i
IMPLEMENTASI PROGRAM TAHFIDZ AL-
QUR’AN DI SD
PLUS TAHFIDZUL QUR’AN (PTQ) AN
-NIDA DESA LEDOK
KECAMATAN ARGOMULYO
KOTAMADYA SALATIGA
TAHUN 2016
SKRIPSI
Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh :
MIRATULAZIZAH 111-11-088
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
vi MOTTO
ِرْكِّذلِل َنآْرُقْلا اَنْرَّسَي ْدَقَلَو
رِكَّدُم ْنِم ْلَهَ ف
Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?”
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, dengan izin Allah skripsi ini selesai. Skripsi ini penulis
persembahkan kepada:
1. Bapak Isroni & Ibu Siti Rofiatun yang tidak pernah berhenti
mendoakanku, memberikan semangat menyelesaikan kuliah. Ketiga
adikku Masyrifatul Lailiyah, Ma’rifatun Nashichah, Ahmad Najmuts
Tsaqib terimakasih untuk do’a dan semangat yang kalian berikan.
2. Ibu Hj. Siti Zulaekho serta keluarga besar yang senantiasa penulis nantikan
barakahnya.
3. Ibu Dra. Siti Farikhah, M.Pd. yang telah membimbing penulis
viii
KATA PENGANTAR
ميحرلا نمحرلا الله مسب
هباحصأو هلأ ىلعو ىفطصلما اندّيس ىلع ملا ّسلاو ةلا ّصلا ّمث ىفكو ى ّذلا الله دمحلا
دعب مأ ىفولاو قد ّصلا لهأ
.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,
meskipun dalam wujud yang sederhana. Salam sejahtera semoga
senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW. yang telah
menuntun umatnya dari zaman kejahilan menuju zaman keislaman.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat
diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu
penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, S.Pd, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam.
4. Ibu Dra. Siti Farikha, M. Pd. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bantuan dan bimbingannya dengan penuh kesabaran
ix
5. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai
ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan
skripsi ini
6. Mas wawan yang selalu memberikan do’a, semangat, motivasi, dan kasih sayang yang tiada henti.
7. Untuk sahabatku Ana Allaily Musyarrofah dan Sofya Chairunnisa,
terimakasih untuk doa, semangat, kasih sayang dan semuanya.
8. Terimakasih untuk semua guru dan staff SD PTQ An-Nida yang telah
memberikan informasi kepada penulis sehingga skripsi ini selesai.
9. Semua pihak, terutama sahabat-sahabat dan teman-teman
seperjuangan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang
telah membantu dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini.
Atas jasa-jasa dan kebaikan beliau di atas, penulis berdo’a semoga Allah SWT. Menerima amalnya dan memberikan balasan yang lebih baik.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan, semua itu karena katerbatasan penulis.
Tiada kalimat yang pantas penulis ucapkan kecuali kalimat
Al-hamdulillahi Robbil Alamin. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik di
dunia maupun di akhirat. Amiin Ya Rabbal ‘Alamin.
Salatiga, 07 Maret 2016
Penulis
x
ABSTRAK
Azizah, Miratul. 2016. Implementasi Program Tahfidz al-Qur’an di SD Plus
Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida Desa Ledok, Kecamatan Argomulyo,
Kotamadya Salatiga Tahun 2016. Skripsi. Jurusan Terbiyah Program
Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Slatiga. Pembimbing: Dra. Siti Farikhah, M.Pd.
Kata kunci : Implementasi Program Tahfidz al-Qur’an.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan program tahfidz
al-Qur’an, metode program tahfidz al-Qur’an, faktor pendukung program tahfidz
al-Qur’an, faktor penghambat program tahfidz al-Qur’an, keberhasilan program tahfidz al-Qur’an.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menitikberatkan pada data kualitatif yaitu data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. Pengumpulan data dengan menggunakan instrumen penelitian berupa daftar pertanyaan yang terangkum dalam pedoman wawancara. Pedoman wawancara menggunakan triangulasi yang ditujukan kepada kepala sekolah, Guru dan orang tua. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Penelitian ini menghasilkan sebagai berikut: (1) Program tahfidz al-Qur’an SD
Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida termasuk program kurikulum khas. Kurikulum khas ini dikembangkan secara mandiri. Kurikulum khas tersebut yang membedakan dengan sekolah lainnya. (2) Faktor pendukung program tahfidz
al-Qur’an ialah: kecerdasan siswa, usia siswa, minat siswa yang tinggi, perhatian
guru, aspirasi orang tua yang sangat kuat dan fasititas yang memadai.(4) Faktor penghambat program tahfidz ialah: Beberapa siswa yang belum bisa membaca
al-Qur’an, beberapa siswa tidak mau bersuara ketika pembelajaran Tahfidz,
menghafal al-Qur’an hanya takut kepada guru, tidak punya semangat menghafal al-Qur’an. (5) Keberhasilan program tahfidz al-Qur’an SD PTQ An-Nida belum tercapai 100%. Keberhasilan program tersebut tidak hanya dilihat dari
xi DAFTAR ISI
1. JUDUL... i
2. LOGO IAIN... ii
3. PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
4. PENGESAHAN KELULUSAN... iv
5. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... v
6. MOTTO... vi A. Latar Belakan Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 3
C. Tujuan Penelitian... 4
D. Kegunaan Penelitian... 5
E. Penegasan Istilah... 5
F. Metode Penelitian... 6
G. Sistematika Penulisan... 12
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian tahfidz al-Qur’an... 14
xii
C. Dasar menghafal al-Qur’an ... 15
D. Syarat menghafal al-Qur’an………... 24
E. Metode menghafal al-Qur’an... 19
F. Pemeliharaan hafalan al-Qur’an... 21
G. Faktor pendukung tahfidz al-Qur’an………. 23
H. Faktor penghambat menghafal al-Qur’an………... 25
I. Adab membaca al-Qur’an...……….. 27
J. Mengajarkan anak menghafal al-Qur’an sejak dini……….. 28
BAB III. PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida….28 1. Sejarah Berdiri………...38
2. Letak Geografis………... 29
3. Sruktur Organisasi …………... 29
4. Visi dan Misi………... 31
5. Keadaan guru, karyawan dan siswa ……….. 32
6. Sarana dan prasarana ………...34
7. Kurikulum SD Plus Tahfidzul Qur’an An-Nida……… 35
B. Temuan Penelitian ………... 35
1. Implementasi Program Tahfidz al-Qur’an di SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida ………….……… 38
xiii BAB IV. PEMBAHASAN
A. Implementasi Program Tahfidz al-Qur’an Di SD Plus Tahfidzul
Qur’an (PTQ) An-Nida .……….……… 45
B. Faktor pendukung program tahfidz al-Qur’an di SD Plus Tahfidzul
Qur’an (PTQ) An-Nida………. 52
C. Faktor penghambat program Tahfidz al-Qur’an di SD Plus
Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida………. 54
D. Hasil yang dicapai oleh siswa dalam program tahfidz al-Qur’an.
………. …………. 57
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ... 58
B. Saran ... 59
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pedoman wawancara ……… 62
2. Hasil Wawancara ……….. 64
3. Strukrur organisasi……….77
4. Lampiran foto kegiatan………. 78
5. Tabel Hasil Hafalan Siswa……… 81
6. Surat Izin Penelitian……….. 87
7. Surat Pernyataan Telah Meneliti……….. 88
8. Nota Dosen Pembimbing Skripsi………. 89
9. Laporan Skk……….. 90
10.Lembar Konsultasi………. 91
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang dijadikan sebagai pegangan hidup umat Islam sedunia yang diturunkan kepada Rasulullah saw untuk
seluruh umat manusia (Makhdlori, 2008: 13). Dalam al-Qur’an terkandung seluruh ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi manusia melalui proses yang
sangat panjang diantaranya adalah pendidikan. Pendidikan merupakan sarana
terbaik untuk menciptakan suatu genenrasi baru yang tidak akan kehilangan
ikatan dengan tradisi mereka sendiri, tetapi juga tidak bodoh secara
intelektual. Ini artinya, kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari
kualitas pendidikannya. Tanpa pendidikan maka diyakini bahwa manusia
sekarang tidak jauh beda dengan manusia jaman lampau yang sangat
tertinggal, baik kualitas kehidupan maupun proses-proses pemberdayaannya
(Madyan, 2008: 96).
Al-Qur’an dijadikan sumber utama dalam pendidikan Islam mengandung nilai-nilai yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT. Nilai-nilai
yang terkandung dalam al-Qur’an merupakan petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan yang bersifat universal termasuk aspek pendidikan. Dalam
pelaksanaan pendidikan Islam tidak lepas dari pembelajaran al-Qur’an yang
mencakup aspek aqidah, akhlaq, mu’amalah yang semuanya dikaji dalam al
2
Pembelajaran tahfidz sudah ada sejak zaman nabi Muhammad SAW
sampai sekarang. Pembelajaran tahfidz merupakan salah bentuk nyata untuk
memelihara dan menjaga kemurnian al-Qur’an. Cara menjaga dan memelihara al-Qur’an adalah dengan menghafalkannya. Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang dirancang khusus untuk mudah dihafal. Sebagaiman firman Allah
dalam Q.S Al-Qomar ayat 17:
رِكَّدُم ْنِم ْلَهَ ف ِرْكِّذلِل َنآْرُقْلا اَنْرَّسَي ْدَقَلَو
Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untukpelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Depag, 2009: 568)
Pembelajaran tahfidz dapat dimulai sejak dini. Anak-anak adalah
bahan baku yang baik untuk untuk membangun dan mengokohkan sebuah
masyarakat serta menjaga al-Qur’an. Pada masa ini hafalan akan mudah dan akan lebih awet sampai masa dewasa bahkan dalam memahami dan
mengamalkan al-Qur’an akan lebih mudah tertanam dalam hatinya. Dari sini dibutuhkan peran aktif orang tua untuk membimbing dan memotivasi anak
dalam menghafal al-Qur’an.
Pendidikan Islam mampu mewadahi gerakan menghafal al-Qur’an. Pendidikan ini dapat berlangsung dalam pendidikan formal maupun non
formal. Namun demikian tidak semua sekolah-sekolah Islam memiliki
3
Qur’an (PTQ) An-Nida Ledok, Argomulyo, Salatiga. Sekolah ini selain
melaksanakan proses belajar mengajar sebagaimana sekolah lainnya, SD Plus
Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida juga memiliki program tahfidz Al-Qur’an
bagi anak didiknya.
Kekhasan program tahfidz di SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An -Nida ini dijadikan sebagai program unggulan dan menjadi nilai tambah bagi
sekolah yang masih sangat jarang ada di sekolah-sekolah di Salatiga dan
sekitarnya.
Dari latar belakang inilah penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Implementasi program tahfidz al-Qur’an di SD Plus
Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida Desa Ledok Kecamatan Argomulyo
Kotamadya Salatiga”. B. Fokus Masalah
Adapun yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi program Tahfidz al-Qur’an di SD PTQ An -Nida Desa Ledok Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga Tahun
2016?
2. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat program Tahfidz
al-Qur’an di SD PTQ An-Nida Desa Ledok Kecamatan Argomulyo
4
3. Bagaimana keberhasilan program Tahfidz al-Qur’an di SD PTQ An -Nida Desa Ledok Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga Tahun
2016?
C. Tujuan Penelitian
Dari pokok permasalahan diatas maka dapat ditarik tujuan penelitian
ini adalah:
1. Untuk mengetahui tentang implementasi program Tahfidz al-Qur’an di SD PTQ An-Nida Desa Ledok Kecamatan Argomulyo Kotamadya
Salatiga Tahun 2016.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat program
Tahfidz al-Qur’an di SD PTQ An-Nida Desa Ledok Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga Tahun 2016.
3. Untuk mengetahui keberhasilan program Tahfidz al-Qur’an di SD PTQ An-Nida Desa Ledok Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga
Tahun 2016.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan informasi
yang jelas mengenai implementasi program tahfidz al-Qur’an di SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida. Juga diharapkan nantinya bermanfaat bagi peneliti sendiri maupun orang lain. Adapun manfaat dalam penelitian ini
5
1. Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan baik teoritis maupun praktis
bagi peneliti, khususnya dalam pelaksanaan program tahfidz al-Qur’an disekolah formal.
2. Dari segi kepustakaan, diharapkan menjadi karya tulis ilmiah yang dapat
menyumbang khazanah intelektual.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda, maka penulis perlu
jelaskan beberapa istilah yang menjadi variabel penelitian sebagai berikut:
1. Program Tahfidz al-Qur’an
Program adalah rencana atau rancangan mengenai sesuatu serta
usaha-usaha yang akan dijalankan (Poerwadarminto, 1982: 695).
Sedangkan istilah Tahfidzul Qur’an merupakan gabungan dari dua kata
yang berasal dari bahasa Arab, yaitu tahfidz dan al-Qur’an. Tahfidz berasal dari kata اظفح-ظفحي-ظفح yang berarti menghafal atau menjadikan
hafal (Yunus, 2005: 324).
2. SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida
Lembaga pendidikan Islam yang berbasis sistem boarding (pondok
pesantren), dimana peserta didik yang masuk didalamnya diwajibkan
untuk tinggal dipesantren (mulai kelas 4 sampai 6). Model ini diadaptasi
dari berbagai lembaga sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah yang
6
pilihan masyarakat dalam memilih lembaga pendidikan yang unik,
memiliki nilai plus dan berbasis al-Qur’an bagi anak mereka. F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif kualitatif. Metode kualitatif merupakan suatu
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. (Moleong,
2011: 4). Data yang berupa naskah, wawancara, catatan, lapangan,
dokumentasi, dideskripsikan sehingga dapat memberikan kejelasan
terhadap keadaan atau realitas.
2. Kehadiran Peneliti
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini,
maka peneliti hadir secara langsung dilokasi penelitian sampai
memperoleh data yang diperlukan. Dalam penelitian kualitatif, seorang
peneliti menjadi pelajar yakni belajar dari orang-orang yang yang
dipelajarinya yang menjadi sumber data.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An
-Nida Desa Ledok Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga.
4. Sumber Data
Data-data yang dijadikan acuan dalam penelitian ini diambil dari
7 a. Data Primer
1. Para Guru dan Kepala Sekolah SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida yang dapat membantu memberikan keterangan secara
menyeluruh mengenai berbagai aktifitas baik dalam proses
pembelajaran serta dalam penghafalan al-Qur’an.
2. Berbagai buku dan laporan tentang proses pembelajaran di SD Plus
Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida yang relevan dengan penelitian
penulis.
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh peneliti melalui orang tua siswa. Data ini
digunakan untuk melengkapi penemuan dan memperkuat informasi
yang didapat peneliti.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Ada beberapa metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu:
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong,
2011: 186).
Tujuan dari wawancara dalam penelitian ini adalah untuk
8
sebagai acuan pokok untuk mendapatkan informasi tentang
implementasi program Tahfidzul Qur’an di SD Plus Tahfidzul Qur’an
(PTQ) An-Nida.
b. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan
data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang
sedang berlangsung. Dalam penggunaan teknik ini, bentuk obervasi
yang dilakukan peneliti adalah observasi partisipatif yang berarti
pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung
(Sukmadinata, 2005: 220). Metode ini digunakan untuk
mengumpulkan data mengenai implementasi program tahfidz
al-Qur’an dan gambaran umum SD Plus Tahfidzul al-Qur’an (PTQ) An
-Nida.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari hal mengenai data atau
variabel yang berupa catatan, transkip,buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat,agenda dan sebagaimya (Arikunto, 2010: 274).
Penggunaan sumber data ini untuk memperoleh dokumen dan
kebijakan yang terkait dengan profil Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An -Nida yang menyangkut dicanangkannya program tahfidz al-Qur’an. 6. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
9
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain
(Sugiyono, 2011: 244).
Data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka.
Data ini dikumpulkan dalam berbagai cara di antaranya. Wawancara,
observasi, intisari dokumen. Untuk itu analisa kualitatif menggunakan
kata-kata yang biasanya disusun dalam teks yang diperluas (Huberman &
Matthew, 1992: 16).
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan pemilihan, pemusatan, perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dalam penelitian ini
reduksi data dapat dilakukan dengan cara menyusun ringkasan,
membuang yang tidak perlu, memberi kode bagian yangpenting dan
sebagainya hingga laporan penelitian ini selesai. Ada beberapa hal
yang menjadi kaitan dengan reduksi data yaitu klasifikasi data yang
telah dikumpulkan, dipisah-pisahkan kemudian dikelompokkan
menurut permasalahannya. Dilanjutkan dengan interpretasi data yang
berfungsi untuk menganalisis data lebih lanjut, data dikelompokkan
kemudian diasumsikan oleh peneliti dengan landasan tujuan penelitian.
10
Sekumpulan informasi yang tersusun sehingga member
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Penyajian daya yang baik merupakan suatu cara utama bagi
penyajian data yang shahih.
c. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi
Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari satu kegiatan
konfigurasi yang utuh. Simpulan-simpulan juga diverifikasi selama
penelitian berlansung. Verifikasi itu kemungkinan setingkat pemikiran
kembali yang melintas dalam penganalisis selama menulis, suatu
tinjauan ulang pada catatan-catatan di lapangan serta tukar pikiran dan
akhirnya berusaha menarik kesimpulan. Dengan demikian verifikasi
kesimpulan yang pada mulanya mengambang atau kabur menjadi
relevan.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan
valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan
apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Tetapi perlu
diketahui bahwa kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak
bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada konstruksi manusia,
dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil proses mental tiap individu
dengan berbagai latar belakangnya (Sugiyono, 2011: 267).
Dalam penelitian ini dilakukan uji keabsahan data dengan
11
digunakan pemeriksaan melalui sumber lainnya untuk keperluan
pembanding dengan tujuan meningkatkan kualitas penelitian.
8. Tahap-tahap Penelitian
Dalam penelitian kualitatif ada beberapa tahap yang perlu
dilakukan, yaitu:
a. Tahap Pra Lapangan (menyusun rencana penelitian dan memilih
lapangan, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan
lapangan, memilih dan memanfaatkan informasi, menyiapkan
kelengkapan penelitian, memperhatikan etika penelitian).
b. Tahap Pekerjaan Lapangan (memahami latar penelitian dan persiapan
diri, memasuki lapangan, berperan aktif sambil mengumpulkan data).
c. Tahap Analisis Data (menyususn secara sistematis data yang diperoleh
dari interview, catatan lapangan, dan bahan-bahan yang lain sehingga
dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada
orang lain. Tahap ini dilakukan peneliti sesuai dengan cara yang telah
ditentukan).
d. Tahap Pelaporan Data (merupakan tugas akhir dari rangkaian proses
penelitian. Pada tahap ini peneliti menyusun laporan hasil penelitian
dengan format tulisan dan bahasa yang mudah dipahami oleh
pembaca).
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Skripsi ini penulis susun dalam lima bab, yang secara sistematis
12 BAB I : Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang masalah, fokus masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, metode
pengumpulan data serta sistematika penulisan skripsi.
BAB II : Kajian Pustaka
Pada bab ini akan diuraikan berbagai teori yang menjadi landasan teoritik
penelitian, meliputi: Tahfidz al-Qur’an, pengertian Tahfidz al-Qur’an, hukum tahfidz al-Qur’an, dasar Tahfidz al-Qur’an, syarat Tahfidz al
-Qur’an, metode Tahfidz al-Qur’an, faktor pendukung menghafal
al-Qur’an, faktor penghambat menghafal al-Qur’an, adab membaca al
-Qur’an, mengajarkan menghafal al-Qur’an sejak dini dan cara memelihara
hafalan al-Qur’an.
BAB III : Paparan Data Dan Temuan Penelitian
Berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian SD Plus Tahfidzul
Qur’an (PTQ) An-Nida, yang mencakup sejarah berdirinya lokasi, sarana
prasarana pendidikan, struktur organisasi, implementasi program tahfidzul
qur’an.
BAB IV :Pembahasan
Bab ini berisiskan analisis data tentang implementasi program tahfidz
al-Qur’an di SD Plus Tahfidzul al-Qur’an (PTQ) An-Nida Desa Ledok
Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga.
BAB V : Penutup
13 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tahfidz al-Qur’an/Menghafal al-Qur’an. 1. Pengertian Tahfidz al-Qur’an
Istilah Tahfidz al-Qur’an merupakan gabungan dari dua kata yang berasal dari bahasa Arab, yaitu tahfidz dan al-Qur’an. Tahfidz berasal dari kata اظفح-ظفحي-ظفح yang berarti menghafal atau menjadikan hafal (Yunus,
2005: 324). Sedangkan al-Qur’an secara bahasa artinya “bacaan”. Menurut Ali as-Sabuni dalam bukunya at-Tibyan definisi al-Qur’an adalah kalam Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi
Muhammad, penutup para nabi dan rasul, dengan perantara Jibril, dan
ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita
secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah,
yang dimulai dengan surah al-Fatihah dan ditutup dengan Surah an-Nas
(Faizah, 2008: 97).
Dengan demikian, yang dimaksud dengan tahfidz al-Qur’an adalah menghafal al-Qur’an mulai dari surat Al-Fatihah sampai Surat An-Nas dengan tujuan beribadah kepada Allah, menjaga memelihara kalam Allah.
2. Hukum Menghafal al-Qur’an
Menghafal al-Qur’an adalah fardhu kifayah. Apabila sebagian orang melakukannya maka gugurlah dosa dari yang lain. Tidak ada sesuatu
14
terkandung ilmu-ilmu agama yang merupakan dasar bagi beberapa ilmu
syariat yang menghasilkan pengetahuan manusia tentang Tuhannya dan
mengetahui perintah agama yang diwajibkan dalam aspek ibadah dan
muamalah (Badwilan, 2009: 23-24).
3. Dasar Tahfidz al-Qur’an.
Dasar Tahfidz al-Qur’an dari al-Qur’an adalah sebagai berikut: a. Surat Al-Qomar ayat 17
رِكَّدُم ْنِم ْلَهَ ف ِرْكِّذلِل َنآْرُقْلا اَنْرَّسَي ْدَقَلَو
Artinya: “Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk
pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran? (Depag,
2009: 879).
b. Surat Al-Alaq ayat 1-4
َقَلَخ يِذَّلا َكِّبَر ِمْساِب ْأَرْ قا
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar
(manusia) dengan perantara kalam, (Depag, 2009: 1079).
4. Syarat-syarat Tahfidz al-Qur’an.
Seorang penghafal harus mempunyai persiapan yang matang agar
proses menghafal berjalan dengan baik dan benar, yaitu: (1) Niat yang
15
besar dan kuat, (4) Istiqomah, (5) Memanfaatkan waktu yang tepat, (6)
Lancar membaca al-Qur’an (Wahid, 2014: 27).
Menurut Sugianto (2004: 52), seorang penghafal hendaknya
memenuhi beberapa syarat yang berhubungan dengan naluri insaniyah.
Adapun syarat-syarat tersebut adalah persiapan pribadi, bacaan al-Qur’an yang benar dan baik, mendapat izin dari orang tua, wali, dan suami bagi
wanita yang telah menikah, memiliki sifat mahmudah, kontinuitas dalam
menghafal al-Qur’an, sanggup memelihara hafalan, memiliki mushaf sendiri.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penghafal
al-Qur’an harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. Niat yang ikhlas
Niat yang kuat dan sungguh-sungguh akan mengantarkan
seseorang ketempat tujuan dan akan membentengi atau menjadi perisai
terhadap kendala-kendala yang mungkin akan datang merintanginya
(Ahsin, 2000: 49). Dalam surat Az-Zumar ayat 11 Allah berfirman:
َنيِّدلا ُهَل اًصِلُْمُ َهَّللا َدُبْعَأ ْنَأ ُتْرِمُأ ِّنِِّإ ْلُق
Artinya: “Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintahkan supayamenyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama.” (Depag, 2009: 747).
Dari Umar bin Khattab r.a. Ia berkata: Aku mendengar
16
َيأن ُد ىَلِإ ُهُتَرأجِه أتَن اَك أنَمَف ىَوَن اَم ٍئرأما ِّلُكِلاَمَّنِإَو ِتاَيِّنلاِب ُلاَمأعَ ألْااَمَّنِإ ىَلِإأوَأ اَهُبأيِصُي ا
ِهأيَلِإَرَجاَهاَم ىَلِإ ُهُتَرأجِهَف اَهُحِكأنَي ٍة َأَرأما
Artinya: “Sesungguhnya sah dan tidaknya amal itu tergantung pada
niat. Dan yang dianggap bagi tiap orang apa yang diniatkan. Maka
siapa berhijrah semata-mata karena Allah dan Rasulullah, maka hijrah
itu di terima oleh Allah dan Rasulullah. Dan barang siapa yang
berhijrah karena keuntungan dunia yang dikejarnya, atau karena
perempuan yang akan dikawininya, maka hijrahnya terhenti pada apa
yang ia niatkan”. (HR. Bukhori-Muslim, Al-kitabu bud u al-wahyu,
bab bud u al-wahyu: 1).
Syarat terpenting menghafal al-Qur’an adalah mempunyai niat yang ikhlas dan menjadikan hafalan al-Qur’an serta perhatian padanya hanya karena Allah, mendapat surga, dan keridhaan-Nya.
b. Memiliki Keteguhan dan Kesabaran
Keteguhan dan kesabaran merupakan faktor yang terpenting
bagi orang yang sedang proses menghafal al-Qur’an. Dalam proses menghafal al-Qur’an akan banyak sekali ditemui berbagai macam kendala, seperti: jenuh, gangguan lingkungan karena bising atau
gaduh, gangguan batin atau karena menghadapi ayat-ayat tertentu yang
dirasa sulit menghafalnya (Ahsin, 2000: 50).
Oleh karena itu, keteguhan dan kesabaran menjadi penting bagi
17 c. Istiqomah (kontinuitas)
Menghafal al-Qur’an harus istiqomah (kontinuitas) dalam arti memiliki kedisiplinan, baik disiplin waktu, tempat maupun disiplin
terhadap materi-materi hafalan (Sugianto, 2004: 54).
Seorang penghafal yang konsisten tidak akan kesulitan ketika
mengulangi hafalan yang telah dihafal.
d. Meninggalkan maksiat
Perbuatan maksiat dan sifat tercela merupakan perbuatan yang
harus dijauhi bukan hanya bagi para penghafal Al-Qur’an saja, akan tetapi juga kaum muslimin pada umumnya. Keduanya mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan jiwa dan
mengusik ketenangan hati orang yang sedang dalam proses menghafal
Al-Qur’an (Badwilan, 2009: 131). e. Meminta ijin orang tua atau suami
Hal ini juga ikut mendukung dalam keberhasilan sang
penghafal al-Qur’an. Dengan izin mereka, maka sang penghafal al
-Qur’an dapat leluasa memanfaatkan waktunya (Wahid, 2014: 30).
Ijin dari orang tua atau suami (bagi yang sudah menikah) akan
memperlancar proses menghafal al-Qur’an. f. Lancar membaca al-Qur’an
18
diampunya untuk menghafal Al-Qur’an sebelum terlebih dahulu ia mengkhatamkan Al-Qur‟an bin-nadzar (dengan melihat tulisan) (Wahid, 2014: 52).
Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa, para calon hafidz
dan hafidzah yang sedang dalam proses menghafal Al-Qur’an harus memahami syarat-syarat tersebut di atas dan diusahakan untuk
memenuhinya.
5. Metode Tahfidz al-Qur’an
Ada beberapa metode yang mungkin bisa dikembangkan dalam
rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal Al-Qur’an.
a. Metode wahdah, yaitu menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat yang
hendak dihafalkannya.
b. Metode kitabah, yaitu penghafal terlebih dahulu menulis ayat-ayat
yang akan dihafalkan pada secarik kertas yang telah tersedia.
c. Metode gabungan, yaitu gabungan antara metode wahdah dan metode
kitabah, hanya saja pada kitabah lebih berfungsi untuk uji coba
terhadap ayat yang telah dihafalkan.
d. Metode jama’, yaitu cara menghafal yang dilakukan secara kolektif
yang dipimpin oleh seorang instruktur. (Ahsin W. Al-Hafidz, 2000:
22-24).
Menurut abdul aziz abdur Rouf ada beberapa cara dalam
menghafal al-Qur’an, yaitu:
19
Ayat-ayat yang akan dihafal difahami terlebih dahulu. Dapat
digunakan menggunakan terjemah al-Qur’an Departemen Agama. Lebih ideal kalau difahami melalui kitab tafsir, hingga terasa makna
yang luasdalam setiap ayatnya.
b. Mengulang-ulang sebelum menghafal
Mengulang-ualang ayat yang akan dihafal akan mempermudah
proses menghafal al-Qur’an. c. Mendengarkan sebelum menghafal
Mendengarkan murattal melalui al-Qur’an digital, MP3/4,
Handphone, computer dan lain sebagainya.
d. Menulis sebelum menghafal
Menulis ayat yang dihafal dengan tangan sendiri dapat
mempercepat proses menghafal. Dengan menulis ayat-ayat al-Qur’an dengan tangan sendiri dan indra penglihatan akan membantu hafalan
masuk dalam memori otak (Wahid, 2014: 100).
Dari beberapa metode diatas seorang penghafal al-Qur’an dapat menggunakan salah satu metode tersebut sebagai pedoman dalam
menghafal al-Qur’an.
B. Pemeliharaan Hafalan al-Qur’an.
Rasulullah Saw. Menganjurkan agar al-Qur’an selalu dibaca, dihafal dan diwajibkan untuk membacanya didalam shalat. Al-Qur’an merupakan satu-satunya kitab suci yang kemurniannya telah dijamin oleh
20
penambahan maupun pengurangan. Tidak ada satu huruf pun yang
bergeser atau berubah dari tempatnya dan tidak huruf atau katapun yang
mungkin dapat disisipkan di dalamnya oleh siapapun (Sugianto, 2004 :
44). Dalam hal ini Allah menegaskan dalam surat al-An’am ayat 115:
ُميِلَعْلا ُعيِمَّسلا َوُهَو ِهِتاَمِلَكِل َلِّدَبُم لا لاْدَعَو اًقْدِص َكِّبَر ُةَمِلَك ْتََّتََو
Artinya: “Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merobah robahkalimat-kalimat-Nya dan Dia lah yang Maha Mendengar lagi Maha mengetahui.” (Depag, 2009 : 143).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa memelihara
hafalan sangatlah penting. Mengulangi hafalan (murojaah) merupakan
salah satu cara untuk menguatkan hafalan al-Qur’an. Berikut adalah kiat pemeliharaan hafalan al-Qur’an:
1. Mengulang hafalan secara keseluruhan dengan istiqamah.
Mengulangi hafalan pada saat shalat fardhu atau shalat sunnah.
Caranya, setelah membaca surat al-fatihah lanjutkan dengan membaca
surat-surat yang telah dihafal. Dilakukan secara terjadwal dan
berurutan mulai dari surat al-Baqarah sampai An-Nas (Wahid, 2014:
105).
2. Mendengarkan hafalan al-Qur’an dari kaset-kaset atau mempelajari terjemahan, hal ini akan membantu melekatkan hafalan. (Sugianto,
21
3. Ayat-ayat yang sudah dihafal di sima’ atau diperdengarkan dengan orang lain.
C. Faktor Pendukung Tahfidz al-Qur’an.
Hal-hal yang mendukung tercapainya tujuan menghafal al-Qur’an adalah sebagai berikut:
1. Usia yang ideal
Usia yang tepat untuk menghafal yang benar-benar telah
disepakati, yaitu dari umur 5 tahun hingga kira-kira 23 tahun. Alasannya,
manusia pada usia ini daya hafalannya bagus sekali, bahkan masa ini
merupakan tahun-tahun menghafal cepat. Menghafal pada usia ini sangat
cepat, dan kelupaan masih lambat sekali (Badwilan, 2009: 116).
2. Manajemen waktu
Penghafal al-Qur’an ada yang menghafal al-Qur’an secara khusus yaitu tidak mempunyai kesibukan lain selain menghafal al-Qur’an dan penghafal yang mempunyai kegiatan lain selain menghafal al-Qur’an.
Bagi penghafal al-Qur’an secara khusus dapat mengoptimalkan seluruh kemampuan dan memaksimalkan waktu yang dimiliki untuk
menghafal al-Qur’an, sehingga dapat menyelesaikan program hafalan dengan cepat karena tidak mempunyai kendala dari kegiatan lain.
Sedangkan penghafal al-Qur’an yang mempunyai kegiatan lain seperti sekolah atau bekerja, maka harus pandai mengatur waktu dan
22
Dari pendapat diatas seorang penghafal harus memanajemen waktu
dengan baik, agar proses menghafal berjalan dengan lancar tidak
terganggu dengan kegiatan lain.
3. Membuat target hafalan
Bagi orang yang ingin menghafal al-Qur’an wajib menentukan batasan hafalan yang disanggupinya setiap hari. Perhatikan perkiraan
berikut ini (Badwilan, 2009: 199-202):
a. Apabila menghafal al-Qur’an sehari satu ayat saja, berarti anda menghafal al-Qur’an seluruhnya dalam rentang waktu 17 tahun, 7 bulan, 9 hari.
b. Apabila menghafal al-Qur’an sehari 2 ayat, berarti anda menghafal al
-Qur’an seluruhnya dalam rentang waktu 8 tahun, 9 bulan, 18 hari.
c. Apabila menghafal al-Qur’an sehari 3 ayat, berarti anda menghafal al
-Qur’an seluruhnya dalam rentang waktu 5 tahun, 10 bulan, 13 hari.
d. Apabila menghafal al-Qur’an sehari 4 ayat, berarti anda menghafal al
-Qur’an seluruhnya dalam rentang waktu 4 tahun, 4 bulan, 24 hari.
e. Apabila menghafal al-Qur’an sehari 5 ayat, berarti anda menghafal al
-Qur’an seluruhnya dalam rentang waktu 3 tahun, 6 bulan, 7 hari.
f. Apabila menghafal al-Qur’an sehari 6 ayat, berarti anda menghafal
al-Qur’an seluruhnya dalam rentang waktu 2 tahun, 11 bulan, 4 hari.
g. Apabila menghafal al-Qur’an sehari 7 ayat, berarti anda menghafal al
23
h. Apabila menghafal al-Qur’an sehari 8 ayat, berarti anda menghafal
al-Qur’an seluruhnya dalam rentang waktu 2 tahun, 2 bulan, 12 hari.
i. Apabila menghafal al-Qur’an sehari satu wajah, berarti anda menghafal al-Qur’an seluruhnya dalam rentang waktu 1 tahun, 8 bulan, 12 hari.
Target hafalan ditentukan sesuai dengan kapasitas waktu dan
kemampuan penghafal, karena setiap penghafal mempunyai kemampuan
yang berbeda-beda.
4. Tempat Menghafal
Kondisi daan situasi tempat ikut mendukung tercapainya
menghafal al-Qur’an. Tempat yang ideal yang mendukung proses menghafal seperti; jauh dari kebisingan, bersih dan suci dari kotoran dan
najis (Ahsin, 2000: 61).
D. Faktor Penghambat Tahfidz al-Qur’an
Ada beberapa hal yang membuat sulit mengahafal al-Qur’an, (1) Tidak menguasai makharijul huruf dan tajwid, (2) Tidak sabar, (3) Tidak
sungguh-sungguh, (4) Tidak menghindari dan menjauhi maksiat, (5) Berganti-ganti
mushaf (Wahid, 2014: 113-124).
Menurut Muhammad Habibillah Muhammad Asy-Syinqithi dalam
bukunya kiat mudah menghafal al-Qur’an ada beberapa hal yang menghambal menghafal al-Qur’an, yaitu: dosa dan maksiat, terlalu mementingkan urusan dunia, kesombongan, tergesa-gesa, sikap malas dan lemah, mengabaikan
24
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa faktor
penghambat menghafal al-Qur’an ialah sebagai berikut: 1. Tidak Menguasai Makharijul Huruf dan Tajwid
Salah satu faktor kesulitan dalam menghafal al-Qur’an ialah karena bacaan yang tidak bagus, baik dari segi Makharijul huruf, kelancaran
membacanya, ataupun tajwidnya. Sebelum menghafal al-Qur’an harus lancar dan benar bacaannya, sehingga mempermudah dalam menjalani
proses menghafal al-Qur’an (Wahid, 2014: 114). 2. Tidak Sabar
Menghafal al-Qur’an diperlukan kerja keras, ketekunan dan kesabaran karena proses menghafal memerlukan waktu yang relatif lama,
konsentrasi, dan fokus terhadap hafalan (Rouf, 2009:108).
3. Tidak Sungguh-sungguh
Al-Qur’an adalah sebuah kitab agung yang membutuhkan
kesabaran, kekuatan, dan tekad yang kuat. Allah ta’ala berfirman dalam
surat maryam ayat 12:
اًّيِبَص َمْكُْلْا ُهاَنْ يَ تآَو ةَّوُقِب َباَتِكْلا ِذُخ َيََْيَ اَي
Artinya: Hai Yahya, ambillah Al kitab (Taurat) itu dengansungguh-sungguh. dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih
kanak-kanak (Depag, 2009: 463).
25
Menghafal al-Qur’an harus menghindari dan menjauhi perbuatan dosa, karena perbuatan dosa atau maksiat dapat melemahkan ingatan dan
membuat lupa hafalan al-Qur’an (Asy-Syinqithi, 2011: 99). 5. Berganti-ganti Mushaf
Berganti-ganti mushaf juga akan menyulitkan dalam menghafal
al-Qur’an dan melemahkan hafalan. Sebab, setiap mushaf mempunyai posisi
ayat dan bentuk tulisan yang berbeda-beda. Maka penghafal al-Qur’an dianjurkan menggunakan satu mushaf untuk mempermudah proses
menghafal dan mengulang hafalan (Wahid, 2014: 122).
E. Adab Membaca al-Qur’an.
Adab-adab membaca al-Qur’an aalah sebagai berikut: 1. Bersuci.
Sebelum membaca al-Qur’an berwudhu terlebih dahulu untuk menghilangkan hadats (kotoran) kecil.
2. Membersihkan mulut.
Disunatkan sebelum membaca al-Qur’an bersiwak/menggosok gigi terlebih dahulu.
3. Di awali membaca ta’awudz.
Setiap kali membaca al-Qur’an hendaknya terlebih dahulu diawali
dengan membaca ta’awudz, yaitu ungkapan meminta perlindungan kepada
Allah swt. dari godaan setan yang terkutuk (Syarifuddin, 2005: 89). Hal ini
berdasarkan firman Allah dalam surat an-Nahl ayat 98:
26
Artinya: “Apabila kamu membaca al-Quran hendaklah kamu
meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.” (Depag,
2009: 289).
4. Menghadap kiblat.
Ketika membaca al-Qur’an dianjurkan untuk menghadap kiblat. Karena sebaik-baik majlis adalah menghadap kiblat.
F. Mengajarkan Menghafal al-Qur’an Sejak Dini
Usia ideal anak menerima pendidikan al-Qur’an secara formal adalah pada usia 4 sampai 6 tahun. Karena pada usia 7 tahun anak telah ditekankan
untuk dilatih menjalankan shalat, sedangkan dalam shalat terdapat
bacaan-bacaan al-Qur’an harus lancar. Tenggang waktu tiga tahun dapat dipergunakan untuk mempersiapkan prasarana anak sebelum benar-benar diperintahkan
melakukan shalat (Syarifuddin, 2005: 63).
Usia anak-anak merupakan usia yang paling tepat digunakan untuk
menghafal al-Qur’an, karena daya ingat anak masih kuat. Menghafal
al-Qur’an merupakan salah satu upaya untuk menjaga al-Qur’an. Ada beberapa
cara mengajarkan anak menghafal al-Qur’an sebagai berikut: 1. Bergabung dengan sekolah atau majelis menghafal al-Qur’an.
Sekolah atau lembaga-lembaga yang memberikan perhatian khusus
terhadap menghafal al-Qur’an. Tempat yang memfasilitasi anak-anak menghafal al-Qur’an, membaguskan bacaan tajwid dan tahsinnya (Badwilan, 2009: 152).
27
Banyak mendengarkan bacaan al-Qur’an atau murattal al-Qur’an akan membantu anak dalam menghafal al-Qur’an, karena usia anak yang masih di bawah umur menirukan apa yang ia dengar dan apa yang ia lihat.
3. Menanamkan pada anak cinta al-Qur’an.
Usia dini merupakan masa pembentukan watak. Anak adalah
ibarat lembaran yang masih polos dan putih. Apabila sejak dini
ditanamkan kecintaan terhadap al-Qur’an maka benih-benih kecintaan itu akan membekas pada jiwanya dan kelak akan berpengaruh pada
perilakunya sehari-hari. Berbeda apabila kecintaan tersebut ditanamkan
ketika anak sudah dewasa. Sebagai contoh Dr. M. Quraish Shihab, orang
28 BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida
Gambaran umum yang penulis maksud adalah uraian singkat mengenai
situasi dan kondisi SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida yang terletak di
Desa Ledok Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga, yang dijadikan
lokasi penelitian oleh penulis. Uraian singkat ini meliputi: sejarah berdirinya,
letak geografis, struktur organisasi, visi dan misi, keadaan siswa dan guru,
sarana dan fasilitas pendidikan, kegiatan belajar, dan lain sebagainya.
1. Sejarah Berdiri
Pondok pesantren An-Nida yang berdiri sejak 1 Juni 1979 ini telah
mengukir sejarah keemasannya tersendiri. Tidak heran jika di masa dekade
tertentu ketika kita berbicara tentang pondok pesantren di kota salatiga,
maka kita sedang membicarakan pondok pesantren An-Nida. Pendok
pesantren yang diparkasai oleh KH. Ali As’ad (alm) dan para kyai-kyai
(alumni ma’had kudus) ini telah melahirkan banyak alumni dari lintas
generasi yang telah tersebar di berbagai pelosok tanah air. Berbekal
semangat untuk mengalirkan sumber kehidupan (agama) di kota Salatiga,
KH. Ali As’ad (Alm) dengan dana pribadi dan bantuan dermawan,
29
Berdasarkan kilas historis tersebut, maka perlu diupayakan agar
keadaan Pondok Pesantren An-Nida yang sedang mengalami masa transisi
ini dapat di-upgrade kembali menjadi sebuah lembaga yang jauh lebih
baik dan menjadi inspi rasi banyak orang. Dengan dukungan berbagai
pihak, baik pengurus yayasan, alumni dan masyarakat yang peduli dengan
Pondok Pesantren An-Nida, maka pada tanggal 01 Februari 2013 di
sepakati tentang pembenahan struktur kelembagaan dan pendirian embrio
Sekolah Dasar Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida Dengan
Branding Qur’ani-Terampil-Mandiri Dan Motto “Building Future
Quranic Generation”.
Sekolah Dasar Plus Tahfidzul Qur’an yang disingkat (SD PTQ)
An-Nida ini didesain dengan sistem boarding (pondok pesantren). Dimana
peserta didik yang masuk di dalamnya diwajibkan untuk tinggal
dipesantren (mulai kelas 4 sampai 6). Model ini diadaptasi dari berbagai
lembaga sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah dengan berbasis
al-Qur’an (Tahfidzul al-Qur’an) dari berbagai daerah. Diharapkan dengan
berdirinya sekolah tersebut dapat memberikan tambahan pilihan
masyarakat dalam memilih lembaga pendidikan yang unik, memilki nilai
plus dan berbasis al-Qur’an bagi anak mereka. Disamping tujuan utamanya adalah untuk mengembalikan kebesaran khittoh Pondok
Pesantren An-Nida sebagai pengalir sumber kehidupan (agama)
sebagaimana spirit yang dibawa oleh KH. Ali As’ad (Alm) (Dokumen
30 2. Letak Geografis
SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida terletak di kecamatan
Argomulyo Kotamadya salatiga yaitu di Jl. Jenderal Sudirman 239
Salatiga. Letak gedung SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ)An-Nida berada di tempat yang strategis karena berada di jalur jalan Semarang. Jalan raya
jurusan Semarang– Solo dengan batas-batas sebagai berikut:
a. Barat : Rumah Bapak Tono
b. Timur : Rumah Bapak Miftah
c. Utara : Masjid An-Nida
d. Selatan : Rumah Bapak Abdul Ghoni
3. Struktur Organisasi
SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida berada di bawah
naungan yayasan An-Nida, dalam penanganan kepentingan yayasan
sepenuhnya ditangani oleh yayasan. Adapun pengatur langsung
pelaksanaan kepentingan yang ada lewat kepala sekolah dan pihak-pihak
yang terkait. Pelaksanaan tugas intern yayasan dipisahkan dengan
pelaksanaan tugas ekstern sekolah, sehingga masing-masing sisi mampu
memaksimalkan tugasnya. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya
sebagai lembaga pendidikan, SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida
dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang bertanggung jawab terhadap
seluruh kegiatan pendidikan dengan dibantu oleh beberapa wakil kepala.
Setiap wakil kepala menangani satu bidang tertentu. Seperti:
31 b. WAKA bidang kesiswaan.
c. WAKA bidang administrasi dan keuangan.
d. WAKA bidang sarana dan prasarana.
Sedang kepala sekolah menangani empat koordinator kelas atau
wali kelas mulai dari kelas satu sampai kelas empat, dan menangani para
dewan guru. Adapun susunan organisasi SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ)
An-Nida dapat di lihat dalam lampiran.
Kepala sekolah dan seluruh guru SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida mengadakan koordinasi untuk mengevaluasi program satu
minggu sebelumnya dan membuat rencana program satu minggu yang
akan datang yang dilaksanakan satu minggu sekali. (Hasil wawancara
dengan Bapak Aswad Addu Ali 9 Februari 2016).
4. Visi dan Misi
VISI : Menjadi role model lembaga pendidikan Islam yang bertaraf nasional yang memiliki nilai Plus dengan
32
MISI : 1. Melahirkan huffadz al-Qur’an anak-anak yang
berkepribadian Qur’ani, Terampil dan Mandiri.
2. Menciptakan suasana Qur’ani baik dilingkungan sekolah/pesantren maupun dirumah.
3. Membina kemandirian dan ketrampilan sesuai
ketrampilan masing-masing.
4. Menjalin hubungan yang sinetris antara lembaga
dengan orang tua dan stakeholder pendidikan.
5. mengelola potensi siswa dan orangtua serta guru
dalam menyiapkan generasi qur’ani yang Rabbani
dan mandiri.
(hasil observasi 20-01-2016)
5. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa a. Keadaan Guru
Suatu lembaga pendidikan memiliki dua unsur pokok dalam
proses pembelajaran yaitu pendidik dan peserta didik. Adapun tenaga
pengajar di SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida Desa Ledok
Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga berjumlah 13 guru, yang
terdiri dari 4 guru kelas, 3 guru pendamping, 4 guru Tahfidz, 1 guru
Pendidikan Agama Isalm (PAI), 1 guru olah raga.
Tenaga pengajar di SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida
33
lulusan dari, IAIN Salatiga, UKSW, PP Islam Terpadu Ar-Rohmah,
MAN 1 Semarang. Hal ini sangat menunjang proses pembelajaran
karena pendidiknya punya bekal yang cukup dan sesuai dengan
bidangnya (Data guru SD PTQ An-Nida, Januari 2016).
b. Keadaan Karyawan
Karyawan administrasi SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An -Nida Desa Ledok Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga
berjumlah 2 orang. Sedangkan karyawan non administrasi berjumlah 2
orang. Seperti cleaning service dan koki. Adapun jumlah keseluruhan
karyawan SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida Desa Ledok
Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga adalah 4 orang (Data
Karyawan SD PTQ An-Nida, Januari 2016).
c. Keadaan Siswa
Perkembangan jumlah siswa SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida Desa Ledok Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga dari
tahun ke tahun menunjukkan peningkatan, sebagian besar siswa yang
mendaftar berasal dari daerah salatiga dan sekitarnya.
Jumlah siswa di SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida
Desa Ledok Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga tahun
pelajaran 2015/2016 berjumlah 81 anak. Keseluruhan sisawa dibagi
dalam 4 kelas. Kelas 1 terbagi menjadi 2 kelas, kelas 1A berjumlah 20
34
siswa dan kelas 3 berjumlah 18 siswa (Data siswa SD PTQ An-Nida,
Januari 2016).
6. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana adalah alat/media/bahan dalam melaksanakan
suatu pembelajaran. SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida belum memiliki gedung sekolah sendiri. Sarana dan prasarana yang digunakan
sekolah adalah milik pondok pesantren An-Nida. Ada beberapa Sarana dan
prasarana, diantaranya adalah 1 gedung Aula, 4 ruang kelas, 2 ruang kelas
Tahfidz, 1 kantor kepala sekolah, 1 kantor guru, 6 kamar mandi siswa dan
guru, 1 asrama siswa, 1 almari kantor, 2 printer, dan 1 perpustakaan. (Hasil
observasi 03-02-2016, di SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida).
7. Kurikulum SD Plus Tahfidzul Qur’an An-Nida
a. Kurikulum Diknas
Menggunakan kurikulum Diknas 100% dengan pengembangan
dalam pembelajaran (silabus, materi, proses pembelajaran).
Menerapkan kurikulum 2013 tahun pelajaran 2015/2016 di semua
tingkat kelas.
Materi pelajaran yang disajikan kurikulum diknas (kurikulum
2013) meliputi:
1) Pendidikan Kewarganegaraan
2) Bahasa Indonesia
3) SBDP (Seni Budaya da Prakarya)/Ketrampilan
35 5) Matematika
b. Kurikulum Khas
Merupakan pengembangan kurikulum agama Islam. Kurikulum
khas/ Agama mempunyai gambaran secara umum kedepan dan tidak
lepas dari visi dan misi yang ditetapkan SD Plus Tahfidzul Qur’an
(PTQ) An-Nida. Mata pelajaran yang terangkum dalam kurikulum
khas ini ialah:
1) Tahfizul Qur’an
2) Penanaman Aqidah pagi (PAP)
3) Ibadah
4) Baca tulis al-Qur’an/Qiroati 8. Kegiatan pembelajaran
Dalam melaksanakan program pembelajaran perpaduan antara
pembelajaran tahfidz dan pembelajaran umum di SD Plus Tahfidzul
Qur’an (PTQ) An-Nida adalah sebagai berikut:
Tabel I
Jadual pembelajaran di SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida
36
Hasil dari proses wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti
adalah sebagai berikut:
1. Implementasi Program Tahfidz al-Qur’an di SD Plus Tahfidzul
Qur’an (PTQ) An-Nida.
a. Pembelajaran Tahfidz al-Qur’an
SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida merupakan sekolah
formal yang berbasis Tahfidz al-Qur’an atau menghafal al-Qur’an.
Pada dasarnya pembelajaran di SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An
-Nida sama dengan sekolah-sekolah formal pada umumnya.
Perbedaannya adalah SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida
pembelajaran tahfidz al-Qur’an lebih banyak jam pembelajarannya dari pada pembelajaran umumnya.
Pembelajaran tahfidz al-Qur’an di SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida tahun pembelajaran 2015/2016 setiap kelas diampu
oleh guru tahfidz, dan guru tahfidz SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida dapat dilihat pada tabel berikut ini:
37
Data Guru Tahfidz SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida
Tahun Ajaran 2015/2016.
No Kelas Guru Tahfidz
1. IA Mir’atul Azizah
2. IB Zaenab Syahidah AzkaAmanina
3. II Nurul Khikmah, S.Pd.I
4. III Ahmad Anas Sukmono, Al-Hafidz
Sedangkan guru kelas dan guru pendamping juga membantu
pelaksanaan program ini dan membantu siswa yang belum lancar
membaca al-Qur’an (wawancara dengan Bapak Aswad, Ruang kepala sekolah, Selasa, 09 Februari 2016, 09.03-10.15).
Sedangkan untuk jadual, waktu, target dan pelaksanaan
program tahfidz al-Qur’an di SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An -Nida adalah sebagai berikut:
1) Jadual pelaksanaan Tahfidz al-Qur’an
Kegiatan Tahfidz al-Qur’an dilaksanakan setiap Senin
sampai Jum’at mulai dari jam 07.40-09.15 (Wawancara dengan Ibu
Anik, Kantor Guru, Rabu 10 Februari 2016, 13.00-13.45).
2) Target pembelajaran Tahfidz al-Qur’an a) Target menghafal per hari adalah 6 baris.
b) Target menghafal per tahun untuk kelas I adalah 1 ½ juz
sedangkan untuk kelas II dan III adalah 2 juz dengan rincian
38
b. Metode Pengajaran Tahfidz al-Qur’an
Metode yang digunakan dalam pengajaran tahfidz al-Qur’an adalah metode al-qashimi. Dengan alasan metode al-qashimi lebih
mudah di gunakan untuk mengajarkan tahfidz kepada anak-anak
(Wawancara dengan Bapak Aswad, Kantor Kepala Sekolah, Selasa 09
Februari 2016, 09.03-10.15).
c. Pelaksanaan Pembelajaran Tahfidz al-Qur’an
Kegiatan ini di mulai setelah melaksanakan shalat dhuha
berjamaah. Pelaksanan pembelajaran tahfidz dilaksanakan di kelas
masing-masing yang diampu oleh seorang guru.
Dalam pembelajaran tahfidz dikelas II dan kelas III dibagi
menjadi dua kelompok yaitu kelompok siswa yang sudah bisa
39
Sedangkan pembelajaran tahfidz dikelas I tidak ada pembagian
kelompok.
Kegiatan ini diawali dengan berdo’a terlebih dahulu kemudian
murajaah atau mengulangi ayat atau surat yang dihafal di hari
sebelumnya. Setelah selesai murajaah guru membacakan ayat yang
akan dihafal sebanyak tiga kali kemudian ditirukan oleh siswa
sebanyak 25 kali. Apabila siswa kesulitan membaca 1 ayat langsung,
guru memotong ayat untuk diulang-ulang sampai hafal baru
menggabung satu ayat.
Setelah selesai menghafal 6 baris dilanjutkan dengan kegiatan
baca tulis al-Qur’an (BTAQ). Dalam kegiatan baca tulis al-Qur’an (BTAQ) ini siswa menyetorkan ayat yang tadi di hafalkan dan mengaji
al-Qur’an (untuk yang sudah sampai al-Qur’an) dan Iqra’. Apabila dalam menyetorkan hafalan lancar maka guru memberikan tanda L
(Lanjut) dalam buku capaian hafalan. Sedangkan siswa yang belum
lancar hafalannya maka guru memberikan tanda T (Tunda) dalam buku
capaian hafalan siswa. Dalam evaluasi ini tidak ada aspek secara
khusus untuk makharijul huruf dan tajwidnya, aspek yang di evaluasi
adalah hafal tidaknya ayat tersebut. Bagi siswa yang belum memenuhi
aspek tersebut maka belum dapat melanjutkan ayat atau surat
selanjutnya (Wawancara dengan Bapak Anas, Ruang Tahfidz kelas III
40
Untuk menunjang penguatan hafalan siswa juga dijadualkan
murajaah atau mengulangi hafalan, yaitu:
1) Sebelum sholat dhuhur berjamaah murojaah atau mengulangi
hafalan.
2) Setelah istirahat makan siang murojaah atau mengulangi hafalan.
3) Setelah sholat ashar berjamaah murojaah atau mengulangi hafalan.
2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Program Tahfidz
al-Qur’an diSD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida.
a. Faktor pendukung program tahfidz al-Qur’an SD Plus Tahfidzul
Qur’an (PTQ) An-Nida.
Ada beberapa faktor yang mendukung program tahfidz di SD
Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida. Faktor pendukung ini berasal
dari siswa sendiri, orang tua siswa maupun guru.
Faktor yang berasal dari siswa, yaitu: usia siswa, minat siswa yang tinggi dalam mengikuti hafalan al-Qur’andan kecerdasn siswa (Wawancara dengan Bapak Aswad, Kantor Kepala Sekolah, Selasa 09 Februari 2016, 09.03-10.15).
Faktor pendukung dari orang tua adalah keterlibatan orang tua
dalam penguatan hafalan al-Qur’an.
Biasanya saya membiasakan anak saya murajaah atau mengulang hafalan setiap habis shalat maghrib sampai adzan
Isya’. Saya tidak mentarget surat yang di murojaah, biasanya
surat yang dihafalkan tadi di sekolahan. (Wawancara dengan Ibu Susmularsih, Sabtu 13 Februari 2016,08.30-09.00). Sedangkan faktor yang berasal dari guru adalah perhatian yang
41
motivasi guru supaya siswa terus semangat dalam menghafal
al-Qur’an.
b. Faktor penghambat program tahfidz al-Qur’an SD Plus Tahfidzul
Qur’an (PTQ) An-Nida.
Faktor penghambat adalah faktor yang menghalangi
tercapainya suatu tujuan, yaitu tujuan menghafal al-Qur’an. Adapun hambatan-hambatan dalam menghafal al-Qur’an di SD Plus Tahfidzul
Qur’an (PTQ) An-Nida sebagai berikut:
Hambatan yang berasal dari siswa menurut saya: Pertama, ada beberapa anak yang belum bisa membaca al-Qur’an jadi anak akan kesusahan dalam menghafal al-Qur’an. Kedua, anak tidak mau bunyi ketika guru membacakan ayat yang akan di hafal. Minimal ketika anak mau bunyi atau menirukan apa yang dibacakan guru siswa tidak akan kesusahan dalam menghafal. Ketiga, siswa tidak semangat dalam mengikuti pembelajaran al-Qur’an (Wawancara dengan Bapak Anas, Ruang Tahfidz kelas III Selasa, 09 Februari 2016 10.10-10.59).
Faktor penghambat dari guru: Pertama, guru monoton dalam pembelajaran tahfidz atau kurang kreatif. Kurang tegas terhadap anak-anak yang tidak semangat dalam menghafal
al-Qur’an . (Wawancara dengan Ibu Khikmah, Ruang tahfidz kelas II, Rabu 10 Februari 2016, 09.30-10.10).
Dari paparan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor
penghambat program tahfidz al-Qur’an di SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida berasal dari siswadan guru. Faktor dari siswa yaitu:
42
beberapa siswa yang tidak mau bunyi ketika guru membacakan ayat
yang akan dihafal, dan anak tidak semangat dalam menghafal
al-Qur’an. Sedangkan faktor yang berasal dari guru yaitu: guru kurang
kreatif dalam pembelajaran tahfidz jadi siswa mudah bosan dengan
pembelajaran tahfidz, dan guru kurang tegas terhadap siswa yang tidak
43 BAB IV PEMBAHASAN
A. Implementasi Program Tahfidz al-Qur’an Di SD Plus Tahfidzul
Qur’an (PTQ) An-Nida.
1. Pembelajaran tahfidz al-Qur’an
Dari pembelajaran tahfidz al-Qur’an di SD Plus Tahfidzul
Qur’an (PTQ) An-Nida yang penulis paparkan dalam bab III maka,
menurut penulis perlu adanya tinjau kembali tentang pembelajaran
tahfidz al-Qur’an.
Program tahfidz al-Qur’an yang dilaksanakan di SD Plus
Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida merupakan program khusus.
Program ini dikembangkan secara mandiri dan belum ada
kurikulum tahfidznya. Program tahfidz ini adalah program yang
menambah nilai plus SD Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida.
Meskipun program tahfidz al-Qur’an di SD Plus Tahfidzul
Qur’an (PTQ) An-Nida belum ada kurikulumnya, sekolah ini tetap
memiliki target hafalan yang harus dicapai oleh siswa. Target
tersebut adalah sebagai berikut:
44
b. Target menghafal per tahun untuk kelas I adalah 1 ½ juz
sedangkan untuk kelas II dan III adalah 2 juz dengan rincian
sebagai berikut:
1)Kelas I : Target yang ditentukan adalah siswa
menghafalkan juz 30 dan juz setengah juz
29.
2)Kelas II : Target yang ditentukan adalah siswa
menghafal juz 1 dan juz 2.
3)Kelas III : Target yang ditentukan adalah siswa
menghafal juz 3 dan juz 4.
Menurut penulis dilihat dari daftar hasil hafalan siswa (lihat
dilampiran) siswa belum mampu mencapai target yang di tetapkan
oleh sekolah yaitu satu juz setiap satu semester. Dari hitungan
penulis apabila siswa mampu mencapai satu juz setiap satu
semester maka hasil hafalan siswa sebagai berikut:
a. Kelas II seharusnya sudah hafal 3 ½ juz. Akan tetapi capaian
siswa pada semester ini baru 2 ½ juz.
b. Kelas III seharusnya sudah hafal 5 ½ juz. Akan tetapi capaian
hafalan siswa semester ini baru 4 ½ juz.
Metode yang digunakan dalam mengajarkan tahfidz
al-Qur’an adalah metode al-qashimi. Metode al-qashimi adalah
Al-45
Qur’an untuk pemula. Ada beberapa langkah dalam metode
al-qashimi yaitu:
a. MMUSBOB (Metode Menghafal Untuk Sebodoh-Bodoh
Orang Bisa) atau MMUSUB (Metode Menghafal Untuk Semua
Bisa).
Metode ini memiliki 3 putaran dalam membaca
perhalaman. Setiap putaran masing-masing di baca 25 kali
dengan melihat mushaf. Hasil akhir setiap ayat akan dibaca 75
kali. Setelah itu halaman yang sudah dibaca baru dihafal.
Metode ini memiliki modifikasi yaitu: setiap hitungan ganjl
membaca dengan melihat mushaf (binadzor), dan setiap
hitungan genap membaca dengan hafalan (bilghoib) jika
mampu. Bila belum mampu, bacalah sebanyak-banyaknya
hingga mudah diucapkan lisan, dan otak terasa tidak berat atau
terbebani. Dengan kata lain badan tidak terasa lelah ketika
membaca atau menghafalnya.
Cara menghafal Al-Qur’an bagi anak adalah melakukan pengulangan sebanyak 25 kali per ayat yaitu dengan cara
ustadz membacakan ayat kemudian murid menirukan bacaan
ustadznya sebanyak 25 kali bacaan dan seterusnya hingga lisan
anak-anak terasa mudah untuk membaca dan baru kemudian
menghafalkan ayat demi ayat.
46
Metode ini cukup mudah untuk dipahami. Tanpa
menyebutkan beberapa kali jumlah pengulanganya, disesuaikan
dengan kemampuan masing-masing individu. Akan tetapi
dianjurkan minimal per ayat di baca 40 kali.
c. MMC (Metode Menghafal Cepat)
Metode menghafal cepat adalah metode yang
dianjurkan bagi orang yang sudah menghatamkan Al-Qur’an minimal 40 kali. Bagi orang yang belum menghatamkan
minmal 40 kali membaca Al-Qur’an maka dalam proses menghafal Al-Qur’an akan mengalami kesulitan karena akan memberatkaan dalam pengucapannya ketika akan menghafal.
Lisan kita belum mutaqin (tenang, mapan) dan kepala akan
cepat pusing. Kalaupun bisa menhafalkannya maka akan cepat
hilang (Al-qashimi, 2013: 86).
Dari ketiga langkah diatas metode yang digunakan di SD
Plus Tahfidzul Qur’an (PTQ) An-Nida adalah metode MMUSBOB (Metode Menghafal Untuk Sebodoh-Bodoh Orang Bisa) atau
MMUSUB (Metode Menghafal Untuk Semua Bisa).
Kelebihan dan kekurangan metode al-qashimi adalah
sebagai berikut:
47
1) Bisa diterapkan untuk semua usia, baik anak-anak maupun
yang sudah dewasa.
2) Bisa mempercepat hafalan Al-Qur’an dan dapatnya banyak, hal ini sudah terbukti hasilnya.
3) Bisa diterapkan untuk semua orang dengan berbagai
kecerdasan yang berbeda-beda.
b. Kekurangan metode al-qashimi
1) Terkadang membosankan terutama bagi anak-anak karena
harus mengulang banyak kali.
2) Tidak ada variasinya dalam menghafalkan Al-Qur’an terutama untuk anak-anak.
3) Anak yang kurang aktif hafalannya menjadi sedikit.
Variasi dalam proses Tahfidz al-Qur’an guru menggunakan nada. Dengan menggunakan nada akan mempermudah siswa
dalam proses menghafal al-Qur’an. Nada yang digunakan disesuaikan dengan nada anak-anak, yaitu nada Muri-Q. Muri-Q
merupakan penggabungan metode praktis membaca al-Qur’an dan teknik melagukan bacaan al-Qur’an sesuai tajwidnya (http://baitulmalfkam.com/murottal-irama-quran-muri-q/, Rabu 02
Maret 2016).
Nada Muri-Q terdapat 4 tanda nada, yaitu: