada pembelajaran yang lebih

bermakna. Belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalaminya sendiri apa

yang dipelajari, bukan hanya sekedar mengetahuinya.7

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru bidang studi

IPA di MTs. YASTI 1 Cisaat, pembelajaran IPA khususnya biologi di MTs

4

Nuryani Y Rustaman, Strategi Belajar Mengajar Biologi. (Malang:IKIP Malang, 2005) , h.76.

5

Conny Semiawan dkk., Pendekatan Keterampilan Proses Sains, (Jakarta: PT.Gramedia, 1986), h.18.

6

Conny Semiawan dkk., Pendekatan Keterampilan Proses Sains,…h.23 7

(16)

4

tersebut sampai saat ini kurang dapat menumbuhkan keterampilan proses

sains siswa. Pembelajaran difokuskan pada aspek kognitif, sedangkan aspek

psikomotorik dan aspek afektif kurang diperhatikan, kurangnya keterlibatan

siswadalam pembelajaran dan aktivitas yang dilakukan cenderung tidak relevan

dengan materi pembelajaran, aktivitas siswa sebatas mencatat dan

mendengarkan, selain itu pendekatan yang digunakan kurang mampu

mengaktifkan siswa.8 Hal ini menyebabkan kesempatan siswa untuk terlibat

dalam proses belajar dan kesempatan untuk mengembangkan diri berkurang.

Hal ini berarti pembelajaran yang baik harus meliputi aspek psikomotorik,

aspek afektif, dan aspek kognitif. Untuk itu, guru IPA harus berusaha agar

siswa tidak hanya belajar memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip,

tetapi siswa juga mengalami proses belajar tentang pengarahan diri sendiri,

tanggung jawab, dan komunikasi sosial.9

Pendekatan yang lebih menekankan pada pendekatan pembelajaran

yang berorientasi hakikat IPA yaitu sebagai produk, proses, dan alat untuk

mengembangkan sikap ilmiah. Siswa dapat terlibat langsung dalam proses

pembelajaran, sehingga diharapkan dapat meningkatkan keterampilan proses

siswa. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan pendekatan

pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan adalah

pendekatan inkuiri terstruktur.

Pendekatan inkuiri merupakan aplikasi dari pembelajaran

konstruktivisme yang berdasarkan pada observasi dan studi ilmiah. Sehingga pendekatan inkuiri sesuai digunakan dalam pembelajaran IPA khususnya

biologi yang mengharapkan siswa terlibat langsung dengan objek-objek yang

dipelajari. Pembelajaran dengan inkuiri, siswa didorong untuk belajar

sebagian besar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan

prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan

8

Mely M, Guru Bidang Studi IPA di MTs.Yasti 1 Cisaat. Wawancara pada hari Rabu, 25 Agustus 2010.

9

(17)

5

melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan

prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Dalam pengajaran inkuiri terdapat

proses-proses mental. Proses-proses-proses mental tersebut diantaranya adalah

merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang percobaan,

melakukan percobaan, mengumpulkan dan menganalisis data serta menarik

kesimpulan.10

Pendekatan inkuiri terstruktur merupakan pendekatan dimana siswa

mengikuti dengan tepat instruksi guru untuk menyelesaikan kegiatan hands-on dengan sempurna.11 Kegiatan inkuiri terstruktur ini di mana guru menentukan topik, pertanyaan, bahan dan prosedur sedangkan analisis hasil

dan kesimpulan dilakukan oleh siswa.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis tertarik

mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Inkuiri Terstruktur terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa pada Konsep Sistem

Pernapasan Manusia.”

B. Identifikasi Masalah

1. Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi faktual.

2. Peserta didik hanya mempelajari IPA pada domain kognitif saja, tanpa

menumbuhkan keterampilan proses sains siswa.

3. Kurang variatifnya pendekatan pembelajaran yang digunakan selama

pembelajaran.

4. Penerapan pendekatan yang kurang mengaktifkan siswa di dalam kelas.

C. Pembatasan Masalah

Luasnya cakupan masalah yang muncul, maka diperlukan

pembatasan masalah. Penelitian ini dibatasi pada:

10

Rustaman, Nuryani Y, dkk. Strategi Belajar Mengajar Biologi.... h.76. 11

(18)

6

1. Subjek penelitiannya adalah siswa MTs.YASTI 1 Cisaat-Sukabumi kelas

VIII.

2. Keterampilan proses yang diukur ada 6 meliputi: mengamati, interpretasi

data, berhipotesis, merencanakan percobaan, menerapkan konsep dan

berkomunikasi.

3. Pendekatan Inkuiri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

pendekatan inkuiri terstruktur.

4. Materi biologi dibatasi pada konsep sistem pernapasan manusia.

D. Perumusan Masalah

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah ”Bagaimanakah

pengaruh pendekatan inkuiri terstruktur terhadap keterampilan proses sains

siswa?”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh

pendekatan inkuiri terstrukturterhadap keterampilan proses sains siswa pada

konsep sistem pernapasan manusia kelas VIII MTs. Yasti 1

Cisaat-Sukabumi. Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi Peneliti

a. Bertambahnya wawasan tentang pendekatan pembelajaran inkuiri

terstruktur.

b. Hasil penelitian maupun beberapa keterbatasan yang dihadapi dapat

dijadikan salah satu rujukan untuk pengembangan model

pembelajaran lebih lanjut.

2. Bagi Dunia Pendidikan

a. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam

pengembangan kurikulum dan pendekatan pembelajaran sains di

SMP serta merekomendasikan beberapa faktor pendukung kepada

(19)

7

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran mengenai pengembangan pendekatan pembelajaran

berbasis inkuiri sebagai wahana pendidikan siswa SMP serta dalam

pengembangan kurikulum IPA terintegrasi untuk jenjang SMP.

c. Sebagai bahan pertimbangan pembuatan program pembelajaran IPA

yang dapat melibatkan siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan

(20)

8

BAB II

DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR & PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Pendekatan Inkuiri

a. Pengertian Pendekatan Inkuiri

Menurut National Science Education Standards dalam Philips Alexander Towndrow dan Tan Aik Ling mendefiniskan inkuiri adalah

aktifitas beraneka segi yang meliputi observasi, membuat pertanyaan,

memeriksa sumber informasi lain untuk melihat apa yang telah

diketahui, merencanakan investigasi, memeriksa kembali menurut

bukti eksperimen, menggunakan alat untuk mengumpulkan,

menganalisa, dan menginterpretasi data, mengajukan jawaban,

penjelasan, dan prediksi, serta mengkomunikasikan hasil eksperimen.

Inkuiri memerlukan identifikasi asumsi, berpikir kritis dan logis, dan

pertimbangan keterangan atau penjelasan alternatif.”1

Pendekatan Inkuiri merupakan serangkaian kegiatan

pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan

analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang sudah

pasti dari suatu masalah yang dipertanyakan.2

Pendekatan inkuiri merupakan suatu pembelajaran yang

dirancang untuk mengajarkan kepada siswa bagaimana cara meneliti

permasalahan atau pertanyaan fakta-fakta. Pembelajaran inkuiri

memerlukan lingkungan kelas dimana siswa merasa bebas untuk

1

Philips Alexander dan Tan Aik Ling, Promoting Inquiry Through Science Reflective Journal Writing, Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology

Education, 2008, 4(3), h.279-283. (Tersedia:

http://www.ejmste.com/v4n3/EURASIA_v4n3_Towndrow.pdf) Diakses Rabu, 16 Juni 2010.

2

(21)

9

berkarya, berpendapat, membuat kesimpulan dan membuat dugaan.

Suasana seperti itu sangat penting karena keberhasilan pembelajaran

bergantung pada kondisi pemikiran siswa.

Inkuiri menciptakan pengalaman konkrit dan pembelajaran

aktif yang mendorong dan memberikan ruang dan peluang kepada

siswa untuk mengambil inisiatif dalam mengembangkan keterampilan

pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan penelitian sehingga

memungkinkan siswa menjadi pelajar sepanjang hayat. Inkuiri

melibatkan komunikasi yang berarti tersedia suatu ruang, peluang, dan

tenaga bagi siswa untuk mengajukan pertanyaan dan pandangan yang

logis, objektif dan bermakna, serta untuk melaporkan hasil-hasil kerja

siswa.

Inkuiri pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah

dialami. Karena itu inquiry menuntut siswa berpikir. Pendekatan ini melibatkan siswa dalam kegiatan intelektual. Meskipun pendekatan ini

berpusat pada siswa, namun guru tetap memegang peranan penting

sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban

mendorong siswa untuk melakukan kegiatan. Kadangkala guru perlu

menjelaskan, membimbing diskusi, memberikan intruksi-intruksi,

mengajukan pertanyaan, memberikan kritik dan saran kepada siswa.3

Inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran dimana siswa

melibatkan diri mereka dalam proses penyelidikan, merumuskan

pertanyaan dan memecahkan masalah, kegiatan seperti ini untuk

mengasah keterampilan proses agar hasil belajar siswa menjadi lebih

baik.4 Dengan kata lain inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh

dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi atau

3

Ken Gilbertson, Timothy Bates, Terry McLaughlin, and Alan Ewert, Outdoor Education: Methods and Strategies,(United States: Human Kinetics, 2006), h.120. http://wilderdom.com/store/index.php?main_page=product_info&cPath=4_11&products_ id=132 Diakses Sabtu,15 Mei 2010.

4

Alberta Learning, Focus on Inquiry: A Teacher’s Guide to Implementing

(22)

10

eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah

terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan

kemampuan berpikir kritis dan logis.

Berdasarkan definisi inkuiri di atas, dapat dikatakan bahwa

inkuiri merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa

secara aktif dalam menemukan pengetahuan atau pemahaman, mulai

dari merumuskan masalah, mengumpulkan data/informasi,

mengajukkan pertanyaan, membuat hipotesis, melakukan percobaan,

menganalisa hasil percobaan, dan membuat kesimpulan. Tujuan utama

inkuiri adalah mengembangkan keterampilan intelektual, berpikir kritis

dan mampu memecahkan masalah secara ilmiah. Siswa diharapkan

dapat menyelidiki mengapa suatu peristiwa dapat terjadi serta

mengumpulkan dan mengolah data secara ilmiah untuk mencari

jawabannya. Pendekatan ini lebih menekankan pada pencarian

(search) pengetahuan dari pada perolehan (acquisitiori) pengetahuan.

b. Jenis-Jenis Pendekatan Pembelajaran Inkuiri

Alan Colburn mengemukakan tiga jenis pendekatan inkuiri,

yaitu:5

1) Structured Inquiry (Inkuiri Terstruktur)

Dalam inkuiri terstruktur, siswa akan mengadakan penyelidikan

dan penemuan yang berdasarkan pada pertanyaan dan prosedur

yang disediakan guru.

2) Guided Inquiry (Inkuiri Terbimbing)

Meskipun siswa melakukan penyelidikan yang berdasarkan pada

pertanyaan yang diajukan guru, tetapi siswa yang menentukan

prosedur penyelidikannya.

5

(23)

11

3) Open Inquiry (Inkuiri Terbuka)

Dalam inkuiri terbuka, siswa melakukan penyelidikan berdasarkan

pada pertanyaan dan prosedur yang mereka bentuk.

Ronald J. Bonnstetter mengemukakan tiga jenis pendekatan

inkuiri, yaitu:6

1) Structured Science Experience

Siswa diharuskan mencari kesimpulannya sendiri berdasarkan

fakta-fakta. Dalam rangkaian inkuiri memberikan sebuah

pengalaman terstruktur yaitu tahapan utama untuk guru dan siswa.

Siswa melakukan percobaan sesuai dengan proses yang diberikan

oleh guru

2) Guided Inquiry

Dalam inkuiri terbimbing guru menentukan topik, pertanyaan, dan

menentukan bahan, akan tetapi siswa harus merancang

penyelidikan, analisis hasil dan mencari kesimpulan sesuai fakta.

3) Student Directed Inquiry

Siswa bertanggung jawab atas topik umum dan sedikit bimbingan

dengan pertanyaan.

4) Student Research

Inilah sasaran utama inkuiri. Pada tahapan ini siswa memerlukan

dukungan dan bimbingan dari guru. Guru hatus memahami

bagaimana membantu siswa untuk tertarik dan mampu melakukan

penelitian sesungguhnya.

5) Open-Ended Inquiry

Dalam open-ended inquiry guru memfasilitasi proses siswa memilih pertanyaanya dan berinkuiri.

6

(24)

12

6) Teacher-Collaborative Inquiry

Dalam teacher-collaborative inquiry guru dan siswa melakukan penyelidikan, dan bersama memilih pertanyaan dan strategi untuk

menemukan jawaban yang pada awalnya tidak diketahui.

c. Sintak Pembelajaran Inkuiri

Secara ringkas kegiatan guru dan siswa selama proses

pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut.7

Tabel 2.1 Sintak Pembelajaran Inkuiri

Fase Perilaku Guru

Menyajikan

pertanyaan atau

masalah

Guru membimbing siswa

mengidentifikasi masalah dan masalah

dituliskan di papan tulis. Guru

membagi siswa dalam kelompok.

Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada

siswa untuk memberikan pendapat

dalam bentuk hipotesis. Guru

membimbing siswa dalam menentukan

hipotesis yang relevan dengan

permasalahan dan memprioritaskan

hipotesis mana yang menjadi prioritas

penyelidikan.

Merancang

percobaan

Guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk menentukan

langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis

yang akan dilakukan. Guru

membimbing siswa mennyusun

langkah-langkah percobaan.

7

(25)

13

Fase Perilaku Guru

Melakukan

percobaan untuk

memperoleh

informasi

Guru membimbing siswa mendapatkan

informasi melalui percobaan

Mengumpulkan dan

menganalisa data

Guru memberi kesempatan kepada

setiap kelompok untuk menyampaikan

hasil pengolahan data yang terkumpul

Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam

membuat kesimpulan

d. Karakteristik Pendekatan Inkuiri

Menurut Carol C. Kuhlthau dan Ross J. Todd ada enam

karakteristik inkuiri terstruktur, yaitu:8

1) Siswa belajar aktif dan terefleksikan pada pengalaman

Jhon Dewey menggambarkan pembelajaran sebagai proses

aktif individu, bukan sesuatu dilakukan untuk seseorang tetapi

lebih kepada sesuatu dilakukan oleh seseorang. Pembelajaran

sebuah kombinasi dari tindakan dan refleksi pada pengalaman.

Dewey sangat menekankan pembelajaran Hands On (berdasar pengalaman) sebagai penentang metode otoriter dan menganggap

bahwa pengalaman dan inkuiri sangat penting dalam pembelajaran

bermakna.

2) Siswa belajar berdasarkan pada apa yang diketahui

Pengalaman masa lalu dan pengertian sebelumnya

merupakan bentuk dasar untuk membangun pengetahuan baru.

Ausubel prihatin dengan individu yang belajar materi

verbal/tekstual dalam jumlah yang besar di sekolah. Menurut

8Carol Kuhlthau dan Ross J. Todd, 2006, “

(26)

14

Ausubel faktor terpenting yang mempengaruhi pembelajaran

adalah melalui apa yang siswa ketahui.

3) Siswa mengembangkan rangkaian berpikir dalam proses

pembelajaran melalui bimbingan

Rangkaian berpikir ke arah yang lebih tinggi memerlukan

proses yang mendalam yang membawa kepada sebuah

pemahaman. Proses yang mendalam memerlukan waktu dan

motivasi yang dikembangkan oleh pertanyaan-pertanyaan yang

otentik mengenai objek yang telah digambarkan dari pengalaman

dan keingintahuan siswa

Proses yang mendalam juga memerlukan perkembangan

kemampuan intelektual yang melebihi dari penemuan dan

pengumpulan fakta. Menurut Bloom, kemampuan intelektual

seperti pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan

evaluasi membantu merangsang untuk berinkuiri yang membawa

kepada pengetahuan dan pemahaman yang mendalam.

4) Perkembangan siswa terjadi secara bertahap

Siswa berkembang melalui tahap perkembangan kognitif,

kapasitas siswa untuk berpikir abstrak ditingkatkan oleh umur.

Perkembangan ini merupakan proses kompleks yang meliputi

kegiatan berpikir, tindakan, refleksi, menemukan dan

menghubungkan ide, membuat hubungan, mengembangkan dan

mengubah pengetahuan sebelumnya, kemampuan, serta sikap dan

nilai.

5) Siswa mempunyai cara yang berbeda dalam pembelajaran

Siswa belajar melalui semua pengertiannya. Mereka

menggunakan seluruh kemampuan fisik, mental dan sosial untuk

membangun pemahaman yang mendalam mengenai dunia dan apa

(27)

15

6) Siswa belajar melalui interaksi sosial dengan orang lain

Siswa hidup dilingkungan sosial dimana mereka terus menerus

belajar melalui interaksi dengan orang lain disekitar mereka.

Orangtua, teman, saudara, guru, kenalan, dan orang asing

merupakan bagian dari lingkungan sosial yang membentuk

pembelajaran lingkungan pergaulan dimana mereka membangun

pemahaman mengenai dunia dan membuat makna untuk mereka.

Vigotsky berpendapat bahwa perkembangan proses hidup

bergantung pada interaksi sosial pembelajaran sosial berperan

penting untuk perkembangan kognitif.

e. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Inkuiri

Beberapa kelebihan mengajar dengan menggunakan

pendekatan inkuiri antara lain:9

a. Membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan

dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa.

b. Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar dan ide-ide dengan lebih

baik.

c. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi

proses belajar yang baru.

d. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya

sendiri.

e. Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan

hipotesisnya sendiri.

f. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik.

Berdasarkan uraian di atas, pendekatan inkuiri dapat

merangsang tumbuhnya motivasi intrinsik pada diri siswa untuk

belajar dan menemukan jawaban masalah yang dihadapinya. Dalam

proses belajar, tentunya diperlukan ingatan atas konsep-konsep yang

9 Carol C.Kuhlthau, Leslie K. Maniotes, et,all. 2006. “

Guided Inquiry:A Framework for Learning Through School Libraries in 21 Century School.Tersedia:

(28)

16

telah diketahui sebelumnya untuk menghadapi situasi proses belajar

yang baru.

Pendekatan inkuiri juga mempunyai kelemahan, yaitu:

a. Kesulitan untuk mengerti tanpa suatu dasar pengetahuan faktual,

dimana pengetahuan itu secara efisien diperoleh dengan pengajaran

deduktif.

b. Ada kemungkinan hanya siswa pandai yang terlibat secara aktif

dalam pengembangan prinsip umum dan siswa yang pasif hanya

diam menunggu adanya siswa yang menyatakan prinsip umum

tersebut.

c. Relatif memerlukan waktu yang banyak dan sering memerlukan

waktu lebih dari satu pertemuan.

d. Tidak mungkin siswa diberi kesempatan sepenuhnya untuk

membuktikan secara bebas semua yang dipermasalahkan.

2. Pendekatan Inkuiri Terstruktur

a. Pengertian Pendekatan Inkuiri Terstruktur

Inkuiri terstruktur merupakan pendekatan dimana guru

melibatkan siswa dalam kegiatan hands-on untuk melakukan penyelidikan sesuai dengan prosedur dan konsep, akan tetapi guru

tidak memberitahukan siswa alternatif hasil. Siswa menemukan

hubungan antara variabel-variabel atau disamping itu siswa

menyimpulkan data yang telah dikumpulkan.10

Inkuiri terstruktur masih memegang peranan guru dalam

menentukan topik, pertanyaan, bahan dan prosedur. Sedangkan analisis

hasil dan kesimpulan dilakukan oleh siswa. Inkuiri terstruktur

menuntut siswa mengikuti dengan seksama setiap langkah kerja dalam

10

(29)

17

kegiatan hands-on yang telah disusun oleh guru melalui lembar kerja

siswa (LKS) jenis guided worksheet activity.11

Inkuiri terstruktur merupakan salah satu pendekatan inkuiri

dimana guru menyediakan tujuan, petunjuk dan prosedur kegiatan

tetapi tidak memberitahukan ahsil. Siswa diharapkan menemukan

sendiri hubungan antar variabel ataupun menggeneralisasikan data.

Menurut Zulfiani dalam tingkatan discovery/structured inquiry tindakan utama guru adalah mengidentifikasi permasalahan dan proses,

sementara siswa mengidentifikasi alternatif hasil.12

Berdasarkan uraian diatas inkuiri terstruktur merupakan salah

satu pendekatan inkuiri yang menyajikan permasalahan, pertanyaan

dan prosedur percobaan untuk menyelesaikan masalah. Masalah dan

pertanyaan mendorong siswa melakukan penyelidikan untuk

menemukan jawabannya. Kegiatan pembelajaran ini adalah

mengumpulkan data dari masalah yang diajukan oleh guru, membuat

hipotesis, melakukan penyelidikan, menganalisis hasil, membuat

kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil penyelidikan.

b. Tahapan Pendekatan Inkuiri Terstruktur

Tahap pelaksanaan pendekatan inkuiri terstruktur terdiri dari

empat fase, yaitu penyajian masalah, berhipotesis, melakukan

percobaan, mengkomunikasikan hasil percobaan:13

Tabel 2.2 Tahapan Pendekatan Inkuiri Terstruktur

Fase Perilaku Guru

Menyajikan Guru membimbing siswa

11

Nengsih Juanengsih, Perbandingan Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Terstruktur terhadap peningkatan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Kerja Ilmiah Siswa Kelas X pada KOnsep Bioteknologi, (Metamorfosa, Jurnal Pendidikan IPA) Vol.1, h.28.

12

Zulfiani,dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h.121.

13

(30)

18

Fase Perilaku Guru

pertanyaan atau

masalah

mengidentifikasi masalah dan masalah

dituliskan di papan tulis. Guru

membagi siswa dalam kelompok.

Berhipotesis Guru memberikan kesempatan pada

siswa untuk memberikan pendapat

dalam bentuk hipotesis. Guru

membimbing siswa dalam menentukan

hipotesis yang relevan dengan

permasalahan dan memprioritaskan

hipotesis mana yang menjadi prioritas

penyelidikan.

Melakukan

percobaan untuk

memperoleh

informasi

Guru membimbing siswa mendapatkan

informasi melalui percobaan

Mengkomunikasikan

Hasil Percobaan

Guru memberi kesempatan kepada

setiap kelompok untuk menyampaikan

hasil pengolahan data yang terkumpul

Membuat

Kesimpulan

Guru membimbing siswa dalam

membuat kesimpulan

c. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Inkuiri Terstruktur

Menurut Suryosubroto dalam Henik Ismawati, ada beberapa

kelebihan pemebelajaran inkuiri terstruktur, antara lain:

1) Menerapkan pengetahuan dalam situasi yang berbeda

2) Mendapatkan kemampuan untuk belajar dan menerapkan materi

pengetahuan

3) Mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sehari-hari

(31)

19

Pendekatan inkuiri terstruktur juga memiliki kelemahan,

diantaranya:

1) Diharuskan adanya persiapan mental

2) Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas yang besar, misalnya

sebagian waktu hilang karena membantu siswa menemukan

teori-teori.

3) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin

mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan

pembelajaran secara tradisional jika guru tidak menguasai

pembelajaran inkuiri terstruktur ini.14

3. Keterampilan Proses Sains

a. Pengertian Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses ialah pendekatan pembelajaran yang

bertujuan mengembangkan sejumlah kemampuan fisik dan mental

sebagai dasar untuk mengembangkan yang lebih tinggi pada diri siswa

dalam memproses perolehan belajarnya.15 Dengan mengembangkan

kemampuan fisik dan mental, siswa akan mampu menemukan dan

menggambarkan sendiri fakta, konsep, serta menumbuhkan dan

mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.

Dorish Ash mengungkapkan pendapat bahwa ”ketika siswa

berinteraksi ke dalam dunia sains, mereka menemukan penelitian

mereka sendiri, pertanyaan, hipotesis, prediksi, investigasi, interpretasi

dan komunikasi. Inilah yang disebut “Keterampilann Proses” sains. Keterampilan proses memainkan peran kritis dalam membantu siswa

mengembangkan ide sainsnya. Keterampilan Proses merupakan

14

Henik Ismawati, Meningkatkan Aktivitas dan hasil Belajar Sains-Fisika melalui Pembelajaran Inkuiri Terstruktur untuk Sub-Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.2007. http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH44b3/0f240cc1.dir/doc.pdf. Diakses: Rabu, 16 Juni 2010.

15

(32)

20

keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun

psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep

atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada

sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu

penemuan (falsifikasi). Jadi Keterampilan Proses Sains adalah

kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam

memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. ”16

Keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan

kognitif atau intelektual, manual, dan sosial. Keterampilan kognitif

atau intelektual terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses

siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat

dalam keterampilan proses karena mungkin siswa melibatkan

penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan

alat. Dengan keterampilan sosial dimaksudkan bahwa siswa

berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar

mengajar dengan keterampilan proses, misalnya mendiskusikan hasil

pengamatan.17

Keterampilan yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran

IPA, yaitu:18

1) Melakukan Observasi

Keterampilan ini berhubungan dengan penggunaan secara optimal dan prosporsional seluruh alat indera untuk menggambarkan objek dan hubungan ruang dan waktu atau mengukur karakteristik fisik benda-benda yang diamati. Pengamatan dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

2) Menafsirkan hasil Pengamatan

Interpretasi meliputi keterampilan mencatat hasil pengamatan dengan bentuk angka-angka, menghubungkan hasil pengamatan, menemukan pola keteraturan dari satu seri pengamatan hingga memperoleh kesimpulan

3) Mengelompokkan

16 Doris Ash, “

The Process Skills of Inquiry.h.52. (Tersedia: www.JCE.DivCHED.org) Diakses 16 Juni 2010.

17

Nuryani Y. Rustaman. Strategi Belajar Mengajar Biologi. (Malang:IKIP Malang, 2007) h. 78

18

(33)

21

Dasar keterampilan mengklasifikasi adalah kemampuan mengidentifikasi perbedaan dan persamaan antara berbagai oobyek yang diamati. Termasuk dalam keterampilan ini adalah menggolongkan, membandingkan, mengkontraskan, dan mengurutkan.

4) Meramalkan

Keterampilan meramalkan atau prediksi mencakup keterampilan mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecenderungan atau pola data yang sudah ada. 5) Keterampilan Berkomunikasi

Menginformasikan hasil pengamatan, hasil prediksi atau hasil percobaan kepada orang lain termasuk keterampilan berkomunikasi. Bentuk komunikasi ini bisa dalam bentuk lisan, tulisan, grafik, tabel, diagram atau gambar. Jenis komunikasi dapat berupa paparan sistematik (laporan) atau transformasi parsial 6) Hipotesis

Hipotesis menyatakan hubungan antara dua variabel atau mengajukan perkiraan penyebab sesuatu terjadi.

7) Merencanakan Percobaan atau Penyelidikan

Keterampilan ini adalah menentukan alat dan bahan yang diperlukan untuk menguji atau menyelidiki sesuatu.

8) Menerapkan konsep atau prinsip

Keterampilan ini meliputi keterampilan menggunakan konsep-konsep yang telah dipahami untuk menjelaskan peristiwa baru, menerapkan konsep yang dikuasai pada situasi baru atau menerapkan rumus-rumus pada pemecahan soal-soal baru.

9) Mengajukan Pertanyaan

Keterampilan ini merupakan keterampilan mendasar yang harus dimiliki oleh siswa sebelum mempelajari suatu masalah lebih lanjut. Siswa berhadapan dengan suatu amsalah semestinya siswa mengajukan pertanyaan Apakah itu? Mengapa begitu? Dan bagaimana hal tersebut dapat terjadi atau bagaimana cara pemecahannya.

10)Menyimpulkan

Keterampilan-keterampilan proses yang dipaparkan diatas menjadi kurang bermakna apabila tidak ditunjang dengan keterampilan menarik suatu generalisasi dari serangkaian hasil kegiatan percobaan atau penyelidikan.

b. Jenis-Jenis Keterampilan Proses Sains

Ada berbagai jenis keterampilan proses yang dapat

dikembangkan dalam diri peserta didik, menurt Karen L. Lancour

(34)

22

keterampilan-keterampilan dasar (Basic Skills) dan keterampilan-keterampilan terintegrasi (Integrated Skills).19

Hal serupa juga diungkapkan Yew Mei bahwa keterampilan

dasar dalam keterampilan proses merupakan dasar dari keterampilan

terintegrasi yang pada umumnya lebih kompleks dalam memecahkan

suatu permasalahan dalam suatu eksperimen.20

Berdasarkan ungkapan-ungkapan di atas diperoleh bahwa

keterampilan-keterampilan dasar terdiri dari enam keterampilan, yakni

mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur,

menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Sedangkan

keterampilan-keterampilan terintegrasi terdiri dari: mengidentifikasi variabel,

membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik,

menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan

mengolah data, menganalisa penelitian, menyusun hipotesis,

mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian, dan

melaksanakan ekssperimen.

Keterampilan dasar dan keterampilan terintegrasi saling

bergantung satu sama lain dan masing-masing menitikberatkan pada

suatu keterampilan khusus dari setiap keterampilan. Selain itu

keterampilan-keterampilan proses yang merupakan keterampilan dasar

menjadi suatu landasan untuk menguasai keterampilan-keterampilan

terintegrasi.

Keterampilan proses sains merupakan sejumlah

keterampilan yang dibentuk oleh komponen-komponen metode sains/

scientific methods. Longfield dalam Sabar Nurrohman membagi

19

Karen L. Lancour, Process Skills For Life Science. (Tersedia: www.JCE.DivCHED.org) Diakses 16 Juni 2010.

20

(35)

23

keterampilan proses sains menjadi tiga tingkatan, yaitu Basic, Intermediate, dan Edvanced. 21

Tabel 2.3 Indikator Aspek Keterampilan Proses Sains No. Keterampilan

Proses Indikator

1

Observasi Menggunakan indera

Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan

Mencari persamaan dan perbedaan

2

Interpretasi Mencatat setiap pengamatan secara terpisah

3 Prediksi Mengemukakan kemungkinan apa yang

akan terjadi

4 Menggunakan alat/bahan

Terampil dalam menggunakan

alat/bahan

5 Menerapkan Konsep

Menggunakan informasi, kesimpulan,

konsep teori dalam situasi baru

6

Merencanakan Percobaan

Menentukan alat, bahan, dan sumber

Menentukan variabel

Menentukan variabel tetap dan berubah

Menentukan apa yang akan diamati

Menentukan langkan dan cara kerja

Menentukan cara mengolah hasil

21

(36)

24

No. Keterampilan

Proses Indikator

pengamatan

7

Berkomunikasi Menyusun dan menyampaikan laporan Menjelaskan hasil pengamatan

Menggambarkan data dalam bentuk

grafik, tabel dan sebagainya

c. Kedudukan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Sains

Pemahaman mengenai keterampilan proses akan menimbulkan

sikap:

1) Kesadaran adanya suatu masalah. Merumuskan suatu masalah

secara jelas dan lugas sangatlah penting sebab tanpa rumusan yang

jelas sangat sukar untuk mengumpulkan data yang relevan.

2) Memilih data yang relevan dan mengumpulkannya. Hal ini

tergantung pada keterampilan yang dimiliki seseorang.

Keterampilan proses merupakan suatu keterampilan ilmiah

yang terarah (kognitif, psikomotorik) yang dapat digunakan untuk:

1) Menentukan dan memperjelas suatu konsep/teori

2) Mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya.

3) Melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi) 4) Menumbuhkembangkan sikap kritis.

d. Peranan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Sains

Secara umum peran guru terutama berkaitan dengan

pengalaman mereka membantu siswa mengembangkan keterampilan

proses sains. Menurut Hallen dalam Nuryani sedikitnya terdapat lima

aspek yang perlu diperhatikan oleh guru dalam berperan

mengembangkan keterampilan proses sains.22

22

(37)

25

1) Memberikan kesempatan untuk menggunakan keterampilan proses

dalam melakukan eksplorasi materi dan fenomena.

2) Memberi kesempatan untuk berdiskusi dalam kelompok-kelompok

kecil dan diskusi kelas.

3) Mendengarkan pembicaraan siswa dan mempelajari produk mereka

untuk menemukan proses yang diperlukan untuk membentuk

gagasan mereka.

4) Mendorong siswa mengulas (review) secara kritis tentang bagaimana kegiatan mereka telah dilakukan.

5) Memberikan teknik atau strategi untuk meningkatkan

keterampilan, khususnya ketepatan dalam observasi dan

pengukuran misalnya, atau teknik-teknik yang perlu rinci

dikembangkan dalam berkomunikasi.

e. Penilaian Keterampilan Proses Sains

1) Karakteristik Umum

a) Butir soal keterampilan proses dapat dibedakan dari butir soal

penguasaan konsep, sehingga konstruksi butir soalnya tidak

dibebani konsep. Hal ini diupayakan agar butir soal tidak rancu

dengan pengukuran konsepnya. Konsep hendaknya dijadikan

konteks. Konsep yang terlibat diyakini penyusunan soal telah

dipelajari siswa atau tidak asing bagi siswa.

b) Butir soal keterampilan proses hendaknya mengandung

sejumlah informasi yang harus diolah oleh siswa. Informasi

dalam butir soal keterampilan proses dapat berupa gambar,

grafik, data dalam tabel dan uraian.

c) Aspek yang diukur oleh butir soal keterampilan proses harus

jelas dan hanya mengandung satu aspek saja, misalnya

interpretasi.

d) Sebaiknya ditampilkan gambar untuk membantu menghadirkan

(38)

26

2) Karakteristik Khusus

Karakteristik khusus yang harus diperhatikan jika menyusun

butir soal yang mengukur jenis-jenis keterampilan proses:

a) Observasi: dalam butir soal harus ada objek atau peristiwa yang

dapat diamati.

b) Interpretasi: dalam butir soal harus disajikan sejumlah data

untuk memperlihatkan pola.

c) Klasifikasi: dalam butir soal harus diajukan objek/peristiwa

yang dapat ditemukan atau dicari persamaan dan perbedaan

dari objek tersebut atau diberi kriteria untuk melakukan

pengelompokkan.

d) Prediksi: dalam butir soal harus jelas pola/kecenderungan

untuk dapat diajukan suatu dugaan/ramalan.

e) Berkomunikasi: dalam butir soal harus ada satu bentuk

penyajian tertentu untuk diubah ke bentuk lain misalnya dari

uraian ke bagan.

f) Berhipotesis: dalam butir soal harus dapat merumuskan dugaan

atau jawaban sementara, atau menguji pernyataan yang ada dan

mengandung hubungan dua variabel atau lebih, biasanya

mengandung cara kerja untuk menguji atau membuktikan.

g) Merencanakan percobaan/penelitian: dalam butir soal harus

memberi kesempatan untuk mengusulkan gagasan berkenaan

dengan alat/bahan yang akan digunakan, urutan prosedur yang

harus ditempuh, menentukan peubah (variabel), mengendalikan

peubah.

h) Menerapkan konsep/prinsip: dalam butir soal harus membuat

konsep/prinsip yang akan diterapkan tanpa menyebutkan nama

konsepnya.

i) Mengajukan pertanyaan: dalam butir soal harus memunculkan

sesuatu yang mengherankan, mustahil, tidak biasa atau

(39)

27

4. Metode Demonstrasi

a. Pengertian Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran

dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang

suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya

sekedar tiruan.23 Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa

hanya sekedar memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat

menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi

pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung

keberhasilan strategi pemmbelajaran ekpositori dan inkuiri.

b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi

Metode pembelajaran demonstrasi memiliki beberapa

kelebihan, diantaranya:

1) Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat

dihindari, sebab siswa ditugaskan langsung memperhatikan bahan

pelajaran yang dijelaskan.

2) Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya

mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.

3) Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki

kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan.

Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi

pembelajaran.

Metode pembelajaran demonstrasi juga memiliki kelemahan,

diantaranya:

23

Pengawas Sekolah Pendidikan Menengah, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2008. h.16. Diakses

(40)

28

1) Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang,

sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal

sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi.

2) Demonstrasi mmemerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat

yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan

pembiayaan yang lebih mahal.

3) Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang

khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional.

c. Langkah-Langkah Menggunakan Metode Demonstrasi

1) Tahap Persiapan

a) Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses

demonstrasi berakhir.

b) Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan

dilakukan

c) Lakukan uji coba demonstrasi.

2) Tahap Pelaksanaan

a) Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat

memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan

b) Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa

c) Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa

d) Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan merangsang

siswa untuk berpikir

e) Ciptakan suasan yang menyejukkan dengan menghindari

suasana yang menegangkan

f) Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi

dengan memperhatikan reaksi seluruh siswa.

g) Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif

memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari

(41)

29

h) Apabila demonstrasi selesai, guru memberikan tugas-tugas

yang terkait dengan pelaksanaan demonstrasi dan prooses

pencapaian tujuan pembelajaran.

Penggunaan metode demonstrasi dapat diterapkan dengan

syarat memiliki keahlian untuk mendemonstrasikan penggunaan alat

atau melaksanakan kegiatan tertentu seperti kegiatan sesungguhnya.

Keahlian mendemonstrasikan tersebut harus dimiliki oleh guru dan

pelatih yang ditunjuk.

Metode demonstrasi ini sangat efektif menolong siswa mencari

jawaban atas pertanyaan seperti: Bagaimana prosesnya? Terdiri dari

unsur apa? Cara mana yang paling baik bagaimana dapat diketahui

kebenarannya? melalui pengamatan induktif.

Metode Demonstrasi dapat dilaksanakan:24

1) Manakala kegiatan pembelajaran bersifat formal.

2) Bila materi pelajaran berbentuk keterampilan gerak, petunjuk

sederhana untuk melakukan keterampilan dengan menggunakan

bahasa asing, dan prosedur pelaksanaan suatu kegiatan

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Tisngatun Nurochmah dengan judul

pengaruh pendekatan inkuiri terstruktur terhadap keterampilan proses sains

siswa dalam proses pembelajaran ipa biologi pada materi pokok sistem

pencernaan pada manusia menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

pendekatan inkuiri terstruktur dapat meningkatkan dengan sangat signifikan

kemampuan proses sains siswa dan penguasaan konsep pada materi pokok

sistem pencernaan pada manusia di SMP N 2 Temon Kulon Progo, hal ini

dibuktikan dengan uji-t yang diperoleh hasil thitung 3,732 > 2,000 (p < 0,01).25

24

Martinis Yamin, Paradigma Pendidikan Konstruktivistik, (Jakarta:Gaung Persada Press,2005), h.76.

25

(42)

30

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arief Sidharta dengan

judul Model Pembelajaran Asam Basa Berbasis Inkuiri Laboratorium Sebagai

Wahana Pendidikan Sains Siswa SMP diperoleh bahwa model pembelajaran

yang disusun dapat meningkatkan keterampilan proses sains. Peningkatan

tertinggi terjadi pada indikator menafsirkan pengamatan (interpretasi) dan

menerapkan konsep atau prinsip, sedangkan terendah pada indikator

mengelompokkan (klasifikasi).26

Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Erika Sari, Betty Holiwarni,

Jimmi Copriady dengan judul Penerapan Pendekatan Inkuiri untuk

Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa pada Pokok Bahasan laju

Reaksi Kelas XI IPA SMAN 1 SIAK SRI INDRAPURA menunjukkan bahwa

penerapan pendekatan inkuri dapat meningkatkan keterampilan proses sains

siswa. Secara keseluruhan, peningkatan rata-rata nilai 9 keterampilan proses

sains siswa dari pertemuan pertama hingga pertemuan keempat yaitu sebesar

11.02%.27

Penelitian yang dilakukan oleh Gebi Dwiyanti dan Wiwi Siswaningsih,

dengan judul Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI pada Pembelajaran

Kesetimbangan Kimia melalui Metode Praktikum menunjukkan bahwa siswa

mempunyai nilai baik untuk keterampilan observasi, nilai cukup untuk

keterampilan menafsirkan pengamatan dan untuk keterampilan

berkomunikasi.28

Penelitian yang dilakukan oleh Susiwi, Achmad A.Hinduan, Liliasari, Sadijah Ahmad dengan judul analisis keterampilan proses sains siswa SMA pada model pembelajaran D-E-H menunjukkan bahwa tercapainya

26

Arief Sidharta, Model Pembelajaran Asam Basa Berbasis Inkuiri Laboratorium

sebagai Wahana Pendidikan Sains Siswa SMP.

http://www.p4tkipa.org/data/A_SIDHARTA.pdf. Diakses: Rabu, 16 Juni 2010. 27

Sari, Fitri Eka, dkk, Penerapan Pendekatan Inkuiri Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi Kelas IX SMAN 1 Siak Sri Indrapura.Skripsi, Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru http://www.scribd.com/doc/17061987/penerapan-pendekatan-inkuiri-untuk- meningkatkan-keterampilan-proses-siswa-pada-pokok-bahasan-laju-reaksi-kelas-xi-ipa-sman-1-siak-sri-indrapura. (10 Februari 2010).

28

(43)

31

keterampilan merumuskan hipotesis, mengendalikan variabel, dan merancang

percobaan dengan persentase secara berturut-turut yaitu 81.5%, 87.0%, dan

81.5% dengan menggunakan metode praktikum.29

Penelitian yang dilakukan oleh Peggy Brickman, Cara Gormally,

Norris Amstrong, dan Brittan Hallar dengan judul pengaruh pembelajaran

inkuiri terhadap keterampilan literasi dan percaya diri siswa menunjukkan

bahwa pendekatan inkuri dapat meningkatkan keterampilan penyelidikan

siswa di laboratorium dan meningkatkann kemampuan ilmiah siswa.30

Muzaffar Khan and Muhammad Zafar Iqbal melakukan penelitian dengan

judul pengaruh pembelajaran berbasis inkuiri laboratorium terhadap

perkembangan keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran biologi di

Pakistan menunjukkan bahwa pembelajaran dengan inkuiri laboratorium lebih

efektif dibandingkan pembelajaran tradisional. Nilai thitung untuk keterampilan

proses sains mengamati (3.73), klasifikasi (6.979), menggambar (4.264),

pengukuran (5.771) dan berkomunikasi (5.106) lebih besar dibandingkan ttabel

yaitu 1,96. 31

C. Kerangka Pikir

Tujuan pendidikan sains adalah membantu siswa untuk

mengembangkan pengetahuan dan pemahaman serta mendorong siswa untuk

mengembangkan keterampilan untuk menyelidiki komponen-komponen

kehidupan fisik, material, dan teknologi dari lingkungan siswa secara ilmiah.

Untuk itu setiap pembelajaran dalam pendidikan sains harus menumbuhkan

kualitas pemikiran semacam kemandirian berpikir, keaslian ide, dan

29Susiwi, dkk., Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA pada “Model

Pembelajaran Praktikum D-E-H”, Jurnal Pengajaran MIPA UPI, Sekolah Pascasarjana UPI, FMIPA ITB, Vol. 14 ISSN: 1412-0917 No. 2 Oktober 2009, h.96-102.

30

Peggy Brickman, Cara Gormally, Norris Amstrong, dan Brittan Hallar, Effect of Inquiry-based Learning on Student’s Science Literacy Skills and Confidence, International Journal for the Schholarship of Teaching and Learning, Vol.3 No.2 (july 2009). Diakses di http://www.georgiasouthern.edu/ijsotl. Diakses: Sabtu, 06 November 2010)

31

Gambar

Tabel 2.3 Indikator Aspek Keterampilan Proses Sains
grafik, tabel dan sebagainya
grafik, data dalam tabel dan uraian.
Tabel 3.1 Desain Penelitian Pretest-Posttest Control Group Design
+7

Referensi

Dokumen terkait

Fakultas Kedokteran akan menjamin, bahwa sumber daya yang dibutuhkan untuk mendukung proses utama (bisnis proses) dalam penyediaan jasa layanan pendidikan sumber daya

7) Mengkoordinasikan pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi hasil belajar Program Studi. Laboratorium adalah unit fakultas yang berfungsi sebagai pusat pembelajaran, sumber

Sehubungan dengan Pelelangan Pemilihan Langsung dengan Pascakualifikasi yang di laksanakan oleh Panitia Pengadaan barang/Jasa Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan untuk

UNTUK MEWUJUDKAN MALIOBORO YANG LEBIH AMAN DAN NYAMAN / ITULAH BERSAMA PEMKOT / POLTABES / DAN LPKKM LEMBAGA. PENGEMBANGAN KOMUNITAS KAWASAN MALIOBORO (LPKKM) /

Integrasi Penginderaan Jauh dan SIG dalam pengelolaan wilayah pesisir dapat menggunakan Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL) data spasial yang dilakukan dalam GIS dapat berupa

LOKASI KEGIATAN Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

sedang tren menyediakan menu ayam kampung karena rasa daging ayam yang gurih dan lezat di banding ayam broiler yang lembek hal ini yang membuat banyak orang beralih

Pada kenyataannya, jumlah permintaan ke atas suatu barang bukan hanya ditentukan oleh harga barang itu sendiri, melainkan masih banyak faktor-faktor lain yang dapat