PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD
SISWA KELAS V SD PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA
SEMESTER I TAHUN AJARAN 2010/ 2011
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Yuliana Isnu Romanti
NIM : 081134156
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD
SISWA KELAS V SD PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA
SEMESTER I TAHUN AJARAN 2010/ 2011
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Yuliana Isnu Romanti
NIM : 081134156
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini khusus kupersembahkan untuk :
Yesus Kristus
Bunda Maria yang senantiasa mendampingiku
Kedua orang tuaku
Kakakku Marcus Purwanto & Anastasia Dwi Purwanti
My beloved Jefri Perdinando
Keluarga besar Ranudimedjo
v
MOTTO
Dia membuat segalanya indah dan Dia tak pernah membiarkanku
berjalan sendiri.
Hal mudah akan terasa sulit jika yang pertama dipikirkan adalah
kata SULIT, yakinlah bahwa kita memiliki kekuatan dan
kemampuan.
viii ABSTRAK
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD
SISWA KELAS V SD PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA SEMESTER I TAHUN AJARAN 2010/ 2011
Yuliana Isnu Romanti
Universitas Sanata Dharma
2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) peningkatan prestasi belajar Matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa kelas V SD Pangudi Luhur I Yogyakarta semester I tahun ajaran 2010/ 2011 dan (2) sejauh mana tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD merupakan suatu teknik pembelajaran kooperatif yang bertujuan untuk mendorong siswa berdiskusi, saling membantu dalam hal menyelesaikan tugas, menguasai dan pada akhirnya menerapkan keterampilan yang diberikan.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Pangudi Luhur I Yogyakarta yang berjumlah 40 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes uraian soal cerita yang disusun oleh peneliti. Teknik analisis data yang digunakan untuk mengkaji data yaitu dengan cara mengumpulkan hasil tes uraian siswa, mengubah skor mentah menjadi nilai jadi, mencari rata-rata kemudian membandingkannya dengan keadaan pada kondisi sebelumnya.
ix
Kata Kunci: prestasi belajar, model pembelajaran kooperatif tipe STAD ABSTRACT
THE IMPROVEMENT OF MATH LEARNING ACHIEVEMENT BY USING COOPERATIVE LEARNING MODEL OF STAD TYPE
AT THE FIFTH GRADE STUDENT OF SD PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA AT 2010/ 2011 FIRST ACADEMIC SEMESTER
Yuliana Isnu Romanti Sanata Dharma University
2011
This study aims are to determine: (1) The improvement of math learning achievement by using cooperative learning model of STAD type at the fifth grade student of SD Pangudi Luhur I Yogyakarta at 2010/ 2011 first academic semester and (2) how far STAD type can improved student learning achievement. Cooperative learning model of “STAD type” is a cooperative learning technique that aims to encourage students to discuss each other, help each other on completing the task, mastering and finally apply the skills provided.
This research is a class behavior research. The subjects of this research are 40 students on fifth grade of SD Pangudi Luhur I Yogyakarta. The instrument used in this research is description test prepared by the researcher. Data analysis techniques used to assess the data are by gathering students test results, changing the raw scores into fixed scores, find the average and then compares the situation to the previous condition.
x
Key words: prestasi belajar, model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa “My
Lord Jesus Christ”, yang telah memberkati dan menyertai penulis sehingga
mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar
Matematika Mengunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa
Kelas V SD Pangudi Luhur I Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/ 2011” sesuai
dengan yang diharapakan.
Adapun tujuan penulisan skripsi adalah untuk memenuhi salah satu syarat
kelulusan program studi S-I PGSD Universitas Sanata Dharma.
Pada kesempatan ini pula penulis hendak menyampaikan ucapan
terimakasih kepada :
1. Drs. Puji Purnomo, M. Si., selaku Ketua Program Studi S-I PGSD
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan motivasi dalam
penyusunan skripsi.
2. Drs. Puji Purnomo, M.Si. dan Drs. J. Sumedi, selaku dosen pembimbing
skripsi, yang dengan sabar membimbing dan memberikan banyak saran bagi
penulis selama penyusunan skripsi.
3. Para dosen, karyawan dan staf PGSD yang baik secara langsung maupun
tidak langsung telah memberikan kontribusi yang berarti sehingga penulisan
xi
4. Seluruh pegawai perpustakaan Univeritas Sanata Dharma yang telah
memberi layanan kepada penulis dalam mendapat referensi.
5. Bruder Bonifasius Kasmo Raharjo,S. Pd.FIC selaku koordinator SD Pangudi
Luhur Yogyakarta yang telah memberikan peneliti ijin untuk melakukan
penelitian.
6. Anastasia Ida Ristiana, S. Pd selaku guru matematika kelas V SD Pangudi
Luhur I Yogyakarta yang telah bersedia menjadi kolabolator dalam
penelitian ini.
7. Siswa-siswi kelas V SD Pangudi Luhur I Yogyakarta terimakasih atas
kerjasamanya.
8. Kedua orang tuaku (Bpk.Athanasius Tugiman dan Ibu Chatarina Sumi) yang
selalu memberi dukungan moral maupun materiil, memberiku semangat dan
yang selalu membawaku dalam setiap doanya.
9. Kakakku Marcus Purwanto & Anastasia Dwi Purwanti serta kakak iparku
Adelfina Maarisit makasih buat doa dan dukungannya.
10. Keluarga besar Ranudimedja terimakasih atas segala dukungan serta doa
kalian.
11. My beloved Jefri Perdinando makasih buat nasehat, doa serta dukungannya
selama ini sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
12. Sahabat-sahabatku: Maia, Sari, Murty, Novia, Aris, Raras, Wayan,
xiii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
xiv
C. Rumusan Masalah ... 3
D. Pemecahan Masalah ... 3
E. Batasan Pengertian ... 4
F. Tujuan Penelitian ... 5
G. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN TEORI ... 7
A. Belajar dan Prestasi Belajar ... ... 7
1. Pengertian Belajar ... 7
2. Prestasi Belajar ... 11
B. Pengajaran matematika ... 11
1. Pengertian Matematika ... 11
2. Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat ... 12
3. Pengertian Soal cerita ... 14
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD... 16
1. Pembelajaran Kooperatif ……… 16
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ………….. . 16
b. Konsep Pokok Pembelajaran Kooperatif ……... . 18
c. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif ………... 18
d. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif ... 19
2. Tipe STAD ... 20
a. Langkah-langkah Pembelajaran Tipe STAD.. ... 21
b. Kelebihan dan Kekurangan Tipe STAD ….. ... 24
xv
Cerita ……… ... 25
D. Kerangka Berpikir ………... 25
E. Hipotesis Tindakan ………... 26
BAB III METODE PENELITIAN ... 27
A. Jenis Penelitian ... ... 27
B. Setting Penelitian ... 27
C. Desain Penelitian ... 29
D. Rencana Tindakan ... 30
E. Pengumpulan Data ... 37
F. Penyusunan Instrumen ... 38
G. Analisis Data ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42
A. Hasil Penelitian ... 42
B. Pembahasan ... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 53
A. Kesimpulan ... 53
B. Saran ... 54
DAFTAR PUSTAKA ... 55
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel II.1 Perhitungan Skor Perkembangan ... 22
Tabel II.2 Tingkat Penghargaan Kelompok ……… 23
Tabel III.1 Waktu Penelitian ... 28
Tabel III.2 Kisi - Kisi Penyusunan Soal Evaluasi Siklus I ... 39
Tabel III.3 Kisi - Kisi Penyusunan Soal Evaluasi Siklus II ... 39
Tabel III.4 Kriteria Keberhasilan ……… .... 41
Tabel IV.1 Data Nilai ulangan matematika siswa kelas V SD Pangudi Luhur I Yogyakarta ………... 42
Tabel IV.2 Hasil Penelitian Siklus 1………. 45
Tabel IV.3 Hasil Penelitian Siklus 2………. 48
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
Subyek Penelitian Siswa Kelas V SD Pangudi Luhur I Yogyakarta
Tahun Ajaran 2010 / 2011 ... 57
Lampiran 2
Data Kelompok Siswa Kelas V SD Pangudi Luhur I Yogyakarta ... 59
Lampiran 3
Silabus ... 61
Lampiran 4
RPP ( Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ) Siklus 1/ Pertemuan 1 ... 63
Lampiran 5
Lembar Kerja Siswa ( Siklus 1 / Pertemuan 1 ) ... 66
Lampiran 6
Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa ( Siklus 1/ Pertemuan 1)... 69
Lampiran 7
Soal Kuis ( Siklus 1/ Pertemuan 1 ) ... 71
Lampiran 8
Kunci Jawaban Soal Kuis ( Siklus 1/ Pertemuan 1 ) ... 72
xviii
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus I/ Pertemuan 3) ... 91
Lampiran 18
Soal Evaluasi (Siklus I/ Pertemuan 3)... ... 94
Lampiran 19
Kunci Jawaban Soal Evaluasi (Siklus I, Pertemuan 3). ... 95
Lampiran 20
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus II/ Pertemuan 1) ... 98
xix
Lembar Kerja Siswa (Siklus II/ Pertemuan 1) ... 101
Lampiran 22
Kunci Jawaban LKS (Siklus II/ Pertemuan 1) ... 104
Lampiran 23
Soal Kuis (Siklus II/ Pertemuan 1) ... … 106
Lampiran 24
Kunci Jawaban Soal Kuis (Siklus I/ Pertemuan 1) ... 107
Lampiran 25
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus II/ Pertemuan 2)... ... 109
Lampiran 26
Soal Evaluasi (Siklus II/ Pertemuan 2)... . 112
Lampiran 27
Kunci Jawaban Soal Evaluasi (Siklus II/ Pertemuan 2... ... 113
Lampiran 28
Piagam Penghargaan Tim ... 116
Lampiran 29
Lampiran Hasil Kerja Siswa ... 117
Lampiran 30
Surat Izin Penelitian ... 141
Lampiran 31
Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ………. 142
Lampiran 32
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di Sekolah Dasar
yang sangat penting, mengingat hampir seluruh aspek kehidupan banyak
yang berhubungan dengan kegiatan matematisasi. Anggapan sebagian
besar orang tentang Matematika yaitu Matematika adalah pelajaran yang
sulit, banyak menghafal, juga selalu menghitung dengan menggunakan
rumus dan lain sebagainya. Hal-hal semacam inilah yang membuat mata
pelajaran Matematika sangat menakutkan. Padahal yang harus mereka
lakukan bukanlah menghafal tetapi memahami dan mengerti agar
anggapan Matematika yang merupakan ”momok” bagi mereka dapat
berubah menjadi Matematika yang sungguh menyenangkan.
Dalam mempelajari Matematika, penguasaan konsep Matematika
harus terlebih dahulu di kuasai oleh siswa agar siswa dapat mempelajari
Matematika dengan lebih lancar dan menyenangkan. Selain penguasaan
konsep, ada juga beberapa kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh
siswa. Kemampuan dasar tersebut yaitu operasi hitung penjumlahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian. Setelah siswa mampu dalam
penguasaan konsep dan kemampuan dasar matematika, siswa dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari hari dan dapat digunakan dalam
pemecahan masalah/ soal cerita yang melibatkan operasi hitung
Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar dari
pemerintah, materi yang berkaitan dengan kemampuan menggunakan
matematika dalam pemecahan masalah sudah diajarkan sejak kelas I SD.
Materi tersebut kemudian terus berlanjut sampai kelas diatasnya hingga
pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan tingkat kesulitan yang
telah disesuaikan pada tiap jenjangnya. Pada ujian nasional di kelas VI,
materi yang berkaitan dengan kemampuan menggunakan matematika
dalam pemecahan masalah juga merupakan salah satu materi yang dipakai
didalamnya.
Dari hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi
matematika yang dilakukan peneliti di lapangan, diketahui bahwa hasil
belajar siswa kelas V SD Pangudi Luhur I Yogyakarta pada mata pelajaran
matematika perlu mendapat perhatian, terlebih dalam materi pemecahan
masalah. Banyak siswa yang kebingungan dalam menyelesaikan soal
cerita yang berhubungan dengan materi pemecahan masalah, terutama
pada pemecahan masalah yang melibatkan penjumlahan, pengurangan,
perkalian dan pembagian bilangan bulat. Faktor yang mempengaruhi
rendahnya prestasi belajar Matematika siswa kelas V SD Pangudi Luhur I
Yogyakarta pada materi tersebut adalah metode pembelajaran yang
dipakai guru kurang menarik sehingga kurang dapat mengaktifkan siswa,
pelajarannya menjadi membosankan, dan pada akhirnya mempengaruhi
Mengingat peranan matematika yang sangat penting dan masih
rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas V SD Pangudi Luhur I
Yogyakarta, maka penulis mengambil judul ” Peningkatan Prestasi
Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD Siswa Kelas V SD Pangudi Luhur I Yogyakarta Semester
1 Tahun Ajaran 2010/ 2011 ”
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti akan membahas
tentang soal cerita yang melibatkan operasi hitung campuran bilangan
bulat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa
kelas V SD Pangudi Luhur I Yogyakarta.
C. Rumusan Masalah
Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas V SD
Pangudi Luhur I Yogyakarta dalam hal pemecahan soal cerita yang
melibatkan operasi hitung campuran bilangan bulat.
D. Pemecahan Masalah
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pemecahan soal cerita yang
E. Batasan Pengertian
1. Prestasi belajar
Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan
yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnnya ditunjukan dengan
nilai atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi dalam penelitian
yang dimaksudkan adalah nilai yang diperoleh oleh siswa pada mata
pelajaran matematika dalam bentuk nilai berupa angka yang diberikan
oleh guru kelasnya setelah melaksanakan tugas yang diberikan
padanya.
2. Soal cerita
Soal cerita merupakan salah satu materi dari mata pelajaran
matematika berupa soal terapan dari suatu pokok bahasan yang
disajikan dengan kalimat yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
serta memuat masalah yang menuntun pemecahan .
3. Pembelajaran kooperatif tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievment
Division) merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana. Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dalam
suatu kelas dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4 – 5 orang,
setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan
perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan
lain dalam menuntaskan materi pelajaran dan menyelesaikan tugas
kelompok.
F. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi
belajar matematika siswa dalam pemecahan masalah yang melibatkan
operasi hitung campuran bilangan bulat.
G. Manfaat Penelitian
Dengan melakukan penelitian ini diharapkan akan didapatkan manfaat
bagi pihak-pihak sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Untuk memenuhi tugas skripsi yang menjadi salah satu syarat
kelulusan program pendidikan S1 PGSD Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, dan sebagai tambahan pengetahuan yang dapat digunakan
sebagai bekal untuk memasuki dunia kerja.
2. Bagi Sekolah
Memberi masukan bagi pihak sekolah dalam rangka meningkatkan
3. Bagi Guru
Sebagai masukan bagi guru tentang penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD sebagai salah satu sarana di dalam proses
pembelajaran matematika.
4. Bagi Siswa
Memberikan suasana belajar yang menyenangkan serta membantu
siswa meningkatkan kemampuan memecahkan soal cerita yang
melibatkan operasi hitung campuran bilangan bulat dengan lebih
mudah.
5. Bagi Pembaca
Memberi informasi tentang penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan prestasi siswa dalam
pemecahan masalah yang melibatkan operasi hitung campuran
7 BAB II
KAJIAN TEORI
A. Belajar dan Prestasi Belajar
1. Pengertian Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia belajar memiliki
pengertian: berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Secara
sederhana Anthony Robbins mendefinisikan belajar sebagai proses
menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah di
pahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Jadi dalam makna
belajar, disini bukan berangkat dari nol tetapi merupakan keterkaitan
dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru.
Pandangan ini senada dengan Jerome Brunner dalam (Romberg &
Kaput, 1999), bahwa belajar adalah suatu proses aktif di mana siswa
membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada
pengalaman/ pengetahuan yang sudah dimilikinya. Dalam pandangan
konstruktivisme ’Belajar’ bukanlah semata-mata mentransfer
pengetahuan yang ada di luar dirinya, tetapi belajar lebih pada
bagaimana otak memproses dan menginterpretasikan pengalaman yang
baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dalam format yang
baru. Proses pembangunan ini bisa melalui asimilasi atau akomodasi
(Mc Mahon, 1996). Definisi belajar secara lengkap dikemukakan oleh
Learning is usually defined as a change in an individual caused by experience. Changes caused by development (such as growing taller) are not instance of learning. Neither are characteristics of individuals that are present at birth (such as refleves and respons to hunger or pain). However, humans do so much learning from the day of birth (and some say earlier) that learning and development are inseparably linked.
Selanjutnya Slavin juga mengatakan:
Learning takes place in many ways. Sometimes it is intentional, as when students acquire information presented in a classroom or when they look something up in the encyclopedia. Sometimes it is unintional, as in the case of hechild’s reaction to the needle. All sorts of learning are going on all the time.
Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang
terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau
perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir.
Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat
sebelum lahir. Bahwa antara belajar dan perkembangan sangat erat
kaitannya.
Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak
disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu
perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang di maksud adalah
perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh individu. Sedangkan
pengalaman merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan
sebagai sumber belajarnya. Jadi, belajar di sini diartikan sebagai proses
perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak
dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi
lingkungan maupun individu itu sendiri.
Ada beberapa teori belajar, antara lain:
(1) Teori belajar menurut J. Bruner
Didalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari
tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan
kemampuan. Untuk meningkatkan proses belajar perlu lingkungan
yang dinamakan ”discovery learning environment”, ialah
lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi,
penemuan-penemuan baru yang dikenal atau pengertian yang mirip dengan
yang sudah diketahui. Dalam tiap lingkungan selalu ada
bermacam-macam masalah, hubungan-hubungan dan hambatan
yang dihayati oleh siswa secara berbeda-beda pada usia yang
berbeda pula.
(2) Teori belajar dari Piaget
Pendapat Piaget mengenai perkembangan proses belajar pada
anak-anak adalah sebagai berikut:
(a) Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang
dewasa.
(b)Perkembangan mental anak melalui tahap-tahap tertentu,
menurut suatu urutan yang sama bagi semua anak.
(c) Jangka waktu untuk berlatih dari satu tahap ke tahap yang lain
(d)Perkembangan anak dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu:
kemasakan, pengalaman, interaksi sosial, dan equilibration
(proses dari ketiga faktor di atas bersama-sama untuk
membangun dan memperbaiki struktur mental).
(e) Ada 3 tahap perkembangan yaitu:
(1)berfikir secara intuitif 4 tahun
(2)beroperasi secara konkret 7 tahun
(3)beroperasi secara formal 11 tahun
(3) Teori dari R. Gagne
Terhadap masalah belajar Gagne memberikan dua definisi, yaitu:
(a) Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam
pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku.
(b)Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
diperoleh dari instruksi.
Gagne mengatakan pula bahwa segala sesuatu yang dipelajari
menusia dapat dibagi menjadi 5 kategori, yang disebut ”the
domains of learning ” yaitu:
(a) Keterampilan motoris (motor skill )
(b)Informasi verbal
(c) Kemampuan intelektual
(d)Strategi kognitif
Dari berbagai teori belajar di atas, terlihat bahwa belajar kita alami
sejak kita lahir. Selain itu, belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan
saja. Dalam belajar kita tidak hanya mendapatkan pengetahuan dari
orang lain saja tetapi dengan belajar kita memperoleh
pengalaman-pengalaman baru yang dapat melengkapi pengetahuan yang sudah kita
miliki.
2. Prestasi Belajar
Prestasi belajar berasal dari kata ”prestasi” dan ”belajar”. Prestasi
berarti hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan,
dsb). Sedangkan pengertian belajar adalah berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu. Jadi, prestasi belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnnya ditunjukan dengan nilai atau angka yang
diberikan oleh guru. Prestasi dalam penelitian yang dimaksudkan
adalah nilai yang diperoleh oleh siswa pada mata pelajaran matematika
dalam bentuk nilai berupa angka yang diberikan oleh guru kelasnya
setelah melaksanakan tugas yang diberikan padanya.
B. Pengajaran Matematika
1. Pengertian matematika
Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema
yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa
berkaitan dengan penalaran (www.arinimath.blogspot.com). Mata
pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik
mulai dari sekolah dasar. Hal ini untuk membekali peserta didik
dengan kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis, dan
kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Menurut BSNP (2007: 143)
“Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam
berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia”. Dari uraian di
atas dapat disimpulan bahwa matematika merupakan suatu mata
pelajaran ilmu pasti yang harus dikuasai atau dipelajari oleh setiap
orang yang berkaitan dengan penalaran yang mendasari perkembangan
teknologi modern dan berperan penting memajukan daya pikir
manusia.
2. Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat
Operasi hitung campuran yaitu penyelesaian soal yang
mengandung sekurang-kurangnya dua dari pengerjaan: penjumlahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan bulat.
Cara menyelesaikan soal yang mengandung operasi hitung campuran
adalah sebagai berikut:
a. Operasi hitung yang diberi kurung ( ) harus didahulukan.
Contoh: -4 + ( 5 x 8 ) = ...
Jawab: -4 + ( 5 x 8 ) = -4 + 40
Jadi, -4 + ( 5 x 8 ) = 36
b. Perkalian dan pembagian sama tingkatnya, maka pengerjaannya
dimulai dari kiri, atau dari depan.
Contoh: (a) 8 x 7 : 4 = ...
Jawab: 8 x 7 : 4 = 56 : 4
= 14
Jadi, 8 x 7 : 4 = 14
(b) (-49) : 7 x 6 = ...
Jawab: (-49) : 7 x 6 = (-7) x 6
= (-42)
Jadi, (-49) : 7 x 6 = (-42)
c. Penjumlahan dan pengurangan sama tingkatnya, maka
pengerjaannya juga dimulai dari kiri, atau dari depan.
Contoh: (a) 39 + 21 – 44 = ...
Jawab: 39 + 21 – 44 = 60 – 44
= 16
Jadi, 39 + 21 – 44 = 16
(b) 33 – 18 + 25 = ...
Jawab: 33 – 18 + 25 = 15 + 25
= 40
d. Perkalian dan pembagian pengerjaannya harus didahulukan
daripada penjumlahan dan pengurangan.
Contoh: 5 x 7 + 10 : 2 = ...
Jawab: 5 x 7 + 10 : 2 = 35 + 5
= 40
Jadi, 5 x 7 + 10 : 2 = 40
3. Pengertian Soal Cerita
Soal cerita berasal dari dua kata yaitu ”soal” dan ”cerita”. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, soal artinya hal atau masalah yang
harus dipecahkan, sedangkan cerita artinya tuturan yang
membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal yang dipecahkan.
Dalam pengajaran matematika, pemecahan masalah sudah umumnya
dalam bentuk soal cerita, biasanya soal cerita disajikan dalam cerita
pendek. Cerita yang diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan
sehari-hari. Dalam penelitian ini yang dimaksud soal cerita adalah soal
matematika yang disajikan dengan kalimat yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari serta memuat masalah yang menuntun
pemecahan.
Manfaat menyelesaikan soal cerita yaitu, dapat melatih siswa untuk
memecahkan masalah/ soal cerita dan siswa diharapkan mampu
terampil tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang relefan,
menganalisis informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam memberikan soal
cerita kepada siswa adalah sebagai berikut:
- sedapat mungkin siswa membaca soal cerita itu sendiri-sendiri
- guru mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengecek apakah
soal cerita itu benar-benar dimengerti oleh siswa
- merencanakan metode penyelesaian
- menyelesaikan soal cerita
- mengintrepretasikan hasil penyelesaian dalam konteks soal cerita
Contoh pengerjaan soal cerita operasi hitung campuran bilangan bulat:
Vino sedang mendaki gunung. Ia berada di ketinggian 170 m di atas
permukaan laut. Kemudian ia naik lagi sejauh 76m. Beberapa saat
kemudian Vino turun sejauh 58m
Pertanyaan: a. Berapa meter ketinggian gunung yang telah di daki
oleh Vino?
b. Berada pada ketinggian berapakah Vino sekarang?
Jawab: Diketahui: Vino berada pada ketinggian 170m
bergerak ke atas sejauh 76m
turun sejauh 58m
Ditanya : a. Ketinggian gunung yang telah di daki oleh Vino
Penyelesaian
a. Ketinggian yang ditempuh = 170m
Bergerak ke atas = 76m +
= 246m
Jadi, ketinggian gunung yang telah di daki oleh Vino adalah
246m
b. Ketinggian gunung yang telah ditempuh = 246m
Turun ke bawah = 58m _
= 188m
Jadi, Vino sekarang berada pada ketinggian 188m
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
1. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis.
Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih
mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka
saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja
dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan
masalah-masalah yang kompleks. Pendekatan dalam pembelajaran
kooperatif lebih berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa
untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk
tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.
Berikut ini dikemukakan secara ringkas pengertian pembelajaran
kooperatif menurut pandangan para ahli, antara lain:
a) Menurut Priyanto, 2007 (dalam Wena Made, 2009: 189)
“Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model
pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu.
Pada prinsipnya, siswa membentuk kelompok kecil dan saling
mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama, siswa
yang pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa
dirugikan”.
b) Nurhadi dan Senduk, 2003 (dalam Wena Made, 2009: 189)
“Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara
sadar menciptakan interaksi yang saling silih asah sehingga
sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar,
tetapi juga sesama siswa”.
c) Lie, 2002 (dalam Wena Made, 2009: 189)
“Pembelajaran kooperatif adalah system pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama
dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur, dan
dalam system ini guru bertindak sebagai fasilitator”.
Dari pandangan ketiga ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran
adanya interaksi antar siswa dengan tujuan agar siswa mampu
memahami suatu bahan pembelajaran.
b. Konsep pokok Pembelajaran Kooperatif menurut Slavin (1995),
adalah sebagai berikut:
a) Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok
mencapai kriteria yang ditentukan
b) Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya
kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota
kelompok. Tanggung jawab ini berfokus dalam usaha untuk
membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok
telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.
c) Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa
telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar
mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa
berkemampuan tinggi, sedang dan rendah sama-sama
tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi
semua anggota kelompok sangat bernilai.
c. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Arends (1997:111) menyatakan bahwa pelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
a) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
b) Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan
tinggi, sedang, dan rendah.
c) Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras,
budaya, suku, jenis kelamin yang beragam.
d) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada
individu.
d. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
a) Fase-1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Dalam fase ini guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa untuk belajar.
b) Fase-2 Menyajikan informasi
Dalam fase ini guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
c) Fase-3 Mengorganisasi siswa kedalam kelompok-kelompok
belajar
Dalam fase ini guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
d) Fase-4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Dalam fase ini guru membimbing kelompok-kelompok belajar
e) Fase-5 Evaluasi
Dalam fase ini guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
f) Fase-6 Memberikan penghargaan
Dalam fase ini guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
2. Tipe STAD
Student Teams Achievement Division ( STAD ) adalah salah
satu tipe pembelajaran kooperatif yang sederhana. Model pembelajaran
kooperatif tipe STAD merupakan suatu tipe cooperatif learning yang
bertujuan untuk mendorong siswa berdiskusi, saling membantu dalam
hal menyelesaikan tugas, menguasai dan pada akhirnya menerapkan
keterampilan yang diberikan. Diawali dengan penyampaian tujuan
pembelajaran, dilanjutkan dengan penyampaian materi, kegiatan
kelompok, kuis dan diakhiri dengan adanya penghargaan kelompok.
Slavin (dalam Nur, 2000:26) menyatakan bahwa pada STAD
siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang
merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan
suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam
tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasasi
materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling
membantu.
a. Langkah-langkah Pembelajaran Tipe STAD
Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD
adalah sebagai berikut:
1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
2) Menyajikan/ menyampaikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.
3) Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
Dalam pembentukan kelompok, guru harus memperhatikan
prestasi masing-masing anggota kelompok. Kelompok dibentuk
dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang dan
rendah. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari
suku, ras dan jenis kelamin yang beragam.
4) Mendiskusikan bahan belajar dalam kegiatan kelompok
Masing-masing kelompok yang telah terbentuk mendiskusikan
bahan belajar bersama anggota kelompoknya. Selama bekerja
dalam kelompok, tugas masing-masing anggota kelompok
saling membantu diantara teman sekelompok untuk mencapai
ketuntasan materi/ menguasai materi pelajaran.
5) Presentasi hasil kerja kelompok
Setelah siswa bekerja dalam kelompok, masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka.
Hasil kerja kelompok yang telah dipresentasikan, dievaluasi
bersama dengan kelompok lain. Dalam hal ini guru berperan
sebagai fasilitator saja.
6) Mengadakan kuis individual dan memberikan skor kelompok
Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan
presentasi materi dan setelah siswa bekerja dalam kelompok,
para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak
diperbolehkan saling membantu dalam mengerjakan kuis.
Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual
untuk memahami materinya. Untuk memberikan skor
perkembangan individu dihitung seperti berikut ini:
Tabel II.1 Perhitungan Skor Perkembangan
Nilai Tes Skor perkembangan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 poin
10 poin sampai 1 poin di bawah skor awal 10 poin
Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 poin
Skor awal yang dapat digunakan adalah nilai ulangan
sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah adanya kuis.
Misalnya pada pembelajaran lebih lanjut dan setelah diadakan
tes, maka hasil tes masing-masing individu dapat dijadikan
skor awal.
7) Menghitung skor kelompok
Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor
perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan
semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok
dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Skor kelompok yang
memenuhi kriteria tertentu akan memperoleh penghargaan
berupa predikat. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan
kelompok, diperoleh kategori skor kelompok seperti berikut:
Tabel II.2 Tingkat Penghargaan Kelompok
Rata-rata kelompok
( x ) Predikat 0 ≤ x ≤ 25 Tim Baik
25 < x ≤ 27,5 Tim Hebat
27,5 < x ≤ 30 Tim Super
8) Memberikan penghargaan
Kelompok diberikan penghargaan sesuai kriteria
b. Kelebihan dan kelemahan tipe STAD:
1) Kelebihan:
a) Untuk menuntaskan materi pelajarannya, siswalah yang
aktif karena siswa belajar dalam kelompok secara
kooperatif
b) Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki
kemampuan akademik tinggi, sedang, dan rendah sehingga
akan terjadi tukar pikiran sehingga bisa menuntaskan
materi pelajaran dan menyelesaikan tugas kelompok
dengan baik.
c) Memiliki tingkat pencapaian belajar yang lebih tinggi dan
produktivitas belajar yang lebih besar
d) Lebih menumbuhkan sikap simpati, empati, saling berbagi
dan bertanggung jawab
e) Menghasilkan kesehatan psikologis, kemampuan sosial dan
kepercayaan diri yang lebih besar
2) Kekurangan:
a) Jika ukuran kelompok terlalu besar maka akan menjadi sulit
bagi kelompok tersebut untuk berfungsi secara efektif.
b) Rawan menjadi konflik-konflik verbal yang berkenaan
dengan perbedaan pendapat anggota-anggota kelompoknya.
c) Guru direpotkan dengan perencanaan dan pelaksanaan
c. Penerapan Tipe STAD dalam penyelesaian soal cerita matematika
Setelah mengetahui tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD
serta mengetahui tentang kelebihan dan kekurangannya, maka dapat
disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD sesuai digunakan dalam pembelajaran matematika khususnya
penyelesaian soal cerita. Dalam pembelajaran kooperatif lebih
menekankan pada adanya kerjasama antar anggota kelompok. Siswa
dibagi kedalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 siswa kemudian
mereka menyelesaikan soal cerita matematika. Setelah siswa bekerja
dalam kelompok kemudian mereka bekerja secara individu yaitu
dengan mengerjakan soal kuis yang berfungsi untuk mengetahui
perkembangan belajar masing-masing anggota kelompok.
Dengan adanya kerjasama dan diskusi antar anggota kelompok,
diharapkan siswa dapat belajar dengan lebih baik dan lebih cepat
memahami materi pembelajaran yang disampaikan. Siswa juga
diharapkan dapat saling membantu antar anggota kelompoknya apabila
ada yang mengalami kesulitan dalam pemahaman materi.
D. Kerangka Berpikir
Soal cerita biasanya sulit dipahami dan diterima oleh siswa.
Kadang siswa mengalami kesulitan dalam memahami soal cerita lalu
mengubah soal cerita tersebut dalam kalimat matematika. Hal inilah yang
karena itu diperlukan suatu penyelenggaraan proses pembelajaran yang
dapat membantu menumbuhkan minat dan motivasi dalam pembelajaran,
serta siswa dapat menyelesaikan masalah dalam soal cerita tersebut. Salah
satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD membuat siswa saling
berdiskusi, tukar pendapat dengan teman satu kelompoknya dan saling
membantu teman terutama yang mengalami kesulitan belajar. Dengan
demikian diharapkan masing-masing anggota kelompok mampu
memahami materi serta mampu menyelesaikan tugas kelompok mereka
dengan baik. Karena siswa lebih aktif dan lebih mendalami materi yang
dibahas maka hasil prestasi belajar siswa diharapkan menjadi meningkat.
Selain itu adanya pemberian penghargaan untuk kelompok yang
berprestasi bisa memotivasi siswa untuk belajar lebih baik lagi.
E. Hipotesis Tindakan
Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap
soal cerita operasi hitung pada siswa kelas V SD Pangudi Luhur I
27 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan jenis Penelitian
Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang
dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau
bersama-sama dengan orang lain dengan jalan merancang, melaksanakan
dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang
bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses
pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan tertentu dalam suatu
siklus.
B. Setting Penelitian
1. Tempat penelitian
SD Pangudi Luhur Yogyakarta
2. Subjek penelitian
Siswa kelas V SD Pangudi Luhur I Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/
2011 sebanyak 40 orang
3. Objek penelitian
Prestasi belajar siswa dalam mengerjakan soal cerita operasi hitung
4. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester 1 tahun ajaran 2010/2011 yakni
bulan Juli-Desember 2010
Tabel III. 1 Waktu Penelitian
C. Desain Penelitian
1. Model Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti memilih model penelitian dari Kemmis
dan Taggart yang diambil dari buku ”Metode Penelitian Tindakan
Kelas” karangan Wiraatmadja (2005;66) seperti yang terlihat dalam
gambar berikut ini:
2. Rencana Banyaknya Siklus
Dalam siklus ini peneliti akan memakai 2 siklus, siklus I dan II. Pada
siklus I terdiri dari 3 pertemuan, sedangkan siklus II terdiri dari 2
pertemuan. Setiap pertemuan 2 JP, setiap JP 35 menit.
3. Kriteria keberhasilan
Jika kondisi skor awal rata-rata ketuntasan / keberhasilan kelas 35%
maka pada kondisi akhir skor rata-rata ketuntasan / keberhasilan kelas
yang diharapkan 70%.
REFLEKSI TINDAKAN
PENGAMATAN
SIKLUS II
PERENCANAAN
REFLEKSI TINDAKAN
PENGAMATAN
SIKLUS I
D. Rencana Tindakan
1. Persiapan
a. Mendata nama-nama anak yang memiliki tingkat kemampuan
tinggi, sedang dan rendah pada mata pelajaran matematika
(wawancara guru kelas dan berdasarkan nilai ulangan harian siswa)
untuk menentukan teman kelompok.
b. Membentuk kelompok-kelompok siswa dan direncanakan dalam
satu kelompok terdiri dari 4 siswa; ada yang tingkat
kemampuannya tinggi, sedang dan rendah ( heterogen ) serta suku
dan jenis kelamin yang beragam.
c. Membuat dan menyiapkan penghargaan yang akan diberikan
kepada kelompok yang memperoleh predikat ’’kelompok super’’.
d. Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
e. Menyusun Silabus, RPP, LKS, dan instrumen penelitian.
2. Rencana Tindakan setiap siklus
a. Siklus I
Siklus pertama direncanakan dalam tiga kali pertemuan yaitu
pertemuan pertama, pertemuan ke dua dan pertemuan ke tiga.
Masing-masing pertemuan akan dilaksanakan dalam 2 jam
pelajaran. Adapun tahapan proses belajarnya seperti berikut:
Pertemuan 1
1) Rencana tindakan ( 2 JP )
- Guru memberikan soal cerita secara lisan tentang operasi
hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
kepada siswa yang dilakukan secara interaktif lalu siswa
bersama dengan guru membahas dan menyelesaikan soal
tersebut.
- Siswa masuk kedalam kelompok yang sudah di tentukan
masing-masingkelompok terdiri dari 4 orang.
- Siswa dalam kelompok menyelesaikan soal cerita operasi
hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat yang
sudah disiapkan dalam LKS.
- Siswa bersama guru mengoreksi hasil kerja kelompok dan
membuat kesimpulan.
- Guru memberikan soal cerita operasi hitung bilangan bulat
untuk dikerjakan oleh siswa secara individu sebagai kuis
siklus tindakan 1
2) Pelaksanaan
Melakukan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan.
3) Observasi
Mengamati cara kerja kelompok dan masing-masing anggota
kelompoknya. Selain itu juga diadakan pengumpulan hasil
pekerjaan kelompok dan hasil pekerjaan individu dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat perkembangan siswa dalam
4) Refleksi
- Mengidentifikasi kesulitan, hambatan dan keberhasilan
siswa dalam kegiatan pembelajaran tersebut.
- Membuat kesimpulan tentang prestasi hasil belajar siswa
dalam mengerjakan soal cerita operasi hitung campuran
bilangan bulat.
- Merancang /memodifikasi tindakan berikutnya sebagai
dasar perbaikan di siklus berikutnya.
Pertemuan II
1) Rencana tindakan ( 2 JP )
- Guru melakukan apersepsi
- Guru memberikan 2 soal cerita secara lisan kepada siswa
yang dilakukan secara interaktif.
- Siswa secara individu diminta menyelesaikan soal operasi
hitung perkalian dan pembagian bilangan bulat yang
diberikan oleh guru.
- Siswa masuk kedalam kelompok (anggota kelompok pada
setiap pertemuan sama)
- Siswa dalam kelompok menyelesaikan soal cerita operasi
hitung perkalian dan pembagian bilangan bulat yang sudah
disiapkan dalam LKS.
- Siswa bersama guru mengoreksi hasil kerja kelompok dan
- Guru memberikan soal cerita operasi hitung campuran
bilangan bulat untuk dikerjakan oleh siswa secara individu
sebagai kuis siklus tindakan 2
2) Pelaksanaan
Melakukan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan.
3) Observasi
Melakukan pengamatan selama siswa mengerjakan soal dalam
kelompok dan soal kuis individu. Selain itu juga diadakan
pengumpulan hasil pekerjaan siswa dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat perkembangan siswa dalam memahami
materi.
4) Refleksi
- Mengidentifikasi kesulitan, hambatan dan keberhasilan
siswa dalam kegiatan pembelajaran tersebut.
- Menyampaikan hasil pengamatan guru tentang cara kerja
siswa dalam kerja kelompok untuk kemudian dijadikan
bahan refleksi masing-masing anggota kelompok.
- Membuat kesimpulan tentang prestasi hasil belajar siswa
dalam mengerjakan soal cerita operasi hitung campuran
bilangan bulat.
Pertemuan III
1) Rencana Tindakan ( 2 jp )
- Mengulang dari materi pada pertemuan I & II ( 15 menit )
- Memberikan soal yang dikerjakan individu dan sekaligus
sebagai evaluasi.
- Menilai hasil evaluasi dan menganalisisnya
- Memberikan reward / penghargaan pada kelompok yang
berprestasi.
2) Pelaksanaan
Melakukan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan
3) Observasi
Mengamati cara kerja siswa dan melakukan pengumpulan data
dari skor ulangan harian siswa untuk mengambil kesimpulan.
4) Refleksi
- Mengidentifikasi kesulitan, hambatan dan keberhasilan
siswa dalam kegiatan pembelajaran tersebut.
- Membandingkan skor rata-rata hasil ulangan dengan
kondisi awal.
- Membuat kesimpulan tentang prestasi hasil belajar siswa
dalam mengerjakan soal cerita operasi hitung campuran
bilangan bulat.
- Merancang / memodifikasi tindakan berikutnya sebagai
b. Siklus II
Siklus kedua direncanakan dalam dua kali pertemuan, pertemuan
pertama dan pertemuan ke dua masing-masing dilaksanakan 2 jam
pelajaran. Adapun tahapan proses belajarnya seperti berikut:
Pertemuan 1
1) Rencana Tindakan
- Guru melakukan apersepsi tentang langkah-langkah atau
aturan dalam mengerjakan soal operasi hitung campuran
bilangan bulat.
- Siswa memperhatikan cara penyelesaian soal cerita yang
berkaitan dengan operasi hitung campuran bilangan bulat.
- Siswa masuk kedalam kelompok
- Siswa dalam kelompok menyelesaikan soal cerita operasi
hitung campuran bilangan bulat yang sudah disiapkan
dalam LKS
- Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok,
diwakili oleh salah satu anggota kelompok.
- Membuat kesimpulan
2) Pelaksanaan
3) Observasi
Pengumpulan hasil pekerjaan siswa dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat perkembangan siswa dalam memahami
materi.
4) Refleksi
- Mengidentifikasi kesulitan, hambatan dan keberhasilan
siswa dalam kegiatan pembelajaran tersebut.
- Membuat kesimpulan tentang prestasi hasil belajar siswa
dalam mengerjakan soal cerita operasi hitung campuran
bilangan bulat.
- Menyusun soal evaluasi
Pertemuan 2
1) Rencana Tindakan
- Mengulang secara singkat tentang materi pada pertemuan
sebelumnya.
- Memberikan soal yang dikerjakan individu dan sekaligus
sebagai evaluasi.
- Menilai hasil evaluasi dan menganalisisnya
- Memberikan reward / penghargaan pada kelmpok yang
berprestasi.
2) Pelaksanaan
3) Observasi
Melakukan observasi atau pengumpulan data dari skor soal
evaluasi untuk mengambil kesimpulan.
4) Refleksi
- Mengidentifikasi kesulitan, hambatan dan keberhasilan
siswa dalam kegiatan pembelajaran tersebut.
- Membandingkan skor rata-rata dengan kondisi awal dan
target akhir
- Membuat kesimpulan tentang prestasi hasil belajar siswa
dalam mengerjakan soal cerita operasi hitung campuran
bilangan bulat.
E. Pengumpulan Data
1. Peubah
Prestasi hasil belajar siswa dalam mengerjakan soal operasi hitung
campuran bilangan bulat dalam bentuk soal cerita.
2. Indikator
Prestasi hasil belajar siswa dalam mengerjakan soal-soal ulangan/
evaluasi tentang operasi hitung campuran bilangan bulat dalam bentuk
soal cerita.
3. Data yang diperlukan
4. Pengumpulan data
Ulangan harian
5. Instrumen
Soal-soal ulangan harian tentang soal cerita operasi hitung campuran
bilangan bulat.
F. Penyusunan Instrumen
Instrumen I
a. Proses penyusunan
Di dalam penyusunan instrumen ini, peneliti menggunakan jenis
penilaian tes tertulis dalam bentuk soal uraian tentang soal cerita
operasi hitung campuran bilangan bulat. Tes tertulis ini berjumlah 5
soal dan akan diberikan pada setiap siswa.
b. Validitas isi instrumen
Dalam penelitian ini, untuk membuktikan valid atau tidaknya soal
tersebut, penyusunan soal harus disamakan dengan kisi-kisi. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan validitas isi yaitu soal disusun
berdasarkan indikator yang tercantum dalam kisi-kisi soal. Sesudah itu
Tabel III. 2 Kisi-kisi Perencanaan Penyusunan Soal Evaluasi Siklus I
Tabel III. 3 Kisi-kisi Perencanaan Penyusunan Soal Evaluasi Siklus II
Standar
2) Model lembar penilaian
a) Lembar penilaian berupa evaluasi yang berisi 5 soal cerita
operasi hitung campuran bilangan bulat.
b) Cara penggunaanya
- Lembar penilaian (evalusi) diberikan kepada siswa setelah
siswa diberi penjelasan tentang cara pengerjaannya oleh
guru, kemudian siswa mengerjakan evaluasi sesuai dengan
perintah guru.
c. Kriteria penentuan skor
Tes tertulis (soal cerita)
- Jika soal dikerjakan menggunakan langkah pengerjaannya dan
hasilnya tepat maka skor yang diperoleh adalah 5.
- Jika soal dikerjakan dengan menggunakan langkah yang tepat
tetapi hasilnya salah maka skor yang diperoleh adalah 4.
- Jika soal dikerjakan dengan langkah yang kurang lengkap tetapi
hasilnya tepat maka skor yang diperoleh adalah 3.
- Jika soal dikerjakan dengan menggunakan langkah yang kurang
tepat tetapi hasilnya tepat maka skor yang diperoleh 2.
- Jika soal dikerjakan dengan menggunakan langkah yang kurang
tepat dan hasilnya tidak tepat maka skor yang diperoleh 1
G. Analisis Data
1. Kriteria keberhasilan
Tabel III.4 Kriteria Keberhasilan
No Indikator
b. Membandingkan persentase jumlah siswa yang mencapai KKM
dengan kondisi awal dan target akhir untuk menarik kesimpulan
apakah terjadi peningkatan atau tidak dan apakah sikus perlu
42 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan Tindakan Kelas ( PTK ) dengan judul “Peningkatan Prestasi
Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Siswa Kelas V SD Pangudi Luhur I Yogyakarta Semester 1 Tahun Ajaran 2010/
2011 ” dilaksanakan pada tanggal 30 Juli 2010 – 14 Desember 2010 dengan
kegiatan sebagai berikut :
A. HASIL PENELITIAN
1. Data Awal
Tabel IV.1 Data Hasil Nilai Ulangan Siswa Kelas V SD Pangudi Luhur I
18 Rena 56 - √
Siklus pertama dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan dengan
alokasi waktu 2 x 35 menit ( 2 jam pelajaran ). Pada siklus I pertemuan
1 dan 2 digunakan untuk pembelajaran. Sedangkan pada siklus I
pertemuan ketiga digunakan untuk kegiatan evaluasi. Materi yang
pengurangan bilangan pada soal cerita operasi hitung bilangan bulat”.
Sedangkan materi untuk siklus I pertemuan 2 adalah “perkalian &
pembagian bilangan pada soal cerita operasi hitung bilangan bulat”.
Siklus I pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Jumat 22 Oktober
2010, pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa 26 Oktober
2010 dan pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 29
Oktober 2010 dimana masing-masing pertemuan terdiri atas 2 jam
pelajaran ( 2 X 35 menit ).
Pada kegiatan belajar mengajar di pertemuan 1 dan 2, kegiatan yang
dilakukan adalah:
1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotifasi siswa
agar belajar dengan baik.
2) Guru menyajikan materi lalu membagi siswa dalam kelompok
yang masing-masing terdiri atas 4 siswa.
3) Setelah siswa masuk dalam kelompok, kemudian guru
membagikan soal untuk di kerjakan dan dibahas dalam kelompok
tersebut
4) Guru bersama dengan siswa membahas hasil kerja kelompok.
5) Siswa mengerjakan soal kuis secara individu.
Pada akhir pertemuan 1 dan 2 siklus I diadakan kuis yang
dikerjakan setiap individu, dimana hasil nilainya nanti digunakan
kelompok; baik, hebat dan super. Kemudian pada siklus pertama
pertemuan 3 diadakan ulangan dengan bentuk soal uraian dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah menerima
pembelajaran.
b. Hasil Penelitian
Data yang diperoleh dari siklus I adalah data hasil ulangan yang
diikuti oleh 40 siswa kelas V PL I. Hasil dari ulangan tersebut adalah
sebagai berikut:
Tabel IV. 2 Hasil Penelitian Siklus I
21 Fileas 48 - √
Nilai ulangan rata-rata yang di peroleh siswa pada siklus I adalah 62,5
. Pada penelitian ini indikator keberhasilan penelitian nilai rata-rata
ulangan siswa adalah 65. Dengan demikian hasil analisis data pada
siklus I , penelitian belum dikatakan berhasil. Oleh karena itu
diputuskan penelitian dilanjutkan dengan mengadakan siklus II
c. Refleksi
Ada beberapa hal yang ditemukan selama proses pembelajaran
1) Pada saat pembagian kelompok beberapa siswa merasa tidak cocok
dengan anggota kelompoknya.
2) Siswa mengalami kesulitan dalam pemahaman soal cerita.
3) Saat bekerja dalam kelompok ada beberapa siswa yang sulit di ajak
berdiskusi dalam kelompok.
4) Dalam masing-masing kelompok, siswa yang memiliki
kemampuan lebih tidak bisa menjadi tutor bagi anggota
kelompoknya.
Beberapa hal yang ditemukan dalam proses pembelajaran siklus I
diupayakan untuk dapat diperbaiki dengan tujuan mengoptimalkan
pembelajaran untuk mendukung peningkatan prestasi belajar siswa.
3. Siklus 2
a. Pelaksanaan Kegiatan
Siklus kedua dilaksanakan dua kali pertemuan dengan alokasi
waktu 2 x 35 menit ( 2 jam pelajaran ). Pada siklus II pertemuan
pertama pembagian waktu 2 jam pelajaran digunakan untuk kegiatan
pembelajaran dan pertemuan kedua digunakan untuk kegiatan evaluasi.
Materi yang diberikan pada siklus II pertemuan pertama adalah
“operasi hitung campuran pada soal cerita operasi hitung bilangan
bulat”. Pembelajaran ini berlangsung sesuai dengan pedoman
perencanaan pembelajaran yang telah direncanakan dan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pada akhir pertemuan 1
nilainya nanti sebagai acuan untuk menentukan kelompok mana yang
termasuk kelompok; baik, hebat dan super. Kemudian pada pertemuan
2 siklus II diadakan ulangan dengan bentuk soal uraian dengan tujuan
untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah menerima
pembelajaran.
b. Hasil Penelitian
Data yang diperoleh dari siklus II adalah data hasil ulangan yang
diikuti oleh 40 siswa kelas V PL I. Nilai yang diperoleh adalah sebagai
berikut:
Tabel IV. 3 Hasil Penelitian Siklus II
21 Fileas 56 - √
siklus II rata-rata mencapai 79,8. Dengan demikian penelitian ini
menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa mengalami
peningkatan disetiap siklusnya.
c. Refleksi
Ada beberapa hal yang ditemukan selama proses pembelajaran
pada siklus II , antara lain :
2) Antar anggota kelompok sudah terlihat adanya kerja sama dan
saling membantu antar anggota kelompok
3) Terjadi peningkatan prestasi siswa dilihat dari rata-rata hasil
ulangan pada siklus II
B. PEMBAHASAN
Dari kegiatan penelitain yang telah dilakukan, terlihat adanya peningkatan
prestasi belajar siswa. Peningkatan prestasi hasil belajar siswa setelah
dilaksanakan penelitian tindakan kelas tergambar pada tabel berikut ini:
Tabel IV. 4 Hasil Rekap Nilai Siswa Kelas V PL I Sebelum dan Setelah
Tindakan
No Nama
Sebelum Tindakan Setelah Tindakan
Nilai Ketuntasan
Siklus 1 Siklus 2
Nilai Ketuntasan Nilai Ketuntasan
21 Fileas 35 - √ 48 - √ 56 - √
Dari hasil pengumpulan data yang telah dilakukan, terlihat adanya
kenaikan prestasi belajar siswa. Data awal sebelum adanya tindakan nilai rata-rata
siswa adalah 55,45. Dari 40 orang siswa, hanya 35% siswa yang mencapai KKM.
Setelah diadakan tindakan, pada siklus pertama, rata-rata nilai ulangan siswa
adalah 62,5. Siswa yang mendapat nilai ulangan sama dengan atau lebih besar dari
kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada akhir siklus I sebanyak 19 siswa atau
47,5% dari 40 siswa. Sebanyak 21 siswa mendapat nilai ulangan di bawah kriteria
ketuntasan minimal (KKM) atau 52,5% dari jumlah keseluruhan siswa. Adanya
beberapa siswa yang masih mendapatkan nilai di bawah KKM disebabkan karena
siswa kurang memperhatikan penjelasan guru. Selain itu beberapa siswa terlihat
pasif saat bekerja dalam kelompok yang mengakibatkan mereka kurang bisa
mendorong guru untuk lebih memotivasi siswa agar lebih memperbaiki kinerja
mereka baik kinerja individu maupun kelompok.
Pada siklus II, peneliti tidak mengubah tim kerja kelompok belajar.
Sebelum pembelajaran pada siklus II berlangsung, guru memberi sedikit
pengarahan dan refleksi dari siklus I dengan tujuan agar masing-masing anggota
tim dapat mengoptimalkan cara kerja mereka. Jika dibandingkan dengan hasil dari
siklus I, terlihat adanya peningkatan nilai. Ada 4 siswa yang mendapat nilai 100,
27 siswa lainnya mendapat nilai di atas KKM atau 77,5% siswa mencapai KKM
dan 22,5% lainnya atau 9 siswa mendapat nilai di bawah KKM. Untuk rata-rata
yang di peroleh pada siklus II adalah 79,8. Dari data hasil ulangan di atas, terdapat
4 siswa yang mengalami penurunan nilai. 2 siswa dengan nilai di bawah KKM
mengalami penurunan nilai dan 2 siswa dengan nilai di atas KKM juga
mengalami penurunan nilai tetapi penurunannya masih di atas KKM. Penelitian
pada siklus II ini rata-rata kelas yang diperoleh telah mencapai indikator
keberhasilan.
Dari hasil penelitian di atas dapat dilihat terjadi peningkatan yang ditandai
dengan naiknya nilai rata-rata ulangan siswa dari kondisi awal 55,45 menjadi 62,5
pada siklus I dan siklus II mencapai 79,8. Peningkatan yang tejadi pada siklus I
sebesar 7,05 dan siklus II sebesar 17,3. Dengan demikian, penelitian di atas
membuktikan hipotesis bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam hal menyelesaikan soal
53 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang telah dicapai dalam penelitian ini maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa:
1. Model pembelajaran kooperatif teknik STAD dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa dalam soal cerita operasi hitung bilangan bulat
pada siswa kelas V SD Pangudi Luhur I Yogyakarta tahun ajaran 2010/
2011.
2. Sebelum adanya tindakan, persentase jumlah siswa yang tuntas adalah
35%. Setelah tindakan siklus pertama terdapat 47,5% siswa yang tuntas,
sedangkan pada siklus kedua terdapat sebanyak 77,5% siswa yang
tuntas.
3. Target penelitian telah tercapai, bahkan melebihi target yang telah
ditetapkan. Target yang ditetapkan peneliti untuk peningkatan prestasi