TINDAKAN SUAMI TERHADAP ISTRI YANG NUSYUZ
MENURUT MUHAMMAD NAWAWI AL BANTANI DALAM
KITAB
UQUD AL LUJJAYN
DAN K.H. AHMAD RIFA’I
DALAM KITAB
TABYIN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
Muhammad Tsabit Bil Choiri
Nim : 21114012
JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARI'AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
i
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
KepadaYth.
Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga Di Salatiga
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan
dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa :
Nama : Muhammad Tsabit Bil Choiri
NIM : 211 14 012
Judul : TINDAKAN SUAMI TERHADAP ISTRI YANG
NUSYUZ MENRUT SYAIKH NAWAWI
AL-BANTANI DALAM KITAB UQUD AL- LUJJAYN
DAN K.H. AHMAD RIFA’I DALAM KITAB TABYIN Dengan ini kami mohon skripsi Saudari tersebut di atas supaya segera
dimuqosahkan. Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu’alaikumWarahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, 07 September 2018 Pembimbing,
Dr.H.Muh.Irfan Helmy,Lc,MA
ii SKRIPSI
TINDAKAN SUAMI TERHADAP ISTRI YANG NUSYUZ MENURUT
SYAIKH MUHAMMAD NAWAWI AL-BANTANI DALAM KITAB UQUD AL
LUJJAYNDAN K.H AHMAD RIFA’I DALAM KITAB TABYIN
Oleh
MUHAMMAD TSABIT BIL CHOIRI NIM: 211 14 012
telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Skripsi Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal (tanggal munaqosyah) dan
telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana hukum
Susunan Panitia Penguji :
Salatiga, 06 September 2018
Dekan Fakultas Syari’ah
Dra.Siti Zumrotun , M.Ag. NIP. 1967021 199903 1 002 Ketua Penguji : .
Sekretaris Penguji :
Penguji I :
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertandatangan dibawah ini:
Nama : Muhammad Tsabit Bil Choiri
NIM : 211 14 012
Fakultas : SYARI‟AH
Jurusan : HUKUM KELUARGA ISLAM (HKI)
Judul Skripsi : TINDAKAN SUAMI TERHADAP ISTRI YANG NUSYUZ MEMURUT SYAIKH NAWAWI AL-BANTANI DALAM
KITAB UQUD AL- LUJJAYN DAN K.H. AHMAD RIFA’I
DALAM KITAB TABYIN.
Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya
sendiri, bukan jiplakan atau karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain
yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 04 September 2018 Yang menyatakan
MUHAMMAD TSABIT BIL CHOIRI
iv MOTTO
ِْسْاَّنلِلْ مُهُعَف نَاِْساَّنلاُر
ْ يَخ
v
PERSEMBAHAN
Karya Ilmiah berupa skripsi ini ku persembahkan kepada :
1. Alm. KH. Zoemri RWS dan Ibi Nyai Hj. Latifah Zoemry beserta keluarga
yang mendidikku di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah, untuk
menjadi orang yang lebih baik.
2. Kedua Orang tuaku Alm. Muhtar Isbiyanto dan Siti Khotimah yang telah
mendoakan dan memberi kasih sayang serta semangat kepadaku selama ini.
3. Saudara-saudaraku pak de Mat Ghozali terutama adikku M Akrom Muttaqi
yang saya sayangi .
4. Guru-guruku Pak Budiyanto, Pak K.H Nur Badri, Mas Syukur Qodary serta
dewan asatidz TPQ Ahsanul Muna di kerokan Kutoanyar Kedu Temanggung,
dan dewan asatidz Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Alfalah ( PPTI )
Al-Falah Salatiga.
5. Semua santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah.
6. Kepada teman-teman PPTI Al-Falah angkatan 2014 yang senantiasa memberi
vi
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis lantunkan dalam lisan dan hati atas segala ni‟mat dzohir dan bathin yang telah Allah berikan. Shalawat serta salam penulis sanjungkan kepada manusia sempurna dan penyempurna segala kema‟rufan Nabi Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Tindakan suami terhadap istri yang nusyuz menurut Syaikh Nawawi al-Bantani dalam kitab Uqud
al-lujjayndan K.H. Ahmad Rifa‟i dalam Kitab Tabyin.” dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak berbagai pihak yang
turut serta membantu kelancaran proses pembuatan skripsi, baik secara material,
maupun spiritual. Selanjutnya penulis haturkan ucapan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr.H. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari‟ah
3. Bapak Sukron Ma‟mun, S.H.i.,Mi. Selaku Ketua Jurusan Hukum Keluarga Islam 4. Ibu Miftachur Rif‟ah Mahmud, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah membimbing penulis dalam menempuh studi di IAIN Salatiga
5. Bapak Dr.Muh. Irfan Helmy, Lc,MA selalu Dosen Pembimbing Skripsi yang
dengan /sabarnya memberikan bimbingan dan arahan pada penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Alm.KH. Zoemri RWS dan Ibi Nyai Hj. Latifah Zoemry beserta keluarga yang
mendidikku di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah, untuk menjadi orang
yang lebih baik.
7. Kedua Orang tuaku Alm Muhtar Isbiyanto dan Siti Khotimah yang telah
mendoakan dan memberi kasih sayang serta semangat kepadaku selama ini.
8. Saudara-saudaraku di rumah dan terutama kepada Pak De Mat Ghozali yang saya
vii
9. Guru-guruku Pak Budiyanto, Pak K.H Nur Badri, Mas Syukur Qodary serta
dewan asatidz TPQ Ahsanul Muna di kerokan Kutoanyar Kedu Temanggung,
dan dewan asatidz Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Alfalah ( PPTI ) Al-Falah
Salatiga.
10. Semua santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah.
11. Kepada teman-teman PPTI Al-Falah angkatan 2014 yang senantiasa memberi
dukungan dan Sahabatku Mbk Afra Fadhillah yang Selalu Memberikan
Semangad dan membantuku menyelesaikan skripsi.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan untuk perbaikan skripsi ini.
Salatiga, 07 September 2018
Yang menyatakan
viii ABSTRAK
Bil Choiri,Muhammad Tsabit.2018.Tindakan suami terhadap istri yang Nusuyz menurut Syaikh Nawawi al-Bantani dalam kitab Uqud Al-Lujjayn dan K.H.Ahmad Rifa‟i dalam Kitab Tabyin. Jurusan Hukum Keluarga Islam(HKI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing Dr.Muh. Irfan Helmy, Lc,MA
Kata Kunci :Nusyuz,Tabyin, Tindakan Suami Terhadap istri, Uqud al Lujjayn.. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui Tindakan Suami Terhadap Istri yang Nusyuz Menurut Syaikh Nawawi al-Bantani dalam kitab Uqud Al-Lujjayn dan K.H Ahmad Rifa‟i dalam kitab Tabyin. Partanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah biografi Syaikh Nawawi Al-Bantani dan K.H Ahmad Rifa‟i, Tindakan Suami terhadap Istri yang Nusyuz menurut Syaikh Nawawi Al-Bantani dalam kitab Uqud Al-Lujjayn dan K.H Ahmad Rifa‟i dalam kitab Tabyin, dan relevansi Tindakan suami terhadap istri yang nusyuz pada era sekarang.
Metode penelitian yang digunakan yaitu literature (kepustakaan). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati pada sumber-sumber tertentu ,mencari, menelaah buku-buku, artikel atau lainya yang bersangkutan dengan skripsi ini. Pengumpulan data dibagi menjadi dua sumber yaitu data primer dan sekunder.
ix DAFTAR ISI
NOTA PEMBIMBING ... i
PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Hasil Penelitian ... 8
E. Definisi Operasional ... 9
F. Metode Penelitian ... 11
G. Sistematika Penelitian ... 13 BAB II : BIOGRAFI INTELEKTUAL TOKOH
x
1. Nasab dan keturunanya ... 17
2. Riwayat pendidikan dan aktivitasnya ... 18
3. Karya ... 20
4. Ajaran ajaranya ... 26
5. Latar belakang penulisan kitab Uqud Al Lujjayn ... 28
6. Gambaran Kitab Uqud Al Lujjayn ... 30
B. K.H AHMAD RIFA’I IBN MUHAMMAD 1. Nasab dan keturunanya ... 31
2. Riwayat pendidikan dan karir...38
3. Guru Gurunya...42
4. Murid muridnya...45
5. Karya...48
6. Gambaran kitab Tabyin...50
BAB III : PEMIKIRAN MENGENAI TINDAKAN SUAMI TERHADAP ISTRI YANG NUSYUZ MENURUT SYAIKH MUHAMMAD NAWAWI AL-BANTANI DALAM KITAB UQUD AL LUJJAYN DAN K.H. AHMAD RIFA’I DALAM KITAB TABYIN A. Pengertian Nusyuz ... 52
B. Tindakan Suami terhadap istri yang nusyuz dalam kitab Uqud AlLujjayn .. 55
xi
2. Sebab sebab istri diperbolehkan dipukul ... 55 3. Tindakan suami terhadap istri yang nusyuz menurut Syaikh Nawawi al Bantani ... 59 C. Tindakan Suami terhadap istri yang nusyuz dalam kitab
Tabyin...64
BAB IV : ANALISIS TINDAKAN SUAMI TERHADAP ISTRI YANG NUSYUZ MENURUT SYAIKH NAWAWI ALBANTANI DALAM KITAB
UQUD AL-LUJJAYN DAN K.H. AHMAD RIFA’I DALAM KITAB TABYIN.
Tindakan suami terhadap istri yang Nusyuz ... 74 Pandangan hukum islam terhadap kekuasaan laki laki ... .81 UU.No23 Tahun 2004 Tentang penghapusan kekerasan dalam
Rumah Tangga... 86 Relevansi tindakan suami terhadap istri yang nusyuz pada zaman sekarang dalam kitab uqud al lujjayn dan kitab Tabyin ... 88 BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ... 93 B. Saran ... 96 DAFTAR PUSTAKA ...98
1 BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Allah SWT menciptakan manusia dan menjadikan khalifah
(pengganti) di mukabumi, agar sebagian yang satu dengan yang lain saling
mengisi. Allah menciptakan karakteristik manusia melalui pernikahan,agar
spesies manusia tetap eksis di muka bumi. Oleh sebab itu Allah SWT
menjadikan pernikahan menjadi satu satunya media demi terealisasinya tujuan
tersebut, Allah SWT memposisikan nikah sebagai suatu system hukum yang
relevan dengan fitrah manusia, pernikahan itu menjamin kepastian fundamental
islam, keluarga, dan tegaknya masyarakat yang terhormat dan bermartabat.
Pernikahan berdiri di atas prinsip-prinsip tegaknya kehormatan, ahklak yang
terpuji, pembagian beban dan tanggung jawab, terwujudnya ketentraman jiwa
suami dan istri, saling tolong menolong diantara tiap-tiap individu keluarga,
tegaknya hubungan yang kualitas keluarga dan masyarakat dengan pertalian
kekeluargaan.
Adapun pengertian nikah secara etimologi, nikah berarti kumpul atau
menyatu, seperti perkataan, “tanakahat al-ashjar”, artinya ketika pohon pohon
itu condong dan satu sama lain saling menyatu, kata al-nikah juga bisa bermakna
al-zawaj seperti perkataan berikut: nakahtu almar‟ata nikahan artinya aku telah
2
ِءاغٌِّٕا َِِّٓ ُُىٌَ َب اَغ اَِ ا ُْٛذِىْٔ أَف
Artinya:…”maka kawinilah wanita wanita (lain) yang kamu senangi…” (QS. An Nisa‟ :34 )(Zuhaily, 2013: 15).
Sedangkan menurut terminologi syara‟, nikah adalah sebuah akad yang
mengandung kebolehan saling mengambil kenikmatan biologis antara suami istri
(istima‟) sesuai prosedur yang diajarkan oleh syara‟, pernikahan harus dijalani
secara berkesinambungan, karena esensi dan subtansi pernikahan adalah
menyatukan dua insan yang berbeda, baik secara fisik maupun psikis antara
laki-laki dan wanita, artinya laki-laki laki-laki memperistri wanita dan wanita menjadikan laki-laki
laki sebagai suami, sebab pernikahan itu bertujuan menyatukan dua insan
sehingga satu sama lain saling berkumpul dan menyatu ( Zuhaily, 2013: 16).
Konsep sebuah “Keluarga” biasanya tidak dapat dilepaskan dari empat
Perspektif berikut: (1) keluarga inti (Nuclear family) yakni bahwa institusi
keluarga terdiri dari tiga komponen pokok, suami,isteri dan anak-anak; (2)
keluarga harmonis; (3) keluarga adalah kelanjutan generasi; (4) keluarga adalah
keutuhan Perkawinan. Dari keempat perspektif ini bisa disimpulkan bahwa
institusi keluarga (rumah tangga) adalah suatu kesatuan yang terdiri dari ayah,
ibu (yang terikat dalam perkawinan), anak-anak yang bertalian erat dengan unsur
kakek-nenek serta saudara yang lain, semua menunjukkan kesatuannya melalui
3
Keluarga adalah jiwa masyarakat dan tulang punggungnya. Kesejahteraan
lahir dan batin yang dinikmati oleh suatu bangsa, atau sebaliknya, kebodohan dan
keterbelakangannya, adalah cerminan dari keadaan keluarga,keluarga yang hidup
pada masyarakat bangsa tersebut. Itulah yang menjadi sebab sehingga agama
islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap pembinaan keluarga,
perhatian yang sepadan dengan perhatianya terhadap kehidupan individu, serta
kehidupan umat manusia secara keseluruhan, Allah SWT menganjurkan agar
kehidupan dalam keluarga menjadi bahan pmikiran setiap insan dan hendanya
dariNya dapat ditarik pelajaran berharga,menurut pandangan alqura‟an.
Kehidupan kekeluargaan, disamping menjadi salah satu tanda dari sekian banyak
tanda kebesaran illahi juga merupakan nikmat yang harus di syukuri
(Nurahid,2010.76).
Agama Islam sendiri menganggap bahwa seorang laki-laki (suami) dalam
lingkup rumah tangga diposisikan sebagai kepala keluarga yang memiliki
otoritas-otoritas sebagai pemimpin keluarga. Ketentuan normative otoritas
kepemimpinan seorang suami dalam lingkup keluarga disebutkan antara lain
4
Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”.
Banyak orang sering mengkaitkan konsep nusyūz sebagai pemicu terjadinya
tindak kekerasan dalam rumah tangga. Hal ini ada benarnya juga karena jika
isteri nusyūzsuami diberikan berbagai hak dalam memperlakukan isterinya mulai
dari hak untuk menjauhinya, memukulnya, tidak memberi nafkah baik nafkah
lahir maupun batin dan pada akhirnya suami juga berhak menjatuhkan talak
kepada isterinya. Tentu saja pihak istri yang terus menjadi korban eksploitasi
baik secara fisik, mental maupun seksual(Anam,2015:6).
kebolehan suami memukul istri tersebut setelah melalui beberapa tahap
yaitu: menasehati, kemudian memisahkanya di tempat tidur, apabila istri masih
membangkang terhadap suami maka suami baru boleh memukulnya. Namun
5
untuk meluruskan kesalahan istri bukan bermaksud menyakiti
(Abdullah,1997:247).
Apabila kita melihat sepintas beberapa hal yang membolehkan suami
memukul istri menurut Nawawi al-Bantani diatas, maka akan terlihat seolah-olah
suami memiliki kedudukan diatas istri (bias gender). Mereka harus taat dan patuh
pada suami, padahal tidak semua suami berlaku benar. Lalu konsep memukul
seperti apa yang diperbolehkan menurut Nawawial-Bantani dan KH. Ahmad
Rifa‟i. Pandangan masyarakat yang bias gender ikut mendorong terjadinya
KDRT. Sehingga tidak dipungkiri bahwa tingkat kekerasan dalam rumah tangga
di Indonsia cukup tinggi. Struktur masyarakat dan norma-norma dalam
masyarakat kita menempatkan wanita sebagai kaum yang lemah dan menduduki
posisi di bawah laki-laki pandangan yang demikian masih berlangsung sampai
sekarang, perempuan sering mendapat perlakuan yang berbeda dengan laki-laki
Mereka harus menerima berbagai larangan dan juga lebih banyak menerima
aturan dibanding laki-laki(Asghar,2003.6).
Kitab salaf yang membahas mengenai hubungan keluarga yaitu kitab
uqud al-lujayyn karya Syeh Nawawi al Bantaniyang beliau tulis atas permintaan
temanya, kitab ini berisi tentang penjelasan hubungan suami istri berdasarkan
ayat ayat al Qur‟an, hadits-hadits nabi, kisah atau hikayat, dan komentar beliau
6
Abd alMu‟thi Muhammad Nawawi Ibn umar al-Tanara al-Jawi al Bantani, ia
lebih dikenal dengan sebutan Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani, dilahirkan
di kampung Tanara. Kecamatan tirtayasa, Kabupaten Serang banten
(Mahrus,2007:4).
KH Ahmad Rifa‟i bin RKH. Muhammad Marhum bin RKH. Abisuja‟
alias Raden Soetjowidjojo yang berasal dari Kendal, Semarang, Jawa Tengah
adalah seorang pejuang sekaligus ulama besar di Indonesia pada abad ke XIX
dalam menentang pemerintah kolonial Hindia Belanda(Amin,1996:9). Beliau
merupakan penulis yang sangat produktif, karena beliau telah menulis
berpuluh-puluh kitab semasa hidupnya. Kitab-kitab yang dikarang memuat hukum-hukum
Islam yang sangat penting dan yang unik dari kitab-kitab beliau adalah berupa
nadzom atau syair dari segi bahasa karena menggunakan bahasa Jawa Pegon atau
sering disebut bahasa Tarajumah karena kitab tersebut merupakan hasil terjemahan dari kitab-kitab berbahasa Arab salah satu kitab karangan K.H
Ahmad Rifa‟i, kitab ini berisi pembahasan tentang nikah . Kitab tabyin
menggunakan bahasa terjemah atau biasa disebut bahas Tarajumah karena kitab
tersebut merupakan kitab terjemahan dari kitab-kitab arab yang berupa syair atau
nadzom(Ridlo, 2016:88).
Pemahaman Masyarakat terhadap teks teks klasik seperti kitab Uqud
al-Lujjayn dan Tabyin secara tekstualis menjadikan pandangan yang bias gender.
7
kesewenang wenangan suami yang memicu timbulnya kekerasan dalam rumah
tangga. Dalam hukum positif kekerasan rumah tangga telah diatur secara jelas
dalam UU No. 23 Tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah
tangga. Dalam Undang Undang ini dijelaskan pada pasal 1 ayat (1) KDRT
adalah:
Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, atau psikologis dan/atau penelantaraan rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan , pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkungan rumah tangga(UU No.23 Tahun 2004:2)
Apabila kita cermati jelas bahwa pemukulan suami terhadap istri
merupakan salah satu bentuk KDRT sebagaiman dibolehkan dalam kitab Uqud
al- Lujjayn dan kitab Tabyin, oleh karena itu perlu dikaji ulang terhadap kitab
tersebut agar sesuai dengan tuntunan dan kebutuhan zaman serta mengembalikan
kembali tujuan dari pernikahan tersebut yaitu untuk membentuk keluarga yang
mawwadah wa rohmah
Pada konteks ini pengalaman mengenai praktek pemukulan suami terhadap
istri yamg nusyuz sangat marak terjadi kekeliruan sehingga berdampak kepada
kekerasan dalam rumah tangga sehingga menyebabkan perceraian hal itu di
prediksi karena memang kurang pemahaman dan pengetahuan mengenai
tindakan seorang suami atau kurang paham mengenai tujuan dari memukul
8
atau taat kepada sang suami, bukan sebagai sarana menuju ke jenjang perceraian,
dalam fenomena tersebut penulis tertarik untuk mengkolaborasikan dengan
pemikiran pemikiran ulama ulama salaf mengenai tatacara praktek tarbiyah dari
seorang suami terhadap istrinya.dengan tabarukan melihat biografi biografi
kedua ulama yaitu Muhammad Nawawi al-Bantanidan KH Ahmad Rifa‟i,dan
melihat perjalanan hidupnya serta pemikiran pemikiran nya, sehingga nanti dapat
diketahui pandanganya mengenai perlakuan suami terhadap istri yang nusyuz,
tujuan ,serta kuat hukumnya, Beranjak dari latar belakang yang sudah penulis
paparkan di atas maka penulis mencoba menulis sebuah skripsi dengan
mengangkat judul tentang Tindakan suami terhadap istri yang Nusyuz
Menurut Muhammad Nawawi al-Bantani dalam kitab Uqud al-Lujjayn dan
K.H Ahmad Rifa’i dalam kitab Tabyin.
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka dapat
dikemukakan di sini pokok-pokok permasalahan yang akan di bahas dalam
skripsi ini. Pokok-pokok permasalahan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Pandangan Muhammad Nawawi al-Bantani Tentang Tindakan
Suami terhadap Isteri yang Nusyuz?
2. Bagaiman Pandangan K.H Ahmad Rifa‟i tentang Tindakan Suami
9
3. Bagaimana Relevansinya dengan Hukum Islam dan UU No 23 Tahun
2004?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Pandangan Muhammad Nawawi al-Bantani tentang
Tindakan Suami terhadap Isteri yang Nusyuz
2. Untuk mengetahui Pandangan K.H Ahmad Rifa‟i tentang Tindakan
Suami terhadap Istri yang Nusyuz.
3. Untuk mengetahui Relevansinya dengan Hukum Islam dan UU No 23
Tahun 2004.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai oleh penulis dalam penulisan
skripsi ini yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi para
akademis khususnya penulis untuk mengetahui lebih lanjut tentangperilaku suami
terhadap istri yang nusyuz menurut Muhammad Nawawi al-Bantani dalam kitab
Uqud al-Lujjayndan KH Ahmad Rifa‟i dalam kitab Tabyin. Dengan ini dapat
10
selanjutnya untuk memberikan wawasan bagi penulis dan bagi pembaca pada
umumnya.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan pembelajaran dari Biografi Muhammad Nawawi
al-Bantani dan KH Ahmad Rifa‟i.
b. Memberikan pembelajaran mengenai Pandangan Muhammad Nawawi
al-Bantani dan K.H Ahmad Rifa‟i tentang Nusyuz.
c. Bahan acuan mengenai perilaku suami terhadap istri yang nusyuz
menurut Muhammad Nawawi al-Bantani dalam kitab Uqud
al-Lujjayndan K.H Ahmad Rifa‟i dalam kitab Tabyin.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari kekeliruan pembaca dalam memahami istilah dalan
judul penelitian ini, maka perlu adanya penjelasan-penjelasan definisi
operasionalnya. Beberapa istilah yang dipandang perlu untuk dijelaskan adalah
sebagai berikut:
1. Nusyuz
Secara bahasa (etimologi) adalah masdar dari kata ( اصٛشٔ-ضشٕ٠-ضشٔ ) yang
mempunyai arti tanah yang terangkat tinggi ke tanah (Manzur:637). (suatu
yang terangkat keatas dari bumi) (al Qurtubi,1967:170). Nusyuz dengan
arti sesuatu yang menonjol didalam, atau dari suatu tempatnya, dan jika
11
sikap istri yang durhaka, menentang dan membenci kepada suami
(munawwir,1997:1418).
2. Kitab Uqud al-Lujjayan
Kitab Uqud al-Lujjayn adalah karya Syaikh Nawawi yang beliau tulis
ataspermintaan temanya. Kitab ini berisi penjelasan mengenai hubungan
suami-istriberdasarkan ayat-ayat al-Qur‟an, hadits-hadits nabi, kisah atau
hikayat, dankomentar beliau sendiri
3. Kitab tabyin
Kitab tabyin merupakan salah satu kitab karangan K.H Ahmad Rifa‟i,
kitab ini berisi pembahasan tentang nikah . Kitab tabyin menggunakan
bahasa terjemah atau biasa disebut bahasa Tarajumah karena kitab tersebut merupakan kitab terjemahan dari kitab-kitab arab yang berupa syair atau
nadzom.
F.Telaah Pustaka
Terkait dengan permasalahan yang menjadi fokus pembahasan pada
penelitian ini, sejauh yang telah penulis baca, penulis menemukan beberapa
kajian terdahulu yang membahas tentang Nusyuz tetapi penulis belum
menjumpai penelitian yang secara khusus membahas mengenai Pemikiran
tokoh mengenai nusyuz dengan mengkaitkan dengan Hukum Islam dan UU
12
permasalahan yang hampir mirip dengan apa yang akan di teliti oleh
penulis yaitu:
Skripsi berjudul Batas batas Hak Suami dalam Memperlakukan Isteri saat Nusyuz dan Korelasinya dengan Kekerasan dalam Rumah
TanggaYang di tulis oleh Muhammad Anam dalam skripsinya membahas
tentang Batas batas Hak Suami dalam memperlakukan istri saat nusyuz dan
korelasinya dengan kekerasan dalam rumah tangga. Secara sekilas skripsi
ini hampir sama dengan apa yang diteliti oleh penulis. Tetapi Muhammad
Anam tidak secara khusus membahas tentang pemikiran tokoh dengan
merelevansikanya terhadap Hukum islam dan UU No 23 tahun 2004
(Anam,2014:5).
Kemudian Skripsi Ida Mafrungatus Sabrina yang berjudul
Pemukulan Suami Terhadap Isteri yang Nusyuz (Studi Komperatif
Perundang undangan dan Hukum Islam). Skripsi ini hampir sama dengan
apa yang diteliti penulis, tetapi Ida Marfungatus Sabrina tidak secara
khusus meneliti kitab Uqud al Lujjayn dan Tabyin.
Temuan yang di dapat dalam skripsi ini yaitu menunjukkan bahwa
hukum positif tidak memperbolehkan seorang suami memukul istrinya
walaupun isterinya nusyuz, karena pemukulan tersebut dianggap sebagai
kekerasan dalam rumah tangga. Bahkan dari pemukulan tersebut suami
13
pukulan tersebut serta dapat dijaadikan alasan bagi istri untuk menceraikan
suaminya.Sedangkan dalam hukum islam pemukulan Suami terhadap istri
dibolehkan bahkan menjadi salah satu hak bagi suami dalam menghadapi
istri yang nusyuz. Pemukulan tersebut hanya dapat digunakan pada saat
darurat, artinya hanya boleh dilakukan setelah Suami melakukan cara cara
sebelumnya yaitu dengan menasehati dam mendiamkan (memisahkan
ranjang).Tujuan pemukulan tersebut untuk mendidik agar Istri dapat
kembali kejalan Allah. Maka dari itu pukulan disini yang diperbolehkan
disini adalah pukulan yang ringan, Tidak menyiksa dan menyakiti dan
tidak digunakan untuk menghina dan melecehkan istri(Sabrina,2017:5).
Penelitian yang lain yaitu Skripsi Muhammad Lutfi Ainun Najib
dengan Judul Tinjauan Hukum Islam terhadap Batas batas Perlakuan
Suami Terhadap Isteri saat Nusyuz dalam Pandangan Imam Syafi‟i, hampir
sama namun dalam penelitian penulis berbeda tokoh. Dan dalam skripsi
penulis terdapat UU No 23 Tahun 2004 (Najib,2013:2).
Dari beberapa penelitian diatas maupun penelitian lain yang sudah
penulis baca, belum ada penelitian secara rinci yang membahas tentang
Pemikiran Nusyuz Suami terhadap Isteri Menurut Syaikh Nawawi al
Bantani dan K.H Ahmad Rifa‟i dengan Hukum Islam Dan UU No 23
Tahun 2004 Tentang Penghapusan KDRT.
14
G. Metode Penelitian
1. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitiaan keputakaan
(Library Research), yaitu suatu bentuk penelitian terhadap literatur
dengan pengumpulan data atau informasi dengan bantuan buku-buku
tentang Syaikh An Nawawi al Bantani danK.H Ahmad Rifa‟i dan kitab
karangan beliau yang berkaitan dengan pemikiran mengenai pandangan
Suami terhadap istri yang Nusyuz, yang ada di perpustakaan dan materi
pustaka lainya.
Dalam hal ini Arif Furchan (1982:98). menegaskan bahwa penelitian
kepustakaan yang dimaksud adalah studi yang sebenarnya digali dari
buku-buku, disertai dengan indeks penerbitan berkala (majalah atau surat
kabar), sistem penyimpanan dan pencarian informasi.
2. Sumber Data
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data utama yang akan
dikaji dalam permasalahan. Karena sifat dari penelitian literer,
maka datanya besumber dari literatur. Adapun yang menjadi
sumber data primer adalah dari kitab karangan Syaikh an Nawawi
al bantani dalam kitab Uqud al-Lujjayan dan K.H Ahmad Rifa‟i
15
Data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku yang
berkaitan dengan tindakan suami terhadap istri yang
nusyuzsebagai pendukung dalam pembahasan skripsi ini yang ada
di dalamnya di antaranya:
1). Muhammad Zuhaily.fiqih munakahat.
2).BKKBN bekerjasama dengan DEPAG RI, NU, MUI dan
DMI.membangun keluarga sehat dan sakinah.
3).Muhammad Umar an Nawawi.Kitab Qurratul „Ain Terjemah
(Syarh Uqud al-Lujayyn)
4).Muhammad Nawawi.Syu‟udul kaunain terjemah (syarh uqud al
-lujayyn)
3).Buku Buku pendukung lainya.
3. Tekhnik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data dalam penyusunan skripsi ini,
penulis menggunakan penelitian kepustakaan (Library Research) dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Membaca buku-buku sumber, baik primer maupun sekunder
b. Mempelajari dan mengkaji serta memahami isi yang ada dalam
buku sumber
c. Menganalisis sekaligus mengidentifikasi serta mengelompokan
16 4. Metode Analisi Data
Metode anslisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
analisis atau content analysis. Analisis ini adalah metode yang digunakan untuk menganalisis teks, sifatnya terus terang dan mengandung makna
yang tersurat (Sarosa, 2012:71). Dalam menganalisis data dari
pengumpulan data yang telah dilakukan penulis menggunakan analisis
data sebagai berikut :
a. Deskriptif
Sebagai sebuah karya ilmiah yang bersifat literal, maka segala
sesuatu yang terkait topik pembahasan hasilnya apa adanya sejauh
yang dipahami penulis. Adapun tekhnik diskriptif yang penulis
gunakan adalah analisis kualitatif. Dengan analisis ini akan
diperoleh gambaran mengenai isi buku yang diteliti.
b. Content Analysis
Metode ini digunakan untuk memperoleh pemahaman isi dan
makna dari berbagai data dalam penelitian, analisis objektifitas,
pendekatan sistematis, dan generalisasi, baik yang mengarah pada
17 H. Sistematika Penulisan
Penulisan karya ilmiah harus bersifat sistematis,di dalam penulisan skripsi ini
pun harus dibangun secara berkesinambungan. Dalam penulisan skripsi ini terdiri
dari lima bab yang isinya adalah sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
Bab II : Biografi tentangMuhammad Nawawi al-Bantani dan K.H Ahmad Rifa‟i
meliputi nasabnya, kelahiran, masa kanak-kanak, cikal bakal menjadi ulama,
riwayat pendidikan serta ringkasan tentang kitab uqud al-lujayyn fi huquqi zaujaindan kitan tabyin
Bab III pemikiran Muhammad Nawawi Bantani dalam kitab Uqud
al-Lujjayn. dan KH Ahmad Rifa‟i dalam kitab Tabyin mengenaiNusyuz, dan
fenomena yang ada pada zaman sekarang serta pemahaman yang salah
mengenai nusyuz
Bab IV :Analisis mengenai Tindakan suami terhadap istri yang nusyuz menurut
Muhammad Nawawi al-Bantani dalam kitab Uqud al-Lujjayn. dan KH Ahmad
Rifa‟i dalam kitab Tabyin.
18 BAB II
Biografi Intelektual Tokoh
A. Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani
1. Nasab dan Keturunanya.
Abu Abdul Mu‟thi Muhammad Nawawi bin Umar bin „Arobi atau
lebih dikenal dengan Syaikh Nawawi Al-Bantani lahir di Serang Banten,
tepatnya disebuah desa bernama Tanara. Beliau lahir pada tahun 1230 H/1813
M dari pasangan suami istri Umar dan Zubaidah. Ayahnya adalah seorang
penghulu dan tokoh agama yang cukup disegani di Tanara. Dari silsilahnya,
Nawawi merupakan keturunan ke-12 Maulana Syarif Hidayatullah atau yang
lebih dikenal dengan Sunan gunung Jati, Melalui Maulana Hasanudin, Sultan
Banten(Forum kajian Kitab kuning,2005:17). Nasabnya bersambung kepada
Nabi Muhammad melalui Imam Ja‟far Shodiq, Imam muhammad Al Baqir,
Imam Ali Zainal Abidin, Sayyidina Husen, fatimah al zahra
(Sudirman,2007:165).
Di mekah Beliau tinggal di syi‟ib Ali, Mekah dan menjalani
kehidupan disana bersama istrinya, nyai Nashimah yang berasal dari tanara
juga, dari pernikahanya dengan Nyai Nashimah, Beliau di karuniai tiga orang
anak yang semuanya perempuan, yakni: Nafishah, Maryam, dan Rubi‟ah,
19
diketahui kapan tepatnya dan dimana makamnya(forum kajian kitab
kuning,2005:20).
Sepeninggal Nyai Nasimah pada usia yang cukup senja, beliau
menikah lagi dengan Nyai Hamdanah, putri KH. Sholeh Darat Semarang,
yang saat itu baru berusia 7-12 Tahun, Denganya syeikh Nawawi dikaruniai
seorang putri yang bernama Zahroh.
Sumber utama perekonomian Syeikh Nawawi adalah di bidang
pelayanan ibadah haji, setiap tahun beliau menjadi pembimbing bagi jamaah
haji khususnya yang berasal dari indonesia. Selain dari bidang pelayanan
ibadah haji sumber yang lain adalah hibah dan pemberian dari para murid,
sejawat, dan para tamu yang silih berganti berdatangan. Sebagai orang yang
cukup mendapatkan nama di Masjidil Haram membuat kehidupan
keluarganya tergolong berkecukupan, namun Syeikh Nawawi dikenal dengan
pola kehidupan yang sederhana dan keseharianya dipenuhi dengan sifat
kesahajaan(Zuhud)(forum kajian kitab kuning,2005:21).
Menurut Ensiklopedi Islam Indonesia, syeikh Nawawi meniggal pada
tahun 1314 H/1897 M. Namun menurut al-A‟Lam dalam buku Kembang
setaman Perkawinan (Analisis Kritis Kitab Uqud al-lujayyn) beliau wafat
pada tahun1314 H/1898 M, Dari Riwayat singkat yang diperoleh dari yayasan
Syeikh Nawawi diperoleh keterangan bahwa Syeikh Nawawi wafat pada
tanggal 25 Syawal 1314 H ditempat kediaman beliau,perkampungan syi‟ib Ali
20
Beliau dimakamkan di Ma‟la berdekatan dengan makam Asma‟ binti
abu Bakar as shidiq. Makam beliau juga berhimpitan dengan seorang ulama
dan penulis besar, Ibnu Hajar al-haytsami al-Makki. Di Tanara tempat
kelahiran beliau setiap tahun diperingati haul wafatnya Syeikh Nawawi di
malam jum‟at dan sabtu, pada minggub terakhir bulan
syawal(https.//id,wikipedia.org/wiki/nawawi albantani).
2. Riwayat Pendidikan dan aktivitasnya.
Sejak kecil Nawawi sudah menunjukkan minat dan bakatnya, terhadap
ilmu Pengetahuan terutama Agama. Guru pertamanya adalah ayahnya kiai
Umar Nawawi diajarkan oleh ayahnya aqidah, Al Quran, bahasa Arab, Fiqih,
dan ilmu tafsir. Pada Tahun 1254 H/1828 M, ketika Umur 15 Tahun nawawi
pergi ke mekkah bersama Ayah dan kedua Saudara Laki-lakinya untuk
Berhaji. Imam Nawawi dan Saudaranya Tinggal disana untuk Mendalami
Ilmu Agama. Di Masjidil harom ia belajar kepada Ulama-ulama Besar Waktu
itu,Seperti Syaikh Sayyid Ahmad nahrawi,dan Syaikh Ahmad Zaini Dahlan.
Sedangkan di Madinah Ia Belajar kepada Sayyid Muhammad Hambal
al-Hambali. Selain ulama-ulama tersebut beliau juga belajar kepada syaikh
Muhammad Khatib Sambas (penyatu Thariqt Qadariyyah dan naqsabandiyyah
di Indonesia). Syaikh Abdul Ghani Bima, Syaikh Yusuf Sambulawumi, dan
syaikh Abdul Hamid Dagastani(Azra,2002:95).
Setelah berada di mekkah selama tiga tahun, pada tahun 1284 H,
21
Beliau mendirikan masjid dan memperbaiki bangunan pondok Pesantren
tinggalan ayahnya sertaaktif ikut mengajar(Forum kajian kitab
kuning,2005:95).
Indonesia ketika itu berada dalam kekuasaan Belanda dan Banyak
terjadi Pemberontakan, akibatnya banyak ulama yang di tangkap dan di
asingkan karena mereka di anggap sebagai otak pemberontakan, hal ini
membuat Syaikh Nawawi Semakin tidak senang terhadap cara-cara yang
dilakukan Belanda, terlebih belanda juga ikut mencurigainya ikut andil
melakukan gerakan perlawanan. Situasi yang demikaian itu semakin
menyulitkan posisi syaikh Nawawi dan pada akhirnya beliau memutuskan
untuk meninggalkan indonesia dan kembali ke makkah untuk bermukim
disana sampai wafat(Sudirman,2007:157).
Di Makkah beliau kembali belajar kepada ulama-ulama besar disana,
setelah itu ia menjadi pengajar dimasjidil haram, prestasi mengajarnya cukup
terkenal karena kedalaman ilmu pengetahuanya. Diriwayatkan bahwa setiap
beliau mengajar tidak kurang dari dua ratus murid yang hadir dari berbagai
penjuru dunia, terutama Indonesia. Beberapa diantaranya muridnya adalah:
KH Hasyim Asy‟ari Jombang, KH Raden Asnawi Kudus, KH Kholil
Bangkalan Madura, KH. Tubagus Asnawi Caringin Labuan Banten, KH.
Tubagus Bakri Sempur Purwakarta, dan KH. Dawud Sempur
Malaysia(Yasin,2007:157). Beliau juga pernah di undang ke Universitas Al
22
beberapa masalah. Disana beliau juga sempat bertemu dengan ulama terkenal
al Azhar, yaitu syeikh ibrahim al-bajuri(www.biografi.ilmuwan).
Sebagian besar waktu hidup beliau digunakan untuk mengajar dan
menulis kitab. Sebagian besar kitab yang ia tulis adalah permintaan temanya
yang kebanyakan berasal dari Jawa, karena dibutuhkan kembali untuk dibaca
kembali di daerahnya. Ada yang mengatakan jumlah karya tulisnya
mencapai115 buah kitab. Dan ada pula yang mengatakan 99 buah kitab. Kitab
kitab yang ia tulis kebanyakan merupakan ulasan, penjelasan, dan komentar
(syarh) dari karya karya ulama‟ sebelumya yang sulit dipahami. Kitab Syarh
Uqud al-lujayyn merupakan penjelasan atas beberapa kitab yang ditulis
sebelumnya.
3. Karya.
Karya-karya Syeikh Nawawi terkenal karena bahasanya mudah
dipahami. Ia bisa menyuguhkan penjelasan dalam bahasa arab yang sesuai
dengan lenggam bahasa indonesia, oleh karenanya karangan beliau terkenal
dikalangan santri-santri indonesia.
Karya-karya beliau mencakup berbagai disiplin ilmu islam, mulai dari aqidah,
fiqih, tasawuf, sejarah, dan bahasa.
Kitab-kitab karangan beliau, diantaranya adalah:
a. Bidang tauhid
1) Tijan al-Durrar „ala Risalah al-Bajuri selesai ditulis 1927
23
2) Al-Simaral-Yailah Fi al-Riyad al-Bad‟ah „ala Mukhtasar al
-SyaikhMuhammad Hasbullah, cetak pertama 1299 di Mesir.
3) Zari‟ah al-Yaqin „ala ummi al-Barahin, cetak pertama 1315 HdiMekkah
4) Fath al-Majid Fi Syarah al-Durr al-Fard, selesai ditulis 1294
H,cetakpertama 1296 di Mesir.
5) Qami‟al-Tuhyan „ala Manzumah Syu‟ab al-Iman, cetak pertama diMesir.
6) Qahru al-Gais Fi Syarh Masa‟il Abi al-Lays, cetak pertama
1301 H diMesir.
7) Al-Nahjah al-Jayyidah Li Hilli Tafawwut al-„Aqidah
SyarahManzumah al- Tauhid, cetak pertama 1303 H di
Mesir.
8) Nur al-Zulam „ala Manzumah „Aqidah al-„awwam, selesai
ditulis 1277H., cetak pertama 1303 H di Mesir.
b. Bidang Tarikh atau Sejarah
1) Al-Ibriz al-Dani Fi Mawlid Sayyidina Muhammad al-Sayyid
al-„Adnani, cetak pertama 1299 H di Meesir.
2) Bugyah al-„Awwam Fi Syarh Mawlid Sayyid al-Anam „Ala
24
3) Targib al-Musytaqin Li bayan Manzumah Sayyid al-Barzah
Fi MaulidSayyid al-Awwalin wa al-Akhirin, cetak pertama
1292 H diMesir.
4) Al-Durrar al-Bahiyah Fi Syarh al-Khasa‟is al-Nabawiyah
SyarhQissah al-Mi‟raj li al-Barzanji, cetak pertama 1298 di
Mesir.
5) Madarij al-Su‟ud ila iktisa‟ al-Burud”, Syarh „ala Mawlid al-
Barzanji,selesai ditulis pada tahun 1293 H, cetak pertama
1296 Hdi Mesir.
6) Syarh al-Burdah, cetak pertama 314 H, di Makkah.
Fath al-Samad al-„Alim „ala Mawlid al-Syaikh ahmad ibnu
Qasim,selesai ditulis 1286 H., cetak pertama 1292 H di
Mesir.
c. Bidang Tasawwuf
1) Al-Risalah al-Jami‟ah Bayn Usul al-Din wa al-Fiqh wa al-
Taswwufcetak pertama 1292 H di Mesir.
2) Syarh „ala Manzumah al-Syaikh Muhammad Dimyati Fi al-Tawassul Bi Asm‟Allah al-Husna, cetak pertama 1302H di
Mesir..50
3) Misbah al-Zulm „ala al-Manhaj Atamm Fi Tabwib
al-Hikam, Syarhal-Minahaj lial-Syaikh „AH ibn Hisam al-Din
25
4) Nasa‟ih al-„Ibad Syarh „ala al-Mawa‟iz Li Syitiab al-Din
Ahmad binHajar al-„Asqalani, cetak pertama 1311 H di Mesir.
5) Salalim al-Fudala‟ al-Manzumah al-Musammmah Hidayah
al-Azkiya‟ila Tariq al-Awliya, cetak pertama 1315 H di Makkah.
6) Muraqi al-„Ubudiyah Syarh Bidayah al-Hidayahkarya Abu
Hamid alGhãzali terbit tahun 1881 M
d. Bidang Fiqih
1) Bahjah al-Wasa‟il Bi Syarh al-Msa‟il, Syarh „ala al-Risalah
al-Jami‟ah, cetak pertama 1292 H di Mesir.
2) Al-Tawsyih‟ala Syarh Ibn al-Qasim al-Guzi „ala Matn al -Taqrib Li AbiSyuja‟, selesai ditulis awal abad 13 H cetak
pertama 1314 di Mesir
3) Sulam al-Munajat „ala‟ Safinah al-Salam Li Syaikh „Abd
Allah binyahya al-Hadrami, cetak pertama 1297 H di Mesir.
4) Suluk al-Jadah „ala al-Risalah al-Musammah bi Lum‟ah al-
MufadahFi Bayan al-Jum‟ah wa al-Mu‟adah, cetak pertama
1300. Di Mesir.Syarh „ala Akahs Manasik Malamah al -Khatib.
5) Al-‟Iqd al-Samln, Syarh Manzumah al-Sittin Mas‟alah al-
26
6) Uqud al-Lujjyn Fi Bayan Huquq al-Zawjayn, selesai ditulis
1294 Hcetak pertama 1296 H di Mesir.
7) Fath Mujib Bi Syarh Mukhtasar Khatib Fi Manasiq
al-Hajj, cetakpertama 1276 H di Mesir.
8) Qut al-Habib al-Garib, Hasyiyah‟, cetak pertama 1301 H di
Mesir.
9) Kasyifah al-Saja bi Syarh Safinah al-Naja, selesai ditulis 1277
H cetakpertama 1292 H di Mesir.51
10)MirqahSu‟ud al-Tasdiq Bi Syarh Sulam al-Taufiq ila
Mahbbah al-Ilah„ala al-Tahqig, cetak pertama 1292 H di
Mesir.
11)Nihayah al-Zayn Fi Irsyad al-Mubtadi‟in Bi Syarh Qurrah al
-„Ayn BiMuhimmah al-Din, cetak pertama 1297 H di Mesir.
e. Bidang Hadist
Tanqih Qawl Hasis, Syarh Lubab Hadis Li Jalal
al-Din al-Suyuti, tidak ada keterangan cetak pertama.
f. Bidang Tajwid
Hilyah al-Sibyan „ala Fath al-Rahman, tidak ada keterangan
cetakpertama.
g. Bidang Ilmu Alat/Bantu
1) Fath Gafir al-Khatti‟ah „ala al-Kawakib al-Jaliyyah FI Nazm
27
2) Al-Fusus al-Yaqutiyyah „ala al-Bahiyyah Fi Abwah
al-Tasriyyah, cetakpertama 1299 H di Mesir.
3) Lubab al-bayan, syarh „ala Risalah al-Syaykh Husain
al-Maliki Fi al-Isti‟arat, cetak pertama 1301 H di Mesir.
4) Kasyf al-Nurutiyyah „an Satr al-Ajrumiyyah, cetak pertama
1298 H diMesir.
h. Bidang tafsir
Marah Labid Li Kasyf Ma‟na Qur‟an Majid, yang juga disebut
al-Tafsir al-Munir Li Ma‟alim al-Tanzil, cetak pertama 1305
H(Yasin,2007.74-78).
4. Ajaran-ajaranya.
Ajaran Syaikh Nawawi terlihat pada buku-bukunya yang mencakup
hampir semua aspek ajaran Islam, khususnya tauhid, fiqh, dan tasawwuf. Ini
berarti bahwa dalam pandanganya, Islam merupakan paduan ketiga bidang
ajaran ini dan beliau tidak menekankan satu bidang ajaran melebihi bidang
ajaran yang lain(Sudirman, :166). Karena itu orang islam beriman kepada
Allah,Lalu melaksanakan Ibadah (hubungan vertikal manusia dengan tuhan)
dan muamalah(hubungan horizontal manusia dengan sesamanya dan mahluk
pada umumnya, termasuk tumbuh-tumbuhan dan binatang) dan memiliki
akhlak yang mulia sebagai esensi ajaran tasawwuf.
Pandangan keagamaan seperti itu sebenarnya bukan khas pandangan
28
umumnya, yaitu pada ajaran tasawwuf tidak berdiri sendiri dan hanya
merupakan bagian dari ajaran islam pada ummnya. Dalam beberapa tulisanya
seringkali Syaikh Muhammad Nawawi mengaku dirinya sebagai penganut
teologi Asy‟ari (al-Asy‟ari al-I‟tiqody). Karya-karyanya yang banyak dikaji di
Indonesia di bidang ini diantaranya Fath Majd, Tijan Durari, Nur al-Dzulam, al-Futuhat al-Madaniyah, al-Tsumar al-Yuniah, Bahjat al-wasail,
Kasyifat as-saja dan Mirqat al-Su‟ud.
Sejalan dengan prinsip pola fikir yang dibangunya, dalam bidang
teology Syaikh Imam Nawawi mengikuti aliran teologi Imam Abu Hasan al
Asyari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi. Sebagai penganut Asyariyah
Syaikh Muhammad Nawawi banyak memperkenalkan konsep sifat-sifat
Allah. Seorang muslim harus mempercayai bahwa Allah memiliki sifat yang
dapat diketahui dari perbuatanya, karena sifat Allah adalah perbuataNya. Dia
membagi Sifat Allah dalam tiga bagian: Wajib, Mustahil, dan Mumkin. Sifat
wajib adalah sifat yang pasti melekat pada Allah dan Mustahil tidak adanya,
dan mustahil adalah sifat yang pasti tidak melekat pada pada Allah dan wajib
tidak adanya, sementara mumkin adalah sifat yang boleh ada dan tidak ada
pada Allah. Meskipun Syaikh Nawawi bukan orang pertama yang membahas
sifatiyah Allah. Namun dalam konteks indonesia Syaikh Nawawi dinilai orang
yang berhasil mengenalkan teologi Asy‟ariyah sebagai sistem teologi yang
kuat di negeri ini(Sudirman, :166). Sementara di bidang fikih tidak berlebihan
29
konteks Indnesia(sudirman:166). Melalui karya-karya fikihnya seperti Syarh Safinatun-Najah syarh Sullam ay-taufiq, Nihayah zain fi Irsyad al-mubtadi‟in dan Tasyrih ala fathul Qarib, sehingga KH. Nawawi berhasil
memperkenalkan Madzhab Syafi‟i secara sempurna. Dan atas dedikasi KH
Nawawi yang mencurahkan hidupnya hanya untuk mengajar dan menulis
membuat apresiasai luas dari berbagai kalangan. Hasil tulisnya yang sudah
tersebar luas setelah diterbitkan di berbagai daerah memberi kesan tersendiri
pembacanya. Pada tahun 1870 para ulama Universitas al Azhar Mesir pernah
mengundangnya untuk memberikan kuliah singkat di suatu forum diskusi
Ilmiyah. Mereka tertarikuntuk mengundangnya karena nama KH. Muhammad
Nawawi Sudah dikenal melalui karya-karyanya yang telah banyak tersebar di
Mesir(www.biografyilmuwan.blogspot.com).
5. Latar Belakang Penulisan Kitab Uqud Al-Lujayyn
latar belakang kehidupan muhammad Nawawi al-Bantani, Berbagai
pemikiran yang beliau tuangkan di dalam karya-karyanya tidak mungkin lepas
dari setting sosial, ruang, dan waktu, ketika beliau hidup. Sebagian besar
hidupnya beliau dihabiskan dikota makkah, sejak usia 15 tahun tepatnya pada
tahun 1245 H/1828 M beliau berhijrah ke makkah dan menetap disana sampai
beliau meninggal. Sejak saat itulah beliau mulai belajar kepada berbagai
ulama-ulama yang ada di berbagai penjuru kota makkah(Umar,2007:18).
30
budaya saat itu sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap
pemikiran-pemikiran beliau baik secara langsung maupun tidak langsung.
Muhammad Nawawi al-Bantani hidup sezaman dengan pembaharu
terkemuka asal Mesir Jamaluddinal-afghani (1254-1314 H/1839-1897 M) dan
Muridnya Muhammad Abduh(1266-1323 H/1849-1905 M) Namun sulit bagi
kita untuk menemui pemikiran-pemikiran modern beliau sebagaimana banyak
disuarakan Jamaluddin al afghani(Umar,2007:27). Hal ini mungkin
disebabkan tempat tinggal beliau yaitu Hijaz berbeda dengan tempat tingal
Jamaluddin al Afghani yaitu Mesir.
Hijaz merupakan satu-satunya negeri muslim yang tidak dijajah
bangsa Eropa yang mulai masuk ketimur tengah mulai dari abad ke-18 M.
Meskipun satu sisi penjajahan merupakan sebuah penindasan, juga dapat
memperkenalkan peradaban rasional dan teknologi,seperti ketika napoleon
membawa paham Renaissance masuk ketimur tengah melalui mesir dengan
membawa 146 orang ilmuwan. Mereka mendirikan lembaga ilmiah mesir
(al-Maj,ma‟ al-Timi al-misri). Mereka juga membawa alat alat cetak untuk
mempublikasikan hasil penelitian mereka dalam bentuk buku maupun surat
kabar. mereka juga mendirikan perpustakaan besar dengan bukubuku rujukan
berbahasa perancis dan mendirikan dua sekolah, dibawah kepemimpinan
napoleon mesir memasuki babak baru setelah terpuruk dalam masa kegelapan,
mesir mengalami kemajuan diberbagai sektor termasuk sektor ilmu
31
Sementara itu pada priode yang sama di Hijaz sektor pendidikanya
tertinggal jauh dengan mesir saat itu, Proses pengajaran di lembaga-lembaga
pendidikan di Hijaz masih berlangsung secara tradisional, bahkan al-Bantani
sebagaimana yang dikutip oleh Badri Yatim menilainya sebagai buruk, karena
tidak mendatangkan hasil yang memadai. Proses pengajaranya dilakukan di
kuttab-kuttab yang sudah sangat tua dan hampir tidak mengalami perubahan
sama sekali dari metode pengajaran yang digunakan beberapa abad
sebelumnya. Tidak ada kurikulum yang jelas disana, setiap guru memberikan
pelajaran yang dikuasai kepada murid-muridnya sesuai dengan Ijazah yang
dimilikinya. Kondisi seperti ini berlangsung hingga abad ke20
M(Yatim,1999:205-206).
Karena pembelajaran yang demikian menurut husain Haikal, murid
hanya mungkin mendalami sebagian kecil ilmu ilmu keagamaan Islam dan
bahasa arab, orientasi yang dilahirkan bukan orientasi kedepan, tetapi
kebelakang, orientasi yang tidak sesuai lagi dengan masa
modern(Yatim,1999:213).
Atas dasar faktor latar belakang lingkup hidup beliau itulah kita dapat
menangkap potret pemikiran Muhammad Nawawi al-bantani yang melatar
belakangi metode ijtihad yang beliau anut, Metode ijtihad beliau lebih
condong berwarna tradisionalis dan sufistik.
Ciri pemikiran tradisionalis dalam hukum islam adalah pemikiran
32
Sunnah), kurang menjunjung tinggi keabsahan akal dan berpegang ketat
terhadap tradisi ulama sehingga perubahan-perubahan dan pembaruan atas
tradisi yang sudah mapan dianggap sebagai sebuah “kesalahan”
(Taqwim,2009:74).
Corak pemikiran tradisionalis Muhammad Nawawi al-Bantani juga
banyak dipengaruhi asy-Syafi‟i sebagai tokoh sentral dalam pemikiran
tradisional selain malik ibn Anas. Karena sebagaimana diterangkan diatas
bahwa muhammad Nawawi adalah penganut madzhab Syafi‟i
(taqwim,2009:76).sementara sufisme sering ditampilkan sebagai gemar
ibadah (hablumminallah) dan rajin melakukan ritus-ritus yang mendalam dan
intens Muhammad,2003:233).Tasawuf sebagai ajaran kaum Sufi mendorong
untuk meninggalkan kehidupan yang bersifat Jasmaniah dan mengejar
kehidupan rohaniah dengan menjatuhi berbagai bentuk kemewahan hidup dan
menghabiskan waktu beribadah kepada Allah(Rusli,2003;10).
6. Gambaran kitab Uqud Al-Lujayyn
Kitab Uqud al-Lujjayn adalah karya Syaikh Nawawi yang beliau tulis atas permintaan temanya Kitab ini berisi penjelasan mengenai mengenai
hak-hak dalam pernikahan(Umar,1972:4). hubungan suami-istri berdasarkan
ayat-ayat al-Qur‟an, hadits-hadits nabi, kisah atau hikayat, dan komentar beliau
sendiri. Kitab ini terdiri dari empat bab dan penutup
Bab pertama berisi kewjiban suami terhadap istri, bab kedua berisi
33
bagi perempuan, dan bab keempat berisi larangan melihat lawan jenis. Dari
salah satu karyanya inilah kita bisa melihat dan menganalisis bagaimana
pendapat beliau mengenai Tindakan Suami terhadap istri yang Nusyuz .
Kitab Uqud al-Lujjayn banyak merujuk pada kitab-kitab yang
sebelumnya sudah ada, diantaranya adalah:
1. Kitab az-Zawjir „an Iqtiraf al-Kabair, Karya Syihab ad-Din Ahmad
bin Muhammad bin Hajar al-Hasyitami asy-Syafi‟i al Makki.
2. Kitab Ihya‟ Ulum ad-Din, Karya Imam al-Ghazali.
3. Kitab at-Targhib wa at-targhib, Karangan Imam al-Hafizh Zakiy
ad-Din „Abd al-„Azhim bin „Abd al-Qawiyy al-Mundzri asy Syafi‟ial-Mishri.
4. Kitab al-Jami‟ ash-Shagir min Sunan al Basyr, Karya Jalal ad-Din
Abdurrahman as-Suyuti.
5. Kitab Syarh Ghayat al-Ikhtisar, Karya al-Imam al-Husayn bin
Ahmad al-Isfahani asy-Syafi‟i (Forum kajian kitab kuning:36).
B.K.H AHMAD RIFA’I IBN MUHAMMAD
1. Nasab dan keturunanya.
Syekh Haji Ahmad Rifa‟i lahir di desa Tempuran yang teletak di
sebelah selatan Masjid Agung Kendal pada hari kamis 9 Muharam 1208
34
H/ 1870 M. Ayahnya bernama Muhammad Marhum, anak seorang penghulu
landeraad Kendal bernama RKH. Abu Sujak alias Sutowidjojo
(Ridlo,2008:103).
Sejak lahir hingga usia enam tahun Ahmad Rifa‟i hidup diasuh
langsung oleh kedua orang tuanya. Sesuai dengan tradisi di kalangan santri,
setiap anak dikenalkan huruf-huruf Arab, Alif, Ba‟, Ta‟, Tsa‟, Jim, Ha‟diajarkan tulis menulis dan merangkai huruf menjadi bentuk kalimat lalu
dibaca. Dan diajari pula bacaan surat Fatihah, Al-Ikhlas, surat Falaq bin Nas
hingga hafal. Dikenalkan siapa pencipta dirinya dan alam semesta, diajarkan
bahasa kromo inggil, bahasa sopan santun pada orangtua pada kawan sebaya yang lazim digunakan di kalangan bangsawan keturunan keraton. Selain itu
Ahmad Rifa‟i dilatih tatacara melaksanakan sholat fardhu dan bacaan yang
wajib dibaca serta bacaan yang sunah dibaca. Dan mengkaji Al-Qur‟an bin
Nadlar kepada seorang guru desa di Tempuran (Amin,1995:42).
Ayahnya meninggal pada tahun 1207 H/ 1794 M, ketika beliau masih
berusia 6 tahun, kemudian beliau diasuh oleh kakak iparnya bernama KH.
Asy‟ari, seorang ulama terkenal di wilayah Kaliwungu. Dua Tahun setelah
ayahnya meninggal kakeknya meninggal dan dimakamkan di pemakaman
Masjid Agung Kendal. Hanya dari ibunya saja Ahmad Rifa‟i mendapat
asuhan dan bimbingan serta pengawasan selanjutnya. Ibunya yang bernama
35
anak dalam rumah tangga sederhana, biaya hidupnya masih membutuhkan
belas kasih ibundanya (Amin,1995:42).
Sesuai dengan pesan Nabi :
ْاهيلعْمهْىبرضاوْنينسْعبسْءْانبأْمهوْةْلاصلْابْمكدْلاوأْاورم
غج اعٌّا ٟف ُٕٙ١ت اٛلشفٚ ششػ ء إتأ ُ٘ٚ
”Perintahlah kamu pada anak-anakmu untuk mengerjakan shalat
setelah usia tujuh tahun dan memukulah kamu (karena pendidikan) pada
anak-anakmu setelah berusia sepuluh tahun jika meninggalkanya”(Hadis
Shohih riwayat Ahmad, Abu Dawud, Hakim dari Umar (Jalaluddin Suyuthi:
Al Jamius Shaghir: Bairut, Darulfikri,1981,jld.II.hal.535.).
Maka untuk mengurangi beban berat Siti Rahmah dan demi
kelangsungan pendidikan masa depan, setelah memasuki usia tujuh tahun,
Ahmad Rifa‟i dibawa oleh kakak kandungnya Nyai Radjiyah ke Kaliwungu
dan tinggal di rumahnya. Selama di kaliwungu ia mendapatkan pendidikan
dan pembinaan dari kakak iparnya KH. Asy‟ari seorang ulama kharismatik
pendiri dan pengasuh pondok pesantren Kaliwungu, dalam sumber tidak
dijelaskan nama pondoknya, dan dapat disimpulkan pondok K.H Asy‟ari
masih apa tidak tidak disebutkan dalam sumber. Dari permulaan mengaji ilmu
agama sampai cabang-cabang dan rantingnya, Ahmad rifa‟i hampir tak
36
Cikal bakal menjadi ulama besar ada pada diri Ahmad Rifa‟i
dikisahkan:Oleh ulama terkemuka generasi kedua Syaikh Ahmad Bajuri bin
Abdul Mutholib Kendal, bahwa pada diri Ahamd Rifa‟i ada suatu
keistimewaan yang merupakan tanda kekuasaan kebesaran Allah sebagai
alamat cikal bakal ulama besar dikemudian hari, diperlihatkan kepada
masyarakat kaum santri di Kaliwungu, terutama pada kakak iparnya Kiai
Asy‟ari. “pada suatu malam gelap gulita Kiai Asy‟ari secara diam-diam
memeriksa para santri yang sedang berada dalam asrama pondok, tiba-tiba
dikejutkan dengan seberkas cahaya menerangi asrama dan memancar tinggi
ke atas. Dia menyangka cahaya itu berasal dari lampu milik anak santri yang
sedang menelaah kitab, tetapi sangkaan itu meleset karena ternyata cahaya itu
berasal dari lekuk di tengah-tengah perut (pusar) seorang santri kecil yang
belum diketahui identitasnya. Kiai Asy‟ari terheran karena belum pernah
menyaksikan kejadian seperti itu, kemudian beliau bersiasat untuk menyobek
sarung anak tersebut dengan dugaan besok ada salah satu anak yang akan
menangis karena sarungnya sobek,alasan mengapa sarung anak tersebut
disobek karena K.H Asya‟ri benar-benar tidak tahu siapa anak kecil itu,
sehingga inisiatif yang muncul adalah dengan cara menyobek sarung bagian
bawahnya, sehingga nanti akan ketahuan siapa anak itu. Dan sungguh tepat
sekali dugaan sang Kiai asrama santri geger karena Ahmad Rifa‟i menangis
dan marah-marah karena sarungya sobek, kemudia diatasi oleh Kiai Asy‟ari
37
cahaya dari pusarnya adalah adik iparnya sendiri, yang menurut kepercayaan
masyarakat sekitar adalah tanda cikal bakal menjadi ulama besar dikemudian
hari” (Amin,1995:43-44).
Pada masa remaja Ahmad Rifa‟i, atas pola dasar pemikiran itu. Ahmad
Rifa‟i hampir sama sekali tidak meluangkan waktunya untuk keperluan lain
kecuali menuntut ilmu agama pada kiai Asy‟ari dan kiai lainnya. Tiada hari
tanpa mengaji, tiada waktu tanpa menuntut ilmu, tiada saat tanpa belajar
semangat dan tiada hidup tanpa amar ma‟ruf. KH Ahmad Rifa‟i mendasarkan
pula pada cita-cita suci yaitu Pemuda sekarang! Pemimping di masa
mendatang!.
KH Ahmad Rifa‟i di Kaliwungu Kendal belajar ilmu agama yaitu:
nahwu, shorof, fiqh, badi‟, bayan, dan ilmu hadis Alqur‟an (Ridla, 2016:84).
Dalam buku Gerakan Syaih Ahmad Rifa‟i dalam menentang Kolonial Belanda
karya Ahmad Syadzirin Amin,1995:45, ilmu pokok yang dipelajari KH
Ahmad Rifa‟i adalah ada 3 yaitu Ilmu Fiqh, Ilmu Tasawuf dan Ketuhanan.
Untuk memperluas pemahaman tentang ilmu-ilmu agama, KH Ahmad Rifa‟i
kemudian mendalami cabang-cabang beserta ranting-ranting yang berkaitan
dengan tiga ilmu di atas, cabang-cabangnya di antaranya adalah :Ulumul Qur‟an, Mushthalahuh Hadist, Lugahotul Arabiyah, Balaghoh, Mantiq,
Falak, Arudl, dan lain-lain.
Setelah melampaui masa pancaroba dengan selamat menjadi orang
38
Yaitu mempersunting seorang gadis desa bernama Umul Umroh, mereka
menikah dengan adat kebiasaan di sana. Semua kegiatan resepsi dilaksanakan
dengan tertib.
Permualan dakwah KH Ahmad Rifa‟i perlu perjuangan keras,
berangkat dari firman Allah dalam surat An Nahl ayat 125 :
ُا ْد
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.Kiai Ahmad Rifa‟i menyayangkan banyak orang mukmin yang
tergolong ahli agama („alim), bersekutu dengan pihak Hindia-Belanda, dalam
kitab Sawalih , beliau menulis : “Satengah alim akeh podo sarekat
39 Diantara orang alim ada yang bersekutu
Kepada raja yang berdosa dan dzalim
Dan kepada raja yang kafir hatinya tidak Islam
Tidak mempertimbangkan Al-Quran Adzim
Membenci panutan yang adil alim (Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaanm Republik Indonesia, 2010:396).
Sebagai tokoh yang terisolasi dari lingkungan pejabat pemerintah
kolonial, Kiai Rifa‟i tidak saja menentang pemerintah Hindia-Belanda, tetapi
menentang juga para pejabat seperti para penghulu, demang, dan bupati. Para
pejabat itu telah sesat menurut beliau karena tunduk dengan pemerintah kafir
yaitu Belanda. Ia sangat ingin melaksanakan Syariah Islam secara murni dan
konsekuen. Dan ia juga menentang para pengulu yang berserikat dengan
pemerintah Belanda, sehingga dalam kitab karangannya yaitu Riayatul
Himmah beliau menuliskan :
Utawi wali fasik iku sah tinutur
Mlakeaken ing wong wadon sebab uzur Ora nang sekabehe wali adil lan jujur Ikulah werdi syara‟ kang pitutur
Artinya :
Bila wali fasik itu sah ucapanya
40 Itulah tuntunan syarak yang benar
Sebagai protes keras beliau terhadap para penghulu yang dianggap
tidak adil sehingga menurut beliau pernikahan tidak sah (Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,2010:396).Maka KH Ahmad
Rifa‟i merasa terpanggil umtuk segera menyampaikan dakwah kepada
masyarakat Islam di sekitar Kendal. Bahwa sempat pula berdakwah keluar
daerah, seperti ke Wonosobo. Dakwah Ahmad Rifa‟i lebih mengajarkan ke
masalah-masalah dasar seperti ibadah sholat, jamaah dan shalat jum‟at, serta
tentang arah kiblat, penikahan dan muamalah. Akan tetapi dakwah keras
Ahmad Rifa‟i tidak disukai oleh para ulama di derah Kendal, oleh karena itu Ahmad Rifa‟i di usir dari Kendal beliau diusir oleh para ulama yang pro
dengan Belanda dan pihak pemerintahan Belanda , tetapi menurut Ahmad
Rifa‟i kewajiban dakwah tidak terbatas hanya di Kendal saja, melainkan di
mana saja, kapan saja selama hukum-hukum Allah belum ditegakakkan secara
maksimal (Ahmad Syadzirin Amin,1995:47-49).
K.H Ahmad Rifa‟i juga pernah dipenjarakan di Wonosono gara-gara
pihak Belanda menganggap bahwa tindakan KH Ahmad Rifa‟i terlalu
berlebihan ketika berdakwah di Wonosobo, beliau ditangkap dan dipenjarakan
di Wonosobo tanpa melalui peradilan resmi, karena penahanan hanya bersifat
preventif . akan tetapi ruapaya penjara bukan menjadi penghalang dakwah,
41
pemerintah kafir yang merobek tatanan sayriat Islam dan tatanan budaya
leluhur di bumi Nusantara ini (Ahmad Syadzirin Amin,1995:47-49).
2. Riwayat Pendidikan dan Karir.
Kebiasaan KH Ahmad Rifa‟i dengan dakwah yang tegas tersebut
membuat was-was keluarga yang ada di Kendal, sebenarnya keluarga Ahmad Rifa‟i sudah sering menasehati beliau agar tidak bersifat keras terhadap
pemerintah agar dapat terhindar dari resiko yang membahayakan. Ahmad
Rifa‟i adalah seorang ulama dan kader tangguh yang sudah banyak makan
asam garam perjuangan dakwah. Kendari resiko matipun akan dihadapi
dengan sikap kesatria. Nampaknya dia diilhami semboyan : Hiduplah
merdeka! Atau matilah syahid!, sehingga dalam kancah kehidupan Ahmad
Rifa‟i lebih mementingkan keselamatan agama dari segala-galanya.
Ketika Ahmad Rifa‟i berusia 30-an tahun meminta restu dari keluarga
di Kaliwungu dan Kendal untuk pergi menuntut ilmu ke Makkah. Mereka
merestui permintaan tersebut, bahkan mereka berharap agar ia tidak cepat
kembali ke kampung sampai suasana sudah tenang kembali. Namun
sebenarnya keluarga kurang ikhlas dalam melepaskan Ahmad Rifa‟i ke
Makkah karena mereka harus hidup jauh dengan Rifa‟i Amin,1995:51-52),
tapi mereka harus merelakan sebab kepergian tersebut untuk maksud baik dan
42
Rasulullah SAW, dan menuntut Ilmu Agama yang selama ini belum tersebar
di Jawa.
Sekitar tahun 1230 H atau 1826 M Ahmad Rifa‟i memutuskan untuk
melaksanakan ibadah haji dan umrah dan menuntut ilmu di Makkah selama 8
tahun. Di Makkah Ahmad Rifa‟i menerima ilmu agama dari Syaikh Isa al
Barawi, Syaikh Faqih Muhammad bin Abdul Azizi Al Jaisyi (al Habisyi) dan
Syaikhul A‟dham Ahmad Utsman. Guru-guru tersebut mengajari mengenai
Ahlusunnah (Amin,1995:51-52).
KH Ahmad Rifa‟i melanjutkan studinya ke Mesir, maksud beliau
pindah ke Mesir karena ingin menambah ilmu agama yang lebih banyak pada
guru-guru yang berafiliasidengan faham Imam Syafi‟i, karena ia sadar bahwa sebagian besar masyarakat di Negaranya adalah penganut Madzhab tersebut
terutama di daerah Jawa. Beliau sempat berziarah ke makan Imam Syafi‟i di
Qurafah yang terkenal dengan sebutan Qurabah Mesir. Imam Syafi‟i wafat
pada malam jum‟at selesai shalat maghrib, 29 Rajab 204 H atau 19 juni 820 M
dalam usia 54 tahun
Selama 12 tahun bermukim di Mesir, Ahmad Rifa‟i berguru kepada
guru kenamaan di sana. Di antara guru-gurunya ialah Syaikh Ibrahim al
Bajuri, penyusun kitab Hasyiah Al Bajuri Syarah Fathul Qarib al Mujib, atau
Ghayatul ikhyisharkarya Syaikh Abi Suja‟ dalam madzhab Syafi‟i