• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM TAHFIDZ AL-QUR’AN DI SD PLUS TAHFIDZUL QUR’AN (PTQ) AN-NIDA DESA LEDOK KECAMATAN ARGOMULYO KOTAMADYA SALATIGA TAHUN 2016 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM TAHFIDZ AL-QUR’AN DI SD PLUS TAHFIDZUL QUR’AN (PTQ) AN-NIDA DESA LEDOK KECAMATAN ARGOMULYO KOTAMADYA SALATIGA TAHUN 2016 SKRIPSI"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

i

IMPLEMENTASI PROGRAM TAHFIDZ AL-

QUR’AN DI SD

PLUS TAHFIDZUL QUR’AN (PTQ) AN

-NIDA DESA LEDOK

KECAMATAN ARGOMULYO

KOTAMADYA SALATIGA

TAHUN 2016

SKRIPSI

Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh :

MIRATULAZIZAH 111-11-088

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi MOTTO

ِرْكِّذلِل َنآْرُقْلا اَنْرَّسَي ْدَقَلَو

رِكَّدُم ْنِم ْلَهَ ف

Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?”

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, dengan izin Allah skripsi ini selesai. Skripsi ini penulis

persembahkan kepada:

1. Bapak Isroni & Ibu Siti Rofiatun yang tidak pernah berhenti

mendoakanku, memberikan semangat menyelesaikan kuliah. Ketiga

adikku Masyrifatul Lailiyah, Ma’rifatun Nashichah, Ahmad Najmuts

Tsaqib terimakasih untuk do’a dan semangat yang kalian berikan.

2. Ibu Hj. Siti Zulaekho serta keluarga besar yang senantiasa penulis nantikan

barakahnya.

3. Ibu Dra. Siti Farikhah, M.Pd. yang telah membimbing penulis

(8)

viii

KATA PENGANTAR

ميحرلا نمحرلا الله مسب

هباحصأو هلأ ىلعو ىفطصلما اندّيس ىلع ملا ّسلاو ةلا ّصلا ّمث ىفكو ى ّذلا الله دمحلا

دعب مأ ىفولاو قد ّصلا لهأ

.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Atas limpahan

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,

meskipun dalam wujud yang sederhana. Salam sejahtera semoga

senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW. yang telah

menuntun umatnya dari zaman kejahilan menuju zaman keislaman.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat

diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu

penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, S.Pd, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama

Islam.

4. Ibu Dra. Siti Farikha, M. Pd. selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bantuan dan bimbingannya dengan penuh kesabaran

(9)

ix

5. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai

ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan

skripsi ini

6. Mas wawan yang selalu memberikan do’a, semangat, motivasi, dan kasih sayang yang tiada henti.

7. Untuk sahabatku Ana Allaily Musyarrofah dan Sofya Chairunnisa,

terimakasih untuk doa, semangat, kasih sayang dan semuanya.

8. Terimakasih untuk semua guru dan staff SD PTQ An-Nida yang telah

memberikan informasi kepada penulis sehingga skripsi ini selesai.

9. Semua pihak, terutama sahabat-sahabat dan teman-teman

seperjuangan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang

telah membantu dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini.

Atas jasa-jasa dan kebaikan beliau di atas, penulis berdo’a semoga Allah SWT. Menerima amalnya dan memberikan balasan yang lebih baik.

Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini

masih jauh dari kesempurnaan, semua itu karena katerbatasan penulis.

Tiada kalimat yang pantas penulis ucapkan kecuali kalimat

Al-hamdulillahi Robbil Alamin. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik di

dunia maupun di akhirat. Amiin Ya Rabbal ‘Alamin.

Salatiga, 07 Maret 2016

Penulis

(10)

x

ABSTRAK

Azizah, Miratul. 2016. Implementasi Program Tahfidz al-Qur’an di SD Plus

Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida Desa Ledok, Kecamatan Argomulyo,

Kotamadya Salatiga Tahun 2016. Skripsi. Jurusan Terbiyah Program

Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Slatiga. Pembimbing: Dra. Siti Farikhah, M.Pd.

Kata kunci : Implementasi Program Tahfidz al-Qur’an.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan program tahfidz

al-Qur’an, metode program tahfidz al-Qur’an, faktor pendukung program tahfidz

al-Qur’an, faktor penghambat program tahfidz al-Qur’an, keberhasilan program tahfidz al-Qur’an.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menitikberatkan pada data kualitatif yaitu data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. Pengumpulan data dengan menggunakan instrumen penelitian berupa daftar pertanyaan yang terangkum dalam pedoman wawancara. Pedoman wawancara menggunakan triangulasi yang ditujukan kepada kepala sekolah, Guru dan orang tua. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Penelitian ini menghasilkan sebagai berikut: (1) Program tahfidz al-Qur’an SD

Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida termasuk program kurikulum khas. Kurikulum khas ini dikembangkan secara mandiri. Kurikulum khas tersebut yang membedakan dengan sekolah lainnya. (2) Faktor pendukung program tahfidz

al-Qur’an ialah: kecerdasan siswa, usia siswa, minat siswa yang tinggi, perhatian

guru, aspirasi orang tua yang sangat kuat dan fasititas yang memadai.(4) Faktor penghambat program tahfidz ialah: Beberapa siswa yang belum bisa membaca

al-Qur’an, beberapa siswa tidak mau bersuara ketika pembelajaran Tahfidz,

menghafal al-Qur’an hanya takut kepada guru, tidak punya semangat menghafal al-Qur’an. (5) Keberhasilan program tahfidz al-Qur’an SD PTQ An-Nida belum tercapai 100%. Keberhasilan program tersebut tidak hanya dilihat dari

(11)

xi DAFTAR ISI

1. JUDUL... i

2. LOGO IAIN... ii

3. PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

4. PENGESAHAN KELULUSAN... iv

5. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... v

6. MOTTO... vi A. Latar Belakan Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Kegunaan Penelitian... 5

E. Penegasan Istilah... 5

F. Metode Penelitian... 6

G. Sistematika Penulisan... 12

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian tahfidz al-Qur’an... 14

(12)

xii

C. Dasar menghafal al-Qur’an ... 15

D. Syarat menghafal al-Qur’an………... 24

E. Metode menghafal al-Qur’an... 19

F. Pemeliharaan hafalan al-Qur’an... 21

G. Faktor pendukung tahfidz al-Qur’an………. 23

H. Faktor penghambat menghafal al-Qur’an………... 25

I. Adab membaca al-Qur’an...……….. 27

J. Mengajarkan anak menghafal al-Qur’an sejak dini……….. 28

BAB III. PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida….28 1. Sejarah Berdiri………...38

2. Letak Geografis………... 29

3. Sruktur Organisasi …………... 29

4. Visi dan Misi………... 31

5. Keadaan guru, karyawan dan siswa ……….. 32

6. Sarana dan prasarana ………...34

7. Kurikulum SD Plus Tahfidzul Qur’an An-Nida……… 35

B. Temuan Penelitian ………... 35

1. Implementasi Program Tahfidz al-Qur’an di SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida ………….……… 38

(13)

xiii BAB IV. PEMBAHASAN

A. Implementasi Program Tahfidz al-Qur’an Di SD Plus Tahfidzul

Qur’an (PTQ) An-Nida .……….……… 45

B. Faktor pendukung program tahfidz al-Qur’an di SD Plus Tahfidzul

Qur’an (PTQ) An-Nida………. 52

C. Faktor penghambat program Tahfidz al-Qur’an di SD Plus

Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida………. 54

D. Hasil yang dicapai oleh siswa dalam program tahfidz al-Qur’an.

………. …………. 57

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 59

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pedoman wawancara ……… 62

2. Hasil Wawancara ……….. 64

3. Strukrur organisasi……….77

4. Lampiran foto kegiatan………. 78

5. Tabel Hasil Hafalan Siswa……… 81

6. Surat Izin Penelitian……….. 87

7. Surat Pernyataan Telah Meneliti……….. 88

8. Nota Dosen Pembimbing Skripsi………. 89

9. Laporan Skk……….. 90

10.Lembar Konsultasi………. 91

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an merupakan kitab suci yang dijadikan sebagai pegangan hidup umat Islam sedunia yang diturunkan kepada Rasulullah saw untuk

seluruh umat manusia (Makhdlori, 2008: 13). Dalam al-Qur’an terkandung seluruh ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi manusia melalui proses yang

sangat panjang diantaranya adalah pendidikan. Pendidikan merupakan sarana

terbaik untuk menciptakan suatu genenrasi baru yang tidak akan kehilangan

ikatan dengan tradisi mereka sendiri, tetapi juga tidak bodoh secara

intelektual. Ini artinya, kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari

kualitas pendidikannya. Tanpa pendidikan maka diyakini bahwa manusia

sekarang tidak jauh beda dengan manusia jaman lampau yang sangat

tertinggal, baik kualitas kehidupan maupun proses-proses pemberdayaannya

(Madyan, 2008: 96).

Al-Qur’an dijadikan sumber utama dalam pendidikan Islam mengandung nilai-nilai yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT. Nilai-nilai

yang terkandung dalam al-Qur’an merupakan petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan yang bersifat universal termasuk aspek pendidikan. Dalam

pelaksanaan pendidikan Islam tidak lepas dari pembelajaran al-Qur’an yang

mencakup aspek aqidah, akhlaq, mu’amalah yang semuanya dikaji dalam al

(16)

2

Pembelajaran tahfidz sudah ada sejak zaman nabi Muhammad SAW

sampai sekarang. Pembelajaran tahfidz merupakan salah bentuk nyata untuk

memelihara dan menjaga kemurnian al-Qur’an. Cara menjaga dan memelihara al-Qur’an adalah dengan menghafalkannya. Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang dirancang khusus untuk mudah dihafal. Sebagaiman firman Allah

dalam Q.S Al-Qomar ayat 17:

رِكَّدُم ْنِم ْلَهَ ف ِرْكِّذلِل َنآْرُقْلا اَنْرَّسَي ْدَقَلَو

Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk

pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Depag, 2009: 568)

Pembelajaran tahfidz dapat dimulai sejak dini. Anak-anak adalah

bahan baku yang baik untuk untuk membangun dan mengokohkan sebuah

masyarakat serta menjaga al-Qur’an. Pada masa ini hafalan akan mudah dan akan lebih awet sampai masa dewasa bahkan dalam memahami dan

mengamalkan al-Qur’an akan lebih mudah tertanam dalam hatinya. Dari sini dibutuhkan peran aktif orang tua untuk membimbing dan memotivasi anak

dalam menghafal al-Qur’an.

Pendidikan Islam mampu mewadahi gerakan menghafal al-Qur’an. Pendidikan ini dapat berlangsung dalam pendidikan formal maupun non

formal. Namun demikian tidak semua sekolah-sekolah Islam memiliki

(17)

3

Qur’an (PTQ) An-Nida Ledok, Argomulyo, Salatiga. Sekolah ini selain

melaksanakan proses belajar mengajar sebagaimana sekolah lainnya, SD Plus

Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida juga memiliki program tahfidz Al-Qur’an

bagi anak didiknya.

Kekhasan program tahfidz di SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An -Nida ini dijadikan sebagai program unggulan dan menjadi nilai tambah bagi

sekolah yang masih sangat jarang ada di sekolah-sekolah di Salatiga dan

sekitarnya.

Dari latar belakang inilah penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul “Implementasi program tahfidz al-Qur’an di SD Plus

Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida Desa Ledok Kecamatan Argomulyo

Kotamadya Salatiga”. B. Fokus Masalah

Adapun yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi program Tahfidz al-Qur’an di SD PTQ An -Nida Desa Ledok Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga Tahun

2016?

2. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat program Tahfidz

al-Qur’an di SD PTQ An-Nida Desa Ledok Kecamatan Argomulyo

(18)

4

3. Bagaimana keberhasilan program Tahfidz al-Qur’an di SD PTQ An -Nida Desa Ledok Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga Tahun

2016?

C. Tujuan Penelitian

Dari pokok permasalahan diatas maka dapat ditarik tujuan penelitian

ini adalah:

1. Untuk mengetahui tentang implementasi program Tahfidz al-Qur’an di SD PTQ An-Nida Desa Ledok Kecamatan Argomulyo Kotamadya

Salatiga Tahun 2016.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat program

Tahfidz al-Qur’an di SD PTQ An-Nida Desa Ledok Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga Tahun 2016.

3. Untuk mengetahui keberhasilan program Tahfidz al-Qur’an di SD PTQ An-Nida Desa Ledok Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga

Tahun 2016.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan informasi

yang jelas mengenai implementasi program tahfidz al-Qur’an di SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida. Juga diharapkan nantinya bermanfaat bagi peneliti sendiri maupun orang lain. Adapun manfaat dalam penelitian ini

(19)

5

1. Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan baik teoritis maupun praktis

bagi peneliti, khususnya dalam pelaksanaan program tahfidz al-Qur’an disekolah formal.

2. Dari segi kepustakaan, diharapkan menjadi karya tulis ilmiah yang dapat

menyumbang khazanah intelektual.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda, maka penulis perlu

jelaskan beberapa istilah yang menjadi variabel penelitian sebagai berikut:

1. Program Tahfidz al-Qur’an

Program adalah rencana atau rancangan mengenai sesuatu serta

usaha-usaha yang akan dijalankan (Poerwadarminto, 1982: 695).

Sedangkan istilah Tahfidzul Qur’an merupakan gabungan dari dua kata

yang berasal dari bahasa Arab, yaitu tahfidz dan al-Qur’an. Tahfidz berasal dari kata اظفح-ظفحي-ظفح yang berarti menghafal atau menjadikan

hafal (Yunus, 2005: 324).

2. SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida

Lembaga pendidikan Islam yang berbasis sistem boarding (pondok

pesantren), dimana peserta didik yang masuk didalamnya diwajibkan

untuk tinggal dipesantren (mulai kelas 4 sampai 6). Model ini diadaptasi

dari berbagai lembaga sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah yang

(20)

6

pilihan masyarakat dalam memilih lembaga pendidikan yang unik,

memiliki nilai plus dan berbasis al-Qur’an bagi anak mereka. F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini

adalah metode deskriptif kualitatif. Metode kualitatif merupakan suatu

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. (Moleong,

2011: 4). Data yang berupa naskah, wawancara, catatan, lapangan,

dokumentasi, dideskripsikan sehingga dapat memberikan kejelasan

terhadap keadaan atau realitas.

2. Kehadiran Peneliti

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini,

maka peneliti hadir secara langsung dilokasi penelitian sampai

memperoleh data yang diperlukan. Dalam penelitian kualitatif, seorang

peneliti menjadi pelajar yakni belajar dari orang-orang yang yang

dipelajarinya yang menjadi sumber data.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An

-Nida Desa Ledok Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga.

4. Sumber Data

Data-data yang dijadikan acuan dalam penelitian ini diambil dari

(21)

7 a. Data Primer

1. Para Guru dan Kepala Sekolah SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida yang dapat membantu memberikan keterangan secara

menyeluruh mengenai berbagai aktifitas baik dalam proses

pembelajaran serta dalam penghafalan al-Qur’an.

2. Berbagai buku dan laporan tentang proses pembelajaran di SD Plus

Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida yang relevan dengan penelitian

penulis.

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh peneliti melalui orang tua siswa. Data ini

digunakan untuk melengkapi penemuan dan memperkuat informasi

yang didapat peneliti.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Ada beberapa metode pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu:

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong,

2011: 186).

Tujuan dari wawancara dalam penelitian ini adalah untuk

(22)

8

sebagai acuan pokok untuk mendapatkan informasi tentang

implementasi program Tahfidzul Qur’an di SD Plus Tahfidzul Qur’an

(PTQ) An-Nida.

b. Observasi

Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan

data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang

sedang berlangsung. Dalam penggunaan teknik ini, bentuk obervasi

yang dilakukan peneliti adalah observasi partisipatif yang berarti

pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung

(Sukmadinata, 2005: 220). Metode ini digunakan untuk

mengumpulkan data mengenai implementasi program tahfidz

al-Qur’an dan gambaran umum SD Plus Tahfidzul al-Qur’an (PTQ) An

-Nida.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari hal mengenai data atau

variabel yang berupa catatan, transkip,buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat,agenda dan sebagaimya (Arikunto, 2010: 274).

Penggunaan sumber data ini untuk memperoleh dokumen dan

kebijakan yang terkait dengan profil Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An -Nida yang menyangkut dicanangkannya program tahfidz al-Qur’an. 6. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

(23)

9

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam

pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain

(Sugiyono, 2011: 244).

Data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka.

Data ini dikumpulkan dalam berbagai cara di antaranya. Wawancara,

observasi, intisari dokumen. Untuk itu analisa kualitatif menggunakan

kata-kata yang biasanya disusun dalam teks yang diperluas (Huberman &

Matthew, 1992: 16).

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan pemilihan, pemusatan, perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dalam penelitian ini

reduksi data dapat dilakukan dengan cara menyusun ringkasan,

membuang yang tidak perlu, memberi kode bagian yangpenting dan

sebagainya hingga laporan penelitian ini selesai. Ada beberapa hal

yang menjadi kaitan dengan reduksi data yaitu klasifikasi data yang

telah dikumpulkan, dipisah-pisahkan kemudian dikelompokkan

menurut permasalahannya. Dilanjutkan dengan interpretasi data yang

berfungsi untuk menganalisis data lebih lanjut, data dikelompokkan

kemudian diasumsikan oleh peneliti dengan landasan tujuan penelitian.

(24)

10

Sekumpulan informasi yang tersusun sehingga member

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Penyajian daya yang baik merupakan suatu cara utama bagi

penyajian data yang shahih.

c. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi

Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari satu kegiatan

konfigurasi yang utuh. Simpulan-simpulan juga diverifikasi selama

penelitian berlansung. Verifikasi itu kemungkinan setingkat pemikiran

kembali yang melintas dalam penganalisis selama menulis, suatu

tinjauan ulang pada catatan-catatan di lapangan serta tukar pikiran dan

akhirnya berusaha menarik kesimpulan. Dengan demikian verifikasi

kesimpulan yang pada mulanya mengambang atau kabur menjadi

relevan.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan

valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan

apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Tetapi perlu

diketahui bahwa kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak

bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada konstruksi manusia,

dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil proses mental tiap individu

dengan berbagai latar belakangnya (Sugiyono, 2011: 267).

Dalam penelitian ini dilakukan uji keabsahan data dengan

(25)

11

digunakan pemeriksaan melalui sumber lainnya untuk keperluan

pembanding dengan tujuan meningkatkan kualitas penelitian.

8. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian kualitatif ada beberapa tahap yang perlu

dilakukan, yaitu:

a. Tahap Pra Lapangan (menyusun rencana penelitian dan memilih

lapangan, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan

lapangan, memilih dan memanfaatkan informasi, menyiapkan

kelengkapan penelitian, memperhatikan etika penelitian).

b. Tahap Pekerjaan Lapangan (memahami latar penelitian dan persiapan

diri, memasuki lapangan, berperan aktif sambil mengumpulkan data).

c. Tahap Analisis Data (menyususn secara sistematis data yang diperoleh

dari interview, catatan lapangan, dan bahan-bahan yang lain sehingga

dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada

orang lain. Tahap ini dilakukan peneliti sesuai dengan cara yang telah

ditentukan).

d. Tahap Pelaporan Data (merupakan tugas akhir dari rangkaian proses

penelitian. Pada tahap ini peneliti menyusun laporan hasil penelitian

dengan format tulisan dan bahasa yang mudah dipahami oleh

pembaca).

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Skripsi ini penulis susun dalam lima bab, yang secara sistematis

(26)

12 BAB I : Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang masalah, fokus masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, metode

pengumpulan data serta sistematika penulisan skripsi.

BAB II : Kajian Pustaka

Pada bab ini akan diuraikan berbagai teori yang menjadi landasan teoritik

penelitian, meliputi: Tahfidz al-Qur’an, pengertian Tahfidz al-Qur’an, hukum tahfidz al-Qur’an, dasar Tahfidz al-Qur’an, syarat Tahfidz al

-Qur’an, metode Tahfidz al-Qur’an, faktor pendukung menghafal

al-Qur’an, faktor penghambat menghafal al-Qur’an, adab membaca al

-Qur’an, mengajarkan menghafal al-Qur’an sejak dini dan cara memelihara

hafalan al-Qur’an.

BAB III : Paparan Data Dan Temuan Penelitian

Berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian SD Plus Tahfidzul

Qur’an (PTQ) An-Nida, yang mencakup sejarah berdirinya lokasi, sarana

prasarana pendidikan, struktur organisasi, implementasi program tahfidzul

qur’an.

BAB IV :Pembahasan

Bab ini berisiskan analisis data tentang implementasi program tahfidz

al-Qur’an di SD Plus Tahfidzul al-Qur’an (PTQ) An-Nida Desa Ledok

Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga.

BAB V : Penutup

(27)

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tahfidz al-Qur’an/Menghafal al-Qur’an. 1. Pengertian Tahfidz al-Qur’an

Istilah Tahfidz al-Qur’an merupakan gabungan dari dua kata yang berasal dari bahasa Arab, yaitu tahfidz dan al-Qur’an. Tahfidz berasal dari kata اظفح-ظفحي-ظفح yang berarti menghafal atau menjadikan hafal (Yunus,

2005: 324). Sedangkan al-Qur’an secara bahasa artinya “bacaan”. Menurut Ali as-Sabuni dalam bukunya at-Tibyan definisi al-Qur’an adalah kalam Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi

Muhammad, penutup para nabi dan rasul, dengan perantara Jibril, dan

ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita

secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah,

yang dimulai dengan surah al-Fatihah dan ditutup dengan Surah an-Nas

(Faizah, 2008: 97).

Dengan demikian, yang dimaksud dengan tahfidz al-Qur’an adalah menghafal al-Qur’an mulai dari surat Al-Fatihah sampai Surat An-Nas dengan tujuan beribadah kepada Allah, menjaga memelihara kalam Allah.

2. Hukum Menghafal al-Qur’an

Menghafal al-Qur’an adalah fardhu kifayah. Apabila sebagian orang melakukannya maka gugurlah dosa dari yang lain. Tidak ada sesuatu

(28)

14

terkandung ilmu-ilmu agama yang merupakan dasar bagi beberapa ilmu

syariat yang menghasilkan pengetahuan manusia tentang Tuhannya dan

mengetahui perintah agama yang diwajibkan dalam aspek ibadah dan

muamalah (Badwilan, 2009: 23-24).

3. Dasar Tahfidz al-Qur’an.

Dasar Tahfidz al-Qur’an dari al-Qur’an adalah sebagai berikut: a. Surat Al-Qomar ayat 17

رِكَّدُم ْنِم ْلَهَ ف ِرْكِّذلِل َنآْرُقْلا اَنْرَّسَي ْدَقَلَو

Artinya: “Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk

pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran? (Depag,

2009: 879).

b. Surat Al-Alaq ayat 1-4

َقَلَخ يِذَّلا َكِّبَر ِمْساِب ْأَرْ قا

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang

Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar

(manusia) dengan perantara kalam, (Depag, 2009: 1079).

4. Syarat-syarat Tahfidz al-Qur’an.

Seorang penghafal harus mempunyai persiapan yang matang agar

proses menghafal berjalan dengan baik dan benar, yaitu: (1) Niat yang

(29)

15

besar dan kuat, (4) Istiqomah, (5) Memanfaatkan waktu yang tepat, (6)

Lancar membaca al-Qur’an (Wahid, 2014: 27).

Menurut Sugianto (2004: 52), seorang penghafal hendaknya

memenuhi beberapa syarat yang berhubungan dengan naluri insaniyah.

Adapun syarat-syarat tersebut adalah persiapan pribadi, bacaan al-Qur’an yang benar dan baik, mendapat izin dari orang tua, wali, dan suami bagi

wanita yang telah menikah, memiliki sifat mahmudah, kontinuitas dalam

menghafal al-Qur’an, sanggup memelihara hafalan, memiliki mushaf sendiri.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penghafal

al-Qur’an harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. Niat yang ikhlas

Niat yang kuat dan sungguh-sungguh akan mengantarkan

seseorang ketempat tujuan dan akan membentengi atau menjadi perisai

terhadap kendala-kendala yang mungkin akan datang merintanginya

(Ahsin, 2000: 49). Dalam surat Az-Zumar ayat 11 Allah berfirman:

َنيِّدلا ُهَل اًصِلُْمُ َهَّللا َدُبْعَأ ْنَأ ُتْرِمُأ ِّنِِّإ ْلُق

Artinya: “Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya

menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam

(menjalankan) agama.” (Depag, 2009: 747).

Dari Umar bin Khattab r.a. Ia berkata: Aku mendengar

(30)

16

َيأن ُد ىَلِإ ُهُتَرأجِه أتَن اَك أنَمَف ىَوَن اَم ٍئرأما ِّلُكِلاَمَّنِإَو ِتاَيِّنلاِب ُلاَمأعَ ألْااَمَّنِإ ىَلِإأوَأ اَهُبأيِصُي ا

ِهأيَلِإَرَجاَهاَم ىَلِإ ُهُتَرأجِهَف اَهُحِكأنَي ٍة َأَرأما

Artinya: “Sesungguhnya sah dan tidaknya amal itu tergantung pada

niat. Dan yang dianggap bagi tiap orang apa yang diniatkan. Maka

siapa berhijrah semata-mata karena Allah dan Rasulullah, maka hijrah

itu di terima oleh Allah dan Rasulullah. Dan barang siapa yang

berhijrah karena keuntungan dunia yang dikejarnya, atau karena

perempuan yang akan dikawininya, maka hijrahnya terhenti pada apa

yang ia niatkan”. (HR. Bukhori-Muslim, Al-kitabu bud u al-wahyu,

bab bud u al-wahyu: 1).

Syarat terpenting menghafal al-Qur’an adalah mempunyai niat yang ikhlas dan menjadikan hafalan al-Qur’an serta perhatian padanya hanya karena Allah, mendapat surga, dan keridhaan-Nya.

b. Memiliki Keteguhan dan Kesabaran

Keteguhan dan kesabaran merupakan faktor yang terpenting

bagi orang yang sedang proses menghafal al-Qur’an. Dalam proses menghafal al-Qur’an akan banyak sekali ditemui berbagai macam kendala, seperti: jenuh, gangguan lingkungan karena bising atau

gaduh, gangguan batin atau karena menghadapi ayat-ayat tertentu yang

dirasa sulit menghafalnya (Ahsin, 2000: 50).

Oleh karena itu, keteguhan dan kesabaran menjadi penting bagi

(31)

17 c. Istiqomah (kontinuitas)

Menghafal al-Qur’an harus istiqomah (kontinuitas) dalam arti memiliki kedisiplinan, baik disiplin waktu, tempat maupun disiplin

terhadap materi-materi hafalan (Sugianto, 2004: 54).

Seorang penghafal yang konsisten tidak akan kesulitan ketika

mengulangi hafalan yang telah dihafal.

d. Meninggalkan maksiat

Perbuatan maksiat dan sifat tercela merupakan perbuatan yang

harus dijauhi bukan hanya bagi para penghafal Al-Qur’an saja, akan tetapi juga kaum muslimin pada umumnya. Keduanya mempunyai

pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan jiwa dan

mengusik ketenangan hati orang yang sedang dalam proses menghafal

Al-Qur’an (Badwilan, 2009: 131). e. Meminta ijin orang tua atau suami

Hal ini juga ikut mendukung dalam keberhasilan sang

penghafal al-Qur’an. Dengan izin mereka, maka sang penghafal al

-Qur’an dapat leluasa memanfaatkan waktunya (Wahid, 2014: 30).

Ijin dari orang tua atau suami (bagi yang sudah menikah) akan

memperlancar proses menghafal al-Qur’an. f. Lancar membaca al-Qur’an

(32)

18

diampunya untuk menghafal Al-Qur’an sebelum terlebih dahulu ia mengkhatamkan Al-Qur‟an bin-nadzar (dengan melihat tulisan) (Wahid, 2014: 52).

Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa, para calon hafidz

dan hafidzah yang sedang dalam proses menghafal Al-Qur’an harus memahami syarat-syarat tersebut di atas dan diusahakan untuk

memenuhinya.

5. Metode Tahfidz al-Qur’an

Ada beberapa metode yang mungkin bisa dikembangkan dalam

rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal Al-Qur’an.

a. Metode wahdah, yaitu menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat yang

hendak dihafalkannya.

b. Metode kitabah, yaitu penghafal terlebih dahulu menulis ayat-ayat

yang akan dihafalkan pada secarik kertas yang telah tersedia.

c. Metode gabungan, yaitu gabungan antara metode wahdah dan metode

kitabah, hanya saja pada kitabah lebih berfungsi untuk uji coba

terhadap ayat yang telah dihafalkan.

d. Metode jama’, yaitu cara menghafal yang dilakukan secara kolektif

yang dipimpin oleh seorang instruktur. (Ahsin W. Al-Hafidz, 2000:

22-24).

Menurut abdul aziz abdur Rouf ada beberapa cara dalam

menghafal al-Qur’an, yaitu:

(33)

19

Ayat-ayat yang akan dihafal difahami terlebih dahulu. Dapat

digunakan menggunakan terjemah al-Qur’an Departemen Agama. Lebih ideal kalau difahami melalui kitab tafsir, hingga terasa makna

yang luasdalam setiap ayatnya.

b. Mengulang-ulang sebelum menghafal

Mengulang-ualang ayat yang akan dihafal akan mempermudah

proses menghafal al-Qur’an. c. Mendengarkan sebelum menghafal

Mendengarkan murattal melalui al-Qur’an digital, MP3/4,

Handphone, computer dan lain sebagainya.

d. Menulis sebelum menghafal

Menulis ayat yang dihafal dengan tangan sendiri dapat

mempercepat proses menghafal. Dengan menulis ayat-ayat al-Qur’an dengan tangan sendiri dan indra penglihatan akan membantu hafalan

masuk dalam memori otak (Wahid, 2014: 100).

Dari beberapa metode diatas seorang penghafal al-Qur’an dapat menggunakan salah satu metode tersebut sebagai pedoman dalam

menghafal al-Qur’an.

B. Pemeliharaan Hafalan al-Qur’an.

Rasulullah Saw. Menganjurkan agar al-Qur’an selalu dibaca, dihafal dan diwajibkan untuk membacanya didalam shalat. Al-Qur’an merupakan satu-satunya kitab suci yang kemurniannya telah dijamin oleh

(34)

20

penambahan maupun pengurangan. Tidak ada satu huruf pun yang

bergeser atau berubah dari tempatnya dan tidak huruf atau katapun yang

mungkin dapat disisipkan di dalamnya oleh siapapun (Sugianto, 2004 :

44). Dalam hal ini Allah menegaskan dalam surat al-An’am ayat 115:

ُميِلَعْلا ُعيِمَّسلا َوُهَو ِهِتاَمِلَكِل َلِّدَبُم لا لاْدَعَو اًقْدِص َكِّبَر ُةَمِلَك ْتََّتََو

Artinya: “Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merobah robah

kalimat-kalimat-Nya dan Dia lah yang Maha Mendengar lagi Maha mengetahui.” (Depag, 2009 : 143).

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa memelihara

hafalan sangatlah penting. Mengulangi hafalan (murojaah) merupakan

salah satu cara untuk menguatkan hafalan al-Qur’an. Berikut adalah kiat pemeliharaan hafalan al-Qur’an:

1. Mengulang hafalan secara keseluruhan dengan istiqamah.

Mengulangi hafalan pada saat shalat fardhu atau shalat sunnah.

Caranya, setelah membaca surat al-fatihah lanjutkan dengan membaca

surat-surat yang telah dihafal. Dilakukan secara terjadwal dan

berurutan mulai dari surat al-Baqarah sampai An-Nas (Wahid, 2014:

105).

2. Mendengarkan hafalan al-Qur’an dari kaset-kaset atau mempelajari terjemahan, hal ini akan membantu melekatkan hafalan. (Sugianto,

(35)

21

3. Ayat-ayat yang sudah dihafal di sima’ atau diperdengarkan dengan orang lain.

C. Faktor Pendukung Tahfidz al-Qur’an.

Hal-hal yang mendukung tercapainya tujuan menghafal al-Qur’an adalah sebagai berikut:

1. Usia yang ideal

Usia yang tepat untuk menghafal yang benar-benar telah

disepakati, yaitu dari umur 5 tahun hingga kira-kira 23 tahun. Alasannya,

manusia pada usia ini daya hafalannya bagus sekali, bahkan masa ini

merupakan tahun-tahun menghafal cepat. Menghafal pada usia ini sangat

cepat, dan kelupaan masih lambat sekali (Badwilan, 2009: 116).

2. Manajemen waktu

Penghafal al-Qur’an ada yang menghafal al-Qur’an secara khusus yaitu tidak mempunyai kesibukan lain selain menghafal al-Qur’an dan penghafal yang mempunyai kegiatan lain selain menghafal al-Qur’an.

Bagi penghafal al-Qur’an secara khusus dapat mengoptimalkan seluruh kemampuan dan memaksimalkan waktu yang dimiliki untuk

menghafal al-Qur’an, sehingga dapat menyelesaikan program hafalan dengan cepat karena tidak mempunyai kendala dari kegiatan lain.

Sedangkan penghafal al-Qur’an yang mempunyai kegiatan lain seperti sekolah atau bekerja, maka harus pandai mengatur waktu dan

(36)

22

Dari pendapat diatas seorang penghafal harus memanajemen waktu

dengan baik, agar proses menghafal berjalan dengan lancar tidak

terganggu dengan kegiatan lain.

3. Membuat target hafalan

Bagi orang yang ingin menghafal al-Qur’an wajib menentukan batasan hafalan yang disanggupinya setiap hari. Perhatikan perkiraan

berikut ini (Badwilan, 2009: 199-202):

a. Apabila menghafal al-Qur’an sehari satu ayat saja, berarti anda menghafal al-Qur’an seluruhnya dalam rentang waktu 17 tahun, 7 bulan, 9 hari.

b. Apabila menghafal al-Qur’an sehari 2 ayat, berarti anda menghafal al

-Qur’an seluruhnya dalam rentang waktu 8 tahun, 9 bulan, 18 hari.

c. Apabila menghafal al-Qur’an sehari 3 ayat, berarti anda menghafal al

-Qur’an seluruhnya dalam rentang waktu 5 tahun, 10 bulan, 13 hari.

d. Apabila menghafal al-Qur’an sehari 4 ayat, berarti anda menghafal al

-Qur’an seluruhnya dalam rentang waktu 4 tahun, 4 bulan, 24 hari.

e. Apabila menghafal al-Qur’an sehari 5 ayat, berarti anda menghafal al

-Qur’an seluruhnya dalam rentang waktu 3 tahun, 6 bulan, 7 hari.

f. Apabila menghafal al-Qur’an sehari 6 ayat, berarti anda menghafal

al-Qur’an seluruhnya dalam rentang waktu 2 tahun, 11 bulan, 4 hari.

g. Apabila menghafal al-Qur’an sehari 7 ayat, berarti anda menghafal al

(37)

23

h. Apabila menghafal al-Qur’an sehari 8 ayat, berarti anda menghafal

al-Qur’an seluruhnya dalam rentang waktu 2 tahun, 2 bulan, 12 hari.

i. Apabila menghafal al-Qur’an sehari satu wajah, berarti anda menghafal al-Qur’an seluruhnya dalam rentang waktu 1 tahun, 8 bulan, 12 hari.

Target hafalan ditentukan sesuai dengan kapasitas waktu dan

kemampuan penghafal, karena setiap penghafal mempunyai kemampuan

yang berbeda-beda.

4. Tempat Menghafal

Kondisi daan situasi tempat ikut mendukung tercapainya

menghafal al-Qur’an. Tempat yang ideal yang mendukung proses menghafal seperti; jauh dari kebisingan, bersih dan suci dari kotoran dan

najis (Ahsin, 2000: 61).

D. Faktor Penghambat Tahfidz al-Qur’an

Ada beberapa hal yang membuat sulit mengahafal al-Qur’an, (1) Tidak menguasai makharijul huruf dan tajwid, (2) Tidak sabar, (3) Tidak

sungguh-sungguh, (4) Tidak menghindari dan menjauhi maksiat, (5) Berganti-ganti

mushaf (Wahid, 2014: 113-124).

Menurut Muhammad Habibillah Muhammad Asy-Syinqithi dalam

bukunya kiat mudah menghafal al-Qur’an ada beberapa hal yang menghambal menghafal al-Qur’an, yaitu: dosa dan maksiat, terlalu mementingkan urusan dunia, kesombongan, tergesa-gesa, sikap malas dan lemah, mengabaikan

(38)

24

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa faktor

penghambat menghafal al-Qur’an ialah sebagai berikut: 1. Tidak Menguasai Makharijul Huruf dan Tajwid

Salah satu faktor kesulitan dalam menghafal al-Qur’an ialah karena bacaan yang tidak bagus, baik dari segi Makharijul huruf, kelancaran

membacanya, ataupun tajwidnya. Sebelum menghafal al-Qur’an harus lancar dan benar bacaannya, sehingga mempermudah dalam menjalani

proses menghafal al-Qur’an (Wahid, 2014: 114). 2. Tidak Sabar

Menghafal al-Qur’an diperlukan kerja keras, ketekunan dan kesabaran karena proses menghafal memerlukan waktu yang relatif lama,

konsentrasi, dan fokus terhadap hafalan (Rouf, 2009:108).

3. Tidak Sungguh-sungguh

Al-Qur’an adalah sebuah kitab agung yang membutuhkan

kesabaran, kekuatan, dan tekad yang kuat. Allah ta’ala berfirman dalam

surat maryam ayat 12:

اًّيِبَص َمْكُْلْا ُهاَنْ يَ تآَو ةَّوُقِب َباَتِكْلا ِذُخ َيََْيَ اَي

Artinya: Hai Yahya, ambillah Al kitab (Taurat) itu dengan

sungguh-sungguh. dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih

kanak-kanak (Depag, 2009: 463).

(39)

25

Menghafal al-Qur’an harus menghindari dan menjauhi perbuatan dosa, karena perbuatan dosa atau maksiat dapat melemahkan ingatan dan

membuat lupa hafalan al-Qur’an (Asy-Syinqithi, 2011: 99). 5. Berganti-ganti Mushaf

Berganti-ganti mushaf juga akan menyulitkan dalam menghafal

al-Qur’an dan melemahkan hafalan. Sebab, setiap mushaf mempunyai posisi

ayat dan bentuk tulisan yang berbeda-beda. Maka penghafal al-Qur’an dianjurkan menggunakan satu mushaf untuk mempermudah proses

menghafal dan mengulang hafalan (Wahid, 2014: 122).

E. Adab Membaca al-Qur’an.

Adab-adab membaca al-Qur’an aalah sebagai berikut: 1. Bersuci.

Sebelum membaca al-Qur’an berwudhu terlebih dahulu untuk menghilangkan hadats (kotoran) kecil.

2. Membersihkan mulut.

Disunatkan sebelum membaca al-Qur’an bersiwak/menggosok gigi terlebih dahulu.

3. Di awali membaca ta’awudz.

Setiap kali membaca al-Qur’an hendaknya terlebih dahulu diawali

dengan membaca ta’awudz, yaitu ungkapan meminta perlindungan kepada

Allah swt. dari godaan setan yang terkutuk (Syarifuddin, 2005: 89). Hal ini

berdasarkan firman Allah dalam surat an-Nahl ayat 98:

(40)

26

Artinya: “Apabila kamu membaca al-Quran hendaklah kamu

meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.” (Depag,

2009: 289).

4. Menghadap kiblat.

Ketika membaca al-Qur’an dianjurkan untuk menghadap kiblat. Karena sebaik-baik majlis adalah menghadap kiblat.

F. Mengajarkan Menghafal al-Qur’an Sejak Dini

Usia ideal anak menerima pendidikan al-Qur’an secara formal adalah pada usia 4 sampai 6 tahun. Karena pada usia 7 tahun anak telah ditekankan

untuk dilatih menjalankan shalat, sedangkan dalam shalat terdapat

bacaan-bacaan al-Qur’an harus lancar. Tenggang waktu tiga tahun dapat dipergunakan untuk mempersiapkan prasarana anak sebelum benar-benar diperintahkan

melakukan shalat (Syarifuddin, 2005: 63).

Usia anak-anak merupakan usia yang paling tepat digunakan untuk

menghafal al-Qur’an, karena daya ingat anak masih kuat. Menghafal

al-Qur’an merupakan salah satu upaya untuk menjaga al-Qur’an. Ada beberapa

cara mengajarkan anak menghafal al-Qur’an sebagai berikut: 1. Bergabung dengan sekolah atau majelis menghafal al-Qur’an.

Sekolah atau lembaga-lembaga yang memberikan perhatian khusus

terhadap menghafal al-Qur’an. Tempat yang memfasilitasi anak-anak menghafal al-Qur’an, membaguskan bacaan tajwid dan tahsinnya (Badwilan, 2009: 152).

(41)

27

Banyak mendengarkan bacaan al-Qur’an atau murattal al-Qur’an akan membantu anak dalam menghafal al-Qur’an, karena usia anak yang masih di bawah umur menirukan apa yang ia dengar dan apa yang ia lihat.

3. Menanamkan pada anak cinta al-Qur’an.

Usia dini merupakan masa pembentukan watak. Anak adalah

ibarat lembaran yang masih polos dan putih. Apabila sejak dini

ditanamkan kecintaan terhadap al-Qur’an maka benih-benih kecintaan itu akan membekas pada jiwanya dan kelak akan berpengaruh pada

perilakunya sehari-hari. Berbeda apabila kecintaan tersebut ditanamkan

ketika anak sudah dewasa. Sebagai contoh Dr. M. Quraish Shihab, orang

(42)

28 BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida

Gambaran umum yang penulis maksud adalah uraian singkat mengenai

situasi dan kondisi SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida yang terletak di

Desa Ledok Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga, yang dijadikan

lokasi penelitian oleh penulis. Uraian singkat ini meliputi: sejarah berdirinya,

letak geografis, struktur organisasi, visi dan misi, keadaan siswa dan guru,

sarana dan fasilitas pendidikan, kegiatan belajar, dan lain sebagainya.

1. Sejarah Berdiri

Pondok pesantren An-Nida yang berdiri sejak 1 Juni 1979 ini telah

mengukir sejarah keemasannya tersendiri. Tidak heran jika di masa dekade

tertentu ketika kita berbicara tentang pondok pesantren di kota salatiga,

maka kita sedang membicarakan pondok pesantren An-Nida. Pendok

pesantren yang diparkasai oleh KH. Ali As’ad (alm) dan para kyai-kyai

(alumni ma’had kudus) ini telah melahirkan banyak alumni dari lintas

generasi yang telah tersebar di berbagai pelosok tanah air. Berbekal

semangat untuk mengalirkan sumber kehidupan (agama) di kota Salatiga,

KH. Ali As’ad (Alm) dengan dana pribadi dan bantuan dermawan,

(43)

29

Berdasarkan kilas historis tersebut, maka perlu diupayakan agar

keadaan Pondok Pesantren An-Nida yang sedang mengalami masa transisi

ini dapat di-upgrade kembali menjadi sebuah lembaga yang jauh lebih

baik dan menjadi inspi rasi banyak orang. Dengan dukungan berbagai

pihak, baik pengurus yayasan, alumni dan masyarakat yang peduli dengan

Pondok Pesantren An-Nida, maka pada tanggal 01 Februari 2013 di

sepakati tentang pembenahan struktur kelembagaan dan pendirian embrio

Sekolah Dasar Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida Dengan

Branding Qur’ani-Terampil-Mandiri Dan Motto “Building Future

Quranic Generation”.

Sekolah Dasar Plus Tahfidzul Qur’an yang disingkat (SD PTQ)

An-Nida ini didesain dengan sistem boarding (pondok pesantren). Dimana

peserta didik yang masuk di dalamnya diwajibkan untuk tinggal

dipesantren (mulai kelas 4 sampai 6). Model ini diadaptasi dari berbagai

lembaga sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah dengan berbasis

al-Qur’an (Tahfidzul al-Qur’an) dari berbagai daerah. Diharapkan dengan

berdirinya sekolah tersebut dapat memberikan tambahan pilihan

masyarakat dalam memilih lembaga pendidikan yang unik, memilki nilai

plus dan berbasis al-Qur’an bagi anak mereka. Disamping tujuan utamanya adalah untuk mengembalikan kebesaran khittoh Pondok

Pesantren An-Nida sebagai pengalir sumber kehidupan (agama)

sebagaimana spirit yang dibawa oleh KH. Ali As’ad (Alm) (Dokumen

(44)

30 2. Letak Geografis

SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida terletak di kecamatan

Argomulyo Kotamadya salatiga yaitu di Jl. Jenderal Sudirman 239

Salatiga. Letak gedung SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ)An-Nida berada di tempat yang strategis karena berada di jalur jalan Semarang. Jalan raya

jurusan Semarang– Solo dengan batas-batas sebagai berikut:

a. Barat : Rumah Bapak Tono

b. Timur : Rumah Bapak Miftah

c. Utara : Masjid An-Nida

d. Selatan : Rumah Bapak Abdul Ghoni

3. Struktur Organisasi

SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida berada di bawah

naungan yayasan An-Nida, dalam penanganan kepentingan yayasan

sepenuhnya ditangani oleh yayasan. Adapun pengatur langsung

pelaksanaan kepentingan yang ada lewat kepala sekolah dan pihak-pihak

yang terkait. Pelaksanaan tugas intern yayasan dipisahkan dengan

pelaksanaan tugas ekstern sekolah, sehingga masing-masing sisi mampu

memaksimalkan tugasnya. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya

sebagai lembaga pendidikan, SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida

dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang bertanggung jawab terhadap

seluruh kegiatan pendidikan dengan dibantu oleh beberapa wakil kepala.

Setiap wakil kepala menangani satu bidang tertentu. Seperti:

(45)

31 b. WAKA bidang kesiswaan.

c. WAKA bidang administrasi dan keuangan.

d. WAKA bidang sarana dan prasarana.

Sedang kepala sekolah menangani empat koordinator kelas atau

wali kelas mulai dari kelas satu sampai kelas empat, dan menangani para

dewan guru. Adapun susunan organisasi SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ)

An-Nida dapat di lihat dalam lampiran.

Kepala sekolah dan seluruh guru SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida mengadakan koordinasi untuk mengevaluasi program satu

minggu sebelumnya dan membuat rencana program satu minggu yang

akan datang yang dilaksanakan satu minggu sekali. (Hasil wawancara

dengan Bapak Aswad Addu Ali 9 Februari 2016).

4. Visi dan Misi

VISI : Menjadi role model lembaga pendidikan Islam yang bertaraf nasional yang memiliki nilai Plus dengan

(46)

32

MISI : 1. Melahirkan huffadz al-Qur’an anak-anak yang

berkepribadian Qur’ani, Terampil dan Mandiri.

2. Menciptakan suasana Qur’ani baik dilingkungan sekolah/pesantren maupun dirumah.

3. Membina kemandirian dan ketrampilan sesuai

ketrampilan masing-masing.

4. Menjalin hubungan yang sinetris antara lembaga

dengan orang tua dan stakeholder pendidikan.

5. mengelola potensi siswa dan orangtua serta guru

dalam menyiapkan generasi qur’ani yang Rabbani

dan mandiri.

(hasil observasi 20-01-2016)

5. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa a. Keadaan Guru

Suatu lembaga pendidikan memiliki dua unsur pokok dalam

proses pembelajaran yaitu pendidik dan peserta didik. Adapun tenaga

pengajar di SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida Desa Ledok

Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga berjumlah 13 guru, yang

terdiri dari 4 guru kelas, 3 guru pendamping, 4 guru Tahfidz, 1 guru

Pendidikan Agama Isalm (PAI), 1 guru olah raga.

Tenaga pengajar di SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida

(47)

33

lulusan dari, IAIN Salatiga, UKSW, PP Islam Terpadu Ar-Rohmah,

MAN 1 Semarang. Hal ini sangat menunjang proses pembelajaran

karena pendidiknya punya bekal yang cukup dan sesuai dengan

bidangnya (Data guru SD PTQ An-Nida, Januari 2016).

b. Keadaan Karyawan

Karyawan administrasi SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An -Nida Desa Ledok Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga

berjumlah 2 orang. Sedangkan karyawan non administrasi berjumlah 2

orang. Seperti cleaning service dan koki. Adapun jumlah keseluruhan

karyawan SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida Desa Ledok

Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga adalah 4 orang (Data

Karyawan SD PTQ An-Nida, Januari 2016).

c. Keadaan Siswa

Perkembangan jumlah siswa SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida Desa Ledok Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga dari

tahun ke tahun menunjukkan peningkatan, sebagian besar siswa yang

mendaftar berasal dari daerah salatiga dan sekitarnya.

Jumlah siswa di SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida

Desa Ledok Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga tahun

pelajaran 2015/2016 berjumlah 81 anak. Keseluruhan sisawa dibagi

dalam 4 kelas. Kelas 1 terbagi menjadi 2 kelas, kelas 1A berjumlah 20

(48)

34

siswa dan kelas 3 berjumlah 18 siswa (Data siswa SD PTQ An-Nida,

Januari 2016).

6. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana adalah alat/media/bahan dalam melaksanakan

suatu pembelajaran. SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida belum memiliki gedung sekolah sendiri. Sarana dan prasarana yang digunakan

sekolah adalah milik pondok pesantren An-Nida. Ada beberapa Sarana dan

prasarana, diantaranya adalah 1 gedung Aula, 4 ruang kelas, 2 ruang kelas

Tahfidz, 1 kantor kepala sekolah, 1 kantor guru, 6 kamar mandi siswa dan

guru, 1 asrama siswa, 1 almari kantor, 2 printer, dan 1 perpustakaan. (Hasil

observasi 03-02-2016, di SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida).

7. Kurikulum SD Plus Tahfidzul Qur’an An-Nida

a. Kurikulum Diknas

Menggunakan kurikulum Diknas 100% dengan pengembangan

dalam pembelajaran (silabus, materi, proses pembelajaran).

Menerapkan kurikulum 2013 tahun pelajaran 2015/2016 di semua

tingkat kelas.

Materi pelajaran yang disajikan kurikulum diknas (kurikulum

2013) meliputi:

1) Pendidikan Kewarganegaraan

2) Bahasa Indonesia

3) SBDP (Seni Budaya da Prakarya)/Ketrampilan

(49)

35 5) Matematika

b. Kurikulum Khas

Merupakan pengembangan kurikulum agama Islam. Kurikulum

khas/ Agama mempunyai gambaran secara umum kedepan dan tidak

lepas dari visi dan misi yang ditetapkan SD Plus Tahfidzul Qur’an

(PTQ) An-Nida. Mata pelajaran yang terangkum dalam kurikulum

khas ini ialah:

1) Tahfizul Qur’an

2) Penanaman Aqidah pagi (PAP)

3) Ibadah

4) Baca tulis al-Qur’an/Qiroati 8. Kegiatan pembelajaran

Dalam melaksanakan program pembelajaran perpaduan antara

pembelajaran tahfidz dan pembelajaran umum di SD Plus Tahfidzul

Qur’an (PTQ) An-Nida adalah sebagai berikut:

Tabel I

Jadual pembelajaran di SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida

(50)

36

Hasil dari proses wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti

adalah sebagai berikut:

1. Implementasi Program Tahfidz al-Qur’an di SD Plus Tahfidzul

Qur’an (PTQ) An-Nida.

a. Pembelajaran Tahfidz al-Qur’an

SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida merupakan sekolah

formal yang berbasis Tahfidz al-Qur’an atau menghafal al-Qur’an.

Pada dasarnya pembelajaran di SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An

-Nida sama dengan sekolah-sekolah formal pada umumnya.

Perbedaannya adalah SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida

pembelajaran tahfidz al-Qur’an lebih banyak jam pembelajarannya dari pada pembelajaran umumnya.

Pembelajaran tahfidz al-Qur’an di SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida tahun pembelajaran 2015/2016 setiap kelas diampu

oleh guru tahfidz, dan guru tahfidz SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida dapat dilihat pada tabel berikut ini:

(51)

37

Data Guru Tahfidz SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida

Tahun Ajaran 2015/2016.

No Kelas Guru Tahfidz

1. IA Mir’atul Azizah

2. IB Zaenab Syahidah AzkaAmanina

3. II Nurul Khikmah, S.Pd.I

4. III Ahmad Anas Sukmono, Al-Hafidz

Sedangkan guru kelas dan guru pendamping juga membantu

pelaksanaan program ini dan membantu siswa yang belum lancar

membaca al-Qur’an (wawancara dengan Bapak Aswad, Ruang kepala sekolah, Selasa, 09 Februari 2016, 09.03-10.15).

Sedangkan untuk jadual, waktu, target dan pelaksanaan

program tahfidz al-Qur’an di SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An -Nida adalah sebagai berikut:

1) Jadual pelaksanaan Tahfidz al-Qur’an

Kegiatan Tahfidz al-Qur’an dilaksanakan setiap Senin

sampai Jum’at mulai dari jam 07.40-09.15 (Wawancara dengan Ibu

Anik, Kantor Guru, Rabu 10 Februari 2016, 13.00-13.45).

2) Target pembelajaran Tahfidz al-Qur’an a) Target menghafal per hari adalah 6 baris.

b) Target menghafal per tahun untuk kelas I adalah 1 ½ juz

sedangkan untuk kelas II dan III adalah 2 juz dengan rincian

(52)

38

b. Metode Pengajaran Tahfidz al-Qur’an

Metode yang digunakan dalam pengajaran tahfidz al-Qur’an adalah metode al-qashimi. Dengan alasan metode al-qashimi lebih

mudah di gunakan untuk mengajarkan tahfidz kepada anak-anak

(Wawancara dengan Bapak Aswad, Kantor Kepala Sekolah, Selasa 09

Februari 2016, 09.03-10.15).

c. Pelaksanaan Pembelajaran Tahfidz al-Qur’an

Kegiatan ini di mulai setelah melaksanakan shalat dhuha

berjamaah. Pelaksanan pembelajaran tahfidz dilaksanakan di kelas

masing-masing yang diampu oleh seorang guru.

Dalam pembelajaran tahfidz dikelas II dan kelas III dibagi

menjadi dua kelompok yaitu kelompok siswa yang sudah bisa

(53)

39

Sedangkan pembelajaran tahfidz dikelas I tidak ada pembagian

kelompok.

Kegiatan ini diawali dengan berdo’a terlebih dahulu kemudian

murajaah atau mengulangi ayat atau surat yang dihafal di hari

sebelumnya. Setelah selesai murajaah guru membacakan ayat yang

akan dihafal sebanyak tiga kali kemudian ditirukan oleh siswa

sebanyak 25 kali. Apabila siswa kesulitan membaca 1 ayat langsung,

guru memotong ayat untuk diulang-ulang sampai hafal baru

menggabung satu ayat.

Setelah selesai menghafal 6 baris dilanjutkan dengan kegiatan

baca tulis al-Qur’an (BTAQ). Dalam kegiatan baca tulis al-Qur’an (BTAQ) ini siswa menyetorkan ayat yang tadi di hafalkan dan mengaji

al-Qur’an (untuk yang sudah sampai al-Qur’an) dan Iqra’. Apabila dalam menyetorkan hafalan lancar maka guru memberikan tanda L

(Lanjut) dalam buku capaian hafalan. Sedangkan siswa yang belum

lancar hafalannya maka guru memberikan tanda T (Tunda) dalam buku

capaian hafalan siswa. Dalam evaluasi ini tidak ada aspek secara

khusus untuk makharijul huruf dan tajwidnya, aspek yang di evaluasi

adalah hafal tidaknya ayat tersebut. Bagi siswa yang belum memenuhi

aspek tersebut maka belum dapat melanjutkan ayat atau surat

selanjutnya (Wawancara dengan Bapak Anas, Ruang Tahfidz kelas III

(54)

40

Untuk menunjang penguatan hafalan siswa juga dijadualkan

murajaah atau mengulangi hafalan, yaitu:

1) Sebelum sholat dhuhur berjamaah murojaah atau mengulangi

hafalan.

2) Setelah istirahat makan siang murojaah atau mengulangi hafalan.

3) Setelah sholat ashar berjamaah murojaah atau mengulangi hafalan.

2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Program Tahfidz

al-Qur’an diSD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida.

a. Faktor pendukung program tahfidz al-Qur’an SD Plus Tahfidzul

Qur’an (PTQ) An-Nida.

Ada beberapa faktor yang mendukung program tahfidz di SD

Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida. Faktor pendukung ini berasal

dari siswa sendiri, orang tua siswa maupun guru.

Faktor yang berasal dari siswa, yaitu: usia siswa, minat siswa yang tinggi dalam mengikuti hafalan al-Qur’andan kecerdasn siswa (Wawancara dengan Bapak Aswad, Kantor Kepala Sekolah, Selasa 09 Februari 2016, 09.03-10.15).

Faktor pendukung dari orang tua adalah keterlibatan orang tua

dalam penguatan hafalan al-Qur’an.

Biasanya saya membiasakan anak saya murajaah atau mengulang hafalan setiap habis shalat maghrib sampai adzan

Isya’. Saya tidak mentarget surat yang di murojaah, biasanya

surat yang dihafalkan tadi di sekolahan. (Wawancara dengan Ibu Susmularsih, Sabtu 13 Februari 2016,08.30-09.00). Sedangkan faktor yang berasal dari guru adalah perhatian yang

(55)

41

motivasi guru supaya siswa terus semangat dalam menghafal

al-Qur’an.

b. Faktor penghambat program tahfidz al-Qur’an SD Plus Tahfidzul

Qur’an (PTQ) An-Nida.

Faktor penghambat adalah faktor yang menghalangi

tercapainya suatu tujuan, yaitu tujuan menghafal al-Qur’an. Adapun hambatan-hambatan dalam menghafal al-Qur’an di SD Plus Tahfidzul

Qur’an (PTQ) An-Nida sebagai berikut:

Hambatan yang berasal dari siswa menurut saya: Pertama, ada beberapa anak yang belum bisa membaca al-Qur’an jadi anak akan kesusahan dalam menghafal al-Qur’an. Kedua, anak tidak mau bunyi ketika guru membacakan ayat yang akan di hafal. Minimal ketika anak mau bunyi atau menirukan apa yang dibacakan guru siswa tidak akan kesusahan dalam menghafal. Ketiga, siswa tidak semangat dalam mengikuti pembelajaran al-Qur’an (Wawancara dengan Bapak Anas, Ruang Tahfidz kelas III Selasa, 09 Februari 2016 10.10-10.59).

Faktor penghambat dari guru: Pertama, guru monoton dalam pembelajaran tahfidz atau kurang kreatif. Kurang tegas terhadap anak-anak yang tidak semangat dalam menghafal

al-Qur’an . (Wawancara dengan Ibu Khikmah, Ruang tahfidz kelas II, Rabu 10 Februari 2016, 09.30-10.10).

Dari paparan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor

penghambat program tahfidz al-Qur’an di SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida berasal dari siswadan guru. Faktor dari siswa yaitu:

(56)

42

beberapa siswa yang tidak mau bunyi ketika guru membacakan ayat

yang akan dihafal, dan anak tidak semangat dalam menghafal

al-Qur’an. Sedangkan faktor yang berasal dari guru yaitu: guru kurang

kreatif dalam pembelajaran tahfidz jadi siswa mudah bosan dengan

pembelajaran tahfidz, dan guru kurang tegas terhadap siswa yang tidak

(57)

43 BAB IV PEMBAHASAN

A. Implementasi Program Tahfidz al-Qur’an Di SD Plus Tahfidzul

Qur’an (PTQ) An-Nida.

1. Pembelajaran tahfidz al-Qur’an

Dari pembelajaran tahfidz al-Qur’an di SD Plus Tahfidzul

Qur’an (PTQ) An-Nida yang penulis paparkan dalam bab III maka,

menurut penulis perlu adanya tinjau kembali tentang pembelajaran

tahfidz al-Qur’an.

Program tahfidz al-Qur’an yang dilaksanakan di SD Plus

Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida merupakan program khusus.

Program ini dikembangkan secara mandiri dan belum ada

kurikulum tahfidznya. Program tahfidz ini adalah program yang

menambah nilai plus SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida.

Meskipun program tahfidz al-Qur’an di SD Plus Tahfidzul

Qur’an (PTQ) An-Nida belum ada kurikulumnya, sekolah ini tetap

memiliki target hafalan yang harus dicapai oleh siswa. Target

tersebut adalah sebagai berikut:

(58)

44

b. Target menghafal per tahun untuk kelas I adalah 1 ½ juz

sedangkan untuk kelas II dan III adalah 2 juz dengan rincian

sebagai berikut:

1)Kelas I : Target yang ditentukan adalah siswa

menghafalkan juz 30 dan juz setengah juz

29.

2)Kelas II : Target yang ditentukan adalah siswa

menghafal juz 1 dan juz 2.

3)Kelas III : Target yang ditentukan adalah siswa

menghafal juz 3 dan juz 4.

Menurut penulis dilihat dari daftar hasil hafalan siswa (lihat

dilampiran) siswa belum mampu mencapai target yang di tetapkan

oleh sekolah yaitu satu juz setiap satu semester. Dari hitungan

penulis apabila siswa mampu mencapai satu juz setiap satu

semester maka hasil hafalan siswa sebagai berikut:

a. Kelas II seharusnya sudah hafal 3 ½ juz. Akan tetapi capaian

siswa pada semester ini baru 2 ½ juz.

b. Kelas III seharusnya sudah hafal 5 ½ juz. Akan tetapi capaian

hafalan siswa semester ini baru 4 ½ juz.

Metode yang digunakan dalam mengajarkan tahfidz

al-Qur’an adalah metode al-qashimi. Metode al-qashimi adalah

(59)

Al-45

Qur’an untuk pemula. Ada beberapa langkah dalam metode

al-qashimi yaitu:

a. MMUSBOB (Metode Menghafal Untuk Sebodoh-Bodoh

Orang Bisa) atau MMUSUB (Metode Menghafal Untuk Semua

Bisa).

Metode ini memiliki 3 putaran dalam membaca

perhalaman. Setiap putaran masing-masing di baca 25 kali

dengan melihat mushaf. Hasil akhir setiap ayat akan dibaca 75

kali. Setelah itu halaman yang sudah dibaca baru dihafal.

Metode ini memiliki modifikasi yaitu: setiap hitungan ganjl

membaca dengan melihat mushaf (binadzor), dan setiap

hitungan genap membaca dengan hafalan (bilghoib) jika

mampu. Bila belum mampu, bacalah sebanyak-banyaknya

hingga mudah diucapkan lisan, dan otak terasa tidak berat atau

terbebani. Dengan kata lain badan tidak terasa lelah ketika

membaca atau menghafalnya.

Cara menghafal Al-Qur’an bagi anak adalah melakukan pengulangan sebanyak 25 kali per ayat yaitu dengan cara

ustadz membacakan ayat kemudian murid menirukan bacaan

ustadznya sebanyak 25 kali bacaan dan seterusnya hingga lisan

anak-anak terasa mudah untuk membaca dan baru kemudian

menghafalkan ayat demi ayat.

(60)

46

Metode ini cukup mudah untuk dipahami. Tanpa

menyebutkan beberapa kali jumlah pengulanganya, disesuaikan

dengan kemampuan masing-masing individu. Akan tetapi

dianjurkan minimal per ayat di baca 40 kali.

c. MMC (Metode Menghafal Cepat)

Metode menghafal cepat adalah metode yang

dianjurkan bagi orang yang sudah menghatamkan Al-Qur’an minimal 40 kali. Bagi orang yang belum menghatamkan

minmal 40 kali membaca Al-Qur’an maka dalam proses menghafal Al-Qur’an akan mengalami kesulitan karena akan memberatkaan dalam pengucapannya ketika akan menghafal.

Lisan kita belum mutaqin (tenang, mapan) dan kepala akan

cepat pusing. Kalaupun bisa menhafalkannya maka akan cepat

hilang (Al-qashimi, 2013: 86).

Dari ketiga langkah diatas metode yang digunakan di SD

Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida adalah metode MMUSBOB (Metode Menghafal Untuk Sebodoh-Bodoh Orang Bisa) atau

MMUSUB (Metode Menghafal Untuk Semua Bisa).

Kelebihan dan kekurangan metode al-qashimi adalah

sebagai berikut:

(61)

47

1) Bisa diterapkan untuk semua usia, baik anak-anak maupun

yang sudah dewasa.

2) Bisa mempercepat hafalan Al-Qur’an dan dapatnya banyak, hal ini sudah terbukti hasilnya.

3) Bisa diterapkan untuk semua orang dengan berbagai

kecerdasan yang berbeda-beda.

b. Kekurangan metode al-qashimi

1) Terkadang membosankan terutama bagi anak-anak karena

harus mengulang banyak kali.

2) Tidak ada variasinya dalam menghafalkan Al-Qur’an terutama untuk anak-anak.

3) Anak yang kurang aktif hafalannya menjadi sedikit.

Variasi dalam proses Tahfidz al-Qur’an guru menggunakan nada. Dengan menggunakan nada akan mempermudah siswa

dalam proses menghafal al-Qur’an. Nada yang digunakan disesuaikan dengan nada anak-anak, yaitu nada Muri-Q. Muri-Q

merupakan penggabungan metode praktis membaca al-Qur’an dan teknik melagukan bacaan al-Qur’an sesuai tajwidnya (http://baitulmalfkam.com/murottal-irama-quran-muri-q/, Rabu 02

Maret 2016).

Nada Muri-Q terdapat 4 tanda nada, yaitu:

Gambar

Tabel I
Tabel II
Tabel IV

Referensi

Dokumen terkait

Perbaikan genetik pada sapi FH di dalam negeri perlu dilakukan melalui seleksi untuk mendapatkan sapi-sapi perah bibit dengan keunggulan pada sifat produksi susu dan protein

Pelaksanaan E-Retribusi Pasar yang telah direncanakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyuwangi dan bekerjasama dengan PT Bank Jatim sebagai bentuk

pembelajaran menulis, salah satunya dalam penelitian sebelumnya metode STAD digunakan dalam jurnal berjudul “Penerapan Metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada

 bernama formalin formalin dan dan boraks. Banyaknya Banyaknya masyarakat masyarakat yang yang tidak tidak mengetahui mengetahui dampak dampak negatif dari bahan-bahan

Dari peta zonasi rawan bencana tsunami di pesisir kota Bandar Lampung terlihat pada tinggi gelombang tsunami mencapai 5m daerah yang terkena dampaknya adalah daerah

Rencana Strategis Inspektorat Kabupaten Tuban Tahun 2016 - 2021 merupakan dokumen perencanaan strategis untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang disusun

Sekretaris Rayon 104/