• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - DOCRPIJM 1503910453BAB 4 Isu isu strategis ok 13 Agustus 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - DOCRPIJM 1503910453BAB 4 Isu isu strategis ok 13 Agustus 2016"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

4.1. Permasalahan Pembangunan

1. Secara geologi, tingkat kemampuan tanah sangat bervariasi dari rendah

sampai tinggi, semakin banyak faktor penghambat yang dijumpai di suatu

wilayah seperti lereng terjal, ketersediaan air kurang dan mudah terjadi

erosi, maka dapat dikatakan kemampuan pada wilayah tersebut rendah.

Bila ditinjau dari latar belakang geomorfologi dan geologinya, tanah di

Kabupaten PEGAF sangat rawan erosi, rawan longsor, di samping itu

tebing cenderung rawan gugur.

2. Salah satu indikator kualitas kependudukan yang mencolok yang terdapat

di Kabupaten PEGAF adalah kepadatan penduduk yang masih sangat

rendah yakni rata-rata 9.6 jiwa/km2 (Provinsi Papua Barat = 27 jiwa/km2).

Dari permasalahan ini dapat dinilai sebagai besarnya peluang ekonomi,

dari sisi lain rendahnya tingkat hunian suatu wilayah dapat pula dilihat

sebagai wilayah yang kurang memiliki daya tarik.

3. Dari segi sumberdaya alam, Kabupaten PEGAF memiliki kekayaan alam

yang besar berupa hamparan hutan tropika humid yang sangat luas yang

didalamnya terdapat kawasan lindung. Kawasan lindung dimana Cagar

Alam Pegunungan Arfak (CAPA) berada merupakan modal dasar dalam

perencanaan pembangunan pariwisata berbasis Agro-ekowisata. Di

kawasan lindung ini pula terkandung sumberdaya andalan berupa batu

bara dan mineral galian.

4. Secara kultural penduduk Asli Kabupaten PEGAF masih terpisah oleh

sekat-sekat nilai adat yang dalam beberapa hal sangat eksklusif. Dari segi

pendidikan, pendatang cenderung memiliki pendidikan lebih tinggi.

Orientasi Adat Asli dalam memanfaatkan sumber alam pada umumnya

mengandung kebijakan ekologi yang tinggi.

5. Jaringan jalan merupakan salah satu unsur utama yang diperlukan dalam

proses pemaduan potensi-potensi wilayah ke dalam satu sistem interaksi

(2)

keruangan yang produktif antara sumberdaya, baik yang ada di dalam

wilayah maupun yang ada di luar wilayah dapat dikembangkan di

Kabupaten PEGAF. Dari segi fisik pembangunan jalan berhadapan dengan

medan pegunungan yang dari segi geomorfologi sangat rawan. Ini berarti

beban biaya konstruksi dan beban biaya perawatan sangat mahal.

Pengembangan jaringan menerobos pegunungan yang sebagian berfungsi

sebagai kawasan lindung dan kawasan hutan produksi akan merangsang

eksploitasi hutan dan tambang yang secara ekologis sulit dikendalikan

keamanannya.

6. Minimnya infrastruktur di suatu wilayah seperti kondisi jalan, alat

transportasi, penerangan dan air bersih seringkali menjadi penyebab

kemiskinan suatu wilayah. Meskipun di wilayah tersebut dihasilkan

produk-produk pertanian atau lainnya, namun karena minimnya infrastruktur maka

produk tersebut tidak dapat dipasarkan dengan baik. Hal ini akan

menciptakan daerah-daerah Enclave (daerah-daerah tertutup akses

sehingga tidak berkembang dan miskin) di PEGAF.

7. Di bidang perlindungan dan pengamanan masyarakat, permasalahan yang

dihadapi adalah kurangnya sumberdaya manusia yang menangani

perlindungan dan pengamanan serta minimnya prasarana dan sarana yang

mendukung bidang tersebut, sementara di Kabupaten PEGAF merupakan

wilayah yang rawan bencana alam terutama Gempa Bumi, Banjir, dan

longsor.

8. Permasalahan yang dihadapi di bidang kependudukan dan sumberdaya

manusia Kabupaten PEGAF adalah kualitas dan kuantitas SDM yang

masih rendah, SDM belum mampu bersaing dalam dunia global yang

semakin menuntut kompetensi tinggi, jumlah penduduk tidak merata dan

tersebar dalam kelompok-kelompok kecil di daerah pedalaman.

9. Permasalahan di bidang pendidikan yang terjadi di Kabupaten PEGAF

antara lain perlunya peningkatan pengetahuan masyarakat, pemerataan

pendidikan di berbagai jenis dan jenjang pendidikan, peningkatan mutu dan

relevansi pendidikan di semua jenjang pendidikan, peningkatan pelayanan

(3)

10. Sementara di bidang kebudayaan, sebagaimana diketahui bahwa

Kabupaten PEGAF memiliki masyarakat yang masih homogen etnis Arfak

dan hanya sebagian kecil etnis Papua lain dan Non Papua yang berasal

dari luar Papua. Besarnya jumlah migran yang masuk ke wilayah Provinsi

Papua Barat telah menimbulkan berbagai persoalan budaya dalam

interaksi antar etnik pendatang dengan penduduk setempat. Salah satu

persoalan yang menonjol yang dialami oleh Suku Asli Papua Barat adalah

peliknya masalah hak ulayat.

11. Kabupaten PEGAF mempunyai luas wilayah 2.773,74 Km2, sebagian besar

berupa daerah hutan.Dengan luas hutan yang sedemikian besar maka

produksi hasil hutan merupakan andalan untuk memperoleh pendapatan

bagi Kabupaten PEGAF. Pelanggaran lalu lintas hasil hutan, tebang liar

serta perambahan hutan cenderung meningkat sementara jumlah personil

pengamanan perlindungan hutan (JAGAWANA) terbatas dan belum

didukung oleh sarana operasional yang memadai. Permasalahan lainnya

adalah belum adanya data yang akurat tentang luas dan letak lahan kritis

sehingga kurang membantu dalam penyusunan program. Pelaksanaan

proyek reboisasi dan penghijauan di hutan lindung sering terhambat

dengan masalah okupasi lahan/perambahan hutan oleh masyarakat yang

status kepemilikannya belum jelas.

12. Dalam setiap kegiatan pengembangan wilayah, salah satu bidang yang

sangat penting untuk diperhatikan adalah bidang infrastruktur. Bila dilihat

dari wilayah Kabupaten PEGAF yang sangat luas dengan jarak antar distrik

yang relatif jauh menjadikan permasalahan infrastruktur terutama jalan

menjadi hal yang sangat krusial dan urgent.

13. Di bidang agroindustri berbasis rumah tangga, kendala yang dihadapi

adalah pelaksanaan kegiatan yang belum terkoordinasi dengan baik dan

dibutuhkan upaya untuk mengubah pola pikir petani terhadap

pembaharuan dan penerimaan inovasi bidang agribisnis dan agro industry

guna mendukung upaya pembangunan berbasis agrowisata di Kabupaten

PEGAF.

14. Di bidang pariwisata, realitas pembangunan kepariwisataan baik wisata

(4)

skenario/wacana, sehingga belum dikembangkan dan dikelola secara

profesional.

4.1.1. Permasalahan Internal

1. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten PEGAF belum

maksimal (baru 72,60%).

2. Budidaya tanaman perkebunan seperti pisang, jambu dan mangga telah

dilaksanakan hanya pada beberapa distrik yaitu Distrik Minyambouw,

Catubouw dan Hingk. Sebanyak 7 distrik yang lain belum mengusahakan

sesuai potensi yang ada.

3. Pada distrik Minyambouw dan Hingk, Anggi Gida telah diusahakan

budidaya tanaman pangan padi ladang, palawija dan jagung. Pada distrik

yang lain tidak sesuai potensi wilayah. Produktivitas tiga jenis tanaman

pangan yang diidentifikasi yaitu padi ladang, palawija dan jagung

berpotensi dikembangkan sebagai komoditas unggulan.

4. Hanya Distrik Minyambouw, Hingk, Anggi, dan Anggi Gida yang

mengusahakan jenis tanaman hortikultura seperti tanaman cabe, bawang

merah, kentang, kunyit dan sayuran, sedangkan distrik yang lain

produktivitasnya rendah. Diperlukan intervensi teknologi dan inovasi

pertanian.

5. Beberapa rumah tangga di distrik Taige dan distrik Testega yang telah

melakukan budidaya perikanan darat. Terdapat dua distrik seperti Anggi

dan Minyambouw belum maksimal mengusahakan potensi perikanan

sesuai potensi yang ada.

6. Rumah Tangga di Distrik Hingk dan di Distrik Catubouw yang melakukan

upaya penangkapan satwa/tumbuhan liar dan pemungutan hasil hutan.

7. Potensi pengembangan ternak lokal khususnya babi dan ayam kampung

belum maksimal

8. Potensi pengembangan sapi potong di Distrik Minyambouw, Catubouw dan

Hingk belum maksimal

9. Potensi sumber energi lainnya adalah PLTA yang telah dimanfaatkan

(5)

penerangan selama 24 jam terutama di Distrik Menyambouw, Membey dan

Testega.

10. Serapan tenaga kerja lokal di sektor bangunan di Kabupaten PEGAF masih

sangat rendah, hal ini disebabkan tenaga kerja lokal yang tersedia belum

terampil/belum memiliki skill dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan

kontruksi.

11. Potensi pariwisata berbasis sumberdaya social budaya dan ekologi

(agro-eko-wisata) di Kabupaten PEGAF belum dikembangkan secara maksimal.

12. Hubungan antar wilayah distrik melalui jalur jalan darat, jalur penerbangan

udara maupun membangun sistem komunikasi dengan provider yang dapat

menyediakan jangkauan layanan yang lebih baik belum terwujud.

13. Pembangunan sektor perbankan dan investasi belum maksimal.

14. Kabupaten Pegaf merupakan daerah rawan bencana alam seperti longsor

dan banjir dan daerah yang berpotensi gempa.

4.1.2. Permasalahan Eksternal

1. Pelayanan umum masih mengalami kendala dengan belum memadainya

layanan akses internet, telekomunikasi dan regulasi untuk rencana

investasi daerah.

2. Introduksi tanaman dan ternak dari luar dan persaingan dengan produk luar

di pasar.

3. Adanya kerusakan lingkungan akibat eksploitasi dari pemegang modal kuat

dengan memanfaatkan aspek social-budaya dan ekonomi masyarakat

yang rentan.

4. Displin guru berkarya belum sesuai harapan karena pengaruh berbagai hal

seperti terbatas jumlah dan kualitas rumah yang mendukung kinerja di

daerah dingin ini.

5. Belum tersedia semua kebutuhan hidup sehari- hari menyebabkan kinerja

SDM aparatur pemerintah baik ditingkat SEKDA, SKPD, Distrik dan

Kampung serta tenaga Pendidik (Guru) dan Kependidikan cenderung

(6)

6. Belum dideskripsikannya obyek wisata yang tersebar di Pegunungan Arfak

secara baik oleh para ahli sebagai modal dasar dan sektor pendorong atau

penggerak (driven sector) pembangunan di Pegunungan Arfak.

7. Kurangnya tenaga professional dan pendanaan untuk menunjang program

kebudayaan dan pariwisata di Kabupaten PEGAF.

4.1.3. Analisis Lingkungan Internal

1. Secara fisiografi, hampir semua distrik memiliki persentasi wilayah masuk

dalam kategori moderate steep, steep dan extremly steep (sangat curam

dengan kemiringan >40%).

2. Terbentuknya Pegunungan Arfak banyak dipengaruhi oleh lipatan dan

patahan/sesar, yakni Sesar Sorong (SFZ), Sesar Ransiki (RFZ), Sesar

Lungguru (LFZ), dan Sesar Tarera-Aiduna (TAFZ). Sehingga termasuk

kawasan rawan bencana.

3. Curah hujan yang tinggi mencukupi ketersediaan air dan sumber air di

Kabupaten Pegunungan Arfak. Selain, terdapat 2 danau, hal ini ditunjukkan

pula oleh banyaknya sungai yang mengalir di setiap distrik. Hampir di

setiap kampung terdapat sungai kecil untuk kepentingan minum, cuci, dan

kakus.

4. Merujuk pada kondisi curah hujan di wilayah Kabupaten Pegunungan

Arfak, maka wilayah tersebut termasuk dalam tipe iklim A karena semua

bulan merupakan bulan basah dengan curah hujan >100 mm. Secara

spasial, sebaran curah hujan pada wilayah kabupaten Pegunungan Arfak

dapat dikelompokkan atas 4 zona, maka Kabupaten Pegunungan Arfak

termasuk dalam zona 1 kerena curah hujannya adalah 3.129,84 mm/thn.

5. Berdasarkan kategori tipe tutupan lahan hutan, bahwa tutupan lahan di

setiap distrik masuk dalam kategori Hutan Lahan Kering Primer dengan

presentasi mulai dari 35,55% sampai dengan 97,41%.

6. Lahan di Kabupaten Pegunungan Arfak sebagian besar tertutup hutan

dataran tinggi (hutan primer dan sekunder), rumput, perdu, serta pada

ketinggian di atas 2.000 mdpl sudah ditumbuhi jenis vegetasi berdaun

jarum. Sebagian lahan di daerah ini digunakan untuk pemukiman dan

(7)

(shifting cultivation)—yang ditanami berbagai jenis tanaman pangan seperti

ubi-ubian dan sayuran.

7. sebagian besar (80%) wilayahnya masuk dalam kawasan Hutan Lindung

(HL) dan Cagar Alam, yakni Cagar Alam Pegunungan Arfak (CAPA).

8. Sektor pertanian hingga saat ini masih memberikan kontribusi terbesar

dalam pembangunan ekonomi wilayah di Kabupaten Pegunungan Arfak

(PDRB kabupaten) sebesar 72,60%.

9. Jumlah rumah tangga terbanyak yang mengupayakan tanaman pangan

padi ladang, palawija dan jagung hanya berada di Distrik Minyambouw

(27,63%) dan Distrik Hingk (23,85%). Rumah tangga petani yang

mengusahakan pertanian sub sektor tanaman hortikultura terbanyak

berada di Distrik Minyambouw (33,19%) dan Distrik Hingk (25,02%). Jenis

tanaman hortikultura yang diusahakan oleh masyarakat di kedua distrik

tersebut adalah tanaman cabe, bawang merah, kentang, kunyit, dan

sayuran. Jumlah rumah tangga yang mengusahakan tanaman perkebunan

pisang, jambu, dan mangga adalah rumah tangga petani yang berasal dari

Distrik Minyambouw (60,06%), Distrik Catubouw (20,13%) dan Distrik

Hingk (19,81%). Jenis ternak yang diusahakan oleh masyarakat adalah

sapi potong, kambing, babi, ayam lokal, itik, dan itik manila. Rumah tangga

terbanyak yang mengusahakan ternak berada di Distrik Menyambouw

(38,05%) disusul oleh Distrik Anggigida (11,15%), Distrik Membey

(10,06%), Distrik Didohu (9,92%) dan Distrik Catubouw (8,13%), jumlah

rumah tangga yang mengusahakan perikanan darat/budidaya terbanyak

berada di Distrik Taige (40,18%), sedangkan jumlah rumah tangga yang

paling sedikit mengusahakan sub sektor perikanan darat/budidaya terdapat

di Distrik Testega (13,39%).

10. Terdapat 3 jenis pengelompokan komoditas tanaman pangan yang

diidentifikasi dari 10 wilayah distrik di Kabupaten PEGAF yaitu padi ladang,

palawija dan jagung. untuk tanaman cabe dapat dikembangkan di Distrik

Membey dan Anggi Gida, bawang merah dapat diupayakan

pengembanganya di Distrik Sururey, Membey dan Anggigida, tanaman

kentang dapat dikembangkan di Distrik Sururey, Anggi, Taige, Didohu dan

Anggigida, tanaman kunyit dapat dikembangkan di Distrik Hingk, tanaman

(8)

agro-ekologis wilayah distrik Minyambouw memiliki potensi untuk

mengembangkan tanaman perkebunan khususnya jeruk dan mangga,

distrik Catubouw dan distrik Anggigida berpotensi dikembangkan tanaman

perkebunan pisang, distrik Hingk berpotensi bagi pengembangan tanaman

pisang dan mangga. potensi pengembangan khususnya ternak lokal

khususnya babi dan ayam kampung berpotensi dikembangkan pada

semua distrik, sedangkan ternak introduksi seperti sapi potong berpotensi

dikembangkan di Distrik Menyambouw, Catubouw, dan Hingk, ternak

kambing berpotensi dikembangkan di Distrik Membey, Menyambouw, dan

Hingk, ternak itik dan itik manila dapat dikembangkan di Distrik

Menyambouw, Anggigida, dan Taige.

11. Kontribusi sektor pertambangan terhadap pembangunan di Kabupaten

PEGAF sebesar 0.18%. Potensi sumberdaya alam di sektor pertambangan

dan galian meliputi seng, tembaga, uranium, timah, dan emas.

12. Kontribusi sektor bangunan selama periode 2013-2015 terhadap PDRB

Kabupaten PEGAF sebesar 3,63%. Kontribusi sektor ini akan terus

meningkat seiring dengan berjalannya pembangunan terutama

pembangunan fisik

13. Kontribusi sektor ini masih sangat kecil (0.05%) terhadap PDRB Kabupaten

PEGAF.

14. Transportasi dan komunikasi merupakan urat nadi pembangunan ekonomi

di Kabupaten PEGAF.

15. Struktur penduduk Kabupaten Pegunungan Arfak termasuk dalam struktur

penduduk muda, karena masing-masing kelompok umur pada selang 20 –

34 tahun memiliki proporsi terbanyak (>3.000 jiwa), diikuti kelompok umur

antara 0 – 19 tahun (>2.000 jiwa); sedangkan pada kelompok 35 – 64

tahun hanya berksar 1.900 jiwa - 173 jiwa.

16. rasio ketergantungan penduduk untuk Kabupaten Pegunungan Arfak

sebesar 47,86 atau 48. Artinya, setiap 100 penduduk yang produktif secara

ekonomi di Kabupaten Pegunungan Arfak harus menanggung 48 penduduk

tidak produktif.

17. Rata-rata tingkat kepadatan penduduk (population dencity) adalah 9,64

(9)

menurun sebesar 1,19%/tahun dibandingkan dengan pertumbuhan

penduduk tahun 2012/2013 sebesar 3,37%/tahun pada tahun 2014.

18. Jumlah penduduk tiap distrik tersebut apabila didistribusikan menurut luas

wilayah yang produktif secara pertanian (arable land dencity), maka

wilayah Kabupaten Pegunungan Arfak termasuk tingkat kepadatan tinggi,

dimana distrik Membey merupakan yang terpadat, diikuti Minyambouw, dan

Testega.

4.1.4. Analisis Lingkungan Eksternal

1. Belum berjalannya promosi dan informasi rencana pembangunan PEGAF

dapat diakses secara online oleh stakeholder/shareholder pembangunan.

Hal ini karena layanan akses internet belum memadai.

2. Belum intensnya kerjasama dengan lembaga lain dalam penyusunan

rencana pembangunan.

3. Rencana investasi di PEGAF masih terkendala regulasi dan kebijakan

pemerintah yang telah dan atau akan berlaku.

4. Sistem administrasi berbasis on-line saat ini yang dilaksanakan oleh

perintah menyebabkan daerah PEGAF yang notabene sebagai kabupaten

baru masih sulit terjangaku fasilitas IT. Hal ini sangat menghambat segala

urusan administrasi yang bersifatdaringdi PEGAF.

5. Alokasi penerimaan CPNS rendah serta brain drain SDM kepegawaian

PEGAF (negatif).

6. Penggunaan narkoba dan minuman beralkohol masih digunakan oleh pihak

aparatur pemerintah dan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan regulasi

dan komitmen pimpinan daerah serta pihak keamanan untuk membantu

mengatasi kecenderungan penggunaan obat-obatan terlarang.

7. Perlu pembentukan Perda yang khusus mengatur mengenai bahaya

narkoba, illegal logging dan illegal mining, serta ketertiban sosial yang

memungkinkan terciptanya solidaritas masyarakat yang tinggi.

8. Perlu Dibentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang bertugas

(10)

9. Sosialisasi APBD dari provinsi dan kabupaten kepada publik jarang

dilakukan.

10. Dana transfer dari pemerintah provinsi dan pemerintah pusat seringkali

terlambat.

11. Pelayanan publik kepada masyarakat dari lembaga-lembaga pemerintah/

SKPD biasanya lama dan terlambat.

12. Jalan poros utama dan jembatan Manokwari-Anggi dan Anggi-Ransiki

sedang dalam proses pengerjaan.

13. Mobilitas faktor produksi pembangunan namun rawan kecelakaan lalulintas

darat.

13. Pengembangan fasilitas perekonomian berupa koperasi pada setiap pusat

kegiatan perkotaan dan perdesaan. Pengembangan ekonomi dan

perdagangan dengan pengutamaan UKM. Penetapan skenario ekonomi

wilayah yang menunjukkan kemudahan dalam berinvestasi dan penjelasan

tentang kepastian hukum yang menunjang investasi.

14. Rencana pengembangan koperasi/UKM belum terlaksana dan Dana

pengembangan masih kurang.

15. Belum ada wadah/media dalam hal pemberdayaan perempuan dan

masyarakat untuk aktualisasi diri di Kabupaten PEGAF.

16. Program pembangunan yang dilaksanakan oleh pihak-pihak luar di PEGAF

seringkali Bias Gender, artinya hanya melibatkan kaum Bapak/laki-laki.

17. Brain drain SDM kepegawaian PEGAF (negatif).

4.2. Isu-isu Strategis

Isu-isu strategis dirumuskan dengan memperhatikan identifikasi

permasalahan Kabupaten Pegaf, Provinsi Papua Barat, isu dunia internasional,

serta penelaahan kebijakan pembangunan nasional dan daerah lain di sekitar

kabupaten Pegaf. Isu strategis merupakan dasar dalam perumusan visi dan misi

(11)

4.2.1. Penelaahan Isu-isu Strategis Global, Nasional, dan Provinsi Papua Barat

Perumusan isu strategis Kabupaten Pegaf dilaksanakan dengan

memperhatikan kebijakan pembangunan jangka menengah nasional agar

tercipta suatu keserasian dan keterpaduan dalam pembangunan. Analisis

isu-isu strategis dilakukan untuk meningkatkan akseptabilitas prioritas pembangunan

sehingga dapat dioperasionalkan dan secara moral dan etika birokrasi dapat

dipertanggung jawabkan. Dalam mengidentifikasi isu-isu strategis bukan hanya

mempertimbangkan isu-isu strategis daerah lain tetapi juga kesesuaian dan

dinkronisasi dengan arah kebijakan pembangunan jangka menengah nasional

dan kebijakan pembangunan jangka menengah Provinsi Papua Barat. Isu-isu

strategis Internasional, kebijakan nasional, dan reginonal (Provinsi Papua Barat),

(12)

Dinamika Internasional dan rasa cinta tanah air.

(13)

4.2.2. Penelaahan RPJM Daerah Lain

Dalam menentukan isu-isu strategis di Kabupaten Pegaf, perlu

diperhatikan pula isu-isu strategis daerah lain. Penelaahan RPJMD diperlukan

karena adanya persamaan kepentingan/tujuan atau upaya-upaya strategis yang

harus disinergikan dan adanya persamaan permasalahan pembangunan yang

memerlukan upaya pemecahan dan adanya agenda pembangunan

kewilasayahan yang menentukan kewenangan bersama (khususnya pada

daerah-daerah yang letaknya di daerah perbatasan dua wilayah) serta adanya

kebijakan pemerintah yang menetapkan suatu daerah sebagai bagian dari

kesatuan wilayah/kawasan pembangunan.

Peningkatan jumlah rumah dan permukiman layak huni Pemenuhan kebutuhan pangan

Meningkatnya investasi pemanfaatan SDA

Meningkatnya pengembangan (peran) Koperasi dan UKM dan tersedianya fasilitas yang layak dan ramah lingkungan dalam menunjang perekomian daerah Meningkatnya peran perempuan dalam pembangunan Meningkatnya pelayan transportasi

Meningkatnya pelayan akses informasi dan telekomunikasi.

Meningkatnya kualitas air permukaan (sungai dan danau) dan kualitas air tanah disertai meningkatnya pengelolaan lingkungan.

Berkurangnya resiko bencana

Menurunnya Penyimpangan Tata Ruang (Kasus Pelanggaran)

2 Kabupaten Teluk Bintuni

2011-2015 Peningkatan sumberdaya manusia yang berkualitas, bertaqwa, mandiri, dan berdaya saing.

Peningkatan kualitas pendidikan Peningkatan kualitas kesehatan

Menurunnya laju pertumbuhan penduduk dan meratanya persebaran penduduk

Meningkatnya kualitas perlindungan dan kesejahteraan sosial.

Meningkatkan infrastruktur pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta infrastruktur pelayanan publik yang kokoh dan adaptif.

Terbangunnya infrastruktur dasar daerah yang berkualitas

(14)

No. Daerah Lain

Periode

RPJMD Kebijakan Terkait

Tersedianya infrastruktur dasar, sarana, dan prasarana

perdagangan serta perekonomian yang berkualitas, seperti pasar tradisional,pusat perbelanjaan, pertokoan, serta penguatan lembaga‐lembaga ekonomi dan keuangan mikro

Tersedianya infrastruktur permukiman dan perumahan yang layak

Mewujudkan perekonomian daerah yang berbasis pada

potensi sumber daya alam dan ekonomi kerakyatan yang mandiri, tangguh, dan berdaya saing bagi terciptanya iklim usaha dan investasi yang mendorong tumbuhnya kesempatan kerja dan berkembangnya perekonomian daerah

Menurunnya secara nyata tingkat pengangguran terbuka, meningkatnya produktivitas dan

kesejahteraan tenaga kerja, serta3tumbuhnya iklim ketenagakerjaan yang kondusif

Terwujudnya pengelolaan sumber daya alam (natural resources) dan lingkungan hidup secara bijaksana dan bertanggung jawab yang memberi manfaat

sebesarbesarnya bagi masyarakat dan pemerintahan daerah.

Tersedianya perencanaan penataan ruang secara komprehensif dan lengkap sesuai dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan pembangunan sehingga dapat mewujudkan pemanfaatan ruang sesuai dengan daya dukung wilayah dan daya tampung lingkungan.

Meningkatnya kelestarian SDA dan lingkungan yang tercermin dari menurunnya kerusakan dan

pencemaran lingkungan, meningkatnya kelestarian kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung serta cagar alam

Terwujudnya iklim demokrasi, kedamaian, harmonisasi,

ketertiban, keamanan, dan menegakkan supremasi hukum.

3 Kabupaten Tambrauw

2012-2016 Peningkatan kualitas pendidikan Peningkatan kualitas kesehatan.

Peningkatan jumlah rumah dan permukiman layak huni Pemenuhan kebutuhan pangan.

Pengembangan pertanian dalam arti luas berbasis lingkungan.

Pengembangan peternakan sebagai salah satu komoditas unggulan berbasis lingkungan.

resources) dan lingkungan hidup secara bijaksana dan bertanggung jawab yang memberi manfaat

sebesar‐besarnya bagi masyarakat dan pemerintahan daerah.

(15)

No. Daerah Lain

Periode

RPJMD Kebijakan Terkait

Meningkatnya pengembangan (peran) Koperasi dan UKM dan tersedianya fasilitas yang layak dan ramah lingkungan dalam menunjang perekomian daerah Meningkatnya peran perempuan dalam pembangunan Meningkatnya pelayan transportasi

Meningkatnya pelayan akses informasi dan telekomunikasi.

Meningkatnya kualitas air permukaan (sungai) dan kualitas air tanah disertai meningkatnya pengelolaan lingkungan.

Berkurangnya resiko bencana.

Menurunnya Penyimpangan Tata Ruang (Kasus Pelanggaran).

Terwujudnya iklim demokrasi, kedamaian, harmonisasi,

ketertiban, keamanan, dan menegakkan supremasi hukum.

4 Kabupaten Manokwari Selatan

2016-2021 Pada saat penyusunan RPJMD Kabupaten Pegaf, Kabupaten Manokwari Selatan juga sedang menyiapkan Dokumen RPJMD Periode 2016-2021 sama dengan Kabupaten Pegaf, dan belum ada data dan informasi yang bisa dimasukkan sebagai

Kebijakan Kabupaten Manokwari Selatan sebagai Kabupaten yang Berbatasan dengan Kabupaten Pegaf.

4.2.3. Isu-isu Strategis Kabupaten Pegunungan Arfak

Dengan memperhatikan kebijakan pembangunan di daerah sekitar

Kabupaten Pegaf serta isu-isu jangka menengah internasional, nasional, dan

regional serta aspek lainnya, maka isu-isu strategis pembangunan Kabupaten

Pegaf Tahun 2016-2021, adalah sebagai berikut:

1. Rendahnya profesionalisme aparatur birokrasi dalam rangka mewujudkan

tata kelola pemerintahan yang baik.

2. Rendahnya kualitas dan cakupan infrastruktur wilayah (perhubungan/

transportasi, listrik, air, komunikasi dan telekomunikasi).

3. Rendahnya kualitas SDM yang ditandai dengan rendahnya kualitas dan

kuantitas pendidikan.

4. Rendahnya kualitas kesehatan masyarakat dan kualitas pelayanan

kesehatan kepada masyarakat.

5. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat

(16)

6. Degradasi kualitas lingkungan alam dan lingkungan hidup, dan sering

terjadinya bencana alam (banjir dan longsor).

Untuk penentuan data atau informasi menjadi isu-isu strategis,

sekurang-kurangnya memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Memiliki pengaruh yang besar/signifikan terhadap pencapaian sasaran

pembangunan nasional;

2. Merupakan tugas dan tanggungjawab Pemerintah Daerah;

3. Luasnya dampak yang ditimbulkannya terhadap daerah dan masyarakat.

4. Memiliki daya ungkit yang signifikan terhadap pembangunan daerah;

5. Kemungkinan atau kemudahannya untuk dikelola;

6. Prioritas janji politik yang perlu diwujudkan;

Selanjutnya, agar isu strategis dapat dilakukan penilaian secara objektif,

maka dilakukan pembobotan dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel IV-3

Skor Kriteria Penentuan Isu Strategis

No Kriteria Bobot

1 Memiliki pengaruh yang besar/signifikan terhadap pencapaian sasaran pembangunan nasional

20

2 Merupakan tugas dan tanggungjawab Pemerintah Daerah 10 3 Luasnya dampak yang ditimbulkannya terhadap daerah dan

masyarakat.

20

4 Memiliki daya ungkit yang signifikan terhadap pembangunan daerah 10

5 Kemungkinan atau kemudahannya untuk dikelola 15

6 Prioritas janji politik yang perlu diwujudkan 25

Total 100

Berdasarkan kritedia dan skor kriteria penentuan isu-isu strategis di atas,

berikut adalah pembobotan (hasil skoring) isu strategis Kabupaten Pegunungan

Arfak, seperti pada tabel berikut:

Tabel IV-4

Pembobotan Isu Strategis Kabupaten Pegunungan Arfak

No. Isu Strategis Nilai Skala Kriteria Total

1 2 3 4 5 6

1 Rendahnya profesionalisme aparatur birokrasi dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik

20 10 10 15 25 80

2 Rendahnya kualitas dan cakupan infrastruktur wilayah (perhubungan/ transportasi, listrik, air, komunikasi dan telekomunikasi).

(17)

No. Isu Strategis Nilai Skala Kriteria Total

1 2 3 4 5 6

3 Rendahnya kualitas SDM yang ditandai dengan rendahnya kualitas pendidikan.

20 10 20 10 15 25 100

4 Rendahnya kualitas kesehatan masyarakat dan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

20 10 20 10 15 25 100

5 Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dengan mendorong ekonomi lokal.

20 10 20 10 15 25 100

6 Degradasi kualitas lingkungan alam dan lingkungan hidup, dan sering terjadinya bencana alam (banjir dan longsor).

Gambar

Tabel IV-1Identifikasi Isu-isu Strategis
Tabel IV-2.
Tabel IV-3Skor Kriteria Penentuan Isu Strategis

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam sub bab ini, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan Tengah hanya akan ditelaah untuk visi, misi, tujuan, dan permasalahan saja..

Beberapa kendala dalam upaya peningkatan investasi di Kabupaten Lebak antara lain masih lemahnya sistem dan manajemen transportasi, lemahnya perlindungan terhadap tenaga

Masih tingginya angka kematian ibu, bayi dan balita di Kabupaten Ende tidak dapat dilepaskan dari permasalahan kurangnya kualitas, pemerataan dan keterjangkauan

Secara umum permasalahan pembangunan di Kabupaten Sleman sesuai dengan urusan dikelompokkan menjadi 6 (enam) bidang yaitu (1) Permasalahan Bidang Sumber Daya Manusia

 masih belum berkembangnya iklim usaha yang kondusif di daerah, sehingga belum mampu menarik investasi lokal serta belum meluasnya budaya usaha di masyarakat, yang

Salah satu implikasi tersebut adalah Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB di Kabupaten Jembrana merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan

Guna mewujudkan keseimbangan pembangunan fisik dan non fisik sebagai mediator antara sistem ekonomi dan sosial dalam kehidupan manusia masyarakat Boyolali juga memerlukan

Tema pembangunan Walikota Pasuruan 2010-2015 yang, antara lain, memberikan perhatian pada pengembangan wilayah utara, agar mampu mengejar ketertinggalanannya