• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permasalahan perbatasan Indonesia-Malaysia: Kasus eksodus warga tiga Desa di Nunukan Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Permasalahan perbatasan Indonesia-Malaysia: Kasus eksodus warga tiga Desa di Nunukan Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Pe rm a s a la h a n p e rb a ta s a n In d o n e s ia -Ma la ys ia :

Ka s u s e ks o d u s w a rga tiga D e s a d i N u n u ka n

Aw a n g Yu s u f Au lia P u tra ya s h a Departem en H ubungan Internasion al,

Fakultas Ilm u Sosial dan Ilm u Politik, Universitas Airlan gga Em ail: aw.yasha@gm ail.com

Abstract

This study describes the reality of the border region of In donesia, particularly the 3 v illages in N un ukan , N orth Born eo an d its poten tial to m ake an exodus to M alay sia. The poten tial exodus can not be separated from how the local com m un ity perceiv es the econom ic, security , political an d social culture betw een Indonesia an d M alay sia. Perception is im portan t in order to m ap the gaps that could be im proved gov ern an ce in In don esia, especially in the border areas in the future, con sidering that In don esia has a long history of con flict related to the border w ith M alay sia. M oreov er, som e region s in N orth Born eo that are in the area of Outstan din g Boundary Problem s (OBP) also n eeds to get m ore atten tion from the gov ern m en t because it is v uln erable com prom ised by the in terests of other coun tries. Therefore, the authors con ducted in terv iew s directly to the people w ho'v e m eninggali 3 the village to obtain prim ary data m ore in sightful an d accurate. The author also uses the theory of lan d boundary , n ationalism an d push an d pull theory as a foundation to process the data, draw conclusions an d prov e the hy pothesis of the study .

K e y w o r d s : OBP Push and Pull Theory , Exodus

Abstrak

Penelitian ini m en deskripsikan realitas wilayah perbatasan In don esia, khususn ya 3 desa di Kabupaten Nun ukan , Kalim an tan Utara dan poten sin ya un tuk m elakukan eksodus ke Malaysia. Poten si eksodus tersebut tidak lepas dari bagaim an a m asyarakat sekitar m em persepsikan kon disi ekon om i, keam an an , politik dan sosial budaya an tara In don esia dan Malaysia. Persepsi tersebut pen tin g gun a m em etakan celah-celah yan g bisa m en jadi perbaikan pem erintahan Indonesia khususn ya pada daerah-daerah perbatasan kedepan n ya, m en gin gat Indonesia m em iliki riwayat kon flik pan jan g terkait perbatasan dengan Malaysia. Terlebih beberapa wilayah di Kalim an tan Utara yan g berada dalam area Outstan din g Boun dary Problem s (OBP) juga perlu m en dapat perhatian lebih dari pem erin tah karen a san gatlah ren tan disusupi oleh kepen tin gan n egara lain. Maka dari itu, pen ulis m elakukan wawan cara lan gsun g terhadap m asyarakat yan g pern ah m en in ggali 3 desa tersebut gun a m endapatkan data prim er yan g lebih m en dalam dan akurat. Pen ulis juga m en ggun akan teori batas darat, n asion alism e dan push an d pull theory sebagai lan dasan untuk m en golah data, m en gam bil kesim pulan serta m em buktikan hipotesis pen elitian .

K a t a K u n ci : Eksodus, Kabupaten N unukan , OBP, Push an d Pull Theory .

Konsep pusat adalah n egara telah m en jadi konsep yang selam a ini terus dipegan g teguh oleh m asyarakat kita , konsepsi itu sejak lam a dianut m asyarakat Asia Ten ggara. Menurut

Benedict Anderson (Susilo,20 0 9),konsepsi seperti itu

(2)

tergantung di m an a orang-oran g yang dikuasai berada. (Susilo, 20 0 9)

Selain ibu kota, pinggiran serin g dianggap tidak pen ting, dianggap ”luar”, bukan ”dalam ”. (Susilo, 20 0 9) Dam paknya, terlihat dari wilayah-wilayah terluar In donesia secara ekonom is dan politis am at lem ah diban dingkan dengan ”pusat”. Kelaparan dan bencan a yang terjadi di pinggiran, lebih banyak yang tidak dihiraukan dan dibiarkan, m isal kelaparan yang m asih sering m elanda m asyarakat Papua, kuran g dian ggap tidak pentin g daripada perm asalahan bencan a yan g ada di daerah pusat.Seringnya sen gketa perbatasan an tara In donesia dan Malaysia adalah satu salah bukti n yata bagaim ana terlupakannya daerah pinggiran Indon esia, Beberapa kali Malaysia m encoba m engklaim wilayah Indon esia, karena kondisi pinggiran Indon esia yang serin g luput dari perhatian pusat .

Pengelolaan perbatasan wilayah m erupakan sebuah pekerjaan yang tiada akhirselam anegara iniberdiri.H alini atasdasarbahwawilayahm erupakansalah satu unsur dari adanya sebuah n egara, selain rakyat, pem erin tah, serta kem am puan berinteraksi dengan dunia intern asional dan adanya pengakuan negara lain . Oleh karena itu, sudah sewajarnya bila wilayah perbatasan m em erlukan sebuah m ekanism e pengelolaan yang terintegrasi dan berkesin am bun gan karen a diruan g perbatasan tersebut akan selalu terjadi“pergesekan ”atau interaksi den gan negara tetangga, baik positif m aupun n egatif.

Ketidakseim ban gan pen dapatan, pengangguran serta lem ahnya hukum m erupakan beberapa gam baran um um yang dialam i m asyarakat yang berada di daerah perbatasan. Posisi daerah perbatasan sebagai perisai terluar n egara juga sem akin m em prihatinkan ,dim an a daerah-daerah ini m asih dicitrakan sebagai wilayah tertinggal dan terbelakang. Pen dekatan yang dilakukan

pem erintah juga m asih

konven sional,yaitu den gan pendekatan keam an an,padahal pem ban gun an ekonom i dan infrastruktur m erupakan m asalah utam a di daerah perbatasan.

Didalam hukum n asion al,perihal cakupan wilayah Indonesia telah tercantum di dalam berbagai peraturan perundan g-undangan . Rujukan tertinggi terkait dengan hal ini adalah pasal 25A dari Undan g-Undang Dasar Republik Indon esia yang m en yatakan bahwa “Negara Kesatuan Republik Indon esia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan den gan Undan g-Undang”. (Sutisna, Lukita dan Sum aryo Dalam Ludiro ,20 10 )Rum usan ini m em an g sedikit kabur bahkan m engan dun g ban yak arti dan interpretasi,m en gingat tidak ada kejelasan batas-batas n egara In donesia. Tetapi, untuk n egara berkem bang seperti Indon esia yang m em ilik wilayah yang cukup luas dan berpulau-pulau serta m em iliki kesulitan geografis yang sangat kom plek, rum usan itu dipandan g lebih baik, serta perum usannya kedalam perundan g-undangan relatif lebih m udah.

(3)

ujung yang terluar pada pulau-pulau negara In donesia.(Sutisna, Lukita dan Sum aryo Dalam Ludiro ,20 10 )

Poin-poin diatas kem udian dituan gkan dalam Undang-undang No.4 Prp tahun 1960 , yang akhirnya diakui oleh dunia internasional.(Sutisna, Lukita dan Sum aryo Dalam Ludiro ,20 10 )Selain itu, UNCLOS juga m enjadi lan dasan hukum terkait pen arikan lebar laut wilayah ,zona tam bahan, zona ekonom i eksklusif dan landas kontinen. Sebagai tindak lan jut dari ratifikasi UNCLOS tersebut, pem erintah In donesia m en erbitkan Un dan g-undan g no.6 tahun 1996 tentan g perairan Indon esia yang m en ggantikan UU No.4 Prp tahun 1960 .(Sutisna, Lukita dan Sum aryo Dalam Ludiro ,20 10 )

Indon esia m erupakan negara kepulauan den gan garis pantai sekitar 8 1.90 0 kilom eter, m em iliki wilayah perbatasan den gan ban yak negara baik perbatasan darat( kontinen) m aupun laut (m aritim ) (BNPP, 20 16) . Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia den gan jum lah pulau lebih kuran g17.50 4 serta m em iliki garis pantai terpan jang kedua setelah Kanada. Selain itu, In donesia juga berbatasan dengan sepuluh n egara tetangga

Den gan kesem uan egara tersebut, Indon esia berbatasan laut dengan 7 negara dan berbatasan darat dengan tiga negara yaitu Malaysia, (sabah, Serawak), Papua Nugini dan Tim or Leste.Dengan kesepuluh n egara inilah Indon esia perlu m en en tukan batas agar dicapai kesepakatan ten tan g batas kewenangan dan tanggung jawab m asin g-m asing negara dalam hal m engelola wilayah.

Kawasan perbatasan darat Indon esia berada di tiga pulau, yaitu pulau Kalim antan , Papua, dan Pulau Tim or, serta tersebar di em pat provinsi, yaitu Kalim antan Barat, Kalim anta Tim ur ,Papua,dan NTT.Setiapkawasan m em iliki kondisi yang berbeda satu sam a lain. Kawasan perbatasan di Kalim antan berbatasan dengan Malaysia yang m asyarakatnya lebih sejahtera. Kawasan perbatasan di Papua m asyarakatnya

relatif setara dengan m asyarakat PNG (Papua Nugini) sem entara den gan Tim or Leste kawasan perbatasan In don esia m asih relatif lebih baik dari segi infrastrutur m aupun tin gkat kesejahteraan m asyarakatnya.(Setiawan dalam Ludiro , 20 10 )

J ika di Kalim antan, sebagai contoh Pulau Sebatik di Kalim antan Tim ur yang m em iliki perbatasan lan gsun g dengan Malaysia, tepatnya di desa Aji Kuning,Kabupaten Nun ukan . Perekonom ian wilayah tersebut sangat tergantung terhadap Malaysia. Sulitnya kom unikasi dan transportasi untuk m elakukan transaksi ekonom i di n egara sendiri m en yebabkan biaya yang harus di keluarkan lebih banyak dari pada pergi ke Malaysia untuk m elakukan transaksi ekonom i. Sekitar 70 % biaya harus dialokasikan untuk transportasi. Disam ping itu, dibandingkan dengan wilayah Indonesia,baran g-barang kebutuhan pokok lebih m urah di Malaysia daripadadi Indonesia.

Selain itu di sekitar daerah perbatasan terdapat area yang dinam akan dengan Outstanding Boundary Problem s . Outstanding BoundaryProblem s (OBP) m erupakan istilah yang digunakan dalam hukum kesepakatan intern asion al, jika terdapat perm asalahan sen gketa batas n egara oleh kedua negara yang berbatasan. OBP m erupakan ikatan kesepakatan antara kedua negara yang bersen gketa batas negaran ya, sebagai dasar m em ulai suatu proses pen yelesaian terlebih dahulu disepakati wilayah dim aksud m erupakan wilayah sengketa kedua n egara yang berada dalam "Status Quo" yang dalam pengertian n ya wilayah sengketa tersebut secara kepem ilikannya belum punya kejelasan hukum karena belum terdapat kesepakatan final yang dituan gkan dalam suatu perjan jian batas n egara oleh kedua negara yang bersen gketa batas negaran ya. (Abidin dan Priyatna , 20 15)

(4)

Kalim antan Utara setidaknya terdapat 3 segm ent OBP bagian batas negara RI bagian daratan di sektor tim ur den gan Sabah Malaysia antara lain:(1) OBP Sei Sinapad; (2) OBP Sei Sim antipal; (3) OBP Patok B270 0 -B310 0 .

Penetapan garis batas darat antara Republik Indon esia-Malaysia di Pulau Kalim antan sudah dilaksanakan oleh pem erintah H india Belan da dan Inggris pada rentang waktu antara tahun 18 91-1930 . Sebagai negara kolonial, Belanda dan In ggris pada zam annya adalah dua negara besar, sehin gga kem udian patut dipercayai bahwa teknologi dan kem am puan perpetaan m ereka pada zam an itu adalah perpetaan yang terbaik pada zam an nya.

Untuk pen egasan batas an tara negara di Kalim antan para ahli perpetaan kedua n egara tersebut pada um um nya m em anfaatkan sem aksim al m un gkin tanda-tanda alam di lapangan . Karena itu batas kedua negara di pulau ini m ereka lakukan dengan m em anfaatkan garis batas alam iah berupa punggun g gun ung yang m en gikuti garis pem isah air (Watershed), sisi kan an sungai dan garis lurus. Penetapan batas kedua negara telah dilakukan oleh pem erin tah Belanda dan In ggris di wilayah itu sejak tahun 18 91, 1915 hingga tahun 1928 .(Verslaag Deer Com m issie, 1913). Dasar-dasar ketentuan hukum ten tang pen etapan perbatasan wilayah Republik Indonesia – Malaysia di Kalim an tan lalu m ereka tuan gkan dalam traktat sebagai berikut : (a) The Boundary Conven tion antara Belanda dan In ggris yan g ditandatan gani di London , tanggal 20 J uni 18 91; (b) The Boundary Agreem ent an tara Belanda dan Inggris yan g ditandatangani di London, tanggal 28 Septem ber 1915; (c) Minutes of the First Meetin g of the J oint Indon esia – Malaysia Boundary Com m ittee di Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia, tanggal 16 No vem ber 1974; (d) Minutes of theSecon d Meeting of the J oint Indonesia – Malaysia Boundary Com m ittee di Denpasar, Bali, Indon esia, tanggal 7 J uli 1975; (e) Mem orandum of Understanding antara Republik

Indon esia – Malaysia di J akarta, tan ggal 26 Novem ber 1975; (f) The Boun dary Convention antara Belanda dan In ggris yang ditandatan gani di H aque, tanggal 26 Maret 1928 .

Traktat Perjanjian Belanda-Inggris Perbatasan darat antara Republik Indon esia– Malaysia di Pulau Kalim antan ditegaskan berdasarkan oleh beberapa Traktat / Perjanjian antara Kerajaan Belanda dan Inggris pada saat kedua n egara tersebut m asih m enguasai wilayah tersebut, adapun Traktat / Perjanjian tersebut adalah sebagai berikut : (1) Traktat 18 91. Traktat 18 91 ini di tanda tan gani di London pada tanggal 20 J uni 18 91, m asin g-m asing dilakukan oleh Duta besar berkuasa penuh Kerajaan Belanda C. Van Bylandt dan Menteri Luar Negeri Inggris Salisbury. Traktat ini kem udian diratifikasi oleh m asin g-m asing n egara den gan undan g-undang, kem udian pertukaran piagam ratifikasi dilakukan pada tanggal 11 Mei 18 92. (2) Traktat 1915 Traktat 1915 ditandatangani pada tanggal 17 Pebruari 1913 di Tawau (Malaysia, Inggris) Traktat ini diangkat dari Laporan bersam a pelaksan aan Penegasan Perbatasan yang dilakukan oleh Ir. J .H .G. Schepers ( Anggota Brigade Triangulasi dan Letnan Laut E.A. Vreede, keduanya m ewakili Pem erintah Belanda), dan untuk Pem erin tah In ggris diwakili oleh H .W.L. Bunbury dan G.St.V. Keddel (keduanya ahli Pem etaan); (3) Traktat 1928 Traktat 1928 ditanda tangani pada tanggal 26 Maret 1928 di Den H aag, oleh Menteri Luar Negeri ( Beelaerts Van Blokland ) dan Menteri Wilayah J ajahan ( Koning Berger ) keduanya m ewakili pem erintah Kerajaan Belanda, sedang pihak Kerajaan In ggris dilakukan oleh Duta Besar Luar Biasa dan berkuasa Pen uh di Belanda (Granville ). Traktat tersebut kem udian di ratifikasi oleh m asing-m asing n egara dengan Undang-un dang pada tanggal 6 Agustus 1930 .

(5)

posisi-posisi dim ana watershed teropotong, m aka segera saja m ereka m endirikan patok besar GP atau “Green Pillar “ di pinggiran sungai itu; artinya agar watershedn ya tidak m elenceng ke m ana-m an a. H al itulah yan g ana-m ereka lakukan di kedua pinggiran sun gai Pen tjian gan, keduanya diberi tan da “G.P.1”; Satu pilar di tepi kanan Sungai Agisan, diberi tanda “G.P.3” dan Satu pilar pada tepi kiri Sungai Seboeda, diberi tanda “G.P.2”. Pada kenyataann ya 70 tahun kem udian, yakni pada Tim Pen egasan Batas antar kedua n egara an tara In donesia dan Malysia adalah bergesernya perhatian dari ‘ Watershed Utam a “sebagai batas antar negara ke posisi m uara sungai di utara atau di selatan 4º 20 ‘ LU., logika yang dipakai adalah m en cari posisi m uara sungai untuk m enen tukan pilihan watershed padahal seperti di Sim an tipal m alah watershed yan g ada hanya satu. Pada tanggal 26 Maret 1928 di Den H aag telah ditandatangani suatu Traktat m en genai pen egasan perbatasan wilayah kedua negara di kawasan J agoi an tara Gunun g Api dan Gunun g Raya, sebagai pelaksan aan dari pada sebagaian perbatasan kedua n egara yan g diatur dalam Traktat 18 91. Traktat di tanda tangani oleh Menteri Luar Negeri (Beelaerts Van Blokland) dan Menteri Wilayah J ajahan (Koning Berger) keduanya m ewakili pem erintah Kerajaan Belanda, sedang pihak Kerajaan In ggris dilakukan oleh Duta Besar Luar Biasa dan berkuasa Pen uh di Belanda .

Traktat tersebut kem udian diratifikasi oleh m asin g-m asing n egara den gan Un dang-un dan g pada tanggal 6 Agustus 1930 . Seperti dikem ukakan sebelum nya, m aka Esen si Traktat 1928 seben arnya terletak pada bagaim an a kedua negara (Belan da – Inggris) m en en tukan batas kedua negara pada wailayah Lem bah dim ana di dalam nya terdapat beberapa sungai, tepatnya pada wilayah an tara Gunung J agoi dan Gunun g Raya. Konflik Batas Darat Indon esia– Malaysia di Kecam atan Lum bis Ogong. Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang selan jutnya disebut den gan Wilayah Negara adalah salah satu unsur n egara

yang m erupakan satu kesatuan wilayah daratan , perairan pedalam an, perairan kepulauan dan laut teritorial beserta dasar laut dan tanah di bawahnya, serta ruan g udara di atasnya, term asuk seluruh sum ber kekayaan yang terkandung di dalam nya. Di dalam Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nom or 43 Tahun 20 0 8 tentang Wilayah Negara Pasal 6 Ayat (1) H uruf (a) m en jelaskan bahwa: “Batas Wilayah Negara di darat dalam ketentuan ini adalah batas-batas yan g disepakati oleh Pem erin tah H india Belanda dan Pem erin tah Inggris di Kalim antan dan Papua, dan Pem erintah Portugis di Pulau Tim or yan g selan jutnya m en jadi wilayah Indon esia berdasarkan prinsip uti possidetis juris yang berlaku dalam hukum in ternasional. Berdasarkan prinsip tersebut, n egara yang m erdeka m ewarisi wilayah bekas negara pen jajahn ya. Batas darat antara Indon esia dan Malaysia ditetapkan atas dasar Konvensi H india Belanda dan Inggris Tahun 18 91, Tahun 1915, dan Tahun 1928 ”.

MOU 1973 adalah salah satu produk hukum internasional yan g hingga sekaran g m asih dijadikan sebagai dasar hukum pen entuan batas oleh Malaysia dan Indon esia. Nam un kesepakatan -kesepakatan tersebut m asih dapat dilakukan adan ya peninjauan ulan g, karena MOU 1973 yang berorientasi pada Traktat London (Kon vensi 18 91) ini sudah tidak relevan lagi untuk diterapkan. H al ini dikarenakan berbagai hal, antara lain: (a) Kondisi alam di lapan gan sudah tidak sesuai lagi dengan apa yan g tertulis di dalam Traktat London , seperti tidak adanya watershed setelah dilakukan pen gukuran bersam a oleh pihak Indon esia dan Malaysia. (b) Adanya asas pakta teritoris n ec n ocent nec prosun t, yang m enyatakan bahwa suatu perjanjian tidak m em berikan hak atau m em bebani kewajiban kepada pihak yang tidak terikat kepada perjanjian tersebut. Artinya, Indonesia dan Malaysia tidak dapat m em iliki hak serta

(6)

antara Indonesia dan Malaysia hanya diatur didalam suatu produk hukum berupa MOU yang bersifat m odus vivendi, m aka produk hukum ini hanya bersifat sem entara dan tidak berlaku lagi apabila terdapat peraturan baru lagi yang lebih rinci.

Penjelasan pasal 8 Boundary Convention pada tahun 1915 bahwa “Dari patok pilar GP1 sebelah kiri sungai pensian gan batas perbatasan m en gikuti garis : (a) Garis perbatasan bagian barat m en gikuti patok/ tian g GP1 di tepi sungai bagian kan an; (b) Mengacu pada penggun gan kecil sebelah selatan lom boi sam pai den gan watershed utam a antara m uara an ak sungai pen tjian gan sebelah utara 4°20 lintan g utara dan an ak m uara sungai sebelah selatan; (c) Beberapa m uara sungai yang m em bagai disebelah utara yang berm uara di sun gai sadalir diatas 4°20 lintan g utara serta dibawahnya yan g sejajar), kem udian bagian wilayah n etherland adalah sungai-sungai dialirkan atau berm uara pada sungai pentjiangan dibawah 4°20 lu, dim an a secara paralel di sungai sedalir untuk beberapa anak sungai yang berm uara dibawah 4°20 sam pai sungai sesayap (sasai), dan wilayah negara british north born eo adalah sungai-sungai yan g dialirkan atau berm uara pada sun gai pentjiangan di utara 4°20 LU, dim ana secara paralel sungai-sungai yang berm uara pada sungai sedalir yang m uaranya di utara 4°20 LU.

Sekilas sejarah m en genai m asalah batas n egara RI-Malaysia (Sabah) yan g m asih dalam status OBP di Kecam atan Lum bis Ogong Kabupaten Nun ukan Provinsi Kalim antan Utara adalah sebagai berikut : (1) Sebelum 17 Agustus 1945, In donesia adalah m erupakan bagian dari koloni belanda selam a kurang lebih 3,5 Abad; (2) Sebelum 31 Agustus 1957, Malaysia adalah m erupakan bagian dari koloni Inggris (british colony) selam a kurang lebih 3,5 Abad; 3) Pada saat Indonesia m erdeka pada tan ggal 17 Agustus 1945 dan Malaysia m erdeka pada tan ggal 31 Agustus 1957 berdarkan prinsip Uti Possidetis J uris, secara otom atis

Indon esia m ewarisi bekas wilayah koloni Belanda dan Malaysia m ewarisi bekas koloni In ggris; (4) Tahun 1973 Indon esia-Malaysia sepakat untuk m elaksanakan dem arkasi batas intern asional kedua n egara di Pulau Kalim antan; (5) Pelaksanan aan Dem arkasi batas Internasional In don esia – Malaysia di pulau Kalim antan dilaksanakan dari tahun 1975 – 20 0 0 den gan hasil sekitar 21.0 0 0 pilar sudah dipasang, n am un baru 19.329 pilar yang di-MoU-kan , sisan ya m erupakan segm en yang belum tun tas atau lebih dikenal den gan 10 segm en OBP term asuk segm en Sungai Sim antipal, Sungai Sinapad dan patok B270 0 s/ d B310 0 ; (6) Secara resm i OBP m ulai dibahas oleh kedua n egara pada Special Meeting tahun 20 0 2.

J ika berdasarkan Perjanjian Belanda Inggris 1915 yang sekarang telah m en jadi pegangan RI dan Malaysia dapat dijelaskan bahwa setiap m uara sungai yang berasal dari Watershed di bawah 4.20 Lintan g Utara akan Men jadi Milik Belanda dan diatas 4.20 Lintang Utara Milik In ggris dan perlu di ketahui dengan adan ya perbedaan cara pengukuran Indon esia den gan Malaysia dim an a Indon esia m en ggunakan WGS 8 4 dan Malaysia dengan Datum Balai m aka m uara Sungai Sum antipal, Sungai Sinapad dan Sungai Sasai berada diatas 4.20 Lin tang Utara itu berarti posisi negara Indonesia lem ah.

(7)

Kondisi OBP ternyata m enjadi salah satu m asalah pelik wilayah perbatasan di Kalim an tan Utara yang berbatasan den gan n egara bagian Sabah. Banyak hal inform asi tentang OBP seperti dijelaskan dalam alin ea diatas terjadi karena sam pai den gan hari ini kedua n egara belum m em berikan kesepakatan bersam a tentang batas Negara dikaren akan terjadi perbedaan pendapat dan perbedaan pem buktian sejarah riwayat dari perbatasan di kedua negara pada saat yang lalu, yang kem udian berlanjut sam pai den gan hari ini. Wilayah OBP di Kalim an tan Utara ini. Anehn ya n egara Indon esia telah m en etapkan yuridiksi hukum atas wilayah di area OBP tersebut tanpa m em berikan inform asi secara cukup jelas terhadap sem ua pihak yang berkepentin gan pada wilayah OBP tesebut terutam a pada pem erintah daerah dan pem erintah local kecuali ada pihak pihak yang m em beri pem aham an yang telah cukup lam a, fakta dilapangan tidak sem ua m asyarakat m em aham i kondisi OBP ini. Sehingga saat ini siapapun m asyarakat yang ada di wilayah OBP terjadi kondisi yang m em bin gun gkan dan sangat tidak m em aham i apa yang disebut den gan area OBP tersebut.

Kasus Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan adalah salah satu kasus OBP yan g telah m en jadi m ilik Malaysia, kasus ini sendiri m ulai m uncul sejak tahun 1969 ketika Tim Teknis Landas Kon tinen Indon esia – Malaysia m em bicarakan batas dasar laut antar kedua n egara. Kedua pulau Sipadan dan Ligitan tertera di Peta Malaysia sebagai bagian dari wilayah negara RI, padahal kedua pulau tersebut tidak tertera pada peta yang m en jadi lam piran Perpu No. 4/ 1960 yang m enjadi pedom an kerja Tim Teknis Indon esia. (Pailah , 20 0 9)

Ada hal yang m en ggelitik dari peristiwa in i, m engapa Indon esia kalah begitu telak, padahal perkiraan para pem erhati atas putusan ICJ m asih fifty-fifty, karen a dasar-dasar hukum , peta dan bukti-bukti lain yang disiapkan oleh kedua pihak relatif berim ban g. Dari

penjelasan yang di keluarkan m edia m assa pada saat, ternyata ICJ / MI dalam persidan gan -persidangannya gun a m en gam bil putusan akhir, m en gen ai status kedua Pulau tersebut tidak m en ggunakan (m enolak) m ateri hukum yang disam paikan oleh kedua negara, m elainkan m en ggunakan kaidah kriteria pem buktian lain , yaitu Contin uous presence, effective occupation, m aintenance dan ecology preservation. Dapat dim engerti bilam ana ham pir sem ua J uri MI yang terlibat sepakat m en yatakan bahwa Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan jatuh kepada pihak Malaysia karena kedua pulau tersebut tidak begitu jauh dari Malaysia dan faktanya Malaysia telah m em ban gun beberapa prasarana pariwisata di pulau-pulau tersebut.

Indon esia selam a belasan tahun telah m em perjuangkan kedua pulau tersebut kedalam wilayah Yurisdiksi kedaulatan NKRI, ini akibat dari kekuran g-seriusan kita dalam m em perjuangkannya, itulah kom entar-kom en tar yang m un cul. Ben arkah birokrat Indonesia kuran g serius m em perjuangkan pem ilikan dua pulau tersebut . Dari rangkaian panjang upaya yang dilakukan rasan ya perjuan gan kita cukup serius. Putusan MI sudah final dan bersifat m engikat sehingga tidak ada peluang lagi bagi Indonesia untuk m en gubah putusan tersebut. Yang selan jutnya dapat dilakukan adalah bagaim ana pem erintah Indon esia dapat m en gam bil pelajaran untuk ke depan jan gan sam pai kecolon gan lagi untuk ketiga kalin ya.

(8)

sedikit dan waktu yan g tidak sebentar dalam m elakukan satu perjalanan m en uju ibukota kecam atan . Berbanding terbalik ketika warga Desa Laban g m elakukan perjalan an m enuju Desa Bantul , Sabah , Malaysia yan g cukup m em erlukan waktu 5 m enit. Akibat dari susahn ya akses perjalanan yan g kem udian m asyarakat perbatasan juga m en dapatkan fasilitas serta pelayanan publik dim ana di Desa Bantul fasilitas yang disedikan oleh pem erintah Malaysia sudah lebih m em adai. Dengan m en gingat perm asalahan tersebut m aka pilihan terbaik bagi warga desa Laban g adalah m em ilih un tuk m elakukan aktivitas di Malaysia.

Kurangnya infrastruktur di kawasan perbatasan , terlihat dari akses jalan raya yan g m en ghubun gkan kawasan perbatasan den gan pusat pem erintahan dan ekonom i Indonesia m en yebabkan m asyarakat di kawasan perbatasan justru m engjangkau Malaysia untuk m em enuhi kebutuhannya. Peluang inilah yan g kem udian dapat ditangkap oleh Malaysia untuk m en gem ban gkan cakupan wilayahnya den gan m elakukan pem bangunan di wilayah perbatasannya un tuk m elum puhkan rasa nasionalism e m asyarakat perbatasan Indonesia.

Selain sulitnya akses jalan raya sebagai penghubun g antar wilayah, infrastuktur-Infrastruktur lainnya seperti sekolah , puskem as , rum ah sakit , pasar dan jaringan telekom unikasi juga sulit ditem ukan di kawasan perbatasan Indon esia. Yang m en jadi m asalah terpenting adalah ketika jaringan listrik m asih belum m enjangkau sebagian besar kawasan perbatasan Indonesia.

Berkaitan den gan persoalan infrastruktur, fasilitas dan pelayanan publik dari pem erintah yan g diterim a oleh m asyarakat perbatasan di Kalim antan sangat m inim . H al inilah yang kem udian m enyebabkan m asyarakat di kawasan perbatasan justru m en gakses fasilitas pelayanan, baik pendidikan , kesehatan , m aupun ekonom i, di daerah Malaysia. Di

Kabupaten Nun ukan sendiri m en urut data Dinas Pendidikan di kabupaten tersebut , beberapa kecam atan yan g berada di perbatasan seperti Kecam atan Lum bis, Kecam atan Sem bakun g ,Kecam atan Sem bakung Atulai, Kecam atan Lum bis Ogong, Kecam atan Tulin On so, m engalam i kekurangan ten aga pendidik. J auhnya lokasi, fasilitas pendukun g, serta tun jan gan yang kurang m em adai m en yebabkan para guru cenderung enggan m en gajar di wilayah tersebut. Dengan m inim nya pengajar yang akhirnya m em buat m asyarakat lebih m em ilih m enyekolahkan an aknya ke Malaysia, karena fasilitas pen didikan yang jauh lebih baik jika diban din gkan den gan fasilitas pendidikan di wilayahn ya. (H asil wawancara dengan bapak Lum bis , 20 16)

Di bidang kesehatan pun tidak jauh berbeda kondisinya dengan bidang pendidikan dim an a m asih terdapat kekuran gan dokter/ perawat dan puskesm as/ rum ah sakit di kawasan perbatasan yang akhirn ya m enyebabkan m asyarakat di kawasan perbatasan cenderung m em ilih berobat ke Malaysia.Salah satu contohnya adalah ketika beberapa warga perbatasan di Desa Sim antipal den gan IC m erah Malaysia m em iliki akses gratis untuk berobat di rum ah sakit Malaysia, nam un akan susah bagi m ereka han ya sekedar berobat m engingat perjalanan m enuju rum ah sakit/ puskesm as terdekat m em butuhkan waktu yang tidak sedikit.

Sedan gkan di bidang ekonom i , terkait dengan distribusi baran g kebutuhan yang diperlukan oleh m asyarakat dim ana barang tersebut kem udian dipenuhi oleh barang dari Malaysia karen a jarak yang ditem puh cenderung lebih singkat jika diban dingkan dengan produk lokal yang dikirim kan m elalui pesawat perintis dan

harganya cenderung fluktuatif.(Sutaryo,20 15) Dari kondisi

(9)

Malaysia, m engin gat arus distribusi yang tidak m elalui bea cukai.

Penulis dapat m enyim pulkan bahwa faktor pen arik yang dapat dilihat sebagai berikut ; Kedekatan Geografis den gan Negara MalaysiaKondisi Perekonom ian Negara Malaysia lebih m en janjikan Kepastian H ukum dan pengakuan warga Negara In donesia m en jadi warga tem patan (warga

setam pat)Akses kem udahan Infrastruktur Program Sosial Pendidikan

dan Kesehatan Gratis, J am inan Resolusi PBB Nom or 61/ 295 tentang Declaration on the Rights of Indigenous Peoples. Pasal 36 ayat (1). Perm asalahan OBP, pada saat ini Pem erintah In donesia harus m enegaskan dan belajar dari hasil keputusan J IC/ MI tentan g lepasnya pulan sipadan ligitan yang dalam keputusann ya bukan m enyagkut m asalah sejarah, atau hasil perundingan yang sudah berjalan cukup lam a dan panjang. Dim ana keputusan MI/ J IC, perlu dijadikan dasar pengeloaan wilayah OBP yang m asih tertinggal dan jadi m asalah diwilayah 3 Desa Sim antipal, Sinapad dan Labang (kinokod). Dim an a keputusan MI/ J IC bukan han ya dijadikan Yurisprudensi H ukum tetapi juga dijadikan pem belajaran dalam pen gelolaan Negara Indon esia terhadap OBP di 3 desa tersebut, m en ggunakan kaidah kriteria pem buktian lain , yaitu “Contin uous presence, effective occupation, m aintenance dan ecology preservation ”.yang bisa dijelaskan bahwa

Continous Presence adalah upaya Negara m elakukan Pem ban gunan nya secara berkelan jutan di suatu wilayah, kem udian Effective Occupation adalah Pekerjaan Pem ban gun an Efektif yang hasil pem bangunan dapat dirasakan m asyarakat disekitar pem bangunan , kem udian Apa yang telah diban gun dilakukan tindakan perawatan secara kontinyu, terahiar adalah upaya Reservasi Ekologi alam lin gkungan diwilayah sekitar pem bangun an . Sehingga den gan berdasar kondisi tersebut diatas m aka Pem erintah Indon esia tidak boleh m em biarkan wilayah OBP di 3 desa tersebut seperti

kejadian di sipadan ligitan tetapi perlu nya m elakukan kin erja pem bangunan yang tum buh dan berkelan jutan efisien dan efektif, m elakukan pem eliharaan hasil pem bangunan, serta m elakukan konservasi alam lingkungan secara baikdan benar sehingga ekosistem lingkungan tetap terjaga dan lestari.

(10)

m em percepat proses keputusan kedua Negara dalam m enyelesaikan BOP tanpa konflik.

D a fta r Pu s ta ka

[1]Susilo, I Basis. 2009. “Ambalat dan Konsep

Kuasa-Wilayah” dalam

http://nasional.kompas.com/read/2009/06/11 /05074377/ambalat.dan.konsep.kuasa-wilayah [Daring] Diakses pada 22 September 2016 .

[2]Pailah , Steven Y. (2009) Archipelago State :

Tantangan dan Perubahan Maritim. Klub Studi Perbatasan : Jakarta : Hlm 43

[3]Sutaryo, Wihana Kirana Jaya, Sri Edi

Swasono, Revrisond Baswir, Irfan Dwidya

Prijambada (2015) . Membangun kedaulatan bangsa berdasarkan nilai-nilai pancasila : Pemberdayaan masyarakat dalam kawasan terluar, terdepan , dan tertinggal (3T) . Pusat Studi Pancasila UGM , Hlm 561

[4]BNPP.

http://bnpp.go.id/home/news/110.[Daring]Di akses pada 4 desember 2016

[5]MaduLudiro,dkk.,MengelolaPerbatasanIndon

esiaDiDuniaTanpaBatas:Isu, Permasalahan dan pilihankebijakan,

Yogyakarta:GrahaIlmu, 2010

[6]Lumbis , Hasil wawancara mengenai sejarah

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

[r]

baik yang artinya pendekatan scientific dapat meningkatkan hasil belajar siswa.. Tabel 5.2 Analisis Hasil Tes Akhir Siswa

menimba ilmu agama Islam bagi para pelajar atau santri.

Hasil sintesis kemudian diuji menggunakan spectra IR untuk mengetahui keberhasilan sintesis dengan melihat gugus fungsi, kemudian silika gel dan silika termodifikasi

The policy shock generates a decrease both in output gap, which effectively corresponds to output, because the natural level of output is not affected by monetary policy shock, and

[r]