• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Dalam rangka pencapaian visi dan misi pembangunan Kabupaten Bangkulu Utara dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan (2011-2016) tidak ringan, terdapat beberapa tantangan yang akan dihadapi untuk mencapai masyarakat Kabupaten Bengkulu Utara menuju “Terwujudnya Masyarakat Bengkulu Utara yang Mandiri, Maju, dan Bermartabat”:

Pertama, capaian laju pertumbuhan ekonomi sekitar 4–6% selama periode

2006-2011 belum cukup untuk mewujudkan tujuan masyarakat Kabupaten Bengkulu Utara yang sejahtera. Untuk menciptakan pembangunan yang relevan, pembangunan memerlukan akselerasi pertumbuhan ekonomi mencapai di atas 6,5% per tahun dalam lima tahun mendatang untuk mencapai target pertumbuhan yang maksimal.

Kedua, penyebaran fasilitas kesehatan belum merata antar kecamatan di

Kabupaten Bengkulu Utara. Akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat terutama bagi masyarakat miskin belum merata.

Ketiga, kondisi infrastruktur jalan dan jembatan sebagian rusak berat, sehingga

pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan merupakan dimensi yang sangat penting dalam rangka pertumbuhan ekonomi. Perbaikan kerusakan jalan dan jembatan merupakan pendukung utama dalam pembangunan ekonomi di Kabupaten Bengkulu Utara.

Keempat, Kabupaten Bengkulu Utara yang termasuk dalam daerah lempeng

Indo Austronesia merupakan daerah rawan bencana gempa bumi, sehingga Kabupaten Bengkulu Utara termasuk dalam daerah rawan bencana, dalam pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara perlu dipertimbangkan untuk siaga bencana.

Kelima, angka kemiskinan Kabupaten Bengkulu Utara mengalami penurunan,

pada Tahun 2006 angka kemiskinan Kabupaten Bengkulu Utara mencapai 26,18% dan pada Tahun 2008 menurun menjadi 22,74%. Angka kemiskinan Kabupaten Bengkulu Utara masih lebih tinggi dari angka kemiskinan nasional pada Tahun 2008 sebesar 14,15%.

Keenam, dalam rangka ketahanan pangan, cukup besarnya terjadi perubahan alih

fungsi lahan dari lahan persawahan ke tanaman perkebunan dan tanaman lainnya. Alih fungsi lahan ini menyebabkan penurunan luas lahan tanaman pangan, sehingga menggangu produktifitas tanaman pangan.

Ketujuh, tingkat pelayanan kepada masyarakat dirasakan belum optimal, untuk

itu pada Tahun 2011-2016 peningkatan pelayanan kepada masyarakat Kabupaten Bengkulu Utara perlu ditingkatkan terutama pada sektor pendidikan, kesehatan, infrastruktur jalan dan jembatan, irigasi dan sumber daya energi listrik.

(2)

4.1. Permasalahan Pembangunan 4.1.1. Permasalahan di Bidang Pendidikan

Permasalahan yang ada di bidang pendidikan antara lain:

1. Tingkat pendidikan penduduk relatif rendah dan belum merata;

2. Masih rendahnya kualitas dan kuantitas serta belum optimalnya penyebaran tenaga guru;

3. Masih terdapat kesenjangan tingkat pendidikan yang cukup besar antar kelompok masyarakat;

4. Fasilitas pelayanan pendidikan khususnya untuk jenjang pendidikan menengah pertama dan yang lebih tinggi belum tersedia secara merata; 5. Kualitas pendidikan relatif masih rendah dan belum mampu memenuhi

kebutuhan kompetensi peserta didik;

6. Masih belum maksimalnya penyediaan sarana dan prasarana pendidikan; 7. Kualitas tenaga pendidik yang relatif rendah.

4.1.2. Permasalahan di Bidang Kesehatan

Permasalahan yang ada di bidang kesehatan antara lain:

1. Akses masyarakat untuk mencapai fasilitas kesehatan belum optimal; 2. Masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas dan

jaringannya;

3. Masih rendahnya kinerja sumber daya manusia di bidang kesehatan;

4. Masih rendahnya akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan;

5. Kondisi kesehatan lingkungan masih rendah;

6. Perilaku hidup sehat masyarakat yang masih rendah; 7. Jumlah tenaga kesehatan masih kurang dan tidak merata; 8. Pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada belum optimal; 9. Peran lintas sektor dalam bidang kesehatan belum optimal;

4.1.3. Permasalahan di Bidang Pekerjaan Umum

Permasalahan yang ada di bidang pekerjaan umum antara lain:

1. Masih banyaknya jalan baik jalan negara, provinsi maupun kabupaten yang rusak;

2. Masih banyaknya irigasi teknis dan jembatan yang rusak;

3. Kondisi alat-alat berat yang sudah tidak memungkinkan untuk beroperasi; 4. Banyaknya jalan desa dan lingkungan yang rusak;

5. Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga fasilitas jalan, jembatan, dan irigasi;

6. Masih minimnya dana untuk pembangunan maupun pemeliharaan infrastruktur (jalan, jembatan, dan irigasi);

7. Masih rendahnya peran masyarakat dalam mendukung program kebersihan dan pertamanan;

8. Masih banyaknya masyarakat yang belum terlayani dalam hal air bersih; 9. Masih banyaknya jaringan perpipaan air bersih yang sudah tua dan

memerlukan pemeliharaan;

(3)

4.1.4. Permasalahan di Bidang Perumahan

Permasalahan yang ada di bidang perumahan antara lain: 1. Masih adanya permukiman masyarakat yang kurang layak;

2. Masih terbatasnya jumlah investor yang menginvestasikan dananya ke bidang perumahan;

3. Belum adanya Rencana Pengembangan Pembangunan Perumahan Dan Pemukiman Daerah (RP4D) Kabupaten Bengkulu Utara.

4.1.5. Permasalahan di Bidang Perhubungan

Permasalahan yang ada di bidang perhubungan antara lain:

1. Banyaknya angkutan barang yang membawa barangnya tidak sesuai dengan klas jalan;

2. Masih kurangnya rambu-rambu lalu lintas pada ruas jalan kabupaten; 3. Masih kurangnya papan penunjuk arah.

4.1.6. Permasalahan di Bidang Lingkungan Hidup

Permasalahan yang ada di bidang lingkungan hidup antara lain:

1. Kurangnya kuantitas sumber daya manusia yang dapat melakukan pemantauan lingkungan secara berkala, untuk mengukur kualitas lingkungan;

2. Masih terbatasnya alat laboratorium untuk mengukur tingkat kualitas lingkungan;

3. Belum adanya sanksi yang tegas terhadap perusahaan/ pelaku usaha yang merusak lingkungan;

4. Masih banyaknya perambahan hutan pada kawasan hutan produksi, hutan produksi terbatas dan hutan lindung.

4.1.7. Permasalahan di Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil

Permasalahan yang ada di bidang kependudukan dan catatan sipil antara lain:

1. Masih tingginya laju pertumbuhan penduduk; 2. Masih tingginya tingkat kelahiran penduduk;

3. Penyebaran penduduk yang tidak merata pada masing-masing wilayah; 4. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran pasangan usia subur dan remaja

tentang hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi; 5. Rendahnya partisipasi pria dalam keluarga berencana;

6. Masih kurangnya akses dan kualitas pelayanan keluarga berencana dan masih lemahnya institusi daerah dalam menunjang pelaksanaan program keluarga berencana;

7. Belum serasinya kebijakan kependudukan dalam mendukung pembangunan berkelanjutan;

8. Belum tertatanya administrasi kependudukan dalam rangka membangun sistem pembangunan, pemerintahan dan pembangunan yang berkelanjutan;

(4)

9. Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya dokumen kependudukan dan tertib administrasi belum memadai;

10. Belum tersedianya bank data sebagai basis data kependudukan; 11. Meningkatnya jumlah pengangguran terbuka;

12. Berkurangnya lapangan kerja formal di perkotaan dan pedesaan;

13. Banyaknya pekerja yang bekerja di lapangan kerja yang kurang produktif.

4.1.8. Permasalahan di Bidang Penanaman Modal

Permasalahan yang ada di bidang penanaman modal antara lain:

1. Prosedur perizinan investasi relatif panjang dan membutuhkan biaya tinggi; 2. Regulasi investasi yang belum maksimal dalam menciptakan iklim investasi

yang kondusif;

3. Masih terbatasnya ketersediaan infrastruktur penunjang investasi;

4. Kurang optimalnya jaminan kepastian hukum terhadap iklim usaha investor.

4.1.9. Permasalahan di Bidang Kebudayaan

Permasalahan yang ada di bidang kebudayaan antara lain:

1. Masih lemahnya kesadaran masyarakat terhadap upaya perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan;

2. Belum adanya konsep, kebijakan dan strategi kebudayaan nasional yang dapat dijadikan rujukan dalam memajukan kebudayaan daerah;

3. Masih lemahnya ketahanan budaya daerah dalam menghadapi budaya asing (luar) dan media masa juga belum dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam upaya pembentukan watak dan jati diri bangsa;

4. Belum adanya pedoman perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan di bidang kebudayaan;

5. Masih lemahnya tenaga pengelola kebudayaan yang profesional; 6. Hasil-hasil penelitian kebudayaan belum dimanfaatkan secara optimal; 7. Data dan informasi kebudayaan belum dikelola secara profesional.

4.1.10.Permasalahan di Bidang Kepemudaan dan Olah Raga

Permasalahan yang ada di bidang kepemudaan dan olah raga antara lain:

1. Prestasi olahraga dalam berbagai cabang dan event olahraga baik pada tingkat provinsi maupun nasional masih belum memuaskan;

2. Pembinaan dan pembibitan olahraga serta peningkatan prestasi olahraga belum didukung ilmu pengetahuan dan teknologi olahraga;

3. Jumlah dan mutu sumber daya manusia pelaku olahraga belum mamadai; 4. Belum terintegrasinya pembinaan dan pembibitan olahraga masyarakat

untuk olahraga prestasi;

5. Masih terbatasnya sarana dan prasarana olahraga masyarakat untuk menunjang olahraga prestasi;

6. Pembudayaan dan pemasyarakatan olahraga sebagai bagian dari upaya pembentukan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia, belum menumbuhkan kepedulian masyarakat;

7. Peningkatan kesegaran jasmani belum dilaksanakan secara terpadu, terarah dan terpola, sehingga hasilnya kurang memuaskan baik bagi peningkatan

(5)

kesehatan dan kebugaran masyarakat sejak dini, maupun dalam kaitannya dengan upaya peningkatan produktivitas kerja masyarakat Kabupaten Bengkulu Utara;

8. Organisasi atau lembaga keolahragaan yang ada, kualitas dan kinerjanya masih sangat memprihatinkan, karena pada umumnya belum dikelola secara profesional dan sungguh-sungguh;

9. Kesejahteraan dan jaminan penghargaan bagi atlet, pelatih dan pembina olahraga yang berprestasi, menjadi salah satu masalah yang menyebabkan bidang olahraga kurang diminati untuk dijadikan sebagai profesi yang menjamin masa depan;

10. Belum adanya sistem pendanaan yang sistematis dan berkesinambungan.

4.1.11.Permasalahan di Bidang Pertanian

Permasalahan pokok bidang pertanian diantaranya: 1. Sulitnya petani untuk mendapatkan sarana produksi; 2. Harga sarana produksi yang cukup tinggi;

3. Tingginya tingkat fluktuatif harga–harga produksi petani; 4. Produk pertanian tidak mampu bersaing dengan daerah lain; 5. Tingginya angka alih fungsi lahan dari sawah ke perkebunan;

6. Masih rendah ketersediaan sarana akses infrastruktur jalan usaha tani; 7. Terbatasnya modal petani untuk berusaha tani;

8. Terbatasnya akses masyarakat tani untuk mendapatkan akses permodalan; 9. Kesejahteraan petani masih rendah dan tingkat kemiskinan relatif tinggi; 10. Lemahnya kelembagaan dan posisi tawar petani yang berakibat pada

panjangnya tata niaga dan belum adilnya sistem pemasaran;

11. Lahan pengusahaan petani relatif sempit sehingga pendapatan yang diperoleh tidak mencukupi kebutuhan dan kurang mendorong upaya peningkatan produksi;

12. Masih rendahnya sistem alih teknologi dan diseminasi teknologi pengolahan produk pertanian sehingga produktifitas dan nilai tambah produk pertanian rendah;

13. Tingginya ketergantungan pada beras dan rentannya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga;

14. Lemahnya koordinasi antar stakeholder dan birokrasi untuk pembangunan bidang pertanian;

15. Masih rendahnya sumber daya manusia yang bekerja pada sektor pertanian;

16. Harga jual hasil pertanian masih rendah; 17. Tingginya biaya pemasaran;

18. Minimnya sarana dan upaya penelitian bidang pertanian.

4.1.12.Permasalahan Sektor Perkebunan

Permasalahan sektor perkebunan ini diantaranya:

1. Banyaknya perkebunan rakyat yang sudah tua dan rusak, yang perlu diremajakan;

2. Rendahnya produktifitas perkebunan rakyat:

(6)

b. Sulitnya petani untuk mendapatkan bibit unggul serta tingginya harga bibit unggul;

c. Kurangnya kesadaran petani dalam pemeliharaan kebun;

d. Kurangnya informasi dan kemampuan penciptaan peluang pasar.

3. Masih rendahnya penggunaan sarana teknologi baik untuk budidaya, maupun pengolahan hasil produksi perkebunan;

4. Lemahnya kelembagaan dan posisi tawar petani yang berakibat pada panjangnya tataniaga dan belum adilnya sistem pemasaran;

5. Masih rendahnya sumber daya manusia perkebunan; 6. Masih terdapat perkebunan besar swasta yang bermasalah;

7. Rendahnya kesadaran pemilik kebun-kebun kecil (maksimal 25 Ha) untuk mengurus izin usaha perkebunan;

8. Terbatasnya akses petani ke sumber daya produktif termasuk permodalan dan layanan usaha;

9. Lahan pengusahaan petani relatif sempit sehingga pendapatan yang diperoleh tidak mencukupi kebutuhan dan kurang mendorong upaya peningkatan produksi;

10. Masih rendahnya sistem alih teknologi dan diseminasi teknologi pengolahan produk perkebunan sehingga produktifitas dan nilai tambah produk perkebunan rendah;

11. Akses pasar rendah, disebabkan oleh belum dimanfaatkannya informasi pasar secara optimal, masih tingginya peranan tengkulak dalam pemasaran, tidak adanya pasar lelang dan minimnya infrastruktur pendukung pemasaran;

12. Sistem pemasaran kurang efisien;

13. Kesejahteraan petani masih rendah dan tingkat kemiskinan relatif tinggi.

4.1.13. Permasalahan Pokok Bidang Kehutanan

Permasalahan pokok bidang kehutanan diantaranya:

1. Tingginya laju deforestasi akibat perambahan hutan, illegal logging, dan kebakaran hutan;

2. Masih rendahnya kegiatan rehabilitasi dan perlindungan hutan;

3. Kurangnya tenaga personil pembinaan dan pengamanan hutan (polisi hutan, PPNS, penyuluh kehutanan dan petugas lapangan lainnya);

4. Kurangnya sarana dan prasarana pengamanan hutan; 5. Masih banyaka ketidakjelasan tata batas kawasan hutan;

6. Belum optimalnya sistem pengelolaan hutan secara berkelanjutan;

7. Tingkat partisipasi masyarakat terhadap pengawasan dan pengolahan hutan masih rendah;

8. Rendahnya nilai hasil hutan non kayu yang sebenarnya berpotensi untuk meningkatkan pendapatan petani dan masyarakat sekitar kawasan hutan; 9. Tingginya ancaman terhadap kerusakan keanekaragaman hayati;

(7)

4.1.14.Permasalahan Pokok Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral

Permasalahan pokok bidang energi dan sumber daya mineral diantaranya: 1. Masih banyaknya masyarakat yang belum memperoleh fasilitas listrik; 2. Masih terbatasnya jaringan listrik yang disediakan oleh Perusahaan Listrik

Negara (PLN);

3. Belum optimalnya pelayanan listrik oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN); 4. Masih kurangnya pembinaan dan pengawasan kegiatan usaha

pertambangan;

5. Kurangnya ketaatan perusahan untuk melaksanakan reklamasi;

6. Masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kerusakan lingkungan karena usaha pertambangan;

7. Minimnya ketersediaan data potensi pertambangan yang akurat dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW);

8. Lemahnya penegakan peraturan bidang energi dan sumber daya mineral; 9. Eksploitasi bahan galian yang tidak ramah lingkungan dan tidak

berkelanjutan, masih adanya pemilik izin usaha pertambangan yang belum menempatkan dana reklamasi.

4.1.15.Permasalahan Pokok Bidang Pariwisata

Permasalahan pokok bidang pariwisata diantaranya:

1. Belum terdatanya objek-objek pariwisata yang potensial secara rinci;

2. Belum terjalinnya koordinasi yang baik antara pemerintah daerah serta industri pariwisata untuk menangani pariwisata daerah secara terpadu; 3. Belum terolahnya objek-objek dan kawasan potensial pariwisata; 4. Perencanaan pariwisata yang masih parsial;

5. Belum adanya pengembangan sistem informasi kepariwisataan;

6. Belum tercapainya keterpaduan berbagai sektor untuk secara bersama mengembangkan pariwisata;

7. Belum tersosialisasinya rencana pengembangan pariwisata ke berbagai sektor, instansi dan lembaga terkait lainnya.

4.1.16.Permasalahan Pokok Bidang Kelautan Dan Perikanan

Permasalahan pokok bidang kelautan dan perikanan diantaranya:

1. Masih rendahnya ilmu pengetahuan dan teknologi pembudidaya ikan; 2. Belum optimalnya sarana pembenihan, baik balai benih ikan (BBI) maupun

UPR sehingga belum didapatkannya benih yang bermutu, dengan jumlah yang cukup dan berkelanjutan;

3. Dana operasional Balai Benih Ikan (BBI) masih sangat kecil; 4. Kurangnya biaya dan sarana petugas penyuluh;

5. Mahalnya harga pakan ikan;

6. Lemahnya sistem pemasaran ikan budidaya;

7. Kebijakan pengelolaan pulau kecil terluar (Pulau Enggano dan Pulau Mega) masih belum optimal;

8. Konflik pemanfaatan ruang wilayah laut; 9. Degradasi garis pantai dan terumbu karang; 10. Kurang pengawasan perizinan kapal;

11. Lemahnya permodalan nelayan;

(8)

13. Rendahnya mutu hasil perikanan tangkap;

14. Kurangnya sarana prasarana yang menunjang pemasaran ikan segar;

15. Rendahnya ilmu pengetahuan dan teknologi tentang pengolahan hasil perikanan;

16. Kurangnya tenaga profesional pengolahan hasil perikanan; 17. Lemahnya manajemen informasi pemasaran ikan;

18. Lemahnya pengawasan terhadap sumber daya kelautan dan perikanan, karena keterbatasan dana;

19. Sarana pengawasan/kapal patroli yang ada tidak dapat beroperasi karena mengalami rusak berat;

20. Illegal fishing yang dilakukan oleh kapal asing (luar daerah) maupun nelayan lokal. Pelanggaran nelayan lokal dalam hal penggunaan alat tangkap terlarang, bahan terlarang, dan pelanggaran jalur penangkapan;

21. Masih terbatasnya jumlah personil yang terlatih.

4.1.17.Permasalahan di Bidang Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

Permasalahan yang ada di bidang koperasi dan usaha kecil menengah antara lain:

1. Rendahnya produktivitas, sehingga menimbulkan kesenjangan antara pelaku usaha kecil, menengah dan besar:

a. Rendahnya kualitas sumber daya manusia UMKM khususnya dalam bidang manajemen, organisasi, penguasaan teknologi dan pemasaran; b. Rendahnya kompetensi kewirausahaan UMKM.

2. Terbatasnya variasi usaha maupun produk yang dihasilkan sehingga produk yang dihasilkan bersifat umum/ tidak unik;

3. Industri belum tumbuh berdasarkan keunggulan komparatif yang dimiliki sehingga sulit bersaing dengan produk sejenis dari daerah lain;

4. Terbatasnya akses UMKM terhadap sumber daya produktif, terutama terhadap permodalan, teknologi, informasi dan pasar;

5. Masih rendahnya kualitas kelembagaan dan organisasi UMKM;

6. Kurang kondusifnya iklim usaha, diantaranya adalah : (a). Ketidakpastian dan ketidakjelasan prosedur perizinan yang mengakibatkan besarnya biaya transaksi, panjangnya proses perizinan dan timbulnya berbagai pungutan tidak resmi, (b). Praktek bisnis dan persaingan usaha yang tidak sehat, (c). Lemahnya koordinasi lintas instansi dalam pemberdayaan koperasi dan UMKM dan belum optimalnya peran dunia perbankan dalam pembinaan UMKM.

4.1.18.Permasalahan Pada Sektor Peternakan

Permasalahan yang ada pada sektor peternakan antara lain:

1. Lemahnya manajemen usaha peternakan, terutama ternak besar;

2. Terbatasnya petugas Inseminasi Buatan (IB), serta sarana dan prasarana; 3. Belum optimalnya pelayanan kesehatan hewan;

4. Pola usaha tani tradisional dengan melepas ternak ke alam terbuka tanpa pengawasan menimbulkan tingginya serangan penyakit dan gangguan keamanan ternak itu sendiri;

(9)

5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia yang berkecimpung di sub sektor peternakan baik di bidang manajemen usaha peternakan maupun teknis peternakan;

6. Kurangnya pengawasan terhadap kualitas pakan ternak.

4.1.19.Permasalahan Di Bidang Investasi

Permasalahan yang ada di bidang investasi diantaranya:

1. Peruntukan lahan untuk kegiatan usaha yang ditentukan pemerintah masih banyak yang terlantar dan tidak dipergunakan secara produktif oleh investor;

2. Terbatasnya ketersediaan infrastruktur penunjang investasi;

3. Kurang optimalnya jaminan kepastian hukum terhadap iklim usaha bagi investor.

4.1.20.Permasalahan di Bidang Aparatur

Permasalahan yang ada di bidang aparatur diantaranya:

1. Kelembagaan pemerintah masih belum sepenuhnya berdasarkan prinsip organisasi yang efisien dan efektif;

2. Penerapan manajemen kepegawaian belum mampu mendorong peningkatan profesionalitas dan kinerja aparatur;

3. Masih banyaknya celah terjadinya penyimpangan yang mengarah pada penyalahgunaan wewenang dalam birokrasi;

4.1.21.Permasalahan di Bidang Hukum

Permasalahan yang ada di bidang hukum diantaranya:

1. Masih rendahnya kesadaran masyarakat akan penegakan hukum;

2. Masih sering terjadinya pelanggaran hukum dengan dasar ketidaktahuan masyarakat terhadap hukum.

4.2. Isu Strategis

Merupakan permasalahan yang berkaitan dengan fenomena atau belum dapat diselesaikan pada periode jangka menengah sebelumnya dan memiliki dampak penting dan krusial jangka panjang bagi keberlanjutan pelaksanaan pembangunan sehingga perlu diatasi secara bertahap dalam perencanaan pembangunan jangka menengah ke depan (2011-2016). Adapun isu strategis pembangunan daerah Kabupaten Bengkulu Utara, yaitu :

1. Masih rendahnya pendapatan perkapita

Untuk melihat tingkat kemakmuran penduduk Kabupaten Bengkulu Utara, salah satu indikatornya adalah pendapatan perkapita. Meskipun pendapatan perkapita tidak secara riil menggambarkan kesejahteraan masyarakat orang per orang atau pemerataan pendapatan. Perkembangan pendapatan perkapita Kabupaten Bengkulu Utara sejak Tahun 2006 – 2009 cenderung mengalami kenaikan.

Pada Tahun 2006 pendapatan perkapita Kabupaten Bengkulu Utara sebesar Rp. 4.941.044,24,- dan meningkat menjadi Rp. 5.501.025,71 pada Tahun 2007 dan

(10)

bertambah menjadi Rp. 5.667.770,24 pada Tahun 2008 dan Tahun 2009 meningkat menjadi Rp. 5.932.634,95,- dan pada Tahun 2010 menjadi Rp.6.535.844,07,-.

Dilihat dari pendapatan perkapita Kabupaten Bengkulu Utara meningkat dari Tahun 2006 sampai Tahun 2009, tetapi jika dibandingkan dengan pendapatan perkapita Provinsi Bengkulu, pendapatan perkapita Kabupaten Bengkulu Utara masih rendah, yaitu pada Tahun 2006 pendapatan perkapita Provinsi Bengkulu sebesar Rp.7.161.581, Tahun 2007 sebesar Rp. 7.963.530, pada Tahun 2008 sebesar Rp. 8.832. 887 dan Tahun 2009 sebesar RP. 9.318. 148.-

Berdasarkan kondisi tersebut di atas, kondisi pendapatan perkapita Kabupaten Bengkulu Utara masih rendah, maka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bengkulu Utara maka isu peningkatan pendapatan per kapita menjadi prioritas pada pembangunan Bengkulu Utara.

2. Kualitas sumber daya manusia masih rendah

Kondisi indek pembangunan manusia Kabupaten Bengkulu Utara mengalami peningkatan dari Tahun 2006 sampai Tahun 2009 yaitu sebesar 69,80, Tahun 2007 sebesar 69,87, Tahun 2008 sebesar 70,63 dan Tahun 2009 sebesar 70,98.

Walaupun Indek Pembangunan Manusia (IPM) mengalami peningkatan dari Tahun 2006 – 2009, namun jika dibandingkan dengan IPM Provinsi maka IPM Kabupaten Bengkulu Utara masih rendah. Pada Tahun 2006, IPM Provinsi Bengkulu 71,30, Tahun 2007 meningkat menjadi 71,57, Tahun 2008, turun menjadi 71,52 dan Tahun 2009 meningkat menjadi 72,50. Berdasarkan kondisi tersebut di atas maka peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi isu strategis dalam pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara.

3. Masih rendahnya aksesibilitas pelayanan kesehatan

Jumlah sarana dan prasarana bidang kesehatan seperti puskesmas dan pustu juga menjadi indikator peningkatan kuantitas layanan kesehatan kepada penduduk. Jika dilihat dari posisi dan rasio jumlah penduduk juga menunjukkan adanya peningkatan pemerataan. Pada Tahun 2009, jumlah sarana kesehatan yang ada di Kabupaten Bengkulu Utara berjumlah 631 unit, untuk puskesmas telah berjumlah 19 puskesmas dan pustu berjumlah 102 unit. Bengkulu Utara juga mempunyai rumah sakit lapangan di Pulau Enggano yang dibangun pada Tahun 2009.

Berdasarkan jumlah sarana dan prasarana di Kabupaten Bengkulu Utara sudah cukup memadai, namun karena faktor geografis dan luasnya wilayah Kabupaten Bengkulu Utara maka pelayanan belum dapat dilaksanakan secara maksimal.

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan ditunjukkan dengan meningkatnya rata-rata Umur Harapan Hidup (UHH). Umur harapan hidup masyarakat di Kabupaten Bengkulu Utara sejak Tahun 2006 – 2009 mengalami peningkatan. Pada Tahun 2006, umur harapan hidup penduduk Bengkulu Utara adalah 68,8 tahun dan pada tahun berikut meningkat menjadi 69,09 tahun, kemudian menjadi 69,17 tahun pada Tahun 2008. Pada Tahun 2009 terjadi penambahan, UHH menjadi sebesar 69,35. Meskipun terjadi trend peningkatan namun jika dibandingkan dengan capaian rata-rata provinsi, UHH penduduk Kabupaten Bengkulu Utara masih lebih rendah.

UHH Provinsi Bengkulu Tahun 2006 sebesar 68,9, pada Tahun 2007, turun menjadi 69,2, Tahun 2008 meningkat menjadi 70,10 dan Tahun 2009 meningkat menjadi 70,15.

(11)

Dari hal tersebut di atas, dapat dilihat bahwa tingkat kesehatan masyarakat Bengkulu Utara berdasarkan Indikator UHH masih lebih rendah jika dibandingkan dengan UHH provinsi.

4. Kualitas dan kuantitas infrastruktur masih rendah (jalan, jembatan, listrik dan irigasi)

Panjang jalan seluruh Kabupaten Bengkulu Utara pada Tahun 2006 mencapai 641,99 Km dengan kondisi 55% Baik, 35% kondisi sedang, 20% kondisi rusak berat. Tahun 2007 panjang jalan Kabupaten 661,89 Km dengan kondisi baik 45%, kondisi sedang 35% dan 25% kondisi rusak berat. Pada 2008 panjang jalan Kabupaten Bengkulu Utara mencapai 671,37 Km, dengan kondisi 55% baik, 25% kondisi sedang dan 20% rusak berat. Sedangkan pada Tahun 2009 panjang jalan Kabupaten Bengkulu Utara mencapai 666,67 Km. Kondisi jalan Kabupaten Bengkulu Utara pada Tahun 2009 kondisi baik 45%, Kondisi sedang 30%, dan 25% kondisi rusak berat.

Kondisi jalan Kabupaten Bengkulu Utara pada kondisi baik, pada Tahun 2008 47,07 % turun menjadi 9,19 % pada Tahun 2009. Hal ini disebabkan pada Tahun 2007 Kabupaten Bengkulu Utara mengalami gempa bumi yang sangat dahsyat, yang menyebabkan banyaknya infrastruktur jalan, jembatan, irigasi, sekolah dan sarana kesehatan rusak berat.

Untuk itu pembangunan infrastruktur di Kabupaten Bengkulu Utara difokuskan kepada pembangunan jalan, jembatan, irigasi, sekolah dan sarana kesehatan serta sarana infrastruktur lainnya pada peiode RPJMD ini.

5. Daerah Kabupaten Bengkulu Utara termasuk daerah rawan bencana

Kabupaten Bengkulu Utara secara geologis terletak pada jalur pertemuan antara Lempeng Eurasia dengan Lempeng Indo-Australia dimana pertemuan antara dua Lempeng tersebut berada di Samudera Indonesia dan merupakan daerah subduksi berpotensi sebagai sumber gempa bumi tektonik serta Patahan Semangko pada bagian barat dari Pulau Sumatera membujur dari arah utara ke arah selatan, maka pada umumnya wilayah Kabupaten Bengkulu Utara merupakan daerah rawan bencana alam gempa bumi. Apabila pusat gempa (epicentrum) tersebut berada di lautan maka dapat berakibat terjadinya tsunami.

Dengan panjang pantai (termasuk pantai Enggano) sekitar 239,1 Km dan ketinggian rata-rata kurang dari 30 meter dari permukaan laut maka kawasan pesisir Bengkulu Utara juga merupakan daerah rawan bencana tsunami, yaitu desa-desa pesisir mulai dari Kecamatan Air Napal, Air Besi, Lais, Batik Nau, Ketahun sampai Kecamatan Putri Hijau serta Pulau Enggano.

Sebagian besar terletak pada pesisir pantai. Hampir semua desa yang berada di kawasan pesisir potensial terkena bencana tsunami, yaitu desa tepi pantai mulai dari Kecamatan Air Napal, Air Besi, Lais, Air Padang, Batik Nau, Ketahun sampai Kecamatan Putri Hijau.

Kawasan Rawan Bencana Longsor, bahaya longsor merupakan ancaman bencana alam yang mempunyai cakupan paling luas dibanding ancaman bahaya alam lainnya di Kabupaten Bengkulu Utara. Sebagian besar penyebab longsor diduga karena penggundulan hutan atau areal dengan kemiringan di atas 30%. Dari seluruh kecamatan yang ada hanya Kecamatan Padang Jaya dan Kerkap yang mempunyai potensi longsor.

(12)

Kawasan rawan banjir, sebagian besar terdapat di Kecamatan Lais, Batik Nau, Air Besi dan kawasan pesisir lainnya. Penyebab utama dari banjir pada kawasan tersebut adalah karena kerusakan kawasan tangkapan air, sehingga terjadi surface run off (limpasan) yang tinggi sehingga badan sungai tidak mampu menampung limpasan pada wilayah cekungan/datar. Meskipun demikian untuk kawasan banjir di Kecamatan Lais , Batik Nau, Air Besi dan kawasan pesisir lainnya juga disebabkan karena daerah cekungan yang cukup luas, sehingga pada saat musim hujan juga terjadi genangan (banjir) yang luas.

Wilayah Kabupaten Bengkulu Utara berada di Pulau Sumatera yang merupakan wilayah rawan terhadap bencana alam gempa bumi. Hal ini dikarenakan Pulau Sumatera berada pada jalur pertemuan antara Lempeng Eurasia dengan Lempeng Indo-Australia, dimana pertemuan antara dua lempeng tersebut berada di Samudera Indonesia dan merupakan daerah subduksi berpotensi sebagai sumber gempa bumi tektonik. Apabila gempa bumi terjadi dengan pusat gempa (epicentrum) di lautan maka dapat berakibat terjadinya tsunami, mengingat wilayah Kabupaten Bengkulu Utara memiliki panjang pantai (termasuk pantai Enggano) sekitar 239,1 Km dan ketinggian rata-rata kurang dari 30 meter dari permukaan laut, maka Kabupaten Bengkulu Utara merupakan daerah rawan tsunami.

Sementara itu di daratan Pulau Sumatera juga terdapat sumber gempa tektonik lainnya berupa Patahan Semangko pada bagian Barat dari Pulau Sumatera membujur dari arah utara ke arah selatan. Selain itu secara vulkanik, Kabupaten Bengkulu Utara juga rawan terhadap bencana gempa bumi vulkanik yang disebabkan oleh aktivitas gunung berapi yang ada di Pulau Sumatera.

6. Masih tingginya angka kemiskinan

Pada Tahun 2006 persentase penduduk miskin di Kabupaten Bengkulu Utara berjumlah 26,18%, sedangkan pada Tahun 2007 menurun menjadi 24,99%. Pada Tahun 2006 ke Tahun 2007 terjadi penurunan persentase penduduk miskin 1,19%. Sedangkan dari Tahun 2007 ke Tahun 2008 persentase penduduk miskin Bengkulu Utara menurun dari 24,99% pada Tahun 2007 menjadi 22,74% pada Tahun 2008, penurunannya mencapai 2,25%.

Jika dibandingkan persentase penduduk miskin di Provinsi Bengkulu persentase penduduk miskin Bengkulu Utara lebih tinggi. Pada Tahun 2006 persentase penduduk miskin Bengkulu Utara mencapai 26,18%, sedangkan persentase penduduk miskin di Provinsi Bengkulu 24,72%.

Masih tingginya persentase penduduk miskin di Kabupaten Bengkulu Utara disebabkan karena sebagian besar masyarakat tidak memiliki lahan pertanian produktif, sehingga tidak bisa mencukupi kebutuhan gizi dan tidak bersekolah, kondisi seperti ini terjadi turun-temurun. Penduduk miskin terbanyak di Kabupaten Bengkulu Utara berada di daerah terisolir dan sulit dijangkau transportasi umum, sehingga hal ini menyebabkan akses pendidikan dan kesehatan masih belum maksimal diperoleh oleh penduduk miskin di daerah tersebut.

7. Ketahanan pangan

Kontribusi sub sek sektor ketahanan pangan terhadap perekonomian daerah cenderung mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Secara riil, hal ini antara lain disebabkan oleh tingginya tingkat konversi lahan dari lahan tanaman pangan menjadi lahan non tanaman pangan, khususnya tanaman perkebunan, baik perkebunan rakyat maupun perkebunan milik perusahaan besar swasta.

(13)

Sementara kecenderungan petani melakukan konversi lahan tersebut antara lain disebabkan oleh masih rendahnya tingkat pendapatan yang diperoleh dari usaha tani tanaman pangan. Terjadinya konversi pada lahan sawah beririgasi teknis, terutama disebabkan tidak tercukupinya air irigasi secara memadai dan berkelanjutan, serta tingginya gangguan hama penyakit tanaman. Implementasi dari Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah hal mendesak dalam rangka antisipasi konversi lahan tersebut serta dalam rangka peningkatan ketahanan pangan di Kabupaten Bengkulu Utara di masa yang akan datang.

8. Upaya peningkatan kualitas pelayanan publik yang baik

Pelayanan publik dewasa ini telah menjadi isu yang semakin strategis karena kualitas kinerja birokrasi pelayanan publik memiliki implikasi yang luas dalam kehidupan ekonomi dan politik. Dalam kehidupan ekonomi, perbaikan kinerja birokrasi akan bisa memperbaiki iklim investasi di Kabupaten Bengkulu Utara. Kinerja birokrasi pelayanan publik di Kabupaten Bengkulu Utara sering mendapat sorotan dari masyarakat menjadi determinan/faktor penentu yang penting dalam mendukung investasi.

Kondisi yang diharapkan dalam penyelenggaraan pelayanan publik antara lain semakin meningkatnya kualitas pelayanan publik dalam wujud pelayanan yang cepat, mudah, berkeadilan, berkepastian hukum, transparan, aman, tepat, biaya yang wajar, dan dapat dipertanggungjawabkan serta menghilangkan peluang pungutan tidak resmi. Disamping itu perlu diupayakan pola-pola pelayanan yang efektif yang memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan.

Pemanfaatan dan pengembangan E-Government di lingkungan instansi pemerintah dengan didukung penyediaan sarana dan prasarana, SDM yang memadai serta data dan informasi yang akurat, diharapkan dapat dilaksanakan dengan baik sehingga dapat menunjang

kualitas pelayanan.

9. Pemanfaatan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan

Pembangunan berwawasan lingkungan adalah pembangunan berkelanjutan yang mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan cara menserasikan aktivitas manusia dengan kemampuan sumber daya alam untuk menopangnya. Dalam pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara pada masa yang akan datang maka berorientasi pada pemanfaatan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan.

Pengembangan sektor perkebunan juga ditandai oleh semakin meningkatnya investasi swasta di bidang perkebunan di Kabupaten Bengkulu Utara. Sampai dengan Tahun 2010 terdapat sebanyak 23 Perkebunan Besar Swasta (PBS) yang terdiri dari 12 Perkebunan Besar Swasta (PBS) dengan komoditi kelapa sawit, 5 Perkebunan Besar Swasta (PBS) dengan komoditi karet dan 6 Perkebunan Besar Swasta (PBS) dengan komoditi kakao, dengan luas konsesi seluruhnya mencapai 70.678 Ha.

Sektor pertambangan dan penggalian di Kabupaten Bengkulu Utara memiliki peran yang cukup signifikan terhadap pembentukan PDRB dan menduduki peringkat ketiga kontribusinya. Pada Tahun 2006 kontribusi sektor ini sebesar 14,08%, meningkat menjadi 14,30% pada Tahun 2006 dan naik menjadi 15,55% pada Tahun 2007. Namun pada Tahun 2008 terjadi penurunan menjadi 12,06%. Penurunan ini disebabkan sebagian potensi bahan galian tambang masuk dalam kabupaten pemekaran.

(14)

Kondisi Kabupaten Bengkulu Utara sebagian besar bergerak dalam sektor pemanfaatan sumber daya alam sebagaimana tersebut di atas, maka dalam pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara pada masa yang akan datang berorientasi pada pembangunan yang berwawasan lingkungan.

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum proses pembuatan kitin-kitosan meliputi empat tahap; yaitu demineralisasi bertujuan untuk mengurangi kadar mineral dengan mengunakan asam konsentrasi

Dari hasil analisa penulis memberikan kesimpulan bahwa penerapan sistem pengendalian intern pemberian kredit pada Koperasi Simpan Pinjam Kharisma Mitra Karya kurang

algoritma C4.5 Uji coba bertujuan membandingkan performa algoritma C4.5 dengan algoritma AHP- TOPSIS sebagai sistem pendukung keputusan proses seleksi penerima

Soetomo Surabaya merupakan Rumah Sakit Kelas A, Rumah Sakit Pendidikan dan Rumah Sakit Rujukan tertinggi untuk wilayah Indonesia Bagian Timur dipandang perlu untuk meningkatkan

Untuk memastikan kondisi tersebut, maka ditambahkan stopping rule sehingga rule yang baru hanya dipenuhi oleh kasus yang bersesuaian dan tidak oleh kasus lainnya, kecuali bila

Sistem kemudian melakukan pembacaan terhadap seluruh file untuk mengambil data huruf Katakana, menyimpan hasil pembacaan dalam struktur data, dan kemudian melakukan

Dari data yang dikumpulkan selama masa penelitian disimpulkan bahwa cacat dominan yang sering terjadi dengan nilai RPN tertinggi disebabkan antara lain karena beberapa faktor

#da bebera4a ma6am 6ara 4embuatan brem 4adat. Pada fermentasi ketan men9adi ta4e, berlangsung akti=itas en/im yang dikeluarkan oleh ka4ang dan khamir. !n/im tersebut