• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAYA ANTIDIARE SARI BUAH SALAK PONDOH (Salacca edulis Reinw) PADA MENCIT DENGAN METODE TRANSIT INTESTINAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DAYA ANTIDIARE SARI BUAH SALAK PONDOH (Salacca edulis Reinw) PADA MENCIT DENGAN METODE TRANSIT INTESTINAL"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

i

DAYA ANTIDIARE SARI BUAH SALAK PONDOH (Salacca edulis Reinw)

PADA MENCIT DENGAN METODE TRANSIT INTESTINAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Diajukan oleh : Maria Paulina Hartaya

NIM : 058114046

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi

DAYA ANTIDIARE SARI BUAH SALAK PONDOH (Salacca edulis Reinw)

PADA MENCIT DENGAN METODE TRANSIT INTESTINAL

Yang diajukan oleh : Maria Paulina Hartaya

NIM : 058114046

Skripsi ini telah disetujui oleh:

Pembimbing

(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Pengesahan Skripsi Berjudul

DAYA ANTIDIARE SARI BUAH SALAK PONDOH (Salacca edulis Reinw)

PADA MENCIT DENGAN METODE TRANSIT INTESTINAL

Oleh:

Maria Paulina Hartaya NIM : 058114046

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma pada tanggal: 19 Agustus 2009

Mengetahui, Fakultas Farmasi

Pembimbing:

Ipang Djunarko, S.Si., Apt Penguji:

(4)

iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Maria Paulina Hartaya Nomor Mahasiswa : 058114046

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

DAYA ANTIDIARE SARI BUAH SALAK PONDOH (Zallaca edulis

Reinw) PADA MENCIT DENGAN METODE TRANSIT INTESTINAL

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendiatribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 20 Agustus 2009

Yang menyatakan,

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

” Bergembiralah karena TUHAN maka Ia akan memberikan kepadamu apa

yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah

kepada-Nya, dan Ia akan bertindak ”

Mazmur 37: 4-5

Karya ini kupersembahkan untuk: Sumber hidupku Yesus Bunda Maria bunda pelindungku Bapak ibu sumber cinta kasih dan semangatku Kakak, adik, ponakan sumber kegembiraan dan ketegaranku

Semua sahabatku yang telah mewarnai hari-hari ku dan semua dosen sumber ilmu dan pengetahuan untuk ku.

”Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan,

supaya engkau menjadi bijak di masa depan.”

(6)

vi

INTISARI

Telah dilakukan penelitian mengenai daya antidiare sari buah salak pondoh (Salacca edulis reinw) pada mencit betina. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kebenaran khasiat sari daging buah salak pondoh (Salacca edulis Reinw.) sebagai antidiare dan mengetahui besarnya daya antidiare sari daging buah salak pondoh (Salacca edulis Reinw.).

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah menggunakan mencit putih betina berumur 2-3 bulan, berat 20-2-30 gram. Pada penelitian ini digunakan metode transit intestinal. Pada proses penelitian digunakan 60 ekor mencit yang dibagi secara acak dalam 6 kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif, kontrol positif, kelompok CMC Na dan tiga kelompok uji dengan tiga peringkat dosis berturut-turut yaitu 14,95 g/kg BB; 25 ml/kg BBdan 63,23 g/kg BB. Bahan uji yang digunakan yaitu sari buah salak pondoh (Salacca edulis reinw). Setelah 45 menit, hewan uji diberi larutan marker karbo adsorben sebanyak 0,2 ml/20 gram BB mencit secara oral. Setelah 20 menit, mencit dimatikan dan diambil ususnya. Diukur panjang usus yang dilalui marker karbo adsorben (A) dan panjang usus seluruhnya (B) dan dihitung nilai rasio antara A dan B. Data yang diperoleh kemudian di analisis menggunakan statistik dengan metode Anova dan dilanjutkan dengan uji post hoc/LSD.

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa sari buah salak pondoh memiliki daya antidiare. Sari buah salak pondoh dosis 12,5 ml/kg BBmemiliki daya antidiare sebesar 68%. Sari buah salak pondoh dosis 25 ml/kg BBmemiliki daya antidiare sebesar 84%. Sari buah salak pondoh dosis 50 ml/kg BBmemiliki daya antidiare sebesar 135%. Hasil penelitian juga menunjukkan semakin tinggi dosis semakin besar pula daya antidiare yang dihasilkan.

Kata kunci : Salacca edulis reinw, tanin, metode transit intestinal, sari buah salak pondoh, anova.

(7)

vii

ABSTRACT

A research had been conducted about the Antidiarrhea Effect of Salacca edulis juice based on the contain of chemical substance in Salacca edulis juice. Purpose this research is to knowing the truth of antidiarrhea effect of Salacca edulis juice and to knowing bigness Antidiarrhea Power of Salacca edulis juice.

This study is an experimental research with the one way complete randomized design use white female mice, aged 2-3 month, weight 20-30 gram. This research was using intestinal transit method. In the process of the research was using 60 mice randomly devided into 6 groups – negative control group, positive group, CMC Na 1% group and three test group – with three phase dose of 14,95 g/kg BW; 31,04 g/kg BW dan 63,23 g/kg BW. The experimental material which was contained Salacca edulis juice, was given in volume 0,2 ml per 20 gram BW mice. After 45 minutes, the experimental mice were given 0,2 ml/20 gram BW mice of carbo adsorben marker solution orally. After 20 minutes, mice were terminated and then the intestine were bringing out through the surgery. The karbo adsorben marker solution trace (A) within the intestine and the total of intestine length (B) were measured and calculate ratio of A and B values. The data obtained was analyzed statistically using Anova method and the computation using Post Hoc test.

The result data showed that Salacca edulis juice has the antidiarrhea power. The dose of Salacca edulis juice 12,5 ml/kg BW has 68% antidiarrhea power, in the 25 ml/kg BW the power was 84% and at the dose of 50 ml/kg BW the antidiarrhea power was 135%.

(8)

viii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Daya Antidiare Sari Buah Salak Pondoh (Salacca edulis reinw) pada Mencit dengan Metode Transit Intestinal.” Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Farmasi di Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa bimbingan, bantuan dan pengarahan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan banyak terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Ipang Djunarko, S.Si., Apt., selaku dosen pembimbing, yang selalu memberi dukungan, bantuan, dan saran selama penelitian.

2. Rita Suhadi, S.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma sekaligus sebagai dosen pembimbing akademik penulis. 3. Christine Patramurti, S.Si., M.Si., Apt., selaku Ketua Program Studi

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

4. Yohanes Dwiatmaka, M.Si. sebagai pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan izin dalam penggunaan fasilias laboratorium untuk penelitian skripsi ini.

5. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan dan banyak membantu dalam penulisan skripsi ini. 6. Drs. Mulyono, Apt. Selaku dosen penguji yang telah banyak membantu

(9)

ix

7. Mas Parjiman, Mas Heru, Mas Kayat, Mas Yuono dan semua staf laboratorium Farmasi yang telah banyak membantu dalam memberikan berbagai kebutuhan selama penelitian berlangsung.

8. St. Hartaya dan Ant. Sumiyati tercinta, yang telah membesarkanku, terimakasih untuk cinta dan kasih sayang yang tiada habisnya untukku. 9. Mbak Cha, Mbak Tha, Erni, terimakasih untuk semangat yang kalian

berikan, juga buat Dedek Ito, Mbak Cika yang membuatku selalu tersenyum.

10.Bulek, Om Basuki, yang telah memberikan kebun salaknya untuk penelitianku, terimakasih, tanpa kalian penelitian ini tiada artinya.

11.Teman seperjuanganku dalam penelitian ini Aya dan Detta yang telah banyak membantu, menemani dan menyemangati selama penelitian dan penulisan skripsi ini, kita stres bersama kita juga harus bangkit bersama-sama kawan, serta Dani, Nixon dan Inus yang banyak membantuku, berdiskusi, mengajariku dalam penulisan skripsi ini.

12.Aya, Detta, Siska, eratkan tali persahabatan kita kawan. Aku sayang kalian, terimakasih untuk persahabatan, kebahagiaan yang kalian berikan selama ini.

(10)

x

14.Berto dan Wulan, Yoyok, Wisley dan Stella, Agus, Fian terimakasih untuk kenangan yang kalian berikan.

15.Untuk Rio, Inggit, Bapak, Ibu, terimakasih karna telah memberikan warna baru dalam hidupku, terimakasih untuk semangat yang selalu diberikan untukku.

16.Teman-teman kosku (Cintya, Mbak Tika, Uti, Gadis, Sepa), juga sahabatku Yeni, Echie, Terry, ayo semangat kawan, terimakasi atas keindahan yang kita alami terutama di akhir masa kuliah kita.

17.Pak Parno yang telah membatuku dalam menyediakan mencit untuk penelitian ini.

18.Staf keamanan kampus III Paingan yang telah saya repotkan selama penelitian ini.

19.Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Terimakasih atas segala bantuan yang telah diberikan untukku, semoga Tuhan selalu memberikan berkat dan rahmat-Nya yang berlimpah dalam hidup mereka.

Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Namun demikian, semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat yang berguna bagi masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 1 Mei 2009

(11)

xi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya orang lain atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 1 Mei 2009

Penulis,

(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...… i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING...… ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

INTISARI...…... v

ABSTRACT...…... vi

PRAKATA...…... vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... x

DAFTAR ISI...…. xi

DARTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I. PENGANTAR

(13)

xiii

1. Tujuan umum... 4

2. Tujuan khusus... 4

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA A. Diare... 5

1. Pengertian... 5

2. Penyebab... 5

3. Tanda dan gejala... . 8

4. Patofisiologis……… 10

B. Antidiare... 10

C. Sasaran Pengobatan Antidiare...……..……... 12

D. Saluran Cerna……….….… 14

E. Salak…………... 15

1. Sistematika tanaman... 15

2. Deskripsi...…. 16

3. Khasiat...…. 16

4. Kandungan kimia... 16

F. Tanin...…... 17

1. Kimia dan penyebarannya………. 17

2. Mekanisme aksi tanin……… 17

3. Efek samping dan toksikologi………... 18

G. Metode Uji………... 14

1. Metode proteksi terhadap diare oleh ooleum ricini…….. 18

(14)

xiv

H. Loperamide Hydroclorida... 19

1. Kimia...….. 20

2. Farmakologi...……... 20

3. Farmakologi klinik...……... 21

4. Penggunaan...……... 22

I. Karbo Adsorbens... …... 22

J. Landasan Teori...……... 23

K. Hipotesis... 23

BAB III. METODE PENELITIAN...…... 24

A. Jenis dan Rancangan Penelitian...…... 24

B. Variabel dan Definisi Variabel...……... 24

1. Variabel penelitian...……... 24

2. Definisi operasional………...;....…... 26

C. Bahan atau Materi Penelitian...…...…... 27

3. Percobaan pendahuluan...……... 29

4. Penentuan daya antidiare...……... 33

(15)

xv

6. Seleksi hewan uji...…………... 34

7. Perlakuan terhadap hewan percobaan...……... 35

8. Skema kerja...……….... 36

F. Tata Cara Analisis Hasil... 37

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 38

A. Determinasi Tanaman……… 38

B. Penetapan Daya Antidiare………. 39

1. Penentuan Kontrol Positif……….……... 40

2. Orientasi Percobaan……….. 41

C. Penetapan Daya Antidiare……….. 44

D. Rangkuman Pembahasan……….. 53

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……….. 55

A. Kesimpulan………... 55

B. Saran………. 55

DAFTAR PUSTAKA………... 56

LAMPIRAN………. 58

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel I. Hasil orientasi kontrol negatif, kontrol positif dan

kadar sari buah salak pondoh dengan metode transit

intestinal……..……… 39 Tabel II. Daya antidiare kelompok kontrol negatif, kelompok

kontrol positif dan kelompok perlakuan dengan

metode transit intestinal....……..……… 43 Tabel III. Hasil uji normalitas antar kelompok perlakuan

dengan menggunakan Kolmogorov Smirinov……... 47 Tabel IV. Hasil uji varians antar kelompok

perlakuan………....………... 48 Tabel V. Hasil anova satu arah daya antidiare sari buah salak

pondoh antar kelompok perlakuan………... 49 Tabel VI. Rangkuman hasil LSD daya antidiare sari buah salak

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Skema kerja kelompok kontrol dan kelompok

uji...………… 33 Gambar 2. Grafik rata-rata rasio panjang usus yang ditempuh

marker karbo adsorben terhadap panjang usus

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Penimbangan bahan... 58 Lampiran 2. Foto pohon salak pondoh... 59 Lampiran 3. Foto sari buah salak pondoh... 60 Lampiran 4. Data hasil penelitian pada kelompok kontrol negatif

(NaCl fisiologik 0,9%)... 61 Lampiran 5. Data hasil penelitian pada kelompok kontrol positif

(Loperamide HCl dosis 7,28 x 10-4g/kgBB)... 62 Lampiran 6. Data hasil penelitian pada kelompok CMC

Na1%... 63 Lampiran 7. Data hasil penelitian pada kelompok perlakuan I (sari

buah salak pondoh dosis 14.95 g/kg BB)... 64 Lampiran 8. Data hasil penelitian pada kelompok perlakuan II sari

buah salak pondoh dosis 32.04 g/kg BB)... 65 Lampiran 9. Data hasil penelitian pada kelompok perlakuan II (sari

buah salak pondoh dosis 62.23 g/kg BB)... 66 Lampiran 10. Foto usus hasil perlakuan dengan kontrol negatif

(19)

xix

Lampiran 11. Foto usus hasil perlakuan dengan kontrol positif

(dosis Loperamide HCl 7,28 x 10-4g/kg BB)... 68 Lampiran 12. Foto usus hasil perlakuan dengan CMC Na 1%... 69 Lampiran 13. Foto usus hasil perlakuan dengan sari buah salak

pondoh dosis 14.95 g/kg BB……… 70 Lampiran 14. Foto usus hasil perlakuan dengan sari buah salak

pondoh dosis 32.04 g/kg BB... 71 Lampiran 15. Foto usus hasil perlakuan dengan sari buah salak

pondoh dosis 62.23 g/kg BB... 72 Lampiran 16. Analisis Statistik menggunakan SPSS... 73 Lampiran 17. Histogram daya antidiare kelompok kontrol

negatif……… 78 Lampiran 18. Histogram daya antidiare kelompok kontrol

positif……… 79 Lampiran 19. Histogram CMC Na 1%...……... 80

Lampiran 20. Histogram daya antidiare kelompok perlakuan sari

buah salak pondoh dosis I... 81 Lampiran 21. Hisrogram daya antidiare kelompok sari buah salak

pondoh dosis II... 82 Lampiran 22. Histogram daya antidiare kelompok perlakuan sari

(20)

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Diare merupakan kondisi buang air besar yang tidak biasa dimana feses encer/berair paling tidak tiga kali dalam 24 jam (Anonim, 2005). Definisi lain mengatakan diare adalah suatu gejala klinis dari gangguan pencernaan (usus) yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya dan berulang-ulang yang disertai adanya perubahan bentuk dan konsistensi feses menjadi lembek atau cair (Ajizah, 2004).

Perkiraan WHO (World Health Organization) bahwa 3 -5 milyar kasus diare terjadi

setiap tahun di seluruh dunia (1 milyar kasus merupakan anak-anak berusia di bawah 5 tahun) dan

kira-kira 5 juta kematian dikarenakan diare setiap tahunnya (2,5 juta merupakan anak-anak berusia

di bawah 5 tahun) (Heinrich,2004).

Akibat negatif diare adalah gangguan absorbsi yang menyebabkan terjadinya dehidrasi dan malnutrisi. Dehidrasi adalah suatu keadaan kekurangan cairan, kekurangan kalium (hipokalemia) dan adakalanya acidosis (darah menjadi asam), yang tidak jarang berakhir dengan shock dan kematian. Sehingga pada penderita diare memerlukan terapi pengganti dengan cairan dan elektrolit serta kalori, obat antibakteri atau antiamuba tergantung penyebab diare, maupun obat-obat lain yang bekerja memperlambat peristaltik usus, menghilangkan spasme dan nyeri, atau menenangkan (Anonim, 1991).

(21)

mengendapkan racun. Tanin terhidrolisis terdapat dalam perasan, sehingga dipakai perasan dalam penelitian ini. Pengujian daya antidiare sari daging salak pondoh dilakukan dengan menggunakan metode transit intestinal.

Metode transit intestinal dapat digunakan untuk mengevaluasi aktivitas obat antidiare, laksansia, antispasmodik, berdasarkan pengaruhnya pada rasio jarak usus yang ditempuh oleh sesuatu marker dalam waktu tertentu terhadap panjang usus keseluruhan pada hewan percobaan mencit atau tikus. Obat antidiare akan memperkecil rasio, sedangkan obat laksansia dan obat antispasmodik akan memperbesar rasio ini dibandingkan rasio pada hewan tanpa perlakuan (Anonim, 2000).

(22)

1. Permasalahan

Dari latar belakang yang telah dipaparkan, maka masalah yang timbul dirumuskan sebagai berikut

a. Apakah sari daging buah salak pondoh (Salacca edulis Reinw.) mempunyai daya antidiare pada mencit betina dengan metode transit intestinal ?

b. Seberapa besar daya antidiare yang dimiliki sari daging buah salak pondoh (Salacca edulis Reinw.) ?

2. Keaslian penelitian

Sampai saat ini belum ada penelitian tentang daya antidiare sari daging buah salak pondoh (Salacca edulis Reinw.) pada mencit putih betina dengan metode transit intestinal.

3. Manfaat penelitian

Dengan adanya penelitian tentang daya antidiare sari daging buah salak pondoh (Salacca edulis Reinw.) ini diharapkan akan diperoleh manfaat sebagai berikut:

a. manfaat teoritis : untuk melengkapi teori yang sudah ada mengenai obat tradisional khususnya tentang tanaman buah salak pondoh (Salacca edulis

Reinw.)

(23)

B. Tujuan Penelitian

Penelitian tentang buah salak (Salacca edulis Reinw.) ini memiliki tujuan yang dapat disajikan seperti di bawah ini.

1. Tujuan umum

Tujuan umum yang ingin dicapai penulis adalah membuktikan khasiat sari daging buah salak pondoh (Salacca edulis Reinw.) agar dapat digunakan sebagai terapi yang efektif dalam kehidupan sehari-hari.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai oleh penulis adalah mengetahui besarnya daya antidiare dalam sari daging buah salak pondoh (Salacca edulis

(24)

5

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Diare

1. Pengertian

Diare berasal dari kata diarroia (bahasa Yunani) yang berarti mengalir terus, merupakan suatu keadaan abnormal dari pengeluaran tinja yang terlalu serius (Sugiyanto, 1997). Ada beberapa definisi diare, antara lain diare adalah buang air besar dengan frekuensi tak normal (meningkat) dengan konsistensi lebih lembek atau cair (Suharyono, 1991). Menurut WHO, diare merupakan kondisi buang air besar yang tidak normal dimana feses encer/berair paling tidak tiga kali dalam 24 jam (Anonim,2005).

Menurut WGO (World Gastroenterology Organisation), diare akut didefinisikan sebagai pengeluaran tinja dalam bentuk semisolid atau cair dari dalam usus dengan tidak normal, tidak kurang dari 14 hari (Anonim, 2008).

Penggolongan penyebab diare pada seorang pasien berdasarkan riwayat klinisnya biasanya sulit. Berdasarkan waktunya diare dapat digolongkan dalam 3 kategori, yakni:

a. Diare akut, timbul sedikitnya 3 kali dengan feses cair selang waktu 24 jam b. Disentri, diare dengan mengeluarkan darah

(25)

2. Penyebab

Berdasar teori klasik, diare disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus hingga pelintasan khimus dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat meninggalkan tubuh sebagai feses. Ketidakseimbangan pengangkutan air dan elektrolit berperan penting pada patogenesis diare, terjadi perubahan absorpsi dan sekresi cairan dan elektrolit yang dapat meningkatkan terjadinya dehidrasi. Peningkatan pengeluaran cairan dapat terjadi karena sekresi yang meningkat (secretory diarrhea) pada diare infeksi, osmotik karena adanya bahan-bahan dalam lumen usus, dan motilitas usus yang meningkat (Anonim, 1994).

Menurut Longe (2005), ada beberapa hal yang dapat menyebabkan diare, meliputi mikroorganisme penyebab diare seperti bakteri, virus dan protozoa, obat-obat yang dapat menginduksi diare, AIDS, dan makanan penginduksi diare. a. Bakteri penyebab diare atau pemroduksi toksin penyebab diare

Pasien dengan diare yang disebabkan agen pemroduksi toksin mengalami diare berair, yang biasanya melibatkan usus halus. Pasien mengalami onset yang mendadak dari feses cair yang banyak, nyeri abdomen bagian atas, mual, muntah, kram, dan mungkin demam ringan. Jika bagian usus besar yang diserang organisme invasif akan menimbulkan sindrom seperti disentri. Sindrom ini dikarakterisasi dengan demam, kram abdomen, tenesmus (ketegangan), feses bervolume sedikit yang jarang dan mungkin mengandung darah dan lendir (Longe, 2005).

(26)

b. Virus penyebab diare

Rotavirus sering menyebabkan diare akut terutama pada bayi dan anak usia 6 hingga 12 bulan (Firdaus, 1997). Tanda-tanda klinis termasuk periode inkubasi 12 hingga 48 jam, diikuti dengan muntah, diare cair dan demam ringan (Longe, 2005).

c. Protozoa penyebab diare

Beberapa protozoa penyebab diare adalah Balantidum coli, Capillaria philippinensis, Cryptosporidum, Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia,

Strongyloides stercoralis, Faciolopsis buski, Sarcocystis suihominis, Trichuris

trichiura, Isospora belli (Firdaus, 1997). Giardia adalah suatu infeksi pada usus halus yang umumnya terjadi pada anak-anak, wisatawan, atau seperti pendaki. Gejala mungkin tidak ada atau ringan. Setelah 1-3 hari masa inkubasi, gejala mungkin termasuk feses cair, kram abdomen, kembung, dan nyeri epigastric. E. Hystolitica menyebabkan amebiasis pada area dengan sanitasi yang rendah dan pada wisatawan, pekerja migran dan pasien. Penyakit ini dikarakterisasi dengan nyeri kram yang berat, tenesmus, dan disentri antara 3-10 hari (Longe, 2005). d. Obat-obat penginduksi diare

(27)

intestinal normal, seperti agen antihipertensi dengan aktivitas sympatolitik, mungkin juga menyebabkan diare. Kram umum dan diare mungkin mengikuti penggunaan obat-obat prokinetik seperti bethanecol, metoclopramide, atau cisapride (Longe, 2005).

e. AIDS

Pasien dengan AIDS dan HIV diketahui sangat mudah untuk terkena bermacam-macam infeksi yang menimbulkan diare sebagai suatu manifestasi. Demam dan onset yang mendadak dari ledakan feses cair dimulai setelah 1-3 hari setelah inkubasi. Kram abdomen juga kadang-kadang terjadi (Longe, 2005). f. Makanan penginduksi diare

Intoleransi makanan dapat menyebabkan diare dan mungkin dihasilkan dari suatu alergi makanan atau dari makanan yang dicerna yang berlemak atau pedas atau mungkin jumlah yang besar dari makanan yang kasar atau banyak biji-bijian (Longe, 2005).

3. Tanda dan gejala diare

Gejala yang biasa ditemukan pada penderita diare antara lain diare cair terkadang mengandung darah atau lendir, muntah dapat mendahului sebelum atau sesudah diare, anoreksia, nyeri perut, distensi, Madang-kadang ileus, dehidrasi, kehilangan elektrolit dan air (Widjaya, 2002).

(28)

darah/lendir, warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu, anus lecet, gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang, muntah sesudah dan sebelum diare, hipoglikemia (penurunan kadar gula darah), dehidrasi (kekurangan cairan). Bila terjadi dehidrasi timbul rasa haus, elastisitas (turgor dan tonus) kulit menurun, bibir dan mulut kering, air mata tidak keluar, tekanan darah rendah.

Tabel I. Tahapan dehidrasi pada anak yang mengalami diare (World Gastroenterology Organisation (WGO) practice guideline) Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan Dehidrasi berat a. Gejala normal

b. Mata tidak cekung c. Minum normal

a. Tidur tidak normal atau lethargic

b. Mata cekung c. Minum sedikit atau

bahkan tidak sama sekali d. Kembalinya kulit setelah

dicubit sangat lambat (>2detik)

Tanda dehidrasi pada orang dewasa adalah sebagai berikut: a. Kecepatan nadi >90

b. Hipotensi c. Lidah kering d. Bola mata cekung

e. Turgor kulit menurun (Anonim, 2008).

(29)

Tabel II. Hubungan antara gejala yang timbul dan penyebab diare (Anonim,2008)

Gejala Penyebab Diare

Demam Umumnya dihubungkan dengan invansi patogen

Feses terdapat darah

• Invansi patogen dan citotoksin yang dilepaskan patogen • Penderita infeksi Enterohemorrhagic Escherichia (E.)

coli (EHEC)

• Tidak dengan agen virus dan enterotoksin yang melepaskan bakteri

Muntah • disebabkan karena proses pencernaan dari toksin Sering kali pada diare karena virus dan rasa sakit bakteri (contoh Staphylococcus aureus)

4. Patofisiologis

Ada empat mekanisme patofisiologis gangguan elektrolit pada diare. Keempat mekanisme yang merupakan dasar diagnosis dan terapi antara lain : perubahan aktivitas transport ion oleh penurunan absorpsi natrium atau peningkatan sekresi klorida, perubahan motilitas intestinal, perubahan osmolaritas usus, dan peningkatan tekanan hidrostatik otot polos. Dalam klinik, mekanisme tersebut dapat dihubungkan dengan jenis diare yakni sekretori, osmotic, eksudatif, dan perubahan transit usus (DiPirro dan Longe, 2000).

B. Antidiare

(30)

sebaiknya jangan diberikan lebih dari 7-10 hari, karena bisa jadi diare yang diderita bukan benar-benar penyakit diare tetapi merupakan gejala dari penyakit yang lain (Tjay dan Rahardja, 2002).

Antidiare diberikan untuk mengurangi peristaltik, spasme usus, menahan iritasi, absorbsi racun dan sering terpadu dengan anti-mikroba. Diare yang menyerupai kolera mengakibatkan dehidrasi dan sering memerlukan infus, sebab penderita dapat meninggal karena kekurangan cairan dan elektrolit. Bila diare tidak disertai muntah maka cairan garam rehidrasi (oralit) banyak menolong sebagai pertolongan pertama (Djamhuri, 1995).

Sebagai penunjang dapat digunakan adsorbensia (karbo aktif, silikondioksida koloida, kaolin), zat pengembang (pectin) atau adstringensia (preparat yang mengandung tannin seperti garam bismuth atau garam perak)(Mutschler, 1986). Norit atau arang aktif (karbo adsorben) adalah arang halus (nabati dan hewani) yang telah diaktifkan melalui proses tertentu. Norit mempunyai daya serap pada permukaannya (adsorbansi) yang kuat, terutama terhadap zat-zat yang molekulnya besar, misalnya alkaloida, toksin bakteri atau zat-zat beracun yang berasal dari makanan (Tjay dan Rahardja, 2002).

Kelompok obat yang biasa digunakan pada terapi diare adalah:

1. Kemoterapeutika untuk terapi kausal, yakni memberantas bakteri penyebab diare. Contohnya antibiotika, sulfonamide, kinolon dan furazolidon.

(31)

a. zat-zat penekan peristaltik, sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus. Contohnya adalah candu dan alkaloidnya, derivate petidin (difenoksilat dan loperamida) dan antikolinergik (atropine, ekstrak belladonna).

b. Adstringensia, yang menciutkan selaput lendir usus. Misalnya asam samak (tannin) dan tannalbumin, garam-garam bismut dan aluminium.

c. Adsorbensia, misalnya karbo adsorben yang pada permukaannya dapat menyerap (adsorpsi) zat-zat racun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau yang adakalanya berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk juga zat-zat lendir yang menutupi selaput lender usuu dan luka-lukanya dengan suatu lapisan pelindung seperti kaolin, pectin (suatu karbohidrat yang terdapat antara lain dalam buah apel), garam-garam bismuth dan aluminium.

3. Spasmolitika, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang seringkali mengakibatkan nyeri perut pada diare. Misalnya papaverin dan oksifenonium (Tjay dan Rahardja, 2002).

C. Sasaran Pengobatan Antidiare

(32)

pada kasus diare. Oleh sebab itu, selain pengobatan untuk menghentikan diare seharusnya dilakukan upaya lain yaitu rehidrasi dan terapi makanan (Soenarto, 1993).

Terapi terhadap diare harus disesuaikan dengan penyebabnya. Penanganan terapeutik yang sesuai adalah penggantian cairan dan elektrolit secukupnya. Pada umumnya cukup diberikan limun secara oral yang mengandung gula dengan penambahan garam dapur atau diberikan larutan glukosa-elektrolit yang diminum, yang biasa dikenal sebagai oralit (Mustchler, 1986). Oralit tidak menghentikan diare tetapi mengganti cairan tubuh yang hilang bersama tinja. Dengan menghentikan cairan tubuh tersebut terjadinya dehidrasi dapat dihindarkan (Djamhuri, 1995).

Menurut WHO, sasaran pengobatan diare adalah untuk: 1. Mencegah dehidrasi

2. Mengobati dehidrasi ketika terjadi

3. Mengurangi durasi dan semakin parahnya diare dengan memberikan supplemen zinc (Anonim, 2005).

Home therapy yang dilakukan adalah untuk mencegah dehidrasi dan

(33)

Cairan yang diberikan: 1. ORS

2. Minuman yang diasini, misalnya air beras yang diasini atau minuman yoghurt

yang diasini

3. Sup sayuran atau ayam yang diasini

4. 3 g garam dapur dan 18 gram gula dalam 1 liter air

Minuman karbonasi, jus buah, teh manis, kopi, teh kesehatan dihindari. Suplemen zinc dapat diberikan (10-20 mg) setiap hari untuk 10-14 hari (Anonim, 2005).

D. Saluran Cerna

Saluran cerna berfungsi untuk menyerap zat makanan, zat-zat penting, garam dan air serta mengekskresi bagian makanan yang tak diserap dan sebagian hasil akhir metabolisme. Organ saluran pencernaan meliputi rongga mulut dan farings, esofagus, lambung, usus halus, usus besar (Mutschler, 1986).

(34)

ini dapat timbul dengan adanya relaksasi dinding usus dan dikendalikan saraf melalui plexus myentericus (Mutschler, 1986).

Usus besar yang merupakan bagian akhir dari saluran cerna dibagi menjadi cecum (usus buntu sekum) dengan apendix vermiformis (umbai cacing), colon dan rectum. Dengan gerakan dinding usus besar, isi usus akan digiling dan dibawa terus. Di samping gelombang peristaltik lambat dari otot lingkar pada jarak usu yang pendek, sekitar 2-3 kali sehari terjadi gelombang peristaltik yang besar mulai dari sekum sampai sigmoid. Gerakan ini akan distimulasi oleh impuls parasimpatis dan dihambat oleh impuls simpatis (Mutschler, 1986).

E. Salak

Tidak banyak informasi tertulis yang didapat mengenai tanaman buah salak (Salacca edulis). Sejauh ini hanya sedikit literatur yang mengulas tentang tanaman ini, sehingga boleh dikatakan bahwa buah salak (Salacca edulis) langka dalam kepustakaan.

1. Sistematika tanaman (Salacca edulis Reinw.)

Sinonim : Salacca biumeana Mart. Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae Bangsa : Palmales

(35)

Jenis : Salacca edulis Reinw. Nama umum : Salak

Nama daerah

Sumatera : Sala (Minangkabau), Salak (Melayu) Jawa : Salak (Sunda, Jawa Tengah, Madura) Bali : Salak

Sulawesi : Salak (Makasar, Bugis)

Kalimantan : Tusum (Kalimantan Selatan) (Anonim, 2008)

2. Deskripsi

Habitus : Perdu, tahunan, tinggi 2-3, 5 m. Batang : Tegak, bulat, coklat

Daun : Majemuk, bertangkai, berduri, anak daun tidak bertangkai, bentuk lanset, ujung runcing, tepi dan pangkal rata, permukaan bawah berlapis lilin, panjang 50-75 cm, lebar 7-10 cm, hijau.

Bunga : Tongkol, bertangkai, panjang bunga 7-15 cm, coklat muda Buah : bulat telur, bersisik, tersusun rapi, coklat, berdaging pulih,

terbagi dua sampai tiga, coklat kehitaman.

Biji : keras, bulat atau lonjong, diameter ± 1,5 cm, coklat kehitaman.

(36)

3. Khasiat

Daging buah Salacca edulis berkhasiat sebagai obat mencret. Untuk obat mencret dipakai ± 20 gram daging buah yang masih muda.

4. Kandungan kimia

Daging buah Salacca edulis mengandung tanin, flavonoida, dan saponin (Anonim, 2008).

F. Tanin : asam samak, acidum tannicum

1. Kimia dan penyebarannya

Secara fitokimia, tanin dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan utama yaitu tanin yang dapat terhidrolisis dan tanin terkondensasi (prosianidin atau proantosianidin). Tanin yang dapat terhidrolisis biasanya terdiri dari sebuah molekul inti glukosa yang terikat dengan molekul-molekul asam gallik (gallitanin) atau asam heksahidroksidifenil (ellagitanin). Tanin terkondensasi adalah polimer flavan dimana tidak mudah terhidrolisa. Biasanya terdiri dari molekul-molekul katekin dan epikatekin yang tergabung karena adanya ikatan karbon-karbon (Mills dan Kerry, 2000).

2. Mekanisme aksi tanin

(37)

terganggunya permeabilitas, sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati (Ajizah,2004).

Ketika tanin kontak dengan membran mukosa, tanin akan bereaksi dengan protein pada mukus dan sel-sel epitel dari mukosa membentuk ikatan silang. Akibatnya mukosa menjadi lebih rapat dan kurang permeabel, proses ini dikenal dengan adstringensia. Adstringensia mampu meningkatkan proteksi membran terhadap mikroorganisme dan zat-zat iritan (Mills dan Kerry, 2000).

Tanin mempunyai daya antibakteri dengan cara mempresipitasi protein, karena diduga tanin mempunyai efek yang sama dengan senyawa fenolik. Efek antibakteri tanin antara lain melalui: reaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim, dan destruksi atau inaktivasi fungsi materi genetik. Karena tanin pada daun jambu biji cukup banyak, penghambatan pertumbuhan bakteri Salmonella typhimurium

diduga juga disebabkan oleh mekanisme ini (Masduki,1996).

3. Efek samping dan toksikologi

(38)

G. Metode Uji

Pada penelitian mengenai antidiare diketahui ada dua metode uji yang dapat digunakan, yaitu:

1. Metode proteksi terhadap diare oleh oleum ricini

Prinsip yang digunakan pada metode ini adalah kandungan utama dari Oleum Ricini, yaitu trigliserida dari asam risinoleat akan mengalami hidrolisis di dalam usus halus oleh lipase pankreas menjadi gliserin dan asam risinoleat. Sebagai surfaktan anionik, zat ini bekerja mengurangi absorbsi cairan bersih (neto) dan elektrolit serta menstimulasi peristaltis usus sehingga berkhasiat sebagai laksansia berdasarkan kerja ini. Obat yang berkhasiat antidiare akan dapat melindungi hewan percobaan mencit terhadap diare yang diinduksi dengan Oleum Ricini tersebut (Anonim, 1991).

2. Metode transit intestinal

Metode ini dapat digunakan untuk mengevaluasi aktivitas obat antidiare, laksansia dan antiplasmodik. Evaluasi didasarkan pada pengaruhnya pada rasio jarak usus yang ditempuh oleh suatu marker dalam waktu tertentu terhadap panjang usus keseluruhan pada hewan percobaan mencit atau tikus (Anonim, 1991).

(39)

H. Loperamide Hydrochlorida

Loperamid adalah senyawa yang menunjukkan aksi antidiare pada saluran pencernaan untuk mencegah peristaltik. Pada mekanisme terjadinya diare, loperamid mempengaruhi perubahan motilitas intestinal sehingga mampu mengatasi diare dengan cara meminimalkan terjadinya hiperperistaltik. Efeknya lebih baik dan lebih cepat atau panjang daripada difenoksilat dan kodein (Anonim, 1994).

1. Kimia

Loperamid adalah senyawa yang berbentuk serbuk, warna putih sampai agak kuning; melebur pada suhu lebih kurang 2250C disertai peruraian (Dollery, 1991).

Nama kimia : 4-(p-klorofenil)-4-hidroksi-N, N-dimetil-α, α -difenil-1-piperidina butiramida monohidroklorida Rumus kimia : C29H33ClN2O2.HCl

Bobot molekul : 513,51 (Anonim, 1995). Pka : 8,7

Koefisien partisi : tinggi

(40)

2. Farmakologi

Loperamid mencegah kemampuan peristaltik oleh otot pada saluran pencernaan dengan interaksi kolinergik maupun non kolinergik dari tanggapan mekanisme saraf untuk menunjukkan gerakan peristaltik secara refleks. Loperamid menekan reseptor opiat pada dinding usus, mengurangi gerakan peristaltik dan menambah waktu transit di saluran pencernaan. Loperamid juga menambah kemampuan menahan pada saluran pengeluaran. Loperamid menunjukkan kemampuan mencegah sekresi cairan dan elektrolit pada saluran pencernaan ( Dollery, 1991).

Loperamid menunjukkan efek antidiare dengan kimbinasi aksi pada otot halus dalam saluran pencernaan dan mempengaruhi efek sekresi. Namun loperamid tidak menunjukkan pengaruh pada flora saluran pencernaan. Loperamid adalah senyawa dengan daya antidiare yang menunjukkan pengaruh secara langsung pada saluran pencernaan. Efeknya mirip dengan difenoksilat dan kodein, tetapi loperamid memperlihatkan efek yang lebih cepat, lebih panjang dan lebih tepat pada saluran pencernaan (Dollery, 1991).

3. Farmakologi klinik

(41)

Pada orang dewasa, Loperamid HCl diberikan dengan dosis awal 4 mg, diikuti 2 mg diberikan setelah buang air besar. Pada anak-anak berusia 4-8 tahun, diberikan 1 mg setiap tiga atau empat jam sehari sampai diare dapat teratasi. Pada anak-anak diatas 8 tahun diberikan dosis 2 mg setiap empat jam sehari sampai diare dapat teratasi. Pada kasus diare kronis, penderita dewasa memerlukan penanganan loperamid dengan dosis yang berbeda-beda untuk setiap penderita sesuai dengan kebutuhannya. Dosis awal biasanya antara 4 mg sampai 8 mg per hari. Pada kasus tertentu loperamid dapat diberikan dengan dosis terapi yang sesuai menurut respon penderita, sampai dosis maksimum 16 mg per hari (Dollery, 1991).

5. Penggunaan a. Indikasi

Loperamid adalah obat yang sangat baik untuk pengobatan pada diare akut dan diare kronis. Sebaiknya tidak digunakan dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan (Dollery, 1991).

b. Kontra indikasi

(42)

menghindari penghambatan peristaltik atau konstipasi, atau pada kondisi pasien dengan dehidrasi yang berat (Dollery, 1991).

I. Karbo adsorbens : arang aktif, Norit, Bekarbon

Karbo adalah arang halus (nabati atau hewani) yang telah diaktifkan melalui proses tertentu. Obat ini memiliki daya serap pada permukaannnya (adsorpsi) yang kuat, terutama terhadap zat-zat yang molekulnya besar, misalnya alkaloida, toksin bakteri atau zat-zat beracun yang berasal dari makanan. Begitu pula banyak obat dapat diadsorpsi pada karbo in vivo, antara lain asetosal, parasetamol, fenobarbital, glutetimida, fenotiazin, antidepresiva trisiklik, digoksin, amfetamin, ferosulfat, propantelin dan alkohol. Oleh karena itu, obat-obat ini jangan diberikan bersamaan waktu, melainkan 2-3 jam setelah pemberian karbo. Dosis biasa: 3-4 dd 0,5-1 g (Tjay dan Rahardja, 2002).

J. Landasan Teori

Daging buah salak pondoh (Salacca edulis) mengandung tanin (Anonim, 2008). Tanin dalam hal antidiare dapat berperan sebagai astringent yang berfungsi untuk menciutkan lapisan permukaan usus, sehingga mengurangi kepekaan sekresi yang dapat menekan peristaltik usus. Dengan adanya kandungan tanin dalam daging buah salak pondoh (Salacca edulis) memungkinkan daging buah salak pondoh (Salacca edulis) dapat berperan sebagai antidiare.

K. Hipotesis

(43)

24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni, yaitu dilakukan perlakuan terhadap subyek uji dan bersifat eksploratif yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian sari buah salak pondoh terhadap daya antidiare.

Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap pola searah. Acak berarti pengelompokan hewan uji (mencit) dilakukan secara random. Termasuk penelitian rancangan lengkap karena variabel yang terdapat dalam penelitian ini sudah diperhitungkan sebelumnya, baik bahan uji, sampel uji maupun hewan uji. Termasuk penelitian pola searah karena variabel bebas pada penelitian ini hanya ada satu yaitu dosis sari daging salak pondoh (Salacca edulis

Reinw.) yang menentukan variabel tergantungnya yaitu daya antidiare sari buah salak pondoh.

B. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

(44)

a. variabel bebas, yaitu dosis sari daging salak pondoh (Salacca edulis

Reinw.). Dosis yang digunakan dalam penelitian adalah 12,5 ml/kg BB, 25 ml/kg BB, 50 ml/kg BB.

b. variabel tergantung, yaitu daya antidiare yang ditunjukkan oleh daging buah salak pondoh (Salacca edulis Reinw.) dengan parameter yaitu rasio panjang usus yang ditempuh marker karbo adsorben terhadap panjang usus seluruhnya.

c. Variabel pengacau terkendali 1) Jenis sampel

Digunakan buah salak pondoh yang siap dipanen yaitu berumur 5 bulan setelah bunga mekar, dengan ciri warna kulit bersih dan mengkilap, bila dipegang atau dipijit empuk dan kulitnya tidak kasar, beraroma khas, bila dikupas warna bijinya coklat atau coklat kehitaman, daging buah kenyal atau empuk, duri-duri kecil kulit buah sudah tumpul (tidak terlihat lagi), sisik kulit luarnya sudah melebar, dan bila dipetik mudah terlepas dari tangkai bunganya. Buah salak pondoh diambil dari desa Ndero, Harjobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta.

2) Hewan uji

Digunakan hewan uji mencit dengan ketentuan atau persyaratan sebagai berikut:

(45)

Berat badan : 20-30 gram Umur : 2-3 bulan 3) Lama perlakuan

Total lama waktu perlakuan adalah 65 menit. 4) Cara pemberian

Cara pemberian pada penelitian ini dipilih cara oral. Dipilih cara pemberian oral karena hasil penelitian yang diamati adalah usus sebagai saluran pencernaan sehingga harus dilakukan dengan cara oral.

d. Variabel pengacau tak terkendali

(46)

2. Definisi operasional

a. Buah salak pondoh

Adalah bagian daging buah salak pondoh yang siap panen yaitu berumur 5 bulan setelah bunga mekar, dengan ciri warna kulit bersih dan mengkilap, bila dipegang atau dipijit empuk dan kulitnya tidak kasar, beraroma khas, bila dikupas warna bijinya coklat atau coklat kehitaman, daging buah kenyal atau empuk, duri-duri kecil kulit buah sudah tumpul (tidak terlihat lagi), sisik kulit luarnya sudah melebar, dan bila dipetik mudah terlepas dari tangkai bunganya.

b. Sampel uji

Adalah sari daging buah salak pondoh yang dibuat dengan cara memblender sejumlah daging buah selama 2 menit, kemudian diperas untuk mendapatkan sarinya.

c. Rasio daya antidiare

(47)

C. Bahan Penelitian atau Materi Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu:

1. Bahan utama

a. bahan uji; digunakan buah salak pondoh yang siap dipanen. Buah salak pondoh diambil dari Desa Ndero, Harjobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta.

b. hewan uji; digunakan mencit putih betina dewasa sehat berumur 2-3 bulan dengan berat badan 20-30 gram sebanyak sepuluh ekor setiap kelompok perlakuan. Hewan ini diperoleh dari UD WISTAR, Sewon-Bantul.

2. Bahan kimia

a. Gom Arab; diperoleh dari Laboratorium Farmasetika Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

b. Karbo adsorben; Laboratorium Farmasetika Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

c. NaCl padat; diperoleh dari Laboratorium Farmakologi -Tosikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

d. Aquadest; diperoleh dari Laboratorium Biokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

(48)

f. CMC-Na; diperoleh dari Laboratorium Formulasi Teknologi Sediaan Solid Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

D. Alat Penelitian

Alat atau instrumen yang digunakan meliputi:

1. alat-alat gelas (beaker gelas, gelas ukur, pengaduk, labu ukur)

2. timbangan analitik merk Metller AE200, timbangan merk Metller PM600 3. alat suntik oral, berupa jarum sonde yaitu jarum yang pada bagian ujungnya

berbentuk bulat dan bagian tengahnya berlubang, yang digunakan untuk jalur pemberian oral.

4. blender, pisau, stopwacth, penggaris

5. kandang mencit, kotak kaca, meja bedah dan alat bedah

E. Tata Cara Penelitian

Pada penelitian ini peneliti melakukan rangkaian proses sebagai berikut :

1. Pengumpulan bahan

(49)

2. Penentuan metode uji

Pada percobaan ini penulis memilih menggunakan metode uji transit intestinal. Penulis memilih metode ini karena metode transit intestinal sangat mudah dikerjakan dengan hasil yang cukup akurat. Selain itu, pada pengerjaanya relatif tidak dibutuhkan waktu yang lama karena total waktu yang diperlukan adalah selama 65 menit. Hasil yang ditunjukkan juga mudah untuk diamati karena hanya melakukan pengukuran panjang usus yang ditempuh suatu penanda yaitu marker karbo adsorben yang dibandingkan dengan panjang usus seluruhnya.

3. Percobaan pendahuluan

Sebelum dilakukan percobaan lebih lanjut ada beberapa percobaan pendahuluan yang dilakukan, yaitu:

a. Perlakuan hewan uji

Sebelum diberikan perlakuan, hewan uji dipuasakan makan selama lebih kurang 18 jam tetapi minum tetap diberikan. Hewan uji dipuasakan lebih dahulu supaya saluran pencernakan (lambung dan usus) menjadi bersih sehingga tidak mengganggu pengamatan dan tidak mempengaruhi absorbsi loperamid dan sari buah salak pondoh.

b. Penentuan dosis sari buah salak pondoh

(50)

Yang pertama dilakukan adalah menentuan konsentrasi sari buah salak pondoh dengan cara meninmbang 20 buah salak pondoh (tanpa kulit dan biji) satu per satu kemudian dirata, kemudian satu persatu disarikan dan dihitung rata-rata sari buah salak pondoh yang dapat diambil. Didapatkan rata-rata-rata-rata buah salak pondoh dan rata-rata sari buah salak pondoh yaitu dalam 41,108 gram dapat diambil 7,47 ml sari buah salak pondoh.

Untuk mengetahui konsentrasi sari buah salak pondoh dosis terapi, ditimbang 0,5 ml sari buah salak pondoh dengan spuit, lalu didapatkan berat 0,5 ml sari buah salak pondoh.

1) Penentuan dosis I

Dosis dihitung sebagai berikut: D x BB = C x V

D = = 12,5 ml/kg BB

2) Penentuan dosis II

Dosis dihitung sebagai berikut: D x BB = C x V

D = = 25 ml/kg BB

konversi = 25 ml/kg BB x 378,9 = 9472,5 ml/70 kg BB = 135,32 ml/kg BB x 5,5

(51)

3) Penentuan dosis III

Dosis dihitung sebagai berikut: D x BB = C x V

D = = 50 ml/kg BB

c. Pembuatan larutan loperamid HCl

Pembuatan larutan loperamid HCl diawali dengan menghaluskan 10 tablet loperamid lalu dihomogenkan. Langkah selanjutnya adalah dengan menimbang seksama serbuk tablet loperamid yang setara dengan 4 mg loperamid, kemudian dimasukkan dalam labu ukur 100 ml. Kemudian ditambahkan aquadest hingga tanda.

Kandungan loperamid HCl pada obat X adalah 2 mg tiap tablet. Pada penderirta dewasa, loperamid HCl diberikan dengan dosis awal 4 mg, diikuti 2 mg setiap setelah buang air besar. Berat badan rata-rata orang dewasa Indonesia adalah 50 kg. Apabila dosis tersebut dikonversikan ke orang dewasa Eropa dengan berat badan 70 kg adalah sebagai berikut :

kgBB

Sedangkan faktor konversi dosis dari manusia yang dikonversikan ke mencit dengan berat badan 20 gram sebesar 0,0026. Maka untuk mencit 20 gram diberikan:

(52)

Dosis Loperamid yang diberikan pada mencit

1000 x 1,456.10-5 g/20 g BB = 7,28.10-4 g/ kg BB 20

Volume pemberian pada hewan uji (mencit) 0,2 ml/20 gram BB (Anonim, 1991). Maka konsentrasi larutan Loperamid yang dibutuhkan :

D x BB = C x V

7,28.10-4 g/ kg BB x 0,02 kg = C x 0,2 ml C = 7,28.10-5 g/ml = 7,28.10-3 g/100 ml

Total serbuk yang diambil = xtotalberattablet loperamid

Sehingga ditimbang 0,372 gram loperamid dalam 100 ml CMC Na 1%.

d. Pembuatan larutan fisiologik 0,9 %

Larutan fisiologik dibuat dengan menimbang 0,9 gram NaCl kemudian dilarutkan dalam 100 ml aquadest. Proses pelarutan dibantu dengan pengadukan supaya serbuk NaCl lebih cepat larut.

e. Pembuatan suspensi marker

Dalam penelitian ini dibutuhkan marker yang terdiri dari suspensi Gom Arab 20% yang diwarnai hitam dengan karbo adsorben 5 %. Oleh sebab itu, dalam pembuatan marker dilakukan pembuatan dua macam larutan, yaitu: 1) Suspensi Gom Arab 20%

(53)

labu takar volume 50 ml. Proses pelarutan dibantu dengan pengadukan yang cepat dan sesering mungkin untuk menghindari penggumpalan Gom Arab. Selanjutnya volume labu takar ditambah dengan aquadest hingga mencapai 50 ml.

2) Karbo adsorben 5%

Karbo adsorben dengan konsentrasi 5% dibuat dengan menimbang 2,5 gram karbo adsorben kemudian dilarutkan dalam 50 ml aquadest. Proses pelarutannya dibantu dengan pengadukan secukupnya.

Selanjutnya suspensi Gom Arab 20% tersebut dicampur dengan larutan karbo adsorben 5% kemudian digunakan sebagai marker.

4. Penentuan daya antidiare

Setelah 65 menit perlakuan, mencit dikorbankan dengan cara dislokasi tulang leher. Usus dikeluarkan dengan hati-hati. Panjang usus yang dilalui marker mulai dari pylorus sampai ujung akhir yang berwarna hitam diukur. Demikian pula panjang usus seluruhnya dari pilorus sampai rektum.

(54)

5. Perhitungan daya antidiare

Daya antidiare sari buah salak pondoh ditunjukkan dengan membandingkan (rasio) panjang usus yang dilalui marker norit terhadap panjang usus seluruhnya. Misalnya, panjang usus yang dilalui marker norit dilambangkan dengan A dan panjang usus seluruhnya dilambangkan dengan B. Maka daya antidiare (Ad) sari buah salak pondoh dapat dirumuskan sebagai berikut :

Ad = x 100%

6. Seleksi hewan uji

Dalam penelitian ini, mencit yang digunakan adalah mencit putih betina galur lokal yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan 20-30 gram. Pada penelitian ini di gunakan hewan uji sebanyak 78 ekor yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok orientasi sebanyak 18 ekor dan kelompok perlakuan sebanyak 60 ekor. Semua hewan yang digunakan dalam penelitian ini mendapat perlakuan yang sama dalam hal kandang, pakan dan minum. Sebelum digunakan untuk pengujian, hewan uji yang akan digunakan dipuasakan terlebih dahulu selama 18-24 jam tanpa diberi makan, hanya diberi minum saja.

7. Perlakuan terhadap hewan percobaan

(55)
(56)

8. Skema kerja

60 ekor mencit yang terbagi secara acak dalam 6 kelompok perlakuan. Setiap kelompok perlakuan terdiri atas 10 ekor mencit yang dipelihara pada kondisi

yang sama.

Hewan percobaan dipuasakan makan selama lebih kurang 18 jam, minum tetap diberikan.

Setelah ditimbang, hewan dikelompokkan secara rawu, kelompok kontrol positif, kelompok CMC Na, kelompok kontrol negatif, kelompok uji dengan dosis I (12,5 ml/kg BB g/kgBB mencit) ,II (25 ml/kg BBg/kgBB mencit), III (50

ml/kg BBg/kgBB mencit) masing-masing 10 ekor.

pada t 45 menit berikan 0,2 ml suspensi marker

pada t 65 menit korbankan mencit dengan dislokasi tulang leher dan bedah

keluarkan usus dengan hati-hati, regangkan pelan-pelan ukur panjang usus yang dilalui marker norit dari pilorus hingga ujung akhir yang berwarna hitam (A)

ukur panjang usus seluruhnya dari pilorus sampai rektum (B)

hitung rasionya (A: B), hitung rata-ratanya

Gambar 1. Skema kerja kelompok kontrol dan kelompok uji.

(57)

F. Tata Cara Analisis Hasil

Data yang diperoleh berupa nilai ratio A dibanding B dari tiap kelompok. Dihitung nilai rata-rata rasio A dan B pada tiap-tiap kelompok. Nilai rata-rata tersebut dibandingkan antara kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif, kelompok uji I, II dan III.

(58)

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Kebun Obat Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan kebenaran identitas tanaman yang digunakan sebagai sampel, yaitu

Salacca edulis Reinw. serta untuk menghindari kesalahan tanaman yang

digunakan. Ciri hkas yang terdapat dalam tanaman salak di determinasi dengan buku Flora (Steenis, 1992).

Kunci determinasi tanaman salak (Salacca edulis Reinw) adalah sebagai berikut:

1b - 2b - 3b - 4b - 6b - 7a - 8b

21……….……..Fam. Palmae 1b - 3b - 4a

5b……….………Salacca edulis

Dari hasil determinasi diketahui bahwa tanaman yang digunakan adalah

(59)

B. Penetapan Daya Antidiare

Pada penelitian daya antidiare sari buah salak pondoh ini digunakan metode transit intestinal dengan pemberian larutan kontrol maupun larutan uji dengan cara oral. Penulis memilih metode ini karena metode transit intestinal sangat mudah dikerjakan dengan hasil yang cukup akurat.

Daya antidiare pada penelitian ini ditetapkan dengan penghitungan rasio panjang usus yang dilewati marker karbo adsorben (B) terhadap panjang usus seluruhnya (A). Nilai rasio panjang usus yang dilewati marker karbo adsorben (B) terhadap panjang usus seluruhnya (A) tiap kelompok yaitu kontrol positif (pembanding), kelompok CMC Na 1%, kontrol negatif, kelompok dosis I, kelompok dosis II dan kelompok dosis III, kemudian dirata-rata. Hasil rata-rata rasio tiap kelompok tersebut kemudian dibandingkan.

Apabila rasio panjang usus yang dilewati marker karbo adsorben (B) terhadap panjang usus seluruhnya (A) mempunyai nilai yang kecil di bandingkan dengan kontrol negatif maka senyawa tersebut memiliki aktifitas sebagai antidiare. Sehingga bila pada mencit yang diberi perlakuan sari buah salak pondoh memiliki nilai ratio yang lebih kecil daripada kelompok kontrol negatif maka sari buah salak pondoh menunjukkan aktifitas sebagai antidiare.

(60)

sari buah salak pondoh dapat menyebabkan selaput lendir usus membentuk lapisan, sehingga dapat menciutkan selaput lendir usus dan menyebabkan sekresi elektrolit dan air terhambat. Selain itu tanin juga mempunyai kemampuan sebagai spasmolitik yang mampu menciutkan atau mengkerutkan usus sehingga gerak peristaltik usus berkurang. Dengan terhambatnya sekresi elektrolit dan air yang berlebih dalam saluran pencernaaan tersebut serta gerak peristaltik usus yang berkurang maka menyebabkan karbo adsorben akan sulit bergerak di dalam usus sehingga jarak yang ditempuh marker karbo adsorben semakin pendek.

1. Penentuan kontrol positif

Sebelum dilakukan penelitian lebih lanjut, terlebih dahulu dilakukan penentuan senyawa yang sesuai untuk digunakan sebagai kontrol positif. Kontrol positif berfungsi sebagai pembanding hasil penelitian sampel yang diuji. Kontrol positif yang digunakan sebaiknya adalah senyawa yang benar-benar atau telah terbukti mempunyai efek sebagai antidiare. Selain itu, pemilihan kontrol positif juga harus disesuaikan dengan metode uji yang digunakan, mekanisme kerja dari kontrol positif yang digunakan sebaiknya sesuai dengan mekanisme kerja dari metode uji yang digunakan.

(61)

penelitian dengan menggunakan metode transit intestinal (Anonim, 1991), karena Loperamid HCl juga menunjukkan mekanisme perubahan motilitas intestinal.

2. Orientasi percobaan

Orientasi yang dilakukan adalah orientasi dosis pemberian sari buah salak pondoh. Orientasi dosis pemberian sari buah salak pondoh dilakukan untuk mengetahui dosis yang dapat menunjukka aktivitas sebagai antidiare pada hewan uji. Orientasi dilakukan terhadap 18 ekor mencit putih betina yang memenuhi persyaratan percobaan. Tiga ekor mencit mewakili satu kelompok perlakuan, yaitu kelompok kontrol negatif, kontrol positif, kelopok CMC Na, kelompok dosis I, dosis II dan dosis III.

(62)

kelompok perlakuan III diberi sari buah salak pondoh konsentrasi 1,2646 g/ml dengan dosis 50 ml/kg BB.

Data panjang usus yang dilewati marker karbo adsorben, panjang usus seluruhnya dan rasio hasil orientasi dapat dilihat pada tabel 1 berikui ini:

Tabel III. Hasil orientasi kontrol negatif, kontrol positif , CMC Na dan sari buah salak pondoh dengan metode transit intestinal

Perlakuan

Χ

ratio

±

SE

Χ

daya

±

SE

I : kelompok kontrol negatif dengan pemberian larutan NaCl fisiologik 0,9%

II : kelompok kontrol positif dengan pemberian larutan Loperamid HCl dalam CMC Na dosis 7,28 x 10-4 g/kg BB

III : kelompok perlakuan CMC Na 1%

IV : kelompok perlakuan I dengan pemberian sari buah salak pondoh konsentrasi 1,1960 g/ml dengan dosis 12,5 ml/kg BB

V : kelompok perlakuan II dengan pemberian sari buah salak pondoh konsentrasi 1,2816 g/ml dengan dosis 25 ml/kg BBg/kg BB

VI : kelompok perlakuan III dengan sari buah salak pondoh konsentrasi 1,2646 g/ml dengan dosis 50 ml/kg BB.

Χ

ratio ± SE : rata-rata ratio tiap kelompok

Χ

daya ± SE : rata-rata daya tiap kelompok

(63)

HCl dalam CMC Na dosis 7,28 x 10-4 g/kg BB adalah 0,31; pembanding CMC Na adalah 0,49. Terlihat bahwa rasio loperamid HCl lebih kecil bila dibandingkan dengan NaCl fisiologik 0,9% maupun bila dibandingkan dengan CMC Na, data ini berarti bahwa loperamid HCl menunjukkan aktifitas sebagai antidiare. Selanjutnya rata-rata ratio kelompok perlakuan dosis I, II dan III berturut-turut adalah 0,45; 0,36 dan 0,24. Terlihat bahwa rasio sari buah salak pondoh dosis I, II dan III lebih kecil bila dibandingkan dengan NaCl fisiologik 0,9%, data ini juga menunjukkan bahwa sari buah salak pondoh dosis I, II dan III mempunyai aktifitas sebagai antidiare. Dari data tersebut juga diketahui rasio dosis III lebih kecil bila dibandingkan dengan Loperamid HCl, berarti daya antidiare salak pondoh dosis III lebih besar dari loperamid HCl.

(64)

C. Pengujian Daya Antidiare

Tabel IV. Daya antidiare kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif, kelompok CMC Na 1% dan kelompok perlakuan dengan metode transit intestinal.

Kelompok Jumlah (ekor)

Χ

ratio

±

SE

Χ

daya

±

SE

I : kelompok kontrol negatif dengan pemberian larutan NaCl fisiologik 0,9%

II : kelompok kontrol positif dengan pemberian larutan Loperamid HCl dalam CMC Na dosis 7,28 x 10-4 g/kg BB

III : kelompok perlakuan CMC Na 1%

IV : kelompok perlakuan I dengan pemberian sari buah salak pondoh konsentrasi 1,1960 g/ml dengan dosis 12,5 ml/kg BB

V : kelompok perlakuan II dengan pemberian sari buah salak pondoh konsentrasi 1,2816 g/ml dengan dosis 25 ml/kg BBg/kg BB

VI : kelompok perlakuan III dengan sari buah salak pondoh konsentrasi 1,2646 g/ml dengan dosis 50 ml/kg BB.

Χ

ratio ± SE : rata-rata ratio antidiare tiap kelompok.

Adapun data panjang usus yang ditempuh marker karbo adsorben A) terhadap panjang usus seluruhnya (B), serta angka rasio A dan B serta rata-ratanya untuk semua kelompok tersaji pada lampiran.

(65)

antidiare adalah 69%. Kelompok CMC Na 1% besarnya daya antidiare adalah 100%.

Kelompok perlakuan dibagi menjadi tiga kelompok dengan tiga peringkat dosis. Pada ketiga kelompok digunakan sediaan yang sama yaitu sari buah salak pondoh namun setiap kelompok mendapat perlakuan dosis yang berbeda-beda. Tiga peringkat dosis yang digunakan adalah merupakan peringkat dosis yang telah diuji pada orientasi percobaan dan memiliki daya antidiare yang diharapkan. Kelompok perlakuan I dengan pemberian sari buah salak pondoh konsentrasi 1,1960 g/ml dengan dosis 12,5 ml/kg BB memiliki daya antidiare sebesar 68%. Kelompok perlakuan II dengan pemberian sari buah salak pondoh konsentrasi 1,2816 g/ml dengan dosis 25 ml/kg BBg/kg BB memiliki daya antidiare sebesar 84%. Kelompok perlakuan III dengan sari buah salak pondoh konsentrasi 1,2646 g/ml dengan dosis 50 ml/kg BB memiliki daya antidiare sebesar 135%.

Sampel uji mempunyai daya antidiare jika nilai rasio panjang usus yang dilewati marker karbo adsorben (A) terhadap panjang usus (B) mempunyai nilai yang lebih kecil dari kelompok kontrol negatif. Dari data yang diperoleh diketahui bahwa kelompok perlakuan menggunakan sari buah salak pondoh memiliki daya antidiare karena memiliki nilai rasio yang lebih kecil dibandingkan dengan rasio kelompok kontrol negatif dengan pemberian larutan fisiologik NaCl 0,9%.

(66)

fisiologik 0,9% juga tidak mempunyai kemampuan sebagai spasmolitik sehingga tidak mampu menciutkan atau mengkerutkan usus sehingga gerak peristaltik usus tidak berkurang. Hal tersebut menyebabkan karbo adsorben akan tetap bergerak lancar di dalam usus sehingga jarak yang ditempuh marker karbo adsorben semakin panjang, dan menghasilkan rasio yang besar.

Dari hasil penelitian diperoleh data yang menunjukkan perbedaan jarak yang ditempuh oleh karbo adsorben karena kemampuan karbo adsorben bergerak berbeda-beda, juga disebabkan oleh perbedaan kemampuan daya antidiare senyawa yang diberikan.

Hasil penelitian pada kelompok kontrol negatif memperlihatkan bahwa rasio rata-rata larutan NaCl fisiologik 0,9% adalah 0,5370. Kelompok kontrol positif dengan pemberian loperamid HCl dalam CMC Na dosis 7,28 x 10-4 g/kg BB besarnya rasio rata-rata adalah 0,3130. Hal tersebut menunjukkan bahwa kontrol positif yang digunakan yaitu loperamid HCl memiliki kemampuan sebagai antidiare karena rata-rata nilai rasio yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan nilai rasio dari kelompok kontrol negatif. Oleh karena loperamid HCl memiliki kemampuan menghambat sekresi cairan elektrolit dan gerakan peristaltik pada saluran pencernaan sehingga menyebabkan gerak karbo adsorben di dalam usus terhambat sehingga jarak yang ditempuh marker karbo adsorben semakin pendek, dan menghasilkan rasio yang kecil.

(67)

buah salak pondoh memiliki kemampuan sebagai antidiare karena rata-rata nilai rasio yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan nilai rasio dari kelompok kontrol negatif. Hal ini terjadi karena kandungan tanin yang ada dalam sari buah salak pondoh dapat menyebabkan selaput lendir usus membentuk lapisan, sehingga dapat menciutkan selaput lendir usus dan menyebabkan sekresi elektrolit dan air terhambat. Selain itu tanin juga mempunyai kemampuan sebagai spasmolitik yang mampu menciutkan atau mengkerutkan usus sehingga gerak peristaltik usus berkurang. Dengan terhambatnya sekresi elektrolit dan air yang berlebih dalam saluran pencernaaan tersebut serta gerak peristaltik usus yang berkurang maka menyebabkan karbo adsorben akan sulit bergerak di dalam usus sehingga jarak yang ditempuh marker karbo adsorben semakin pendek.

(68)

Hasil distribusi sampel dengan Kolmogorov Smirinov disajikan pada tabel berikut:

Tabel V. Hasil uji normalitas antar kelompok perlakuan dengan menggunakan Kolmogorov Smirinov.

Tests of Normality

perlakuan Kolmogorov-Smirnov(a)

Statistic df Sig.

* This is a lower bound of the true significance. a Lilliefors Significance Correction

Pengujian distribusi menggunakan Kolmogorov Smirnov suatu sampel dikatakan terdistribusi normal jika nilai significancy untuk masing-masing kelompok > 0,05 (p > 0,05). Dari hasil uji statistik menunjukkan bahwa semua kelompok perlakuan nilai significancy-nya lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa sampel terdistribusi normal.

Selanjutnya dilakukan uji variansi untuk melihat apakah ada perbedaan variansi tiap kelompok. Hasil uji variansi dengan SPSS tersaji pada tabel berikut:

Tabel VI. Hasil uji varians antar kelompok perlakuan.

Test of Homogeneity of Variances

rasio Levene

Statistic df1 df2 Sig.

(69)

Dari hasil uji variansi data menunjukkan bahwa nilai significancy 0,051 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan varians antara kelompok data yang dibandingkan atau dengan kata lain variansi data adalah sama.

Dari hasil uji distribusi sampel dengan menggunakan Kolmogorov Smirinov dengan taraf kepercayaan 95% dan uji variansi telah yaitu hasilnya terdistribusi normal dan variansinya sama, maka dapat dilanjutkan dengan uji Anova satu arah.

Hasil uji Anova satu arah menunjukkan angka signifikan kurang dari 0,05 (p < 0,05) diantara kelompok uji pada penelitian ini. Angka signifikan kurang dari 0,05 menunjukkan terdapat perbedaan bermakna diantara kelompok uji (kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif, CMC Na dan kelompok perlakuan) berdasarkan perhitungan rasio A dan B. Data selengkapnya dari perhitungan Anova dapat dilihat pada lampiran.

Tabel VII. Hasil anova satu arah daya antidiare sari buah salak pondoh antar kelompok perlakuan.

ANOVA

Sumber variasi Derajat bebas

Jumlah kuadrat

Kuadrat

rata-rata F Signifikan Perlakuan

(antar kelompok) .679 5 .136 31.348 .000

Kesalahan percobaan

(dalam kelompok) .234 54 .004

(70)

Selanjutnya dari perhitungan Anova tersebut dilanjutkan dengan uji post hoc. Uji ini dilakukan untuk mempertegas hasil perhitungan Anova yang telah dilakukan. Yang terpenting dilihat signifikan perbandingan rata-rata rasio pada keenam kelompok uji. Apabila dari hasil perhitungan diperoleh nilai signifikan kurang dari 0,05 (p<0,05) maka terdapat perbedaan yang bermakna diantara kelompok uji. Namun bila hasil dari perhitungan diperoleh nilai signifikan lebih dari 0,05 (p>0,05) maka terdapat perbedaan yang tidak bermakna. Data lengkap mengenai hasil perhitungan uji LSD dapat dilihat pada lampiran.

Tabel VIII. Rangkuman hasil LSD daya antidiare sari buah salak pondoh

Kelompok Signifikan bila dibandingkan dengan kelompok

I II III IV V VI

I : kelompok kontrol negatif dengan pemberian larutan NaCl fisiologik 0,9%

II : kelompok kontrol positif dengan pemberian larutan Loperamid HCl dalam CMC Na dosis 7,28 x 10-4 g/kg BB

III : kelompok perlakuan CMC Na 1%

IV : kelompok perlakuan I dengan pemberian sari buah salak pondoh konsentrasi 1,1960 g/ml dengan dosis 12,5 ml/kg BB

V : kelompok perlakuan II dengan pemberian sari buah salak pondoh konsentrasi 1,2816 g/ml dengan dosis 25 ml/kg BBg/kg BB

VI : kelompok perlakuan III dengan sari buah salak pondoh konsentrasi 1,2646 g/ml dengan dosis 50 ml/kg BB.

bb : menunjukkan perbedaan yang bermakna bila angka signifikan kurang dari 0,05 (p<0,05)

(71)

Dari data yang tersaji pada tabel menunjukkan bahwa hasil penelitian daya antidiare dengan pemberian larutan NaCl fisiologik 0,9% (kontrol negatif) menunjukkan angka signifikan kurang dari 0,05 (p<0,05) untuk kontrol positif, dosis II dan dosis III. Artinya perbandingan daya antidiare yang ditunjukkan oleh NaCl fisiologik 0,9% terhadap daya antidiare loperamid dan sari buah salak pondoh dosis II dan dosis III adalah berbeda bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian larutan NaCl fisiologik 0,9% tidak menunjukkan daya antidiare. Sedangkan perlakuan kontrol positif dengan pemberian loperamid dan perlakuan dengan pemberian sari buah salak pondoh dosis II dan dosis III benar-benar memiliki daya sebagai antidiare. Kelompok perlakuan dosis I menunjukkan angka signifikan lebih besar dari 0,05 yaitu 0,088 artinya terdapat perbedaan tidak bermakna antara kontrol negatif dan perlakuan dosis I sehingga dapat disimpulkan bahwa sari buah salak pondoh dosis I tidak memiliki daya antidiare.

(72)

Dari data besarnya daya antidiare masing-masing kelompok atau hasil perhitungan rasio panjang usus yang ditempuh marker karbo adsorben (A) terhadap panjang usus seluruhnya (B) dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut :

Gambar 2. Grafik rata-rata rasio panjang usus yang ditempuh marker karbo adsorben terhadap panjang usus seluruhnya.

Gambar

Tabel I.
Gambar 1.  Skema kerja kelompok kontrol dan kelompok
Tabel I. Tahapan dehidrasi pada anak yang mengalami diare (World
Tabel II. Hubungan antara gejala yang timbul dan penyebab diare (Anonim,2008)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum, tingkat kekerasan buah salak yang diberikan perlakuan simulasi La Nina mengalami penurunan yang lebih tinggi dibandingkan pada buah salak tanpa simulasi

Karakter salak pondoh bila dilihat pada berbagai tingkat mutu, persentase bagian yang dapat dimakan, ketebalan, kadar air, gula total, asam total dan tanin daging

Total biaya transportasi yang dikeluarkan adalah sebesar Rp.3,9/Kg yang dilakukan untuk pengangkutan salak pondoh dari kebun petani ke pasar sedangkan biaya yang

Berdasarkan uji statistik, susut bobot salak dengan perlakuan A dan B tidak berbeda nyata sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan kantong LDPE individu pada buah salak

Nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 dengan demikian t tidak ada pengaruh yang signifikan antara Biaya Pupuk (X1) dengan Pendapatan petani salak pondoh (Y)

Secara umum, tingkat kekerasan buah salak yang diberikan perlakuan simulasi La Nina mengalami penurunan yang lebih tinggi dibandingkan pada buah salak tanpa simulasi

Analisa fraksi minyak biji salak pondoh dengan GC-MS (Gambar 2) menunjukkan adanya 14 puncak yang muncul pada kromatogram, tetapi hanya 3 puncak yang dapat

Hasil analisis rata-rata jumlah tangkai, jumlah tandan, keliling bunga dan buah, serta panjang bunga tanaman salak pondoh beberapa daerah di kabupaten Magelang Lokasi Parameter Jumlah