• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS V SD PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA SEMESTER I TAHUN AJARAN 2010 2011 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS V SD PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA SEMESTER I TAHUN AJARAN 2010 2011 SKRIPSI"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STAD

SISWA KELAS V SD PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA

SEMESTER I TAHUN AJARAN 2010/ 2011

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Yuliana Isnu Romanti

NIM : 081134156

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STAD

SISWA KELAS V SD PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA

SEMESTER I TAHUN AJARAN 2010/ 2011

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Yuliana Isnu Romanti

NIM : 081134156

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini khusus kupersembahkan untuk :

Yesus Kristus

Bunda Maria yang senantiasa mendampingiku

Kedua orang tuaku

Kakakku Marcus Purwanto & Anastasia Dwi Purwanti

My beloved Jefri Perdinando

Keluarga besar Ranudimedjo

(6)

v

MOTTO

Dia membuat segalanya indah dan Dia tak pernah membiarkanku

berjalan sendiri.

Hal mudah akan terasa sulit jika yang pertama dipikirkan adalah

kata SULIT, yakinlah bahwa kita memiliki kekuatan dan

kemampuan.

(7)
(8)
(9)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STAD

SISWA KELAS V SD PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA SEMESTER I TAHUN AJARAN 2010/ 2011

Yuliana Isnu Romanti

Universitas Sanata Dharma

2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) peningkatan prestasi belajar Matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa kelas V SD Pangudi Luhur I Yogyakarta semester I tahun ajaran 2010/ 2011 dan (2) sejauh mana tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD merupakan suatu teknik pembelajaran kooperatif yang bertujuan untuk mendorong siswa berdiskusi, saling membantu dalam hal menyelesaikan tugas, menguasai dan pada akhirnya menerapkan keterampilan yang diberikan.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Pangudi Luhur I Yogyakarta yang berjumlah 40 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes uraian soal cerita yang disusun oleh peneliti. Teknik analisis data yang digunakan untuk mengkaji data yaitu dengan cara mengumpulkan hasil tes uraian siswa, mengubah skor mentah menjadi nilai jadi, mencari rata-rata kemudian membandingkannya dengan keadaan pada kondisi sebelumnya.

(10)

ix

Kata Kunci: prestasi belajar, model pembelajaran kooperatif tipe STAD ABSTRACT

THE IMPROVEMENT OF MATH LEARNING ACHIEVEMENT BY USING COOPERATIVE LEARNING MODEL OF STAD TYPE

AT THE FIFTH GRADE STUDENT OF SD PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA AT 2010/ 2011 FIRST ACADEMIC SEMESTER

Yuliana Isnu Romanti Sanata Dharma University

2011

This study aims are to determine: (1) The improvement of math learning achievement by using cooperative learning model of STAD type at the fifth grade student of SD Pangudi Luhur I Yogyakarta at 2010/ 2011 first academic semester and (2) how far STAD type can improved student learning achievement. Cooperative learning model of “STAD type” is a cooperative learning technique that aims to encourage students to discuss each other, help each other on completing the task, mastering and finally apply the skills provided.

This research is a class behavior research. The subjects of this research are 40 students on fifth grade of SD Pangudi Luhur I Yogyakarta. The instrument used in this research is description test prepared by the researcher. Data analysis techniques used to assess the data are by gathering students test results, changing the raw scores into fixed scores, find the average and then compares the situation to the previous condition.

(11)

x

Key words: prestasi belajar, model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa “My

Lord Jesus Christ”, yang telah memberkati dan menyertai penulis sehingga

mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar

Matematika Mengunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa

Kelas V SD Pangudi Luhur I Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/ 2011” sesuai

dengan yang diharapakan.

Adapun tujuan penulisan skripsi adalah untuk memenuhi salah satu syarat

kelulusan program studi S-I PGSD Universitas Sanata Dharma.

Pada kesempatan ini pula penulis hendak menyampaikan ucapan

terimakasih kepada :

1. Drs. Puji Purnomo, M. Si., selaku Ketua Program Studi S-I PGSD

Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan motivasi dalam

penyusunan skripsi.

2. Drs. Puji Purnomo, M.Si. dan Drs. J. Sumedi, selaku dosen pembimbing

skripsi, yang dengan sabar membimbing dan memberikan banyak saran bagi

penulis selama penyusunan skripsi.

3. Para dosen, karyawan dan staf PGSD yang baik secara langsung maupun

tidak langsung telah memberikan kontribusi yang berarti sehingga penulisan

(12)

xi

4. Seluruh pegawai perpustakaan Univeritas Sanata Dharma yang telah

memberi layanan kepada penulis dalam mendapat referensi.

5. Bruder Bonifasius Kasmo Raharjo,S. Pd.FIC selaku koordinator SD Pangudi

Luhur Yogyakarta yang telah memberikan peneliti ijin untuk melakukan

penelitian.

6. Anastasia Ida Ristiana, S. Pd selaku guru matematika kelas V SD Pangudi

Luhur I Yogyakarta yang telah bersedia menjadi kolabolator dalam

penelitian ini.

7. Siswa-siswi kelas V SD Pangudi Luhur I Yogyakarta terimakasih atas

kerjasamanya.

8. Kedua orang tuaku (Bpk.Athanasius Tugiman dan Ibu Chatarina Sumi) yang

selalu memberi dukungan moral maupun materiil, memberiku semangat dan

yang selalu membawaku dalam setiap doanya.

9. Kakakku Marcus Purwanto & Anastasia Dwi Purwanti serta kakak iparku

Adelfina Maarisit makasih buat doa dan dukungannya.

10. Keluarga besar Ranudimedja terimakasih atas segala dukungan serta doa

kalian.

11. My beloved Jefri Perdinando makasih buat nasehat, doa serta dukungannya

selama ini sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

12. Sahabat-sahabatku: Maia, Sari, Murty, Novia, Aris, Raras, Wayan,

(13)
(14)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

(15)

xiv

C. Rumusan Masalah ... 3

D. Pemecahan Masalah ... 3

E. Batasan Pengertian ... 4

F. Tujuan Penelitian ... 5

G. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI ... 7

A. Belajar dan Prestasi Belajar ... ... 7

1. Pengertian Belajar ... 7

2. Prestasi Belajar ... 11

B. Pengajaran matematika ... 11

1. Pengertian Matematika ... 11

2. Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat ... 12

3. Pengertian Soal cerita ... 14

C. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD... 16

1. Pembelajaran Kooperatif ……… 16

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ………….. . 16

b. Konsep Pokok Pembelajaran Kooperatif ……... . 18

c. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif ………... 18

d. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif ... 19

2. Tipe STAD ... 20

a. Langkah-langkah Pembelajaran Tipe STAD.. ... 21

b. Kelebihan dan Kekurangan Tipe STAD ….. ... 24

(16)

xv

Cerita ……… ... 25

D. Kerangka Berpikir ………... 25

E. Hipotesis Tindakan ………... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A. Jenis Penelitian ... ... 27

B. Setting Penelitian ... 27

C. Desain Penelitian ... 29

D. Rencana Tindakan ... 30

E. Pengumpulan Data ... 37

F. Penyusunan Instrumen ... 38

G. Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Hasil Penelitian ... 42

B. Pembahasan ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel II.1 Perhitungan Skor Perkembangan ... 22

Tabel II.2 Tingkat Penghargaan Kelompok ……… 23

Tabel III.1 Waktu Penelitian ... 28

Tabel III.2 Kisi - Kisi Penyusunan Soal Evaluasi Siklus I ... 39

Tabel III.3 Kisi - Kisi Penyusunan Soal Evaluasi Siklus II ... 39

Tabel III.4 Kriteria Keberhasilan ……… .... 41

Tabel IV.1 Data Nilai ulangan matematika siswa kelas V SD Pangudi Luhur I Yogyakarta ………... 42

Tabel IV.2 Hasil Penelitian Siklus 1………. 45

Tabel IV.3 Hasil Penelitian Siklus 2………. 48

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1

Subyek Penelitian Siswa Kelas V SD Pangudi Luhur I Yogyakarta

Tahun Ajaran 2010 / 2011 ... 57

Lampiran 2

Data Kelompok Siswa Kelas V SD Pangudi Luhur I Yogyakarta ... 59

Lampiran 3

Silabus ... 61

Lampiran 4

RPP ( Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ) Siklus 1/ Pertemuan 1 ... 63

Lampiran 5

Lembar Kerja Siswa ( Siklus 1 / Pertemuan 1 ) ... 66

Lampiran 6

Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa ( Siklus 1/ Pertemuan 1)... 69

Lampiran 7

Soal Kuis ( Siklus 1/ Pertemuan 1 ) ... 71

Lampiran 8

Kunci Jawaban Soal Kuis ( Siklus 1/ Pertemuan 1 ) ... 72

(19)

xviii

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus I/ Pertemuan 3) ... 91

Lampiran 18

Soal Evaluasi (Siklus I/ Pertemuan 3)... ... 94

Lampiran 19

Kunci Jawaban Soal Evaluasi (Siklus I, Pertemuan 3). ... 95

Lampiran 20

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus II/ Pertemuan 1) ... 98

(20)

xix

Lembar Kerja Siswa (Siklus II/ Pertemuan 1) ... 101

Lampiran 22

Kunci Jawaban LKS (Siklus II/ Pertemuan 1) ... 104

Lampiran 23

Soal Kuis (Siklus II/ Pertemuan 1) ... … 106

Lampiran 24

Kunci Jawaban Soal Kuis (Siklus I/ Pertemuan 1) ... 107

Lampiran 25

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus II/ Pertemuan 2)... ... 109

Lampiran 26

Soal Evaluasi (Siklus II/ Pertemuan 2)... . 112

Lampiran 27

Kunci Jawaban Soal Evaluasi (Siklus II/ Pertemuan 2... ... 113

Lampiran 28

Piagam Penghargaan Tim ... 116

Lampiran 29

Lampiran Hasil Kerja Siswa ... 117

Lampiran 30

Surat Izin Penelitian ... 141

Lampiran 31

Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ………. 142

Lampiran 32

(21)
(22)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di Sekolah Dasar

yang sangat penting, mengingat hampir seluruh aspek kehidupan banyak

yang berhubungan dengan kegiatan matematisasi. Anggapan sebagian

besar orang tentang Matematika yaitu Matematika adalah pelajaran yang

sulit, banyak menghafal, juga selalu menghitung dengan menggunakan

rumus dan lain sebagainya. Hal-hal semacam inilah yang membuat mata

pelajaran Matematika sangat menakutkan. Padahal yang harus mereka

lakukan bukanlah menghafal tetapi memahami dan mengerti agar

anggapan Matematika yang merupakan ”momok” bagi mereka dapat

berubah menjadi Matematika yang sungguh menyenangkan.

Dalam mempelajari Matematika, penguasaan konsep Matematika

harus terlebih dahulu di kuasai oleh siswa agar siswa dapat mempelajari

Matematika dengan lebih lancar dan menyenangkan. Selain penguasaan

konsep, ada juga beberapa kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh

siswa. Kemampuan dasar tersebut yaitu operasi hitung penjumlahan,

pengurangan, perkalian dan pembagian. Setelah siswa mampu dalam

penguasaan konsep dan kemampuan dasar matematika, siswa dapat

menerapkannya dalam kehidupan sehari hari dan dapat digunakan dalam

pemecahan masalah/ soal cerita yang melibatkan operasi hitung

(23)

Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar dari

pemerintah, materi yang berkaitan dengan kemampuan menggunakan

matematika dalam pemecahan masalah sudah diajarkan sejak kelas I SD.

Materi tersebut kemudian terus berlanjut sampai kelas diatasnya hingga

pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan tingkat kesulitan yang

telah disesuaikan pada tiap jenjangnya. Pada ujian nasional di kelas VI,

materi yang berkaitan dengan kemampuan menggunakan matematika

dalam pemecahan masalah juga merupakan salah satu materi yang dipakai

didalamnya.

Dari hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi

matematika yang dilakukan peneliti di lapangan, diketahui bahwa hasil

belajar siswa kelas V SD Pangudi Luhur I Yogyakarta pada mata pelajaran

matematika perlu mendapat perhatian, terlebih dalam materi pemecahan

masalah. Banyak siswa yang kebingungan dalam menyelesaikan soal

cerita yang berhubungan dengan materi pemecahan masalah, terutama

pada pemecahan masalah yang melibatkan penjumlahan, pengurangan,

perkalian dan pembagian bilangan bulat. Faktor yang mempengaruhi

rendahnya prestasi belajar Matematika siswa kelas V SD Pangudi Luhur I

Yogyakarta pada materi tersebut adalah metode pembelajaran yang

dipakai guru kurang menarik sehingga kurang dapat mengaktifkan siswa,

pelajarannya menjadi membosankan, dan pada akhirnya mempengaruhi

(24)

Mengingat peranan matematika yang sangat penting dan masih

rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas V SD Pangudi Luhur I

Yogyakarta, maka penulis mengambil judul ” Peningkatan Prestasi

Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD Siswa Kelas V SD Pangudi Luhur I Yogyakarta Semester

1 Tahun Ajaran 2010/ 2011 ”

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti akan membahas

tentang soal cerita yang melibatkan operasi hitung campuran bilangan

bulat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa

kelas V SD Pangudi Luhur I Yogyakarta.

C. Rumusan Masalah

Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas V SD

Pangudi Luhur I Yogyakarta dalam hal pemecahan soal cerita yang

melibatkan operasi hitung campuran bilangan bulat.

D. Pemecahan Masalah

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pemecahan soal cerita yang

(25)

E. Batasan Pengertian

1. Prestasi belajar

Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan

yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnnya ditunjukan dengan

nilai atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi dalam penelitian

yang dimaksudkan adalah nilai yang diperoleh oleh siswa pada mata

pelajaran matematika dalam bentuk nilai berupa angka yang diberikan

oleh guru kelasnya setelah melaksanakan tugas yang diberikan

padanya.

2. Soal cerita

Soal cerita merupakan salah satu materi dari mata pelajaran

matematika berupa soal terapan dari suatu pokok bahasan yang

disajikan dengan kalimat yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari

serta memuat masalah yang menuntun pemecahan .

3. Pembelajaran kooperatif tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievment

Division) merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang paling

sederhana. Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dalam

suatu kelas dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4 – 5 orang,

setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan

perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan

(26)

lain dalam menuntaskan materi pelajaran dan menyelesaikan tugas

kelompok.

F. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi

belajar matematika siswa dalam pemecahan masalah yang melibatkan

operasi hitung campuran bilangan bulat.

G. Manfaat Penelitian

Dengan melakukan penelitian ini diharapkan akan didapatkan manfaat

bagi pihak-pihak sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Untuk memenuhi tugas skripsi yang menjadi salah satu syarat

kelulusan program pendidikan S1 PGSD Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, dan sebagai tambahan pengetahuan yang dapat digunakan

sebagai bekal untuk memasuki dunia kerja.

2. Bagi Sekolah

Memberi masukan bagi pihak sekolah dalam rangka meningkatkan

(27)

3. Bagi Guru

Sebagai masukan bagi guru tentang penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD sebagai salah satu sarana di dalam proses

pembelajaran matematika.

4. Bagi Siswa

Memberikan suasana belajar yang menyenangkan serta membantu

siswa meningkatkan kemampuan memecahkan soal cerita yang

melibatkan operasi hitung campuran bilangan bulat dengan lebih

mudah.

5. Bagi Pembaca

Memberi informasi tentang penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan prestasi siswa dalam

pemecahan masalah yang melibatkan operasi hitung campuran

(28)

7 BAB II

KAJIAN TEORI

A. Belajar dan Prestasi Belajar

1. Pengertian Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia belajar memiliki

pengertian: berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Secara

sederhana Anthony Robbins mendefinisikan belajar sebagai proses

menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah di

pahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Jadi dalam makna

belajar, disini bukan berangkat dari nol tetapi merupakan keterkaitan

dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru.

Pandangan ini senada dengan Jerome Brunner dalam (Romberg &

Kaput, 1999), bahwa belajar adalah suatu proses aktif di mana siswa

membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada

pengalaman/ pengetahuan yang sudah dimilikinya. Dalam pandangan

konstruktivisme ’Belajar’ bukanlah semata-mata mentransfer

pengetahuan yang ada di luar dirinya, tetapi belajar lebih pada

bagaimana otak memproses dan menginterpretasikan pengalaman yang

baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dalam format yang

baru. Proses pembangunan ini bisa melalui asimilasi atau akomodasi

(Mc Mahon, 1996). Definisi belajar secara lengkap dikemukakan oleh

(29)

Learning is usually defined as a change in an individual caused by experience. Changes caused by development (such as growing taller) are not instance of learning. Neither are characteristics of individuals that are present at birth (such as refleves and respons to hunger or pain). However, humans do so much learning from the day of birth (and some say earlier) that learning and development are inseparably linked.

Selanjutnya Slavin juga mengatakan:

Learning takes place in many ways. Sometimes it is intentional, as when students acquire information presented in a classroom or when they look something up in the encyclopedia. Sometimes it is unintional, as in the case of hechild’s reaction to the needle. All sorts of learning are going on all the time.

Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang

terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau

perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir.

Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat

sebelum lahir. Bahwa antara belajar dan perkembangan sangat erat

kaitannya.

Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak

disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu

perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang di maksud adalah

perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman,

keterampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh individu. Sedangkan

pengalaman merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan

sebagai sumber belajarnya. Jadi, belajar di sini diartikan sebagai proses

perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak

(30)

dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi

lingkungan maupun individu itu sendiri.

Ada beberapa teori belajar, antara lain:

(1) Teori belajar menurut J. Bruner

Didalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari

tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan

kemampuan. Untuk meningkatkan proses belajar perlu lingkungan

yang dinamakan ”discovery learning environment”, ialah

lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi,

penemuan-penemuan baru yang dikenal atau pengertian yang mirip dengan

yang sudah diketahui. Dalam tiap lingkungan selalu ada

bermacam-macam masalah, hubungan-hubungan dan hambatan

yang dihayati oleh siswa secara berbeda-beda pada usia yang

berbeda pula.

(2) Teori belajar dari Piaget

Pendapat Piaget mengenai perkembangan proses belajar pada

anak-anak adalah sebagai berikut:

(a) Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang

dewasa.

(b)Perkembangan mental anak melalui tahap-tahap tertentu,

menurut suatu urutan yang sama bagi semua anak.

(c) Jangka waktu untuk berlatih dari satu tahap ke tahap yang lain

(31)

(d)Perkembangan anak dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu:

kemasakan, pengalaman, interaksi sosial, dan equilibration

(proses dari ketiga faktor di atas bersama-sama untuk

membangun dan memperbaiki struktur mental).

(e) Ada 3 tahap perkembangan yaitu:

(1)berfikir secara intuitif  4 tahun

(2)beroperasi secara konkret  7 tahun

(3)beroperasi secara formal  11 tahun

(3) Teori dari R. Gagne

Terhadap masalah belajar Gagne memberikan dua definisi, yaitu:

(a) Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam

pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku.

(b)Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

diperoleh dari instruksi.

Gagne mengatakan pula bahwa segala sesuatu yang dipelajari

menusia dapat dibagi menjadi 5 kategori, yang disebut ”the

domains of learning ” yaitu:

(a) Keterampilan motoris (motor skill )

(b)Informasi verbal

(c) Kemampuan intelektual

(d)Strategi kognitif

(32)

Dari berbagai teori belajar di atas, terlihat bahwa belajar kita alami

sejak kita lahir. Selain itu, belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan

saja. Dalam belajar kita tidak hanya mendapatkan pengetahuan dari

orang lain saja tetapi dengan belajar kita memperoleh

pengalaman-pengalaman baru yang dapat melengkapi pengetahuan yang sudah kita

miliki.

2. Prestasi Belajar

Prestasi belajar berasal dari kata ”prestasi” dan ”belajar”. Prestasi

berarti hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan,

dsb). Sedangkan pengertian belajar adalah berusaha memperoleh

kepandaian atau ilmu. Jadi, prestasi belajar adalah penguasaan

pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata

pelajaran, lazimnnya ditunjukan dengan nilai atau angka yang

diberikan oleh guru. Prestasi dalam penelitian yang dimaksudkan

adalah nilai yang diperoleh oleh siswa pada mata pelajaran matematika

dalam bentuk nilai berupa angka yang diberikan oleh guru kelasnya

setelah melaksanakan tugas yang diberikan padanya.

B. Pengajaran Matematika

1. Pengertian matematika

Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema

yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa

(33)

berkaitan dengan penalaran (www.arinimath.blogspot.com). Mata

pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik

mulai dari sekolah dasar. Hal ini untuk membekali peserta didik

dengan kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis, dan

kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Menurut BSNP (2007: 143)

“Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari

perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam

berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia”. Dari uraian di

atas dapat disimpulan bahwa matematika merupakan suatu mata

pelajaran ilmu pasti yang harus dikuasai atau dipelajari oleh setiap

orang yang berkaitan dengan penalaran yang mendasari perkembangan

teknologi modern dan berperan penting memajukan daya pikir

manusia.

2. Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat

Operasi hitung campuran yaitu penyelesaian soal yang

mengandung sekurang-kurangnya dua dari pengerjaan: penjumlahan,

pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan bulat.

Cara menyelesaikan soal yang mengandung operasi hitung campuran

adalah sebagai berikut:

a. Operasi hitung yang diberi kurung ( ) harus didahulukan.

Contoh: -4 + ( 5 x 8 ) = ...

Jawab: -4 + ( 5 x 8 ) = -4 + 40

(34)

Jadi, -4 + ( 5 x 8 ) = 36

b. Perkalian dan pembagian sama tingkatnya, maka pengerjaannya

dimulai dari kiri, atau dari depan.

Contoh: (a) 8 x 7 : 4 = ...

Jawab: 8 x 7 : 4 = 56 : 4

= 14

Jadi, 8 x 7 : 4 = 14

(b) (-49) : 7 x 6 = ...

Jawab: (-49) : 7 x 6 = (-7) x 6

= (-42)

Jadi, (-49) : 7 x 6 = (-42)

c. Penjumlahan dan pengurangan sama tingkatnya, maka

pengerjaannya juga dimulai dari kiri, atau dari depan.

Contoh: (a) 39 + 21 – 44 = ...

Jawab: 39 + 21 – 44 = 60 – 44

= 16

Jadi, 39 + 21 – 44 = 16

(b) 33 – 18 + 25 = ...

Jawab: 33 – 18 + 25 = 15 + 25

= 40

(35)

d. Perkalian dan pembagian pengerjaannya harus didahulukan

daripada penjumlahan dan pengurangan.

Contoh: 5 x 7 + 10 : 2 = ...

Jawab: 5 x 7 + 10 : 2 = 35 + 5

= 40

Jadi, 5 x 7 + 10 : 2 = 40

3. Pengertian Soal Cerita

Soal cerita berasal dari dua kata yaitu ”soal” dan ”cerita”. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, soal artinya hal atau masalah yang

harus dipecahkan, sedangkan cerita artinya tuturan yang

membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal yang dipecahkan.

Dalam pengajaran matematika, pemecahan masalah sudah umumnya

dalam bentuk soal cerita, biasanya soal cerita disajikan dalam cerita

pendek. Cerita yang diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan

sehari-hari. Dalam penelitian ini yang dimaksud soal cerita adalah soal

matematika yang disajikan dengan kalimat yang berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari serta memuat masalah yang menuntun

pemecahan.

Manfaat menyelesaikan soal cerita yaitu, dapat melatih siswa untuk

memecahkan masalah/ soal cerita dan siswa diharapkan mampu

(36)

terampil tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang relefan,

menganalisis informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti.

Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam memberikan soal

cerita kepada siswa adalah sebagai berikut:

- sedapat mungkin siswa membaca soal cerita itu sendiri-sendiri

- guru mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengecek apakah

soal cerita itu benar-benar dimengerti oleh siswa

- merencanakan metode penyelesaian

- menyelesaikan soal cerita

- mengintrepretasikan hasil penyelesaian dalam konteks soal cerita

Contoh pengerjaan soal cerita operasi hitung campuran bilangan bulat:

Vino sedang mendaki gunung. Ia berada di ketinggian 170 m di atas

permukaan laut. Kemudian ia naik lagi sejauh 76m. Beberapa saat

kemudian Vino turun sejauh 58m

Pertanyaan: a. Berapa meter ketinggian gunung yang telah di daki

oleh Vino?

b. Berada pada ketinggian berapakah Vino sekarang?

Jawab: Diketahui: Vino berada pada ketinggian 170m

bergerak ke atas sejauh 76m

turun sejauh 58m

Ditanya : a. Ketinggian gunung yang telah di daki oleh Vino

(37)

Penyelesaian

a. Ketinggian yang ditempuh = 170m

Bergerak ke atas = 76m +

= 246m

Jadi, ketinggian gunung yang telah di daki oleh Vino adalah

246m

b. Ketinggian gunung yang telah ditempuh = 246m

Turun ke bawah = 58m _

= 188m

Jadi, Vino sekarang berada pada ketinggian 188m

C. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

1. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis.

Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih

mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka

saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja

dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan

masalah-masalah yang kompleks. Pendekatan dalam pembelajaran

kooperatif lebih berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa

untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk

(38)

tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.

Berikut ini dikemukakan secara ringkas pengertian pembelajaran

kooperatif menurut pandangan para ahli, antara lain:

a) Menurut Priyanto, 2007 (dalam Wena Made, 2009: 189)

“Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model

pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu.

Pada prinsipnya, siswa membentuk kelompok kecil dan saling

mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama, siswa

yang pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa

dirugikan”.

b) Nurhadi dan Senduk, 2003 (dalam Wena Made, 2009: 189)

“Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara

sadar menciptakan interaksi yang saling silih asah sehingga

sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar,

tetapi juga sesama siswa”.

c) Lie, 2002 (dalam Wena Made, 2009: 189)

“Pembelajaran kooperatif adalah system pembelajaran yang

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama

dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur, dan

dalam system ini guru bertindak sebagai fasilitator”.

Dari pandangan ketiga ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran

(39)

adanya interaksi antar siswa dengan tujuan agar siswa mampu

memahami suatu bahan pembelajaran.

b. Konsep pokok Pembelajaran Kooperatif menurut Slavin (1995),

adalah sebagai berikut:

a) Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok

mencapai kriteria yang ditentukan

b) Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya

kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota

kelompok. Tanggung jawab ini berfokus dalam usaha untuk

membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok

telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.

c) Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa

telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar

mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa

berkemampuan tinggi, sedang dan rendah sama-sama

tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi

semua anggota kelompok sangat bernilai.

c. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Arends (1997:111) menyatakan bahwa pelajaran yang

menggunakan pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai

berikut:

a) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk

(40)

b) Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan

tinggi, sedang, dan rendah.

c) Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras,

budaya, suku, jenis kelamin yang beragam.

d) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada

individu.

d. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

a) Fase-1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Dalam fase ini guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran

yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi

siswa untuk belajar.

b) Fase-2 Menyajikan informasi

Dalam fase ini guru menyajikan informasi kepada siswa

dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

c) Fase-3 Mengorganisasi siswa kedalam kelompok-kelompok

belajar

Dalam fase ini guru menjelaskan kepada siswa bagaimana

caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap

kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

d) Fase-4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Dalam fase ini guru membimbing kelompok-kelompok belajar

(41)

e) Fase-5 Evaluasi

Dalam fase ini guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi

yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya.

f) Fase-6 Memberikan penghargaan

Dalam fase ini guru mencari cara-cara untuk menghargai baik

upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

2. Tipe STAD

Student Teams Achievement Division ( STAD ) adalah salah

satu tipe pembelajaran kooperatif yang sederhana. Model pembelajaran

kooperatif tipe STAD merupakan suatu tipe cooperatif learning yang

bertujuan untuk mendorong siswa berdiskusi, saling membantu dalam

hal menyelesaikan tugas, menguasai dan pada akhirnya menerapkan

keterampilan yang diberikan. Diawali dengan penyampaian tujuan

pembelajaran, dilanjutkan dengan penyampaian materi, kegiatan

kelompok, kuis dan diakhiri dengan adanya penghargaan kelompok.

Slavin (dalam Nur, 2000:26) menyatakan bahwa pada STAD

siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang

merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan

suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam

tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasasi

(42)

materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling

membantu.

a. Langkah-langkah Pembelajaran Tipe STAD

Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD

adalah sebagai berikut:

1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

2) Menyajikan/ menyampaikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan

mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.

3) Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar

Dalam pembentukan kelompok, guru harus memperhatikan

prestasi masing-masing anggota kelompok. Kelompok dibentuk

dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang dan

rendah. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari

suku, ras dan jenis kelamin yang beragam.

4) Mendiskusikan bahan belajar dalam kegiatan kelompok

Masing-masing kelompok yang telah terbentuk mendiskusikan

bahan belajar bersama anggota kelompoknya. Selama bekerja

dalam kelompok, tugas masing-masing anggota kelompok

(43)

saling membantu diantara teman sekelompok untuk mencapai

ketuntasan materi/ menguasai materi pelajaran.

5) Presentasi hasil kerja kelompok

Setelah siswa bekerja dalam kelompok, masing-masing

kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka.

Hasil kerja kelompok yang telah dipresentasikan, dievaluasi

bersama dengan kelompok lain. Dalam hal ini guru berperan

sebagai fasilitator saja.

6) Mengadakan kuis individual dan memberikan skor kelompok

Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan

presentasi materi dan setelah siswa bekerja dalam kelompok,

para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak

diperbolehkan saling membantu dalam mengerjakan kuis.

Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual

untuk memahami materinya. Untuk memberikan skor

perkembangan individu dihitung seperti berikut ini:

Tabel II.1 Perhitungan Skor Perkembangan

Nilai Tes Skor perkembangan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 poin

10 poin sampai 1 poin di bawah skor awal 10 poin

Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 poin

(44)

Skor awal yang dapat digunakan adalah nilai ulangan

sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah adanya kuis.

Misalnya pada pembelajaran lebih lanjut dan setelah diadakan

tes, maka hasil tes masing-masing individu dapat dijadikan

skor awal.

7) Menghitung skor kelompok

Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor

perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan

semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok

dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Skor kelompok yang

memenuhi kriteria tertentu akan memperoleh penghargaan

berupa predikat. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan

kelompok, diperoleh kategori skor kelompok seperti berikut:

Tabel II.2 Tingkat Penghargaan Kelompok

Rata-rata kelompok

( x ) Predikat 0 ≤ x ≤ 25 Tim Baik

25 < x ≤ 27,5 Tim Hebat

27,5 < x ≤ 30 Tim Super

8) Memberikan penghargaan

Kelompok diberikan penghargaan sesuai kriteria

(45)

b. Kelebihan dan kelemahan tipe STAD:

1) Kelebihan:

a) Untuk menuntaskan materi pelajarannya, siswalah yang

aktif karena siswa belajar dalam kelompok secara

kooperatif

b) Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki

kemampuan akademik tinggi, sedang, dan rendah sehingga

akan terjadi tukar pikiran sehingga bisa menuntaskan

materi pelajaran dan menyelesaikan tugas kelompok

dengan baik.

c) Memiliki tingkat pencapaian belajar yang lebih tinggi dan

produktivitas belajar yang lebih besar

d) Lebih menumbuhkan sikap simpati, empati, saling berbagi

dan bertanggung jawab

e) Menghasilkan kesehatan psikologis, kemampuan sosial dan

kepercayaan diri yang lebih besar

2) Kekurangan:

a) Jika ukuran kelompok terlalu besar maka akan menjadi sulit

bagi kelompok tersebut untuk berfungsi secara efektif.

b) Rawan menjadi konflik-konflik verbal yang berkenaan

dengan perbedaan pendapat anggota-anggota kelompoknya.

c) Guru direpotkan dengan perencanaan dan pelaksanaan

(46)

c. Penerapan Tipe STAD dalam penyelesaian soal cerita matematika

Setelah mengetahui tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD

serta mengetahui tentang kelebihan dan kekurangannya, maka dapat

disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD sesuai digunakan dalam pembelajaran matematika khususnya

penyelesaian soal cerita. Dalam pembelajaran kooperatif lebih

menekankan pada adanya kerjasama antar anggota kelompok. Siswa

dibagi kedalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 siswa kemudian

mereka menyelesaikan soal cerita matematika. Setelah siswa bekerja

dalam kelompok kemudian mereka bekerja secara individu yaitu

dengan mengerjakan soal kuis yang berfungsi untuk mengetahui

perkembangan belajar masing-masing anggota kelompok.

Dengan adanya kerjasama dan diskusi antar anggota kelompok,

diharapkan siswa dapat belajar dengan lebih baik dan lebih cepat

memahami materi pembelajaran yang disampaikan. Siswa juga

diharapkan dapat saling membantu antar anggota kelompoknya apabila

ada yang mengalami kesulitan dalam pemahaman materi.

D. Kerangka Berpikir

Soal cerita biasanya sulit dipahami dan diterima oleh siswa.

Kadang siswa mengalami kesulitan dalam memahami soal cerita lalu

mengubah soal cerita tersebut dalam kalimat matematika. Hal inilah yang

(47)

karena itu diperlukan suatu penyelenggaraan proses pembelajaran yang

dapat membantu menumbuhkan minat dan motivasi dalam pembelajaran,

serta siswa dapat menyelesaikan masalah dalam soal cerita tersebut. Salah

satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD membuat siswa saling

berdiskusi, tukar pendapat dengan teman satu kelompoknya dan saling

membantu teman terutama yang mengalami kesulitan belajar. Dengan

demikian diharapkan masing-masing anggota kelompok mampu

memahami materi serta mampu menyelesaikan tugas kelompok mereka

dengan baik. Karena siswa lebih aktif dan lebih mendalami materi yang

dibahas maka hasil prestasi belajar siswa diharapkan menjadi meningkat.

Selain itu adanya pemberian penghargaan untuk kelompok yang

berprestasi bisa memotivasi siswa untuk belajar lebih baik lagi.

E. Hipotesis Tindakan

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap

soal cerita operasi hitung pada siswa kelas V SD Pangudi Luhur I

(48)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan jenis Penelitian

Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang

dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau

bersama-sama dengan orang lain dengan jalan merancang, melaksanakan

dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang

bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses

pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan tertentu dalam suatu

siklus.

B. Setting Penelitian

1. Tempat penelitian

SD Pangudi Luhur Yogyakarta

2. Subjek penelitian

Siswa kelas V SD Pangudi Luhur I Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/

2011 sebanyak 40 orang

3. Objek penelitian

Prestasi belajar siswa dalam mengerjakan soal cerita operasi hitung

(49)

4. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester 1 tahun ajaran 2010/2011 yakni

bulan Juli-Desember 2010

Tabel III. 1 Waktu Penelitian

(50)

C. Desain Penelitian

1. Model Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti memilih model penelitian dari Kemmis

dan Taggart yang diambil dari buku ”Metode Penelitian Tindakan

Kelas” karangan Wiraatmadja (2005;66) seperti yang terlihat dalam

gambar berikut ini:

2. Rencana Banyaknya Siklus

Dalam siklus ini peneliti akan memakai 2 siklus, siklus I dan II. Pada

siklus I terdiri dari 3 pertemuan, sedangkan siklus II terdiri dari 2

pertemuan. Setiap pertemuan 2 JP, setiap JP 35 menit.

3. Kriteria keberhasilan

Jika kondisi skor awal rata-rata ketuntasan / keberhasilan kelas 35%

maka pada kondisi akhir skor rata-rata ketuntasan / keberhasilan kelas

yang diharapkan 70%.

REFLEKSI TINDAKAN

PENGAMATAN

SIKLUS II

PERENCANAAN

REFLEKSI TINDAKAN

PENGAMATAN

SIKLUS I

(51)

D. Rencana Tindakan

1. Persiapan

a. Mendata nama-nama anak yang memiliki tingkat kemampuan

tinggi, sedang dan rendah pada mata pelajaran matematika

(wawancara guru kelas dan berdasarkan nilai ulangan harian siswa)

untuk menentukan teman kelompok.

b. Membentuk kelompok-kelompok siswa dan direncanakan dalam

satu kelompok terdiri dari 4 siswa; ada yang tingkat

kemampuannya tinggi, sedang dan rendah ( heterogen ) serta suku

dan jenis kelamin yang beragam.

c. Membuat dan menyiapkan penghargaan yang akan diberikan

kepada kelompok yang memperoleh predikat ’’kelompok super’’.

d. Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.

e. Menyusun Silabus, RPP, LKS, dan instrumen penelitian.

2. Rencana Tindakan setiap siklus

a. Siklus I

Siklus pertama direncanakan dalam tiga kali pertemuan yaitu

pertemuan pertama, pertemuan ke dua dan pertemuan ke tiga.

Masing-masing pertemuan akan dilaksanakan dalam 2 jam

pelajaran. Adapun tahapan proses belajarnya seperti berikut:

Pertemuan 1

1) Rencana tindakan ( 2 JP )

(52)

- Guru memberikan soal cerita secara lisan tentang operasi

hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat

kepada siswa yang dilakukan secara interaktif lalu siswa

bersama dengan guru membahas dan menyelesaikan soal

tersebut.

- Siswa masuk kedalam kelompok yang sudah di tentukan

masing-masingkelompok terdiri dari 4 orang.

- Siswa dalam kelompok menyelesaikan soal cerita operasi

hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat yang

sudah disiapkan dalam LKS.

- Siswa bersama guru mengoreksi hasil kerja kelompok dan

membuat kesimpulan.

- Guru memberikan soal cerita operasi hitung bilangan bulat

untuk dikerjakan oleh siswa secara individu sebagai kuis

siklus tindakan 1

2) Pelaksanaan

Melakukan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan.

3) Observasi

Mengamati cara kerja kelompok dan masing-masing anggota

kelompoknya. Selain itu juga diadakan pengumpulan hasil

pekerjaan kelompok dan hasil pekerjaan individu dengan

tujuan untuk mengetahui tingkat perkembangan siswa dalam

(53)

4) Refleksi

- Mengidentifikasi kesulitan, hambatan dan keberhasilan

siswa dalam kegiatan pembelajaran tersebut.

- Membuat kesimpulan tentang prestasi hasil belajar siswa

dalam mengerjakan soal cerita operasi hitung campuran

bilangan bulat.

- Merancang /memodifikasi tindakan berikutnya sebagai

dasar perbaikan di siklus berikutnya.

Pertemuan II

1) Rencana tindakan ( 2 JP )

- Guru melakukan apersepsi

- Guru memberikan 2 soal cerita secara lisan kepada siswa

yang dilakukan secara interaktif.

- Siswa secara individu diminta menyelesaikan soal operasi

hitung perkalian dan pembagian bilangan bulat yang

diberikan oleh guru.

- Siswa masuk kedalam kelompok (anggota kelompok pada

setiap pertemuan sama)

- Siswa dalam kelompok menyelesaikan soal cerita operasi

hitung perkalian dan pembagian bilangan bulat yang sudah

disiapkan dalam LKS.

- Siswa bersama guru mengoreksi hasil kerja kelompok dan

(54)

- Guru memberikan soal cerita operasi hitung campuran

bilangan bulat untuk dikerjakan oleh siswa secara individu

sebagai kuis siklus tindakan 2

2) Pelaksanaan

Melakukan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan.

3) Observasi

Melakukan pengamatan selama siswa mengerjakan soal dalam

kelompok dan soal kuis individu. Selain itu juga diadakan

pengumpulan hasil pekerjaan siswa dengan tujuan untuk

mengetahui tingkat perkembangan siswa dalam memahami

materi.

4) Refleksi

- Mengidentifikasi kesulitan, hambatan dan keberhasilan

siswa dalam kegiatan pembelajaran tersebut.

- Menyampaikan hasil pengamatan guru tentang cara kerja

siswa dalam kerja kelompok untuk kemudian dijadikan

bahan refleksi masing-masing anggota kelompok.

- Membuat kesimpulan tentang prestasi hasil belajar siswa

dalam mengerjakan soal cerita operasi hitung campuran

bilangan bulat.

(55)

Pertemuan III

1) Rencana Tindakan ( 2 jp )

- Mengulang dari materi pada pertemuan I & II ( 15 menit )

- Memberikan soal yang dikerjakan individu dan sekaligus

sebagai evaluasi.

- Menilai hasil evaluasi dan menganalisisnya

- Memberikan reward / penghargaan pada kelompok yang

berprestasi.

2) Pelaksanaan

Melakukan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan

3) Observasi

Mengamati cara kerja siswa dan melakukan pengumpulan data

dari skor ulangan harian siswa untuk mengambil kesimpulan.

4) Refleksi

- Mengidentifikasi kesulitan, hambatan dan keberhasilan

siswa dalam kegiatan pembelajaran tersebut.

- Membandingkan skor rata-rata hasil ulangan dengan

kondisi awal.

- Membuat kesimpulan tentang prestasi hasil belajar siswa

dalam mengerjakan soal cerita operasi hitung campuran

bilangan bulat.

- Merancang / memodifikasi tindakan berikutnya sebagai

(56)

b. Siklus II

Siklus kedua direncanakan dalam dua kali pertemuan, pertemuan

pertama dan pertemuan ke dua masing-masing dilaksanakan 2 jam

pelajaran. Adapun tahapan proses belajarnya seperti berikut:

Pertemuan 1

1) Rencana Tindakan

- Guru melakukan apersepsi tentang langkah-langkah atau

aturan dalam mengerjakan soal operasi hitung campuran

bilangan bulat.

- Siswa memperhatikan cara penyelesaian soal cerita yang

berkaitan dengan operasi hitung campuran bilangan bulat.

- Siswa masuk kedalam kelompok

- Siswa dalam kelompok menyelesaikan soal cerita operasi

hitung campuran bilangan bulat yang sudah disiapkan

dalam LKS

- Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok,

diwakili oleh salah satu anggota kelompok.

- Membuat kesimpulan

2) Pelaksanaan

(57)

3) Observasi

Pengumpulan hasil pekerjaan siswa dengan tujuan untuk

mengetahui tingkat perkembangan siswa dalam memahami

materi.

4) Refleksi

- Mengidentifikasi kesulitan, hambatan dan keberhasilan

siswa dalam kegiatan pembelajaran tersebut.

- Membuat kesimpulan tentang prestasi hasil belajar siswa

dalam mengerjakan soal cerita operasi hitung campuran

bilangan bulat.

- Menyusun soal evaluasi

Pertemuan 2

1) Rencana Tindakan

- Mengulang secara singkat tentang materi pada pertemuan

sebelumnya.

- Memberikan soal yang dikerjakan individu dan sekaligus

sebagai evaluasi.

- Menilai hasil evaluasi dan menganalisisnya

- Memberikan reward / penghargaan pada kelmpok yang

berprestasi.

2) Pelaksanaan

(58)

3) Observasi

Melakukan observasi atau pengumpulan data dari skor soal

evaluasi untuk mengambil kesimpulan.

4) Refleksi

- Mengidentifikasi kesulitan, hambatan dan keberhasilan

siswa dalam kegiatan pembelajaran tersebut.

- Membandingkan skor rata-rata dengan kondisi awal dan

target akhir

- Membuat kesimpulan tentang prestasi hasil belajar siswa

dalam mengerjakan soal cerita operasi hitung campuran

bilangan bulat.

E. Pengumpulan Data

1. Peubah

Prestasi hasil belajar siswa dalam mengerjakan soal operasi hitung

campuran bilangan bulat dalam bentuk soal cerita.

2. Indikator

Prestasi hasil belajar siswa dalam mengerjakan soal-soal ulangan/

evaluasi tentang operasi hitung campuran bilangan bulat dalam bentuk

soal cerita.

3. Data yang diperlukan

(59)

4. Pengumpulan data

Ulangan harian

5. Instrumen

Soal-soal ulangan harian tentang soal cerita operasi hitung campuran

bilangan bulat.

F. Penyusunan Instrumen

Instrumen I

a. Proses penyusunan

Di dalam penyusunan instrumen ini, peneliti menggunakan jenis

penilaian tes tertulis dalam bentuk soal uraian tentang soal cerita

operasi hitung campuran bilangan bulat. Tes tertulis ini berjumlah 5

soal dan akan diberikan pada setiap siswa.

b. Validitas isi instrumen

Dalam penelitian ini, untuk membuktikan valid atau tidaknya soal

tersebut, penyusunan soal harus disamakan dengan kisi-kisi. Dalam

penelitian ini penulis menggunakan validitas isi yaitu soal disusun

berdasarkan indikator yang tercantum dalam kisi-kisi soal. Sesudah itu

(60)

Tabel III. 2 Kisi-kisi Perencanaan Penyusunan Soal Evaluasi Siklus I

Tabel III. 3 Kisi-kisi Perencanaan Penyusunan Soal Evaluasi Siklus II

Standar

(61)

2) Model lembar penilaian

a) Lembar penilaian berupa evaluasi yang berisi 5 soal cerita

operasi hitung campuran bilangan bulat.

b) Cara penggunaanya

- Lembar penilaian (evalusi) diberikan kepada siswa setelah

siswa diberi penjelasan tentang cara pengerjaannya oleh

guru, kemudian siswa mengerjakan evaluasi sesuai dengan

perintah guru.

c. Kriteria penentuan skor

Tes tertulis (soal cerita)

- Jika soal dikerjakan menggunakan langkah pengerjaannya dan

hasilnya tepat maka skor yang diperoleh adalah 5.

- Jika soal dikerjakan dengan menggunakan langkah yang tepat

tetapi hasilnya salah maka skor yang diperoleh adalah 4.

- Jika soal dikerjakan dengan langkah yang kurang lengkap tetapi

hasilnya tepat maka skor yang diperoleh adalah 3.

- Jika soal dikerjakan dengan menggunakan langkah yang kurang

tepat tetapi hasilnya tepat maka skor yang diperoleh 2.

- Jika soal dikerjakan dengan menggunakan langkah yang kurang

tepat dan hasilnya tidak tepat maka skor yang diperoleh 1

(62)

G. Analisis Data

1. Kriteria keberhasilan

Tabel III.4 Kriteria Keberhasilan

No Indikator

b. Membandingkan persentase jumlah siswa yang mencapai KKM

dengan kondisi awal dan target akhir untuk menarik kesimpulan

apakah terjadi peningkatan atau tidak dan apakah sikus perlu

(63)

42 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan Tindakan Kelas ( PTK ) dengan judul “Peningkatan Prestasi

Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Siswa Kelas V SD Pangudi Luhur I Yogyakarta Semester 1 Tahun Ajaran 2010/

2011 ” dilaksanakan pada tanggal 30 Juli 2010 – 14 Desember 2010 dengan

kegiatan sebagai berikut :

A. HASIL PENELITIAN

1. Data Awal

Tabel IV.1 Data Hasil Nilai Ulangan Siswa Kelas V SD Pangudi Luhur I

(64)

18 Rena 56 - √

Siklus pertama dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan dengan

alokasi waktu 2 x 35 menit ( 2 jam pelajaran ). Pada siklus I pertemuan

1 dan 2 digunakan untuk pembelajaran. Sedangkan pada siklus I

pertemuan ketiga digunakan untuk kegiatan evaluasi. Materi yang

(65)

pengurangan bilangan pada soal cerita operasi hitung bilangan bulat”.

Sedangkan materi untuk siklus I pertemuan 2 adalah “perkalian &

pembagian bilangan pada soal cerita operasi hitung bilangan bulat”.

Siklus I pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Jumat 22 Oktober

2010, pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa 26 Oktober

2010 dan pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 29

Oktober 2010 dimana masing-masing pertemuan terdiri atas 2 jam

pelajaran ( 2 X 35 menit ).

Pada kegiatan belajar mengajar di pertemuan 1 dan 2, kegiatan yang

dilakukan adalah:

1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotifasi siswa

agar belajar dengan baik.

2) Guru menyajikan materi lalu membagi siswa dalam kelompok

yang masing-masing terdiri atas 4 siswa.

3) Setelah siswa masuk dalam kelompok, kemudian guru

membagikan soal untuk di kerjakan dan dibahas dalam kelompok

tersebut

4) Guru bersama dengan siswa membahas hasil kerja kelompok.

5) Siswa mengerjakan soal kuis secara individu.

Pada akhir pertemuan 1 dan 2 siklus I diadakan kuis yang

dikerjakan setiap individu, dimana hasil nilainya nanti digunakan

(66)

kelompok; baik, hebat dan super. Kemudian pada siklus pertama

pertemuan 3 diadakan ulangan dengan bentuk soal uraian dengan

tujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah menerima

pembelajaran.

b. Hasil Penelitian

Data yang diperoleh dari siklus I adalah data hasil ulangan yang

diikuti oleh 40 siswa kelas V PL I. Hasil dari ulangan tersebut adalah

sebagai berikut:

Tabel IV. 2 Hasil Penelitian Siklus I

(67)

21 Fileas 48 - √

Nilai ulangan rata-rata yang di peroleh siswa pada siklus I adalah 62,5

. Pada penelitian ini indikator keberhasilan penelitian nilai rata-rata

ulangan siswa adalah 65. Dengan demikian hasil analisis data pada

siklus I , penelitian belum dikatakan berhasil. Oleh karena itu

diputuskan penelitian dilanjutkan dengan mengadakan siklus II

c. Refleksi

Ada beberapa hal yang ditemukan selama proses pembelajaran

(68)

1) Pada saat pembagian kelompok beberapa siswa merasa tidak cocok

dengan anggota kelompoknya.

2) Siswa mengalami kesulitan dalam pemahaman soal cerita.

3) Saat bekerja dalam kelompok ada beberapa siswa yang sulit di ajak

berdiskusi dalam kelompok.

4) Dalam masing-masing kelompok, siswa yang memiliki

kemampuan lebih tidak bisa menjadi tutor bagi anggota

kelompoknya.

Beberapa hal yang ditemukan dalam proses pembelajaran siklus I

diupayakan untuk dapat diperbaiki dengan tujuan mengoptimalkan

pembelajaran untuk mendukung peningkatan prestasi belajar siswa.

3. Siklus 2

a. Pelaksanaan Kegiatan

Siklus kedua dilaksanakan dua kali pertemuan dengan alokasi

waktu 2 x 35 menit ( 2 jam pelajaran ). Pada siklus II pertemuan

pertama pembagian waktu 2 jam pelajaran digunakan untuk kegiatan

pembelajaran dan pertemuan kedua digunakan untuk kegiatan evaluasi.

Materi yang diberikan pada siklus II pertemuan pertama adalah

“operasi hitung campuran pada soal cerita operasi hitung bilangan

bulat”. Pembelajaran ini berlangsung sesuai dengan pedoman

perencanaan pembelajaran yang telah direncanakan dan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pada akhir pertemuan 1

(69)

nilainya nanti sebagai acuan untuk menentukan kelompok mana yang

termasuk kelompok; baik, hebat dan super. Kemudian pada pertemuan

2 siklus II diadakan ulangan dengan bentuk soal uraian dengan tujuan

untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah menerima

pembelajaran.

b. Hasil Penelitian

Data yang diperoleh dari siklus II adalah data hasil ulangan yang

diikuti oleh 40 siswa kelas V PL I. Nilai yang diperoleh adalah sebagai

berikut:

Tabel IV. 3 Hasil Penelitian Siklus II

(70)

21 Fileas 56 - √

siklus II rata-rata mencapai 79,8. Dengan demikian penelitian ini

menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa mengalami

peningkatan disetiap siklusnya.

c. Refleksi

Ada beberapa hal yang ditemukan selama proses pembelajaran

pada siklus II , antara lain :

(71)

2) Antar anggota kelompok sudah terlihat adanya kerja sama dan

saling membantu antar anggota kelompok

3) Terjadi peningkatan prestasi siswa dilihat dari rata-rata hasil

ulangan pada siklus II

B. PEMBAHASAN

Dari kegiatan penelitain yang telah dilakukan, terlihat adanya peningkatan

prestasi belajar siswa. Peningkatan prestasi hasil belajar siswa setelah

dilaksanakan penelitian tindakan kelas tergambar pada tabel berikut ini:

Tabel IV. 4 Hasil Rekap Nilai Siswa Kelas V PL I Sebelum dan Setelah

Tindakan

No Nama

Sebelum Tindakan Setelah Tindakan

Nilai Ketuntasan

Siklus 1 Siklus 2

Nilai Ketuntasan Nilai Ketuntasan

(72)

21 Fileas 35 - √ 48 - √ 56 - √

Dari hasil pengumpulan data yang telah dilakukan, terlihat adanya

kenaikan prestasi belajar siswa. Data awal sebelum adanya tindakan nilai rata-rata

siswa adalah 55,45. Dari 40 orang siswa, hanya 35% siswa yang mencapai KKM.

Setelah diadakan tindakan, pada siklus pertama, rata-rata nilai ulangan siswa

adalah 62,5. Siswa yang mendapat nilai ulangan sama dengan atau lebih besar dari

kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada akhir siklus I sebanyak 19 siswa atau

47,5% dari 40 siswa. Sebanyak 21 siswa mendapat nilai ulangan di bawah kriteria

ketuntasan minimal (KKM) atau 52,5% dari jumlah keseluruhan siswa. Adanya

beberapa siswa yang masih mendapatkan nilai di bawah KKM disebabkan karena

siswa kurang memperhatikan penjelasan guru. Selain itu beberapa siswa terlihat

pasif saat bekerja dalam kelompok yang mengakibatkan mereka kurang bisa

(73)

mendorong guru untuk lebih memotivasi siswa agar lebih memperbaiki kinerja

mereka baik kinerja individu maupun kelompok.

Pada siklus II, peneliti tidak mengubah tim kerja kelompok belajar.

Sebelum pembelajaran pada siklus II berlangsung, guru memberi sedikit

pengarahan dan refleksi dari siklus I dengan tujuan agar masing-masing anggota

tim dapat mengoptimalkan cara kerja mereka. Jika dibandingkan dengan hasil dari

siklus I, terlihat adanya peningkatan nilai. Ada 4 siswa yang mendapat nilai 100,

27 siswa lainnya mendapat nilai di atas KKM atau 77,5% siswa mencapai KKM

dan 22,5% lainnya atau 9 siswa mendapat nilai di bawah KKM. Untuk rata-rata

yang di peroleh pada siklus II adalah 79,8. Dari data hasil ulangan di atas, terdapat

4 siswa yang mengalami penurunan nilai. 2 siswa dengan nilai di bawah KKM

mengalami penurunan nilai dan 2 siswa dengan nilai di atas KKM juga

mengalami penurunan nilai tetapi penurunannya masih di atas KKM. Penelitian

pada siklus II ini rata-rata kelas yang diperoleh telah mencapai indikator

keberhasilan.

Dari hasil penelitian di atas dapat dilihat terjadi peningkatan yang ditandai

dengan naiknya nilai rata-rata ulangan siswa dari kondisi awal 55,45 menjadi 62,5

pada siklus I dan siklus II mencapai 79,8. Peningkatan yang tejadi pada siklus I

sebesar 7,05 dan siklus II sebesar 17,3. Dengan demikian, penelitian di atas

membuktikan hipotesis bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam hal menyelesaikan soal

(74)

53 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang telah dicapai dalam penelitian ini maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa:

1. Model pembelajaran kooperatif teknik STAD dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa dalam soal cerita operasi hitung bilangan bulat

pada siswa kelas V SD Pangudi Luhur I Yogyakarta tahun ajaran 2010/

2011.

2. Sebelum adanya tindakan, persentase jumlah siswa yang tuntas adalah

35%. Setelah tindakan siklus pertama terdapat 47,5% siswa yang tuntas,

sedangkan pada siklus kedua terdapat sebanyak 77,5% siswa yang

tuntas.

3. Target penelitian telah tercapai, bahkan melebihi target yang telah

ditetapkan. Target yang ditetapkan peneliti untuk peningkatan prestasi

Gambar

Tabel Lembar Skor Kuis Siklus I dan II ………………….. ..................
Tabel II.1 Perhitungan Skor Perkembangan
Tabel II.2 Tingkat Penghargaan Kelompok
Tabel III. 1 Waktu Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

All music ensemble types discussed in the analysis that follows are multipurpose in character. None is solely connected with Muslim ceremonial contexts and this prob-

Eksport secara langsung (tanpa melelui eksportir) belum dilaksanakan karena UKM belum mengetahui caranya. Promosi dilakukan dengan membagi kartu nama dan mengikuti

Pendapatan operasional yang terdiri dari pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya, tumbuh 25,0% menjadi Rp19,6 triliun pada semester I 2014 dari Rp15,7

Pada unsur kualitas pelayanan kenyamanan lingkungan dan ketersediaan sarana prasarana pelayanan didapatkan hasil bahwa tingkat kinerja yang dilakukan oleh pihak

Dari uraian diatas, maka penulis bermaksud untuk membuat suatu Sistem Informasi Wisma dan Reservasi Kamar berbasis web yang efektif dan efisien yang dapat meningkatkan

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus, karena berkat penyertaan dan kekuatan-Nya penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul “Analisis Reservoir Karbonat: Diagenesa

Assuming that the expectations theory holds, what does the market expect the yield on 2-year Treasury securities to be five years from

Sedangkan Pasal 1 ayat (8) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris menegaskan bahwa Minuta Akta adalah asli Akta yang mencantumkan tanda tangan