• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi Nilai nilai Keikhlasan Dalam Buku Membuka Pintu Langit Karya KH. Mustofa Bisri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Skripsi Nilai nilai Keikhlasan Dalam Buku Membuka Pintu Langit Karya KH. Mustofa Bisri"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI KEIKHLASAN

DALAM BUKU MEMBUKA PINTU LANGIT

KARYA K.H. MUSTOFA BISRI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd)

Oleh :

PUTRI LAELATUL FAUZIAH

NIM 11113247

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

َيِكِرْشُمْلا َنِم َّنَنوُكَت لاَو اًفيِنَح ِنيِّدلِل َكَهْجَو ْمِقَأ ْنَأَو

Dan (aku telah diperintah): "Hadapkanlah mukamu kepada

agama dengan tulus dan ikhlas dan janganlah kamu termasuk

orang-

orang yang musyrik.”

(7)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah „ala kulli hal, atas limpahan kasih sayang Sang Maha Rahmaan dan Rahiim yang telah mengantarkan penulis pada kesempatan

istimewa ini. Penulis persembahkan karya kecil ini sebagai kado bukti keseriusan

kepada orang-orang terkasih yang Allah titipkan untukuntuk mendampingi hingga

penghujung awal perjuangan.

1. Kedua orangtua saya, Bapak Muhlisin dan Ibu Siti Maemunah, yang telah

memberikan dukungan moril maupun materi serta do‘a yang tiada henti untuk

kesuksesan saya, karena tiada kata seindah lantunan do‘a dan tiada do‘a yang

paling khusuk selain do‘a yang terucap dari orang tua. Ucapan terimakasih saja

takkan pernah cukup untuk membalas kebaikan orang tua, karena itu terimalah

persembahan bakti dan cinta ku untuk kalian bapak ibuku.

2. Adik saya tercinta Maghfira Zafinatul Fadhilah, yang selalu memberi warna dalam

hidup saya. Semoga kelak kita bisa meraih mimpi bersama-sama.

3. Saudara saya Lu‘lu‘il Hidayah, Denok Adhiningrum, Muhammad Luthfi Aziz serta

sahabat seperjuangan yang saling memberikan dukungan semangat dan doa: Lilik

Setyowasih, Aulia Putri, Shinta Amalia, Fitri Wijayanti, Vina Luthfiana, Kurnia

Luthfiani, Nur Hayati, Galuh Woro Iklima, Anggun Fajar Saputra, Andrean

Odiansyah Irawan, Aldi Wijarnako, dan masih banyak lagi yang tidak bisa di

sebutkan satu persatu. Tanpa semangat, dukungan dan bantuan kalian semua tak

kan mungkin aku sampai disini, terimakasih untuk canda tawa, tangis, dan

perjuangan yang kita lewati bersama dan terimakasih untuk kenangan manis yang

telah mengukir selama ini.

(8)

5. Teman-teman PPL di MAN Tengaran

6. Teman-teman KKN Ngersap Magelang Posko 4

7. Dan semua pihak yang membantu dalam terselesainya skripsi ini serta para

(9)
(10)
(11)

ABSTRAK

Laelatul Fauziah, Putri. 2017. Nilai-nilai Keikhlasan Dalam Buku Membuka Pintu Langit Karya KH. Mustofa Bisri. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK). Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing: Imam Mas Arum, M. Pd.

Kata kunci : Nilai Keikhlasan, Membuka Pintu Langit Karya KH. Mustofa Bisri. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi anak peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.Di era kemajuan teknologi seperti sekarang ini pendidikan tidak hanya bisa di dapat di sekolah atau lembaga pendidikan formal saja. Pendidikan bisa di dapat dari mana saja . sekarang banyak media yang di gunakan dalam proses pendidikan. Salah satunya yaitu dengan melalui buku.

Fokus penelitian ini yang akan dikaji adalah: Apa saja nilai-nilai keikhlasan dalam buku Membuka Pintu Langit karya KH. Mustofa Bisri?, 2. Bagaimana relevansi nilai-nilai keikhlasan dalam buku Membuka Pintu Langit Karya KH. Mustofa Bisri dengan Pendidikan Agama Islam? Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan

(Library research), yaitu penelitian yang memfokuskan pembahasan pada literatur-literatur baik berupa buku, jurnal, makalah, maupun tulisan-tulisan lainnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa :(1)Nilai-nilai keikhlasan dalam buku

Membuka Pintu Langit karya KH. Mustofa Bisri: Pada buku Membuka Pintu Langit

karya K.H. Mustofa Bisri ini menekankan bahwa perlunya kita untuk mengevaluasi perilaku masing-masing. Ia mengajak kita untuk mendidik diri sendiri untuk bersikap ikhlas, termasuk dalam mengevaluasi perilaku kita yang berhubungan dengan sesama manusia maupun dalam kaitan dengan Allah SWT. (2)Relevansi antara nilai

keikhlasan yang terkandung dalam buku ―Membuka Pintu Langit‖ karya KH.

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Pustaka

2. Riwayat Hidup Penulis

3. Cover Buku Membuka Pintu Langit

4. Lembar Konsultasi

(13)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Metode Penelitian ... 6

F. Penegasan Istilah ... 9

(14)

BAB II BIOGRAFI NASKAH…….... 12

A. Biografi KH. Mustofa Bisri ... 13

B. Karya-karya KH. Mustofa Bisri ... 24

C. Sistematika Penulisan Buku Membuka Pintu Langit Karya KH. Mustofa Bisri ………... 27

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN ... 29

A. Nilai-nilai Keikhlasan... 29

B. Membuka Pintu Langit Karya KH. Mustofa Bisri... 44

BAB IVPEMBAHASAN... 51

A. Nilai-nilai Keikhlasan Dalam Buku Membuka Pintu Langit Karya KH. Mustofa Bisri ... 51

B. Relevansi Nilai-nilai Keikhlasan Dalam Buku Membuka Pintu Langit Karya KH. Mustofa Bisri dengan Pendidikan Agama Islam... 58

BAB V PENUTUP ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran-saran ... 67

C. Kata Penutup ... 68

DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP PENULIS

COVER BUKU MEMBUKA PINTU LANGIT LEMBAR KONSULTASI

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan

kemampuan sikap dan bentuk tingkah lakunya dalam masyarakat dia hidup.

Dengan pendidikan manusia akan mendapatkan berbagai macam pengetahuan

untuk bekal kehidupannya karena pendidikan merupakan kebutuhan mutlak

yang harus di penuhi sepanjang hayat (Ihsan, 2005: 2)

Pendidikan seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung

banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks

itu, maka tak sebuah batasan pun yang cukup memadai untuk menjelaskan

arti pendidikan secara lengkap. Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh

para ahli beraneka ragam, dan kandungannya berbeda yang satu dari yang

lain. Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang

digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang

melandasinya. (Tirtarahardja dan sula, 2000: 33)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2008: 326),

Pendidikan adalah ―proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau

kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik‖.

Sedangkan menurut ketentuan umum undang-undang pasal 1 (2006:

5), Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

(16)

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendidikan sesuai dengan kurikulum tahun 2013 menekankan kepada

pendidikan karakter atau moral. Hal ini sesuai dengan kondisi masyarakat dan

keadaan zaman sekarang yang semakin ―bobrok‖. Pendidikan moral atau

karakter dalam Islam masuk pada bagian aqidah akhlak. Dalam pendidikan

aqidah akhlak tertera berbagai macam hal yang bersangkutan dengan

perbaikan sikap atau perilaku manusia, seperti tata cara berkata,bertingkah

laku, berbusana, bergaul atau bersosialisasi dan lain sebagainya.

Dalam penelitian ini, peneliti membahas tentang perilaku

ikhlas.Istilah ―ikhlas‖ berasal dari bahasa Arab, yakni akhlasa, yukhlisu,

ikhlasan, yang mempunyai makna ―memurnikan‖. Secara bahasa, ikhlas

dapat didefinisikan sebagai pembersih dari kotoran-kotoran dan menjadikan

sesuatu yang bersih tidak kotor lagi. Maka orang yang ikhlas adalah orang

yang menjadikan agamanya semata-mata untuk Allah SWT dengan

menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain, serta tidak

riya‘ dalam beramal.

Sementara itu secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah

SWT. Dalam beramal tanpa menyekutukannya dengan yang lain, serta

memurnikan niat dari ―kotoran‖ yang merusak. (Syukur, 2013 : 112-114)

Ikhlas itu sungguh tak mengharap balas. Ikhlas itu benar-benar tidak

(17)

Allah agar takdir-Nya mengenakkan kita. Kita punya rancangan, Allah punya

rancangan. Tapi rancangan Allah jauh lebih baik. Demikian yang pernah

dikemukakan oleh almarhum Ustaz Jeffry al Buchory (uje). (soebachman,

2013 : 121)

Keikhlasan merupakan salah satu nilai pendidikan karakter sekaligus

nilai pendidikan Islam. Karakter seseorang terlihat dari sikap dan tingkah

lakunya, bisa dikatakan kalau karakter itu juga menyangkut akhlak.

Keikhlasan pada hakikatnya adalah suasana batin manusia yang

menginginkan balasan hanya dari Allah SWT.

Makna ikhlas dalam Al-Qur‘an, Allah SWT mengibaratkan sebagai

susu yang suci-murni, tidak bercampur dengan yang lain. Enak diminum,

dapat menyehatkan dan menyegarkan tubuh manusia. Menurut istilah

syari‘ah (Islam) yang dimaksud dengan makna ikhlas adalah mengerjakan

ibadah atau kebajikan karena Allah SWT semata-mata mengharapkan

keridhoan-Nya.(Syam, 2008 : 27 )

Di era kemajuan teknologi seperti sekarang ini pendidikan tidak hanya

bisa di dapat di sekolah atau lembaga pendidikan formal saja. Pendidikan bisa

di dapat dari mana saja . sekarang banyak media yang di gunakan dalam

proses pendidikan. Salah satunya yaitu dengan melalui buku.

Beralih ke sastra, salah satu buku yang berjudul Membuka Pintu

Langit merupakan karya K.H. Mustofa Bisri. Gus Mus menekankan perlunya

kita mengevaluasi perilaku masing-masing. Ia mengajak kita mendidik diri

(18)

perilaku kita dalam hubungannya dengan sesama manusia maupun dalam

kaitan dengan Tuhan.

Membuka pintu langit atau pintu syurga bermakna bahwa

diturunkannya rahmat Allah memberi peluang kepada kita untuk mengabdi

kepada-Nya. Hanya Dia yang mengetahui seberapa besar ganjaran yang akan

dilimpahkan. Inilah momentum untuk mengevaluasi perilaku diri kita. Dalam

Buku ini tentunya juga banyak pendidikan yang dapat diambil pelajaran dan

dapat di petik hikmahnya untuk kehidupan kita sehari-hari.

Dengan memerhatikan latar belakang di atas, maka penulis tertarik

membahas mengenai nilai-nilai keikhlasan yang terdapat pada buku

Membuka Pintu Langit dalam sebuah skripsi yang berjudul ―NILAI-NILAI

KEIKHLASAN DALAM BUKU MEMBUKA PINTU LANGIT KARYA

K.H. MUSTOFA BISRI‖. Karena penulis tertarik dengan isi buku tersebut

yang mengulas nilai-nilai keikhlasan. Keikhlasan dalam menjalani hidup,

termasuk dalam mengevaluasi perilaku kita dalam hubungannya dengan

sesama manusia maupun dalam kaitan dengan Tuhan. Dalam Buku tersebut

sang pembaca juga dapat mengambil pelajaran tentang ikhlas dalam

menjalani hidup.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah berisi penegasan mengenai pertanyaan-pertanyaan

(19)

keseluruhan ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi

dan pembatasan masalah (Maslikhah,2013: 302).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dapat

dirumuskan sebagai berikut :

1. Apa saja nilai-nilai keikhlasan yang terkandung dalam Buku Membuka

Pintu Langit karya K.H. Mustofa Bisri ?

2. Bagaimana relevansi nilai-nilai keikhlasan yang terkandung dalam buku

Membuka Pintu Langit Karya K.H. Mustofa Bisri dengan Pendidikan

Agama Islam ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan peenelitian merupakan pernyataan sasaran yang ingin dicapai

dalam penelitian. Isis dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada rumusan

masalah. Perbedaannya terletak pada bentuk keilmuannya dalam rumusan

masalah, kaimatnya berbentuk pertanyaan, maka dalam tujuan penelitian

berbetuk kalimat pernyataan (STAIN Salatiga, 2008:16).

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mendeskripsikan apa saja nilai-nilai keikhlasan yang

terkandung dalam buku Membuka Pintu Langit karya K.H. Mustofa

Bisri.

2. Untuk mendiskripkan bagaimanakah relevansi nilai-nilai keikhlasan

yang terkandung dalam buku Membuka Pintu Langit karya K.H.

(20)

D. Manfaat Penelitian

Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat

antara lain :

1. Secara Teoritis

Secara teoritik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

konstribusi yang positif bagi dunia pendidikan pada umumnya dan

khususnya bagi pengembangan nilai-nilai pendidikan baik umum maupun

pendidikan Islam terutama pendidikan akhlak melalui pemanfaatan karya

sastra

2. Secara Prkatis

a. Untuk menambah wawasan bagi penulis dalam mengetahui

nilai-nilai keikhlasan dalam buku Membuka Pintu Langit karya K.H. Mustofa

Bisri.

b. Memberikan manfaat bagi pembaca umumnya dan khususnya bagi

penulis sendiri.

E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian

kepustakaan (library research), karena semua yang digali adalah

bersumber dari pustaka (Hadi, 1990: 3). Mencari objek penelitian

secara aktif harus dilakukan dengan cara menelusuri berbagai bacaan

(21)

yang ditulis oleh tangan pertama, artinya belum mengalami

modifikasi. (Suharto, Girisuta dan miryanti, 2003: 63)

Sedangkan menurut Zed (2004: 3) penelitian kepustakaan

adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode

pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah

bahan penelitian. Dan dijadikan obyek kajian adalah hasil karya tulis

yang merupakan hasil dari pemikiran.

2. Sumber Data

Karena jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan

(library research), maka data yang diperoleh bersumber dari literatur.

Adapun refrensi yang menjadi sumber data primer adalah buku

Membuka Pintu Langit karya K.H. Mustofa Bisri. Adapun yang

menjadi sumber data sekunder adalah buku-buku lainnya yang ada

relevansinya dengan obyek pembahasan penulis.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian

ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan buku yang menjadi

sumber data primer yakni buku Membuka Pintu Langit dan data

sekunder yakni buku-buku yang relevan lainnya. Setelah data

terkumpul, maka dilakukan penelaahan secara sistematis dalam

hubungannya dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data

atau informasi untuk bahan penelitian.

(22)

Menurut Patton, 1980 (dalam Lexy J. Moleong 2002: 103)

menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan

uraian dasar. Dalam menganalisis data yang ada, penulis

menggunakan dua metode yaitu:

a. Metode Deduktif

Metode deduktif adalah penelitian yang bertilik tolak dari

pernyataan yang bersifat umum dan menarik kesimpulan yang

bersifat khusus (Sukandarrumini, 2006: 40). Adapun tahapan

penggunaan metode ini adalah metode deduktif ini digunakan

untuk menganalisis pada bab II tentang biografi karya-karya

penulis , kemudian bab III peneliti membahas tentang teori yang

beraitan dengan nilai-nilai keikhlasan yang berada dalam buku

Membuka Pintu Langit yang ditulis K.H Mustofa Bisri.

b. Metode Content Analysis

Metode Content Analysis (analisis isi) menurut Weber

sebagaimana dikutip oleh Soejono dalam bukunya yang berjudul:

Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan, adalah:

―metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur

untuk menarik kesimpulan yang shahih dari sebuah buku atau

dokumen‖ (Soejono, 2005: 13). Dengan teknik analisis ini penulis

(23)

dalam ulasan-ulasan buku Membuka Pintu Langit dan kaitannya

dengan nilai-nilai keikhlasan.

c. Metode Reflektif Thingking

Metode Reflektif Thingking yaitu berfikir yang prosesnya

mondar-mandir antara yang emperi dengan yang abstrak. Emperi

yang khusus dapat saja menstimulasi berkembangnya yang

abstrak yang luas, dan menjadikan mampu melihat relevansi

emperi pertama dengan emperi-emperi yang lainyang termuat

dalam abstrak baru yang dibangunnya (Muhadjir, 1991: 66-67).

Metode ini digunakan untuk melihat relevansi antara nilai-nilai

keikhlasan dalam buku Membuka Pintu Langit dan Pendidikan

Agama Islam.

F. Penegasan Istilah

Supaya pembaca dapat memahami beberapa istilah yang terdapat

dalam tuliasan ini, maka peneliti akan menjabarkan beberapa pengertian

istilah yang terkandung dalam tulisan yaitu :

a. Nilai

Nilai dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia berarti harga,

ukuran, angka yang mewakili prestasi, sifat-sifat yang penting yang

berguna bagi manusia dalam menjalani hidupnya (Kamisa, 1997:

376). Nilai mengacu pada mengacu pada sesuatu yang oleh manusia

(24)

b. Keikhlasan

Keikhlasan berasal dari kata ikhlas yang artinya niat mengharap

ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang

lain. Sedangkan menurut Tatapangarsa (1980: 151) ikhlas termasuk

akhlak Mahmudah yang penting pula. Arti ikhlas ialah murni atau

bersih, tidak ad campuran. Ibarat emas, ialah emas tulen, bersih dari

segala macam campuran yang lain seperti perak dan lain sebagainya.

Maksud bersih di sini ialah, bersihnya suatu pekerjaan dari campran

motip-motip yang selain Allah, seperti ingin dipuji orang, ingin

mendapat nama, dan lain sebagainya. Jadi suatu pekerjakan dapat

dikatakan ikhlas, kalau pekerjaan itu dilakukan semata-mata karena

Allah saja, mengharap ridho-Nya dan pahala-Nya. Keikhlasan adalah

suatu suasana hati manusia yang bersifat tidak mengharapkan balasan

atas perbuatan atau jasanya. Menurut KBBI (2008: 521) keikhlasan

yaitu ketulusan hati, kejujuran dan kerelaan.

c. Buku Membuka Pintu Langit

Buku Membuka Pintu Langit merupakan karya KH. Mustofa

Bisri yang ditulisnya pada tahun 2011. Setelah buku sebelumnya laris,

Gus Mus menghadirkan kembali Membuka Pintu Langit: Momentum

Membuka Mengevaluasi Perilaku, buku revisi yang diperkaya dengan

sejumlah karya barunya. Buku Membuka Pintu Langit mengajarkan

(25)

termasuk dalam mengevaluasi perilaku kita dalam berhubungan

dengan sesama manusia maupun yang berkaitan dengan Allah SWT .

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan yang penulis maksud di sini adalah sistematika

penyusunan skripsi dari bab ke bab. Sehingga skripsi ini menjadi satu

kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Hal ini bertujuan agar

tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud penulisan skripsi ini.

Adapun sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab dengan

sistematika sebagai berikut:

BAB I yakni PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas

mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian, metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika

penulisan.

BAB II berisi tentang BIOGRAFI NASKAH. Bab ini menjelasakan

tentang biografi penulis K.H. Mustofa Bisri yang meliputi riwayat hidup,

karya-karyanya, serta sistematika penulisan buku.

BAB III menjelaskan tentang DESKRIPSI PEMIKIRAN K.H.

Mustofa Bisri

BAB IV menjelaskan tentang PEMBAHASAN. Bab ini penulis akan

memberikan pembahasan tentang: nilai-nilai keikhlasan yang terdapat pada

buku Membuka Pintu Langit.

BAB V adalah PENUTUP. Menguraikan kesimpulan dan saran.

(26)

BAB II

BIOGRAFI NASKAH

A. Biografi K.H. Mustofa Bisri

K.H. Mustofa Bisri alumnus dan penerima beasiswa dari Universitas

Al Azhar Cairo (Mesir, 1964-1970) untuk studi islam dan bahasa arab ini.

Sebelumnya menempuh pendidikan di SR 6 tahun (Rembang, 1950-1956),

Pesantren Lirboyo (kediri, 1956-1958), Pesantren Krapyak (Yogyakarta,

1958-1962), Pesantren Taman Pelajar Islam (Rembang, 1962-1964).

Dilahirkan di Rembang , 10 Agustus 1944, Gus Mus (KH. Ahmad

Mustofa Bisri) beruntung dibesarkan dalam keluarga yang patriotis, intelek,

progresif sekaligus penuh kasih sayang. Kakeknya (H. Zaenal Mustofa)

adalah seorang saudagar ternama yang dikenal sangat menyayangi ulama.

Dinaungi bimbingan para kiai dan keluarga yang saling mengasihi, yatim

sejak masih kecil tidak membuat pendidikan anak-anak H. Zaenal Mustofa

terlantar dalam pendidikan mereka. Buah perpaduan keluarga H. Zaenal

Mustofa dengan keluarga ulama bahkan terpatri dengan berdirinya ―Taman

Pelajar Islam‖ (Roudlatuth Tholibin), pondok pesantren yang kini diasuh Gus

Mus bersaudara. Pondok ini didirikan tahun 1955 oleh ayah Gus Mus, KH.

Bisri Mustofa. Taman Pelajar Islamsecara fisik dibangun diatas tanah wakaf

H. Zaenal Mustofa, dengan pendiri dan pengasuh KH Bisri Mustofa sebagai

pewaris ilmu dan semangat pondok pesantren Kasingan yang terkemuka

(27)

pendudukan Jepang. KH. Bisri Mustofa sendiri adalah menantu KH. Cholil

Harun, ikon ilmu keagamaan (Islam) di wilayah pantura bagian timur

(Anshari, et.al.,2005: 34). Ayah Gus Mus sangat memperhatikan pendidikan

anak-anaknya, lebih dari sekedar pendidikan formal. Meskipun otoriter dalam

prinsip, namun ayahnya mendukung anaknya untuk berkembang sesuai

dengan minatnya.

Menikah dengan Hj. Siti fatimah (1971), mereka dikaruniai 7 anak (6

putri, 1 putra bernama M. Bisri Mustofa), dan 13 cucu. Yang semakin langka

dalam keluarga masa kini, namun nyata berlangsung dalam keluarga Gus

Mus adalah hubungan saling menghormati, saling menyayangi diantara

sesama anggota keluarga. Sebagai ilustrasi, kiprah sang ayah di dunia politik

(Anggota Majelis Konstituante, 1955; Anggota MPRS, 1959; Anggota MPR,

1971), tidak dengan sendirinya membuat Gus Mus tertarik kepada dunia

politik. Jika akhirnya Gus Mus terjun juga ke dunia politik (1982-1992

anggota DPRD Jawa Tengah; 1992-1997 Anggota MPR RI) itu lebih karena

pertimbangan tanggung jawab yang tak bisa dielakkannya, mengingat

kapasitas-kapasitasnya. Dengan mengambil sikap-sikap politik yang sulit,

Gus Mus sangat memperhitungkan restu keluarganya, terutama ibundanya Hj.

Ma‘rufah, selain istri dan anak-anaknya.

KH. Bisri Mustofa penulis Tafsir al-ibris yang masyhur, di zamannya

(28)

kemampuannya menerjemahkan kitab-kitab klasik berbahasa Arab menjadi

bacaan indah sekaligus mudah difahami.

Produktivitas menulis keluarga ulama ini, khususnya produktivitas

kepenulisan KH. Bisri Mustofa dan KH. Misbach Mustofa(keduanya putra H.

Zaenal Mustofa) baik dalam bahasa Indonesia, Jawa mmaupun bahasa Arab

mendorong inovasi diadakannya pelatihan menulis dalam bahasa Indonesia

dan menerjemahkan kitab dalam bahasa Indonesia bagi para santri Taman

Pelajar Islam (1983) yang diprakarsai adik Gus Mus KH M. Adib Bisri. Ketika itu kemampuan menulis dalam bahasa Indonesia rata-rata santri

sangatlah minim.

Gus Mus sendiri bersama kakaknya KH M. Cholil Bisri, sejak muda mempunyai kebiasaan menulis sajak dan saling berlomba untuk

dipublikasikan. Gus Mus yang suka membaca sejak masa kanak0kanak,

tulisannya sejak remaja sudah banyak dimuat berbagai mdia masa termasuk

Kompas (Kompas Minggu 9 Januari 1997:2). (Untuk menghindarkan diridari

‗bayang-bayang‘ nama besar ayahnya, Gus Mus pernah menggunakan nama

M. Ustov Abi Sri sebagai pseudonimnya). Pentas baca puisinya yang pertama

(1980-an) telah menuai banyak pujian dan Gus Mus segera dikukuhkan

kehadirannya sebagai ―bintang baru‘ dalam dunia kepenyairan Indonesia. Ia

menjadi satu-satunya penyair Indonesia yang menguasai sastra Arab (bukan

sekedar terjemahannya). Kini sajak-sajak Gus Mus terpampang hingga

(29)

diantaranya bisa kita baca di Intisari, Horison, Kompas, Tempo, Detak,

Editor, Forum, Humor, DR, Media Indonesia, Republika, Suara Merdeka,

Wawasan, Kedaulatan Rakyat, Bernas, Jawa Pos, Bali Pos, Duta masyarakat

(Baru), Pelita, Panji Masyarakat, Ulumul Qur‟an, Ummat, Amanah, Aula, Mayara. Pada majalah Cahaya Sufi (Jakarta), MataAir (Jakarta), MataAir

(Yogyakarta), Almihrab (Semarang) Gus Mus duduk sebagai Penasehat.

Karena dedikasinya dibidang sastra, Gus Mus banyak menerima

undangan juga dari berbagai negara. Bersama Sutardji Colzoum bachri,

Taufiq Ismail, Abdul hadi WM, Leon Agusta, Gus Mus menghadiri

perhelatan puisi di Baghdad (Iraq, 1989). Masyarakat dan mahasiswa

Indonesia menunggu dan menyambutnya di Mesir, Jerman, Belanda,

Perancis, jepang, Spanyol, Kuwait, Saudi Arabia (2000). Fakultas Sastra

Universitas Hamburg, mengundang Gus Mus untuk sebuah seminar dan

pembacaan puisi (2000). Universitas Malaya (Malaysia) mengundangnya

untuk seminar Seni dan Islam. Sebagai cerpenis, Gus Mus menerima

penghargaan ―Anugerah Sastra Asia‖ dari Majelis Sastra (Mastera,Malaysia,

2005).

Membaca sajak saat berdakwah, bukan hal baru di kalangan

pesantren. Tapi, membaca sajak sebagaimana dilakukan Gus Mus dengan

sajak-sajak mbeling atau ‗puisi balsem‘ (balsem adalah obat gosok

penghilang pening)-nya, memang baru Gus Mus yang memulai (Kompas

(30)

Mus untuk mengkomunikasikan berbagai situasi sosial yang aktual dengan

para santri/asudiens-nya. Dengan bangkitnya keingintahuan santri dan para

audiens, terbukalah dialog sehingga terbuka harapan akan meningkatnya

pemahaman yang lebih untung tentang diri sendiri, sesama, situasi

lingkungan dan agama.

Dedikasi Gus Mus di dunia puisi disambut oleh seniman-seniman lain.

Sebuah group band anak muda pernah mengaransir lagu untuk puisi Gus

Mus. Bersama Idris Sardi Gus Mus menyuarakan keprihatinannya tentang

persatuan bangsa dalam pagelaran karya musik dan puisi bertajuk “Satu Rasa Menyentuhkan Kasih Sayang” di Gedung Kesenian Jakarta, 22 Maret 2006 (Kompas, 23 Maret 2006: 15). Tahun 2008 Gus Mus berkenan menulis lirik

lagu diantaranya berisi parodi tentang bagaimana manusia mempertaruhkan

‗kaki‘, ‗kepala‘, bahkan ‗dada‘ demi sekdar ‗kesenangan (kekuasaan)

mempermainkan bola‘—untuk lagu Sawung Jabo (belum dipublikasikan).

Kepedulian Gus Mus yang tercurah media massa melahirkan konsep

‗MataAir‘. Konsep ini mewadahi mimpinya tentang media alternatif yang

berupaya memberikan informasi yang lebih jernih, yang pada awalnya

merupakan respons atas keprihatinannya terhadap kebebasan pers yang sangat

tidak terkendali (setelah Orde Baru tumbang, 1998). Meski belum

sepenuhnya hadir seperti yang diharapkan Gus Mus, konsep ‗MataAir‘ ini

akhirnya terwujud dengan diluncurkannya situs MataAir, gubuk maya Gus

(31)

majalah MataAir jakarta (2007) dan MataAir Yogyakarta (2007). ‗MataAir‘

mempunyai motto: ―Menyembah Yang Maha Esa, Menghormati yang lebih

tua, Menyayangi yang lebih muda, mengasisih sesama”.

Masyarakat juga menikmati inovasi lain sebagai buah dari tradisi

menulis keluarga Mustofa ini. Pada pernikahan keempat putrinya, untuk

masing-masing Gus Mus menerbitkan sebuah buku yang dibagikan sebagai

cindera mata bagi para tetamu. Tiga diantaranya Kado pengantin (kumpulan

nasehat untuk pengantin yang ditulis tokoh kiai dan cendekiawan, 1997),

Bingkisan Pengantin (antologi puisi tokoh penyair, 2002), Cerita-Cerita

Pengantin (kumpulan cerpen yang ditulis para tokoh cerpenis, 2004).

Sejak muda Gus Mus adalah probadi yang terlatih dalam disiplin

berorganisasi. Sewaktu kuliah di Al Azhar Cairo, bersama KH Syukri Zarkasi

(sekarang Pengasuh Ponpes Modern Gontor Ponorogo, Jawa Timur), Gus

Mus menjadi pengurus HIPPI (Himpunan Pemuda dan Pelajar Indonesia)

Divisi Olah Raga. Di HIPPI pula Gus Mus pernah mengelola majalah

organisasi (HIPPI) berdua saja dengan KH. Abdurrahaman Wahid (Gus Dur).

Tidak berbeda dengan para kiai lain yang memberikan waktu dan

perhatiannya untuk NU (Nahdlatul Ulama), sepulang dari Cairo Gus Mus

berkiprah di PCNU Rembang (awal 1970-an), Wakil Katib Syuriah PWNU

Jawa Tengah (1977), Wakil Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah, hingga Rais

Syuriyah PBNU (1994, 1999). Tetapi mulai tahun 2004, Gus Mus menolak

(32)

Umum PBNU 2004-2009, Gus Mus menolak dicalonkan sebagai salah

seorang kandidat.

Sebagai konsekuensinya, Gus Mus tidak sekedar ―kehilangan‖

kesempurnaan memimpin NU dalam arti struktural namun juga

dialamatkannya tudingan bahwa ia sekadar tokoh ‗lemah‘, ‗ragu-ragu‘, ‗tidak

tegas‘, ‗tidak serius‘ terhadap –bahkan ‗cuci tangan‘ dari persoalan-persoalan

NU (Anshari, et.al., 2005: 114). Sementara bagi Gus Mus, dengan ‗berada di

luar orbit‘, ia justru bisa ‗menjadi kiai umat tanpa membedakan latar

belakang, warna pakaian dan politik‘ (idem: 97). ―Saya harus bisa mengukur

diri sendiri. Mungkin lebih baik saya tetap berada di luar, memberikan

masukan dan kritikan dengan cara saya,‖ jelasnya (Khairina & Kristanto,

2004: 16 kolom 4). ―Kalau saya biasanya mendoa, ya saya akan mendoa.

Kalau semua orang misalnya mau mengukur dirinya sendiri, insya Allah baik

bagi dirinya, baik juga bagi umat‖.

Pada periode kepengurusan NU 2010 – 2015, hasil Muktamar NU ke

32 di Makasar Gus Mus diminta untuk menjadi Wakil Rois Aam Syuriyah

PBNU mendampingi KH. M.A. Sahal Mahfudz. Pada bulan Januari tahun

2014, KH M.A. Sahal Mahfudh menghadap kehadirat Allah, maka sesuai AD

ART NU, Gus Mus mengemban amanat sebagai Pejabat Rois Aam hingga

muktamar ke 33 yang berlangsung di Jombang Jawa Timur. Pada muktamar

NU di Jombang, Muktamirim melalui tim Ahlul Halli wa Aqdi, menetapkan

(33)

tidak menerima Jabatan Rois Aam PBNU tersebut dan akhirnya Mukatamirin

menetapkan Dr. KH. Ma‘ruf Amin menjadi Rois Aam PBNU periode 2015

-2020.

Berdisiplin dalam memelihara rasa tanggung jawab, juga membuat

Gus Mus bergeming terhadap godaan kursi empuk kekuasaan struktural di

dunia politik. Tidak seperti kebanyakan politikus dengan segala daya dan cara

merebut mendapatkan dan mempertahankan kedudukannya, Gus Mus pernah

menolak duduk kembali di kursi legislatif. Meskipun pencalonannya sudah di

tetapkan, beliau memutuskan mundur dari pemilihan sebagai ‗wakil rakyat‘.

Alasan beliau, karena ragu bisa mempertanggungjawabkan posisinya jika

terpilih. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, Gus Mus merasa apa yang

bisa diberikannya kepada rakyat tidak sebanding dengan apa yang

diterimanya dari rakyat (Khairina dan Kristatnto, 2004: 16).

Termasuk disipilin dalam berpolitik, Gus Mus juga selalu terlalu arif

untuk membawa kelompok maupun kepentingan dirinya sendiri. Mantan

Pemimpin Redaksi tabloid Detik Eros Djarot menyatakan bahwa sebagai

Kiai, Gus Mus tidak bernafsu ‗mengolah‘ para pendukung, simpatisan dan

santrinya menjadi sekadar alat perjuangan politk demi kekuasaan. Ada pula

yang mencatat bahwa menjelang Pemilu 1987, melalui KH Sahal Mahfudz

(senior Gus Mus di kepengurusan struktural NU) seorang kader parpol gagal

membujuk Gus Mus menjadi direktur sebuah perusahaan yang akan didirikan

(34)

ralisasi impiannya memiliki percetakan untuk menerbitkan sndiri

karya-karyanya ketika mengetahui dananya berasal dari sumber yang sama (Asma

et.al., 2005: 85-86)

Dalam dunia politik, pemihakan Gus Mus selalu jelas dan konsisten:

yakni kepada rakyat yang selalu terpinggirkan. Sebagai Anggota Dewan

misalnya (1982-1992 Anggota DPRD Jawa Tengah; 1992-1997 Anggota

MPR RI), untuk mendengarkan aspirasi rakyat, tidak jarang Gus Mus dengan

biaya sendiri mengadakan kunjungan di luar protokoler biasanya dalam

kemasan pengajian dan ini dilakukan tidak terbatas di wilayah yang menjadi

konstituennya. ―Suatu kebiasaan yang berlaku di dewan saat itu adalah

masing-masing anggota hanya mengurus dan mengedepankan kepentingan

daerahnya. Tidak ada anggota dewan yang concern terhadap urusan daerah

secara integral,‖ Kata Gus Mus (Asma et.al.,2005: 80).

Atmosfer di lingkungan legislatif memang tidak cukup kondusif bagi

hati nurani Gus Mus. Gus Mus sampai malu dan menghindar dari menerima

gaji. Seperti kata Gus Mus: ―...antara kinerja dan gaji yang diberikan tidak

imbang. Jauh lebih besar gaji yang diterima.‖ (idem: 82). Puncak akumulasi

ketidakberdayaan Gus Mus di parlemen daerah tertuang dalam Puisi Balsem

dari Tunisia (dalam Ohoi, Kumpulan Puisi-Puisi Balsem, Bisri, 1988, cet.1)

(idem:85). Karena merasa fungsinya tidak efektif, akhirnya Gus Mus

mengundurkan diri: ― ...mungkin saya bisa melihat ketimpangan-ketimpangan

(35)

teguran namun—mencarikan solusi dan pemecahan?‘ (Asma et.al., 2005:

116).

Sewaku kuliah di Al Azhar (Cairo), Gus Mus dikenal sebagai atlet

bulu tangkis dan sepak bola yang andal. Selain bulu tangkis dan sepak bola,

melukis dan menulis adalah kegemaran Gus Mus sejak muda. Kenang Gus

Mus, ―...saya itu kalau ngaji, kitabnya suka saya gambari. Ketahuan ayah

saya, tapi malah saya diajak ke perkampungan para pelukis di Sokaraja iyu. ―

(Rahardjo, 1997: 16). Gus Mus juga bercerita tentang guru melukisnya yang

lain: ― ...ada peluksi keliling, dia gambar wajah orang pakai kertas dan konte.

Dia itu kakinya lumpuh. Sayalah yang mendorongnya keliling kota Rembang

ini... hanya saking tertariknya saja. Saya ingin melihat dia melukis. Itulah

antara lain cara saya belajar. Jadi saya tidak belajar secara khusus.‖ (idem).

Sewaktu menjadi santri di Krapyak, Gus Mus sering jalan-jalan ke

rumah-rumah seniman Yogya. Salah satunya rumah-rumah Affandi (Asma, et.al., 2005: 49).

Sampai ketika Affandi ke Mesir, Gus Mus selalu ―nempel‘ Affandi

(Rahardjo, 1997:16).

Mengapa ia sampai kini melukis, Gus Mus menyatakan: ―Saya punya

kebiasaan, kalau ada dorongan dari dalam itu, kalau tidak saya tuangkan

dalam tulisan atau oret-oretan, rasanya masih seperti ada ganjalan.‖ (idem:

15) ―Apa yang saya lakukan itu merupakan dorongan dari dalam. Baik

(36)

bahkan oleh saya sendiri. Karena sakit kalau tidak saya tuangkan. ― (idem:

24).

Gus Mus kini mantan perokok menjadi inovator sebagai pelukis

pertama di atas amplop surat dengan memanfaatkan klelet (residu rokok)

sebagai medium lukisannya. Sejumlah lukisan klelet karyanya itu digelar

dalam sebuah pameran tunggal bertajuk ―99 Lukisan Amplop‖ di Gedung

Pameran Senirupa Depdikbud Jakarta (1997). Dirjen Depdikbud RI pada

waktu itu, Edi Setyawati, mengapresiasi Gus Mus sebagai ‗manusia pelaku

perubahan yang mewarisi gagasan-gaasan modernisasi dalam bidang

kesenian‘ (idem: 7). Lukisan amplop Gus Mus menurut Edi Sdyawati

merupakan ‗karya-karya seni rupa yang spesifik, baik bentuk, teknik, maupun

pemaknaannya‘ (idem). Mantan Mendikbud RI Fuad Hassan dalam

sambutannya saat membuka pameran, menyatakan bahwa karya Gus Mus itu

‗sangat unik, bukan saja karena ciptaseni seorang Kiai, juga karena karyanya

pantas dianggap tunggal dalam wujud dan gayanya‖ (idem: 8).

Dan lagi-lagi, konsistensi itu bisa dirasakan di sini. Tidak hanya dalam

aktivitas politik dan kreativitas dalam sastra, dalam seni rupa pun, Gus Mus

agaknya sulit dipisahkan dari disiplin spiritualnya. Menurut kurator seni rupa

dan salah seorang pelopor seni Jim Supangkat (Tempo Edisi Khusus Tahun

2000: 178), karya Gus Mus berbeda dengan ‗sebagian besar kaligrafi yang

terkesan tulisan yang diindah-indahkan‘ (idem: 49). Apa yang dikatakan Jim

(37)

kesederhanaan yang memnuhi estetika, bukan melalui kemubadziran yang

sifatnya kosmetika belaka.‖ (idem: 9). Lebih lanjut Jim menyatakan bahwa

‗kekuatan ekspresinya terdapat pada garis grafis‘, ‗kesannya ritnuk menuju

dzikir‘. Ini senafas dengan ungkapan pelukis dan cerpenis Danarto, yang

menyatakan bahwa karya Gus Mus cenderung kepada ‗cara-cara i‟tikaf yang

memadai‘ dalam mengarungi kehidupan ‗yang semakin hari semakin ganas‘

(idem: 46). I‘tikaf adalah cara beribadah dengan berdiam diri di masjid,

menjauhkan pikiran dari keduniaan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan

(Alwi, 2003: 422).

Hingga kini lukisan karya Gus Mus mencapai bilangan ratusan dan

bisa disaksikan publik dalam berbagai pameran lukisan. Sebuah lukisannya

yang pernah mengundang kontroversi berjudul ―Berdzikir Bersama Inul‖,

dipamerkan bersama karya Djoko Pekik, Danarto dan kawan-kawan di

Surabaya (2003).

Ketika diselenggarakan Pameran Post-Kaligrafi ―Kalam dan

Peradaban‖ di Jogja Gallery (2007), Arrahmaiani –seorang penulis dan

perupa—mencatat lukisan Gus Mus berjudul ―Institusi‖ (2007) menarik untuk

direnungkan. Lukisan itu menurutnya mempersoalkan ‗kecenderungan

orientasi vertikal yang kemudian diinstitusikan‘, yang menyebabkan manusia

lupa adb karena kerancuan antara penghayatan ketuhanan dan nafsu

(Arrahmaiani, 2007:29 kolom 4). Saat ini Gus Mus sedang menyelesaikan

(38)

B. Karya-karya KH. Mustofa Bisri diantaranya yaitu :

1. Buku

a. Membuka pintu langit: momentum mengevaluasi perilaku

b. Ohoi: kumpulan puisi-puisi balsem

c. Gelap berlapis-lapis

d. Cerita-cerita pengantin

e. Keajaiban haji

f. Saleh ritual, saleh sosial: kualitas iman, kualitas ibadah, dan kualitas

akhlak sosial

g. Lukisan kaligrafi: kumpulan cerpen

h. Pesan Islam sehari-hari: ritus dzikir dan gempita ummat

i. Melihat diri sendiri

j. The key word: perpustakaan di mata masyarakat

k. Oase pemikiran untuk pluralitas bangsa

l. Mencari bening mata air: renungan

m. Negeri daging

n. Kompensasi: kumpulan tulisan

o. Cermin: kumpulan tulisan

p. Maha duka Aceh: antologi puisi

q. Fikih keseharian Gus Mus

r. Koridor: renungan A. Mustofa Bisri

(39)

t. Gus Dur garis miring PKB: kumpulan tulisan khusus tentang Gus Dur

dan PKB

u. Al-Ubairiz: fi tafsiiri gharaaibil Qur'anil Aziz : Indonesia-Jawa-Arab,

Arab-Jawa-Indonesia

2. Puisi

a. Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana

b. Dalam Kereta

c. Kalau Kau Sibuk Kapan Kau Sempat

d. Aku Merindukanmu, O, Muhammadku

e. Di Basrah

f. Lirboyo, Kaifa Hall....

g. Gandrung

h. Negeri Teka-Teki

i. Surabaya

j. Putra-Putra Ibu Pertiwi

k. S O A L

l. Negeriku

m. Di Taman Pahlawan

n. Keluhan

o. Kita Semua Asmuni Atawa Asmuni Cuma Satu

p. Mula-Mula

(40)

r. Istriku

s. Guruku

t. Orang Penting

u. Puisi Balsem Dari Tunisia

v. Nyanyian Kebebasan Atawa Boleh Apa Saja

w. Pilihan

x. Suwuk Kulhu Sungsang

y. Suwuk Solibin

z. Suwuk Manikcemar

aa. Kepada Penyair

bb.Maju Tak Gentar

cc. Input Dan Output

dd.Pahlawan

ee. Orang Kecil Orang Besar

ff. Andaikata

gg.Ibu

hh.Nasihat Ramadlan Buat A. Mustofa Bisri

ii. Ya Rasulallah

(41)

C. Sistematika Penulisan BukuMembuka Pintu Langit Karya KH. Mustofa

Bisri

Sistematika penulisan dalam buku Membuka Pintu Langit Karya

KH. Mustofa Bisri sama seperti sistematika buku pada umumnya. Halaman

pertama judul buku, kemudian halaman selanjutnya pengantar penerbit,

buku ni diterbitkan oleh PT. Kompas Media Nusantara pada bulan Agustus

2011 yang beralamat di Jl. Palmerah Selatan 26-28 Jakarta 10270,

editornya Almas Mustofa. Buku ini berisi kurang lebih 216 halaman: 14

cm x 21 cm, nomor ISBN buku ini yaitu 978-979-709-590-1, kemudian

buku ini ada dua cetakan, cetakan pertama Agustus 2011, cetakan kedua

November 2011. Halaman selanjutnya yaitu daftar isi. Halaman

selanjutnya yaitu pengantar penerbit. Halaman selanjutnya yaitu

pembahasan yang teridiri dari 5 bab. Halaman berikutnya adalah indeks.

Kemudian halaman berikutnya yaitu sumber naskah, serta halaman

berikutnya adalah tentang penulis.

Lebih singkatnya sistematika penulisan buku Membuka Pintu

Langit karya KH. Mustofa Bisri ini adalah sebagai berikut:

1. Halaman Judul

2. Pengantar Penerbit

3. Daftar Isi

4. Pengantar Penerbit

(42)

a. Menyegarkan Akhlak

b. Kepentingan Menjadi Pnglima

c. Memaknai Azab dan Musibah

d. Syahwat Politik

e. Membuka Pintu Langit

6. Indeks

7. Sumber Naskah

(43)

BAB III

DESKRIPSI PEMIKIRAN

A. Nilai-nilai Keikhlasan 1. Pengertian Nilai

Nilai adalah sesuatu yang dipandang baik, disukai, dan paling

benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga

prefensinya tercermin dalam perilaku, sikap dan

perbuatan-perbuatannya. (Ensiklopedi Pendidikan, 2009: 106)

Istilah nilai (value) dalam kamus umum bahasa Indonesia diartikan

sebagai sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi

kemanusiaan (Poerwadarminta, 2006: 801). Nilai adalah kaulitas suatu

hal yang menjadikan hal itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, dan

berguna dapat membuat orang yang menghayatinya menjadi

bermartabat.

Menurut Steeman nilai adalah sesuatu yang memberi makna pada

hidup, yang memberi acuan, titik tolak dan tujuan hidup. (Adisusilo,

2013: 56)

Nilai artinya sifat-sifat (hal-hal) yang penting dan berguna bagi

kemanusiaan (Purwadarminta, 1991: 667). Nilai itu praktis dan efektif

dalam jiwa dan tindakan manusia dan melembaga secara obyektif di

(44)

Nilai adalah suatu kualitas yang dibedakan menurut:

kemampuannya untuk berlipat ganda atau bertambah meskipun sering

diberikan kepada orang lain dan kenyataan atau hukuman bahwa

makin banyak nilai diberikan kepada orang lain. Makin banyak pula

nilai serupa yang dikembalikan dan diterima oleh orang lain. (Majid,

2013: 42)

Nilai diartikan sebagai seperangkat moralitas yang paling abstrak

dan seperangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu

idealitas dan memberikan corak khusus pada pola pemikiran, perasaan,

dan perilaku. Misalnya nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai

keadilan, nilai moral, baik itu kebaikan maupun kejelekan (Nurdin,

2008: 209)

Nilai adalah sesuatu yang dinilai positif, dihargai, dipelihara,

diagungkan, dihormati, membuat orang gembira, puas bersyukur

(kepuasan rohani). Kalau seseorang mengambil pilihan dan ternyata

setelah mengalami pilihannya itu menjadi gembira, kiranya ia

menemukan nilai bagi dirinya, tetapi sebaliknya kalau seseorang lalu

menjadi murung, sedih, karena pilihannya kiranya ia membuat suatu

pilihan yang keliru. (kaswardi, 1993: 8)

Rokeach memberikan batasan (pengertian) tentang nilai, yaitu

keyakinan dasar bahwa suatu modus perilaku atau keadaan akhir

eksistensi yang khas lebih disukai secara pribadi atau social

(45)

atau lawannya.dalam pengertian itu, lebih jauh dijelaskan bahwa nilai

mengemban gagasan-gagasan seorang individu mengenai apa yang

benar, baik, atau diinginkan. Nilai mempunyai atribut isi dan

intensitas. (Budiyono, 2007: 71)

2. Pengertian Keikhlasan

Menurut Al-Qadharawi Yusuf (2003: 2013), secara bahasa ikhlas

berarti jernih dari kotoran. Orang yang ikhlas (mukhlis) adalah orang

yang tidak meneyertakan kepentingan pribadi atau imbalan duniawi

dari apa yang dapat ia lakukan. Konsentrasi orang yang ikhlas hanya

satu, yaitu bagaimana agar apa yang dilakukannya diterima oleh Allah

SWT. Menurut ilmu merupakan salah satu bentuk mensyukuri nikmat

Allah dan cara untuk mendapatkan hidayah-Nya.

Ikhlas adalah bekerja dan beramal hanya karena Allah,

semata-mata, bukan karena selain-Nya. Al-Ghazali rahmahullah berkata:

“Semua manusia itu dalam kerugian, kecuali orang-orang yang

“berilmu”, orang berilmu juga rugi kecuali ia “beramal”, orang beramal juga rugi, kecuali ia “ikhlas”.

Sebab ikhlas itu di dalam hati, sedangkan hati itu mudah sekali

bolak-baliknya seperti air mendidih. (Ibrahim, 1990:171)

Menurut Nurkholis Majdid dalam buku Menuju Hidup Sukses

karya Gim dan Ilham (2005: 76), keikhlasan adalah pada tingkat

pribadi seseorang, keikhlasan terasa sebagai tindakan yang tulus

terhadap diri sendiri dalam komunikasinya dengan Sang Maha

(46)

Ikhlas adalah melakukan sebuah amalan, baik yang berupa

perkataan maupun perbuatan yang hanya ditujukan Allah semata.

Al-Qur‘an pun memerintahkan kita untuk senantiasa ikhlas, seperti

firman Allah dalam surah Yunus ayat 105, yang berbunyi:

َِِٞمِشْشَُْىا ٍَِِ ََُِّّ٘نَر لاَٗ بًفَِْٞح ِِِّٝذيِى َلَْٖجَٗ ٌِْقَأ َُْأَٗ

Artinya: “Dan (aku telah diperintah): "Hadapkanlah mukamu kepada agama dengan tulus dan ikhlas dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik” (QS. Yunus: 105)(Soebachman, 2014: 13) Keikhlasan berasal dari kata ikhlas yang artinya niat mengharap

ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang

lain. Sedangkan menurut Tatapangarsa (1980: 151) ikhlas termasuk

akhlak Mahmudah yang penting pula. Arti ikhlas ialah murni atau

bersih, tidak ad campuran. Ibarat emas, ialah emas tulen, bersih dari

segala macam campuran yang lain seperti perak dan lain sebagainya.

Maksud bersih di sini ialah, bersihnya suatu pekerjaan dari campran

motip-motip yang selain Allah, seperti ingin dipuji orang, ingin

mendapat nama, dan lain sebagainya. Jadi suatu pekerjakan dapat

dikatakan ikhlas, kalau pekerjaan itu dilakukan semata-mata karena

Allah saja, mengharap ridho-Nya dan pahala-Nya. Keikhlasan adalah

suatu suasana hati manusia yang bersifat tidak mengharapkan balasan

atas perbuatan atau jasanya. Menurut KBBI (2008: 521) keikhlasan

yaitu ketulusan hati, kejujuran dan kerelaan.

Definisi ikhlas yang dikemukakan para ulama tidak berbeda jauh.

(47)

kepada yang lain. Al-Raghib berkata dalam kitab Mufradat : ― ikhlas

adalah menyingkirkan segala sesuatu selain Allah. Abu Qasim

al-Qusyairi menyatakan bahwa seorang yang ikhlas adalah ―yang

berkeinginan untuk menegaskan hak-hak Allah Swt. Dalam setiap

perbuatan ketaatannya. Dengan ketaatannya itu ia ingin mendekatkan

diri kepada Allah, bukan kepada yang lain. Ia berbuat bukan untuk

makhluk, bukan untuk mendapat pujian manusia, atas sanjungan dari

siapa pun. Satu-satunya yang ia harapkan adalah kedekatan kepada

AllahSwt.‖ Sementara Izz ibn Abdussalam menyatakan ikhlas adalah

melakukan ketaatan karena dan demi Allah semata, bukan karena ingin

diagungkan atau dimuliakan oleh manusia; juga ukan untuk

memperoleh keuntungan agama, atau menolak kemudratan dunia‖

Ulama‘ yang lain, Harits al-Muhasibi menyatakan, ― ikhlas adalah

mengenyahkan makhluk dari hubungan antara seseorang dan Tuhan.‖

Definisi yang lain dikemukakan oleh Sahl ibn Abdullah, bahwa ikhlas

adalah menjadikan seluruh gerak dan diam hanya untuk Allah.

(Al-Asyqar, 2006: 25)

Al-Ghazali, setelah mengutip definisi diatas, mengatakan bahwa

―ikhlas adalah salah satu kata yang menghimpun dan meliputi seluruh

maksud‖ (Al-Asyqar, 2006: 26)

Definisi dari uraian di atas, kita tidak melihat adanya perbedaan

dalam pengertian ikhlas, baik dari segi bahasa maupun istilah. Antara

(48)

kepada upaya memurnikan maksud dan tujuan kepada Allah Swt. Dari

segala bentuk noda, campuran dan segala hallain yang merusak yang

melekati maksud dan tujuan itu. Artinya, semua ibadah yang dilakukan

murni dimaksudkan dan ditujukan kepada Allah semata, bukan kepada

orang lain. (Al-Asyqar, 2006: 27)

a) Manfaat Ikhlas

Ikhlas merupakan hal yang teramat penting dalam hidup

manusia. Tanpa keikhlasan, niscaya manusia akan senantiasa resah

dan gelisah dalam menjalani hidup kehidupannya. Keikhlasan akan

mendatangkan ketenangan, bahkan kebahagiaan, seburuk apapun

situasi dan kondisi hidup yang menerpa diri kita. Orang yang

ikhlas itu hati dan pikirannya semata-maata tertuju pada Allah

ta‘ala. Meskipun orang mencerca dan mempergunjingkan dirinya

sebegitu rupa, dia tak peduli. Orang yang tidak ikhlas akan banyak

menemui kekecewaan dalam hidupnya. Karena orang yang tidak

ikhlas itu tidak bergantung paad Allah ta‘ala. Dia melakukan ini itu

bukan dengan niat semata-mata karena Allah SWT, melankan

karena manusia. Mungkin ingin dianggap baik, dinilai rajin, tidak

dicela, atau supaya diberi reward tertentu. Artinya, dia melakukan

suatu amalan kebaikan dan berharap memperoleh penghargaan dari

sesama manusia demi eksistensi diri. (Soebachman, 2014: 22)

Orang yang ikhlas sangat yakin pada janji dan jaminan Allah

(49)

Allah SWT tak tergoyahkan, dia memandang enteng hal-hal selain

Allah ta‘ala. Inilah yang membuat hatinya tenang dan damai. Yang

namanya risau, galau, perasaan khawatir ditipu ataupun takut

dikhianati, sama sekali tak ada dalam kamus kehidupan seseorang

yang ikhlas. Orang yang ikhlas tidak pernah merasa takut untuk

kehilangan. Sebab, dia amat menyadari bahwa segala apa yang ia

miliki di dunia ini hanyalah titipan dari Allah ta‘ala. Sewaktu

-waktu Dia Allah SWT dapat mengambil kembali titipan-Nya dari

kita. (Soebachman, 2014: 23)

Ada banyak hal positif dan manfaat yang akan muncul dari sebuah

keikhlasan. Berikut adalah sederet manfaat yang dimaksud.

1) Hidup orang yang ikhlas akan terasa tenang karena hati selalu

berjaga-jaga untuk mengevaluasi dan meluruskan niat dalam

beramal.

2) Seseorang yang ikhlas akan selalu dimudahkan dalam segala

urusannya.

3) Memiliki orientasi hidup yang mampu menjangkau jangka

panjang, yaitu kahirat.

4) Keikhlasan tersebut merupakan pemberat/penambah pahal

dalam berama.

5) Orang yang memiliki rasa keikhlasan akan mendapatkan posisi

sebagai sebaik-baiknya hamba di sisi Allah dan juga sisi

(50)

Niat lillahita‘ala hanya fokus menjalani kehidupannya semata

-mata karena Allah SWT. Ia sudah sangat meyakini bahwa semua hal

yang dialaminya adalah takdir dan kehendak Allah SWT yang paling

baik dirinya. Mungkin kelihatan pahit, tapi sesungguhnya baik baginya

menurut Allah ta‘ala. Maka ia tak sedikit pun bermaksud untuk

memprotes Allah. Ia justru memilih ikhlas untuk menerimanya sebab

ikhlas itulah yang justru membuat hidup terasa nyaman dan ringan.

Pilihan untuk ikhlas ternyata dampaknya dahsyat. Rasa galau,

sedih, tersisih, kecewa, dan aneka macam perasaan negatif lainnya

pelan-pelan tersingkir oleh hadirnya keikhlasan. Pada akhirnya,

perasaan bahasgialah yang tersisa. Entah sedang mujur entah sedang

apes, hati orang yang ikhlas tak bakalan lepas kendal. Istilahnya,

mampu merasakan bahagia di segala cuaca dan kondisi.

Itulah keikhlasan yang berpotensi menguatkan jiwa, yang dapat

menyembukan penyakit-penyakit fisik yang asal-muasalnya dari

kekalutan pikiran alias perasaan tidak ikhlas. Begitulah faktanya.

Kekuatan jiwa adalah sebuah potensi yang tidak kasat mata, tetapi

efeknya dapat sangat luar biasa. Menurut metode penyembuhan

holistik, pada dasarnya setiap manusia bisa menyembuhkan dirinya

sendiri denga kekuatan jiwa yang dimilikinya. Hanya saja, tidak semua

orang tahu caranya. Adapun salah satu kunci kekuatan jiwa yang dapat

menyembuhkan penyakit adalah perasaan ikhlas (Soebachman, 2014:

(51)

Adapun untuk mencapai dan mewujudkan perasaan ikhlas

dalam hati, bahwa setiap orang tentu memiliki kemampuan

berbeda-beda. Maka orang yang ingin memiliki keikhlasan penuh disarankan

untuk membiasakan diri berlatih secara bertahap dan rutin. Jika telah

terbiasa lambat laun tentu mampu merasakan keikhlasan. Pada

awalnya mungkin akan berat. Akan tetapi, dengan niat yang

sungguh-sungguh, pasti akan dapat merasakannya. Kiranya untuk ―membantu‖

mendatangkan keikhlasan hati, kita bisa lebih meresapi firman Allah

dalam QS. Al-Baqarah: 216, yaitu sebagai berikut :

ََُٕ٘ٗ بًئَْٞش إَُ٘شْنَر َُْأ َٚغَعَٗ ٌُْنَى ٌْٓشُم ََُٕ٘ٗ ُهبَزِقْىا ٌُُنَْٞيَع َتِزُم

َُّاللََٗ ٌُْنَى ٌّشَش ََُٕ٘ٗ بًئَْٞش اُّ٘جِحُر َُْأ َٚغَعَٗ ٌُْنَى ٌشَْٞخ

َََُُ٘يَُْر لا ٌُْزَّْأَٗ ٌَُيَُْٝ

Artinya: “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah

(52)

b) Cara Meraih Ikhlas

Sebuah amalan kebaikan yang tidak dilakukan dengan

ikhlas semata-mata karena Allah ta‘ala tidak akan berpahala.

Bahkan, Allah SWT akan mengazab orang yang suka

melakukannya. Karena sesungguhnya amalan kebaikan yang

dilakukan bukan karena Allah ta‘ala termasuk perbuatan kesyirikan

yang tak terampuni dosanya kecuali jika si pelaku bertaubat

kepada-Nya. (Soebachman, 2014: 28)

Dalam QS. An-Nisa: 48 Allah berfirman, yang berbunyi :

ُءبَشَٝ ََِِْى َلِىَر َُُٗد بٍَ ُشِفْغََٝٗ ِِٔث َكَشْشُٝ َُْأ ُشِفْغَٝ لا َ َّاللَ َُِّإ

بًَِٞظَع بًَْثِإ َٙشَزْفا ِذَقَف ِ َّللَّبِث ْكِشْشُٝ ٍََِْٗ

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang

besar.” (QS. An-Nisa: 48)

Jadi, berhati-hatilah dalam melakukan suatu amalan

kebaikan. Bertahanlah untuk selalu ikhlas lillahi ta‘ala dalam

melakukannya. Apabila sampai tidak ikhlas, berarti tanpa sadar kita

telah menduakan Allah SWT. Melakukan sesuatu dengan tujuan

selain-Nya. (Soebachman, 2014: 28)

Keikhlasan dalam amalan-amalan semacam itu sangatlah

berat untuk diraih sebab orang-orang lain di sekitar kita banyak

yang langsung mengetahuinya. Pastilah pula akan banyak di antara

(53)

keikhlasan memang wajib diupayakan hadirnya dalam kehidupan

kita seberat apa pun kita mestinya sanggup meraih ikhlas. Ada

empat hal yang penting yang dapat dilakukan untuk memiliki

keikhlasan. Keempatnya adalah :

1) Senantiasa berdo‘a

2) Berusaha menyembunyikan amalan kebaikan

3) Memandang rendah amal kebaikan sendiri

4) Yakinkan diri bahwa hanya Allah yang memiliki surge

dan neraka. (Soebachman, 2014: 33)

c) Keutamaan Ikhlas

Gambaran ikhlas antara lain dinyatakan dalam bentuk

pernyataan, ― sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan

matiku hanyalah untuk Allah Tuhan sekaligus Alam‖. Seseuatu

perbuatan itubaru diterima Allah SWT dan dinilai sebagai ibadah

amal shaleh, jika perbuatan itu diizinkan oleh Allah dan dilakukan

dengan ikhlas. (Faridi, 2004: 60)

Rasul bersabda ada tujug golongan manusia yang akan

mendapatkan perlindungan di yaumil qiyamah nanti, saat tidak ada

perlindungan AllahSWT. Ketujuh golongan itu adalah:

1) Pemimpin yang berlaku adil terhadap rakyatnya

2) Pemuda yang selalu ikhlas beribadah kepada Allah

3) Seorang yang hatinya ikhlas , selalu terkait dengan

(54)

4) Dua orang yang bersahabat dengan ikhlas karena Allah

dan berpisah dengan ikhlas karena Allah

5) Laki-laki yang dibujuk berzina oleh wanita cantik yang

mempunyai kedudukan tetapi laki-laki itu menolak

karena takut kepada Allah

6) Seorang yang mngeluarkan hartanya sebagai shidqoh

dengan ikhlas, sembunyi-sembunyi sehingga

seolah-olah tangan kirinya pun tidak tahu apa yang

disedekahkan oleh tangan kanannya

7) Seorang yang berdzikir karena Allah sehingga ia

meneteskan air matanya. (Faridi, 2004: 61)

Sangat banyak ayat Al-Qur‘an terutama yang turun di

Makkah yang memerintahkan manusia bersikap ikhlas. Sebab,

ikhlas itu sangat erat hubungannya dengan tauhid yang murni,

akidah yang benar, dan tujuan yang jelas. Allah berfirman kepada

Rasul-Nya :

َأ بَِّّإ

َِِّٝذىا َُٔى بًصِيْخٍُ َ َّاللَ ِذُجْعبَف ِّقَحْىبِث َةبَزِنْىا َلَْٞىِإ بَْْىَضّْ

بٍَ َءبَِٞىَْٗأ ُِِّٔٗد ٍِِْ اُٗزَخَّرا َِِٝزَّىاَٗ ُصِىبَخْىا ُِِّٝذىا ِ َّ ِللَّ لاَأ

ََُْْٖٞث ٌُُنْحَٝ َ َّاللَ َُِّإ َٚفْىُص ِ َّاللَ َٚىِإ بَُّ٘ثِّشَقُِٞى لاِإ ٌُُْٕذُجَُّْ

ِِٔٞف ٌُْٕ بٍَ ِٜف ٌْ

ٌسبَّفَم ٌةِربَم َُٕ٘ ٍَِْ ِٛذَْٖٝ لا َ َّاللَ َُِّإ َُُ٘فِيَزْخَٝ

(55)

Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari

syirik) … “ (Az-Zumar: 2-3). (Yusuf. 1996: 18) Allah berfirman pula kepada Rasul-Nya :

ِِْٜٝد َُٔى بًصِيْخٍُ ُذُجْعَأ َ َّاللَ ِوُق

ِغَخ َِِٝزَّىا َِِٝشِعبَخْىا َُِّإ ْوُق ُِِّٔٗد ٍِِْ ٌُْزْئِش بٍَ اُٗذُجْعبَف

اُٗش

ُِِٞجَُْىا ُُاَشْغُخْىا َُٕ٘ َلِىَر لاَأ ِخٍَبَِٞقْىا ًََْ٘ٝ ٌِِْٖٞيَْٕأَٗ ٌَُْٖغُفَّْأ

Artinya: “Katakanlah: "Hanya Allah saja Yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku". Maka sembahlah olehmu (hai orang-orang musyrik) apa yang kamu kehendaki selain Dia. Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat". Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. (Az-Zumar: 14-15)

َََِِٞىبَُْىا ِّةَس ِ َّ ِللَّ ِٜربٍََََٗ َٛبَْٞحٍََٗ ِٜنُغَُّٗ ِٜرلاَص َُِّإ ْوُق

ََِِِٞيْغَُْىا ُهََّٗأ بََّأَٗ ُدْشٍُِأ َلِىَزِثَٗ َُٔى َلِٝشَش َلا

Artinya: “Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibaddahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya, dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan

diri (kepada Allah).” (Al-An‗am: 162-163) Allah SWT berfirman:

ا َُٔى َِِٞصِيْخٍُ َ َّاللَ اُٗذُجَُِْٞى لاِإ اُٗشٍُِأ بٍََٗ

اَُِ٘ٞقَُٝٗ َءبَفَُْح َِِّٝذى

ِخَََِّٞقْىا ُِِٝد َلِىَرَٗ َحبَمَّضىا اُ٘رْؤَُٝٗ َحلاَّصىا

(56)

dalam (menjalankan) agama dengan lurus ... “ (Al-Bayinah: 5). (Yusuf, 1996: 19)

ِدبٍَِْْؤَُْىا ِدبََْصْحَُْىا َحِنَْْٝ َُْأ لاَْ٘غ ٌُْنٍِْْ ْعِطَزْغَٝ ٌَْى ٍََِْٗ

ٌُْنِّبََِٝئِث ٌَُيْعَأ ُ َّاللََٗ ِدبٍَِْْؤَُْىا ٌُُنِربََٞزَف ٍِِْ ٌُْنُّبَََْٝأ ْذَنَيٍَ بٍَ ََِِْف

َأ ُِْرِئِث َُُِّٕ٘حِنّْبَف ٍطَُْث ٍِِْ ٌُْنُعَُْث

ََُِّٕسُ٘جُأ َُُِّٕ٘رآَٗ َِِِّٖيْٕ

اَرِئَف ٍُاَذْخَأ ِداَزِخَّزٍُ لاَٗ ٍدبَحِفبَغٍُ َشَْٞغ ٍدبََْصْحٍُ ِفُٗشََُْْىبِث

ٍَِِ ِدبََْصْحَُْىا َٚيَع بٍَ ُفْصِّ ََِِّْٖٞيََُف ٍخَشِحبَفِث ََِْٞرَأ ُِْئَف َِِّصْحُأ

ُنٍِْْ َذََُْْىا َِٜشَخ ََِِْى َلِىَر ِةاَزَُْىا

ُ َّاللََٗ ٌُْنَى ٌشَْٞخ اُٗشِجْصَر َُْأَٗ ٌْ

ٌٌِٞحَس ٌسُ٘فَغ

Artinya:“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama

Ibrahim yang lurus ? ...” (An-Nisa‘: 25)

َََِْف ٌذِحاَٗ ٌَٔىِإ ٌُْنَُٖىِإ بََََّّأ ََّٜىِإ َٚحُ٘ٝ ٌُْنُيْثٍِ ٌشَشَث بََّأ بَََِّّإ ْوُق

ِِّٔثَس ِحَدبَجُِِث ْكِشْشُٝ لاَٗ بًحِىبَص لاَََع ْوَََُْْٞيَف ِِّٔثَس َءبَقِى ُ٘جْشَٝ َُبَم

اًذَحَأ

Artinya: “Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya makahendaklah ia mengerjakan amal yang shalehdan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah

kepada Tuhannya”(Al-Kahfi :110). (Yusuf, 1996: 20) d) Macam-macam Ikhlas

Ikhlas adalah beribadah karena Allah SWT semata, bukan

(57)

1) Ingin selamat dari azab

2) Ingin mendapat pahala

3) Menginginkan keduanya

4) Beribadah karena malu kepada Allah SWT dengan

tidak mengharap pahala dan tidak takut akan siksa

5) Beribadah karena cinta kepada Allah SWT tanpa peduli

dengan pahala dan siksaan, serta

6) Beribadah karena menghormati dan memuliakan Allah

SWT. (Al-Muhasibi, 2013: 77)

e) Tingkatan-tingkatan Ikhlas

Ikhlas dibagi menjadi empat tingkatan, yakni sebagai berikut :

1. Ikhlas Arif : Yakni orang yang dalam ibadahnya memiliki

perasaan bahwa ia digerakkan Allah. Ia merasa bahwa yang

beribadah itu bukanlah dirinya. Ia hanya menyaksikan ia

sedang digerakkan Allah karena memiliki keyakinan bahwa

tidak memiliki daya dan upaya melaksanakan ketaatan dan

meninggalkan kemaksiatan. Semuanya berjalan atas kehendak

Allah.

2. Ikhlsas Muhibb : Yakni orang yang beribadah hanya karena

Allah, bukan ingin surga atau takut neraka. Semuanya

dilakukan karena bakti dan memenuhi perintah dan

Referensi

Dokumen terkait

Kad slušamo, radimo to u šutnji no ponekad i slušanje prekidamo, dali zbog vlastitih uvjerenja i mišljenja ne želimo slušati do kraja ili jer nam je tema

Pintu hanya dapat dibuka dengan RFID tag yang ditentukan saja atau menggunakan aplikasi Key-less ALSYS yang dipasang dengan smartphone yang dapat terhubung dengan

- Dapat menjadi acuan untuk melakukan penelitian lanjutan yang lebih baik, khususnya yang berhubungan dengan frekuensi sarapan dan kebiasaan jajan dengan status gizi pada

Hasil perhitungan total bakteri yang berasosiasi dengan telur dan larva udang putih selama tahapan perkembangannya pada kelompok larva yang diberi perlakuan iodine menunjukkan

Setelah berhasil, maka perubahan harus tersimpan secara tetap, walaupun terjadi kegagalan sistem.... State

Setelah mendapatkan nilai erosi di setiap unit lahan, maka perlu dilakukan perhitungan laju erosi yang dapat ditoleransikan dengan metode TSL pada persamaan 3 dengan

Resolusi citra dengan warna yang sama tidak terlalu berbeda untuk nilai persentase kompresi dan rasio kompresi atau dengan kata lain resolusi citra dengan warna yang sama tidak

Debuti Inovasi dan Teknologi akan melakukan penetapan pemenang lomba “Budi Luhur Innovation Challenge 2019” berdasarkan hasil seleksi yang dilakukan oleh panitia