• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas pembelajaran fisika pokok bahasan kalor dengan metode Student Teams Achievement Division (STAD) menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dibandingkan dengan metode ceramah pada siswa kelas VII SMP Marganingsih Muntilan tahun ajaran 2008/2009 -

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Efektifitas pembelajaran fisika pokok bahasan kalor dengan metode Student Teams Achievement Division (STAD) menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dibandingkan dengan metode ceramah pada siswa kelas VII SMP Marganingsih Muntilan tahun ajaran 2008/2009 - "

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN FISIKA POKOK BAHASAN KALOR DENGAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

(STAD) MENGGUNAKAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) DIBANDINGKAN DENGAN METODE CERAMAH

PADA SISWA KELAS VII SMP MARGANINGSIH MUNTILAN TAHUN AJARAN 2008 / 2009

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

Bernadeta Rini Indriyani NIM : 041424010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

!" !

# " " $

" "

(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Bernadeta Rini Indriyani (2009). Efektifitas Pembelajaran Fisika Pokok Bahasan Kalor dengan Metode Student Teams Achievement Division (STAD) Menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Dibandingkan dengan Metode Ceramah Pada Siswa Kelas VII SMP Marganingsih Muntilan Tahun Ajaran 2008/2009. Yogyakarta : Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pembelajaran fisika pokok bahasan kalor dengan metode STAD menggunakan LKS dibandingkan metode ceramah dalam hal : (1) peningkatan hasil belajar siswa dan (2) keterlibatan siswa.

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Marsudirini Marganingsih Muntilan. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIA (29 siswa) sebagai kelas eksperimen dan kelas VIIB (28 siswa) sebagai kelas kontrol.

Data hasil peningkatan pembelajaran fisika dianalisis dengan menggunakan tes t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tobs > tcrit (1,991 >

1,671). Sehingga tobs adalah signifikan dan dapat disimpulkan metode STAD

(8)

ABSTRACT

Bernadeta Rini Indriyani (2009). The Effectiveness of Physics Learning which theme is Heat by using Students Teams Achievement Division (STAD) Method carried out by using Students’ Worksheet Compared to Lecturing Method for the 7th grade of Marganingsih Muntilan Juniour High School of Academic Year 2008 / 2009. Yogyakarta Physics Education Study Program, Math and Physics Education Department, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.

The research is aimed to find out the effectiveness of Physics learning with the chosen theme Heath, by using Students Teams Achievement Division (STAD) method carried out by using the students’ worksheet compare by lecturing method in terms of : (1) increasing the students achievement and (2) students’ involvement.

The population taken for the research is the students of the 7th grade of Marsudirini Marganingsih Muntilan Junior High School. The sample of the experiment is students of class VII A (29 students) as the experiment class, meanwhile, VII B (28 students) as the control class.

The data get from the result of the increasing achievement of Physics Learning is analyzed by using test t. The research result shows that tobs > tcrit (1,991 > 1,671). Thus, tobs is significant and can be concluded that Students Teams

Achievement Division (STAD) Method by using Students Worksheet is effective to increase the students’ achievement for the theme chosen, Heath. The result of the analysis data of the students’ involvement shows that the number of students involved individually is 14 or 18% with average involvement qualification. Meanwhile, the number of the students involved classically is 21 students or 72% with high qualification involvement.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus, atas jamahan tangan-Nya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Banyak hal yang harus dihadapi selama penulisan skripsi ini, karena kasih Tuhanlah yang mampu membangkitkan semangat penulis untuk terus berusaha dan tidak menyerah.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat selesai tanpa bimbingan, dukungan, bantuan, serta doa dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, dengan rendah hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus dan bunda Maria yang selalu membimbing dan menyertai penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh studi di Universitas Sanata Dharma.

3. Drs. Fr.Y. Kartika Budi, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan waktu dan masukan serta kritik bagi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

(10)

5. Seluruh staf non akademik Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA Universitas Sanata Dharma: Pak Narjo, Pak Sugeng, Bu Heni dan Mas Agus yang selalu memberikan pelayanan di sekretariat.

6. Bapak FX. Sudarto,S.Pd. dan Ibu J.S. Indarnaningsih selaku siswa tua yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, biaya, serta doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menjadi hadiah kecil bagi kalian.

7. Almarhum kakekku Yohanes Adi Sudarmo yang selalu memberi semangat dan mengingatkan penulis melalui mimpi.

8. Kakakku Danang, adikku Fembri dan Freski yang selalu memberikan dukungan dan perhatiannya selama ini. Mas Brama yang selalu setia menemani dan memberikan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabatku Astri, Ika, Woro, Ita ,Wil, Iren, Dwi, Vera, Rosi, Padmi dan Rusti yang banyak memberikan masukan-masukan dan semangat kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Mbak Ika dan Mas Yuda yang telah banyak membantu penulis.

10.Teman-teman angkatan 2004 Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma atas bantuan dan kebersamaan kita selama ini.

11.Semua pihak lain yang telah membantu dan mendukung penulis baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Yogyakarta, 13 Juli 2009

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………... ii

HALAMAN PENGESAHAN……….. iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN……….. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….. v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA... vi

ABSTRAK………... vii

ABSTRACT………. viii

KATA PENGANTAR………. ix

DAFTAR ISI……… xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR TABEL………... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang ...………... 1

B. Rumusan Masalah………. 3

C. Tujuan Penelitian……….. 3

D. Manfaat Penelitian……… 4

BAB II. LANDASAN TEORI ...……….. 5

A. Hakikat Fisika ………...……….. 5

B. Belajar ……….……….... 6

C. Pembelajaran yang Efektif ……….. 8

D. Keterlibatan Siswa ……….. 9

E. Metode Pembelajaran Kooperatif ……… 10

F. Student Teams Achievement Division (STAD) ………. 11

1. Presentasi ………. 12

2. Belajar Tim ……….. 13

(12)

4. Penghargaan ………. 15

G. Metode Ceramah ... 16

H. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ……….. 17

I. Kalor ………... 17

1. Kalor ……… 17

1.1.Pengertian Energi Panas (Kalor) ……… 17

1.2.Pengaruh Kalor Terhadap Suhu Zat ………... 18

1.3.Asas Black ……….. 19

2. Kalor Dapat Menyebabkan Perubahan Wujud Zat ………… 19

2.1. Mencair dan Membeku ……… 21

2.2. Menguap dan Mengembun ………. 21

2.3. Mendidih ………. 22

BAB III. METODE PENELITIAN………... 24

A. Tempat dan Waktu penelitian ………... 24

B. Populasi dan Sampel Penelitian………. 24

C. Jenis penelitian ………..………….... 24

D. Ubahan Penellitian ...……… 24

1. Jenis Ubahan ……… 24

2. Definisi Operasional Ubahan ………... 25

E. Rencana Pelaksanaan Penelitian ………... 26

F. Penyusunan Instrumen Penelitian ………. 27

G. Metode Analisis ………... 33

1. Efektifitas Pembelajaran Fisika Pokok Bahasan Kalor dengan Metode STAD menggunakan LKS dalam Hal Peningkatan Hasil Belajar ……… 33

2. Efektifitas Pembelajaran Fisika Pokok Bahasan Kalor dengan Metode STAD menggunakan LKS dalam Hal Keterlibatan Siswa ……… 36

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 41

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 41

(13)

1. Efektifitas Pembelajaran Fisika Pokok Bahasan Kalor dengan Metode STAD menggunakan LKS dalam Hal Peningkatan

Hasil Belajar …………..………..……….. 43

2. Efektifitas Pembelajaran Fisika Pokok Bahasan Kalor dengan Metode STAD menggunakan LKS dalam Hal Keterlibatan Siswa ……… 47

2.1. Keterlibatan Individual ……….. 47

2.2. Keterlibatan Klasikal ………. 49

C. Pembahasan ………. 56

D. Kelemahan Pelaksanaan Penelitian ... 63

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………. 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 66

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data Keterlibatan Siswa Secara Individual ... 69

Lampiran 2. Data Keterlibatan Siswa Secara Klasikal Pada Jenis Kegiatan Diskusi Kelompok ... 70

Lampiran 3. Data Keterlibatan Siswa Secara Klasikal Pada Jenis Kegiatan Percobaan ... 71

Lampiran 4. Silabus ... 72

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 73

Lampiran 6. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ... 77

Lampiran 7. Soal Pre-test ... 92

Lampiran 8. Kriteria Skoring Pre-test ...,... 93

Lampiran 9. Soal Post-test ... 95

Lampiran 10. Kriteria Skoring Pre-test ... 97

Lampiran 11. Soal Kuis ... 99

Lampiran 12. Lembar Jawab Kuis Siswa ... 100

Lampiran 13. Hasil Kuis ... 104

Lampiran 14. Daftar Skor Fisika Kelas VII A ... 110

Lampiran 15. Daftar Skor Fisika Kelas VII B ... 111

Lampiran 16. Foto Kegiatan Pembelajaran ... 112

Lampiran 17. Tabel T-test ... 115

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kriteria Poin Perbaikan... 16

Tabel 2. Kriteria Penghargaan Tim ... 16

Tabel 3. Data, Pengumpulan Data, dan Instrumen... 27

Tabel 4. Lembar Observasi... 31

Tabel 5. Distribusi Soal... 32

Tabel 6. Analisis Data Skor Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 33

Tabel 7. Data Keterlibatan Siswa Secara Individual... 36

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Keterlibatan Secara Individual... 36

Tabel 9. Kualifikasi Keterlibatan Siswa Secara Individual... 37

Tabel 10. Kriteria Efektifitas dalam Hal Keterlibatan Siswa Secara Individual... 37

Tabel 11. Data Keterlibatan Siswa Secara Klasikal... 38

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Kualifikasi Keterlibatan Seluruh Siswa Pada Setiap Jenis Kegiatan Klasikal... 38

Tabel 13. Kualifikasi Keterlibatan Seluruh Siswa Pada Setiap Jenis Kegiatan Klasikal... 39

Tabel 14. Rangkuman Keterlibatan Siswa Secara Klasikal... 39

Tabel 15. Rincian Kegiatan Pembelajaran... 41

Tabel 16. Analisis Data Skor Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 43

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Keterlibatan Secara Individual... 47

(16)

Tabel 19. Distribusi Frekuensi Kualifikasi Keterlibatan Seluruh Siswa Pada Jenis Kegiatan Diskusi Kelompok... 49 Tabel 20. Kualifikasi Keterlibatan Seluruh Siswa Pada Jenis Kegiatan

Diskusi Dalam Kelompok ... 50 Tabel 21. Distribusi Frekuensi Kualifikasi Keterlibatan Seluruh Siswa Pada

Jenis Kegiatan Percobaan ... 52 Tabel 22. Kualifikasi Keterlibatan Seluruh Siswa Pada Jenis Kegiatan

Percobaan ... 53 Tabel 23. Distribusi Frekuensi Kualifikasi Keterlibatan Seluruh Siswa Pada

Jenis Kegiatan Mengerjakan Soal-soal dalam LKS ... 54 Tabel 24. Kualifikasi Keterlibatan Seluruh Siswa Pada Jenis Kegiatan

(17)

DAFTAR GAMBAR

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akhir-akhir ini, dunia pendidikan seringkali menghadapi perubahan kurikulum. Dampak dari perubahan kurikulum ini tidak hanya dirasakan oleh pihak pengajar tetapi para siswa sendiri juga banyak yang merasa kebingungan dengan adanya perubahan kurikulum. Mungkin kini pemerintah sedang berusaha mencari suatu sistem pendidikan yang lebih tepat diterapkan di Indonesia.

Sampai saat ini pemerintah masih menerapkan sistem wajib belajar sembilan tahun. Artinya, setiap siswa wajib menempuh belajar sampai di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Di SMP inilah mulai muncul pendapat bahwa mata pelajaran fisika itu dianggap salah satu mata pelajaran yang sulit. Hal ini membuat siswa menjadi tidak berminat sehingga siswa cenderung ramai sendiri pada saat proses pembelajaran berlangsung dan akibatnya hasil belajar untuk mata pelajaran fisika biasanya rendah.

(19)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) telah merubah sistem pendidikan kita. Dalam kurikulum ini, siswa dituntut untuk aktif dalam proses pembelajaran. Namun pada kenyataannya, pelaksanaan pembelajaran di sekolah masih kurang memperhatikan hal tersebut. Hal ini tampak pada cara mengajar guru di kelas yang masih tetap menggunakan cara lama, yaitu dominan menggunakan metode ceramah. Guru masih dominan, guru masih menjadi pemain dan siswa menjadi penonton, guru aktif dan siswa pasif. Kebiasaan tersebut memang susah diubah karena sudah melekat, padahal kebiasaan mengajar harus diubah menjadi membelajarkan siswa dalam proses pembelajaran sehingga peran guru berubah menjadi fasilitator.

Demikian pula, karena kebiasaan menjadi penonton dalam kelas, siswa terbiasa dengan kondisi menerima dan tidak biasa memberi. Kondisi ini kemungkinan karena disebabkan oleh kurangnya pengetahuan guru tentang metode-metode yang dapat melibatkan siswa secara aktif.

(20)

siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dengan LKS ini diharapkan siswa dapat lebih terstruktur dalam mengikuti proses pembelajaran.

Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengambil judul “Efektifitas Pembelajaran Fisika Pada Pokok Bahasan Kalor dengan Metode STAD Menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Dibandingkan dengan Metode Ceramah Pada Siswa Kelas VII SMP Marsudirini Marganingsih Muntilan “

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah-masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut :

Apakah metode STAD dengan menggunakan LKS efektif pada pembelajaran fisika pokok bahasan kalor dalam hal peningkatan hasil belajar siswa dibandingkan dengan metode ceramah dan dalam hal keterlibatan siswa ?

C. Tujuan Penelitian

(21)

D. Manfaat Penelitian

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hakikat Fisika

Menurut Paul Suparno (2006), mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir serta dapat mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap percaya diri.

Menurut artikel yang dimuat dalam http://books.google.com/books?id, disebutkan bahwa fisika adalah ilmu eksperimental karena dalam artikel ini dijelaskan alasan mempelajari fisika merupakan suatu petualangan. Selain itu dikatakan bahwa fisika adalah salah satu ilmu yang paling dasar dari ilmu pengetahuan. Demikian juga menurut artikel yang dimuat dalam http:/anuutama.wordpress.com/ disebutkan bahwa fisika ( bahasa Yunani yaitu physikos yang berarti alamiah dan physis yang berarti alam) adalah sains atau ilmu tentang alam dalam makna yang terluas. Dalam artikel ini juga dikatakan bahwa fisika sering disebut sebagai ilmu paling mendasar karena setiap alam lainnya (biologi, kimia, geologi, dan lain-lain) mempelajari jenis sistem materi tertentu yang mematuhi hukum fisika.

(23)

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa fisika adalah salah satu bagian dari sains (IPA) yang terdiri dari kumpulan pengetahuan dan kumpulan keterampilan yang dapat menghasilkan pengetahuan. Fungsi dan tujuan dari mata pelajaran IPA di SMP/MTs seperti yang tercantum dalam Kurikulum SMP adalah sebagai sarana untuk:

1. Meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2. Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta SDA.

5. Meningkatkan pengetahuan, konsep dan prinsip IPA.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

B. Belajar

(24)

pengertian belajar, muncul pendapat dari para ahli tentang pengertian belajar tersebut.

Menurut Erman Suherman (2008) dalam artikelnya menyebutkan bahwa ada dua jenis belajar, yaitu belajar secara aktif dan secara reaktif (pasif). Belajar secara aktif indikatornya adalah belajar pada setiap situasi, menggunakan kesempatan untuk meraih manfaat, berupaya terlaksana, dan partisipatif dalam setiap kegiatan. Sedangkan belajar reaktif indikatornya adalah tidak dapat melihat adanya kesempatan belajar, mengabaikan kesempatan, membiarkan segalanya terjadi, menghindar dari kegiatan.

Belajar merupakan “suatu proses untuk mengalami perubahan-perubahan, mulai dari lahir sampai mencapai umur tua”. Meskipun demikian tidak semua perubahan yang dialami sesesiswa berasal dari proses belajar, misalnya perubahan bentuk tubuh dan kematangan alat kelamin, ini lebih disebabkan karena hormon dan jenis makanan yang dikonsumsi (Winkel, 1987).

Menurut Hilgard (dikutip oleh Adimasana,2005) belajar adalah proses di dalamnya terjadi tingkah laku baru atau perubahan tingkah laku melalui praktek atau latihan.

(25)

C. Pembelajaran yang Efektif

Yang dimaksud dengan pembelajaran bukanlah proses memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, tetapi merupakan kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Pembelajaran berarti partisipasi pelajar dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mempertayakan kejelasan, bersikap kritis. Peranan guru adalah mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar murid berjalan dengan baik (Paul Suparno,1996).

Menurut English and English (dikutip oleh Adimasana,2005) pembelajaran (instruksi) adalah penyajian pengetahuan secara sistematik kepada siswa lain. Artinya, penyajian pengetahuan yang sistematik oleh siswa tertentu kepada siswa lain.

Pengajaran efektif berkenaan dengan jalan, upaya, teknik atau strategi yang digunakan dalam mecapai tujuan secara cepat dan tepat (Sudjana, Nana:1990). Pembelajaran yang efektif merupakan pembelajaran yang selama proses pembelajaran benar apa yang dikerjakan dan cara mengerjakannya sesuai dengan hakikat pembelajaran materi dan tujuannya (Kartika Budi,2001).

(26)

dicapai yang telah ditetapkan kurikulum, (2) cukup banyak tugas-tugas yang dievaluasi untuk mengetahui perkembangan siswa dan memperoleh umpan balik, (3) lebih banyak tugas-tugas yang mendukung pencapaian tujuan, (4) ada variasi metode pembelajaran, (5) pemantauan atau evaluasi perkembangan atau keberhasilan dilakssiswaan secara berkesinambungan, dan (6) memberi tanggung jawab yang lebih besar kepada siswa pada tugas yang dilakukannya. Selanjutnya peneliti mengacu efektifitas pada hasil. Sesuai tujuan penelitian, maka suatu strategi adalah efektif, bila dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, dan mereka berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

D. Keterlibatan Siswa

(27)

keterlibatan siswa dalam pembelajaran itu tergantung pada minat belajar siswa sendiri atas dasar kemauannya sendiri.

E. Metode Pembelajaran Kooperatif

Cooperative Learning atau belajar bersama adalah model pembelajaran di mana siswa dibiarkan belajar dalam kelompok, saling menguatkan, mendalami, dan bekerja sama untuk semakin menguasai bahan (Paul Suparno,2007). Beberapa metode pembelajaran kooperatif antara lain STAD, TGT, dan Jigsaw.

Seperti yang diungkapkan oleh Anita Lie,2002, dalam Pikiran Rakyat, dalam bukunya Cooperative Learning menyebutkan bahwa ada 5 unsur model pembelajaran cooperative learning, yaitu:

1. adanya saling ketergantungan positif antara anggota kelompok

2. adanya tanggung jawab persesiswaan. Artinya, setiap anggota kelompok harus melakssiswaan tugasnya dengan baik untuk keberhasilan tugas kelompok

3. adanya tatap muka, setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi

4. harus ada komunikasi antar anggota. Dalam hal ini siswa tentu harus dibekali dengan teknik berkomunikasi

(28)

Menurut Kindsvatter (dikutip oleh Paul Suparno,2007), tujuan dari belajar bersama adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan hasil belajar lewat kerja sama kelompok yang memungkinkan siswa belajar satu sama lain. Kemajuan hasil belajar menjadi tujuan utama, sehingga masing-masing siswa mendapatkan hasil positif.

2. Merupakan alternatif terhadap belajar kompetitif yang sering membuat siswa lemah menjadi minder. Dengan belajar kompetitif, siswa yang lemah akan sulit maju dan merasa kecil dibandingkan yang pandai. Sedangkan dengan belajar bersama ini justru yang lemah dibantu untuk maju.

3. Memajukan kerja sama kelompok antar manusia. Dengan belajar bersama, hubungan antar siswa makin akrab dan kerja sama antara mereka akan semakin lebih baik.

Bagi siswa-siswa yang mempunyai inteligensi interpersonal tinggi, cara belajar ini sangat cocok dan memajukan. Mereka lebih mudah mengkonstruksi pengetahuan lewat bekerja sama dengan teman, belajar bersama dengan teman, daripada sendirian

F. Student Teams Achievement Division (STAD)

(29)

kelompok. Di dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD mengandung empat komponen penting, yaitu :

1. Presentasi

Pada model pembelajaran STAD dalam setiap pembelajaran selalu diawali dengan presentasi kelas. Melalui presentasi kelas, guru memperkenalkan dan menyampaikan materi yang akan dipelajari dalam kegiatan belajar mengajar. Presentasi kelas biasanya dilakssiswaan melalui pengajaran yang dipandu oleh guru. Selama guru menyampaikan materi, siswa harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh. Karena hal ini akan memudahkan siswa dalam memahami materi dan mengerjakan soal-soal pada kegiatan belajar dalam kelompok.

Presentasi materi oleh guru menurut Good, Grouws, dan Ebmeier (1983, dalam Slavin,1995) mencakup tiga hal yaitu:

a. Pembukaan

Guru menyampaikan apa yang akan dipelajari hari itu dan mengapa hal itu penting. Guru bisa membangkitkan keingintahuan siswa dengan menggunakan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, atau dengan demonstrasi yang mengundang pertanyaan. Guru membahas keterampilan materi atau prasyarat yang diperlukan dalam pembelajaran secara singkat.

b. Pengembangan Presentasi

(30)

bukan hafalan. Secara aktif demonstrasikan konsep-konsep atau keterampilan-keterampilan dengan menggunakan alat bantu visual, alat peraga, dan lain-lain. Presentasi dapat dilakukan sebagai berikut: - Guru mengakses pemahaman siswa dengan mengajukan banyak

pertanyaan

- Guru selalu menjelaskan mengapa suatu jawaban benar dan mengapa suatu jawaban salah, kecuali jika memang telah jelas. - Segera melanjutkan materi, jika siswa telah menangkap pengertian

dari materi yang disampaikan. c. Latihan Terbimbing

Latihan terbimbing dapat dilakukan sebagai berikut :

- Guru mrminta semua mengerjakan soal atau contoh soal atau membahas pertanyaan yang diberikan.

- Guru meminta siswa untuk menyiapkan jawaban terhadap pertanyaan yang disampaikan oleh guru.

- Guru memanggil anggota tim secara acak untuk menyajikan kesepakatan jawaban tim mereka. Hal ini penting agar seluruh siswa menyiapkan jawaban atas pertanyaan guru kemudian guru memberikan tanggapan atas jawaban siswa.

2. Belajar Tim (Pembelajaran)

(31)

tim diberi LKS dan kunci LKS. Hal ini untuk memaksa teman sesama tim bekerja sama dan untuk mengakses dirinya sendiri. Selama belajar tim, setiap anggota tim bertugas mempelajari materi atau menyelesaikan tugas yang diberikan guru menggunakan lembar latihan dan membantu teman satu tim menguasai materi pelajaran.

Sebelum memulai belajar dalam tim, guru dapat menjelaskan beberapa sikap atau pesan dan arti bekerja dalam tim yang perlu diterapkan kepada siswa agar dapat bekerja sama dalam tim berjalan dengan efektif. Seperti pada waktu belajar tim, siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa teman sesama timnya telah belajar bahan ajar tersebut, tidak sesiswapun selesai belajar sebelum seluruh teman sesama timnya menuntaskan bahan ajar, mendiskusikan jawaban bersama-sama, jika ada pertanyaan hendaknya bertanya dulu pada teman sesama timnya sebelum bertanya pada guru, membantu teman lain yang mengalami kesulitan, sesama tim boleh saling berbicara asal dengan suara yang pelan.

(32)

3. Kuis

Guru memberikan kuis individual setelah siswa selesai belajar dengan tim mereka. Kuis dirancang untuk mengetahui pemahaman siswa setelah mengikuti pengajaran dan belajar dalam tim. Siswa tidak diperbolehkan bekerja sama, bertukar lambar jawaban dengan teman sesama tim maupun tim lain pada saat kuis. Di mana kuis ini berisi tentang pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan materi sewaktu guru menyajikan materi dan latihan terbimbing. Banyaknya soal kuis disesuaikan dengan waktu yang diperlukan siswa untuk menyelesaikannya.

4. Penghargaan

Setelah kuis dilakssiswaan, guru mengumumkan skor perbaikan individu dan skor tim, dan memberikan penghargaan kepada tim yang memperoleh skor tinggi. Hal ini berguna untuk memperjelas hubungan antara bekerja dengan baik dan menerima penghargan, dan memotivasi mereka untuk berbuat yang baik. Tim mendapatkan sertifikat penghargaan atau bentuk penghargaan lainnya sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

(33)

Tabel 1. Kriteria Poin Perbaikan

Apabila suatu skor kuis adalah... Sesiswa siswa memperoleh skor perbaikan Sempurna tanpa memandang skor dasar

Lebih dari sepuluh poin di atas skor dasar Skor dasar – 10 poin di atas skor dasar 10 poin di bawah skor dasar

Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar

30 30 20 10 5

Skor tim. Skor tim adalah skor yang ditentukan untuk memberikan penghargaan kepada tim. Skor tim dihitung berdasarkan jumlah poin perbaikan yang diberikan oleh masing-masing anggota tim dibagi jumlah anggota tim. Pemberian penghargaan tiap tim dapat ditentukan berdasarkan skor tim yang diperoleh. Guru dapat menerapkan penghargaan tim dengan kriteria sebagai berikut :

Tabel 2. Kriteria Penghargaan Tim

Skor Tim Penghargaan

15 – 20 21 – 25 25 – 30

Tim Baik Tim Hebat Tim Super

G. Metode Ceramah

(34)

Metode ceramah dapat dikatakan sebagai salah satu metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif salam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa.

H. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) merupakan salah satu media yang dapat digunakan oleh guru pada saat proses pembelajaran berlangsung. LKS memang sangat membantu bagi guru maupun siswa. Bagi guru LKS dapat digunakan untuk pegangan dalam mengajar sehingga materi yang diajarkan lebih terstruktur. LKS memang lebih baik disusun oleh guru sendiri karena dapat disesuaikan dengan kondisi siswanya sendiri. Bagi siswa LKS dapat membantu siswa memusatkan perhatiannya dalam proses pembelajaran, sehingga siswa tidak terlalu banyak menulis. Kelemahan LKS adalah membutuhkan waktu yang khusus dalam penyusunannya dan membutuhkan biaya cetak bagi siswa. Meskipun demikian, LKS memang baik digunakan sebagai alternatif media pembelajaran.

I. Kalor 1. Kalor

1.1. Pengertian energi panas (kalor)

(35)

besar memiliki energi panas lebih besar pula. Sedangkan energi panas yang mengalir dari zat bersuhu tinggi ke zat bersuhu rendah disebut kalor.

Satuan kalor adalah kalori (kal) dan untuk satuan yang lebih besar digunakan kilokalori (kkal). Satu kalori didefinisikan banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan 1 gram air murni sehingga suhunya naik 1oC.

Karena kalor merupakan bentuk energi, maka satuan kalor dalam SI adalah joule (J). Melalui pengamatannya, J.P. Joule meyimpulkan bahwa 1 kalori sama dengan 4,184 joule atau dibulatkan menjadi 4,2 joule.

1.2.Pengaruh kalor terhadap suhu zat

Apabila suatu zat menerima kalor suhunya bertambah, tetapi apabila zat melepas kalor, maka suhunya berkurang (selama tidak terjadi perubahan wujud zat). Jumlah kalor yang diterima atau yang dilepas suatu zat sebanding dengan massa zat, kalor jenis dan kenaikkan atau penurunan suhu zat itu.

t c m

Q= × ×∆

Keterangan :

Q = besar kalor yang diterima/dilepas (J) atau (kal) m = massa zat (kg) atau (g)

(36)

Kalor jenis suatu zat adalah bilangan yang menyatakan banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kg atau 1 gram zat sebesar 1oC. Alat yang digunakan untuk menentukan kalor jenis adalah kalorimeter.

1.3.Asas Black

Siswa ilmuwan Inggris bernama Joseph Black menyatakan bahwa kalor yang diterima sama dengan kalor yang dilepas. Pernyataan ini disebut dengan asas black. Apabila dua zat masing-masing bersuhu t1(suhu tinggi) dan t2 (suhu rendah) dicampur menjadi

satu sehingga suhu akhirnya menjadi ta, maka suhu akhir dapat dicari

dengan persamaan :

m1 x c1 x (t1- ta) = m2 x c2 x (ta- t2)

Keterangan:

m1, m2 : massa masing-masing zat (kg) atau (gram)

c1, c2 : kalor jenis masing-masing zat (J/kgoC) atau (kal/groC) t1 : suhu zat kesatu / suhu tinggi (oC)

t2 : suhu zat kedua / suhu rendah(oC) ta : suhu akhir campuran(oC)

Catatan : Rumus di atas hanya berlaku selama kedua zat tidak mengalami perubahan wujud dan bejana yang digunakan untuk mencampur dianggap tidak menyerap kalor.

2. Kalor dapat Menyebabkan Perubahan Wujud Zat

(37)

yang digunakan atau yang lepas saat terjadi perubahan wujud zat disebut kalor laten. Diagram perubahan wujud zat dapat dilihat pada diagram berikut.

Gambar 1. Diagram Perubahan Wujud Zat

Perubahan wujud tersebut terjadi karena zat melepas kalor atau menerima kalor. Perubahan wujud yang memerlukan kalor adalah mencair, menguap, dan menyublim. Sedangkan membeku, mengembun, dan deposisi terjadi dengan melepaskan kalor. Karena kalor yang diterima atau dilepas digunakan untuk mengubah wujud zat, maka pada saat zat mengalami perubahan wujud, suhunya tetap.

Grafik suhu terhadap waktu saat terjadi perubahan wujud zat dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2. Grafik Suhu Terhadap Waktu Zat Cair

Zat Padat Gas

membeku

menguap

mengembun mencair

menyublim

deposisi

Titik lebur Titik didih

(38)

2.1.Mencair dan Membeku

Banyaknya kalor yang diperlukan untuk mengubah satu satuan massa zat padat menjadi cair pada titik leburnya disebut kalor lebur, sedangkan banyaknya kalor yang dilepaskan saat berubah dari cair menjadi padat satu satuan massa zat pada titik bekkunya disebut kalor beku. Kalor lebur dan kalor beku untuk satu jenis zat adalah sama. Suhu di mana suatu zat saat melebur (mencair) disebut titik lebur. Suhu di mana suatu zat membeku disebut titik beku. Nilai titik lebur sama dengan nilai titik beku.

Banyaknya kalor yang diperlukan saat melebur atau kalor yang dilepas saat membeku sebanding dengan massa benda dan kalor leburnya. Artinya semakin besar massa benda yang dileburkan atau dibekukan, maka kalor yang diperlukan atau dilepaskan semakin besar. Banyaknya kalor yang diperlukan atau dilepaskan dirumuskan sebagai berikut :

Q = m . L

Keterangan :

Q = banyaknya kalor (J) atau (kal) m = massa benda (kg) atau (gr) L = kalor lebur (J/kg) atau (kal/gr) 2.2.Menguap dan mengembun

(39)

Pengembunan adalah peristiwa perubahan wujud gas menjadi zat cair. Pada saat terjadi pengembunan zat melepaskan kalor. Banyaknya kalor yang dilepaskan saat peristiwa pengembunan setiap satuan massa zat gas menjadi titik-titik air pada titik embunnya disebut kalor embun. Banyaknya kalor yang diperlukan selama penguapan maupun kalor yang dilepaskan selama terjadi pengembunan dirumuskan sebagai berikut :

Q = m . U

Keterangan :

m = massa zat (kg) atau (gr) u = kalor uap (J/kg) atau (kal/gr)

Q = banyaknya kalor yang diserap (J) atau (kal)

Masing-masing jenis zat memiliki kalor uap yang berbeda-beda. Penguapan dapat berlangsung pada sembarang suhu. Untuk mempercepat penguapan dapat dilakukan sebagai berikut :

a. memanaskan zat tersebut b. memperluas permukaan zat

c. meniupkan udara di atas permukaan zat d. mengurangi tekanan di atas permukaan zat 2.3.Mendidih

(40)

Gelembung-gelembung yang terjadi saat mendidih karena gas dari dalam zat cair akan keluar. Menguap berbeda dengan mendidih.

(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu Penelitian : bulan Januari - Februari

Tempat Penelitian : SMP Marsudirini Marganingsih Muntilan

B. Subyek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Marsudirini Marganingsih Muntilan. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIA (29 siswa) sebagai kelas eksperimen dan kelas VIIB (28 siswa) sebagai kelas kontrol.

C. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen dan penelitian kuantitatif. Dikatakan eksperimen karena pada penelitian ada perlakuan khusus pada subjek penelitian. Dikatakan kuantitatif karena kesimpulan yang diambil berdasarkan perhitungan statistik.

D. Ubahan Penelitian 1. Jenis Ubahan

Dalam penelitian ini terdapat dua jenis ubahan yaitu :

(42)

b. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran fisika pokok bahasan kalor dengan metode STAD menggunakan LKS

Dalam penelitian ini setiap ubahan berdiri sendiri yang berarti tidak akan dicari pengaruh ubahan yang satu dengan ubahan yang lain sehingga tidak dibedakan mana ubahan terikat dan mana ubahan bebas.

2. Definisi Operasional Ubahan a. Hasil Belajar

Hasil belajar dalam pembelajaran adalah skor yang diperoleh siswa melalui tes hasil belajar yang dikerjakan yaitu skor pre-test dan skor post-test.

b. Keterlibatan Siswa

(43)

klasikal yang diamati dalam penelitian ini meliputi diskusi dalam kelompok, mengerjakan soal latihan, dan melakukan percobaan.

E. Rencana Pelaksanaan Penelitian

Penelitian terdiri dari dua macam kegiatan yang dilakssiswaan yaitu kegiatan pembelajaran dengan metode STAD menggunakan LKS dan pengumpulan data.

1. Pembelajaran dengan Metode STAD Menggunakan LKS

Langkah – langkah pembelajaran dengan metode STAD menggunakan LKS adalah sebagai berikut :

a. Sebelum kegiatan belajar mengajar dilakukan, guru membentuk kelompok – kelompok siswa untuk dijadikan tim. Tim yang dibentuk harus merata baik dari segi jenis kelamin, hasil belajar maupun ras. b. Menentukan skor dasar setiap siswa. Skor dasar siswa ditentukan

dengan menggunakan hasil belajar siswa pada pelajaran sebelumnya. c. Dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan metode STAD

menggunakan LKS memiliki jadwal kegiatan tetap yang terdiri dari presentasi, belajar tim, kuis, dan pemberian penghargaan.

Dalam pelaksanaan pembelajaran peneliti mengacu pada silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran , dan LKS yang telah disusun peneliti sendiri. Bentuk silabus, RPP, dan LKS dapat dilihat pada lampiran.

(44)

Gambar 3. Bagan proses pembelajaran

2. Data, Pengumpulan Data, dan Instrumen

Data, teknik pengumpulan data , dan bentuk instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. Data, Pengumpulan Data, dan Instrumen

F. Penyusunan Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) instrumen yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran adalah silabus, RPP, dan LKS , (2) instrumen yang berkaitan dengan keterlibatan siswa adalah lembar observasi :

1. Silabus

Komponen-komponen yang dimuat dalam silabus meliputi standar kompetensi, kompetensi dasar, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, dan alokasi waktu. Format silabus yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Jenis Data Bentuk Instrumen Pelaku

Kemampuan awal Soal pretes Peneliti

Kemampuan akhir Soal postes Peneliti

Keterlibatan Siswa Lembar Observasi Observer

Kelas Eksperiment

Kelas Kontrol

Post-test

Ceramah

Post-test

STAD dengan LKS

t-test

Pre- test

(45)

Silabus Sekolah :

Kelas :

Semester : Mata Pelajaran : Standar Kompetensi : Kompetensi

Dasar

Materi Pokok/ Pembelajaran

Kegiatan

pembelajaran Indikator

Penilaian

Alokasi Waktu

Sumber Belajar Bentuk Instrumen Bentuk Contoh

Instrumen

(Lihat pada lampiran 5 halaman 72) 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Selain silabus, dalam setiap mengajar guru harus mempunyai pegangan yang digunakan untuk mengontrol jalannya kegiatan pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP ini berisi rancangan kegiatan pembelajaran akan dilakukan. Format RPP yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Mata Pelajaran : Kelas / Semester : Pertemuan ke : Alokasi waktu : Standar Kompetensi : Kompetensi Dasar :

Indikator :

I.Materi Ajar

II. Metode Pembelajaran

(46)

Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan Peserta Didik Alokasi Waktu

Kegiatan Awal

Kegiatan Inti

Kegiatan Akhir

IV.Alat / Bahan / Sumber Belajar V. Penilaian

(Lihat pada lampiran 5 halaman 73) 3. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Komponen terpenting dalam LKS adalah kegiatan belajar. Selain kegiatan belajar, pada LKS terdapat komponen-komponen : (1) identifikasi yang meliputi materi pokok, kelas, semester, dan alokasi waktu, (2) kompetensi dasar, dan (3) indikator hasil belajar yang perlu diketahui oleh siswa. Format LKS yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Materi Pokok :

Kelas/Semester : Alokasi Waktu : I. Kompetensi Dasar II. Indikator

III.Petunjuk

IV.Kegiatan Belajar a. Kegiatan 1 b. Kegiatan 2 c. dst

(Lihat pada lampiran 6 halaman 77) 4. Lembar Observasi

(47)

a. Keterlibatan secara individual

1) Bertanya (pada guru maupun teman)

2) Menjawab pertanyaan (presentasi) secara lisan 3) Mencatat di papan tulis

4) Menyimpulkan hasil percobaan b. Keterlibatan secara klasikal

1) Diskusi dalam kelompok

Siswa dinyatakan terlibat dalam diskusi bila memenuhi salah satu aspek keterlibatan yaitu : mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mencatat hasil kerja kelompok, dan menyampaikan gagasan.

2) Melakukan percobaan

Siswa dinyatakan terlibat dalam percobaan bila memenuhi salah satu aspek keterlibatan yaitu : melakukan percobaan sendiri, mengamati percobaan, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan menyimpulkan hasil percobaan

3) Menjawab soal-soal dalam LKS

Siswa dinyatakan terlibat dalam menjawab soal-soal dalam LKS bila siswa mengumpulkan hasilnya. Dengan asumsi jika siswa mengumpulkan hasil, berarti siswa terlibat.

(48)

Tabel 4. Lembar Observasi Hari/Tanggal :

Sub Pokok Bahasan :

Waktu :

Jenis Keterlibatan

Kode Siswa Frekuensi Keterlibatan

5. Pre-test

(49)

Tabel 5. Distribusi Soal Materi

Pokok Indikator Nomor Soal

Kalor 1. Menjelaskan pengertian kalor 2. Menjelaskan macam-macam

perubahan wujud zat dengan diagram beserta contohnya

3. Menerapkan hubungan Q = m c t untuk memecahkan masalah dalam soal

4. Menyebutkan cara mempercepat penguapan

5. Menerapkan hubungan Q = m U dan Q = m L untuk memecahkan masalah

6. Menerapkan asas Black untuk menyelesaikan masalah sehubungan dengan kalor

1 2

3

4 5,6

7,8

(Soal lihat pada lampiran 7 halaman 92 ) 6. Pos-test

(50)

G. Metode Analisis

1. Efektifitas pembelajaran fisika pokok bahasan kalor dengan metode STAD menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dibandingkan dengan metode ceramah dalam hal peningkatan hasil belajar.

Efektifitas pembelajaran fisika dalam hal peningkatan hasil belajar dianalisis dengan menggunakan uji t. Data yang dianalisis adalah skor pretes dan postes, baik untuk kelas eksperimen (menggunakan metode STAD) maupun kelas kontrol (menggunakan metode ceramah). Analisis hasil belajar siswa dilakukan berdasarkan : (1) perbedaan skor peningkatan masing-masing kelas, dan (2) jika diperoleh skor pretes yang sama antara kedua kelas, selanjutnya analisis dilakukan hanya menggunakan skor postes, tetapi jika diperoleh perbedaan skor pretes yang tidak sama, analisis dilanjutkan dengan menggunakan skor peningkatan hasilnya. Untuk mempermudah dalam menganalisis, data-data yang dibutuhkan dianalisis dengan menggunakan tabel berikut :

Tabel 6. Analisis Data Skor Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Keterangan :

X = kelas eksperimen Indek 1= skor pre-test

Y = kelas kontrol Indek 2 = skor post-test

D = perbedaan skor post-test – pre-test

Kelas Ekperimen (X) Kelas Kontrol (Y)

Subjek Pre-test (x1)

Post-test (x2)

Dx =

x1– x2

Dx 2

Subjek Pre-test (y1)

Post-test (y2)

Dy =

y1 – y2

Dy 2

(51)

Langkah – langkah analisis peningkatan hasil belajar adalah sebagai berikut :

a. Menguji peningkatan hasil belajar masing-masing kelas

Peningkatan hasil belajar dengan metode STAD menggunakan LKS dapat dianalisis dengan menggunakan skor pre-test dan skor post-test siswa. Dalam pengujian ini digunakan uji-t dependen sebagai berikut (Paul Suparno,2002) :

Hipotesis : Ho : µ1 = µ2 H1 : µ1 ≠µ2

Level significan α = 0,05 (two tailed / dua ekor) df untuk t = N – 1

Tcrit dapat dilihat pada tabel

Daerah penolakan = Trel≥ Tcrit atau Trelt≤ - Tcrit

Statistik yang digunakan :

(

)

(

)

(

1

)

2 2 1 2 −         − − =

N N N D D x x t x x rel Dimana: 1

x = rata-rata skor pretes

2

x = rata-rata skor postes

D = perbedaan antara skor tiap subyek = Xpre-test - Xpost-tes N = jumlah pasang skor (jumlah pasangan)

Df = N - 1

b. Apabila terdapat peningkatan hasil belajar pada masing-masing kelompok, maka dilanjutkan dengan pengujian perbedaan mean.

(52)

Dinyatakan dengan hipotesa : Hipotesis : Ho : µ1 = µ2

H1 : µ1 ≠µ2

Level significan α = 0,05 (one tailed / satu ekor) d.b = (Nx + Ny - 2)

        + − + ∑ + ∑ − = y x y x y D x D y D x D obs N N N N s s M M t 1 1 2 2 2

Dengan

=

(

)

2 2 2 x x x x N D D s

(

)

=

2 2 2 y y y y N D D s Keterangan :

MDx = rata-rata perbedaan skor pre-test–post-test kelas

eksperimen

MDy = rata-rata perbedaan skor pre-test–post-test kelas kontrol

Nx = jumlah siswa kelas eksperimen

Ny = jumlah siswa kelas kontrol

SDx = standar deviasi perbedaan skor pre-test – pos-ttest kelas

eksperimen

SDy = standar deviasi perbedaan skor pretest–posttest kelas

kontrol

Kesimpulan dapat diambil berdasarkan hasil tobs . Jika diperoleh

tobs lebih besar dari tcrit , maka dapat dikatakan bahwa antara kelas

eksperimen (dengan metode STAD) dan kelas kontrol (metode ceramah)

itu signifikan, berarti bahwa kedua kelompok itu memang berbeda

hasilnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode STAD lebih efektif

(53)

2. Efektifitas pembelajaran fisika pokok bahasan kalor dengan metode STAD menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dalam hal keterlibatan siswa.

Keterlibatan siswa dibedakan menjadi dua, yaitu keterlibatan secara individual dan keterlibatan secara klasikal dapat dianalisis melalui tahap-tahap sebagai berikut :

a. Keterlibatan Siswa Secara Individual

Keterlibatan siswa secara individual dapat diketahui berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung, sehingga dapat diketahui jumlah siswa yang terlibat. Jumlah siswa yang terlibat lebih dari satu kali hanya dihitung satu kali saja dan berlaku untuk selanjutnya. Data keterlibatan siswa secara individual dapat dianalisis dengan tabel berikut :

Tabel 7. Data Keterlibatan Siswa Secara Individual Jenis

Keterlibatan

Pertemuan ke... Jumlah siswa yang terlibat

Frekuensi keterlibatan 1 2 3 4

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Keterlibatan Secara Individual

Kode siswa

Jenis keterlibatan individual Jumlah keterlibatan

Frekuensi keterlibatan

I II III IV

(54)

Efektifitas keterlibatan siswa diklasifikasikan menjadi lima, yaitu : sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah. Kualifikasi keterlibatan siswa dan kriteria efektifitas keterlibatan adalah sebagai berikut :

Tabel 9.Kualifikasi Keterlibatan Siswa Secara Individual Jenis

Keterlibatan

Jumlah

Siswa % Kualifikasi

Tabel 10. Kriteria Efektifitas dalam Hal Keterlibatan Siswa Secara Individual

Jumlah yang terlibat

(%) Kualifikasi

81 – 100 70 – 80 56 – 69 50 – 55 <50

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah

Secara keseluruhan efektifitas keterlibatan siswa secara individual ditentukan dengan mencari nilai rata-rata jumlah siswa yang terlibat pada setiap jenis keterlibatan sebagai berikut :

Rata-rata jumlah siswa yang terlibat = jumlah siswa yang terlibat jumlah jenis keterlibatan

(55)

b. Keterlibatan siswa secara klasikal

Keterlibatan siswa secara klasikal dianalisis berdasarkan jumlah siswa yang terlibat (dalam persen) dengan menggunakan tabel sebagai berikut :

Tabel 11. Data Keterlibatan Siswa Secara Klasikal Jenis

Keterlibatan

Pertemuan ke... Jumlah siswa yang terlibat

Frekuensi keterlibatan 1 2 3 4

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Kualifikasi Keterlibatan Seluruh Siswa pada Setiap Jenis Kegiatan Klasikal Kode

siswa

Jenis keterlibatan Jumlah keterlibatan

Frekuensi keterliban

1 2 3

∑ -

%

Efektifitas pembelajaran fisika secara kuantitatif dapat dianalisis melalui dua cara, yaitu : (1) dengan menentukan kualitas keterlibatannya dan (2) menentukan efektifitasnya. Kualitas keterlibatannya dibedakan menjadi lima yaitu : sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah, yang ditetapkan dengan kriteria seperti pada tabel 10.

(56)

Tabel 13. Kualifikasi Keterlibatan Seluruh Siswa pada Setiap Jenis Kegiatan Klasikal Jenis

Keterlibatan

Jumlah siswa yang terlibat

% Kualifikasi

Secara keseluruhan efektifitas keterlibatan siswa secara klasikal pada setiap jenis kegiatan ditentukan dengan mencari nilai rata-rata jumlah siswa yang terlibat pada setiap jenis keterlibatan sebagai berikut :

Rata-rata jumlah siswa yang terlibat = jumlah siswa yang terlibat jumlah jenis keterlibatan

Berdasarkan nilai rata-rata jumlah siswa yang terlibat dapat ditentukan kualifikasi keterlibatannya dengan menggunakan tebel 10.

Untuk menentukan efektifitas keterlibatan secara klasikal secara umum dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Tabel 14.Rangkuman Keterlibatan Siswa Secara Klasikal

NO Jenis Keterlibatan Jumlah siswa yang terlibat

% Kualifikasi

(57)

Rata-rata jumlah siswa yang terlibat = jumlah siswa yang terlibat jumlah jenis kegiatan

(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Pembelajaran dilakukan oleh peneliti selama 6 kali pertemuan, 1 kali pertemuan 2 x 40 menit, dengan pokok bahasan kalor yang sebagian besar kegiatan pembelajaran dilaksanakan di laboraturium. Pembelajaran dilaksanakan dengan metode Student Teams Achievement Division (STAD) menggunakan LKS. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan berdasarkan metode STAD yang terdiri dari presentasi (guru atau siswa), belajar dalam tim atau kelompok, kuis, dan pemberian penghargaan.

Rincian kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 15 Rincian Kegiatan Pembelajaran

No Hari, tanggal Indikator yang dicapai Kegiatan pembelajaran

1 Rabu,

7 Januari 2009

- • Pre-tets

2 Rabu,

14 Januari 2009

Indikator 1 Indikator 2

• Presentasi guru : penjelasan umum, mendemostrasikan kegiatan 1.1

• Belajar dalam tim : melakssiswaan Percobaan 1.2 dan diskusi kelompok

• Presentasi siswa tentang hasil percobaan

• Kuis : terdiri dari 2 soal

3 Rabu,

21 Januari 2009

Indikator 3 Indikator 4

• Pemberian penghargaan : tim A, tim B, dan tim C mendapat peng- hargaan sebagai tim baik

• Presentasi guru : penjelasan umum Tentang kegiatan yang akan dilakukan

• Belajar dalam tim : melakssiswaan ke- giatan 1.3

• Presentasi hasil kelompok

(59)

No Hari, tanggal Indikator yang dicapai Kegiatan pembelajaran

4 Rabu,

27 Januari 2009

Indikator 5 Indikator 6

• Pemberian penghargaan : Tim A sebagai tim hebat

• Presentasi guru : mengingat kembali pelajaran sebelumnya, penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan, membimbing siswa dalam kegiatan 2.3

• Belajar dalam tim : mengerjakan tugas 3, melakukan percobaan 2.3, diskusi kelompok

• Presentasi siswa

• Kuis : terdiri dari 3 soal

5 Rabu,

4 Februari 2009

Indikator 7 • Tidak ada yang mendapat penghargaan

• Presentasi guru : mengingat kembali pelajaran sebelumnya, penjelasan umum tentang kegiatan yang akan dilakukan.

• Belajar dalam tim : Diskusi kelompok kegiatan 3 dan mengerjakan latihan soal

• Kuis : terdiri dari 1 soal

6 Kamis,

12 Februari 2009

- Post-test

Dalam proses pembelajaran peneliti lebih berperan sebagai mediator dan fasilitator. Sedangkan siswa dituntut untuk belajar lebih mandiri bersama tim masing-masing. Selama proses pembelajaran, dilakukan pengamatan keterlibatan siswa menggunakan lembar observasi yang telah disusun peneliti. Dalam hal ini peneliti dibantu oleh satu siswa teman. Karena keterbatasan kemampuan pengamatan, peneliti sendiri juga terlibat langsung dalam mencatat keterlibatan siswa yang tampak. Setelah proses pembelajaran selesai, pada akhir pertemuan peneliti mengadakan post-test.

(60)

B. Hasil Analisis Data

1. Efektifitas pembelajaran fisika pokok bahasan kalor dengan metode STAD menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dalam hal peningkatan hasil belajar dibandingkan dengan metode ceramah.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data sebagai berikut : Tabel 16. Analisis Data Skor Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Νο ΝοΝο

Νο Pre-test(X 1)

Post-test (X2)

Dx =

X1 – X2

Dx2 No Pre-test (y1)

Post-test (y2)

Dy =

Y1 – y2

Dy2

(61)

Lanjutan tabel 16

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Νο ΝοΝο

Νο Pretes (X 1)

Postes (X2)

Dx =

X1 – X2

Dx2 No Pretes (y1)

Postes (y2)

Dy =

Y1 – y2

Dy2

27 9 12 −3 9 27 11 21 −10 100 28 15 41 −26 676 28 3 8 −5 25 29 20 24 −4 16 ∑ 347347 347347 543.5 543.5543.5543.5 −196.5−196.5−196.5−196.5 2482.752482.752482.752482.75

∑ 378378378378 704.5704.5704.5 704.5 −−−−326.5326.5326.5326.5 6194.756194.756194.756194.75

ΡΡΡΡττττ 11.9711.9711.9711.97 18.74 18.7418.7418.74 −6.78−6.78 −6.78−6.78 88.6788.67 88.6788.67 Ρτ

Ρτ Ρτ

Ρτ 13.0313.03 13.0313.03 24.2924.29 24.2924.29 −−−−11.2611.2611.2611.26 213.61213.61 213.61213.61

a. Menguji peningkatan hasil belajar dengan metode STAD menggunakan LKS.

Hipotesis : Ho : µ1 = µ2 H1 : µ1 ≠µ2

Level significan α = 0,05 (two tailed / dua ekor) df untuk t = 29 – 1 = 28

tcrit = 2,048 (dari tabel)

Daerah penolakan = Tobs≥ 2,048Tcrit atau Tobs≤ - 2,048

Statistik yang digunakan :

(

)

(

)

(

1

)

2 2 1 2 −         − − =

N N N D D x x t x x obs

(

)

(

)

(

)

36 , 6 1 29 29 29 5 , 326 75 , 6194 03 , 13 29 , 24 2 = −       − − = obs obs t t

Dari hasil perhitungan yang diperoleh diperoleh tobs = 6,36

sedangkan tcrit = 2,048 (dari tabel). Dengan demikian tobs > tcrit (6,36 >

(62)

hasil pre-test dan post-test adalah signifikan. Dengan kata lain metode STAD dengan LKS efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. b. Menguji peningkatan hasil belajar dengan metode ceramah.

Hipotesa : Ho : µ1 = µ2 H1 : µ1 ≠µ2

Level significan α = 0,05 (two tailed / dua ekor) df untuk t = 28-1 = 27

tcrit = 2,052 (dari tabel)

Daerah penolakan = tobs≥ 2,052atau trel ≤ -2,052

Statistik yang digunakan :

(

)

(

)

(

1

)

2 2 2 1 −         − − =

N N N D D y y t y y obs

(

)

802 , 5 ) 1 28 ( 28 28 5 , 196 75 , 2482 ) 39 , 12 41 , 19 ( 2 = − − − = obs obs t t

Dari hasil perhitungan yang diperoleh diperoleh tobs = 5,802

sedangkan tcrit = 2,052 (dari tabel). Dengan demikian tobs > tcrit (5,802

> 2,052). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

antara hasil pre-tets dan post-test adalah signifikan. Dengan kata lain

metode ceramah efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa

pada pokok bahasan kalor.

c. Pengujian perbedaan mean.

Berdasarkan hasil analisis hasil belajar tampak bahwa metode

STAD menggunakan LKS dan metode ceramah sama-sama

(63)

yang lebih tepat dilakukan pengujian perbedaan mean untuk kedua kelas.

Hipotesis : Ho : µ1 = µ2 H1 : µ1 ≠µ2

Level significan α = 0,05 (one tailed / satu ekor) d.b = (29 + 28- 2) = 55

tcrit = 1,671

Daerah penolakan = tobs≥ 1,671atau tobs ≤ - 1,671

        + − + ∑ + ∑ − = y x y x y D x D y D x D obs N N N N s s M M t 1 1 2 2 2 Dengan

(

)

(

)

=

= − =2518,82

29 5 , 326 75 , 6194 2 2 2 2 x x x x N D D s

(

)

(

)

=

= − =1103,74 28 5 , 196 75 , 2482 2 2 2 2 y y y y N D D s 991 , 1 28 1 29 1 2 28 29 74 , 1103 82 , 2518 02 , 7 26 , 11 =       + − + + − = obs obs t t

Dari tabel diketahui harga tcrit dengan d.b = 55 adalah 1,671.

Dengan demikian tobs > tcrit (1,991 > 1,671). Sehingga tobs adalah

signifikan dan dapat disimpulkan bahwa eksperimen yang dilakukan

mempunyai pengaruh terhadap kelas eksperimen atau dengan kata lain

metode STAD menggunakan LKS lebih efektif dari pada metode

ceramah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok

(64)

2. Efektifitas pembelajaran fisika pokok bahasan kalor dengan metode STAD menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dalam hal keterlibatan siswa.

a. Keterlibatan individual

Berdasarkan data pada lampiran 1 halaman 69, distribusi keterlibatan siswa secara individual adalah sebagai berikut :

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Keterlibatan Secara Individual

Kode siswa

Jenis keterlibatan individual Jumlah keterlibatan

Frekuensi keterlibatan

I II III IV

A1 A2 A3 A4 A5 B1 B2 B3 B4 B5 C1 C2 C3 C4 C5 D1 D2 D3 D4 D5 E1 E2 E3 E4 E5 F1 F2 F3 F4 3 - 1 - 1 2 - 4 - 1 3 1 - - 2 1 - 1 2 - 1 1 1 3 2 4 1 - 4 3 2 1 1 2 1 1 2 2 2 4 2 1 - 3 3 2 - - - 3 2 - 2 1 4 - - 3 2 - - - - 2 - - - - 2 - - - - 1 - 1 - - - - - - 2 1 - 1 1 2 1 1 - 1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 4 2 3 1 3 3 1 2 1 2 3 2 1 - 2 3 1 2 1 - 2 2 1 2 3 3 1 1 3 10 3 3 1 4 5 1 6 2 3 9 3 1 - 5 5 2 2 2 - 4 3 1 3 5 9 1 1 8

20 22 9 5

-

(65)

Keterangan jenis keterlibatan: I. Mengajukan pertanyaan

II. Menjawab pertanyaan / presentasi III. Mencatat di papan tulis

IV. Menyimpulkan hasil percobaan secara lisan

Dari tabel distribusi keterlibatan di atas (tabel 17), dapat ditentukan kualifikasi keterlibatan siswa secara individual pada setiap jenis keterlibatan sebagai berikut :

Tabel 18. Kualifikasi Keterlibatan Siswa Secara Individual

Jenis Keterlibatan Jumlah

Siswa % Kualifikasi

I. Mengajukan pertanyaan II. Menjawab

pertanyaan / presentasi III. Mencatat di

papan tulis IV. Menyimpulkan

data percobaan

20

22

9

5

69

76

31

17

Cukup

Tinggi

Sangat Rendah

Sangat Rendah

Keterangan :

Nilai persentase merupakan hasil pembulatan; kurang dari 0,5 dihilangkan; 0,5 atau lebih dijadikan 1, dan hal ini berlaku untuk selanjutnya

Secara keseluruhan efektifitas pembelajaran fisika pokok bahasan kalor dengan metode STAD menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dalam hal keterlibatan siswa secara individual ditentukan dengan mencari rata-rata jumlah siswa yang terlibat pada setiap jenis keterlibatan.

Rata-rata jumlah siswa yang terlibat = jumlah siswa yang terlibat jumlah jenis keterlibatan

= 20 + 22 +9 + 5 4

(66)

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa efektifitas pembelajaran fisika pokok bahasan kalor dengan metode STAD menggunakan LKS dalam hal keterlibatan siswa secara individual adalah sangat rendah. b. Keterlibatan klasikal

Berdasarkan data pada lampiran diperoleh data sebagai berikut : 1) Diskusi dalam kelompok

Berdasarkan data pada lampiran 2 halaman 70, distribusi keterlibatan siswa dalam kegiatan diskusi adalah sebagai berikut :

Tabel 19. Distribusi Frekuensi Keterlibatan Seluruh Siswa Pada Jenis Kegiatan Diskusi dalam Kelompok

Kode siswa

Jenis keterlibatan

individual Jumlah

keterlibatan

Frekuensi keterlibatan

I II III IV

(67)

Lanjutan tabel 19

Kode siswa

Jenis keterlibatan

individual Jumlah

keterlibatan

Frekuensi keterlibatan

I II III IV

D4 D5 E1 E2 E3 E4 E5 F1 F2 F3 F4 1 - 3 6 - - - 5 3 3 - - - 3 1 1 - - - - - 1 2 2 5 5 3 1 - 5 3 5 2 - - 1 2 1 - - 4 - 2 1 2 1 4 4 3 1 - 3 2 3 3 3 2 12 14 5 1 - 14 6 10 4

20 12 27 18

Jumlah siswa yang terlibat

% 69 41 93 62

Keterangan jenis keterlibatan: I.Mengajukan pertanyaan II.Menjawab pertanyaan

III.Mencatat hasil kerja kelompok IV.Menyampaikan gagasan

Secara kuantitatif, kualifikasi keterlibatan siswa dalam hal diskusi dalam kelompok pada setiap jenis keterlibatan adalah sebagai berikut :

Tabel 20. Kualifikasi Keterlibatan Seluruh Siswa Pada Jenis Kegiatan Diskusi dalam Kelompok

Jenis Keterlibatan Jumlah siswa yang terlibat Persentase keterlibatan (%) Kualifikasi

I. mengajukan pertanyaan

II. menjawab pertanyaan

III. mencatat hasil kerja kelompok

IV. menyampaikan gagasan

(68)

Secara keseluruhan efektifitas pembelajaran fisika pokok bahasan kalor dengan metode STAD menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dalam hal keterlibatan siswa secara klasikal pada jenis kegiatan diskusi kelompok ditentukan dengan mencari rata-rata jumlah siswa yang terlibat pada setiap jenis keterlibatan.

Rata-rata jumlah siswa yang terlibat = jumlah siswa yang terlibat jumlah jenis keterlibatan

= 20 + 12 +27 + 18 4

= 19 siswa (66%)

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa efektifitas pembelajaran fisika pokok bahasan kalor dengan metode STAD menggunakan LKS dalam hal keterlibatan siswa secara klasikal pada jenis kegiatan diskusi kelompok adalah cukup.

2) Melakukan percobaan

(69)

Tabel 21. Distribusi Frekuensi Keterlibatan Sluruh Siswa Pada Jenis Kegiatan Percobaan

Keterangan jenis keterlibatan: I. Melakukan percobaan sendiri II. Mengamati percobaan

III. Mengajukan pertanyaan IV. Menjawab pertanyaan

V. Menyimpulkan hasil percobaan Kode

siswa

Jenis keterlibatan Jumlah

keterlibatan Frekuensi keterlibatan

I II III IV V

A1 A2 A3 A4 A5 B1 B2 B3 B4 B5 C1 C2 C3 C4 C5 D1 D2 D3 D4 D5 E1 E2 E3 E4 E5 F1 F2 F3 F4 4 4 4 2 3 4 4 3 3 1 4 4 3 - - 4 4 3 - 3 4 1 4 2 2 4 4 4 1 4 4 4 2 3 4 4 3 3 2 4 4 3 - - 4 4 4 - 3 4 2 4 3 3 4 4 4 1 2 4 3 - - 1 2 1 2 1 3 3 2 - - 3 5 1 - - 2 1 2 1 1 2 3 - 1 4 1 - - - 4 - - - - 3 - - - - 3 - 1 - - 1 - - - - 2 - - - 4 2 - 1 1 3 1 1 1 - 3 1 1 - - 2 1 1 - 1 3 - 1 - - 3 3 - 1 5 5 3 3 3 5 4 4 4 3 5 4 4 - - 5 4 5 - 3 5 3 4 3 3 5 4 2 4 18 15 11 5 7 16 11 8 9 4 17 12 9 - - 16 14 10 - 7 14 4 11 6 6 15 14 8 4

26 26 22 8 20

-

(70)

Berdasarkan tabel 21, kualifikasi keterlibatan siswa dalam hal melakukan percobaan pada setiap jenis keterlibatan adalah sebagai berikut:

Tabel 22. Kualifikasi Keterlibatan Seluruh Siswa Pada Jenis Kegiatan Percobaan

Secara keseluruhan efektifitas pembelajaran fisika pokok bahasan kalor dengan metode STAD menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dalam hal keterlibatan siswa secara klasikal pada jenis kegiatan melakukan percobaan ditentukan dengan mencari rata-rata jumlah siswa yang terlibat pada setiap jenis keterlibatan.

Rata-rata jumlah siswa yang terlibat = jumlah siswa yang terlibat jumlah jenis keterlibatan

= 26 + 26 + 22 + 8 + 20 5

= 20

Gambar

Tabel 22. Kualifikasi Keterlibatan Seluruh Siswa Pada Jenis Kegiatan
Gambar 2. Grafik Suhu Terhadap Waktu ................................................
Tabel 1. Kriteria Poin Perbaikan
Gambar 1. Diagram Perubahan Wujud Zat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Senin-Kamis tanggal Dua Puluh Lima – Dua Puluh Delapan bulan Mei tahun Dua Ribu Lima Belas (25/28-05-2015), kami Kelompok Kerja III ULP Koordinator Wilayah

Apabila kelak di kemudian hari terdapat bukti yang memberatkan bahwa saya melakukan plagiasi sebagian atau seluruh hasil karya saya — yang mencakup Landasan Konseptual Perencanaan

Kepemilikan Manfaat (Beneficial Ownership ) Atas Efek adalah hak pemegang rekening Efek atas manfaat tertentu b erkaitan d eng an Efek yang d ic atat d alam Penitip an Kolektif

penyandang buta yang hampir tidak atau tidak memiliki kemampuan persepsi cahaya... Menurut media bacanyaD. 1) Pembaca

3.3 Memahami isi kandungan Hadits tentang amal salih riwayat Muslim dari Abu Hurairah مدآ نبا تاماذإ هلمع

Hambatan yang dihadapi dalam melakukan pengadaan buku adalah usulan bahan pustaka dari program studi ke perpustakaan belum maksimal, belum bisa merealisasikan semua

Pada penelitian kali ini ekstrak etanolik kulit jeruk purut terbukti tidak memiliki efek sitotoksik, oleh karena itu disarankan untuk penelitian lanjutan metode ekstraksi perlu

Silahkan download file Angket Melengkapi Informasi Website UNY Berbahasa Inggris