• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM SIM BOL-SIM BOL WALIMATUL 'U R SY DI DESA CAN DIREJO KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2 0 0 9 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM SIM BOL-SIM BOL WALIMATUL 'U R SY DI DESA CAN DIREJO KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2 0 0 9 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2 0 0 9

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI)

Dalam Ilmu Tarbiyah

Disusun Oleh : TRI WAHYUNI NIM : 121 07 021

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

(2)
(3)

WALIMATUL ‘ U RSY

D I D ESA C A N D IR E JO KECAM ATAN

TUNTANG KABUPATEN SEM ARANG TAHUN 2 0 0 9

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI)

Dalam Ilmu Tarbiyah

Disusun O le h : TRIW AH YUNI NIM : 121 07 021

JU R U SA N TARBIYAH

PROGRAM ST U D I PENDIDIK AN AGAMA ISLAM

SEK O LAH TINGGI AGAMA ISLAM NEG ERI (STAIN)

SALATIGA

2 0 1 0

(4)

JL Stadion 03 Telp. (0298) 323706,323433 Salatiga 50721 Website: wmv.stainsalati2a.ac. id E-mail: administrasi(cbstainsalati2a.ac. id

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah i n i :

Nama : Tri Wahyuni

NIM : 121 07021

Jurusan : Tarbiyah

Program S tu d i: Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan

orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 29 Januari 2010 Yang menyatakan,

TRI WAHYUNI NIM : 121 07 021

(5)

Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706,323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.idE-mail: administrasi(a),stainsalatiga.ac.id

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara:

Nama : T R I W AHYUNI NIM : 121 07 021

Jurusan / Progdi : TARBIYAH / PA I

Judul : N ILAI-N ILA I PENDIDIKAN ISLAM DALAM W ALIM ATU L ’U R SY D I DESA C A N D IR EJO KECAM ATAN TUNTANG KABUPATEN SEM ARANG TAHUN 2009

Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga, 19 Januari 2010 pimbing

Fatchurpohman. S.Ag.. M.Pd

NIP. 19710309 200003 1 001

(6)

SALATIGA

JL Stadion No. 03 Telp (0298) 323706 Fax (0298) 323455 Kode Pos 50721

Website: www.stainsalatiga.ac.id Email: administrasi@stainsalatiga.ac.id

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi Saudara TRI WAHYUNI dengan Nomor Induk Mahasiswa 121 07 021

yang berjudul NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM SIMBOL-SIMBOL WALIMATUL ‘URSY DI DESA CANDI RE J O KECAMATAN

TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009”. Telah

dimunaqasahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada Sabtu, 13 Maret 2010 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) NIP. 19720521 200501 1 003

S.Si.. M.Pd. 30526 199903 1 004

Fatchuprohman. S.Ag.. M.Pd. NIP./9710303 00003 1 001

(7)

MOTTO

Sesungguhnya datum penciptaan langit dan bumi, dan siGh Sergantinya malam dan siang

terdapat tanda-tanda 6agi orang-orang yang berakgl

(Q.S. AG Imrom 190)

Dia menumbuhkan 6agi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, kprma, anggur

dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu 6enar-6enar ada

tanda, (fyhuasaan flttah) bagi kaum yang memikjrkgn.

Dan dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu dan bintang-bintang

itu ditundukkan (untukmu) dengan perinlah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu

benar-6enar ada tanda-tanda (kskuasaan Adah) bagi kaum yang memahami (nya)

(Q.S. M M ihl 11-12)

%pterangan-k$terangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan kami turunkan kepadamu A l Quran,

agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang Telah diturunkan kepada merekg[829]

dan supaya mereka memikirkan,

(Q.S. A n N a h l4)

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, siGh bergantinya malam dan siang, bahtera

yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Adah

turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati (kpitigj-

nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang

dikgndaGkan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (kgesaan dan

kebesaran Adah) bagi kaum yang memikirkan.

(8)

Skripsi ini penuCis persembahkan untuk;

1. jiyafi%u (Nuryono) dan iBundaku tercinta (Surati)

yang telah membesarkan dan mendidikfu serta

mencurahkan segala usaha untuk, mem6antu

melancarkan studiku.

2. M as P asuki (Rphmad dan M as Nurochim serta

keponakanku J la fid z P anji ‘K jim iaw an dan

Tdtim ah JLz Zahra yang memSeribu m otivasi untuk,

segera menyelesaikan sekfip si

3. IH enekfu tersayang M Sah su p i Om Ponijan dan

(B ehjlsiyah serta hgluarga Besarku.

4. Papak, ‘Fatchurruhman, S

.

A g-, M . P d yang telah

meluangkan

w a ktu

dan

kesabaranya

dalam

mem6erikgn 6im6ingan dan pengarahan.

5. Sahabat-sahabatku yang selalu Serjuang Bersama-

sama dalam sukg dan duka ( Kayu, Iin dan (Dari)

6. (Bapak- (Rphmat P ffe n d i selaku kepala Desa

Candirejo dan Perangkat Desa yang

telah

memBerikgn ijin dan pelayanan yang Baik, selama

penelitian, serta m asyarakat yang memBerikgn

inform asi yang dibutuhkan.

7. Sepupuku mbak, N apsiah dan keluarga yang telah

m enfasiRtasi dalam pengetikan skripsiku.

(9)

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada

junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya

kejalan kebenaran dan keadilan.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi

syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini

adalah “NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM SIMBOL-SIMBOL

WALIMATUL V R S Y DI DESA CANDIREJO KECAMATAN TUNTANG

KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009".

Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang

telah memberikan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan

hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN

2. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd selaku kaprodi PAI Transfer dan selaku

pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membantu dan

mengarahkan penulisan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan STAIN Salatiga yang telah

menghantarkan penulis hingga selesainya tugas akademik.

4. Kepala perpustakaan STAIN Salatiga beserta stafiiya yang telah memberikan layanan kepustakaan.

(10)

ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

6. Masyarakat sekitar yang memberikan data dan informasi yang dibutuhkan

penulis.

7. Kedua orang tua yang telah susah payah mendidik, membimbing,

membesarkan serta membiayai penulis dalam studi, sehingga penulis dapat

menyelesaikan studi.

8. Ibu Siti Musayadah A. Ma selaku kepala RA Annur Candirejo, Ibu Umi

Haniah, A. Ma, Ibu Afifatus Tsaniyah, S.Ag dan Ibu Istikomah SE. yang

memberikan ijin dan motivasi untuk segera menyelesaikan sekripsi.

9. Seluruh sahabat-sahabat yang selalu memberikan dorongan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta

mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Amin

Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh

dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan kemampuan serta

pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun

sangat penulis harapkan dalam kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini memberikan sumbangan

bagi pengembangan dunia pendidikan khususnya pendidikan agama Islam.

A m in — am in yarobbal 'alamin

Salatiga, 29 Januari 2010

Penulis

(11)

Wahyuni, Tri. 2010. Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Simbol-Simbol Walimatul ’Ursy Di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2009. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd.

Kata kunci: pendidikan Islam dalam simbol walimatul ’ursy.

Penelitian ini merupakan upaya untuk melestarikan budaya Jawa khususnya dalam walimatul ’ursy yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) apa yang menjadi simbol dalam walimatul ’ursy di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2009? (2) Apa nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam simbol-simbol dalam walimatul ’ursy di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2009? (3) Bagaimana implementasi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan masyarakat Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2009? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fonomenologi.

Simbol-simbol dalam walimatul ’ursy di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2009 berupa: patah, domas, manggolo, ganti busana, saat prosesi panggih (balangan suruh, salaman, wiji dadi, sinduran, tanem, kacar-kucur, dulangan, sungkeman, plangkahan), dalam dekorasi terdapat simbol kembar mayang, riasan pengantin terdapat sanggul, paes, centhung, mentul,perhiasan, dan bunga melati,

Nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat didalamnya berupa: Saling membuang kejelekan suami dan istri, menghormati suami dan tetap patuh kepada orang tua, tanggung jawab orang tua tidak lepas sampai menikahkan anaknya dan ibu selalu memberikan dorongan atas tanggung jawab tersebut kepada sang ayah, keija sama antara suami dan istri dalam memikul tanggung jawab bersama untuk mewujudkan keluarga yang bahagia, dalam memberikan kasih sayang orang tua tidak boleh pilih kasih, suami mencari nafkah dan memberikan kepada istri baik lahiriah dan batiniah.

Nilai-nilai tersebut telah diimplementasikan tanpa mereka sadari karena agama Islam juga mengajarkan hal itu. Walaupun mereka tidak mengetahui dengan rinci dan menyeluruh nilai-nilai pendidikan Islam dalam simbol-simbol walimatul ‘ursymereka telah mengimplementasikannya dalam kehidupan.

(12)

HALAMAN JUDUL... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

PENGESAHAN KELULUSAN... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR... vii

ABSTRAK... ix

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL DAN BAGAN... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Fokus Penelitian... 3

C. Tujuan Penelitian... 3

D. Kegunaan Penelitian... 4

E. Penegasan Istilah... 4

F. Metode Penelitian... 5

G. Sistematika Penulisan... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pernikahan... 11

B. Proses Menuju Pernikahan... 13

(13)

2. Melakukan Isthikarah... 16

3. Melamar/Meminang... 16

4. Melihat Wanita Yang Akan Dilamar... 17

5. Maskawin/Mahar... 17

C. Walimatul ‘U rsy... 19

D. Resepsi Pernikahan Adat Jawa... 21

1. Simbol-Simbol dalam Pernikahan Adat Jawa dan Maknanya... 21

2. Proses Pernikahan Adat Jawa... 24

3. Riasn pengatin Perempuan... 36

E. Tata Cara Pernikahan Dalam Islam... 39

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang dan Masyarakatnya... 44

1. Letak Geografis... 44

2. Keadaan Penduduk... 44

3. Keadaan Pendidikan... 45

4. Keadaan Sosial Ekonomi... 46

5. Keadaan Sosial Agama... 46

6. Kegiatan Keagamaan... 46

7. Stuktur Organisasi Desa Candirejo... 47

(14)

Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang... 48 C. Temuan Prosesi Walimatul ‘Ursy Di Desa Candirejo

Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang... 51 D. Temuan Simbol-Simbol Dalam Walimatul ‘Ursy Di

Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten

Semarang... 52 E. Nilai-Nilai Pendidikan Yang Terdapat Dalam

Walimatul ‘Ursy Di Desa Candirejo Kecamatan

Tuntang Kabupaten Semarang... 53 BAB IV PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Walimatul ‘Ursy Di Desa Candirejo

Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang... 67 B. Simbol-Simbol Dalam Walimatul ‘Ursy Di Desa

Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang... 70 C. Nilai-Nilai Pendidikan Islam Yang Terdapat Dalam

Walimatul ‘Ursy Di Desa Candirejo Kecamatan

Tuntang Kabupaten Semarang... 78 D. Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Yang

Terdapat Dalam Walimtul ‘Ursy Di Desa Candirejo

Kecamatan T untang Kabupaten Semarang... 81

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 86

(15)

I

B. Saran-saran... 88 C. Penutup... 89 DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN

(16)

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Berdasar Jenis Kelamin dan Umur Tahun 2009 Tabel 3.2 Penduduk Menurut Pendidikan Tahun 2009

Tabel 3.3 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2009

Tabel 3.4 Kegiatan Keagamaan Warga Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tabel

Tabel 5.1 Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Simbol-simbol Walimatul ‘ursy Gambar 1.1 Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang

(17)

Lampiran 1 Instrumen Wawancara 2 Hasil Wawancara

3 Foto-Foto Dalam Walimatul ‘Ursy

4 Peta Desa Candirejo Kecamaan Tuntang Kabupaten Semarang

5 Surat Tugas Pembimbing Skripsi 6 Surat Permohonan Izin Penelitian

7 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian 8 Lembar Konsultasi

9 SKK

(18)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia laki-laki maupun perempuan pada kewajaran fitrahnya akan memiliki rasa suka atau tertarik pada lawan jenis. Islam menjadikan pernikahan sebagai jalan terhormat untuk menformat kasih sayang di antara dua jenis manusia. Untuk mewujudkan pernikahan melalui proses yang panjang bermula pemilihan calon pasangan sampai menjaga pemikahan/rumah tangga. Salah satu proses dari pernikahan adalah walimatul ‘ursy yang berarti resepsi pernikahan.

Dalam walimatul‘ursyterdapat berbagai macam simbol-simbol, dalam setiap simbol tersebut terdapat nilai-nilai pendidikan bagi pasangan suami istri baru yang akan memulai hidup berumah tangga dan membentuk keluarga pada khususnya dan pada umumnya untuk suami istri yang telah lama menikah agar lebih saling mencintai dan menjaga rumah tangganya. Dengan dimasukkannya simbol-simbol walimatul ‘ursy diharapkan kehidupan berumah tangga dapat beijalan mulus, mampu dalam mengatasi masalah karena telah dibekali pendidikan dalam walimatul ‘ursy walaupun hanya secara implisit.

Dengan berkembangnya jaman, budaya bangsa semakin tidak dipahami oleh generasi penerus. Sehingga tepatlah istilah jawa yang mengatakan “oru ngerti jawane ” (tidak mengetahui maksudya) “ bocah ora jaw a ” (tidak mengetahui pesan yang terdapat dalam suatu simbol atau tandaj. Sungguh ironis resepsi pernikahan yang dikhususkan untuk pasangan baru

(19)

suami istri dengan persiapan yang matang tetapi tidak mengetahui pesan/nilai- nilai pendidikan dalam acara tersebut.

Tujuan utama mengadakan walimatul ‘ursy adalah pengumuman atas sebuah pernikahan, dan rasa syukur dari teijadinya pernikahan. Dalam acara walimatul ‘ursy terdapat makanan yang dihidangkan sesuai dengan makna walimah secara bahasa. Acara walimatul ‘ursy tersebut dikemas sedemikian rupa agar menarik dan indah untuk dikenang. Namun disayangkan dalam penyelenggaraan walimatul ‘ursy, baik orang tua dari calon suami istri, pasangan colon suami istri itu sendiri, dan para tamu undangan, tidak mengetahui dan memahami apa pesan/makna/nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam simbol-simbol walimatul ‘ursytersebut. Mereka menganggap bahwa simbol-simbol tersebut hanya sebagai atribut/assesoris dalam walimatul ‘ursy.

(20)

tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM SIMBOL-SIMBOL WALIMATUL ‘URSY DI DESA CANDIREJO KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009.

B. Fokus Penelitian

Beberapa fokus penelitian dapat dirinci sebagai berikut:

1. Apa saja yang menjadi simbol-simbol dalam walimatul ‘ursy di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang?

2. Nilai-nilai pendidikan Islam apa yang dapat diambil dari simbol-simbol dalam walimatul ‘ursy di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang?

3. Bagaimana implementasi nilai-nilai pendidikaan Islam pada simbol-simbol walimatul ‘ursy dalam kehidupan masyarakat di Desa Candirejo

Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan fokus penelitian di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui yang menjadi simbol-simbol dalam walimatul ‘ursy di

Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.

(21)

3. Untuk mengetahui implementasi nilai-nilai pendidikan Islam pada simbol- simbol walimatul ‘ursy dalam kehidupan masyarakat Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini mememiliki kegunaan secara teoritik dan praktis, adapun kegunaan secara teoritik adalah:

1. Menyumbangakan wacana dalam pernikahan adat Jawa.

2. Memperluas cangkupan ilmu antropologi dalam kebudayaan khususnya Jawa.

Adapun secara praktis memiliki kegunaan yaitu memberikan pemahaman kepada masyarakat khususnya muslim, agar mengetahui dan memahami serta mengimpentasikan nilai-nilai dalam simbol-simbol walimatul

‘ursy.

£ . Penegasan Istilah

Nilai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sifat-sifat (hal-hal yang penting) berguna bagi kemanusiaan. Nilai-nilai adalah beberapa hal-hal yang berguna/penting bagi kemanusiaan.

(22)

pendidikan Islam haruslah menuju untuk kebaikan rohani dan jasmani untuk kebahagiaan perseorangan dan kemakmuran masyarakat atau dengan kata lain untuk kebahagiaan dunia dan akhirat (Mahmud Yunus, 1996:5-6). Sedangkan simbol adalah lambang.

Walimatul ‘ Ursy biasa disebut walimah adalah pesta pernikahan yang

disunnahkan. Sebagai pemberitaan kepada khayalak dan ungkapan syukur atas terjadinya pernikahan (Cahyadi Takariawan, 2005:119).

Jadi nilai-nilai pendidikan Islam dalam simbol-simbol walimatul ‘ursy adalah beberapa hal penting yang berguna bagi kemanusiaan/masyarakat untuk menuju kebahagiaan dunia dan akhirat sesuai dengan ketuhanan Yang Maha Esa atau sesuai dengan ajaran Islam yang terdapat dalam simbol/lambang pada acara resepsi pernikahan (walimatul ‘ursy).

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis dari penelitian ini adalah kualitatif. Dikarenakan menggunakan prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif: ucapan/tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subyek) itu sendiri. Pendekatan ini langsung menunjukkan setting dan individu- individu dalam setting itu secara keseluruhan (Arief Furchan, 1922:21).

(23)

2. Kehadiran Penelitian

Kehadiran peneliti sebagai pengamat dalam hal ini tidak sepenuhnya sebagai pemeranserta tetapi masih melakukan fungsi pengamatan, ia sebagai anggota pura-pura, jadi tidak melebur dalam arti sesungguhnya (Lexy J. Moleong, 2007: 77).

Peneliti ikut berperan serta menjadi pengamat dalam acara walimatul ‘ursydan mengikuti secara aktif kegiatan dalam acara tersebut.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Karena warga di desa tersebut mayoritas beragama Islam dan sangat kental dengan kegiatan keagamaan diantaranya pengajian, tahlildan yasin, berjanji,dan qur’anan.

4. Sumber Data

Sumber data utama dari penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. (Lexy J. Moleong, 2007:157) dalam hal ini sumber data utama adalah kata-kata atau informasi yang diperoleh dari perias pengantin dan tindakan yang dilakukan dalam walimatul ‘ursy.

Sumber data tambahan berasal dari buku-buku dan karya ilmiah yang membahas walimatul ‘ursydan foto dalam walimatul ‘ursy.

5. Prosedur Pengumpulan Data a. Wawancara

(24)

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Lexy J.

Moleong, 2007:186). Terwawancara adalah perias pengantin dengan teknik bola salju,

b. Observasi/Pengamatan

Menggunakan pengamatan dikarenakan beberapa alasan: Didasarkan atas pengalaman secara langsung, memungkinkan melihat dan mengamati acara walimatul ‘ursy, mencatat peristiwa yang teijadi dalam walimatul ‘ursy dan memahami situasi-situasi rumit dalam acara walimatul ‘ursy.

6. Analisa Data

(25)

7. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk mendapatkan data yang absah maka diperlukan pengecekan keabsahan data dengan menggunakan:

a. Perpanjangan keikutsertaan, yang berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai (Lexy J. Moleong, 2007:327).

b. Triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

1) Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.

(26)

hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data, (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama (Lexy J. Moleong, 2007:330-331).

8. Tahap-Tahap Penelitian

a. Penelitian Pendahuluan

Mengakaji buku-buku dan kaiya ilmiah yang berkaitan dengan simbol-simbol walimatul ‘ursy dan nilai-nilai pendidikan yang terdapat didalamnya.

b. Penelitian Desain

Setelah mengetahui beberapa nilai-nilai yang terkandung dalam simbol-simbol walimatul ‘ursy berdasarkan buku-buku dan karya ilmiah kemudian melakukan observasi dalam acara walimatul ‘ursy dan wawancara lansung kepada rias pengantin dan orang-orang yang terlibat dalam acara tersebut misalnya tokoh agama, tokoh masyarakat, orang tua pengantin, dan pasangan pengantin.

c. Penelitian Sebenarnya

Mengkaji antara informasi yang terdapat dalam buku-buku dan karya ilmiah mengenai simbol-simbol dalam walimatul ‘ursy dengan data yang diperoleh di lapangan.

G. Sistematika Penulisan

(27)

Penelitian, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data, Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data dan Tahap-tahap Penelitian).

Bab II Kajian Pustaka yang memaparkan tentang: Penikahan, Proses Menuju Pernikahan, walimatul‘ursy, Resepsi Pernikahan Adat Jawa (Simbol- Simbol dalam Resepsi Pernikahan Adat Jawa dan Maknanya, Proses Resepsi Pernikahan Adat Jawa), Tatacara Pernikahan dalam Islam.

Bab III Paparan Data Dan Temuan Penelitian yang berisi: Gambaran umum Desa Candirejo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang (letak geografis, keadaan penduduk, keadaan pendidikan, keadaan sosial-ekonomi, kegiatan keagamaan, dan struktur organisasi), Pelaksanaan walimatul ‘ursydi Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang: pelaksanaan walimatul 'ursy, prosesi walimatul 'ursy, simbol-simbol dan nilai pendidikan Islam dalam walimatul 'ursy di Desa Candirejo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.

Bab IV Pembahasan yaitu Pelaksanaan walimatul ‘ursy di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang: pelaksanaan walimatul 'ursy, prosesi walimatul 'ursy, simbol-simbol, nilai pendidikan Islam, dan implementasinya dalam kehidupan di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.

(28)

KAJIAN PUSTAKA

A. Pernikahan

Perkawinan atau pernikahan dalam literatur fiqh berbahasa Arab disebut dengan nikah dan zawaj yang mengandung maksud membolehkan hubungan kelamin laki-laki dan perempuan. Pernikahan atau tepatnya ‘’keberpasangan” merupakan ketetapan Illahi atas segala mahluk, berulang- ulang hakekat ini ditegaskan oleh Al-Qur’an (M Quraish Shihab, 1996:191) antara lain dalam surat Al Dzariat ayat 49 dan surat Yasin ayat 36 yang berbunyi:

Artinya : ”Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan

Pemikahan/perkawinan adalah suatu peijanjian suci antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan untuk membentuk keluarga bahagia. Sebagai peijanjian ia mengandung pengertian adanya kemauan bebas antara dua pihak yang saling mau beijanji berdasarkan prinsip suka sama suka yang berarti tidak ada unsur keterpaksaan. Pernikahan tersebut dinyatakan dalam bentuk ijiab qobul yang harus diucapkan dalam satu majlis, baik langsung Artinya : ”Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya

kamu mengingat kebesaran A llah”.(Q.S. Al-Dzariat-49)

semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui”. (Q.S.yasiin- 36).

(29)

oleh mereka yang bersangkutan yaitu calon suami dan calon istri (Anwar Haijono, 1987:221).

Menurut ulama Syafi’iyah yang dimaksud dengan perkawinan di sini adalah keseluruhan yang secara langsung berkaitan dengan perkawinan

dengan segala unsurnya, bukan hanya akad nikah itu saja tetapi ada syarat dan rukunnya yaitu:

1. Akad Nikah

Akad nikah adalah peijanjian yang berlangsung antara dua pihak yang melangsungkan perkawinan dalam bentuk ijabdan qobul. Ijabadalah penyerahan dari wali si perempuan dengan ucapan: ‘’Saya kawinkan anak saya yang bernama si A kepadamu dengan mahar sebuah kitab Al- Qur’an” , dan qobuladalah penerimaan dari pihak suami dengan ucapan: ‘’Saya terima mengawini anak bapak yang bernama si A dengan mahar sebuah kitab Al-Qur’an” (Amir Syarifuddin, 2006:61).

2. Adanya calon suami dan calon istri, calon istri haruslah seorang yang tidak sedang terikat pernikahan, tidak dalam keadaan iddah, hamil dan tidak yang dilarang untuk dinikahi.

3. Wali dari calon istri dinilai mutlak keberadaanya dan ijinnya, berdasarkan

J

a p a a

Ci j

Vl

V

Artinya : “Tidak ada nikah melainkan dengan wali dan dua orang saksi yang a d il”(H.R. Ahmad)

(30)

5. Mahar, karena secara tegas al-qur’an memerintahkan kepada calon suami

nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan, kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik

akibatnya ’ (Q.S-An-Nisa ’:4)

B. Proses Menuju Pernikahan

Pernikahan adalah suatu gerbang untuk membentuk suatu keluarga yang memiliki proses cukup pajang yang bermula d ari:

1. Memilih Pasangan

(31)

0 y i

Artinya : ‘ ’Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu

yang perempuan[281J; saudara-saudaramu yang perempuan, Saudara-saudara bapakmu yang perempuan; Saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara- saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara- saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang Telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri- isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang Telah terjadi pada masa lampau;Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Q.S.An-Nisa : 23)

Berdasarkan ayat di atas wanita-wanita yang haram dinikahi dapat dirinci sebagai berikut:

a. Wanita yang haram dinikahi untuk selamanya:

1) Karena hubungan nasab dan susuan, yaitu ibu, anak perempuan, saudara perempuan, bibi, kemenakan perempuan, ibu susuan, nenek susuan, bibi susuan, kemenakan susuan perempuan, saudara susuan perempuan.

(32)

3) Istri karena sumpah lian, hal ini sesuai dengan Surat An-Nur ayat

6. Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, Maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, Sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar.

7. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa la'nat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang berdusta.

8. Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah Sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang dusta.

9. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika suaminya itu termasuk orang-orang yang benar.

Berdasarkan ayat tersebut jika terjadi sumpah lian atas suami istri maka putuslah hubungan perkawinan keduanya untuk selama-lamanya.

b. Wanita yang haram dinikahi untuk sementara

1) Dua perempuan bersaudara haram dikawini oleh seorang laki-laki dalam satu waktu.

(33)

4) Wanita yang ditalak tiga oleh suaminya haram dinikahi sebelum sang istri menikah dengan orang lain dan sudah bercampur serta tidak direncana.

5) Melakukan ihram. 6) Wanita musyrik

7) Wanita haram dinikahi oleh seorang yang telah mempunyai istri empat orang (Zakiah Daradjat, 1995:65-71).

2. Melakukan Istikharah

Kata istikharah itu sendiri menurut bahasa bararti menetapkan pilihan yang terbaik (M. Nipan Abdul Halim, 2007:26). Diharapkan dengan isrikharah pilihan yang akan diambil adalah pilihan yang tepat yang terbaik dalam penilaian Allah agar tidak menyesal.

3. Melamar/Meminang

(34)

4. Melihat Wanita Yang Akan Dilamar

Acara dilakukan setelah pihak calon istri menerima lamaran yaitu melihat wanita yang akan dilamar, dalam istilah Jawa nontoni. Adalah hak laki-laki dan wanita yang akan melangkah kejenjang perkawinan untuk melihat satu sama lain (M. Nipan Abdul Halim, 2007:26). Yang boleh dilihat wajah, kedua telapak tangan dan tangan serta lehernya. Boleh mendengarkan suaranya dan berbicara dengannya bagi wanita, bagi laki- laki, perempuan disunahkan melihat tubuh silaki-laki, bagian yang mana pun yang bisa dilihatnya selain auratnya (Muhammad Washifi, 2005:296).

5. Maskawin/Mahar

Setelah saling melihat dan tertarik untuk melanjutkan ke tahap berikutnya adalah pembarian maskawin/mahar. Mahar tidak memiliki batas tertinggi atau terendah karena mahar bukanlah harga untuk membeli kenikmatan bagi laki-laki, namun pemberian (nihlah), yaitu pemberian yang tidak memerlukan balasan (Muhammad Washifi, 2005:313).

Dr. Yusuf Qardhawi dalam bukunya Fatwa-Fatwa Kontemporer menyebutkan ada empat hikmah disyariatkannya mahar. Pertama, menunjukkan kemuliaan wanita, karena wanitalah yang dicari laki-laki. Laki-laki yang berusaha untuk mendapatkan wanita meskipun harus mengorbankan hartanya.

Kedua, menunjukkan cinta dan kasih sayang seorang suami kepada

(35)

Ketiga, menunjukkan kesungguhan, karena nikah dan berumah

tangga bukanlah main-main dan perkara yang bisa dipermaiankan.

Keempat, menunjukan tanggung jawab dalam kehidupan rumah

tangga dalam pemberian nafkah, karena laki-laki adalah pemimpin atas wanita dalam kehidupan rumah tangga untuk mendapatkan hak itu wajar bila suami harus mengeluarkan harta sehingga dia harus lebih bertanggung jawab dan tidak sewenang-wenang terhadap istrinya.

Mahar dapat berupa apa saja baik materi maupu non materi yang terpenting tidak ada unsur memberatkan dan hendaknya mahar memberikan manfaat serta arti atau makna dari benda-benda yang diberikan sebagai mahar.

Benda benda atau barang yang biasa digunakan sebagai mahar serta arti atau makana dari barang tersebut:

a. Seperangkat alat sholat karena seperangkat alat sholat adalah sarana untuk mengerjakan sholat karena sholat adalah ibadah yang paling utama.

b. Kitab Suci Al-Qu’ran, karena Al-Qur’an adalah pedoman dalam kehidupan sehingga diharapkan mereka dapat berpegang teguh pada Al-Qur’an dan mengamalkan ajarannya.

c. Cicin yang dibuat bulat tidak ada putusnya, maknanya agar cintanya abadi agar tidak putus sepanjang hidup.

(36)

e. Perhiasan yang terbuat dari emas, intan, berlian mengandung makna

agar calon pengantin putri selalu berusaha untuk tetap besinar tidak membuat kecewa.

f. Makanan tradisional terdiri dari jadah, lapis, jenang, wajik, yang terbuat dari beras ketan. Beras ketan sebelum dimasak hambur, tetapi setelah dimasak menjadi lengket, begitulah harapannya semoga kedua calon pengantin cintanya selalu lengket selama-lamanya.

g. Buah-buahan bermakna penuh harapan agar cinta mereka dapat menghasilkan buah kasih terhadap keluarga dan masyarakat.

h. Daun sirih daun ini muka dan punggunya berbeda rupa tetapi kalau digigit sama rasanya bermakna bersatu hati berbulat tekad tanpa harus mengorbankan perbedaan (Sumarsono, 2007:25-26).

Setelah acara pemberian maskawin dilanjutkan dengan menentukan hari untuk akad nikah dan walimatul ‘ursy, yang harus ada kesepakatan bersama antara kedua belah pihak. Kapan waktu yang tepat untuk melangsungkan pernikahan dan walimatul ‘ursy.

C. Walimatul ‘Ursy

Walimah berasal dari kata walam yang artinya menyatukan karena

pasangan suami istri itu menyatu berkumpul. Dalam kamus walimah adalah makanan yang dibuat khusus untuk undangan (Abdul Hamid Kisyik,

1995:210).

Walimatul ‘ursy biasa disebut walimah adalah pesta pernikahan yang

(37)

teijadinya pernikahan walimah harus menampakan syiar kebaikan sehingga ada nilai ibadah, dakwah dan nilai sosial di dalamnya (Cahyadi Takariawan, 2005:199).

Walimatul ‘ursy atau upacara perayaan sepasang pengantin yang pada

dasarnya adalah sebuah pengumuman kepada masarakat tentang pernikahan sehingga masyarakat luar mengetahui bahwa dua sejoli ini telah sah menjadi pasangan suami istri (M. Nipan Abdul Halim, 2007:82).

Bardasarkan pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa walimatul ‘ursy atau biasa disebut dengan walimah saja sama artinya dengan

pesta pernikahan yaitu sebuah acara yang menyatukan sepasang pengatin baru dan sebagai syukur atas teijadinya pernikahan agar tidak menimbulkan fitnah dalam masarakat

Pada intinya walimatul ‘ursy adalah sarana pemberitahuan atas teijadinya pernikahan, namun sesuai dengan kebudayaan, kebiasaan dan adat sautu tempat maka Walimatul ‘ursy dikemas dalam berbagai acara yang di dalam acara walimatul *ursy tersebut terdapat simbol-simbol yang mengandung makna atau terdapat nilai-nilai pendidikan namun ada pula yang hanya sebagai penghias untuk memperindah ruangan acara walimatul ‘ursy.

Waktu mengadakan walimatul ‘ursy tidak ada batasan tertentu untuk melaksanakan walimah. Hal ini leluasa tergantung kepada adat kebiasaan, dan keinginan penyelenggara. Walimatul ‘ursy dapat diadakan ketika akad nikah

(38)

D. Resepsi Pernikahan Adat Jawa

Mematuhi aturan adat, adalah salah satu penunjang kesuksesan dalam pernikahan. Hal ini didasari dengan serangkaian aturan yang umumnya menuntun kebajikan melalui simbol-simbol tertentu, agar membawa berkah bagi siapapun yang menikah. Kalau ada adat yang ditinggalkan, rasanya ada yang tidak lengkap. Kalau tidak lengkap, bukan tidak mungkin dalam beberapa hal bisa membuat pengantin dan keluarganya merasa was-was. Sebab sampai saat ini, diakui atau tidak, bila meninggalkan adat masih dipercaya akan ada hal buruk yang bisa terjadi.

Perhelatan perkawinan dengan adat Jawa yang komplit itu penuh dengan upacara ritual yang rumit, dalam hal ini fungsi dari Perias sangat penting sekali. Ia memimpin upacara ini, menyiapkan pakaian, merias dan juga menyiapkan apa yang dibutuhkan.

Perias yang baik biasnya siap dengan berbagai model pakaian pengantin, perhiasan dan peralatan yang dibutuhkan dan biasanya juga dibentuk suatu panitia kecil untuk memperlancar jalannya upacara (http://heritageofiava.com/portal/article.php?story=200903100130559.

akses 12 Nopember 2009).

1. Simbol-Simbol dalam Pernikahan Adat Jawa dan Maknanya

(39)

a. Daun keluwih, semoga hajatan tidak kekurangan sesuatu jika mungkin malah bisa lebih (luwih) dari yang diperhitungkan (Sumarsono, 2007:30)

b. Daun beringin dengan ranting-rangtingnya, diambil dari kata ingin, yang artinya harapan, cita-cita atau keinginan yang didambakan mudah-mudahan selalu dapat terlasan.

c. Daun alang-alang, mengandung arti agar dijauhkan dari segala halangan (alangan) aral yang melintang disepanjang waktu.

d. Seuntai padi melambangkan semakin berisi semakin merunduk, diharapkan semakin berbobot dan berlebih hidupnya semakin ringan kaki dan tangannya selalu siap membantu sesamanya (Sumarsono, 2007:30).

e. Dua batang pisang dengan beberapa sisir pisang artinya sang suami harus menjadi panutan dalam keluarga dan kehidupan sosial. Seperti pohon pisang yang mudah tumbuh di mana saja diharapkan pasangan pengantin juga demikian, hidup baik dan bahagia dimanapun.

f. Sepasang pohon tebu wulung berarti mereka membina rumah tangga dengan sepenuh hati, terbuka, bijaksana dan tidak pernah menyerah untuk masa depan lebih baik.

(40)

h. Gerbang harus dipasangi bleketepe, rangkaian yang dibuat dari janur kelapa untuk menghilangkan kemungkinan yang tidak diharapkan dan sebagai tanda bahwa ada pernikahan yang akan berlangsung dirumah tersebut. Sebelum memasang Tarub dan Bleketepe, spesial sajen musti dibuat yang berisi pisang, kelapa, padi dan beberapa buah-buahan, kue-kue, beberapa minuman, bunga, daging sapi, tempe, gula jawa dan lainnya. Sajen ini sebagai simbol untuk mendapatkan berkah dari Tuhan YME dan agar terhindar dari mara bahaya. Sajen sebaiknya diletakan dibeberapa tempat di mana proses adat berlangsung seperti kamar mandi, dapur, pintu, dan di jalan dekat rumah.

i. Patah, adalah dua anak kecil putri yang berjalan di depan pengantin. Ketika pengantin duduk, mereka bertugas untuk mengipasi keduanya. j. Domas dan Manggolo, domas atau putri domas adalah dua orang gadis

muda yang mengiringi pengantin wanita. Sedangkan manggolo adalah dua orang anak muda yang mengiringi pengantin pria, meskipun sesungguhnya berasal dari keluarga pengantin wanita. Masing-masing domas dan manggolo membawa kembar mayang dan saling

menukarkannya ketika prosesi jemuk berlangsung. Putri domas dalam pernikahan ibarat dayang-dayang bagi seorang ratu. Sedangkan para manggala adalah ibarat para punggawa kerajaan (http://www.dhuha.

(41)

k. Kembar mayang, merupakan rangkaian yang dibuat dari bermacam daun dan banyak ornamen dari janur yang dirangkai dan ditancapkan pada potongan pohon anak pisang. Dari janur dibuat ornamen berbentuk tugu-tuguan/gunungan, uler-uleran, keris, manukan, dan pecut. Sementara macam daun yang digunakan adalah daun beringin,

andong, gondoroso, dan mayang jambe.

Ornamen berbentuk tugu atau gunung melambangkan simbol sosok laki laki yang (harus) penuh pengetahuan, pengalaman dan kesabaran.

Ornamen seperti keris memberikan makna bahwa pasangan pengantin hendaknya berberhati-hati dalam kehidupan, pintar dan bijaksana laksana sebuah keris.

Ornamen uler-uleran merupakan simbol keajegan bergerak dalam hidup terutama dalam keluarga dan lingkungan.

Ornamen seperti pecut memberikan dorongan untuk sikap energik, cepat berpikir dan mengambil keputusan untuk menyelamatkan keluarga.

Sedangkan ornamen seperti burung melambangkan motivasi tinggi untuk kehidupan (http://www.dhuha.net/id/content/islam/ counseling/konsep-walimah-perayaan-nikah-dalam-islam, akses 12 Nopember 2009).

2 . P r o s e s P e r n ik a h a n A d a t J a w a

(42)

a. Rasulan/Kirim Doa

Makna dari rasulan atau kirim doa adalah memanjatkan doa kepada Allah SWT semoga niat untuk menikahkan anak dilindungi dan dilimpahkan berkah dari Allah SWT. Selain itu juga diberikan rahmat karunia keselamatan, kesehatan dan keberhasilan baik bagi kedua orang tuanya maupun bagi kedua calon mempelai sehingga dapat menjadi keluarga yang sakinah, keluarga bahagia dan sejahtera baik di dunia maupun di akhirat. Serta mendoakan agar arwah para keluarga diberikan ampunan segala dosanya oleh Allah SWT dan ditempatkan di sisiNya sesuai amal baktinya selama masih hidup. (http://heritageofiava.com/portal/aitic le.php?storv=200903100130559. akses 12 Nopember 2009).

b. Siraman

Proses pernikahan adat Jawa dimulai dengan siraman yang dilakukan sebagi proses pembersihan jiwa dan raga yang dilakukan sehari sebelum ijab qabul. Selama siraman ada tujuh orang yang menyiramkan air kepada calon pengantin. Tujuh orang disebut sebagai pitulungan (penolong) yang melakukan proses siraman. Airnya

merupakan campuran dari kembang setaman yang disebut banyu perwitosari yang jika memungkinkan diambil dari tujuh mata air.

Diawali siraman oleh orangtua calon pengantin, acara siraman ditutup

olehsira m a n p e m a e s (perias pengantin) yang kemudian memecahkan

(43)

1) Calon pengantin mandi di rumah orang tua masing-masing

2) Air prawito sari diracik oleh juru rias di rumah calon pengantin wanita (CMW) kemudian air prawito sari untuk mandi calon mempelai pria (CMP) dikirim dari rumah orang tua calon mempelai wanita (CMW) CMW sungkem kepada kedua orang tua, memohon maaf atas segala kesalahan, minta izin dan mohon doa restu untuk menikah pada keesokan harinya

3) Sungkem kepada kakek, nenek, budhe dan pakdhe

4) CMW berjalan diapit kedua orang tuanya menuju tempat siraman 5) Dengan membaca Bismillahhirrohmannirrohim, upacara siraman

dimulai. Adapun yang melakukan siraman adalah: bapak, ibu, eyang, para pini sepuh, perias.

6) Berwudhu dengan air kendi yang dipegang oleh ibu CMW, setelah selesai berwudhu kendi dipecahkan oleh ibu CMW serasa berkata “wis pecah pamore anakku“ CMW dibopong oleh Bapak CMW menuju kamar pengantin untuk dirias

7) Bapak dan Ibu CMW melakukan pengguntingan rambut CMW dan ditanam di halaman depan rumah

8) Bapak dan Ibu CMW memotong tumpeng untuk memberi suapan terakhir kepada CMW

9) Bapak dan Ibu CMW beijualan dawet, Ibu menggendong bakul dan Bapak memayungi Ibu. Upacara ini mengandung harapan agar nanti pada saat upacara panggih dan resepsi banyak tamu dan rejeki yang datang.

(44)

1 l)Upacara siraman di rumah orang tua CMP air prawito sari yang dikirimkan dari rumah CMW dicampurkan dengan air yang akan digunakan untuk siraman CMP dipandu oleh perias dalam pelaksanaan upacara siraman tersebut, yang pada intinya hampir sama dengan upacara siraman di rumah CMW. http://heritageofiava.com/portal/article.php?story=2009031001305 597. akses 12 Nopember 2009).

c. Midodareni

Setelah beranjak malam, dilanjutkan dengan malam Midodareni. Midodareni dari asal kata “widodareni' (bidadari) lalu

menjadi midodareni artinya membuat keadaan calon pengantin seperti bidadari (putri) dan bidadara (putra). Semoga dengan acara ini maka kecantikan dan kebagusan sepasang pengantin bagaikan bidadari dan bidadara (Sumarsono, 2007:34). Acara ini dilangsungkan di kediaman mempelai perempuan. Di sini ada acara nyantrik, yaitu datangnya calon pengantin pria beserta pengiringnya. Tujuanya memastikan bahwa calon mempelai laki-laki akan hadir dalam acara ijab qabul dan kepastian bahwa keluarga calon mempelai perempuan siap melaksanakan perkawinan dan upacara panggih pada keesokan harinya (Sumarsono, 2007:35).

d. Ijab Qobulatau Akad Nikah

(45)

dihadiri para pinisepuh serta wali yang sudah disiapkan lahir dan batinnya. Urutan acara pokok ijab qobul sebagai berikut:

1) Pembukaan

2) Bacaan ayat suci Al Quran 3) Ucapan selamat datang

4) Permohonan ijab dari keluarga calon pengantin laki-laki 5) Penerimaan ijab dari keluarga calon pengantin perempuan 6) Pelaksanaan ijab qobul

7) Penyerahan mas kawin 8) Penandatanganan surat nikah 9) Kotbah nikah dan doa

10) Penutup ( Sumarsono, 2007:37) e. Upacara Panggih

Usai acara akad nikah dilakukan upacara panggih yaitu bertemunya kedua mempelai. Dalam acara ini, kembar mayang (bunga lambang pernikahan yang terbuat dari janur yang berjumlah satu pasang) diletakan di luar atau persimpangan jalan. Ini menandakan bahwa daerah tersebut sedang ada gelaran pernikahan dan untuk mengusir roh jahat. Pasangan kembar mayang juga diletakan di samping kursi pelaminan sebelah kiri dan kanan sebagai dekorasi, kembar mayang ini digunakan untuk pasangan yang belum pernah

(46)

1) Tukar Kembar Mayang

Dalam upacara panggih, kembar mayang biasanya berjumlah empat buah dan diletakkan di sebelah kanan dan kiri dekorlrono. Ketika upacara panggih akan dimulai, dua buah

kembar mayang dikeluarkan oleh dua orang manggolo (yang

ditunjuk untuk menjemput pengantin pria), sedangkan dua kembar mayang yang lain dibawa oleh dua orang putri domas mengiringi penganten putri. Saat ritual adat berlangsung dalam jemuk pengantin, dua buah kembar mayang yang mengiringi pengantin pria (dari luar) ditukarkan dengan dua kembar mayang yang mengiringi pengantin putri. Kedua kembar mayang dari luar tersebut selanjutnya mengiringi kedua mempelai hingga pelaminan. Sedangkan dua kembar mayang yang lain dibawa keluar dari tempat resepsi dan biasanya dibuang di atas genting tuan rumah (orang tua pengantin wanita) (http://heritage ofjava.com/portal/article.php?story=2009031001305597, akses 12 Nopember 2009).

Pertukaran kembang mayang memberikan arti mempunyai

tujuan bersatunya cipta, rasa dan karsa untuk bersama mewujudkan kebahagiaan dan keselamatan (Sumarsono, 2007:38)

2) Balangan Suruh

(47)

meter. Dalam balangan, bungkusan yang dilemparkan berisi daun sirih, dan jadah (makanan dari ketan) yang ditali dengan benang putih. Mereka saling melempar dengan penuh semangat dan tertawa. Dengan melempar daun sirih satu sama lain, menandakan bahwa mereka adalah manusia, bukan makhluk jadi-jadian yang menyamar menjadii pengantin. Selain itu, jadah yang kenyal dan lengket dalam ritual ini melambangkan keeratan cinta kasih dan kesetiaan. Daun sirih ini berguna menghilangkan niat jahat yang mungkin akan mengganggu upacara (http://heritageo5ava.com/ porta larticle.php?story=2009031001305597, akses 12 Nopember 2009).

Namun ada yang menyebut dan mengartikan lain dalam balangan suruh ini yaitu dengan balangan gantal yang

melambangkan pertemuan cinta kedua mempelai. Namun ada juga yang memakai lain yaitu dari ritus tersebut bisa dilihat kekuatan rumah tangganya nanti. Pihak yang lemparan cepat mengenai sasarannya akan mendominasi urusan-urusan rumah tangga. Gantal bentuknya berupa gulungan kecil sirih yang berwarna hijau

(48)

merupakan tanda pengikat (http://www.tasteofiogia.com/web/ida/ detailbud.asp?idbud=287, akses 12 Nopember 2009).

3) Salaman

Sebagai ungkapan kedatangan, penganten pria mengucapkan salam dan disambut penganten wanita, lalu mereka bersalaman. Pengantin putri juga mencium tangan suaminya sebagai bentuk penghormatan (http://www.dhuha.net/id/content/ islam/counseling/konsep-walimah-peravaan-nikah-dalam-islam. akses 12 Nopember 2009).

4) W ijiD adi

Mempelai laki-laki menginjak telur ayam hingga pecah, kemudian mempelai perempuan akan membasuh kaki sang suami dengan air bunga. Proses ini melambangkan seorang suami dan ayah yang bertanggung jawab terhadap keluarganya. Pengantin wanita siap pula melayani suaminya (http://heritageofiava. com/portal/article.php?story=2009031001305597, akses 12 Nopember 2009).

5) M inum Parent

(49)

pasangan hidup, dan kelebihannya diharapkan dapat menutup kekurangannya. Prosesi ini juga memberikan peringatan kembali tentang pentingnya peran kedua orang tua dalam membesarkan anak-anaknya. Mereka adalah orang yang pertama “menyuapi” anak-anak. Oleh karena itu dengan kegiatan meminumkan parent kepada kedua pengantin, kewajiban berbakti kepada mereka hendaknya mendapatkan perhatian bahkan setelah para anak berkeluarga dan mendapatkan keturunan (http://www.dhuha.net/id/ content/islam/counseling/konsep-walimah-peravaan-nikah-dalam- islam, akses 12 Nopember 2009).

6) Pupuk

Ibu mempelai perempuan mengusap mempelai mantu laki- laki sebagai tanda ikhlas menerimanya sebagai bagian dari keluarga (http://www.dhuha.net/id/content/islam/counseling/ konsep-walimah-peravaan-nikah-dalam-islam. akses 12 Nopember 2009).

7) Sinduran atau Gendong Manten

Sindur atau isin mundur artinya pantang menyerah atau

pantang mundur. Siap menghadapi tantangan hidup dengan semangat berani karena benar seperti lambang warna kain sindur merah putih (Sumarsono, 2007:38). Gendong manten (pakai sindur) menuju pelaminan. Ayahanda pengantin putri mendahului

(50)

didorong oleh ibu. Gendong manten mengandung makna bahwa ayahanda pengantin seharusnya menunjukan jalan kehidupan bagi kedua putranya sedang ibunda mendukung dari belakang. Selain itu, acara ini juga memberikan lambang bahwa kedua orangtua pengantin perempuan telah ngentaske atau menyelesaikan tugas/kewajiban mereka kepada anaknya lewat menikahkannya dengan pengantin pria. Berjalan perlahan-lahan dengan menyampirkan kain sindur sebagai tanda bahwa kedua mempelai

sudah diterima sebagai keluarga (http://www.dhuha.net/ id/content/islam/counseling/konsep-walimah-peravaan-nikah- dalam-islam. akses 12 Nopember 2009).

8) Timbang

Kedua mempelai duduk di pangkuan bapak mempelai perempuan dan harus dikatakan "sama beratnya" sebagai tanda kasih sayang orangtua terhadap anak dan menantu sama besarnya tidak ada yang diistimewakan karena sudah menjadi pasangan pengantin

9) Tanem

Ayah pengantin putri mendudukan pasangan pengantin di kursi pengantin dan memberikan doa restunya.

10) Tukar Kalpika

(51)

11) Kacar-Kucur

Kacar kucur acara ini juga sering disebut dengan tampa kaya. Dengan dipandu perias, pasangan pengantin betjalan

bergandengan pada jari kelingking menuju ke sebuah kursi yang telah diletakkan didepan ronoldekorasi manten. Pengantin pria menuangkan campuran kedele, kacang tanah, beras, beras ketan, jagung disertai rempah-rempah, bunga dan mata uang logam dengan berbagai nilai. Pengantin wanita menerima itu dengan selendang kecil setelah itu kemudian dilipat. (http://www.dhuha. net/id/content/islam/counseling /konsep -walimah -perayaan-nikah- dalam-islam, akses 12 Nopember 2009).

Kacar kucur melambangkan bahwa seorang suami harus

memberikan penghasilannya kepada sang istri. Sebaliknya, seorang pengantin wanita haruslah siap menjadi istri yang baik dalam menerima pemberian suami, bersikap peduli, hemat dan juga teliti. Tetapi ada juga yang saling mengucurkan secara bergantian, ternyata pengaruh gender sudah masuk dalam upacara adat ini (Sumarsono, 2007:39 ).

12) Dahar Klimah (Dulangan)

(52)

pengantin pria menyuapi pengantin wanita. Acara dulangan ini diakhiri minum teh manis. Ini melambangkan bahwa kedua mempelai menikmati kebersamaan mereka. Kehidupan keluarga juga diharapkan selalu berakhir “manis” meskipun kegetiran dan perjuangan merupakan hal yang nyata dalam perkawinan. Makna lain dari dhahar klimah adalah seorang suami harus mempunyai keteguhan hati dan seorang istri harus dapat menyimpan rahasia. Makna lainnya adalah perpaduan antara dua hati dan satu kehendak, satu tekad yang bulat dalam bahasa Jawa disebut “nunggil kareb” dittp://www.tasteofiogia.com/web/ida /detailbud. asp?idbud=287. akses 12 Nopember 2009).

13) Mertui

Ketika upacara panggih berlangsung, kedua orang tua mempelai pria tidak mengikuti ritual tersebut dan sebaliknya berada di luar ruang resepsi. Lalu setelah upacara selesai, kedua orang tua pengantin wanita menjemput kedua orang tua pengantin pria di pintu rumah dan mereka berjalan bersama menuju tempat upacara. Para ibu di depan dan para bapak mengikuti di belakang. Kemudian pasangan orang tua pria ini duduk disamping kanan kursi pengantin. Sedangkan orang tua pengantin putri duduk disebelah kiri dari kursi pengantin. Prosesi ini menandakan bentuk penghormatan tuan rumah kepada kadang besan (saudara) mereka.

14) Sungkeman

(53)

kepada orang tua pengantin pria. Kedua pengantin beijongkok dan (seakan) menyembah orang tua mereka. Para orang tua menerima sungkem kedua mempelai mengulurkan tangan kanan untuk dijabat

dan dicium, sedangkan tangan kiri mengelus kepala pengantin. Kegiatan memohon doa restu ini disebut sungkeman. Selama sungkeman, perias mengambil dan menyimpan keris yang dipakai

pengantin pria dan dipakaikan kembali setelah sungkeman selesai. (http://heritageofiava.com/portal/artic le.php?storv=2009031001305 597, akses 12 Nopember 20.

15) Kirab

Kirab adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

saat pengantin berdua meninggalkan tempat duduknya untuk berganti busana. Waktu keluar disebut kirab kanarendran, sedangakan setelah kembali lagi untuk duduk di tempat semula disebut kirab kasatriyan (Sumarsono, 2007:41).

3. Riasan Pengantin Perempuan

Dalam pernikahan adat Jawa baik pengantin laki-laki maupun perempuan dirias sedemikian rupa diibaratkan raja dan ratu. Dalam riasan pengantin perempuan terdapat beberapa simbol dan memiliki arti diantaranya:

1. Sanggul (Gelung Bokor) dan Bunga Melati

(54)

sehingga bentuknya mirip jeruk sak ajar, mempunyai arti pengantin wanita yang tadinya belum dewasa dan mulai mempunyai dasar menuju ke arah kesempurnaan. Sedangkan rangkaian melati mempunyai arti agar ilmu yang dimiliki tidak pudar sampai mati dan meninggalkan nama harum (http://www.tasteofiogia. com/web/ida/detailbud.asp?idbud=287, akses 12Nopember2009).

2. Raja Keputren

Perlengkapan perhiasan yang digunakan dalam busana pengantin wanita. Yang terdiri dari perhiasan-perhiasan emas atau imitasi emas, merupakan suatu simbol peringatan kepada manusia agar mempunyai sifat sportif dan konsekuensi. Riasan pengantin dengan hiasan ini dipandang dari depan akan tampak bersinar dan bercahaya, juga perhiasan yang dipasang pada sanggul yang menghadap ke belakang juga nampak bersinar. Hal ini melambangkan harapan bahwa dari

depan dan belakang, lahir dan batin pengantin harus sama baiknya.

3. Menjangan Ranggah

(55)

4. Jahitan Mata

Riasan pada mata pengantin wanita yang menimbulkan kesan mata menjadi redup dan anggun. Jahitan mata tersebut makna simbolisnya untuk mempertajam penglihatan sehingga dapat berfungsi sebagai penyaring agar dapat melihat secara jelas, dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, kemudian dinalar dengan menggunakan pikiran dan dapat dijadikan pegangan seumur hidup. Makna ini tergambar pada jahitan mata berupa dua garis menuju ke pelipis, kalu ditarik ke atas garis tersebut menuju ke otak. Jadi, semua yang dilihat hal baik dan buruk, ditampung dan disaring kemudian dinalar sebagi lambang bahwa seorang istri diharapkan agar dapat melihat semua itu secara positif.

5. Mentul/Cundhuk Mentul

Hiasan rambut yang mirip setangkai bunga. Mentul berjumlah lima buah merupakan simbol lima nafsu manusia, yaitu nafsu kasih sayang, nafsu kenikmatan, nafsu keinginan, nafsu kekuasaan dan nafsu kesucian. Mentul mengandung arti bahwa pengantin diharapkan dapat menguasai kelima nafsu tersebut agar menjadi sempurna (http://www.tasteofiogia.com/web/ida/detailbud. asp?idbud=287, akses 12 Nopember 2009).

6. Tanggalan

(56)

7. Centhung

Hiasan pada rambut sejenis sisir yang ujungnya melengkung dan dipasang pada pangkal penunggul. Centhung merupakan simbol kesempurnaan manusia untuk menyatu dengan Allah, Tuhan manusia. Alam pikiran manusia hanya ditujukan kepada Yang Maha Tunggal. Bentuk Centhung diawali dengan melengkung ke atas beijumlah dua dan berdampingan. Manusia bisa menjadi insan Kamil (manusia yang menyatu dengan Tuhan atau dalam bahasa Jawa disebut dengan Manunggaling Kawula Gusti) dengan cara menunduk, taat, dan bersujud kepada Tuhan dan menengadah menuju kepada-Nya untuk memohon Ridho-Nya (http://www.tasteofiogia.com/web/ida/detail bud.asp?idbud=287, akses 12 Nopember 2009).

8. Paes

Memotong rambut halus di atas kening {dikerik) yang dilakukan oleh perias. Paes ada yang disebut paes gajah, pengapit, dan panitis. Yang mengandung makna bahwa sepasang pengantin

merupakan dua kesatuan tunggal: tunggal cipta, rasa dan karsa. Dengan kesatuan hati dan jiwanya diharapkan mampu mengatasi segala godaan dan hambatan dalam mengarungi samudra kehidupan dimasyarakat (Sumarsono, 2007:33).

£ . Tata Cara Pernikahan Dalam Islam

(57)

Nabi mengajarkan agar peristiwa penikahan dirayakan dengan suatu perhelatan atau walimatul ‘ursy berdasarkan hadis berikut:

?

I L«

4

j ll«J j <uip 4)1

J u s Zi \ J 'jL j j

j 1 Uo

Artinya : "Apa yang diwalimahkan oleh Rosulullah saw ketika mengawini istri-istrinya ialah sebagaimana yang diwalimahkan beliau mengawini istri Zainab, yaitu berwalimah dengan seekor kambing. HR. Bukhori Muslim.

V i <01 1 yj> j J 15 15 li : J 15 o Ju y ^ p

Artinya : "Dari Buraidah ia berkata: Ketika Ali melamar Fatimah, Rasulullah saw bersabda: untuk perkawinan ini tidak boleh tidak mesti ada walimah. HR. Anas.

Berdasarkan hadis di atas maka kebanyakan ulama berpendapat bahwa mengadakan walimah pernikahan itu hukumnya sunnat muakad sangat dianjurkan. Menyelenggarakan walimatul ‘ursy adalah salah satu macam ibadah kepada Allah mengikuti sunnah Rosulullah, oleh karena itu harus memperhatikan beberapa hal yaitu:

1. Menyelenggarakan walimatul ‘ursy sesuai dengan kemampuan, tidak memaksakan diri di luar kekuatan, yang akan berakibat penyesalan dan tidak berlabih-lebihan yang berkecenderungan kemewahan.

2. Menyelenggarakan walimatul ‘ursy dengan ikhlas untuk ittiba’ kepada sunnah Rosul.

(58)

4. Menyelenggarakan walimatul ‘ursy hendaknya satu kali saja (Ahmad

Artinya : “Seburuk-buruk makanan ialah makanan walimah di mana yang diundang hanyalah orang-orang kaya saja sementara orang-orang yang miskin tidak diundang. Dan barang siapa yang tidak memenuhi undangan, maka berarti ia telah berbuat durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya. ” (Shahih Muslim No.2585).

Lebih jauh lagi dalam hadits di atas Rasulullah SAW mengajarkan kita bahwa sudah menjadi kewajiban seorang Muslim untuk menjawab undangan walimah. Oleh karena Rasulullah SAW menekankan untuk menghadiri undangan walimah dengan sabdanya:

menghadiri suatu walimah maka hendaklah ia menghadirinya, hendaklah ia makan apa yang telah disediakan meskipun terpaksa: dan bila ia berpuasa boleh meninggalkan makanan tersebut". (Diriwayatkan Ahmad dan Muslim)

(59)

1. Dalam walimah dihidangkan makanan dan minuman yang diyakininya tidak halal.

2. Yang diundang hanya orang-orang kaya dan tidak mengundang orang miskin

3. Dalam walimah itu ada orang-orang yang tidak berkenan dengan kehadirannya.

4. Dalam rumah tempat walimah itu terdapat perlengkapan yang haram. 5. Dalam walimah diadakan permainan yang menyalahi aturan agama.

(Amir Syarifuddin, 2006:158)

Dalam menyelenggarakan walimah ada beberapa hal yang disunahkan yaitu:

1. Menyembelih seekor kambing atau lebih bila mampu. Walimah yang sederhana selalau dilakukan Rasul sebagai contoh teladan bagi umatnya. Bahkan beliau merasa cukup dengan menyembelih seekor kambing.

2. Menghidangkan ala kadarnya, bila tidak mampu menyediakan daging. 3. Berniat mengikuti sunah Rasul, bukan dengan niat yang lain.

4. Dalam pelaksanaan walimah harus benar-benar menjahui pekara yang tidak layak dilakukan dalam pandangan agama. (Mudjab Mahalli, 2007:147)

Walimatul ‘ursy diadakan dengan tujuan agar masyarakat mengetahui

(60)

terhadap dua orang yang menikah tersebut. Sedangkan mengenai tata cara penyelenggaraannya, syariat memberikan petunjuk sebagai berikut:

1. Khutbah Sebelum Akad

Dianjurkan ada khutbah sebelum akad nikah yang berisi nasehat untuk calon pengantin agar menjalani hidup berumah tangga sesuai tuntunan agama.

2. Menyajikan Hiburan

Walimah merupakan acara gembira, karena itu diperbolehkan menyajikan hiburan yang tidak menyimpang dari etika, sopan santun dan adab Islami.

3. Jamuan Resepsi (walimah)

a. Menyuguhkan makanan yang halal dan baik. b. Memotong seekor kambing jika mampu. c. Boleh meyuguhkan makanan tanpa daging. d. Menghindari pemubadziran.

(61)

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten

Semarang dan Masyarakatnya

1. Letak Geografis

Desa Candirejo merupakan salah satu desa di Kecamatan Tuntang yang ada di wilayah Kabupaten Semarang. Luas Desa Candirejo 601.238 ha. Adapun peta Desa Candirejo terlampir dan batas-batas Desa Candirejo sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Kesongo b. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Jombor c. Sebelah selatan berbatasan dengan Rawa Pening d. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Pulutan

Secara administratif Desa Candirejo dibagi menjadi 11 (sebelas) Rukun Warga (RW) yaitu: Kalipanggang, Klego, Dempel, Kintelan Kidul, Candi Kidul, Kintelan Lor, Karang Pawon, Candi Tengah, Candi Lor, Kumpulrejo, dan Candi Indah, dari 11 RW terbagi lagi menjadi 40 (empat puluh) Rukun Tetangga (RT).

2. Keadaan Penduduk

Dilihat dari segi jumlah penduduknya wilayah Desa Candirejo mempunyai jumlah penduduk yaitu 5856 orang, yang terdiri dari laki-laki 2592 orang dan perempuan 3264 orang. Untuk lebih jelas dan rincinya

(62)

dapat diklasifikasikan berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin yang dikutip dari data monografi tahun 2009 sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Berdasar Jenis Kelamin dan Umur Tahun 2009

RW Jenis Kelamin Umur

Jumlah 2592 3264 433 1685 561 2763 414

3. Keadaan Pendidikan

Data statistik kependidikan Desa Candirejo berdasarkan data monografi tahun 2009 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Penduduk Menurut Pendidikan Tahun 2009

N o Jenjang Pendididkan Jumlah

1 Tamat Perguruan Tinggi 168

2 Tamat SLTA/Sederajat 1062

3 Tamat SLTP/Sederajat 9 3 2

4 Tamat SD/Sederajat 983

5 Tidak Tamat SD 6 6 0

6 Belum Tamat SD 985

(63)

4. Keadaan Sosial Ekonomi

Berikut akan disajikan keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian

Tabel 3.3 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2009

N o Mata Pencaharian Jumlah

1 Petani 421

2 Buruh Tani 9 2 9

3 Buruh/Swasta 2 1 9

4 Pegawai Negeri 171

5 Pengrajin 12

6 Pedagang 2 9 7

7 Peternak 2

8 Nelayan 60

9 Montir 24

10 Pertukangan 41

11 Pengusaha 12

5. Keadaan Sosial Agama

Masyarakat Desa Candirejo beijumlah 5856 orang yang mayoritas Islam sejumlah 5826 orang, kemudian Kristen sejumlah 25 orang dan Katholik sejumlah 5 orang.

6. Kegiatan Keagamaan

Gambar

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Berdasar Jenis Kelamin dan Umur Tahun 2009
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Berdasar Jenis Kelamin dan Umur Tahun 2009
Tabel 3.3 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2009
Tabel 3.4 Kegiatan Keagamaan Warga Desa Candirejo Kecamatan Tuntang
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa pengertian mengenai komunikasi yang dipaparkan diatas penulis memahami bahwa komunikasi adalah suatu proses pertukaran pesan atau informasi antara dua orang

Penelitian ini mengukur jumlah gas rumah kaca dari perkebunan kakao dan menguraikan stok (cadangan) karbon dari perkebunan, yaitu jumlah karbon yang tersimpan dalam tanah,

• Hal inilah yang menyebabkan kebutuhan arus proteksi ICCP spesimen dengan kondisi cacat coating yang sama pada penelitian meningkat seiring dengan naiknya temperatur

Sehubungan dengan telah ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 107/PMK.06/2005 tanggal 9 November 2005 dan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor

Untuk mendapatkan rendemen arang dan cuka kayu yang tinggi maka sebaiknya menggunakan bahan baku dengan ukuran 5 cm dan lama pembakaran kurang dari 10 jam, untuk penghematan

1) Air Bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus sesuai dengan persyaratan dalam Peraturan Menteri Kesehatan, Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990

Efisiensi yang diterapkan pada perancangan ini adalah penataan ruang dalam kawasan pusat kota dengan ruang terbuka yang dapat difungsikan sebagai tempat parkir (parkir

Variabel keberadaan TPI dibagi lagi menjadi 9 variabel yaitu : Keberadaan fasilittas TPI, fungsi fasilitas TPI, standar pelayanan yang diberikan petugas TPI dalam menjaga