• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Kalsium dan Fosfor Darah Itik... Aprian R. Pranata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Profil Kalsium dan Fosfor Darah Itik... Aprian R. Pranata"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 PROFIL KALSIUM DAN FOSFOR PLASMA DARAH ITIK PADA

PERBEDAAN IMBANGAN ELEKTROLIT RANSUM ITIK YANG DIPELIHARA INTENSIF PADA KONDISI MINIM AIR

BLOOD PLASMA CALCIUM AND PHOSPHORUS PROFILE OF DUCK IN FEED DISTRIBUTING ELECTROLYTE BALANCE KEPT UNDER

INTENSIVELY ON WATER MINIMUM CONDITION

Aprian R. Pranata*, Diding Latipudin**, Rachmat Wiradimadja**

Universitas Padjadjaran

*Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2015

E-mail: ar.pranata@yahoo.com

**Dosen Fakultas Peternakan Unpad abstrak

Penelitian mengenai “Profil Kalsium dan Fosfor Plasma Darah Itik pada Perbedaan Imbangan Elektrolit Ransum Itik” telah dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas, Non Ruminansia, dan Industri Makanan Ternak, dan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor pada bulan Agustus - Oktober 2014. Tujuan penelitian untuk mengetahui pangaruh imbangan elektrolit ransum terhadap profil Kalsium dan Fosfor plasma darah itik. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan acak lengkap (RAL) dengan enam perlakuan yaitu penambahan imbangan elektrolit 100 meq/kg, 150 meq/kg, 200 meq/kg, 250 meq/kg, 300 meq/kg, dan 350 meq/kg dan diulang sebanyak empat kali. Parameter yang diamati dalam penelitian yaitu kandungan kalsium dan fosfor plasma darah itik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian imbangan elektrolit terhadap kandungan fosfor darah itik tidak berbeda nyata, namun berpengaruh nyata terhadap kandungan kalsium darah itik. Disimpulkan, dengan pemberian imbangan elektrolit ransum 200 mEq/Kg memberikan pengaruh yang baik terhadap kandungan kalsium dan fosfor darah itik.

Kata Kunci: Fosfor, Imbangan elektrolit, Itik, Kalsium

abstract

The Research of “Blood Plasma Calcium and Phosphorus Profile of Duck in Feed” were conducted in The Laboratory of Poultry Nutrition, Non-Ruminant, and Food Industry, and Nutrition Science and Feed Technology, Faculty of Animal Husbandry, Bogor Aglicultural University, Dramaga, Bogor, on August until October 2014. The purpose of this research is to determine the impact of distribution electrolyte balance in the feed blood plasma calcium and phosphorus profil of ducks. The method of this research is using a Completely randomized design (CRD) with six treatment, which are adding 100mEq/Kg, 150mEq/Kg, 200mEq/Kg, 300mEq/Kg of electrolyte balance by reiterating it four times. The parameters, observed in this research are the calcium and

(2)

2 phosphorus blood plasma of ducks. The result of this research shows that the distribution of electrolyte balance towards phosphorus blood of ducks has no significant differences. However, it has an actual effect to blood calcium of ducks. To sum it up, with the distribution of 200mEq/Kg of electrolyte balance, it gives a good effect toward calcium and phosphorous blood of ducks.

Keywords: Phosphorus, Electrolyte balance, Ducks, Calcium

PENDAHULUAN

Ternak itik merupakan unggas air yang tersebar luas di pedesaan yang dekat dengan sungai, rawa atau pantai dengan pengelolaan yang masih tradisional. Pemeliharaan itik secara tradisional sangat tergantung pada tersedianya lahan penggembalaan. Awalnya pemeliharaan dengan sistem penggembalaan sangat menunjang pengendalian hama terpadu pada usaha padi sawah sehingga sangat di anjurkan. Namun, sejak penggunaan obat-obatan pembasmi hama banyak digunakan, keselamatan itik-itik yang di gembalakan jadi terancam. Banyak diantaranya yang mengalami keracunan pestisida, ini salah satu alasan usaha peternakan itik secara intensif diperlukan.

Pemeliharaan sistem intensif sudah memperhatikan sistem perkandangan, pemberian pakan yang sesuai kebutuhan dan penanganan penyakit sehingga lebih mudah dalam memperhatikan kondisi ternak. Kekurangan pada sistem pemeliharaan intensif yaitu penggunaan air sangat dibatasi dan tidak adanya kolam air. Penggunaan air pada sistem intensif hanya terdapat pada tempat minum itik. Kolam air pada kandang itik berguna sebagai media termuregulator yang dapat menghindarkan itik dari stres panas. Stres panas dapat berakibat terganggunya keseimbangan elektrolit dan keseimbangan asam basa pada cairan tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan itik. Kondisi ini tentunya akan berpengaruh terhadap proses fisiologis itik.

Fisiologis pada unggas itik ada kaitannya dengan kalsium dan fosfor , hal ini sangat berperan dalam proses fisiologis diantaranya dalam proses penggumpalan darah dengan menstimulir pengeluaran thromboplastin dari plasma darah. Kebutuhan kalsium ternak itik berbeda sesuai tahapan pertumbuhan umur, sebagai berikut: umur 0-4 minggu 0,9 % , umur 5 – 20 minggu 0,80 %, dan >21 minggu 0,80 % (Murtidjo, 2005). Permasalahan yang sering dihadapi pada usaha itik dengan pemeliharaan yang intensif pada kondisi minim air adalah imbangan kandungan kalsium dan fosfor pada plasma darah itik yang kurang.

Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai profil kalsium dan fosfor dalam plasma darah itik pada imbangan elektrolit ransum yang dipelihara intensif pada kondisi minim air yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan imbangan elektrolit ransum terhadap profil kalsium dan fosfor plasma darah itik yang dipelihara intensif pada kondisi minim air dan mengetahui imbangan elektrolit ransum yang memberikan pengaruh optimal terhadap profil kalsium dan fosfor dalam plasma darah itik yang dipelihara intensif pada kondisi minim air.

(3)

3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN

Objek Penelitian

Objek penelitian adalah Itik pedaging yang dipelihara dengan populasi 120 ekor. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL), dilanjutkan dengan Uji lanjut berganda Duncan.

Peubah yang diamati

Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu penghitungan kadar kalsium dan fosfor dalam darah itik.

Analisis Sampel

Penghitungan untuk masing-masing indikator variabel dilakukan dengan metode

Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) untuk kalsium dan spektofotometer untuk fosfor.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Kalsium Darah Itik

Rata-rata kandungan kalsium darah itik akibat perlakuan imbangan elektrolit dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Kalsium Darah Itik

Perlakuan Pengulangan R1 R2 R3 R4 R5 R6 ………..(mg/L)…..……… U1 161.40 77.24 164.17 111.46 138.45 157.80 U2 141.06 54.79 156.63 133.64 153.24 145.92 U3 118.28 179.93 156.82 52.05 84.08 162.04 U4 136.57 44.39 188.77 67.92 119.09 135.64 Jumlah 557.30 356.34 666.40 365.07 494.85 601.40 Rataan 139.33 89.09 166.60 91.27 123.71 150.35 Keterangan : -R1 : Ransum dengan imbangan elektrolit 100 mEq/kg

-R2 : Ransum dengan imbangan elektrolit 150 mEq/kg -R3 : Ransum dengan imbangan elektrolit 200 mEq/kg -R4 : Ransum dengan imbangan elektrolit 250 mEq/kg -R5 : Ransum dengan imbangan elektrolit 300 mEq/kg -R6 : Ransum dengan imbangan elektrolit 350 mEq/kg

Berdasarkan Tabel 1 tampak bahwa rataan jumlah persentase kalsium pada perlakuan ransum dengan imbangan elektrolit 100 mEq/kg (R1) yaitu sebesar 139.33 mg/L, perlakuan ransum dengan imbangan elektrolit 150 mEq/kg (R2) yaitu sebesar 89.09 mg/L, perlakuan ransum dengan imbangan elektrolit 200 mEq/kg (R3) yaitu sebesar 166.60 mg/L, perlakuan ransum dengan imbangan elektrolit 250 mEq/kg (R4) yaitu sebesar 91.27 mg/L, perlakuan ransum dengan imbangan elektrolit 300 mEq/kg

(4)

4 (R5) yaitu sebesar 123.71 mg/L, dan rataan persentase kalsium pada perlakuan ransum dengan imbangan elektrolit 350 mEq/kg (R6) yaitu sebesar 150.35 mg/L.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan menggunakan imbangan elektrolit ransum berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kandungan kalsium darah itik. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan pengaruh diantara perlakuan dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan yang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Uji Jarak Berganda Duncan Kandungan Kalsium Darah Itik

Perlakuan Rataan KandunganKalsium Darah Itik (Mg/L) Signifikansi R3 166,60 a R6 150,35 a R1 139,33 ab R5 123,71 ab R4 91,27 b R2 89,09 b

Keterangan : Huruf yang berbeda dalam kolom signifikansi menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

Hasil Uji Jarak Berganda Duncan menunjukkan bahwa kandungan kalsium darah itik yang mendapat perlakuan ransum dengan imbangan elektrolit 350 mEq/kg(R6) dan ransum dengan pemberian imbangan elektrolit 200 mEq/kg (R3) tidak berbeda nyata, namun nyata (P<0,05) lebih tinggi dari pada yang mendapat perlakuan ransum dengan imbangan elektrolit 150 mEq/kg (R2), ransum dengan imbangan elektrolit 250 mEq/kg (R4), ransum dengan imbangan elektrolit 300 mEq/kg (R5), dan ransum dengan imbangan elektrolit 350 mEq/kg (R1)

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kandungan kalsium darah itik yang di serap dan dimanfaatkan hanya 75%, dan sisanya diekskresikan melalui urin (Melliere, dkk., 1964), sehingga kalsium yang diserap oleh itik tidak semuanya di manfaatkan secara baik. Selain itu, kotoran yang teradapat pada kandang dapat membentuk kalsium fosfat yang juga mengakibatkan penyerapan makanan tidak efektif sehingga kalsium tidak dapat larut dan tidak dapat di absorpsi dengan baik. Faktor lain yang dapat menghambat absorpsi kalsium adalah ketidakstabilan emosional seperti stres, dan cekaman.

Semakin tinggi imbangan elektrolit yang diberikan, akan semakin berkurang efisiensi ransum. Keadaan ini disebabkan tingkat kerusakan jaringan tubuh semakin tinggi sehingga zat-zat makanan kurang dapat mendukung pertumbuhan jaringan baru secara efektif dan dengan demikian kalsium akan semakin berkurang untuk dicerna oleht ubuh.

Kalsium mempunyai peran penting dalam kontraksi otot, menjaga normalitas kerja jantung, dan merupakan aktivator enzim-enzim tertentu. Absorpsi kalsium dibantu oleh vitamin D, Vitamin C, dan laktosa, sedangkan oksalat dan fitat mengganggu

(5)

5 absorpsi kalsium. Kekurangan kalsium dalam tubuh ternak dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tulang dan gigi.

Kalsium dapat diperoleh dalam semua kalsium karbonat seperti kulit kerang, batu kapur, tepung tulang, dan fosfat. Penyerapan kalsium berlangsung terutama dalam usus dua belas jari dan bagian proksimal usus halus. Apabila ransum fase starter dan ransum unggas fase grower berturut-turut mengandung kurang lebih 1 dan 1,5% kalsium, pH usus halus ada dalam kisaran 5-6, apabila pH di atas 6 akan terbentuk partikel-partikel kalsium yang tidak larut dan cenderung akan mengurangi ketersediaan penyerapan mangan atau seng (Anggorodi, 1995).

Keseimbangan metabolisme kalsium diatur oleh tiga faktor yaitu hormon paratiroid, vitamin D, dan kalsitonin yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Membran sel kelenjar paratiroid mengandung sensor kalsium yang dapat mendeteksi kalsium darah. Aktivasi reseptor kalsium terjadi bila kadar darah tinggi yang akan menyebabkan pelepasan pelepasan fosfolipase A2, asam arakidonat, dan leukotrien. Leukotrien menginhibisi sekresi hormon paratiroid melalui degradasi 90% granul sekretori yang mengandung bentuk performa hormon paratiroida. Aktivasi reseptor kalsium tidak akan terjadi bila kadar kalsium darah rendah. Hormon paratiroid bekerja berikatan dengan reseptor membran sel oragan target, yaitu reseptor reseptor hormon paratiroid di tulang. Hormon paratiroid meningkatkan reabsorpsi kalsium dengan mempermudah pori kalsium di tubulus distal ginjal terbuka. Hormon paratiroid meningkatkan degradasi tulang dan menstimulasi vitamin D3 menjadi bentuk aktifnya (kalsiferol). Jadi, fungsi kalsiferol menurunkan kadar kalsium dalam darah. Keseimbangan kadar kalsium dalam darah perlu diperhatikan terkait fungsinya dalam metabolisme tubuh dan menjaga homeostasis di dalam tubuh.

Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Fosfor Darah Itik

Rata-rata kandungan kalsium darah itik akibat perlakuan imbangan elektrolit dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Fosfor Darah Itik

Perlakuan Pengulangan R1 R2 R3 R4 R5 R6 ………..…...(mg/L)…...…...……… U1 99.55 83.26 97.17 103.83 86.83 90.27 U2 94.20 104.90 50.44 139.86 56.98 102.40 U3 135.46 119.52 121.19 109.18 85.64 106.80 U4 100.50 111.32 122.01 94.20 116.31 111.56 Jumlah 429.70 419.00 390.82 447.06 345.76 411.03 Rataan 107.43 104.75 97.71 111.77 86.44 102.76 Keterangan : - R1: Ransum dengan imbangan elektrolit 100 mEq/kg

- R2: Ransum dengan imbangan elektrolit 150 mEq/kg - R3: Ransum dengan imbangan elektrolit 200 mEq/kg - R4: Ransum dengan imbangan elektrolit 250 mEq/kg - R5: Ransum dengan imbangan elektrolit 300 mEq/kg - R6: Ransum dengan imbangan elektrolit 350 mEq/kg

(6)

6 Berdasarkan Tabel 3 tampak bahwa rataan jumlah persentase kalsium pada perlakuan ransum dengan imbangan elektrolit 100 mEq/kg (R1) yaitu sebesar 107.43 mg/L, perlakuan ransum dengan imbangan elektrolit 150 mEq/kg (R2) yaitu sebesar 104.75 mg/L, perlakuan ransum dengan imbangan elektrolit 200 mEq/kg (R3) yaitu sebesar 97.71 mg/L, perlakuan ransum dengan imbangan elektrolit 250 mEq/kg (R4) yaitu sebesar 111.77 mg/L, perlakuan ransum dengan imbangan elektrolit 300 mEq/kg (R5) yaitu sebesar 86,44 mg/L, dan rataan persentase kalsium pada perlakuan ransum dengan imbangan elektrolit 350 mEq/kg (R6) yaitu sebesar 102.76 mg/L.

Hasil analisis diperoleh data bahwa Fhit (0.678) < Ftabel (2.77) artinya tidak berbeda nyata (non significant) terima H0 dan tolak H1. Hasil analisis ragam menunjukkan tidak terdapat pengaruh pemberian imbangan elektrolit ransum terhadap kandungan fosfor pada darah itik. Hasil yang diperoleh dari Fhitung yaitu sesuai dengan kadar fosfor yang optimal di dalam darah. Kebutuhan fosfor dalam darah yang optimal memerlukan tingkat 0,6% atau setara dengan 2,5-3,5 mg/L (Wahyu, 1992). Hal ini menandakan adanya kemampuan itik dalam memanfaatkan imbangan elektrolit ransum yang diberikan.

Biasanya tubuh itik bisa menyerap sekitar 70% dari fosfor yang berbeda dalam makanan. Namun, penyerapan fosfor akan lebih baik bila fosfor dikonsumsi dalam jumlah yang sama (Poedjiadi, dan Supriyanti, 2005). Penyerapan fosfor dalam darah dibantu oleh vitamin D dan diekskresikan melalui urin. Fosfor bersenyawa terhadap sebagian besar vitamin dalam sistem enzim tubuh dapat bergabung dengan fungsi karbohidrat.

Fosfor dalam tubuh ternak ada yang berupa fosfolipid sebagai komponen struktural dinding sel dan juga sebagai fosfat organik yang berperan dalam penyimpanan atau pelepasan energi dalam bentuk Adenin Trifosfat (Almatsier, 2004). Fosfor penting untuk fungsi otot dan sel-sel darah merah, pembentukan adenosin trifosfat (ATP) dan 2,3-difosfogliserat (DPG), dan pemeliharaan keseimbangan asam-basa, juga untuk sistem saraf dan perantara metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak.

Tingkatan normal darah tidak perlu menjamin keadaan nutrisi normal fosfor. Sebaliknya, nilai fosfor yang secara abnormal rendah dalam darah adalah indikasi positif nutrisi fosfor yang terganggu (Anggorodi, 1995). Absorpsi fosfor dibantu oleh suasana asam, karena itulah laktosa (gula susu) membantu penyerapan dengan membentuk suasana asam dalam saluran usus.

Ferrum, alumunium, dan magnesium yang berlebih akan mengganggu absorpsi fosfor melalui pembentukan fosfat yang tidak larut dan tidak tersedia bagi ternak. Namun, kekurangan fosfor mengakibatkan demineralisasi tulang dan dapat menyebabkan pertumbuhan yang kurang baik. Secara umum keduanya sangat erat hubungannya dalam proses pembentukan tulang, kerangka tubuh dan proses metabolesime tubuh itik (Murtidjo, 2005). Perlu disadari bahwa ketersediaan kalsium dalam darah itik beserta komponen yang berperan dalam regulasinya seperti fosfor harus diperhatikan terutama dalam status produksi, mengingat itik merupakan unggas air yang salah satu komoditas utamanya adalah daging, telur, dan proses pembentukan tulang hingga membutuhkan fosfor.

(7)

7 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa perbedaan imbangan elektrolit ransum pada seluruh perlakuan berpengaruh terhadap kandungan kalsium darah itik, namum tidak berpengaruh terhadap kandungan fosfor darah itik. Imbangan elektrolit yang memberikan pengaruh optimal terhadap kalsium dan fosfor darah itik ada pada pemberian ransum dengan imbangan elektrolit 200 mEq/Kg.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Anggorodi, 1995. Nutrisi Ternak Unggas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Wahyu, J, 1992. Ilmu nutrisi unggas.yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Melliere, A, L. dan R,M. Forbes,.1964. Effect of altering the dietary cationanion. Ratio on food consumption and growth of young chicks. J. Nutr.

Murtidjo, B. Agus, 2005 Mengelola Itik. Yogyakarta: Kanisius.

Poedjiadi, A., T. Supriyanti. 2005 Dasar-dasar Biokimia.Universitas Indonesia. Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 6. Peta lokasi penelitian permukiman danau di Jawa Timur.. pihak serta biaya yang besar, seperti misalnya membongkar bangunan permanen dan membebaskan lahan milik

Pada penilaian assessment seven enabler pada proses EDM01 Ensure Governance Framework Setting and Maintanance , BAI01 Manage Programmes and Projects, BAI02 Manage

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press..

Kemampuan komputer untuk menyelesaikan pekerjaan tidak hanya dibidang komputasi, pengolahan data, multimedia dan informasi melainkan dapat digunakan untuk interface yang

Biaya tambahan disini yang kami maksud adalah apabila memesan dengan cara manual atau lewat Blocker yang pastinya akan menaikan harga resmi dari PT menjadi lebih tinggi. Kami

Universitas Sumatera Utara.. Kajian Jinas merupakan bagian dari Ilmu Balaghah, khusunya pada Ilmu Badi’, bagian Muhassinatul Lafzhi. Dalam pembahasan Jinas hal yang menarik

(1) Pelayanan rawat jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a, meliputi pelayanan pada pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan

Pengawasan ini dapat dilihat dari kinerja supervisi SDM yang bertugas mengarahkan, membina, menunjukkan keteladan (perlakuan orang lain sebagaimana anda ingin mereka memperlakukan