• Tidak ada hasil yang ditemukan

03_BAB_03 Permasalahan dan isu strategis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "03_BAB_03 Permasalahan dan isu strategis"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

III-1 BAB III

PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH

Analisis isu-isu strategis merupakan salah satu bagian terpenting dokumen RPJPD Kabupaten Bogor karena menjadi dasar utama perumusan visi dan misi pembangunan jangka panjang. Penyajian analisis ini menjelaskan butir-butir penting isu strategis yang akan dihadapi dalam proses pembangunan daerah Kabupaten Bogor untuk kurun waktu 20 (dua puluh) tahun mendatang.

Analisis isu-isu strategis merupakan bagian penting dan sangat menentukan dalam proses penyusunan rencana pembangunan daerah baik dalam jangka panjang, jangka menengah maupun dalam jangka pendek, karena isu strategis merupakan salah satu dasar utama perumusan visi dan misi pembangunan jangka panjang daerah. Identifikasi isu yang tepat dan bersifat strategis diharapkan dapat meningkatkan akseptabilitas prioritas pembangunan, sehingga dengan mudah dapat dioperasionalkan secara moral dan dapat dipertanggungjawabkan secara etika birokratis. Pemerintahan daerah yang tidak menyelaraskan diri secara sepadan atas isu strategisnya akan menghadapi kegagalan dalam mencapai keberhasilan pembangunan daerah. Penyajian isu-isu strategis dalam penyusunan RPJPD Kabupaten Bogor meliputi permasalahan pembangunan daerah dan isu strategis.

3.1. Permasalahan Pembangunan Daerah

(2)

III-2 daerah, yang selanjutnya akan dituangkan dalam perumusan sasaran pokok RPJPD.

Identifikasi permasalahan pembangunan Kabupaten Bogor dapat diverifikasi dari informasi pada gambaran umum kondisi daerah Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil deskripsi analisis permasalahan pembangunan untuk masing-masing aspek dan urusan pemerintah, serta kesepakatan dari para pemangku kepentingan, maka permasalahan pembangunan jangka panjang Kabupaten Bogor diuraikan berdasarkan urusan sebagai berikut:

3.1.1.Urusan Wajib Yang Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar

3.1.1.1. Pendidikan

Dalam rangka peningkatan pembangunan masyarakat di Kabupaten Bogor. Salah satu sektor yang harus diperhatikan adalah sektor pendidikan, melalui indikator angka melek huruf, angka harapan hidup, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka pendidikan yang ditamatkan, angka partisipasi murni, rasio guru, cakupan layanan pendidikan, sarana prasarana pendidikan dan lain-lain, dapat terlihat upaya perbaikan yang dilakukan dalam urusan pendidikan ini. Besarnya porsi anggaran yang disiapkan dalam meningkatkan pembangunan manusia melalui pendidikan, terutama perbaikan kuantitas dan kualitas pendidikan dasar diharapkan dapat memperkuat terwujudnya sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing.

Jika dibanding dengan periode RPJMD periode sebelumnya, sektor pendidikan di Kabupaten Bogor pada tahun mengalami perbaikan dan peningkatan dalam upaya pembangunan sumber daya manusia, tetapi masih perlu dilakukan peningkatan untuk mencapai/melampaui standar nasional. Beberapa permasalahan pembangunan pada bidang pendidikan di Kabupaten Bogor adalah :

1. Masih terdapat penduduk usia sekolah yang belum mengenyam/ mendapatkan fasilitas pendidikan di jenjangnya.

(3)

III-3 3. Kualitas pendidikan belum berdaya saing.

4. Belum terdistribusinya secara proporsional pemerataan penyebaran sarana dan prasarana pendidikan serta tenaga pendidik yang berkualitas.

5. Belum terealisasi sepenuhnya ketersediaan serta keterjangkauan layanan pendidikan, khususnya bagi masyarakat yang berkebutuhan khusus dan masyarakat terpinggirkan, serta bagi wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).

3.1.1.2. Kesehatan

Berbagai usaha dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, salah satunya dengan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai. Sarana prasarana tersebut meliputi rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu (pustu), maupun mitra pelayanan kesehatan di tingkat desa terus ditingkatkan keberadaan dan kualitasnya agar tetap dapat berfungsi dengan baik sebagai penunjang kesehatan masyarakat.

(4)

III-4 Bogor. Berikut adalah permasalah terkait dengan bidang kesehatan, yaitu:

1. Jumlah puskesmas, pustu dan poliklinik yang belum memadai bila dibandingkan dengan jumlah penduduk.

2. Masih rendahnya rasio rumah sakit terhadap jumlah penduduk. 3. Masih kurangnya serta tidak meratanya jumlah dokter dan tenaga

medis.

4. Masih terdapat balita bergizi buruk.

5. Belum optimalnya pelayanan kesehatan rujukan bagi masyarakat di wilayah Kabupaten Bogor sebelah utara.

6. Belum optimalnya kinerja SDM kesehatan.

3.1.1.3. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

(5)

III-5 1. Terdapat jalan dalam kondisi rusak sebesar 15,52%

2. Minimnya penanganan jaringan irigasi

Penataan ruang adalah proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian ruang dalam rangka menciptakan keterpaduan serta keseimbangan antara pemanfaatan sumber daya yang efisien dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH) di suatu kawasan, merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam rangka menyeimbangkan penggunaan ruang perkotaan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, diatur bahwa suatu kawasan harus memiliki RTH minimal 30% dari total luas wilayahnya, dimana 20% berupa RTH publik dan 10% berupa RTH private. Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah ber HPL/HGB di Kabupaten Bogor pada Tahun 2017, sebesar 28,31 %. Hal ini berarti, RTH Kabupaten Bogor hampir memenuhi target nasional. Perlu dilakukan peningkatan ketersediaan RTH, karena RTH merupakan faktor yang berperan penting bagi perkembangan kawasan dan kesejahteraan masyarakat. RTH memiliki beberapa 2 fungsi, yaitu fungsi ekologis dan fungsi sosial-ekonomi. Fungsi ekologis RTH adalah meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara dan mengatur iklim mikro di kawasan tersebut. Fungsi sosial-ekonomi RTH adalah sebagai ruang interaksi sosial, sebagai sarana rekreasi serta sebagai lambang (landmark) suatu kawasan.

Pemerintah mengontrol jumlah dan lokasi bangunan sehingga sesuai dengan arahan RTRW. Berikut adalah permasalah terkait dengan bidang pekerjaan umum dan penataan ruang, yaitu terdapat kecenderungan meluasnya wilayah banjir.

3.1.1.4. Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman

(6)

III-6 Kabupaten Bogor terus berupaya untuk meningkatkan luas permukiman yang tertata di Kabupaten serta berusaha melengkapi pemukiman tersebut dengan sarana prasarana standar yang dibutuhkan oleh masyarakat. Perbaikan sarana dan prasarana dasar pemukiman perlu diupayakan secara berkelanjutan melalui berbagai program untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka pencapaian SDG’s.

Rasio permukiman yang layak huni di Kabupaten Bogor 0,9975, namun rasio rumah (individual dan terorganisir) yang dinyatakan layak huni sebesar 0,2473. Kondisi layak huni yang dimaksud dalam hal ini adalah memenuhi standar dan kriteria perencanaan perumahan di lingkungan perkotaan, yaitu SNI 03-1733-2004. Beberapa indikator untuk menyatakan kelayak hunian sebuah rumah adalah adanya akses air bersih dan sistem sanitasi. Rumah tinggal yang telah memiliki sanitasi di Kabupaten Bogor, pada tahun 2017 telah meningkat menjadi 70,05 %. Persentase rumah tangga berakses air bersih 47,80 %.

Perizinan merupakan salah satu proses pengendalian penataan ruang. Dengan mengeluarkan izin mendirikan bangunan (IMB). Rasio bangunan yang memiliki IMB di Kabupaten Bogor tahun 2017 tergolong cukup rendah, yaitu 0,3351. Jumlah ini perlu diperhatikan dalam rangka mewujudkan penataan ruang yang efektif dan efisien. Secara umum permasalahan yang terkait dengan urusan bidang perumahan rakyat dan kawasan permukiman, adalah:

1. Rendahnya kondisi rumah tinggal berakses sanitasi 2. Rendahnya akses rumah tangga terhadap air bersih

3. Terdapat banyak bangunan di Kabupaten Bogor yang belum ber-IMB 4. Belum optimalnya penataan kawasan permukiman di Kabupaten

Bogor.

3.1.1.5. Ketenteraman, Ketertiban Umum, dan Pelindungan

Masyarakat

(7)

III-7 Pengetahuan politik masyarakat yang mulai meningkat seringkali tidak diimbangi dengan wawasan kebangsaan yang sesuai dengan nilai dan norma sehingga perlu dilakukan peningkatan dan optimalisasi dalam hal pembinaan.

Dalam hal ketertiban dan ketentraman, rasio jumlah polisi pamong praja menggambarkan kapasitas Pemerintah Daerah dalam memelihara dan mewujudkan ketertiban umum, menegakkan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah. Di Kabupaten Bogor rasio polisi pamong praja pada tahun 2017 adalah 0,69. Hal ini berarti 10.000 penduduk Kabupaten Bogor, hanya dilayani oleh 7 orang polisi pamong praja.

Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) memiliki tugas umum pemeliharaan ketentraman dan ketertiban masyarakat serta memelihara dan menegakkan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Rasio jumlah Linmas di Kabupaten Bogor pada tahun 2015 mencapai 10,22. Hal ini berarti bahwa untuk setiap 10.000 jiwa penduduk Kabupaten Bogor dilayani oleh 8 orang petugas Linmas.

Dalam penyediaan pelayanan dan antisipasi bencana kebakaran, di Kabupaten Bogor jangkauan pelayanan mobil pemadam terhadap luas wilayah Kabupaten Bogor harus ditingkatkan. Tingkat waktu tanggap daerah layanan wilayah manajemen kebakaran sekitar 18,6 menit.

Secara umum permasalahan Bidang Ketenteraman, Ketertiban Umum, dan Pelindungan Masyarakat adalah:

1. Kurangnya jumlah Polisi Pamong Praja dalam memelihara dan menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum, menegakkan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan

2. Kurangnya jumlah Linmas untuk memelihara ketentraman/ketertiban masyarakat, serta mengkondisikan lingkungan yang kondusif

3. Belum optimalnya penanganan bencana

(8)

III-8 3.1.1.6. Permasalahan Sosial

Indikator yang digunakan untuk mengetahui kondisi sosial di Kabupaten Bogor adalah rasio jumlah rumah ibadah dengan jumlah pemeluknya. Berdasarkan standar nasional yang telah ditetapkan, yaitu SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan bahwa 1 masjid berfungsi untuk melayani 2.500 penduduk. Pada tahun 2017, rasio masjid per jumlah pemeluk agama islam di Kabupaten Bogor adalah 3,26. Dengan demikian, jumlah masjid yang terdapat di Kabupaten Bogor cukup untuk melayani penduduknya.

Selain jumlah tempat ibadah, hal yang perlu diperhatikan juga terkait penanganan penyandang masalah kesejahteraan social (PMKS). Pada tahun 2017 penanganan PMKS di Kabupaten Bogor baru tercapai sebesar 42%, hal menunjukan bahwa masih terdapat sekitar 58% kasus PMKS yang belum tertangani.

3.1.2.Urusan Wajib Yang Tidak Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar

3.1.2.1. Tenaga Kerja

Tingkat partisipasi angkatan kerja di Kabupaten Bogor pada tahun 2017 adalah 64,07 dengan rasio daya serap tenaga kerja terhadap jumlah perusahaan PMA/PMDN adalah 278 : 1. Rasio ketergantungan sebesar 49,37, angka ini berarti 100 penduduk usia produktif di Kabupaten Bogor menanggung 49 penduduk yang belum/tidak produktif. Rasio ketergantungan di Kabupaten Bogor lebih tinggi bila dibandingkan dengan rasio ketergantungan nasional (yaitu 47 %).

Sebagian besar permasalahan dalam urusan ketenagakerjaan, berkaitan dengan jenjang pendidikan serta miss match antara lulusan dan permintaan tenaga kerja. Secara umum, dapat tergambarkan permasalahannya adalah:

1. Masih tingginya tingkat pengangguran

2. Rendahnya penyerapan tenaga kerja pada perusahaan dalam negeri dibandingkan dengan jumlah penduduk pada usia produktif

(9)

III-9 3.1.2.2. Permasalahan Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan

Anak

Pemberdayaan perempuan dilaksanakan dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam pembangunan Kabupaten Bogor. Terlihat dari jumlah partisipasi perempuan di pemerintahan ada sebanyak 48,31 % dari total karyawan pemerintah di Kabupaten Bogor.

Perlindungan anak diarahkan untuk mewujudkan suatu kondisi yang menjamin hak dan tumbuh-kembang anak. Pada tahun 2017, persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah di Kabupaten Bogor adalah sebesar 48,31 %, dan di sektor swasta sebesar 53,63 %. Salah satu faktor yang melatarbelakangi perempuan lebih memilih sektor swasta, selain karena terbatasnya kebutuhan pegawai di lembaga pemerintah adalah agar mereka mampu membagi waktu antara bekerja dan mengurus keluarga.

Pada tahun 2017 angka penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan baru mencapai 41,5%, masih terdapat 58,5% yang belum tertangani. Selain itu Angka kekerasan dalam rumahtangga di Kabupaten Bogor adalah sebesar 0,000055 %, serta persentase jumlah tenaga kerja dibawah umur masih terdapat sekita 36,21%.

Secara umum permasalahan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di Kabupaten Bogor adalah minimnya tingkat partisipasi perempuan dalam pemerintahan

1. Tingkat partisipasi perempuan di lembaga pemerintahan masih rendah

2. Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan belum optimal

3. Masih terdapat tenaga kerja dibawah umur

3.1.2.3. Pangan

(10)

III-10 kehidupan sosial. Ketersediaan pangan utama di Kabupaten Bogor pada tahun 2017 (digambarkan oleh Konsumsi Normatif Perkapita terhadap Ketersediaan Bersih Serealia), terdapat sebanyak 25 Kecamatan belum swasembada, hanya 15 Kecamatan yang termasuk swasembada pangan, tetapi secara keseluruhan Kabupaten Bogor sudah mencapai swasembada pangan. Pada tahun 2017 ketersediaan pangan utama Kabupaten Bogor sebesar 61,75%, hal ini mengindikasikan bahwa 38,25% ketersediaan pangan kabupaten Bogor masih bergantung oleh pemenuhan pasokan pangan utama dari luar Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor sudah berupaya dalam membina para pelaku usaha tani guna meningkatkan produktivisas pertanian dengan program penyuluhan, namum akan tetapi jumlah penyuluh yang masih terbatas menjadi kendala tersendiri, sampai saat ini hanya terdapat 172 PPS untuk penyuluh pertanian, 42 PPS penyuluh kehutanan dan 31 PPS penyuluh perikanan. Secara umum permasalahan pangan di Kabupaten Bogor adalah:

1. Masih tingginya ketergantungan terhadap pangan utama dari luar kabupaten bogor

2. Belum terpenuhinya kecukupan cakupan pelayanan penyuluhan yang diakibatkan oleh minimnya tenag penyuluh PNS.

3.1.2.4. Pertanahan

Identifikasi masalah pada bidang pertanahan bertujuan untuk mengetahui tertib administrasi lahan sebagai kepastian dalam kepemilikan lahan. Semakin besar persentase luas lahan bersertifikat menggambarkan semakin besar tingkat ketertiban administrasi kepemilikan lahan di suatu daerah. Tahun 2017 persentase luas lahan bersertifikat di Kabupaten Bogor baru mencapai 49,35 persen. Permasalahan yang dihadapi adalah rendahnya kepemilikan lahan yang bersertifikat.

1. Rendahnya lahan yang bersertifikat

(11)

III-11 3.1.2.5. Lingkungan Hidup

Salah satu tujuan dilaksanakannya penataan ruang perkotaan adalah untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Hasil analisis menunjukkan bahwa, tahun 2017 sampah yang telah ditangani di Kabupaten Bogor sebesar 64,56 %. Hal ini berarti 35,44 % sampah yang dihasilkan belum tertangani dengan baik. Angka ini menunjukkan tingginya ketidakseimbangan lingkungan hidup di Kabupaten Bogor, yang dapat menyebabkan berbagai bencana, seperti banjir, longsor sampah, penularan penyakit melalui sampah kepada manusia dan hewan, dan sebagainya.

Rendahnya tingkat penanganan sampah di Kabupaten Bogor disebabkan oleh kurang tersedianya tempat pembuangan sampah sementara (TPSS) dan akhir (TPSA), sehingga sebagian besar masyarakat membuang sampahnya secara sembarangan. Masyarakat dan pemerintah daerah harus bekerja sama guna meningkatkan penangan sampah agar terjadinya bencana tersebut dapat dihindari atau diminimalisasi. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam aspek lingkungan hidup adalah pengedalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup antara lain disebabkan karena pengelolaan lingkungan tidak dilakukan dengan baik dan benar. Berbagai peraturan dan perundangan di bidang lingkungan hidup mensyaratkan ketentuan teknis dan administrasi yang harus ditaati oleh seluruh penanggung jawab usaha dan atau kegiatan.

Pengujian terhadap kualitas air sungai dan udara ambien dilakukan oleh BPLH setiap tahun. Evaluasi terhadap hasil pengujian ini dilakukan untuk menentukan arah kebijakan pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan dan prioritas penanganannya. Pengujian kualitas air sungai dan udara ambien dilakukan pada titik-titik prioritas yang dievaluasi setiap tahun. Secara umum permasalahan terkait dengan lingkungan hidup adalah:

1. Tingginya jumlah sampah yang belum dapat ditangani

(12)

III-12 3.1.2.6. Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Jumlah penduduk di Kabupaten Bogor pada tahun 2017 meningkat 2,41 % jika dibandingkan tahun 2016. Dalam menilai tertib administrasi kependudukan di Kabupaten Bogor, indikator yang dapat digunakan adalah jumlah penduduk yang telah memiliki KTP, KK, Akte Kelahiran dan Akte Nikah. Rasio penduduk yang telah memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebesar 0,85, kepemilikan Kartu Keluarga (KK) sebesar 100 % dan Cakupan penerbitan akta kelahiran sebesar 85,02 %.

Kepemilikan KTP dan Kartu Keluarga menunjukkan bahwa penduduk tersebut telah terdaftar sebagai penduduk di wilayah Kabupaten Bogor. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat tertib administrasi kependudukan dan catatan sipil Kabupaten Bogor sudah lebih baik, namun perlu peningkatan sehingga seluruh penduduk yang tinggal di Kabupaten Bogor terdaftar. Secara umum permasalahan yang terkait dengan kependudukan dan pencatatan sipil adalah lemahnya adminstrasi kependudukan di Kabupaten Bogor

3.1.2.7. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) berfungsi sebagai sarana berorganisasi, berbagi informasi, penyaluran aspirasi serta peningkatan pengetahuan/kemampuan untuk masyarakat setempat dalam mendukung pembangunan lingkungannya (RT/RW atau kelurahan). Jumlah kelompok binaan LPM dapat menggambarkan keaktifan masyarakat untuk ikut serta dalam pembangunan daerah melalui LPM. Jumlah ini juga menunjukkan besarnya pelayanan penunjang yang dapat diciptakan oleh pemerintah daerah Kabupaten Bogor dalam pemberdayakan masyarakat untuk berperan aktif dalam pembangunan daerah. Pada tahun 2017 persentase swadaya masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat sebesar 26,92.

(13)

III-13 (masyarakat) serta pengelolaanya dari, oleh dan untuk masyarakat menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera, maju dan mandiri, kesejahteraan, keadilan gender serta kesadaran hukum dan lingkungan.

Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk di Kabupaten Bogor, jumlah anggota PKK masih tergolong kecil. Hal ini menunjukkan kurangnya keaktifan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan atau kurangnya pelayanan penunjang yang disediakan oleh pemerintah daerah dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Permasalahan terkait bidang pemberdayaan masyarakat dan desa adalah:

1. Masih rendahnya swadaya masyarakat terhadapa pembangunan pemberdayaan masyarakat

2. Masih rendahnya kinerja pemerintah desa yang dikarenakan rendahnya SDM aparat pemerintah desa

3.1.2.8. Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

Program keluarga berencana (KB) yang digalakkan secara nasional bertujuan untuk menganjurkan setiap keluarga memiliki 2 (dua) orang anak. Pada tahun 2013-2017, setiap keluarga di Kabupaten Bogor rata-rata berjumlah 1 s/d 2 orang anak. Dengan demikian, Kabupaten Bogor dinilai berhasil membantu mensukseskan program yang digalakkan secara nasional, yaitu program KB. Namun agar program ini dapat berlangsung secara berkelanjutan, program penyuluhan KB hingga ke desa-desa harus semakin digiatkan. Secara umum permasalahan dalam pengendalian penduduk dan keluarga berencana adalah masih diperlukan peningkatan penyuluhan tentang keluarga berencana hingga ke daerah pedesaan.

3.1.2.9. Perhubungan

(14)

III-14 sebanyak 48% dari jumlah rambu rambu yang seharusnya tersedia, pemasangan rambu-rambu tersebut terus meningkat bila dibandingakan dengan tahun tahun sebelumnya namun bila dibandingkan dengan total rambu-rambu yang dipasang belum terlalu signifikan. Pada tahun 2017 rasio panjang jalan per jumlah kendaraan mencapai 0,00124 (1 : 794 ) yang artinya dalam panjang 1 km panjang jalan dapat menampung sebesar 794 kendaraan. Jumlah ini meningkat secara signifikan jika dilihat dari tahun 2012 dimana rasio panjang jalan dengan jumlah kendaraan hanya mencapai sebesar 0,0122 (1:82). Hal ini berarti belum terpenuhinya rasio panjang jalan per jumlah kendaraan ideal dalam mengimbangi pertambahan kendaran tiap tahunnya. Ketidakseimbangan ini menyebabkan kemacetan lalu lintas, yang dapat berdampak pada menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Bogor. Secara umum permasalahan dalam sektor perhubungan adalah

1. Ijin trayek yang tidak terdistribusi dengan merata

2. Rendahnya rasio panjang jalan terhadap jumlah kendaraan di Kabupaten Bogor

3. Rendahnya jumlah rambu-rambu lalu lintas di Kabupaten Bogor

3.1.2.10. Komunikasi dan Informatika

(15)

III-15 kawasan melek teknologi informasi untuk mewujudkan Kabupaten Bogor termaju.

3.1.2.11. Koperasi, Usaha Kecil, Dan Menengah

Koperasi sebagai salah satu lembaga perekonomian diharapkan sebagai penggerak roda ekonomi di suatu wilayah dan meningkatkan kesejahteraan anggota. Peran koperasi sangat penting untuk peningkatan potensi usaha kecil yang dimiliki oleh masyarakat lokal, penyedia informasi serta sebagai lembaga distribusi dan pemasaran.

Pada tahun 2017, jumlah koperasi yang aktif di Kabupaten bogor 1.279 dari total jumlah koperasi atau sebesar 74.75%. Koperasi aktif tersebut diperuntukan untuk melayani 26.532 UKM non BPR/LKM UKM dan 19 BPR/LKM. Koperasi yang aktif, sebagian besar berupa koperasi simpan pinjam Jumlah ini dinilai sangat kurang untuk menggerakkan roda ekonomi serta melayani kebutuhan masyarakat Kabupaten Bogor. Keberadaan koperasi ini perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah, karena dapat meningkatkan jumlah UKM yang berarti meningkatnya kesejahteraan masyarat Kabupaten Bogor. Disamping itu, perlu juga dikembangkan lembaga ekonomi produktif baik yang syari’ah maupun konvensional dalam rangka mendukung perekonomian di Kabupaten Bogor. Secara umum, permasalahan koperasi dan UKM adalah:

1. Masih kurangnya jumlah koperasi yang aktif untuk melayani masyarakat Kabupaten Bogor.

2. Belum semua UKM mendapatkan akses modal dan pendanaan untuk meningkatkan kapasitas usahanya atau mengembangkan produk-produk yang mampu bersaing.

3.1.2.12. Penanaman Modal

(16)

III-16 untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Bogor, pemerintah daerah perlu melakukan promosi tentang potensi daerahnya serta kemudahan-kemudahan yang akan diberikan kepada investor. Peningkatan jumlah investor dan nilai investasi berarti peningkatan aktivitas ekonomi di wilayah Kabupaten Bogor, yang berdampak pada peningkatan daya serap lapangan kerja, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bogor. Permasalahn terkait dengan penanaman modal secara umum adalah:

1. Belum tersedianya peta kawasan pembangunan dengan instrument yang sesuai untuk ruang.

2. Belum tersedianya peta potensi investasi di setiap kecamatan.

3.1.2.13. Kepemudaan dan Olah Raga

Jumlah organisasi pemuda menggambarkan kapasitas pemerintah daerah dalam mendorong dan memberdayakan masyarakat untuk berperan serta dalam menyalurkan aspirasi dan kemampuannya dalam penyelenggaraan pembangunan. Organisasi pemuda yang dimaksud pada bagian ini adalah binaan pemerintah dan bertujuan untuk mendukung pembangunan daerah.

Pada tahun 2017, Persentase organisasi pemuda yang aktif di Kabupaten Bogor adalah 85,71%, persentase ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Jumlah organisasi olahraga menggambarkan kapasitas pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas kesehatan, kemampuan berkompetisi secara sehat dan kemampuan bekerja sama masyarakat dan meningkatkan peran masyarakat dalam pembangunan daerah pada bidang olah raga. Jumlah organisasi kepemudaan dan olah raga di Kabupaten Bogor masih tergolong kecil bila dibandingkan dengan jumlah penduduknya. Sehingga, pemerintah daerah perlu mendorong para pemuda-pemudi di Kabupaten Bogor lebih aktif terlibat dalam organisasi kepemudaan dan olah raga di wilayahnya.

(17)

III-17 3.1.2.14. Statistik

Dokumen statistik suatu daerah dibutuhkan oleh pemerintah (daerah maupun pusat) dalam mendapatkan data kondisi dan perkembangan daerah tersebut secara umum sebagai bahan untuk menyusun rencana pembangunan serta rencana tata ruang, bahan evaluasi atas kinerja/pelaksanaan pembangunan dan sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan-kebijakan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat secara berkesinambungan. Secara umum permasalahan yang dihadapi terkait dengan Statistik adalah keterbatasan tersedianya data dengan lag yang relatif panjang.

3.1.2.15. Kebudayaan

Kebudayaan merupakan salah satu kekayaan daerah yang harus dijaga dan dilestarikan. Kebudayaan juga merupakan sarana promosi yang dapat meningkatkan pendapatan daerah dari sektor pariwisata. Pada tahun 2017, hanya 35 benda, situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan di Kabupaten Bogor. Oleh karena itu, dalam rangka pelestarian budaya, salah satu langkah yang dapat dilaksanakan pemerintah daerah adalah revitalisasi kawasan dan situs cagar budaya. Juga diperlukan diadakan sosialisasi atau seminar yang ditujukan kepada masyarakat agar menjaga dan melesarikan budaya yang merupakan kekayaan Kabupaten Bogor. Secara umum permasalahan yang dihadapi terkait dengan kebudayaan adalah:

1. Masih terdapat benda, situs dan cagar budaya di Kabupaten Bogor yang belum dilestarikan.

2. Belum optimalnya pengelolaan situs sebagai destinasi wisata.

3.1.2.16. Perpustakaan

(18)

III-18 Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun di Kabupaten Bogor juga dinilai cukup rendah dibandingkan jumlah penduduknya, yaitu hanya 51.989 pengunjung per tahunnya. Sehingga, peningkatan kuantitas dan kualitas perpustakaan perlu dilaksanakan dalam rangka mendorong terciptanya masyarakat yang berwawasan dan gemar membaca. Selain itu, masyarakat juga perlu didorong untuk memanfaatkan pelayanan berupa perpustakaan untuk meningkatkan pengetahuan, kapabilitas serta kualitas hidupnya. Secara umum permasalahan di bidang perpustakaan adalah:

1. Masih rendahnya minat penduduk terhadap perpustakaan.

2. Kurangnya kuantitas dan kualitas perpustakaan daerah Kabupaten Bogor.

3.1.2.17. Kearsipan

Pada tahun 2013-2017, PD Kabupaten Bogor berjumlah 72, dan 32 PD yang sudah mengelola arsip secara baku. Ketersediaan arsip baku ini memudahkan untuk melaksanakan evaluasi kinerja terhadap masing-masing PD dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang transparan dan akuntabel. SDM yang berkompeten di bidang kearsipan diperlukan untuk mengelola arsip secara terpadu di Kabupaten Bogor. Selain dengan mencari SDM yang berkompeten, peningkatan kemampuan pengelolaan arsip juga dapat dilakukan dengan mengadakan pelatihan dan bimbingan teknis bagi pejabat pengelola kearsipan. Peningkatan kemampuan dalam pengelolaan arsip diharapkan dapat membuat pemerintahan tertib administrasi dalam hal kearsipan.

Tabel 3.1

Permasalahan Kabupaten Bogor Urusan Wajib Pemerintah Daerah

No Bidang Permasalahan

1 Pendidikan

1. Masih terdapat penduduk usia sekolah yang belum mengenyam/ mendapatkan fasilitas pendidikan di jenjangnya

2. Belum tercapainya RLS yg menjadi kewenangan Kabupaten Bogor (9 tahun)

(19)

III-19

No Bidang Permasalahan

4. Belum terdistribusinya secara proporsional pemerataan penyebaran sarana dan prasarana pendidikan serta tenaga pendidik yang berkualitas 5. Belum terealisai sepenuhnya ketersediaan serta

keterjangkauan layanan pendidikan, khususnya bagi masyarakat yang berkebutuhan khusus dan masyarakat terpinggirkan, serta bagi wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T)

2 Kesehatan

1. Jumlah puskesmas, pustu dan poliklinik yang belum memadai bila dibandingkan dengan jumlah

penduduk.

2. Masih rendahnya rasio rumah sakit terhadap jumlah penduduk.

3. Masih kurangnya serta tidak meratanya jumlah tenaga dokter dan tenaga medis

4. Masih terdapat balita bergizi buruk

5. Belum optimalnya pelayanan kesehatan rujukan bagi masyarakat di wilayah kabupaten bogor sebelah utara

6. Belum optimalnya kinerja SDM kesehatan

3

Pekerjaan Umum &

Penataan Ruang

1. Terdapat jalan dalam kondisi rusak 2. Minimnya penanganan jaringan irigasi

3. Terdapat kecenderungan meluasnya wilayah banjir

4

Perumahan Rakyat & Kawasan Permukiman

1. Rendahnya kondisi rumah tinggal berakses sanitasi

2. Rendahnya akses rumah tangga terhadap air bersih

3. Terdapat banyak bangunan di Kabupaten Bogor yang belum ber-IMB

4. Belum optimalnya penataan kawasan permukiman di Kabupaten Bogor.

1. Kurangnya jumlah polisi pamong praja dalam

memelihara dan menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum, menegakkan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan

2. Kurangnya jumlah linmas untuk memelihara ketentraman/ ketertiban masyarakat, serta mengkondisikan lingkungan yang kondusif

(20)

III-20

No Bidang Permasalahan

4. Belum memadainya sarana dan prasarana tanggap bencana

6 Sosial 1. Masih Rendahnya Penanganan Terhadap PMKS

7 Ketenagakerjaan

1. Masih tingginya tingkat pengangguran 2. Rendahnya penyerapan tenaga kerja pada

perusahaan dalam negeri dibandingkan dengan jumlah penduduk pada usia produktif

3. Rendahnya Tingkat partisipasi angkatan kerja

8

Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak

1. Tingkat partisipasi perempuan di lembaga pemerintahan masih rendah

2. Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan belum optimal 3. Masih terdapat tenaga kerja dibawah umur

9 Pangan

1. Masih tingginya ketergantungan terhadap pangan utama dari luar kabupaten bogor

2. Belum terpenuhinya kecukupan cakupan pelayanan penyuluhan yang diakibatkan oleh minimnya tenag penyuluh PNS

10 Pertanahan

1. Rendahnya lahan yang bersertifikat

2. Masih terdapat penduduk yang belum memiliki lahan

11 Lingkungan Hidup

1. Penanganan sampah belum dapat ditangani secara maksimal

2. Kurang tersedianya TPSS dan TPSA yang memadai dan saran pendukungnya

12 Kependudukan

& Catatan Sipil 1. Lemahnya adminstrasi kependudukan

13

Pemberdayaan Masyarakat & Desa

1. Masih rendahnya swadaya masyarakat terhadapa pembangunan pemberdayaan masyarakat

2. Masih rendahnya kinerja pemerintah desa yang dikarenakan rendahnya SDM aparat pemerintah desa

14 Keluarga Berencana

1. Masih diperlukan peningkatan penyuluhan tentang keluarga berencana hingga ke daerah pedesaan.

15 Perhubungan

1. Ijin trayek yang tidak terdistribusi dengan merata 2. Rendahnya rasio panjang jalan terhadap jumlah

kendaraan di Kabupaten Bogor

(21)

III-21

No Bidang Permasalahan

16 Komunikas & Informatika

1. Keterjangkauan jaringan komunikasi di daerah yang tertinggal

17 Koperasi dan UKM

1. Masih kurangnya jumlah koperasi yang aktif untuk melayani masyarakat Kabupaten Bogor

2. Belum semua UKM mendapatkan akses modal dan pendanaan untuk meningkatkan kapasitas

usahanya atau mengembangkan produk-produk yang mampu bersaing

18 Penanaman Modal

1. Belum tersedianya peta kawasan pembangunan dengan instrument yang sesuai untuk ruang 2. Belum tersedianya peta potensi investasi di setiap

kecamatan

19 Pemuda dan

Olahraga 1. Minimnya sarana dan prasarana olahraga

20 Statistik 1. keterbatasan tersedianya data dengan yang relatif panjang. time series

21 Kebudayaan

1. Masih terdapat benda, situs dan cagar budaya di Kabupaten Bogor yang belum dilestarikan, 2. Belum optimalnya pengelolaan situs sebagai

destinasi wisata

22 Perpustakaan & Kearsipan

1. Masih rendahnya minat penduduk terhadap perpustakaan

2. Kurangnya kuantitas dan kualitas perpustakaan daerah Kabupaten Bogor

3. Peningkatan pengelolaan kearsipan yang lebih efektif dan efisien

3.1.3.Urusan Pilihan

3.1.3.1. Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Bogor tidak memiliki laut, karena kondisi geografisnya yang berada di kawasan pegunungan. Produksi perikanan di Kabupaten Bogor pada tahun 2017 tercatat sebanyak 81,96% dari target yang dibuat. Perikanan di Kabupaten Bogor sebagian besar berupa perikanan darat, karena kondisi geografis wilayah yang sebagian besar berada pada dataran tinggi.

(22)

III-22 ikan yang dihasilkan. Permasalahan mendasar yang menyankut sector perikanan adalah:

1. Belum optimalnya pembudidaya ikan dalam akses terhadap pasar, teknologi dan sumber permodalan.

2. Rendahnya tingkat penggunaan induk/benih ikan yang unggul oleh masyarakat.

3. Ketersediaan sarana irigasi belum memadai untuk kebutuhan budidaya perikanan.

3.1.3.2. Pariwisata

Kabupaten Bogor memiliki banyak destinasi tujuan wisata yang begitu menarik. Salah satu indikator keberhasilan pemerintah dalam mengelola destinasi tujuan wisata ialah dapat dilihat kunjungan wisata setiap tahunnya. Jumlah pengungjung objek wisata di Kabupaten Bogor cukup tinggi, dan meningkat dari tahun ke tahunnya. Pada tahun 2017 kawasan wisata di Kabupaten Bogor memiliki pengunjung 7.138.555 orang. Pemerintah daerah diharapkan meningkatkan promosi, kondisi lingkungan, kenyamanan dan fasilitas pendukung tiap objek wisatanya agar tetap mampu berkompetisi dan berdaya saing dengan objek wisata lain di luar Kabupaten Bogor. Berikut adalah permasalahan mendasar yang menyangkut bidang pariwista adalah:

1. Belum meratanya kunjungan wisatawan ke obyek-obyek wisata yang ada di Kabupaten Bogor, mayoritas kunjungan hanya ke kawasan Puncak

2. Masih banyak daerah destinasi wisata yang belum dikembangkan secara optimal, karena rendahnya sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan destinasi wisata (alam dan budaya)

3.1.3.3. Pertanian

(23)

III-23 ketersediaan air yang lebih baik dari daerah-daerah lainnya (kota hujan), serta tersedianya tenaga kerja yang secara budaya siap didedikasikan untuk tenaga pertanian. Faktor-faktor kekuatan tersebut diindikasikan oleh produktifitas yang tinggi dari beberapa komoditas pertanian, seperti tanaman palawija, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman hias, biofarmaka, dan tanaman perkebunan di Kabupaten Bogor.

Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Bogor pada tahun 2017 sebesar Rp 9,09 triliun hal ini berarti sektor pertanian menyumbang 5,28 %. Kontribusi ini dinilai masih rendah, mengingat kondisi geografi dan masyarakat Kabupaten Bogor sebagian besar bekerja pada sektor pertanian. Pertanian dalam hal ini adalah pertanian dalam arti luas, termasuk pertanian palawija, buah-buahan, sayuran, peternakan danperkebunan. Potensi pertanian yang tinggi masih belum sebanding dengan perbaikan taraf hidup petani. Berikut adalah permasalahan mendasar yang menyangkut bidang pertanian adalah: 1. Rendahnya kontribusi sektor primer dalam PDRB

2. Lahan yang tersedia untuk pertanian dan perkebunan semakin terbatas, terjadi alih fungsi lahan untuk kegiatan bukan pertanian 3. Tenaga kerja yang bersedia bekerja di bidang pertanian dan

perkebunan semakin berkurang

4. Kurangnya sarana dan prasarana yang berbasis teknologi guna mendukung peningkatan produksi pertanian dan perkebunan

3.1.3.4. Perdagangan

(24)

III-24 dibandingkan dengan ketahanan atas sektor-sektor lainnya, terutama pertanian, pertambangan dan industri pengolahan. Oleh sebab itulah, dapat kita saktikan bahwa animo pengusaha memasuki industri perdagangan tidak pernah surut.

Perkembangan nilai tambah sektor perdagangan, dapat diperdalam lagi dengan mengamati perkembangan sumberdaya sektor perdagangan. Perkembangan Pasar Pertokoan ini sangat pesat, paralel dengan pertambahan dan penyebaran lokasi pemukiman atu tempat tinggal, dan pusat kegiatan ekonomi lainnya. Alasan jumlah pasar pertokoan sejalan dengan pertumbuhan jumlah pemukiman adalah sebagai salah satu strategi pemasaran, yaitu mendekatkan lokasi perdagangan dengan lokasi pembeli. Persentase kecamatan yang mempunyai pasar pada tahun 2017 sebesar 100%. Berarti di setiap kecamatan memiliki pasar, baik pasar yang dikelola oleh PD. Pasar Tohaga maupun pasar tradisional.

Jika memperhatikan data dan fakta di lapangan, maka sarana perdagangan yang diperlukan ke depan adalah layanan yang semakin dekat dengan tempat tinggal, dan menyediakan kebutuhan sehari-hari secara lengkap. Hal ini sangat logis dalam rangka memenuhi tuntutan konsumen, dapat menghemat biaya transportasi dan waktu berbelanja

Nilai ekspor bersih perdagangan di Kabupaten Bogor mengalami trend berfluktuasi dari tahun 2013-2017. Nilai ekspor bersih perdagangan berapa pada titik tertinggi pada tahun 2017 yaitu mencapai US$ 1,091 triliun. Nilai ekspor bersih yang dimaksud dalam hal ini adalah nilai ekspor dikurang dengan jumlah impor. Nilai ini perlu ditingkatkan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor, salah satu caranya adalah dengan peningkatan keanekaragaman, kualitas dan promosi barang-barang yang diekspor. Barang-barang yang diekspor oleh Kabupaten Bogor berupa hasil-hasil pertanian, perkebunan dan peternakan dan perikanan. Beberapa permasalahan terkait dengan bidang perdagangan adalah:

(25)

III-25 2. Belum meratanya jumlah pusat/sentra perdagangan

3. Belum optimalnya kegiatan promosi terhadap produk-produk yang dihasilkan

3.1.3.5. Perindustrian

Sektor industri di Kabupaten Bogor mempunyai kontribusi besar terhadap PDRB Kabupaten Bogor, terutama indutsri olahan hasil-hasil pertanian. Ditinjau dari skalanya, industri yang paling banyak berkembang di Kabupaten Bogor adalah industri kecil. Total jumlah industri di Kabupaten Bogor pada tahun 2017 secara keseluruhan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pemerintah Kabupaten Bogor perlu memberi perhatian dan pembinaan terhadap perkembangan industri, terutama industri skala kecil agar dapat menjadi salah satu sektor unggulan dalam rangka meningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Bogor Beberapa permasalahan terkait dengan bidang perindustrian adalah:

1. Belum berkembangnya industri kecil dan menengah

2. Belum optimalnya penggunaan teknologi dalam industri kecil dan menengah

3.1.3.6. Transmigrasi

Berdasarkan laporan pertanggungjawaban Bupati Kabupaten Bogor pada tahun 2017, hasil capaian pelaksanaan pembangunan pada urusan transmigrasi adalah penjajagan daerah penerima di Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah dalam rangka menjalin hubungan kerja sama antara daerah di bidang ketransmigrasian. Pada tahun 2017, telah dilaksanakan pendaftaran dan pembinaan ketransmigrasian ke desa-desa di Wilayah Kabupaten Bogor dan sosialisasi program transmigrasi di luar Pulau Jawa. Permasalahan pada urusan ketransmigrasian di Kabupaten Bogor adalah :

1. Rendahnya kualitas dan produktivitas tenaga kerja transmigrasi, dan 2. Terbatasnya kesempatan kerja dan belum optimalnya transmigrasi

(26)

III-26 Tabel 3.2

Permasalahan Kabupaten Bogor Urusan Pilihan Pemerintah Daerah

No Bidang Permasalahan

1 Kelautan & Perikanan

1. Belum optimalnya pembudidaya ikan dalam akses terhadap pasar, teknologi dan sumber permodalan 2. Rendahnya tingkat penggunaan induk/benih ikan

yang unggul oleh masyarakat

3. Ketersediaan sarana irigasi belum memadai untuk kebutuhan budidaya perikanan

2 Pariwisata

1. Belum meratanya kunjungan wisatawan ke obyek-obyek wisata yang ada di Kabupaten Bogor,

mayoritas kunjungan hanya ke kawasan Puncak 2. Masih banyak daerah destinasi wisata yang belum

dikembangkan secara optimal, karena rendahnya sarana dan prasarana yang mendukung

peningkatan destinasi wisata (alam dan budaya)

3 Pertanian

1. Rendahnya kontribusi sektor primer dalam PDRB 2. Lahan yang tersedia untuk pertanian dan

perkebunan semakin terbatas, terjadi alih fungsi lahan untuk kegiatan bukan pertanian

3. Tenaga kerja yang bersedia bekerja di bidang pertanian dan perkebunan semakin berkurang 4. Kurangnya sarana dan prasarana yang berbasis

teknologi guna mendukung peningkatan produksi pertanian dan perkebunan

4 Perdagangan

1. Masih rendahnya pembinaan terhadap kelompok pedagang / usaha informal

2. Belum meratanya jumlah pusat/sentra perdagangan

3. Belum optimalnya kegiatan promosi terhadap produk-produk yang dihasilkan

5 Perindustrian

1. Belum berkembangnya industri kecil dan menengah 2. Belum optimalnya penggunaan teknologi dalam

industri kecil dan menengah

6 Transmigrasi

1. Rendahnya kualitas dan produktivitas tenaga kerja transmigrasi, dan

(27)

III-27 3.1.4.Urusan Perangkat Penunjang

3.1.4.1. Otonomi Daerah

Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Bogor tahun 2017 mencapai 6,19 % dengan laju inflasi sebesar 6,97%. Peningkatan LPE Kabupaten Bogor hampir seirama dengan peningkatan LPE Nasional yaitu. Laju inflasi Kabupaten Bogor lebih rendah dibandingkan laju inflasi Indonesia. Hal ini berarti kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor dalam mengontrol tingkat inflasi dinilai cukup baikJika dilihat dari pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi di PDRB (9 sektor), sektor konstruksi mengalami pertumbuhan yang paling besar dibanding sektor ekonomi lainnya, yaitu mencapai 9,73%, sedangkan sektor yang mengalami pertumbuhan yang paling kecil ialah sektor pertambangan dan penggalian dimana pertumbuhan PDRB nya -1,41%. PDRB per kapita berdasarkan harga berlaku meningkat sebesar dari Rp 35,33 juta di tahun 2017. Pada tahun 2017 persentase penduduk miskin sebesar 8,57% dan Indeks Williamson Kabupaten Bogor sebesar 0,99 hal ini menjukan bahwa tingkat disparitas regional atau tingkat ketimpangan pembangunan yang terjadi antar kecamatan di Kabupaten Bogor cukup besar.

3.1.4.2. Perencanaan

(28)

III-28 panjang pembangunan daerah Kabupaten Bogor. Permasalahan pada urusan bidang perencanaan di Kabupaten Bogor antara lain adalah: 1. Masih terjadi ketidaksinkronan data serta terbatasnya hasil kajian

dan evaluasi yang digunakan sebagai dasar dalam perencanaan. 2. Belum sepenuhnya tersinerginya perencanaan dalam jangka

panjang, jangka menengah dan jangka pendek.

3. Masih kurangnya SDM perencana yang sesuai dengan kompetensinya

3.1.4.3. Keuangan

Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor dalam kurun waktu tahun 2013-2017 adalah Dana Perimbangan yaitu mencapai 39,32 persen di tahun 2017, kemudian Pendapatan Asli Daerah sebesar 43,61 persen dan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah sebesar 17,06 persen. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pendapatan Kabupaten Bogor pada dasarnya tidak terlalu dipengaruhi oleh penerimaan-penerimaan dari pemerintah pusat yaitu Dana Perimbangan. Proporsi PAD sebesar 43,61 persen terhadap total pendapatan dimana selama kurun waktu 2013-2017 sepenuhnya telah melampaui dan memenuhi syarat rasio kecukupan penerimaan (revenue adequacy ratio) yang minimal sebesar 20 persen dari total pendapatan

daerah sebagaimana standar yang berlaku di era otonomi daerah. Namun demikian potensi riil dari PAD harus terus dioptimalkan menjadi potensi terpungut, agar syarat kecukupan (sufficient condition) tetap terpenuhi pada tahun yang akan datang, dan akan terus meminimalisir ketergantungan pada dana yang berasal dari pemerintah pusat.

(29)

III-29 waktu 2013-2017 mencapai sebesar 88,33 persen. Beberapa permasalahan pada urusan bidang keuangan di Kabupaten Bogor adalah:

1. Minimnya ketersediaan jumlah tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan yang memenuhi syarat/bersertifikasi

2. Kurangnya SDM yang berkompeten di setiap perangkat daerah dalam penyusuan perencanaan keuangan

3. Terdapatnya wajib pajak yang belum sadar dan tertib dalam membayar pajak tepat waktu dan tepat jumlah

4. Masih belum banyaknya tenaga juru penilai, juru sita dan pemeriksa pajak daerah yang kompeten di bidangnya

3.1.4.4. Kepegawaian

Keberhasilan suatu daerah dalam menjalankan pemerintahanan tidak lepas dari kualitas SDM aparatur dalam pemerintahan tersebut. Oleh sebab itu perencanaan kebutuhan SDM dan pengembangan SDM aparatur menjadi salah satu hal yang penting dalam mewujudkan pemerintahan yang baik dan berkualiatas. Kabupaten Bogor telah berupaya untuk meningkatkan kapasista SDM apparatur dengan berbagi program kegiatan berupa pelatiahan dan pendidikan yang dilakukan secara berkala, selain itu Kabupaten Bogor telah menerapkan Sistem Kepegawaian berbasis teknologi guna menunjang kinerja seluruh pegawai dalam lingkup pemerintahan Kabupaten Bogor. Beberapa permasalahan pada urusan bidang kepegawaian di Kabupaten Bogor adalah:

1. Belum tertatanya perencanaan dan pengembangan karier pegawai 2. Belum optimalnya analisa kebutuhan, pengadaan dan penempatan

pegawai sesuai dengan kompetensi

3. Belum terpenuhinya kebutuhan sumber daya aparatur di setiap Perangkat Daerah

(30)

III-30 Tabel 3.3

Permasalahan Kabupaten Bogor Urusan Perangkat Penunjang Pemerintah Daerah

No Bidang Permasalahan

1 Otonomi Daerah

1. Tingkat disparitas regional atau tingkat

ketimpangan pembangunan yang terjadi antar kecamatan di Kabupaten Bogor semakin besar.

2 Perencanaan

1. Masih terjadi ketidaksinkronan data serta terbatasnya hasil kajian dan evaluasi yang digunakan sebagai dasar dalam perencanaan. 2. Belum sepenuhnya tersinerginya perencanaan

dalam jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek

3. Masih kurangnya SDM perencana yang sesuai dengan kompetensinya

3 Keuangan

1. Minimnya ketersediaan jumlah tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan yang memenuhi

syarat/bersertifikasi

2. Kurangnya SDM yang berkompeten di setiap perangkat daerah dalam penyusuan perencanaan keuangan

3. Terdapatnya wajib pajak yang belum sadar dan tertib dalam membayar pajak tepat waktu dan tepat jumlah

4. Masih belum banyaknya tenaga juru penilai, juru sita dan pemeriksa pajak daerah yang kompeten di bidangnya

4 Kepegawaian

1. Belum tertatanya perencanaan dan pengembangan karier pegawai

2. Belum optimalnya analisa kebutuhan, pengadaan dan penempatan pegawai sesuai dengan

kompetensi

3. Belum terpenuhinya kebutuhan sumber daya aparatur di setiap Perangkat Daerah

4. Minimnya penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan guna meningkatkan SDM aperatur di setiap perangkat daerah

(31)

III-31 3.2. Isu Strategis

3.2.1 Penelaahan Isu Strategis Nasional dan Jawa Barat

Perumusan isu strategis Kabupaten Bogor disusun dengan memperhatikan kebijakan pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN 2005-2025) untuk menjaga harmonisasi dan menciptakan suatu keserasian dan keterpaduan dalam pembangunan. Analisis isu-isu strategis dilakukan untuk meningkatkan akseptabilitas prioritas pembangunan sehingga dapat dioperasionalkan dan secara moral dan etika birokrasi dapat dipertaggungjawabkan. Dalam mengidentifikasi isu-isu strategis bukan hanya mmempertimbangkan isu strategis daerah lain tapi juga kesesuaian atau sinkronisasi dengan dengan arah kebijakan pembangunan jangka panjang nasional dan kebijakan pembangunan jangka panjang Provinsi Jawa Barat. Isu strategi Nasional yang digambarkan dalam RPJPN adalah:

1. Mengurangi jumlah penduduk miskin

2. Meningkatkan kualitas penduduk seperti pendidikan, kesehatan dan lingkungan

3. Meningkatkan kualitas hidup perempuan dan anak 4. Menurunkan angka kematian balita

5. Menurunkan kematian ibu melahirkan 6. Menurunkan angka kesakitan dan kematian

7. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara tepat 8. Menurunkan pertumbuhan penduduk

9. Pembangunan jati diri bangsa Indonesia seperti penghargaab pada nilai budaya dan bahasa, nilai solidaritas sosial, kekeluargaan dan rasa cinta tanah air

10. Peningkatan fisiensi dan perbaikan tata kelola kelembagaan ekonomi serta pertumbuhan ekonomi yang tinggi

11. Meningkatkan aksesibilitass terhadap sarana dan prasarana bauk kualitas maupun cakupan pelayanan

(32)

III-32 13. Mendukung ketahanan pangan di daerah, emndorong sektor

produksi serta mendukung pengembangan wilayah 14. Meningkatkan profesionalisme birokrasi

15. Rendahnya ketaatan terhadap rencana tata ruang

Sementara isu strategis di tingkat provinsi yang ditertuang dalam kebijakan pembangunan jangka panjang Provinsi Jawa Barat adalah 1. Tingginya angka penganguran dan masalah ketenagakerjaan

2. Meningkatkan kualitass dan aksesibiltas pendidikan dan kesehatan 3. Meningkatkan upaya-upaya penurunan tingkat kematian bayi

melalui peningkatan kualitas KIA

4. Meningkatkan upaya-upaya penurunan tingkat kematian bayi melalui peningkatan kualitas KIA

5. Meningkatkan kualitas lingkungan dan kesadaran masyarakat 6. Meningkatkan kualitas lingkungan dan kesadaran masyarakat 7. Meningkatkan kualitas demokrasi dan peran pemerintah daerah 8. Menekan pertumbuhan penduduk dan persebarannya

9. Peran serta masyarakat terhadap budaya daerah dan penanganan masalah sosial

10. Pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat 11. Kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur

3.2.2 Isu-Isu Strategis Kabupaten Bogor

Isu strategis dapat berasal dari permasalahan pembangunan maupun yang berasal dari dunia international, kebijakan nasional maupun regional. Dalam penyajian isu strategis hal terpenting yang diperhatikan adalah isu tersebut dapat memberikan manfaat/pengaruh dimasa datang terhadap daerah. Isu strategis dirumuskan dengan memperhatikan identifikasi permasalahan Kabupaten Bogor, Isu strategis merupakan dasar dalam perumusan visi dan misi pembangunan Kabupaten Bogor selama 20 tahun ke depan.

(33)

III-33 standardisasi, efisiensi, keterbukaan dan daya saing, didalamnya menekankan perhatian pada pasar bebas, privatisasi, dan deregulasi serta persaingan usaha; menegaskan kewajiban minimum negara yang tidak dapat diserahkan kepada mekanisme pasar, dan momentum kemitraan global dan penguatan jejaring; serta akuntabilitas kepada pelaku internasional.

Isu strategis yang berkembang tersebut harus menjadi perhatian pemerintah Kabupaten Bogor, selain itu pada tingkatan daerah, permasalahan pembangunan daerah Kabupaten Bogor, masih dihadapkan pada isu-isu strategis sebagai berikut :

1. Kesenjangan pembangunan daerah dan sumber daya manusia; 2. Tingkat pengangguran yang relatif tinggi

3. Pembangunan Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama belum mencapai sasaran secara optimal

4. Pembangunan daerah belum berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin

5. Iklim Investasi dan Iklim usaha

6. Kuantitas dan kualitas infrastruktur untuk mendorong percepatan pembangunan daerah

7. Posisi Kabupaten Bogor sebagai penyangga ibukota

8. Pengembangan Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah belum optimal.

9. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Pemerintahan Daerah belum optimal

Gambar

Tabel 3.2  Permasalahan Kabupaten Bogor Urusan Pilihan Pemerintah Daerah
Tabel 3.3 Permasalahan Kabupaten Bogor Urusan Perangkat Penunjang Pemerintah

Referensi

Dokumen terkait

Penyelenggaraan pendidikan di Kota Padangsidimpuan dikembangkan untuk mendorong peningkatan daya saing, melalui penyediaan sistem penyelenggaraan pendidikan yang

Di dalam sub bab ini, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan Tengah hanya akan ditelaah untuk visi, misi, tujuan, dan permasalahan saja..

Permasalahan utama yang dihadapi dalam pembangunan perumahan dan permukiman Kabupaten Kendal adalah masih terdapatnya rumah tangga yang belum memiliki hunian yang layak,

Kegiatan pembangunan yang dilakukan selalu memiliki dampak terhadap lingkungan. Masih terdapatnya aktivitas pembangunan baik oleh Pemerintah maupun Swasta yang belum

Dari beberapa faktor yang telah dikemukakan sebelumnya, dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yakni untuk

Menelaah visi, misi, dan program kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih ditujukan untuk memahami arah pembangunan yang akan dilaksanakan selama kepemimpinan dan

Rencana Strategis Dinas PUPR Tahun 2016 – 2021 43 | P a g e Menyelenggarakan pembangunan bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat untuk mendukung layanan infrastruktur

Sejalan dengan visi, misi Kepala Daerah diharapkan 5 (lima) tahun kedepan sub sektor kelautan dan perikanan, akan mengalami peningkatan, dengan proyeksi kedepan