• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYAJIAN EVALUASI WILAYAH KERJA PERTAMBANGAN PANAS BUMI DARATEI TODABELU MATALOKO, KABUPATEN NGADA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENYAJIAN EVALUASI WILAYAH KERJA PERTAMBANGAN PANAS BUMI DARATEI TODABELU MATALOKO, KABUPATEN NGADA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PENYAJIAN EVALUASI

WILAYAH KERJA PERTAMBANGAN

PANAS BUMI

DARATEI TODABELU MATALOKO, KABUPATEN NGADA

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

DIREKTORAT JENDERAL MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI 2008

(2)

1. PENDAHULUAN

Lapangan panas bumi Daratei Todabelu Mataloko terletak sekitar 15 km sebelah timur Kota Bajawa, Ibukota Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. Pencapaian daerah ini dapat dilakukan dengan menggunakan pesawat udara melalui Ende, dilanjutkan perjalanan darat Ende - Daratei Todabelu Mataloko menggunakan kendaraan roda empat selama 3 jam dengan kondisi jalan yang cukup baik.

Penyelidikan geosain di lapangan Daratei Todabelu Mataloko dimulai dengan survei pendahuluan oleh Direktorat Vulkanologi pada tahun 1984 dan 1997. Eksplorasi panas bumi di Daratei Todabelu Mataloko dilakukan oleh Pemerintah Indonesia (Direktorat Vulkanologi) dan Pemerintah Jepang (GSJ, West JEC, MRC, dan NEDO) dalam rangka "The research cooperation project of the Exploration of Small Scale Geothermal Resources in the Eastern part of Indonesia (ESSEI)" dalam kurun waktu 1997-2002. Proyek kerjasama ini melakukan survei antara lain penyelidikan rinci penginderaan jauh, geologi, geokimia, geofisika dan studi mengenai reservoir. Pengeboran sumur landaian suhu MTL merupakan proyek APBN, sedangkan pengeboran sumur eksplorasi MT-1 dan MT-2 dilakukan dalam rangka kerjasama ini. Pada tahun 2003 dilakukan pengeboran 2 sumur eksplorasi MT-3 dan MT-4 oleh Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral.

Perjanjian kerja sama pengembangan lapangan panas bumi Daratei Todabelu Mataloko antara Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral (DJGSM), Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi (DJLPE), Pemerintah Kabupaten Ngada, dan PT PLN Persero, ditandatangani pada bulan Juli 2004. Empat institusi terkait sepakat untuk mengembangkan PLTP di Daratei Todabelu Mataloko dibawah Koordinasi DJLPE.

Pada tahun 2005 dilakukan pengeboran sumur semi eksplorasi MT-5 dan sumur reinjeksi MT-6. Pada tahun yang sama dilaksanakan kegiatan pipanisasi sumur MT2, MT3, MT4 dan MT5 menuju "steam gathering" dan pipanisasi air separasi ke sumur injeksi MT6 dengan biaya APBN.

Pengujian uap MT5 dan MT6 pada tahun 2006 dengan biaya APBN. MT5 dapat memproduksi uap kering 17,8 ton/jam pada TKS 5,5 barg sedangkan

(3)

MT6 disiapkan untuk sumur injeksi dan memiliki permeabilitas yang besar. Pada tahun yang sama juga dilaksanakan survei mise a-la mase untuk membantu mendeliniasi daerah prospek. Pada tahun 2007 dilaksanakan pekerjaan steam gathering dan pengujian uap gabungan. Fasilitas steam

gathering langsung dihubungkan ke titik serah terima uap. Kronologi kegiatan

eksplorasi di Lapangan Panas Bumi Daratei Todabelu Mataloko secara lebih jelas di sajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Uraian Kegiatan Panas Bumi Daratei Todabelu Mataloko

Tahun Uraian Kegiatan

1997 Survei geologi, geokimia dan geofisika dengan biaya APBN.

Hasil survei menunjukkan adanya daerah prospek yang perlu dikonfirmasi keberadaan panasnya melalui pengeboran landaian suhu dan dilakukan survei yang lebih detil.

1999 Pengeboran landaian suhu MTL I dengan biaya APBN

Hasilnya menunjukkan adanya panas yang baik dan ditutup.

1997- Kerjasama studi geosain Indonesia-Jepang sampai pengeboran eksplorasi

2002 MT1 dan MT2 dengan biaya pihak Jepang. Hasil survei menunjukkan adanya

daerah prospek secara detil.

MT1 (207,26 m) ditutup dengan alasan adanya semburan liar

MT2 (180 m) dapat menghasilkan uap kering mencapai 16 ton/jam pada TKS 5,5 barg

2003 Pengeboran eksplorasi MT3 (613 m) dan MT4 (756,46 m) dengan biaya APBN

2004 Perjanjian Nota Kesepahaman antara DJGSM, DJLPE, Pemkab Ngada, dan PT PLN, Perjanjian ini menyebabkan pelaksanaan Eksplorasi paralel dengan dengan pembangunan dan fasilitas lainnya.

2004 Pengujian uap MT3 dan MT4 dengan biaya APBN

MT3 dapat memproduksi uap kering 4 ton/jam pada TKS 5,5 barg MT4 memproduksi fluida dua fasa 2 ton/jam pada TKS 5 barg

2005 Pengeboran sumur eksplorasi MT5 (378 m) dan sumur injeksi MT6 (123,78 m) dengan biaya APBN

2004- Pipanisasi dari kepala sumur MT2, MT3, MT4 dan MT5 menuju "steam

2005 gathering" dan pipanisasi air separasi ke sumur injeksi MT6 dengan biaya APBN

2006 Pengujian uap MT5 dan MT6 dengan biaya APBN

MT5 dapat memproduksi uap kering 17.8 ton/jam pada TKS 5,5 barg MT6 disiapkan untuk sumur injeksi dan memiliki permeabilitas yang besar Survei mise-a-la-masse dengan biaya APBN

Survei ini dapat mendeliniasi daerah prospek secara lebih tegas. 2007 Pekerjaan steam gathering dan pengujian uap gabungan

(4)

2.

REVIEW GEOLOGI

2.1. Geologi Regional

Stratigrafi daerah Bajawa terdiri dari batuan vulkanik tua, batuan vulkanik Bajawa, produk dari kerucut abu, Tuff Aimere, dan produk dari gunung Inerie. Batuan vulkanik tersebar pada batas barat dan timur dan bagian selatan daerah Bajawa. Batuan vulkanik Bajawa berada pada tengah hingga bagian utara Bajawa dan terkumpul dalam depresi Bajawa. Kerucut abu tersebar secara luas dalam depresi Bajawa dan cenderung dominan di bagian barat depresi dibandingkan sebelah timur. Tuff Aimere hanya tersingkap di sebelah barat depresi dan tidak dijumpai di daerah lain. Produk gunung api Inerie menempati bagian baratdaya Bajawa. Struktur geologi daerah Bajawa ditandai dengan adanya depresi, yaitu depresi Bajawa yang melingkupi kota Bajawa di bagian barat dan Mataloko di bagian timur.

2.2. Geologi Daerah Daratei Todabelu Mataloko

Geomorfologi daerah panas bumi Daratei Todabelu Mataloko dibagi menjadi tiga yaitu kerucut vulkanik tua, kerucut vulkanik muda dan pedataran. Satuan kerucut vulkanik tua tersebar hampir ke seluruh bagian daerah Mataloko. Satuan kerucut vulkanik muda tersebar di bagian baratlaut, tengah hingga selatan sedangkan satuan pedataran terdapat di bagian timurlaut daerah ini yaitu di sebelah timur kampung Mataloko.

Litologi daerah panas bumi Daratei Todabelu Mataloko disusun oleh batuan dasar (basement) “Green Tuff”, batuan vulkanik Tersier sampai Kuarter serta endapan permukaan. Struktur geologi yang berkembang di daerah ini terdiri dari sedikitnya 5 sesar normal, kelurusan vulkanik, bagian dari dinding kaldera Nage dan struktur sisa dinding kawah. Pola struktur geologi secara umum berarah barat laut – tenggara dan kelurusan lain berarah utara – selatan merefleksikan adanya intrusi atau dapur magma berbentuk dyke di bawah sistem panas bumi Daratei Todabelu Mataloko. Struktur sesar normal Wae Luja, diperkirakan yang mengontrol pemunculan manifestasi panas di permukaan daerah ini. Kelurusan-kelurusan vulkanik yang ada memberi kesan bahwa pemunculan kerucut-kerucut vulkanik terjadi pada periode waktu yang relatif bersamaan melalui suatu media sistem rekahan yang sama. Struktur

(5)

sisa dinding kawah menunjukkan bahwa di daerah ini telah terjadi aktifitas vulkanisme pada masa lalu.

3.

MANIFESTASI PANAS BUMI

Manifestasi panas bumi yang muncul di daerah Daratei Todabelu Mataloko berada di daerah Wae Beli (anak sungai Wae Luja) terdiri dari mata air panas, fumarol, kolam lumpur panas, tanah panas, dan batuan ubahan. Fumarol terdapat lebih dari 10 buah dengan letak saling berdekatan di sekitar Wae Beli. Suhu uap 96-98 oC dengan pH 2, muncul melalui endapan aliran lava Rotogesa-2. Kubangan lumpur panas muncul di sekitar pemunculan fumarol dan sumber air panas, yaitu di Wae Beli/Wae Luja dengan temperatur 90-96 oC dan pH 3. Ubahan hidrotermal di daerah Mataloko tersebar di empat daerah yaitu di sekitar Wae Luja, di sekitar Wolo Rhea, di sekitar Wolo Pena dan di sekitar kampung Boba. Dari batuan ubahan di sekitar Wae Luja diidentifikasi adanya mineral quartz, -kristobalit, kaolinit, alunit, smektit, pirit dan sulfur. Keberadaan mineral-mineral tersebut mengindikasikan bahwa alterasi tersebut dihasilkan oleh fluida panas bersifat asam.

4.

REVIEW GEOKIMIA

Berdasarkan hasil analisis komposisi kimia air panas dari lima mata air panas yaitu air panas Mataloko 1 , Mataloko 2, Mataloko 3, Liba dan Dhoki Mata, air panas dapat dikelompokan menjadi dua tipe yaitu tipe air sulfat asam pada air panas Daratei Todabelu Mataloko, dan tipe bikarbonat pada air panas Liba dan Dhoki Mata.

Hasil analisis Hg tanah pada kedalaman 1 meter menunjukkan konsentrasi relatif bervariasi antara 105 sampai dengan 458 ppb. Kandungan Hg tanah yang relatif tinggi terletak di sekitar kenampakan fumarola. Adapun kandungan CO2 udara tanah berkisar antara 0,1% sampai

dengan 0,72%. Nilai kandungan CO2 tanah yang relatif tinggi berada di

sekitar mata air panas Daratei Todabelu Mataloko. Dan kedua data tersebut didapatkan daerah anomali Hg dan CO2 seluas sekitar 1 km2

terletak di sekitar lokasi kenampakan panas bumi fumarola.

(6)

Todabelu Mataloko, diindikasikan bahwa air yang muncul adalah meteoric

water yang tertampung dalam batuan alterasi dalam suasana asam yang

kaya dengan H2S dan sulfat, yang menguap pada temperatur relatif tinggi.

Penentuan temperatur bawah permukaan dilakukan dengan perhitungan geotermometer gas, mengingat air panas dengan temperatur tinggi mempunyai pH asam dan mengeluarkan bau H2S. Dari perhitungan

tersebut diperoleh temperatur 283°C, termasuk kedalam tipe entalpi tinggi.

Hasil analisis Hg tanah pada kedalaman 1 meter menunjukkan konsentrasi relatif bervariasi antara 105 ppb sampai dengan 458 ppb. Kandungan Hg tanah yang relatif tinggi (>420 ppb) terletak di sekitar kenampakan fumarola dan di sebelah utara lokasi fumarola.

5.

REVIEW GEOFISIKA

Hasil penyelidikan geolistrik pada daerah panas bumi Daratei Todabelu Mataloko menunjukkan pola anomali tahanan jenis rendah <10 ohm dijumpai mulai dari lokasi pemunculan manifestasi di sebelah tenggara, berarah barat laut – tenggara, seluas sekitar 5 km2. Daerah ini diperkirakan sebagai daerah prospek dimana fluida dari kedalaman naik ke atas melalui struktur berarah barat laut – tenggara. Anomali tahanan jenis semu rendah di sebelah timur laut diperkirakan merupakan out flow.

Hasil studi magnetotelurik mengindikasikan bahwa puncak reservoir utama berada sekitar 600-800 m di bawah sekitar daerah manifestasi. Hasil survei Mise-a-La-Masse menunjukkan nilai tahanan jenis antara 3 dan 10 Ohm-m. Zona nilai tahanan jenis rendah berada di tengah area survei dan membuka ke barat. Pada sisi timurlaut, timur sampai tenggara dicirikan oleh nilai tahanan jenis yang lebih tinggi yang membentuk pola kontras dengan daerah tengah yang rendah sehingga membentuk gradien tahanan jenis terjal/tinggi dengan lineasi yang konsentrik ke lokasi sumur/manifestasi dan membuka ke barat. Dalam zona rendah sendiri terdapat zona yang lebih rendah (terwakili oleh nilai yang < 4 Ohm-m, di sekitar manifestasi-MT2, MT3, MT5 yang membuka ke barat.

(7)

6. REVIEW

PENGEBORAN

EKSPLORASI

Sumur MT-1

Sumur MT-1 adalah sumur hasil kajian geoscientific kerja sama bilateral Indonesia dan Jepang. Pada mulanya, penelitian ini merencanakan satu sumur eksplorasi MT-1 dengan total kedalaman (TD) 1000 m. Namun pengeboran Sumur MT-1 terpaksa harus dihentikan pada kedalaman 207,26 meter karena terjadi semburan liar hingga radius mencapai 10 dari pusat cellar. Sumur MT-1 kemudian dimatikan dengan melakukan sumbat semen secara permanen pada Oktober tahun 2000.

Sumur MT-2

Sumur MT-2 merupakan sumur eksplorasi berikutnya setelah sumur MT-1 di disumbat semen secara permanen. Titik grouting ditambah di sekeliling sumur MT-2, sebelum dilakukan tajak, mengingat dekatnya dengan titik bor MT-1 (sekitar 33,4 meter) dan tanah permukaan hampir seluruhnya terubah. Sumur MT-2 ditajak pada 30 Desember 2000 pada 13.30 WITA dengan pemboran lubang 12 '/4" dan pemasangan selubung 10" di kedalaman 17,6 m pada 4 januari 2001. Setelah pemboran lubang 9 5/8 " (TD = 104,56 m), dilakukan pengukuran temperatur dan tekanan. Temperatur terukur 130,4 °C. Pada Pemboran lubang 7 5/8" dan kedalaman 157 – 162,35 m, temperatur lumpur sirkulasi tercatat cukup tinggi (in/out = 53/60 °C). Saat cabut rangkaian 7 5/8" ke permukaan pada 17 Januari 2001 terjadi semburan lumpur setinggi kurang-lebih 30 m dari lantai bor. Kejadian ini ini mirip dengan peristiwa semburan di Sumur MT-1, kemudian dilakukan flow test Sumur MT-2 pada 22 -27 Januari 2001.

Hilang lumpur sebagian (minor PLC = 42 liter/menit) diobservasi pada kondisi statik setelah aliran uap Sumur MT-2 dimatikan dengan memompakan lumpur ke dalam sumur. Kemudian, lubang sumur MT-2 dirembis

(clean-out of hole) berulang-ulang karena rangkaian pahat duduk di 136,0m dan

145,5 m (formasi runtuh). Akhirnya sepatu selubung 6 " diset di 109,63 pada 30 Januari 2001. Rencana bor lubang 5 5/8" hingga 250 meter juga dihentikan di kedalaman 180,02 m sebab sudah dilakukan berulang kali dilakukan rembis. Selubung liner 4" hingga kedalaman 180,0 m pada 4

(8)

Februari 2001. Sebelum rig-down , Sumur MT-2 dikondisikan dengan mengalirkan uap selama lebih kurang 4 jam pada 5 Februari 2001.

Sumur MT-3

Sumur MT-3 merupakan sumur eksplorasi pertama di Daratei Todabelu Mataloko yang didanai melalui APBN (tahun 2003). Konstruksi Sumur MT-3 adalah sumur standar yang terdiri dan selubung 13 3/8" (0 – 44,37 m), selubung 10 3/4" (0 – 209,0 m), selubung 8 5/8" (192,54 – 490m) yang terdiri dan blind liner (192,54 – 225,83 m dan 472,65 -490,00m) dan slotted liner (225,83 -472,65 m), open hole 7 7/8" (490 – 558,25 m), dan open hole 5 5/8" (558,25 – 613 m).

Litologi Sumur MT-3 terdiri dan selang-seling antara breksi tufa terubah dengan andesit terubah (dari permukaan hingga kedalaman 196 m), andesit terubah dengan (196 – 613 m) dan sisipan paleosoil (antara 275 – 500m). Batuan Sumur MT-3 pada umumnya telah terubah hidrotermal dengan indek ubahan 0,2 hingga 0,8 dan tipe ubahan argilik hingga propilitik. Pada saat operasi pemboran tercatat beberapa kali kejadian hilang sirkulasi sebagian (PLC) terutama pada interval kedalaman antara 225 hingga 613 m. Perbedaan temperatur lumpur pembilas sangat tinggi terutama di sekitar kedalaman 613m (TD), yaitu 10 – 11 °C. Sumur ini telah menghasilkan uap dan selanjutnya dilakukan uji produksi tahun 2004.

Sumur MT-4

Sumur MT-4 merupakan sumur eksplorasi di Daratei Todabelu Mataloko yang juga didanai melalui APBN tahun 2003. Seperti Sumur MT-3, konstruksi Sumur MT-4 juga merupakan sumtur standar yang terdiri dari selubung 13 5/8" (0 – 55,22 m), selubung 10 3/4" (0 –241,0 m), slotted liner 8" (133,00 – 467,68m) dan slotted liner 6 " (462-756,47 m).

Litologi Sumur MT-4 dari permukaan hingga kedalaman akhir (TD = 756,47 m) dicirikan oleh perselingan antara antara breksi tufa dengan andesit terubah. Batuan Sumur MT-4 pada umumnya telah terubah hidrotermal dengan indek ubahan 0,1 hingga 0,85 dan tipe ubahan argilik hingga filik. Pada saat operasi pemboran tercatat beberapa kali kejadian

(9)

hilang sirkulasi sebagian (PLC) hingga 200 liter per menit (LPM) terutama pada interval kedalaman antara 250 hingga 756,47 m. Hilang sirkulasi total (TLC) terjadi pada menjelang kedalaman akhir (700 -756,47 m). Sumur MT 4 telah menghasilkan uap dua fasa di tambah fraksi air dan selanjutnya juga dilakukan uji produksi tahun 2004.

Sumur MT- 5

Sumur MT-5 merupakan sumur eksplorasi di Daratei Todabelu Mataloko yang didanai melalui APBN tahun 2005. Konstruksi Sumur MT-5 adalah sebagai berikut: lubang 171/2" ( 0 –56m, sepatu selubung di pasang di kedalaman 44,64m), lubang 12 1/4" ( 56 -155,48m, sepatu selubung 10 3/4" diset di kedalaman 101,95m, dan sepatu selubung 8 5/8" di set dikedalaman 135,54 m), lubang 7 5/8" ( 155,45 – 345,84m, sepatu slotted limier 6 5/8" diset di kedalaman 345,84 m), dan lubang 5 5/8" (345,84 – 378, 2 m, sepatu slotted liner di kedalaman 378 m).

Litologi Sumur MT-5 dari permukaan hingga kedalaman akhir (TD = 378,2 m) disusun oleh perselingan antara antara breksi tufa terubah dengan andesit terubah. Batuan Sumur MT-5 pada umumnya telah terubah hidrotermal dengan indek ubahan 0,1 hingga 0,9. Selama operasi pemboran tercatat lima kali kejadian hilang sirkulasi total (TLC), yaitu pada kedalaman 155,48m, 282,97 m, 341 m, 350,86m dan 378,2m. Hal ini mengindikasikan permeabilitas batuan pada sumur MT-5 cukup besar. Lonjakan temperatur lumpur pembilas sangat tinggi hingga 9,1 °C terutama pada interval kedalaman 299 – 357 m. Sumur MT 5 telah menghasilkan uap dan selanjutnya juga dilakukan uji produksi tahun 2006.

Sumur MT-6

Pengeboran sumur injeksi MT- 6 telah mendapatkan zona permeabilitas yang besar sejak di kedalaman 42.5 meter s/d 48.0 meter yang diindikasikan adanya Total Loss Circulation (TLC). Kegiatan Bor buta dilakukan hingga di kedalaman 62 meter dan dipasang selubung 10 3/4 " untuk dudukan kepala sumur (3000 PSi). Pengeboran buta dilanjutkan dengan trayek 9 5/8" hingga mencapai kedalaman akhir 150.0 meter.dan dilakukan set

(10)

casing 8 1/4" dan selanjutnya liner 6 " hingga kedalaman akhir tersebut.

7.

HASIL UJI ALIR FLUIDA SUMUR MT-2, MT-3, MT-4 DAN

MT-5

Sumur MT-2

Pengujian sumur MT2 (TD=180,02m) dengan metode lempeng orifis dilaksanakan 15 April sampai dengan 14 Juli 2001. Pada tekanan kepala sumur (TKS) 5,5 barg menghasil laju alir uap sebesar 16 ton/jam. Pada TKS ini , MT2 mengalirkan uap kering (superheated 20,28 - 21,28 °C) berentalpi tinggi (2784,0 - 2785,3 kJ/Kg) pada temperatur uap 163,0°C atau lebih.

Penurunan potensi energi listrik (draw down analyses) bila Sumur MT-2 diproduksikan dalam jangka 1, 6, 12, 24, 60 dan 300 bulan adalah berturut-turut 26,2 -28,5%, 2,9 - 3,2 %, 0,5 - 1,3 %, 0,9 -1,4%, 0,9 - 1,9% dan 0,1 - 0,21%. Pada produksi jangka panjang, potensi uap sumur MT-2 yang stabil berkisar antara 10,0 - 11,40 ton/jam, setara dengan 1 Mwe. Produksi ini dapat bertahan sedikitnya 25 tahun dengan catatan bahwa tidak terjadi kerusakan konstruksi sumur, atau tidak ada interferensi dari sumur lain yang mengganggu out put sumur MT-2.

P-T Kuster Logging dilakukan sebanyak 5 (lima) kali, yakni kondisi

bleeding (1 kali), flowing (2 kali), dan statik (2kali). Kedalaman sumur MT-2

saat pengukuran adalah 178,0 m. Kisaran temperatur tinggi pada kedalaman 130,0 - 175,0 m (182,40 -192,30 °C) diduga merupakan feed

zone sumur MT-2. Berdasarkan pressure build up test (PBU - Test),

kemampuan feed zone mengalirkan uap (flow capacity) tampak cukup tinggi. Hal ini konsisten dengan ketebalan permeabilitas (kh) yang tinggi (14,43 darcy meter). Perrmeabilitas feed zone yang tinggi ini diperkirakan berkembang selama uji alir fluida sumur MT-2 yang sesuai angka negatif (-5,583) pada faktor skin (skin well damage) sebagai indikasi sistem geotermal bertipe rekahan. Aliran nap kering Sumur MT-2 mengandung NCG

(non-condensible gases) yang rendah yakni 0,18 - 0,59 vol% (0,43 - 1,83 wi%).

Konsentrasi masing CO2 dan gas sisa didalam NCG yang rendah (0,41 - 0,89 ppm, 3,74 - 15,58 ppm dan 0 - 0,07 ppm) menunjukkan bahwa aliran uap

(11)

Sumur MT-2 tidak tergolong korosif.

Sumur MT-3

Sumur MT-3 disemburkan setelah pengeboran mencapai kedalaman akir 613 m (TD). Serangkaian pengujian telah dilakukan terhadap sumur ini yaitu uji alir fluida dengan metode tekanan kritis pipa lips ( 1 - 12 Februari 2004) dan dengan metode lempeng orifis, pengukuran Kuster P-T logging, Kalorimeter dan PBU test.

Pada Uji Alir dengan metode tekanan kritis pipa lip menunjukkan hasil sebagai berikut: Laju alir uap dengan pipa uji 3" pada TKS 3,0 barg berkisar antara 8,5 - 9,66 ton /jam, temperatur 124 - 129°C; sedangkan dengan TKS 5,80 - 6,40 barg adalah 4,42 -6,31 ton/jam, temperatur 96 - 124°C. TKS pada PBU test adalah sekitar 7,2 barg. Sumur MT-3 ini pemah mencapai TKS 9,0 barg saat sumur ditutup dan semburan awal.

Pada Uji alir dengan metode orifis menunjukkan hasil berikut Mi. Pada TKS 4,5 barg (Pu ± 3,0 barg) menghasilkan laju alir uap sekitar 6,57 - 7,54 ton/jam yang relatif stabil dengan temperatur 138 - 144,5°C (superheated

steam 0,28 - 2,28°C) dan entalpi 2726,15 - 2728,4 kj/kg. Pada TKS 5,5 barg

(Pu ± 3,0 barg) menghasilkan uap sekitar 3,95 - 4,08 ton/jam (saturated

steam) dengan temperatur 141,0 - 142,5°C dan entalpi 2725,4 - 2728,4

kj/kg. Pada TKS 5,0 barg (Pu ± 3,0 barg) menghasilkan uap sekitar 2,58- 3,1 ton/jam (saturated steam) dengan temperatur 138,0 - 141,0°C dan entalpi 2722,20 - 2726,90 kj/kg. Pada TKS 6,0 barg (Pu ± 5,5 barg) menghasilkan uap sekitar 2,23- 2,33ton/jam (saturated steam) dengan temperatur 152,0 - 153,0°C dan entalpi 2752,60 - 2753,00 kj/kg.

Sumur MT-3 dicirikan oleh batuan dengan permeabilitas rendah. Temperatur tertinggi 204,08°C tercatat di kedalaman 540 m dan profil suhu meningkat selaras dengan bertambahnya kedalaman.

Sumur MT-4

Pada Uji Alir dengan metode tekanan kritis pipa lip menunjukkan hasil sebagai berikut ini. Semburan sumur MT-4 memperlihatkan aliran 2 fasa plus air. Laju alir uap pada TKS 7,0 - 3,10 barg sebesar 4,45- 5,7 ton /jam, Selama

(12)

pengujian laju alir fluidatampak tidak stabil, terjadi penurunan TKS secara signifikan. Sumur ditutup untuk PBU test, tekanan kepala sumur tercatat 14,7 barg.

Pada Uji alir dengan metode lempeng orifis menunjukkan hasil berikut ini. Sejak dimulai pengujian sumur MT-4 ini sangat sulit dikendalikan. Pada TKS 6 barg (PU 5,5 barg) tercatat laju alir uap sangat kecil, yaitu 1,38 – 1,52 ton/jam dan laju alir air 0,02 -0,1 ton/jam. Pada pengujian ini, sesekali terjadi aliran air yang cukup besar yang memenuhi HP-separator, kemudian mengalir ke silencer melalui jalur pipa. Saat aliran air meluap ke HP-separator, parameter uji tidak dapat dimonitor dan angka TKS di manometer menurun tajam.

Laju alir uap pada TKS 5 barg (PU=3,0 barg) berkisar antara 0,89 – 1,43 ton/jam (temperatur uap 132,5 – 141,5°C) dan laju alir air sekitar 0,01 ton/jam. Frekuensi luapan HP-separator meningkat pada selang waktu 3 jam, mengakibatkan program pengujian tidak stabil. Pada program TKS 4 barg (PU 3 barg) laju alir uap sekitar 1,91 – 2,3 ton/jam dan laju alir air sekira 0,036 ton/jam. Pada TKS 5,5 – 5,8 barg (PU 5,05 -5,40 barg) menunjukkan laju alir air 1,54 – 2,15 ton/jam dan laju alir air sekitar 0,036 ton/jam. Dan Kuster logging memperlihatkantemperatur terukur sumur MT-4 179 - 205.5 °C pada kedalaman 550-747 m.

Sumur MT-5

Selama uji produksi dilakukan dua kali penjajagan sumur dengan menggunakan "Run Sinker Bar". Penjajagan pertama (12 Juli 2006) menunjukkan kedalaman sumur 347 m . Hal ini menunjukkan adanya pendangkalan sumur dari kedalaman semula 378,2 m yang diduga karena adanya material yang masuk dan mengendap di dasar sumur. Pada penjajagan kedua (12 September 2006) menunjukkan kedalaman sumur MT -5 menjadi 36-5 m yakni lebih dalam dari hasil penjajagan pertama. Hal ini disebabkan oleh sebagian material yang semula mengendap dan menutupi sebagian sumur sudah hilang terbawa oleh semburan uap selama uji produksi. Hasil pengukuran tekanan dan temperatur dalam sumur dengan Kuster logging menunjukkan tekanan sumur relatif sama yaitu antara 9,9

(13)

sampai 10,5 ksc, dan temparatur sekitar 169 °C. Hal ini diduga bahwa fluida yang masuk dasar sumur dalam bentuk uap jenuh.

Sumur MT-5 memproduksi uap jenuh sekitar 17 ton/jam pada TKS 5,5 barg dengan laju maksimum sekitar 20 ton/jam pada TKS 4,0 barg dan entalpi tinggi sekitar 2750 kJ/kg. Dati keempat sumur tersebut didapatkan total laju alit sekitar 35 - 40 ton/jam pada TKS 5,5 - 4 barg. Rekapitulasi potensi sumur-sumur di Daratei Todabelu Mataloko disajikan dalam tabel berikut ini. Untuk laju alir Sumur MT-4 tidak di tampilkan disini, karena menurut rencana semula uap sumur ini tidak dimasukkan kedalam sistem gathering yang ada berkenaan dengan kondisi dan kualitas fluidanya.

Tabel 2. Rekapitulasi Potensi Uap Sumur Daratei Todabelu Mataloko

Sumur Tekanan Kepala Sumur 4 barg

Tekanan Kepala Sumur 5,5 barg

Tekanan Kepala Sumur 6,5 barg Laju Alir (ton/jam) T ( º C ) Laju Alir (ton/jam) T ( º C ) Laju Alir (ton/jam) T ( º C ) MT-2 17 16.0 163,7 14,5 164 MT-3 7 138-144,5 4.0 141,0 –142,5 2,0 146 –150,0 MT-5 20 167 17.8 158,5 – 162,5 15 158 –162,8 TOTAL 44 37.8 31,5

8.

SISTEM PANAS BUMI

Dari studi geosain diinterpretasikan model sistem panas bumi Daratei Todabelu Mataloko mempunyai reservoir dalam batuan hasil aktivitas pra kaldera Bajawa berumur Kuarter Bawah dengan kedalaman puncak reservoir cukup dangkal (sekitar ±600 m). Fluida berpH netral dalam reservoir terpanasi oleh magma dari sistem dyke di bawah lapangan ini dan menuju permukaan melalui struktur sesar berupa manifestasi panas di permukaan seperti mata air panas, fumarol, kolam lumpur panas, tanah panas dan batuan teralterasi. Batuan vulkanik kaldera Bajawa teralterasi oleh fluida bersifat asam karena pengaruh gas magmatis seperti H2S membentuk lapisan berisi mineral

sekunder berupa mineral lempung yang bersifat kedap dan berfungsi sebagai lapisan penudung (clay cap). Estimasi potensi energi panas bumi di lapangan Daratei Todabelu Mataloko didasarkan pada luas zona prospek 5 km2,

(14)

temperatur dan asumsi ketebalan reservoir masing-masing 287 ºC dan 1 km, didapatkan sebesar 65 MWe sebagai potensi kelas cadangan terduga.

9. PEMBANGUNAN

FASILITAS STEAM GATHERING

Pekerjaan pemipaan uap dari kepala sumur (MT-2, MT-3, MT-4 dan MT-5) menuju "steam gathering" dan pipanisasi air separasi ke sumur injeksi MT-6 dilaksanakan pada tahun anggaran 2004 dan 2005. Pekerjan pembangunan fasilitas Steam Gathering dilaksanakan pada tahun angaran 2007. Di dalam Steam Gathering ini uap dari sumur-sumur panas bumi Daratei Todabelu Mataloko terkumpul dan kemudian dihubungkan ke titik serah terima uap PLTP Daratei Todabelu Mataloko.

Tabel 3. Resume Pemipaan Lapangan Panas Bumi Daratei Todabelu Mataloko

No Keterangan Panjang Jalur Diameter

1 MT-2 120 mtr 4"

2 MT-3 20 mtr 4"

3 MT-5 64 mtr 8"

4 Steam header 2.5 mtr 20"

5 Gathering 200 mtr 10"

Pekerjaan fisik Steam gathering sudah selesai dan telah terhubung dengan PLTP Daratei Todabelu Mataloko di titik serah terima uap.

10. KEBENCANAAN

GEOLOGI

Dari segi kebencanaan geologi, bahaya yang mungkin terjadi berkaitan dengan pengembangan lapangan panas bumi Daratei Todabelu Mataloko antara lain adalah bahaya letusan gunungapi Inerie yang terletak sekitar 12 km di sebelah barat. Namun, tercatat letusan terakhir gunungapi Inerie yang merupakan gunungapi tipe A ini terjadi pada tahun 1882. Kemungkinan bahaya yang berkaitan dengan aktifitas panas bumi di daerah ini adalah

(15)

letusan hidrotermal, terutama di manifestasi Waebeli di sekitar sumur MT-1 dan MT-2.

9.

KONDISI SOSIAL, EKONOMI, BUDAYA MASYARAKAT

DAN KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR

Kabupaten Ngada memiliki 18 kecamatan, 142 Desa dan 31 Kelurahan dengan jumlah penduduk 251.792 jiwa dan pertumbuhan penduduk 1,8% pe tahun. Laju pertumbuhan penduduk per tahun di Kabupaten Ngada selama kurun waktu 1990-2000 adalah sebesar 1,26% jauh rendah dibandingkan dengan angka pertumbuhan Propinsi NTT dan Nasional masing-masing sebesar 1,92% dan 1,35%. Angka pertumbuhan penduduk di Kecamatan Golewa pada periode yang sama adalah sebesar 0.99%. Hal ini menunjukan bahwa pemerintah di kabupaten ini telah berhasil dalam menekan laju pertambahan penduduk.

Rata-rata pendapatan per kapita penduduk di Kabupaten Ngada antara tahun 1999–2002 cenderung meningkat, yaitu dari Rp. 1.318.865 menjadi Rp. 1.512.882; namun pendapatan per kapita tersebut masih lebih rendah dari rata-rata pendapatan per kapita penduduk di Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2003, yakni sebesar Rp. 2.060.491. Bilamana ditelusuri lebih lanjut, ditemukan pertumbuhan pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Ngada relatif lebih rendah yakni sebesar 14.71% dibandingkan dengan penduduk di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang mengalami pertumbuhan sebesar 15,49%.

Kondisi sosial masyarakat dapat tercermin dari adanya interaksi intra dan antar warga tiga sub etnik yang ada di Desa Todabelu. Interaksi tersebut terlihat dalam kegiatan gotong royong dan tolong menolong dalam kegiatan pertanian, kegiatan pembangunan desa, kegiatan keagamaan, dan upacara adat terutama adat perkawinan dan kematian.

Energi Listrik untuk kebutuhan konsumen dan pembangunan daerah diperoleh dari PLTD dengan kapasitas 3 Mwe yang disalurkan melalui jaringan transmisi 20 Kva. Dari 142 Desa, yang telah menikmati listrik adalah sebanyak 52% sedangkan rasio elektrifikasi di Kabupaten Ngada sebesar 28,5. Kapasitas listrik terpasang di Nusa Tenggara Timur (NTT) saat ini 95,5%

(16)

dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang menggunakan bahan bakar solar.

Luas lahan yang akan dipergunakan sebagai lokasi pembangunan PLTP Mataloko 2 x 2,5 MW adalah seluas: 2.5 ha. Kegiatan pengeboran telah dilakukan sejak tahun 2001. Proses Pembebasan tanah sebagian telah dilakukan oleh pemerintah daerah namun sebagian lainnya belum dibebaskan dan masih dalam taraf negosiasi antara pemilik tanah dan Pemerintah Daerah Kabupaten Ngada.

10. WILAYAH KERJA PERTAMBANGAN

Beberapa kriteria yang menjadi pertimbangan di dalam penentuan Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi Daerah Daratei Todabelu Mataloko (Terlampir Gambar Peta) antara lain :

- Perkiraan letak prospek panas bumi (reservoir, sumber panas)

- Sistem hidrologi panas bumi

- Kemungkinan adanya perluasan dan tambahan prospek baru setelah dilakukan penelitian dan kajian lebih lanjut oleh pihak pengembang (lihat tabel 1. Kriteria penentuan WKP Panas Bumi Daerah Daratei Todabelu Mataloko).

Tabel 4. Kriteria penentuan WKP Panas Bumi Daerah Daratei Todabelu Mataloko

No. Kriteria Perkiraan Letak/lokasi Keterangan

1 Heat Source (sumber panas)

Magma dalam sistem dyke di bawah lapangan Daratei Todabelu Mataloko Berada di dalam areal WKP 2 Reservoir Di bawah daerah Waibeli/Waeluja atau di sekitar manifestasi Berada di dalam areal WKP 3 Sistem hidrologi (resapan dan limpasan)

komplek kerucut vulkanik muda yang membentuk kelurusan yang berkaitan dengan struktur rekahan

Berada di dalam areal WKP

(17)

4

Kemungkinan perluasan dan tambahan prospek baru

Ke arah barat ke arah Gunung Inerie

Berada di dalam areal WKP

- Berdasarkan data dan informasi peta Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi Daerah Daratei Todabelu Mataloko yang telah disiapkan, diperoleh informasi tataguna lahan sebagian berikut :

Tumpang tindih dengan kawasan hutan sebesar : 1). hutan produksi seluas ± 1.338,6 ha.

2). Hutan lindung seluas ± 505,1ha.

3). areal penggunaan lain seluas ± 22.090 ha.

Sedangkan data dan informasi yang diperoleh dari daerah, lahan di sekitar lokasi PLTP Mataloko 2 x 2,5 MW berupa lahan pertanian pekarangan, tegalan dan sawah yang ditanami tanaman perkebunan seperti kopi dan vanili serta tanaman pangan seperti jagung, padi, ubi kayu, dan sayur-sayuran dan buah-buahan. Di samping itu, lokasi PLTP Mataloko 2 x 2,5 MW berada di tengah-tengah pemukiman penduduk. Jarak terdekat dari sumur (Sumur MT4) ke rumah penduduk hanya sekitar 10 m.

- Aksesibilitas dan Infrastruktur keterjangkuan lokasi WKP Panas Bumi Daerah Daratei Todabelu Mataloko adalah 15 km sebelah timur Kota Bajawa, Ibukota Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. Menggunakan pesawat udara melalui Ende, dilanjutkan perjalanan darat Ende - Mataloko menggunakan kendaraan roda empat selama 3 jam dengan kondisi jalan yang cukup baik.

- PLTP Mataloko ini telah dilakukan Kajian mengenai Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) Oleh PT. PLN (Persero) Jasa Enjiniring Bekerjasama dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Universitas Nusa Cendana Tahun 2004

- Pertimbangan lain yang tidak dibahas disini antara lain perkiraan harga listrik.

(18)

11. DAFTAR PUSTAKA

Adnan, A., Sukirman, A., Purwosantoso, E., (1998), Penyelidikan Geolistrik Daerah Panas Bumi Mataloko, Kabupaten Ngada, Propinsi Nusa Tenggara Timur, Direktorat Vulkanologi, Bandung.

Kusnadi, Dedi, dkk., (1998), Laporan Penyelidikan Geokimia Panas Bumi Daerah Mataloko, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, Direktorat Vulkanologi, Bandung.

Nanholi, F., Nasution, A., Sugihartono, K., (1998), Geologi Panas Bumi Dan Pemetaan Batuan Ubahan Daerah Panas Bumi Mataloko, Kabupaten Ngada , Flores Tengah, NTT., Direktorat Vulkanologi, Bandung.

Otake, M., Takahashi, H., (2002), Koseki, T., dan Yoshiyama, H., Geology, Geochemistry and geochronology of the Bajawa area, central Flores,

Indonesia: Geologic structure and evaluation of the bajawa depression.

Special Publication: Indonesia-Japan Geothermal Exploration Project in Flores Island, Ibaraki, Japan.

Suhanto, E., Arsyadipura, S., (2006) Evaluasi Prospek Lapangan Mataloko dengan Survey Mise-a-La-Masse dan Pengujian Sumur MT-5, Proceeding Pemapaparan Hasil-hasil Kegiatan Lapangan dan Non Lapangan, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.

Tim Uji Alir Fluida Sumur MT-2, (2001), Laporan Uji Alir (Uji Produksi) Sumur MT-2 Lapangan Panas Bumi Mataloko, Kab. Ngada, NTT., Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.

Tim Pemboran Panas Bumi, (2003), Laporan Pemboran Sumur Delineasi MT-3 (Konstruksi Sumur Semi-Eksploitasi) Lapangan Panas Bumi Mataloko, Kab. Ngada, NTT., Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.

Tim Pemboran Panas Bumi, (2003), Laporan Pemboran Sumur Delineasi MT-4 (Konstruksi Sumur Semi-Eksploitasi) Lapangan Panas Bumi Mataloko, Kab. Ngada, NTT., Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.

(19)
(20)
(21)
(22)
(23)

Gambar 5. Peta ISO Resistivity AB/2=1000 Daratei Todabelu Mataloko, Kabupaten Ngada Nusa Tenggara Timur

ISO RESISTIVITY MAP AB/2=1000

MATALOKO AREA

(24)
(25)

Gambar 7. Peta Tahanan Jenis Semu Daratei Todabelu Mataloko, Kabupaten Ngada Nusa Tenggara Timur

285500 286000 286500 287000 287500 288000

Easting (meter) UTM WGS84

9022000 9022500 9023000 9023500 9024000 N o rt hi n g ( m et e r) U T M _ W G S 8 4 MT 2 MT 3 MT 4 MT 5 MT 6 MTL 1 S. B e l i Ke Ende Ke Bajawa Ke M ata lo ko Ke W ere Wolo Belu Todabelu

Peta Kompilasi Tahanan Jenis Lapangan Panas Bumi Mataloko

KETERANGAN

MT 5Titik bor

Jalan Sungai

Kontur ketinggian interval 25 meter Titik ukur mise-a-la-masse

Zona tahanan jenis rendah hasil survei sebelumnya

Manifestasi panas

Zona Hg tanah tinggi hasil survei sebelumnya

Diskontinuitas tahanan jenis dalam hasil survei sebelumnya

(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)

Gambar

Tabel 2. Rekapitulasi Potensi Uap Sumur Daratei Todabelu Mataloko  Sumur  Tekanan Kepala Sumur
Tabel 3. Resume Pemipaan Lapangan Panas Bumi Daratei Todabelu  Mataloko
Tabel 4. Kriteria penentuan WKP Panas Bumi   Daerah Daratei Todabelu Mataloko
Gambar 1. Peta Geologi Daerah Panas Bumi Daratei Todabelu Mataloko, Kabupaten Ngada Nusa Tenggara Timur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Proper budget allocation should give positive impact to development and economics growth, thus create balanced, synergy, and sustainability for region development. In this

Referring to the background above, an English classroom action research entitled Using Contextual Redefinition Strategy to Improve Students Vocabulary Mastery (At Grade VII A

Jika telah disetujui oleh Accounting Manager, maka supervisorTreasury mengecek account A/P tersebut dalam sistem SAP, kemudian melakukan pembayaran secara manual

Kaitannya dengan gaya bahasa yang terdapat dalam novel Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy, menggunakan bahasa yang sederhana atau bahasa sehari-hari sehingga mudah

a) Praktik menyusun perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan media pembelajaran. c) Praktik mengajar dengan metode yang dianggap sesuai

presentasi kepala, KU ibu baik dengan inpartu kala I fase aktif memanjang dan membandingkan antara teori dan kasus yang ada dilapangan, Pada pengkajian

Jika kita mengutip definisi mengenai digital forensic dari Wikipedia maka dapat diartikan sebagai sebuah bidang ilmu yang mencakup proses recovery dan investigasi

Diharapkan Output Program Hasil 1 Pengguna memilih menu “Laporan Perkembangan” Klik submenu “Koperasi Berdasarkan Wilayah” Sistem akan menampilkan form koperasi