• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PEMBELAJARAN PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN AL MUNTAHA KELURAHAN CEBONGAN KECAMATAN ARGOMULYO KOTA SALATIGA TAHUN 2016 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MANAJEMEN PEMBELAJARAN PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN AL MUNTAHA KELURAHAN CEBONGAN KECAMATAN ARGOMULYO KOTA SALATIGA TAHUN 2016 SKRIPSI"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

i

MANAJEMEN PEMBELAJARAN

PONDOK

PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN AL

MUNTAHA

KELURAHAN CEBONGAN KECAMATAN ARGOMULYO

KOTA SALATIGA TAHUN 2016

SKRIPSI

Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

MILATUR RODIYAH NIM: 111-12-184

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

MOTTO

ْ مُكُرْيَخ

ُهَمَّلَعَو َنآْرُقْلاَ مَّلَعَت ْهَم

Orang yang paling baik diantara kalian adalah seseorang

yang belajar al-

Qur’an dan mengajarkannya “.

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Ibu Siti Puji Astutik dan Bapak Puryadi yang senantiasa memberikan nasehat dan telah mendidikku dari kecil sampai menikmati kuliah S1 di IAIN Salatiga ini, serta tidak lelah mendoakan tanpa henti untuk menjadi pribadi yang bermanfaat untuk sesama.

2. Adik-adiku tersayang Atsiilah Khoirun Nisa‟ dan Muhammad Bachrul Ulum yang selalu memberikan semangat untuk terus menjadi pribadi yang tangguh. 3. Ibu Nyai Hj. Siti Zulaicho AH selaku pengasuh pondok pesantren tahfidzul

Qur’an al-muntaha yang saya hormati dan selalu saya harapkan ridho dan berkah ilmunya.

4. Mas Ali Wachid Murtadlo yang selalu memberikan doa”, semangat, motivasi dan kasih sayang yang tiada henti.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “MANAJEMEN PEMBELAJARAN PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN AL -MUNTAHA KELURAHAN CEBONGAN KECAMATAN ARGOMULYO KOTA SALATIGA TAHUN 2016”

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

(9)

ix

4. Bapak Fatchurrohman, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Yedi Efriadi, M.Ag. selaku pembimbing akademik.

6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.

7. Pengasuh, ustadzah, dan santri PPTQ al-Muntaha Salatiga yang telah memberikan ijin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian di pondok pesantren tersebut.

8. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.

9. Keluarga Ma‟had Putri IAIN Salatiga, PAI E, Keluarga PPL SMP Muhammadiyah Suruh dan Kelompok KKN posko 25 yang telah memberikanku pengalaman hidup yang luar biasa.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.

Salatiga, 1 September 2016 Penulis

(10)

x

ABSTRAK

Rodiyah, Milatur. 2016. “Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul

Qur’an al-Muntaha Kelurahan Argomulyo Kecamatan Cebongan Kota Salatiga”Pembimbing: Fatchurrohman, M.Pd.

Kata kunci: Manajemen Pembelajaran, Pondok Pesantren, Tahfidzul Qur’an Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan manajemen pembelajaran pondok pesantren tahfidzul Qur’an al-Muntaha Kelurahan Argomulyo Kecamatan Cebongan Kota Salatiga. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1) Bagaimana manajemen pembelajaran pondok pesantren tahfidzul Qur’an al-Muntaha. 2) Problematika yang dihadapi dalam manajemen pembelajaran pondok pesantren tahfidzul Qur’an al-Muntaha.

Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan (field research) dengan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subyek penelitian adalah santri, ustadzah, pengasuh, dan pengelola pondok pesantren.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa 1) manajemen pembelajaran tahfidzul Qur’an di pondok pesantren al-Muntaha terdiri dari perencanaan, pengorganisasian pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, pengawasan pembelajaran, dan pengevaluasian. Perencanaan pembelajaran terdiri dari proses penentuan tujuan, metode atau cara yang ditempuh dalam pembelajaran tahfidzul

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

E. Penegasan Istilah ... 6

F. Metode Penelitian ... 7

G. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 16

A. Manajemen Pembelajaran ... 16

(12)

xii

C. Tahfidzul Qur‟an ... 31

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 38

A. Paparan Data Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga ... 37

B. Temuan Penelitian ... 45

1. Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha ... 45

2. Problematika Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha ... 59

BAB IV PEMBAHASAN ... 63

A. Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha ... 63

B. Problematika Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha... .74

BAB V PENUTUP ... .79

A. Kesimpulan... .79

B. Saran ... .80

DAFTAR PUSTAKA ... .83

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar SKK

2. Nota Pembimbing Skripsi

3. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian 4. Surat Keterangan Melakukan Penelitian 5. Lembar Konsultasi

6. Instrumen Pengumpulan Data 7. Kode Penelitian

(15)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an kitab yang sangat mengagumkan bagi orang-orang yang mau menggunakan akal dan mata hati untuk memikirkan dan merenungkannya. Hifzhi al-Qur’an adalah menghafal al-Qur‟an sesuai dengan urutan yang terdapat dalam mushaf Utsmani mulai dari surat al-Fatihah hingga surat al-Nas dengan maksud beribadah, menjaga dan memelihara kalam Allah (Munjahid, 2007:74). Di dalam diri setiap muslim terdapat hasrat yang kuat untuk menghafal al-Qur‟anul karim. Al

-Qur‟an adalah kitab suci agama islam yang abadi, petunjuk bagi seluruh umat manusia. Barang siapa yang mengamalkannya, maka ia akan mendapat pahala; barang siapa menyuruh padanya, maka ia telah ditunjuki pada jalan yang lurus; barang siapa yang berpegang teguh padanya, maka ia telah berpegang tali yang kuat yang tidak akan pernah terpecah-pecah ; dan barang siapa yang berpaling darinya dan mencari petunjuk selainnya, maka ia telah sangat sesat (Badwilan, 2009:264). Diantara cara Allah menjaga kemurnian al-Quran adalah dia menjadikan sebagian dari hamba-Nya menjadi para penghafal al-Quran.

(16)

2

“sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami anugrahkan kepadanya secara diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.” (QS. Faathir [35]: 29).

Untuk menyukseskan program program tahfidz suatu lembaga harus memiliki manajemen yang baik. Manajemen dapat diartikan sebagai sebuah proses khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan; perencanaan, pengorganisasian, penggiatan, dan juga pengawasan. Ini semua juga dilakukan untuk menentukan atau mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia, dan juga sumber-sumber lainnya (Sunarto, 2005:71). Perencanaan merupakan bagian awal yang terpenting dari suatu kerja. Perencanaan merupakan fungsi pemulaan dalam manajemen (Suparlan, 2014:43). Memang menyelenggarakan pembelajaran menghafal al-Qur‟an bukanlah persoalan mudah, melainkan dibutuhkan pemikiran dan analisis mendalam dari hal perencanaan, metode, alat dan sarana prasarana, target hafalan, evaluasi hafalan dan sebagainya. Oleh karena itu dibutuhkan pula manajemen pembelajaran

al-Qur‟an yang tepat dan betul-betul dapat memahami kondisi anak. Manajemen pembelajaran menghafal al-Qur‟an yang terdiri dari bagaimana bentuk perencanaa, pelaksanaan dan evaluasi yang dilakukan.

(17)

3

tahfidz dengan lahirnya banyak lembaga tahsin dan tahfidz atau bahkan di lembaga-lembaga pendidikan formal. Tumbuhnya lembaga-lembaga

keal-Qur‟anan, baik kecil maupun besar, baik swasta maupun memiliki

keterkaitan dengan pemerintah setempat. Bahkan, statistiknya menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Begitu saja, di sekolah-sekolah umum unggulan yang berbasis islam (biasanya menggunakan

istilah “Islam Terpadu”, seperti SDIT), menggunakan tahfidz (hafalan al -Qur‟an), sebagai salah satu program unggulan dan menjadi core

kompetensinya. Salatiga sendiri ada beberapa lembaga program tahfidz diantaranya, SD tahfidz An-nida, rumah tahfidz, pondok pesantren tahfidzul quran al-Muntaha. Tentu saja, ini merupakan suatu perkembangan yang positif, terutama dalam upaya memelihara otentisitas al-Quran.

(18)

4

bagi para santri, terbuka bagi mahasiswi, pelajar tingkat SD hingga Perguruan Tinggi, maupun santri yang hanya ingin berkonsentrasi belajar mondok saja. Sudah banyak sekali prestasi yang diraih oleh santri maupun alumni pondok pesantren al-Muntaha. Antara lomba MTQ juara I, MHQ

juara I, Syarhil Qur‟an juara II, Kaligrafi Juara 1, English Debate juara II, Pidato bahasa inggris juara I, Stand up comedy juara harapan II dan Cipta puisi juara II.

Sebagai salah satu pondok tahfidz di Salatiga, Pondok Pesantren al Muntaha telah melahirkan banyak santri yang berhasil menghafal al

Qur‟an dengan baik. Keberhasilan ini tentu didorong oleh sistem

manajemen pondok yang baik. Dari latar belakang inilah peneliti bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “MANAJEMEN

PEMBELAJARAN PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN

AL-MUNTAHA KELURAHAN CEBONGAN KECAMATAN ARGOMULYO KOTA SALATIGA TAHUN 2016”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana manajemen pembelajaran pondok pesantren tahfidzul

(19)

5

2. Apa problematika manajemen pembelajaran pondok pesantren

tahfidzul Qur‟an al-Muntaha Kel Cebongan Kec Argomulyo Salatiga Tahun 2016?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui manajemen pembelajaran pondok pesantren

tahfidzul Qur‟an al-Muntaha Kel Cebongan Kec. Argomulyo Kota Salatiga Tahun 2016.

2. Untuk mengetahui problematika dalam manajemen pembelajaran pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-Muntaha Kel Cebongan Kec. Argomulyo Kota Salatiga Tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas dan diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis maupun teoritis, antara lain :

a. Manfaat teoritis

Memberikan sumbangan pemikiran terhadap wacana pendidikan

agama Islam khususnya di bidang pendidikan tahfidzul qur‟an.

b. Manfaat Praktis

(20)

6

2. Bagi Masyarakat: untuk memberi pengetahuan mengenai pondok pesantren yang memiliki sistem manajemen yang unggul.

3. Bagi Peneliti: untuk menambah pengetahuan mengenai manajemen

pondok pesantren tahfidzul qur‟an.

E. Penegasan Istilah

1. Manajemen pembelajaran

Manajemen pembelajaran terdiri dari dua kata, yaitu manajemen dan pembelajaran. Istilah pembelajaran (instruction) bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang telah direncanakan (Majid, 2012:109). Sedangkan menurut George R. Terry Manajemen adalah suatu proses khas yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian untuk menentukan serta mencapai tujuan melalui pemanfaatan SDM dan sumber daya lainnya (Sunarto, 2005:71).

(21)

7 2. Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an

Pesantren atau pondok adalah lembaga yang bisa dikatakan merupakan wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan nasional. Dari segi historis pesantren tidak hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia (indigenous). Lembaga pendidikan yang sudah ada sejak dulu (madjid, 1997:3).

Sedangkan tahfidz atau menghafal merupakan bahasa indonesia yang berarti menerima, mengingat, menyimpan dan memproduksi kembali tanggapan-tanggapan yang diperoleh melalui pengamatan. Sedangkan menurut istilah hifzhi al-Qur‟an adalah menghafal al

-Qur‟an sesuai dengan urutan yang terdapat dalam mushaf Utsmani mulai dari surat al-Fatihah hingga surat al-Nash dengan maksud beribadah, memelihara kalam Allah (Munjahid, 2007:74). Kita akan mengetahui berbagai anugrah dan keistimewaan agung yang diperoleh para penghafalnya (Syinqithi, 2011:4). Jadi pondok pesantren tahfidzul

Qur‟an merupakan suatu lembaga yang khusus pada bidang hafalan al

-Qur‟an.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

(22)

8

yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Sedangkan menurut Bogdan dan Tylor dalam Meoleong (2009:4). Metode Kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data secara deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Data yang diperoleh dalam penelitian ini tidak berupa angka-angka tetapi data yang terkumpul berbentuk kata-kata lisan yang mencakup laporan dan foto-foto. Jadi hasil penelitian ini adalah berupa deskripsi atau gambaran manajemen pembelajaran pondok pesantren tahfidzul

Qur‟an al-Muntaha Kota Salatiga Tahun 2016.

2. Kehadiran Peneliti

Peneliti hadir secara langsung pada obyek penelitian dalam rangka pengumpulan data yang dilaksanakan peneliti tinggal di obyek penelitian, sehingga peneliti terlibat secara langsung dan aktif dalam rangka pengumpulan data.

3. Lokasi

(23)

9

sangat strategis dan mudah transportasi. Fasilitas pendukung yang ada diantaranya Masjid, Laudry, dan Rumah Makan Barokah.

4. Sumber Data

Pada tahap ini, peneliti berusaha mencari dan mengumpulkan berbagai sumber data yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini terdapat data utama (primer) dan data pendukung (skunder).

a. Data Primer

Sumber data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya (Arikunto, 2010:22). Adapun yang terlibat secara langsung sebagai sumber data primer berasal dari santri, pengurus pondok, ustadz ustadzah pondok, dan pengasuh Pondok Pesantren al-Muntaha Salatiga. b. Data Sekunder

(24)

10

yang terkait dengan manajemen pembelajaran, arsip-arsip, dokumen, catatan dan laporan Pondok Pesantren al-Muntaha.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah : a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Asmani, 2011:23). Metode observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan yang digunakan dengan mengadakan pengamatan fenomena-fenomena yang dijadikan pengamatan. Adapun cara yang digunakan adalah mengadakan pengamatan langsung di pondok pesantren al-Muntaha dengan cara melihat dan pengindraan lainnya. Observasi secara langsung mempunyai maksud untuk mengamati dan melihat langsung kegiatan-kegiatan manajemen yang dilakukan. Dalam observasi ini yang menjadi objeknya antara lain aktifitas kegiatan pembelajaran sehari-hari yang di lakukan oleh pengasuh dan dewan asatidz. b. Wawancara

(25)

11

bahwa mereka sedang diwawancarai, penelitian sudah menetapkan dan menyimpan pertanyaan-pertanyaan yang tersusun secara sistematis. Dalam penelitian ini metode wawancara digunakan sebagai metode pengumpulan data dalam pembelajaran pesantren dan bagaimana peran masing-masing dewan pengasuh, asatidz, pengurus serta santri dalam menerapkan dan mengorganisir sistem pembelajaran pondok pesantren tahfidzul Qur‟an.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2002:148). Dokumentasi dalam penelitian ini di perlukan untuk memperkuat data-data yang diperoleh dari lapangan yaitu dengan cara mengumpulkan data yang berupa catatan tertulis dari Pondok Pesantren al-Muntaha.

6. Analisis Data

(26)

12

Menurut Moleong (2008:280) analisis data adalah proses mengorganisasaikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Menurut Moleong (2008:324) ada empat kriteria yang digunakan yaitu: kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).

(27)

13

8. Tahap-Tahap Penelitian

Pelaksanaan penelitian terdiri dari empat tahap yaitu: tahap sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, dan tahap penulisan laporan yang ditempuh sebagai berikut:

a. Tahap Sebelum ke lapangan

Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigma teori, penjajakan alat peneliti, permohonan izin kepada subyek yang diteliti, dan konsultasi fokus penelitian.

b. Tahap Pekerja Lapangan

Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan dengan peran pembelajaran pesantren tahfidzul Qur‟an al-Muntaha. Data ini diperoleh dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. c. Tahap Analisis Data

Menurut Miles dan huberman yang dikutip Sugiono (2007:337) aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

1) Mereduksi atau merangkum data, memiliki hal-hal pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu.

(28)

14

3) Penarikan kesimpulan berupa penemuan baru yang belum pernah ada.

d. Tahap Penulisan Laporan

Tahap penulisan laporan adalah tahap penyusunan data-data hasil temuan penelitian secara sistematis. Dalam penulisan laporan penelitian ini tentunya mencakup semua kegiatan penelitian mulai dari tahap awal penelitian sampai tahap akhir yaitu tahap penarikan kesimpulan. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan, saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini, penulis menyusun kedalam 5 (lima) bab yang rinciannya adalah sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II: KAJIAN PUSTAKA. Membahas secara tuntas judul yang ada sesui dengan teori yang mendukungnya. Yaitu pengertian manajemen pembelajaran dan pondok pesantren tahfidzul Qur‟an.

(29)

15

misi, letak geografis, profil pondok, struktur kepengurusan, sumber dana, daftar santri, jadwal pelajaran, jadwal kegiatan harian, struktur organisasi, tata tertib pondok.

BAB IV: PEMBAHASAN. Meliputi manajemen pembelajaran pondok pesantren, problematika yang dihadapi pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-Muntaha.

(30)

16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Manajemen Pembelajaran

1. Pengertian Manajemen Pembelajaran

Manajemen pembelajaran terdiri dari dua kata, yaitu manajemen dan pembelajaran. Secara bahasa (etimologi) manajemen

berasal dari kata kerja “to manage” yang berarti mengatur (Hasibuan,

2007:1).

Adapun menurut istilah (terminologi) terdapat banyak pendapat mengenai pengertian manajemen salah satunya menurut George R. Terry manajemen adalah suatu proses khas yang terdiri atas tindakan-tindakan yang dicapai melalui perencanaan, pengorganisasian, pergerakan, dan pengendalian untuk menentukan serta mencapai tujuan melalui pemanfaatan SDM dan sumber daya lainnya (Hasibuan, 2007:3).

Selanjutnya, mengenai pembelajaran berasal dari kata

“instruction” yang berarti “pengajaran”. Pembelajaran pada hakikatnya

(31)

17

Dari beberapa pengertian diatas dapat dikatakan bahwa manajemen pembelajaran merupakan usaha untuk mengelola pembelajaran yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

2. Fungsi-fungsi Manajemen Pembelajaran

Dalam kegiatan manajemen pembelajaran ini terdapat fungsi manajemen yang harus dilaksanakan. Diantaranya yaitu perencanaan pembelajaran, pengorganisasian pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan pengawasan pembelajaran yang juga meliputi kegiatan evaluasi pembelajaran.

a. Perencanaan Pembelajaran

(32)

18 b. Pengorganisasian Pembelajaran

Pengorganisasian pembelajaran adalah keseluruhan proses pengelompokan pendidikan, peserta didik, materi dan sumber belajar serta sarana prasarana dan media belajar sehingga tercipta suatu proses pembelajaran yang dapat berjalan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan pengorganisasian ini akan ditentukan materi materi pelajaran beserta siapa pengajarnya dan untuk siapa materi itu diberikan, bagaimana cara menyampaikan, serta kapan pelajaran itu akan diberikan.

Menentukan materi pembelajar berarti melakukan kegiatan pengelolaan materi pembelajaran, hal ini harus memperhatikan prinsip keragaman anak, tujuan moral (kognitif, emosional, dan kinetik) dan aspek psikologis lain (Maimun dan Fitri, 2010:108). Dengan demikian pelajaran yang akan diajarkan dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan pondok pesantren guna menunjang tercapainya target program pondok yang sedang dikembangkan. Usman mendefinisikan pengorganisasian merupakan penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya (Usman, 2010: 146).

(33)

19

1) Menyediakan fasilitas, perlengkapan dan personel yang diperlukan untuk penyusunan kerangka yang efisien dalam melaksanakan rencana-rencana melalui suatu proses penetapan pelaksanaan pembelajaran yang diperlukan untuk menyelesaikannya.

2) Mengelompokkan komponen pembelajaran dalam struktur sekolah secara teratur.

3) Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi pembelajaran.

4) Merumuskan dan menetapkan metode dan prosedur pembelajaran.

c. Pelaksanaan Pembelajaran

Di dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran ini, seorang pendidik melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar sesuai panduan yang telah dirancang dengan memanfaatkan dan menggunakan unsur-unsur belajar seperti, materi/bahan ajar, sumber belajar, media belajar, strategi, dan metode belajar sehingga peserta didik mau dan bisa belajar dengan senang dan sungguh-sungguh guna mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sesuai rencana.

(34)

20

secara tepat. Oleh karena itu penguasaan terhadap metode pembelajaran baik metode konvensional maupun inkonvensional merupakan hal yang urgen. Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien (Suwardi, 2007:61). Jadi metode pembelajaran adalah cara yang diguna-kan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Penggunaan metode belajar mengajar harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, kemampuan guru, anak didik, materi yang dipelajari, ketersediaan fasilitas atau alat, dan durasi waktu belajar. Diantara jenis-jenis metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam KBM adalah sebagai berikut:

1. Metode pembiasaan

Metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap,dan bertindak sesuai dengan ajaran, norma, dan aturan yang berlaku (Arief, 2002:110).

2. Metode keteladanan

Metode keteladanan adalah cara mengajar yang dilakukan dengan memberikan contoh-contoh yang baik yang dapat dicontoh atau ditiru dari seseorang oleh orang lain (Arief, 2002:117).

(35)

21

Metode pembelajaran ini dilakukan dengan cara memberikan ganjaran atau hadiah atas perilaku baik maupun keberhasilan belajar peserta didik sebagai pendorong dan motivasi belajar (Arief, 2002:127).

4. Metode pemberian hukuman

Metode ini merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan hukuman atas perilaku tidak baik atau kesalahan peserta didik (Arief, 2002:131).

5. Metode ceramah

Metode ceramah adalah cara penyampaian sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau khalayak ramai (Arief, 2002:136). Dalam pengertian lain ceramah diartikan sebagai suatu cara penyampaian bahan secara lisan oleh guru di muka kelas (Usman, 2002:34).

6. Metode tanya jawab

(36)

22 7. Metode Sorogan

Sorogan berasal dari bahasa Jawa (sorog) yang artinya menyodorkan (Nasir, 2005:110). Metode sorogan ialah sebuah sistem belajar di mana para murid satu persatu menghadap guru untuk membaca dan menguraikan isi kitab ataupun menyetorkan hafalan (Arief, 2002:150).

8. Metode bandongan/weton

Metode bandongan menurut Zamakhsyari Dhofier dalam Arief (2002:153) adalah metode belajar di mana sekelompok murid (jumlah banyak) mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan, dan sering kali mengulas buku Islam dalam bahasa Arab, kemudian setiap murid memperhatikan bukunya sendiri dan membuat catatan (baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata atau buah fikiran yang sulit. Metode bandongan atau sistem weton ini merupakan metode belajar tertua di pondok pesantren menyertai metode sorogan dan tentunya merupakan inti dari pengajaran di suatu pesantren (Nasir, 2005:113).

9. Metode drill

(37)

23

memiliki keterampilan ataupun ketangkasan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari.

10.Metode kerja kelompok

Metode kerja kelompok ialah cara menyajikan materi pelajaran di mana siswa dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok tertentu untuk menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan dengan cara bersama dan bergotong royong (Arief, 2002:196).

Selain metode yang tepat efektivitas pembelajaran juga dipengaruhi oleh ketepatan penggunaan media belajar. Media pembelajaran adalah sesuatu hal yang berfungsi sebagai perantara penyampaian pesan atau informasi dalam proses pembelajaran (Suwardi, 2007:76). Diantara media belajar yang dapat digunakan adalah gambar/poster, slides, video, buku teks, modul, dan lain-lain.

d. Pengawasan dan Evaluasi

(38)

24

Pengawasan pembelajaran adalah suatu kegiatan untuk memperoleh kepastian apakah pelaksanaan kegiatan pembelajaran telah dilakukan sesuai perencanaan yang telah dibuat atau justru menyimpang dari rencana semula. Dalam melakukan pengawasan pembelajaran ini seorang pemimpin ataupun guru harus mengetahui dan memahami program pembelajaran yang telah direncanakan, sehingga diharapkan tidak ada satupun celah lolos dari pengawasan. Kegiatan pengawasan dalam pembelajaran ini biasanya diikuti dengan evaluasi untuk mengetahui pencapaian tujuan pembelajaran sehingga kemudian dilaksanakan perbaikan pada kegiatan berikutnya.

(39)

25

Sedangkan evaluasi pembelajaran merupakan proses sistematis untuk memperoleh informasi tentang keefektifan proses pembelajaran dalam membantu siswa mencapai tujuan pengajaran secara optimal. Dengan demikian evaluasi hasil belajar menetapkan baik buruknya hasil dari kegiatan pembelajaran. Sedangkan evaluasi pembelajaran menetapkan baik buruknya proses dari kegiatan pembelajaran.

B. Pondok Pesantren

1. Pengertian Pondok Pesantren

Istilah pondok pesantren berasal dari kata funduk, (bahasa arab) yang berarti rumah penginapan, sedangkan pondok pesantren adalah lembaga keagamaan yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan agama islam (Nasir, 2005:80). Pendapat lain tentang pesantren adalah suatu lembaga

pendidikan islam indonesia yang bersifat “tradisional” untuk

mendalami ilmu tentang agama islam dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian (Dauly, 2004:27).

Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitarnya, dengan sistem asrama (pemondokan di dalam komplek) dimana santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya di bawah kedaulatan kepemimpinan seorang atau beberapa orang kyai (Farida, 2007:8).

(40)

26

ajaran islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman prilaku sehari-hari (Rofiq, 2005:1).

Pondok pesantren secara definisi tidak dapat diberikan batasan yang tegas, melainkan makna yang luas tentang pengertian yang memberikan cirri-ciri pondok pesantren, pada zaman dahulu Pondok adalah tempat pendidikan tradisional yang di kelola oleh kyai, bunyai dan ada muridnya melakukan kegiatan pembelajaran untuk mendalami ilmu agama Islam dan ilmu yang lainnya, sampai sekarang pondok pesantren ini berkembang luas mempunyai pengertian yang luas sesuai dengan kebutuhan di era sekarang ini.

2. Macam-macam pesantren

Seiring dengan perkembangan di masa sekarang, pondok pesantren baik tempat, sistem pengajaran, sistem pengorganisasin yang telah mengalami perubahan. Pesantren di zaman sekarang ada yang sudah tidak memakai kebiasaan-kebaisaan tradisional pada zaman dahulu, akan tetapi pesantren ini mengalami perubahan sesuai dengan berkembangnya zaman dimasa sekarang.

a. Pondok Pesantren Tradisional

Pesantren yang tetap mempertahankan pelajarannya dengan kitab-kitab klasik dan tanpa di berikan pengetahuan umum, model pengajarannyapun lazim diterapkan dalam pesantren salafi yaitu dengan metode sorogan dan wetonan (Ghazali, 2003:14).

(41)

27

Yaitu pesantren yang menerapkan sisitem pengajaran klasikal (madrasah) memberikan ilmu umum dan ilmu agama, serta juga memberikan pendidikan keterampilan (Ghazali, 2003:14). c. Pondok Pesantren Campuran/kombinasi

Berbagai macam pondok pesantren yang berkembang pada masa sekarang, pasti mempunyai kelebihan sendiri-sendiri untuk mencetak manusia sebagai khalifah di bumi (khalifatu filard), untuk menghidupkan agama Allah dengan berbagai cara menurut ajaran agama islam.

3. Elemen-elemen pondok pesantren

Pondok pesantren bukan hanya terbatas dengan kegiatan-kegiatan pendidikan keagamaan melainkan mengembangkan diri menjadi suatu lembaga pengembangan masyarakat, oleh karena itu pondok pesantren sejak semula merupakan ajang mempersiapkan kader masa depan dengan perangkat-perangkat sebagai berikut (Ghazali, 2003:18).

a. Masjid

Masjid pada hakikatnya merupakan sentral kegiatan mulimin baik dalam dimensi ukhrawi maupun maknawi masjid memberikan indikasi sebagai kemampuan seorang abdi dalam mengabdi kepada Allah yang disimbolkan dengan adanya masjid (Ghazali, 2003:19).

b. Pondok

(42)

28

dan belajar dibawah bimbingan seorang atau lebih guru yang di kenal dengan sebutan kyai (Ghofur, 2009: 9).

c. Kyai/Nyai

Ciri yang paling memasyarakat di pondok pesantren adalah kyai. kyai pada hakikatnya adalah gelar yang diberikan kepada seseorang yang mempunyai ilmu dibidang agama dalam hal ini agama Islam (Ghazali, 2003:22).

d. Santri

Istilah santri hanya ada di pesantren sebagai pengejawantahan adanya peserta didik yang haus akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seorang kyai yang memimpin sebuah pesantren, oleh karena itu santri pada dasarnya berkaitan erat dengan keberadaan kyai dan pesantren (Ghozali, 2003:24). Santri terbagi menjadi dua:

1) Santri Mukim

Santri mukim adalah para santri datang tempat yang jauh sehingga ia tinggal dan menetap di pondok (asrama) pesantren (Maksum, 2003:14).

2) Santri Kalong

(43)

29 e. Pengkajian kitab-kitab kuning

Secara lughowi (bahasa) kitab kuning diartikan sebagai kitab yang berwarna kuning, kerena kertas-kertas yang dipergunakan berwarna kuning atau karena terlalu lamanya kitab tersebut tersimpan sehingga berwarna kuning (Ghofur, 2009: 28).

Kitab-kitab klasik biasanya dikenal dengan istilah kuning yang terpengaruh oleh warna kertas. Kitab-kitab itu ditulis oleh ulama-ulama zaman dahulu yang berisikan tentang ilmu keislaman seperti : fiqih, hadist, tafsir, maupun tentang akhlaq.

4. Metode Pengajaran Dalam Pondok Pesantren

Di bawah ini disebutkan metode pembelajaran di pondok pesantren sebagai berikut :

a. Sorogan

Metode sorogan adalah kegiatan pembelajaran bagi santri yang menitik beratkan pada pengembangan kemampuan perseorangan (individu) di bawah bimbingan seorang ustadz atau kyai (Departemen Agama RI, 2003:74).

b. Bandongan

(44)

30

peserta didik, atau santri untuk mendengarkan atau menyimak apa yang dibacanya dari sebuah kitab (Departemen Agama RI, 2003:86).

c. Metode musyawarah (Bahtsul Masail)

Metode musyawarah atau dalam istilah lain biasa disebut dengan bahtsul masail merupakan metode pembelajaran yang lebih mirip dengan metode diskusi atau seminar (Departemen Agama RI, 2003:92).

d. Metode Hafalan Muhafadzoh

Kegiatan belajar santri dengan cara menghafal suatu teks tertentu dibawah bimbingan dan pengawasan seorang ustadz/kyai, santri diberi tugas untuk menghafal bacaan-bacaan dalam jangka waktu tertentu (Departemen Agama RI, 2003:100).

Metode ini menjadikan santri untuk berlatih kebiyasaan istiqomah (ajek) karena dalam menghafal ini santri harus mengulang-ulang bacaan atau lafadz yang di hafalkan sesuai tarjet yang di tentukan, juga melatih kecerdasan otak santri untuk mengingat-ingat materi pembelajaran, biasanya metode ini di tekankan pada pelajaran alatnya (nahwunya) seperti, jurumiyah, tasrif, imriti dan alfiyah ibnu malik, tetapi ada juga pelajaran lain di pondok pesantren yang mengguakan metode hafalan ini.

5. Fungsi Pondok Pesantren

(45)

31

1) Pesantren sebagai lembaga pendidikan 2) Pondok pesantren sebagai lembaga dakwah 3) Pondok pesantren sebagai lembaga sosial

Fungsi pondok pesantren disini sangat mempengaruhi menjadikan citra pondok pesantren benar-benar baik untuk mencetak generasi yang Islami dan siap untuk di terjunkan ketengah-tengah masyarakat untuk diharapkan menyebarkan ilmu-ilmu Islam yang telah di dapatkannya ketika di pondok pesantren.

C. Tahfidzul Qur’an

1. Pengertian Tahfidzul Qur’an

Menurut istilah, yang dimaksud dengan hifzhi al-Qur‟an adalah menghafal al-Qur‟an sesuai dengan urutan yang terdapat dalam mushaf Utsmani mulai dari surat al-Fatihah hingga surat al-Nas dengan maksud beribadah, menjaga dan memelihara kalam Allah yang merupakan mu‟jizat yang diturunkan kepada nabi dan Rasul terakhir dengan perantara Malaikat Jibril yang ditulis dalam beberapa mushaf yang dinukil (dipindahkan) kepada kita dengan jalan mutawatir (Munjahid, 2007:74).

(46)

32

secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surah al-Fatihah dan ditutup dengan Surah an-Nas (Faizah, 2008: 97).

Dengan demikian, yang dimaksud dengan tahfidz al-Qur‟an adalah menghafal al-Qur‟an mulai dari surat Al-Fatihah sampai Surat An-Nas dengan tujuan beribadah kepada Allah, menjaga memelihara kalam Allah.

2. Hukum Menghafal al-Qur’an

Menghafal al-Qur‟an adalah fardhu kifayah. Apalagi sebagian orang melakukannya maka gugurlah dosa dari yang lain. Tidak ada sesuatu yang lebih baik selain mempelajari al-Qur‟an. Karena didalamnya. Terkandung ilmu-ilmu agama yang merupakan dasar bagi beberapa ilmu syariat yang menghasilkan pengetahuan manusia tentang Tuhannya dan mengetahui perintah agama yang diwajibkan dalam aspek ibadah dan muamalah (Badwilan, 2009: 23-24).

3. Syarat-syarat Tahfidz al-Qur’an

Seorang penghafal harus mempunyai persiapan yang matang agar proses menghafal berjalan dengan baik dan benar, yaitu: (1) Niat yang Ikhlas, (2) Meminta izin orang tua atau suami, (3) Mempunyai tekad yang besar dan kuat, (4) Istiqomah, (5) Memanfaatkan waktu yang tepat, (6) Lancar membaca al-Qur‟an (Wahid, 2014: 27).

(47)

33

Adapun syarat-syarat tersebut adalah persiapan pribadi, bacaan

al-Qur‟an yang benar dan baik, mendapat izin dari orang tua, wali, dan

suami bagi wanita yang telah menikah, memiliki sifat mahmudah, kontinuitas dalam menghafal al-Qur‟an, sanggup memelihara hafalan, memiliki mushaf sendiri.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penghafal al-Qur‟an harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Niat yang ikhlas

Niat yang kuat dan sungguh-sungguh akan mengantarkan seseorang ketempat tujuan dan akan membentengi atau menjadi perisai terhadap kendala-kendala yang mungkin akan datang merintanginya (Ahsin, 2000: 49). Dalam surat Az-Zumar ayat 11 Allah berfirman: “Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan

kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.” (Depag, 2009: 747).

Syarat terpenting menghafal al-Qur‟an adalah mempunyai niat yang ikhlas dan menjadikan hafalan al-Qur‟an serta perhatian padanya hanya karena Allah, mendapat surga, dan keridhaan-Nya. b. Memiliki Keteguhan dan Kesabaran

(48)

34

gaduh, gangguan batin atau karena menghadapi ayat-ayat tertentu yang dirasa sulit menghafalnya (Ahsin, 2000: 50).

Oleh karena itu, keteguhan dan kesabaran menjadi penting bagi seorang penghafal al-Qur‟an. Seorang yang teguh dan sabar tidak akan mudah putus asa dengan cobaan yang menghampirinya. c. Istikomah (kontinuitas)

Menghafal al-Qur‟an harus istiqomah (kontinuitas) dalam arti memiliki kedisiplinan, baik disiplin waktu, tempat maupun disiplin terhadap materi-materi hafalan (Sugianto, 2004:54)

d. Meninggalkan maksiat

Perbuatan maksiat dan sifat tercela merupakan perbuatan yang harus dijauhi bukan hanya bagi para penghafal Al-Qur‟an saja, akan tetapi juga kaum muslimin pada umumnya. Keduanya mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan jiwa dan mengusik ketenangan hati orang yang sedang dalam proses menghafal Al-Qur‟an (Badwilan, 2009: 131).

e. Meminta ijin orang tua atau suami

Hal ini juga ikut mendukung dalam keberhasilan sang penghafal al-Qur‟an. Dengan izin mereka, maka sang penghafal

al-Qur‟an dapat leluasa manfaatkan waktunya (Wahid, 2014:30).

f. Lancar membaca al-Qur‟an

(49)

-35

Qur‟an. Sebagian besar ulama bahkan tidak memperkenankan anak didik yang diampunya untuk menghafal Al-Qur‟an sebelum terlebih dahulu ia mengkhatamkan Al-Qur‟an bin-nadzar (dengan melihat tulisan) (Wahid, 2014: 52).

Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa, para calon hafidz dan hafidzah yang sedang dalam proses menghafal

al-Qur‟an harus memahami syarat-syarat tersebut di atas dan diusahakan untuk memenuhinya.

4. Metode Tahfidz al-Qur’an

Ada beberapa metode yang mungkin bisa dikembangkan dalam rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal al-Qur‟an.

a. Metode wahdah, yaitu menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalkannya.

b. Metode kitabah, yaitu penghafal terlebih dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalkan pada secarik kertas yang telah tersedia. c. Metode gabungan, yaitu gabungan antara metode wahdah dan

metode kitabah, hanya saja pada kitabah lebih berfungsi untuk uji coba terhadap ayat yang telah dihafalkan.

d. Metode jama’, yaitu cara menghafal yang dilakukan secara kolektif yang dipimpin oleh seorang instruktur. (Ahsin, 2000: 22-24).

(50)

36

1. Memahami ayat yang akan dihafal

Ayat-ayat yang akan dihafal difahami terlebih dahulu. Dapat digunakan menggunakan terjemah al-Qur‟an Departemen Agama. Lebih ideal kalau difahami melalui kitab tafsir, hingga terasa makna yang luasdalam setiap ayatnya.

2. Mengulang-ulang sebelum menghafal

Mendengarkan murattal melalui al-Qur‟an digital, MP3/4,

Handphone, computer dan lain sebagainya. 3. Menulis sebelum menghafal

Menulis ayat yang dihafal dengan tangan sendiri dapat mempercepat proses menghafal. Dengan menulis ayat-ayat

al-Qur‟an dengan tangan sendiri dan indra penglihatan akan

(51)

37

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga

1. Profil Pondok Pesantren al-Muntaha

Nama Pondok Pesantren : Pondok Pesantren Tahfidz al-Muntaha No. Statistik : 510033730016

NPWP : 31.539.851.1-505.00

Alamat

Jalan : Soekarno-Hatta no. 39

Kelurahan : Cebongan

Kecamatan : Argomulyo

Kota/kabupaten : Kota Salatiga

Provinsi : Jawa Tengah

Badan Penyelenggara : Yayasan al-Muntaha Salatiga Nama Pengasuh : Hj. Siti Zulaecho, AH

Status Tanah : Wakaf

Akta Notaris : Yayasan al-Muntaha Salatiga, no. 44 tgl 30 Mei 2012 MUHAMMAD FAUZAN, SH (Dokumen di PP Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha).

2. Sejarah Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha

(52)

38

pendidikan yang mampu menampung dan memberikan pengajaran pada anak-anak mereka yang menginginkan anaknya menjadi hafidz. Pesantren ini diasuh oleh Hj. Siti Zulaicho, AH. Beliau adalah alumnus Ponpes BUQ Betengan Demak. Sejak kecil beliau sudah mengikuti event-event MTQ dalam cabang tahfidzh baik di tingkat propinsi Jawa Tengah hingga tingkat Nasional, dan beberapa kali menjadi juara. Hampir satu dekade ini diberi mandat untuk menjadi juri pada MTQ baik ditingkat Kota maupun tingkat propinsi. Pada tahun pertama pondok pesantren hanya mendapatkan murid baru 4 orang santri, dan santri tersebut baru berasal dari daerah sekitar, dulu masih bertempat tinggal satu rumah dengan pengasuh. Pada tahun 1996 dimaksukkan lembaga al-azar kedalam aktanotaris. Kemudian pada tahun 2012 al-azar berpindah nama menjadi yayasan al-muntaha yang sekarang dikelola oleh ibu siti zulaecho sendiri.

Pondok pesantren al-Muntaha merupakan salah satu komponen lembaga yang berjuang mendidik masyarakat dengan pendidikan secara holistik, yaitu dengan memberikan pendidikan agama maupun dengan keilmuan dan kemampuan lain agar dapat membekali peserta didik siap menjadi agen perubahan. Dengan program unggulan hafalan al-Qur‟an, pengajian mingguan, semaan mingguan.

(53)

39

benar diperkenankan juga mengaji al-Qur‟an bin-nazhar. Pesantren ini tidak memberi batasan waktu dan usia bagi para santri, terbuka bagi mahasiswi, pelajar tingkat SD hingga Perguruan Tinggi, maupun santri yang hanya ingin berkonsentrasi belajar mondok saja. Dengan semakin berkembangnya pondok pesantren ini sekarang jumlah santri sudah mencapai 56 santri, dari berbagai daerah sampai luar jawa.

(Dokumen di PP Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha)

3. Letak Geografis Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha

Lokasi pesantren terletak ditepi jalan utama Solo-Semarang, sangat strategis dan mudah transportasi. Fasilitas pendukung yang ada diantaranya Masjid, Laudry, dan warung al-Barokah. Pondok pesantren ini beralamat dijalan. Soekarno-Hatta no. 39, Kelurahan. Cebongan, Kecamatan. Argomulyo, Kota Salatiga.

a. Barat : Eks Pabrik Mega Rager b. Timur : Perumahan Tingkin Indah c. Utara : Pinus Shofenir dan Persewaan

d. Selatan : Lampu Merah Jalan Pondok Joko Tingkir

(Dokumen di PP Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha)

4. Visi dan Misi Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha

a. Visi

Mencetak muslimah penghafal al-Qur‟an yang berakhlakul karimah. b. Misi

(54)

40

2. Membimbing santri menjadi muslimah yang berkarakter. (Hasil Observasi, 18-06-2016, di Pondok Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha)

5. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana adalah media/alat/bahan dalam melaksanakan

suatu pembelajaran. Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha sudah memiliki gedung sendiri. Ada beberapa sarana dan prasarana, diantaranya adalah 1 gedung aula, 14 ruang kamar santri, 8 kamar mandi santri, 1 ruang dapur, tempat wudlu dan 1 audio.

(W/U/NU/17-06-2016/08.30).

6. Pengurus Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha

Pengurus pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-muntaha kota salatiga berada di bawah yayasan al-Muntaha yang dipimpin oleh Hj. Siti Zulaecho, AH yang mampu melakukan tanggung jawab sesuai dengan jabatan yang sudah di pegang, untuk lebih mengetahui pengurus pondok

pesantren tahfidzul Qur‟an al-muntaha kota salatiga, penulis menyusun daftar nama pengurus sebagai berikut:

Pengurus Pondok Pesantren Tahfidzul al-Qur‟an al-Muntaha Masa Bakti 2016 - 2017 :

(55)

41 Sekertaris II : Eka Yuniyanti Bendahara I : Siti Zubaedah

Bendahara II : Nurul Lailatul Hidayah

Seksi-Seksi

Seksi Keamanan

Ketua : Afif Fatimatuz Zahro Anggota : Nurul Khikmah

Dahlia Dwi Kusuma W Siti Shofiyanti

Seksi Pendidikan

Ketua : Annisa Isnaeni Hikmah Anggota : Eva Roviana

Tri Oktaviani Seksi Kebersihan

Ketua : Zahrotul Fuadah

Anggota : Avi Naila Fitriana,

Rizkiana Kadarwati,

Annisa Rizkiyandini

Seksi Koperasi

Ketua : Milatur Rodiyah Anggota : Hurun‟in

(56)

42 Seksi Kesehatan

Ketua : Yusi Dahmayanti Anggota : Dewi Endriyani

Heni Purwina Himatul Uliyah Seksi PHBI

Ketua : Mir‟atul Azizah Anggota : Humaida Fatwati

Dewi Rahmawati Putri Parameswari

(Dokumen PP Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha,17-06-2016)

7. Keadaan Guru/Ustadz

Guru/ustadz yang mengajar di pondok pesantren tahfidzul Qur’an al-Muntaha harus memenuhi berbagai syarat. Syarat yang utama yang harus dimiliki adalah hafidz dan bersanad walaupun masih dalam proses minimal harus sudah mencapai 10 juz, menguasai ilmu tajwid, bacaan baik dan profesional, insyaallah tujuan, visi dan misi dalam pendidikan akan tercapai. Apalagi dalam hal al-Qur‟an. ( Sebagian kecil ustadz yang mengajar khususnya bidang tahfidz adalah orang orang yang sudah hafidz

dan sebagian besar masih dalam proses hafidz. Ada 3 ustadz yang

(57)

43

ustadz tidak bisa mengajar maka diganti santri yang memang sudah ditunjuk bu nya’i yang mengajar khusus bidang tahfidz (SZ,17-06-2016).

8. Keadaan Santri

Dari hasil wawancara dengan NU pada 17 Juni 2016 diperoleh data bahwa PP Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha memiliki 52 santri, semuanya santri putri. Santri bil-ghoib ada 31 dan santri bin-nadzor ada 25. Rata-rata santri berusia 12-24 tahun. Mereka juga Rata-rata Rata-rata berasal dari sekitar salatiga. Namun ada juga yang berasal dari luar daerah ataupun provinsi, seperti riau, kalimantan, purwodadi, demak dan lain sebagainya. Untuk tingkat ekonomi pondok ini terbuka untuk berbagai kalangan maka dari 56 santri, rata-rata orang tua santri bekerja sebagai pekerja swasta dan petani (NU, 17-06-2016).

9. Kegiatan Pembelajaran

Dalam melaksanakan program pembelajaran tahfidzul Qur‟an di

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha, maka disusunlah jadwal kegiatan santri sebagaimana tertera dalam tabel di bawah ini :

Tabel. 3.1

Jadwal Kegiatan Harian Santri

No Waktu Jenis Kegiatan

1. 03.00-03.30 Jamaah Sholat Qiyamul Lail

(Wajib setiap malam jum‟at)

(58)

44

3. 05.00-06.00 Makan pagi dan mandi

4. 06.00-07.30 Kegiatan mengaji al-Qur‟an

(Setiap hari minggu simaan bersama)

5. ISTIRAHAT

6. 14.00-15.00 Kegiatan mengaji al-Qur‟an (bagi yang di pondok)

7. 15.30-16.30 Mengaji kitab (setiap kamis dan sabtu)

8 17.00-17.30 Makan sore

9. 17.55-18.15 Jamaah sholat magrib dan tadarusan

10. 18.15-18.50 Kegiatan mengaji al-Qur‟an (bagi yang bin-nadzor)

11. 18.50-20.00 Jamaah sholat isya‟

12. 20.00-21.30 Tahfidz (setoran murajaah hafalan)

13 ISTIRAHAT

(Dokumen PP Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha)

(59)

45

a. Qiyamullail, karena pada 1/3 malam adalah salah satu waktu mustajabah.

b. Setoran hafalan sehabis sholat subuh. Mereka memilih waktu habis subuh untuk setoran hafalan yang baru karena pikiran pada waktu subuh masih jernih, sehingga anak akan lebih mudah untuk menghafal dan membentuk hafalan.

c. Kegiatan muroja’ah dilakukan sendiri oleh masing-masing santri d. Tahfidz sehabis isya sehabis isya‟ adalah kegiatan setoran

pengulangan hafalan yang telah dihafal sebanyak ¼ juz atau lebih. e. Setiap hari minggu santri tahfidz melakukan kegiatan simaan bersama

bu nya‟i dengan tujuan untuk menguji sampai mana kemampuan santri.

Tabel 3.2

Jadwal Kegiatan Ekstrakurikuler Santri

No Hari Waktu Jenis Kegiatan

1. Minggu 14.00-15.00 Pelatihan Tilawatil Qur‟an 2. Minggu 08.00-09.00 Pelatihan Tartil Qur‟an

3. Jum‟at 16.00-17.00 Seni rebana 4. Minggu 10.00-11.00 Merias, Menjahid 5. Jum‟at 20.30-21.30 Khitobah

(Dokumen PP Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha)

(60)

46

1. Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha

Pada bagian ini, akan dipaparkan hasil penelitian berupa fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengevaluasian yang diselenggarakan di pondok pesantren tahfidzul

Qur‟an al-Muntaha cebongan argomulyo salatiga. a. Perencanaan

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa narasumber ditemukan beberapa pernyataan yang mendukung proses perencanaan.

1) Tujuan Pembelajaran

Tujuan program pembelajaran terlihat dari pernyataan NU selaku pemimpin pondok pesantren:

“Agar santri dapat menghafal, santriwati mampu

memahami isi dari al-Qur‟an dan mampu mengajarkan al-Qur‟an” (W/U/NU/08-08-2016/20.30 WIB).

SZ selaku pengasuh pondok pesantren berpendapat hampir sama terkait tentang tujuan pembelajaran tahfidzul

Qur‟an.

“Agar santri diharapkan dapat mengetahui,

memahami bagaimana sebaiknya membaca dan menghafalkan al-Qur‟an dengan baik dan benar” (W/U/SZ/07-08-2016/16.00 WIB).

(61)

47

Terkait metode pembelajaran tahfidzul Qur‟an NU

menyatakan:

“Di pondok ini menggunakan dua metode sorogan

dan bandongan. Kalau sorogan mencakup setoran dan taqrir, taqrir itu mengulang yang sudah dihafal. Kalau yang bandongan contohnya seperti kegiatan minggu

legi” (W/U/NU/08-08-2016/20.31).

Pernyataan mengenai metode pembelajaran tahfidzul

Qur‟an juga diungkapkan IF:

“Metode atau cara yang ditempuh dalam

pembelajaran tahfidzul Qur‟an dengan menggunakan

metode sorogan dan bandongan. Dengan cara setoran yaitu pengajuan atau setor bacaan dan hafalan langsung

kepada bu nya‟i, murojaah yaitu santri mengulang -ulang bacaan atau hafaln, ayatan yaitu membaca ayat per-ayat untuk mengevaluasi tajwid dan makhorijul hurufnya, rutinan yaitu kegiatan rutin bulanan bagi para

tahfidz sebagai upaya untuk menjaga hafalannya”

(W/U/IF/08-08-2016/16.22).

Penjelasan mengenai metode pembelajaran juga diungkapkan oleh ER :

“Kalau disini mengajinya menggunakan metode

sorogan, yaitu melalui setoran langsung kepengasuh jika dinyatakan lancar tidak mengulang kalau belum

lancar mengulang” (W/S/ER/09-08-2016/10.00). Hal sama diungkapkan FNR:

“Disini itu menggunakan metode sorogan dan bandongan mbak, dimana santri maju satu per satu untuk menyetorkan hafalannya kepada ustadzah dan juga setiap minggu legi simaan bersama semua santri

(62)

48

Hal ini selaras dengan hasil observasi, terlihat bahwa semua santri maju satu satu untuk menyetorkan hafalannya masing-masing kepada bu nyai/ustadzah (O/09-08-2016/06.00).

3) Materi Pembelajaran Tahfidzul Qur‟an

Ketika peneliti menggali data mengenai sistem pembelajaran atau materi pembelajaran tahfidzul Qur‟an, berikut ini pendapat beberapa narasumber:

ER menyampaikan:

“Materi pembelajaran tahfidzul Qur‟an diampu

langsung oleh para asatidz dan asatidzah dan semuanya mengarah pada dasar-dasar pembelajaran tahfidzul

Qur‟an pada umumnya” (W/S/ER/09-08-2016/10.20). MM mengungkapkan:

“Untuk pelajaran tahfidzul Qur‟an disini meliputi al-Qur‟an, tajwid, tilawah, tahsinul Qur‟an” (W/S/MM/08-08-2016/10.20).

Mengenai materi pembelajaran juga disampaikan oleh IF:

“Materi pelajaran yang diajarkan dipondok yaa al-Qur‟an dan tajwid materi ini sangat penting untuk diberikan kepada santri agar santri dapat membaca

al-Qur‟an dengan baik dan benar. (W/U/IF/08 -08-2016/16.32).

(63)

49

“Materi pembelajaran tahfidzul Qur‟an yang ada dipondok meliputi hafalan, tahsinul Qur‟an, tilawah, tajwid. Pemberian materi ini dengan tujuan untuk santri baru diberi kursus kemampuan dasar agar yang baru mengikuti bisa mengejar kemampuan yang telah dimiliki santri senior” (W/U/NU/08 -08-2016/20.39).

Dari hasil observasi terlihat santri pondok pesantren

tahfidzul Qur‟an al-muntaha pada hari minggu jam 14.30 berkumpul di aula mengikuti kegiatan belajar tilawah bersama ustadzah NH, setelah sholat magrib santri mengikuti pembelajaran tajwid yang diampu langsung oleh ustadz NU (O/08-08-2016/14.30).

4) Penilaian Pembelajaran Tahfidzul Qur‟an

Cara penilaian pembelajaran tahfidzul Qur‟an berikut

menurut beberapa pendapat narasumber: IF menyampaikan:

“Melalui setoran langsung kebunya‟i, jika

dinyatakan lancar santri dinyatakan tidak mengulang namun sebaliknya jika santri setorannya tidak lancar

maka disuruh mengulang” (W/U/IF/08-08-2016/16.03). Ungkapan hampir sama juga diungkapkan oleh ER:

“Dalam taqrir hafalan memiliki kesalahan paling sedikit bacaan maka tidak mengulang, kalau santri cara menghafalnya banyak kesalahan maka harus

mengulang sampai benar benar lancar” (W/S/ER/09 -08-2016/10.35).

SZ menyampaikan:

(64)

50

santri apakah sudah sesuai dan benar tajwid dan

makhorijul huruf” (W/U/SZ/07-08-2016/16.03).

Hal ini sesuai dengan hasil observasi pada tanggal 8 juni 2016 terlihat santri yang sudah selesai setoran perlembar sampai satu juz, kemudian santri disuruh menyetorkan ¼ sampai 1 juz sekali duduk, apabila lancar lanjut juz berikutnya apabila tidak lancar maka mengulang. (O/08-6-2016/06.23).

b. Pengorganisasian

Dari beberapa keterangan narasumber diperoleh hasil

struktur organisasi pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-muntaha sebagai dituturkan NU:

“Pastinya terdiri dari Pengasuh, ketua pimpinan,

ketua pengurus” (W/U/NU/08-08-2016/20.03). Hal serupa hampir sama juga diungkapkan ER:

“Struktur organisasi pondok dibentuk seperti pada

umumnya. Terdapat ketua, bendahara, sekertaris, sie kebersihan, keamanan, pendidikan, kesehatan dan semua saling bekerja sama sesuai dengan tugasnya

masing-masing” (W/S/ER/09-08-2016/10.35).

Peneliti juga menanyakan mengenai penyusunan jadwal MM mengungkapkan:

“Mengenai penyusunan jadwalnya sudah bagus, namun dalam penerapannya masih banyak yang kurang, tidak sesuai dengan apa yang sudah dipelajarkan dari nyai, diantaranya tentang tajwid dan makharijul huruf” (W/S/MM/08-08-2016/10.23).

(65)

51

“Penyusunan jadwal disusun dengan kebutuhan santri dimana mayoritas santri adalah para pelajar. Jadi untuk jadwal pembelajaran dimulai dari subuh hingga jam 06.30 pagi. Dan dimulai lagi jam 16.00 hingga jam 21.00. untuk rutinan di adakan pada hari libur sekolah (W/U/IF/08-08-2016/16.25).

Peneliti lanjut menanyakan siapa pengajar kegiatan pembelajaran di pondok ini, NU mengungkapkan:

“Seperti yang telah dijelaskan tadi bahwa pengajar

atau ustadzah di pondok ini yaitu langsung dari pengasuh atau pengelola pondok terkadang kalau pengasuh ada acara gak bisa mengajar diganti santri yang memang sudah dipercaya untuk mengganti mengajar (W/U/NU/08-08-2016/21.23).

NH memaparkan:

“Pengajarnya dari bu nya‟i sendiri sama anak dan

menantunya, terkadang kalo beliau gak bisa mengajar maka

diganti oleh santri yang sudah ditunjuk bu nya‟i untuk

menggantikan beliau mengajar (W/S/NH/07-08-2016/16.03).

Hal ini terlihat dengan hasil observasi bahwa pengajar kegiatan pembelajaran di pondok al-muntaha pada jam 06.00 adalah pengasuh atau bisa di panggil bu nya’i mengajar santrinya di aula, pada siang jam 13.30 ustadzah IF yang mengajar tahfidz di tempat aula dengan secara berkala dapat dibantu atau diwakili oleh santri yang memang sudah dipercaya bu nya’i untuk mengganti mengajar (O/07-08-2016/06.00).

SZ mengungkapkan mengenai kondisi saran dan prasarana:

“Kondisi sarana dan prasarana yang menunjang

(66)

52

individu dalam pembelajaran tahfidznya (W/S/SZ/07-08-2016/16.32).

FNR mengungkapkan:

“Bisa dilihat sendiri mbak kurangnya sarpra

dipondok pesantren, seperti tidak ada almari untuk menaruh al-Qur‟an” (W/S/FNR/07-08-2016/09.21).

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 9 agustus 2016 terlihat tidak terdapat almari untuk menaruh

al-Qur‟an, banyak al-Qur‟an yang berceceran dimeja mengaji (O/09-6-2016/09.34).

c. Pelaksanaan

Proses pelaksanaan pembelajaran tahfidzul Qur‟an

diperoleh dari beberapa narasumber sebagai berikut: IF mengungkapkan:

“Proses pelaksanaan dilakukan di lingkungan

pondok mbak, untuk pelaksanaan pembelajaran semua dilakukan di dalam gedung aula (W/U/IF/08-08-2016/16.55).

MM menjelaskan:

“Pelaksanaan proses pembelajaran didalamnya

alhamdulillah sudah berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang telah direncanakan (W/S/MM/08-08-2016/09.45). Lebih lanjut sebagai pengelola sekaligus ustadzah, SZ memaparkan:

“Proses pembelajaran yang diterapkan diponpes hampir 90% terlaksana sesuai perencanaan yang telah

(67)

53

Keterangan hampir sama di utarakan ustadzah tahfidz, FNR:

“Alhamduillah sudah berjalan sesuai dengan yang

direncanakan mbak, walaupun kadang masih ada 1 2 santri

yang kurang disiplin mengaji” (W/U/IF/08-08-2016/16.54). Hal ini sesuai dengan hasil observasi bahwa terlihat semua santri mengikuti kegiatan pembelajaran pada pagi pukul 06.00-07.30 di mana santri berjejeran maju satu-satu untuk menyetorkan

hafalannya pada bu nya‟i (O/08-08-2016/20.14).

Sebagai santri, NH menggambarkan bagaimana

pelaksanaan pembelajaran tahfidzul Qur‟an menyatakan:

“Pembelajaran tahfidzul Qur‟an merupakan

pembelajaran yang megarah pada al-Qur‟an (W/S/NH/05-08-2016/15.00).

MA menjelaskan bagaimana metode yang digunakan dalam pembelajaran tahfizul Qur‟an:

“Metode yang digunakan untuk individu dengan

membaca bin nadzor terlebih dahulu kemudian dihafalkan kata demi kata dan ayat demi ayat. Namun untuk metode yang diterapka disini ada beberapa, diantaranya metode

sima‟i (W/S/MA/09-08-2016/15.30).

Sebagai pengurus pendidikan, ER memaparkan:

“Untuk metode pembelajaran dalam pelaksanaannya

untuk setoran dan murojaah santri ada 3 waktu yang ditetapkan yaitu pagi jam 06.00, siang 13.30 dan malam jam 19.15 WIB. Untuk mengatur dan membagi antara setoran murojaah itu diserahkan pada para santri itu sendiri. (W/S/ER/09-08-2016/10.02).

(68)

54

“Untuk ayatan dilaksanakan pada hari libur ngaji yaitu hari jum‟at jam 05.30 hingga 06.15 sedangkan rutinan

dilaksanakan pada hari ahad legi dan ahad kliwon (W/S/H/09-08-2016/09.42).

Berdasarkan hasil observasi pada hari Jum‟at terlihat semua

santri yang suci setelah melakukan jamaah sholat subuh mereka tetap berkumpul di aula untuk melaksanakan kegiatan ayatan dimana santri membaca 1 ayat kemudian bergilir dengan teman yang lain (O/06-08-2016/05.45).

Peneliti menanyakan tentang prestasi yang dicapai santri, NU menjelaskan:

“Prestasi yang dicapai banyak sekali mulai dari MHQ, tilawah, syahril Qur‟an dll mulai dari tingkat daerah

sampai tingkat kota” (W/S/NU/08-08-2016/20.50). Penjelasan yang sama juga diungkapkan IF:

“Banyak prestasi yang dicapai terutama untuk

lomba-lomba MTQ daerah, CCQ, dll” (W/U/IF/08 -08-2016/16.00).

H mengungkapkan:

“Setau saya ada beberapa prestasi tahfidz disetiap

tahunnya, dan alhamdulillah kebanyakan menang dalam setiap perlombaan (W/S/H/08-08-2016/10.09).

Hal ini terlihat dalam buku dokumentasi PP tahfidzul

Qur‟an al-Muntaha bahwa yang telah dicapai oleh santri mulai dari

MHQ, tilawah, syahril Qur‟an dan lain-lain (O/08-08-2016/10.34).

(69)

55

“Media yang digunakan dalam pembelajaran kami

sederhana yaitu al-Qur‟an, MP3, kitab tajwid, pengeras suara spiker (W/S/MM/08-08-2016/10.23).

AZ menjelaskan:

“Medianya ya al-Qur‟an dan MP3” (W/S/SZ/07 -08-2016/16.08).

Hal ini sesuai dengan hasil observasi bahwa beberapa santri ketika membuat setoran hafalan di aula maupun di kamar mengunakan al-Qur‟an dan MP3 (O/07-08-2016/16.02).

d. Pengawasan dan pengevaluasian

Terkait sistem pengawasan dan evaluasi pembelajaran

tahfidzul Qur‟an di pondok pesantren al-muntaha Cebongan Salatiga NU Menyatakan:

“Ada yang langsung ketika pelaksanaan,

membenarkan bacaan yang keliru dengan melalui buku laporan dan absen dan di adakan simaan minggu legi. Pengawasan dari pengurus bagian pendidikan untuk mempelajari tahfidz, pengurus juga menindak bagi yang tidak mengikuti pembelajaran dalam hal ini pengurus

bertanggung jawab pada pengasuh” (W/U/NU/08 -08-2016/20.54).

SZ menjelaskan mengenai evaluasi pembelajaran tahfidzul

Qur‟an:

“Untuk proses evaluasi kami lihat dari beberapa

metode yang diterapkan yaitu ayatan dan rutinan. Dan kegiatan tersebut kita memantau kurang atau telah berhasil para santri dalam upaya belajar di pondok pesantren” (W/U/SZ/07-08-2016/16.00).

(70)

56

“Proses evaluasinya dengan setiap santri sudah

selesai menyetorkan 1 juz dan mau naik juz selanjutnya. Maka diwajibkan bagi santri menyetorkan ¼ juz dulu setelah itu baru menyetorkan 1 juz, apabila lanca maka dinyatakan lanjut ke juz selanjutnya dan apabila belom

lancar maka harus mengulang” (W/U/IF/08 -08-2016/16.07).

Lebih lanjut MM menambahkan:

“Proses evaluasi ada simaan perbulan setiap minggu

legi dan tartilan perminggu dan setiap minggu kliwon, tartilan di simakkan teman kemudian baru di tes bu nya‟i” (W/S/MM/08-08-2016/10.35).

Berdasarkan hasil observasi terlihat pada hari minggu jam 07.00-07.30 santri yang menghafal al-Qur‟an disimakkan temannya kemudian pada saat minggu legi baru di simakkan langsung oleh bu nya’i(O/08-08-2016/07.35).

Peneliti lanjut menanyakan tentang pengevaluasian untuk

materi tajwid dan tilawatil Qur‟an, NH mengungkapkan:

“Untuk evaluasi tilawatil Qur‟an kami

menggunakan dengan cara santri ditunjuk ustadzah untuk maju ke depan dan melafalkan apa yang sudah dipelajari” (W/U/NH/07-08-2016/15.00).

Lanjut NU mengungkapkan :

“Untuk pengevaluasian materi tajwid santri ditunjuk

satu per satu dan mempraktekkan apa yang sudah dipelajari (W/U/NU/08-08-2016/20.45).

Pernyataan hampir sama juga di paparkan MM:

“Di sini cara evaluasinya dengan cara santri

ditunjuk ustadz-ustadzah untuk maju satu satu dan melafalkan apa yang sudah mreka pelajari, baik dari materi

Gambar

Tabel. 3.1
Tabel 3.2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian tersebut terbukti bahwa debt covenant yang diproksikan terhadap leverage memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap konsrvatisme

Penelitian ditujukan untuk menganalisis pengaruh ketebalan lapisan subbase course material batu kapur pada subgrade tanah granuler terhadap nilai CBR dan k v.. Penelitian

Siswa yang mempunyai kecerdasan Logical-Mathematical mampu dalam membaca soal dengan baik, mampu mengidentifikasi informasi-informasi, menuliskan simbul

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang bersifat kualitatif. Adapun pengumpulan datanya menggunakan metode observasi, wawancara, dan

Namun berbeda pada penelitian sebelumnya, mereka mengatakan bahwa kontrol diri lebih mengacu pada perilaku yang disadari dan membutuhkan usaha untuk melakukannya, sedangkan

Program pemulihan layanan yang dilakukan oleh PT Telkom dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan dan sebagai strategi pemasaran untuk meningkatkan

Strategi yang dapat digunakan petani dan pengrajin gula aren setelah menggabungkan faktor internal dan eksternal untuk menjamin keberlanjutan usahatani di Kecamatan

Peserta meminta agar diadakan kembali pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan kompetensi mereka dalam melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah, beberapa