• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU (PENYUSUNAN RPP) MELALUI SUPERVISI AKADEMIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU (PENYUSUNAN RPP) MELALUI SUPERVISI AKADEMIK"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

GURU (PENYUSUNAN RPP) MELALUI

SUPERVISI AKADEMIK

Endah Yanuarti SMK Muhammadiyah Tepus e-mail: endahyanuarti22@yahoo.co.id Abstrak

Penelitian Tindakan Sekolah ini merupakan hasil pengalaman penulis, saat bulan Agustus yang lalu diadakan akreditasi di SMK Muhammadiyah Tepus, pada kenyataannya ada beberapa guru yang dalam penyusunan RPP masih kurang memenuhi tata cara penyusunan RPP yang baik. Sehingga adanya penelitian ini bertujuan meningkatkan kompetensi pedagogik guru dalam penyusunan RPP melalui supervisi akademik di SMK Muhammadiyah Tepus. Dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini, hanya dilakukan di SMK Muhammadiyah Tepus dan untuk 5 orang guru yang memiliki latar belakang pendidikan non keguruan dan masa mengajar belum ada 2 tahun serta belum pernah ikut dalam pelatihan penyusunan RPP. Penyusunan Penelitian Tindakan Sekolah ini dilakukan dalam

tiga tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan dan evaluasi dan refleksi, dan dilakukan minimal

dalam dua siklus. Langkah-langkah PTS yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,

dan refleksi. Melihat data perolehan hasil dalam kegiatan penelitian tindakan sekolah

ini, dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik berhasil meningkatkan kompetensi pedagogik mereka dalam menyusun Perencanaan Pembelajaran.

(2)

PENDAHULUAN

Pemerintah telah melakukan berba-gai cara untuk meningkatkan mutu pen-didikan, Baik perbaikan kurikulum itu sendiri maupun perbaikan kompetensi guru. Banyak agenda reformasi yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan. Reformasi pendidikan adalah restruk-turisasi pendidikan, yakni memper-baiki pola hubungan sekolah dengan lingkungannya dan dengan pemerintah, pola pengembangan perencanaan, serta pola pengembangan manajerialnya, pemberdayaan guru dan restrukturisasi model-model pembelajaran.

Pada era teknologi informasi, guru bukanlah satu-satunya sumber infor-masi dan ilmu pengetahuan. Tapi peran guru telah berubah menjadi fasilitator, motivator dan dimasitator bagi peserta didik. Dalam kondisi seperti itu diha-rapkan guru dapat memberikan peran lebih besar. Untuk melaksanakan pe-ran tersebut secara efektif maka perlu ditingkatkan skenario yang jelas. Re-formasi pendidikan tidak cukup hanya dengan perubahan dalam sektor kuri-kulum, baik struktur maupun prosedur penulisannya. Pembaharuan kurikulum akan lebih bermakna jika diikuti oleh perubahan praktik pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. Keberha-silan implementasi kurikulum sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru yang akan menerapkan dan mengaktualisa-sikan kurikulum tersebut. Tidak jarang kegagalan implementasi kurikulum disebabkan oleh kurangnya pengetahu-an, keterampilan dan kemampuan guru dalam memahami tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Hal itu berarti

bahwa guru sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran menjadi kunci atas keter-laksanaan kurikulum di sekolah.

Pembelajaran pada dasarnya meru-pakan proses yang ditata dan diatursede-mikian rupa, menurut langkah-langkah tertentu agar dalam pelaksanaannya dapat mencapai hasil yang diharapkan. Pengaturan tersebut dituangkan dalam bentuk perencanaan pembelajaran. Namun dalam kenyataannya di SMK Muhammadiyah Tepus beberapa guru masih memakai cara lama, yang di-lakukan guru adalah belajar mandiri mengenai penyusunan RPP, sehingga proses penyusunan RPP dengan cara copy paste mata pelajaran sejenis dari sekolah lain, mencontoh RPP yang dimiliki guru mata pelajaran lain, yang belum tentu jika diterapkan dapat sesuai dengan kondisi siswa di sekolah.

Apabila guru yang mampu me-nyusun RPP dengan baik hanya 79% maka tentu saja ada proses pembe-lajaran yang belum dapat terlaksana dengan baik. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor yang menyebabkan guru kesulitan dalam menyusun ren-cana pembelajaran, diantaranya guru tidak memiliki dasar pendidikan ke-guruan sehingga tidak dibekali dengan pengetahuan tentang perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, guru belum pernah mengikuti pelatihan penyusunan RPP sehingga mereka hanya copy paste pada temannya, padahal seringkali RPP hasil copy paste tidak relevan dengan situasi dan kondisi di sekolahnya se-hingga RPP yang ada tidak bisa dijadi-kan acuan dalam proses pembelajaran. guru memiliki pengalaman mengajar kurang dari 2 tahun, guru sudah pernah

(3)

mengikuti pelatihan, tapi belum mampu menerapkannya di sekolah.

Sebagai kepala sekolah perlu me-lakukan perombakan dari cara lama dengan tindakan baru yaitu melalui supervisi akademik. Karna dari super-visi akademik tentunya mampu meng-arahkan pembuatan RPP yang baik dan sesuai dibandingkan dengan asumsi lama. Dengan penyusunan RPP yang baik hal ini secara otomatis berimbas pada kualitas out put yang dihasilkan dalam proses pembelajaran.

a). Kompetensi Guru

Kompetensi Guru merupakan se-perangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, di-hayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh Guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2007 tentang Guru, dinyatakan bahwasanya kompetensi yang harus dimiliki oleh Guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi Guru tersebut bersifat menyeluruh dan merupakan satu kesatuan yang satu sama lain saling berhubungan dan saling men-dukung.Kompetensi pedagogik yang dimaksud dalam tulisan ini yakni antara lain kemampuan pemahaman tentang peserta didik secara mendalam dan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik. Pemahaman tentang peserta didik meliputi pemahaman tentang psi-kologi perkembangan anak. Sedangkan Pembelajaran yang mendidik meliputi kemampuan merancang pembelajaran,

mengimplementasikan pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajar-an, dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan.

Guru harus mampu menyusun si-labus sesuai dengan tujuan terpenting kurikulum dan menggunakan RPP sesuai dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran. Guru mampu memilih, menyusun, dan menata materi pembe-lajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik diantaranya guru dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kurikulum, guru merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan si-labus untuk membahas materi ajar ter-tentu agar peserta didik dapat mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan, guru mengikuti urutan materi pembelajaran dengan memperhatikan tujuan pembela-jaran, guru memilih materi pembelajar-an sesuai dengpembelajar-an tujupembelajar-an pembelajarpembelajar-an, tepat dan mutakhir, sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peser-ta didik, dapat dilaksanakan di kelas dan sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik.

b). Supervisi Akademik

Salah satu tugas kepala sekolah atau madrasah adalah melaksanakan supervisi akademik. Untuk melaksana-kan supervisi akademik secara efektif diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal. Oleh sebab itu, setiap kepala sekolah atau madrasah harus memiliki dan menguasai konsep supervisi akademik yang meliputi: pengertian, tujuan dan fungsi, prinsip-prinsip, dan dimensi-dimensi substansi supervisi akademik. Supervisi akade-mik harus secara langsung

(4)

mempenga-ruhi dan mengembangkan perilaku guru dalam mengelola proses pembelajaran. Inilah karakteristik esensial supervisi akademik. Sehubungan dengan ini, janganlah diasumsikan secara sempit, bahwa hanya ada satu cara terbaik yang bisa diaplikasikan dalam semua kegiatan pengembangan perilaku guru. Tidak ada satupun perilaku supervisi akademik yang baik dan cocok bagi se-mua guru (Glickman, 1981). Tegasnya, tingkat kemampuan, kebutuhan, minat, dan kematangan profesional serta ka-rakteristik personal guru lainnya harus dijadikan dasar pertimbangan dalam mengembangkan dan mengimplemen-tasikan program supervisi akademik (Sergiovanni, 1987 dan Daresh, 1989).

Perilaku supervisor dalam mem-bantu guru mengembangkan

kemam-puannya harus didesain secara ofisial,

sehingga jelas waktu mulai dan berak-hirnya program pengembangan terse-but. Desain tersebut terwujud dalam bentuk program supervisi akademik yang mengarah pada tujuan tertentu. Oleh karena supervisi akademik meru-pakan tanggung jawab bersama antara supervisor dan guru, maka alangkah baik jika programnya didesain bersama oleh supervisor dan guru. Tujuan akhir supervisi akademik adalah agar guru semakin mampu memfasilitasi belajar bagi murid-muridnya.

Tujuan supervisi akademik ada-lah membantu guru mengembang-kan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang dicanangkan bagi murid-muridnya (Glickman, 1981). Melalui supervisi akademik diharapkan kualitas akademik yang dilakukan oleh guru semakin meningkat (Neagley,

1980). Pengembangan kemampuan dalam konteks ini janganlah ditafsirkan secara sempit, semata-mata ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan ke-terampilan mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan komitmen (com-mitmen) atau kemauan (willingness) atau motivasi (motivation) guru, sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja guru, kualitas pembe-lajaran akan meningkat. Sedangkang menurut Sergiovanni (1987) ada tiga tujuan supervisi akademik, yaitu super-visi akademik diselenggarakan dengan maksud membantu guru mengembang-kan kemampuannya profesionalnnya dalam memahami akademik, kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya dan menggunakan ke-mampuannya melalui teknik-teknik tertentu, supervisi akademik diseleng-garakan dengan maksud untuk me-monitor kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dila-kukan melalui kunjungan kepala sekolah ke kelas-kelas di saat guru sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya, mau-pun dengan sebagian murid-muridnya, supervisi akademik diselenggarakan untuk mendorong guru menerapkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas mengajarnya, mendorong guru mengembangkan kemampuannya sendiri, serta mendorong guru agar ia memiliki perhatian yang sungguh-sungguh (commitment) terhadap tugas dan tanggung jawabnya.

Supervisi akademik yang baik harus mampu membuat guru semakin kom-peten, yaitu guru semakin menguasai kompetensi, baik kompetensi

(5)

kepribadi-an, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Oleh karena itu, supervisi akademik harus menyentuh pada pengembang-an seluruh kompetensi guru. Menurut Neagley (1980) terdapat dua aspek yang harus menjadi perhatian supervisi akademik baik dalam perencanaannya, pelaksanaannya, maupun penilaiannya. c). Penyusunan RPP

Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembe-lajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpar-tisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Seorang guru harus memperhatikan langkah-langkah penyusunan RPP. Dalam RPP Kuriku-lum 2013 dibagi menjadi tiga langkah besar, kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Sebelum menyusun RPP, ada beberapa hal yang harus diketahui diantaranya adalah RPP dijabarkan dari silabus untuk menga-rahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai kompetensi dasar, setiap guru pada satuan pendi-dikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis, RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih, guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang dise-suaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.

Komponen RPP Kurikulum 2013

memuat identitas mata pelajaran me-muat satuan pendidikan, Kelas, Se-mester, Program studi, Mata pelajaran atau tema pelajaran, Jumlah pertemuan. standar kompetensi memuat SK

meru-pakan kualifikasi kemampuan minimal

peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan pe-nyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi adalah perilaku yang da-pat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompeten-si dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja ope-rasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil bela-jar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk penca-paian KD dan beban belajar. Metode pembelajaran, digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peser-ta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode

(6)

pembe-lajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Kegiatan pembelajaran untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah kegiat-an setiap pertemukegiat-an. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, Kegiatan inti terdiri atas, eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi kegiatan penutup. Penilaian hasil belajar pro-sedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian. Sumber belajar penentuan sumber bela-jar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

PEMBAHASAN

Penelitian tindakan yang dilakukan

oleh kepala sekolah melalui tehnik supervisi akademik, sebagai upaya un-tuk meningkatkan kemampuan ATAU kompetensi pedagogik guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran di kelas. Penelitian Tindakan Sekolah ini, hanya dilakukan di SMK Muhammad-iyah Tepus dan untuk 5 orang guru yang memiliki latar belakang pendidikan non keguruan dan masa mengajar belum ada 2 tahun serta belum pernah ikut dalam pelatihan penyusunan RPP. Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan dan evaluasi dan

refleksi, dan dilakukan minimal dalam

dua siklus. Pada tahap persiapan dibuat skenario kegiatan, jadwal waktu, tempat serta sarana pendukung lainnya seperti lembar observasi, serta angket. Lang-kah-langkah PTS yaitu: perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Langkah-langkah PTS seperti Gam-bar 1 berikut: Refleksi-I Pengamatan/Pen gumpulan Data-I Pelaksanaan tindakan -II Perencanaan Tindakan-II Permasalahan baru,hasil refleksi Pengamatan/pen gumpulan Data-II Refleksi - II Dilanjutkan ke siklus berikutnya Bila permasalah belum terselesaikan Gambar 1. Langkah-langkah PTS

(7)

Pada siklus I diawali dengan cara membuat RPP bersama sesuai mapel masing-masing kemudian menyerahkan rencana pembelajaran yang disusun sendiri sesuai dengan mata pelajaran dan standar kompetensi masing ma-sing kepada supervisor. Berdasarkan data tersebut supervisor melakukan pembinaan kepada guru sesuai dengan kesulitan masing masing guru. Selama proses penyusunan RPP, guru berdis-kusi dengan supervisor /Pembina bila menemukan masalah/kendala dalam kegiatannya. Hasil dari kegiatan ini akan dinilai oleh Pembina /supervisor dengan menggunakan lembar observasi penilaian untruk memperoleh data ten-tang perkembangan kemampuan guru. Dari hasil refleksi siklus I keku-rangan dalam penyusunan tersebut diperjelas dan diadakan diskusi lebih lanjut pada awal pelaksanaan siklus II sehinnga penyusunan tahap selanjutnya akan lebih baik lagi.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian lembar observasi oleh supervisor sehingga akan diperoleh data kualitatif sebagai hasil penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan sebagai lembar observasi oleh super-visor, untuk mencatat perkembangan kemampuan masing masing guru yang dibina selama proses penelitian pada siklus I dan siklus II.

Pada awal kegiatan siklus I, ter-lihat bahwa 60% guru masih memiliki kesulitan dalam merumuskan indikator tujuan pembelajaran yang efektif se-suai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar masing-masing mata pelajaran. Selain itu guru juga masih menenukan kesulitan dalam memilih

Strategi dan metode pembelajaran, serta menentukan teknik dan metode penilaian yang bisa mengukur penca-paian tujuan pembelajaran. Sementara untuk penentuan bahan belajar/ materi pembelajaran sudah dikuasai hingga 65 % dan media yang direncanakan sudah 60 % sesuai. Namun dalam penentuan kegiatan pembelajaran belum terinci langkah-langkah dan alokasi waktu yang dibutuhkan.

Di bawah ini dapat kita lihat pada grafik kemampuan guru pada awal kegiatan :

Grafik 1

Kemampuan Guru dalam Penyusunan RPP 0 10 20 30 40 50 60 70 80 1 2 3 4 5

Berdasarkan pada data tersebut, maka dilakukan tindakan pada siklus I dengan titik berat pada kesulitan-kesulitan yang dihadapi, dengan cara memberikan penjelasan contoh-contoh yang relevan. Pada akhir kegiatan siklus I diperoleh peningkatan kemampuan guru sebagai berikut: Pada perumusan indikator tujuan pembelajaran sudah ada peningkatan hingga mencapai 60%, Penentuan Bahan/materi pelajaran tetap pada 70%, Kemampuan menen-tukan Strategi/metode Pembelajaran yang relevan meningkat menjadi 60

(8)

%, Perencanaan penggunaan media pembelajaran pada level 60 % tetapi ada peningkatan pada variasi media yang digunakan, dan dalam penentuan rencana evaluasi pembelajaran juga mengalami peningkatan hingga 60% dan sudah terlihat gambaran bentuk dan jenis evaluasi yang digunakan.

Berikut ini grafik peningkatan hasil

setelah siklus I:

Grafik 2

Kemampuan Perencanaan Pembela-jaran Setelah Siklus I

0 10 20 30 40 50 60 70 80 1 2 3 4 5

Melihat hasil yang diperoleh pada

refleksi kegiatan siklus I, maka dilaku -kan tinda-kan penelitian pada siklus II dengan menggunakan hasil tindakan siklus I sebagai bahan masukan dalam perencanaan kegiatan siklus ini deng-an tujudeng-an untuk lebih meningkatkdeng-an dan menguatkan kemampuan guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) kurikulum 2013 hingga bisa mencapai hasil 70 %.

Pada akhir kegiatan siklus, dipero-leh hasil yang cukup menggembirakan yang memberikan indikasi tercapainya tujuan penelitian tindakan ini. Hasil yang diperoleh dapat kita lihat sebagai

berikut: Perumusan tujuan pembe-lajaran hasil rata-rata menunjukkan angka 70%. Pada penentuan bahan ajar diperoleh hasil 80%, Penentuan strategi/metode pembelajaran ia dan alat mencapai 75% dengan variasi yang se-makin beragam. Pada penentuan media dan alat pembelajaran ada peningkatan hingga 80%, dan Perencanaan kegiatan evaluasi bisa mencapai 70% dan sudah mencantumkan, bentuk, jenis dan bah-kan soal yang digunabah-kan beserta kunci jawaban atau pedoman penilaiannya, serta mencantumkan alokasi waktu yang dibutuhkan.

Grafik kemampuan guru setelah siklus II:

Grafik 3

Kemampuan Guru Setelah Siklus II

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1 2 3 4 5

Dari data yang dikumpulkan se-belum dan selama proses penelitian tindakan, kita dapat melihat adanya peningkatan kemampuan guru pada masing-masing komponen perencanaan pembelajaran, sebagai berikut:

Pada komponen Perumusan indi-kator tujuan pembelajaran, terlihat pe-ningkatan dari 40 % pada kemampuan awal, menjadi 60% pada siklus I dan meningkat menjadi 70% pada akhir kegiatan, seperti yang tampak pada

(9)

grafik berikut:

Grafik 4

Peningkatan kemampuan dalam Peru-musan Tujuan Pembelajaran

0 20 40 60 80

Awal Siklus 1 Siklus 2

Pada Komponen Penentuan bahan dan materi pembelajaran, terdapat peningkatan kemampuan dari 65% menjadi 70% setelah siklus I dan lebih menguat menjadi 80% setelah siklus II, untuk lebih jelasnya dapat kita lihat

pada grafik berikut: Grafik 5

Peningkatan Kemampuan dalam Penentuan Bahan dan Materi

Pembe-lajaran 0 20 40 60 80 100

Awal Siklus 1 Siklus 2

Dalam Komponen Pemilihan Stra-tegi dan metoda pembelajaran, yang didalamnya memuat langkah-langkah pembelajaran dan penentuan alokasi waktu yang digunakan,terlihat adanya

peningkatan yang signifikan dari yang

semula hanya 40% menjadi 60% pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 75% setelah siklus II. Gambarannya

dapat dilihat pada grafik berikut ini: Grafik 6

Peningkatan kemampuan dalam Pe-nentuan Strategi dan Metoda

Pembe-lajaran 0 10 20 30 40 50 60 70 80

Awal Siklus 1 Siklus 2

Meskipun tidak terlihat adanya peningkatan yang cukup tajam, dalam komponen pemilihan Media dan alat pembelajaran juga terdapat adanya peningkatan dari 60% pada awal kegiat-an dkegiat-an setelah siklus I, menjadi 80% setelah siklus II.

Grafik 7

Peningkatan Kemampuan dalam Pe-milihan Media dan Alat Pembelajaran

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Awal Siklus ! Siklus 2

Peningkatan yang cukup signifikan

juga dapat kita lihat pada komponen perencanaan evaluasi pembelajaran.

(10)

Dari yang semula hanya 40% pada awal kegiatan, menjadi 60% pada akhir siklus I dan berhasil mencapai 70% pada akhir siklus II. Untuk lebih jelasnya kita

da-pat melihat gambarannya dalam grafik

berikut ini:

Grafik 8

Peningkatan kemampuan dalam Pe-rencanaan Evaluasi Pembelajaran

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Awal Siklus 1 Siklus 2

Melihat data perolehan hasil peneli-tian dalam kegiatan penelipeneli-tian tindakan sekolah ini, dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap 5 orang guru yang tidak memiliki latar belakang pendidikan keguruan tersebut, berhasil meningkatkan kompetensi pedagogik mereka dalam menyusun Perencanaan Pembelajaran. Hal ini dimungkinkan karena adanya kerja sama yang baik antara kepala sekolah sebagai super-visor dengan para guru tersebut, yang didukung oleh adanya motivasi dan bimbingan dari kepala sekolah se-hingga para guru memiliki antusiasme yang besar untuk dapat meningkatkan kemampuan mereka masing-masing dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kurikulum 2013 yang efektif.

PENUTUP

Dari Proses Penelitian Tindakan sekolah yang di lakukan di SMK Mu-hammadiyah Tepus Gunungkidul, yang berjudul “Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru dalam Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran melalui Supervisi Akademik Kepala Se-kolah” dapat disimpulkan bahwa pada komponen Perumusan indikator tujuan pembelajaran, terlihat peningkatan dari 40 % pada kemampuan awal, menjadi 60% pada siklus I dan meningkat men-jadi 70% pada akhir kegiatan. Pada Komponen Penentuan bahan dan ma-teri pembelajaran, terdapat peningkatan kemampuan dari 65% menjadi 70% setelah siklus I dan lebih menguat men-jadi 80%. Dalam Komponen Pemilihan Strategi dan metoda pembelajaran, yang didalamnya memuat langkah-langkah pembelajaran dan penentuan alokasi waktu yang digunakan,terlihat adanya

peningkatan yang signifikan dari yang

semula hanya 40% menjadi 60% pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 75% setelah siklus II. Meskipun tidak terlihat adanya peningkatan yang cukup tajam, dalam komponen pemilihan Me-dia dan alat pembelajaran juga terdapat adanya peningkatan dari 60% pada awal kegiatan dan setelah siklus I, menjadi 80% setelah siklus II. Peningkatan yang

cukup signifikan juga dapat kita lihat

pada komponen perencanaan evaluasi pembelajaran. Dari yang semula hanya 40% pada awal kegiatan, menjadi 60% pada akhir siklus I dan berhasil menca-pai 70% pada akhir siklus II. Melihat data perolehan hasil penelitian dalam kegiatan penelitian tindakan sekolah

(11)

ini, dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap 5 orang guru tersebut, berhasil meningkatkan kompetensi pedagogik mereka dalam menyusun Perencanaan Pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kepen-didikan. 2010. Pedoman Pelaksa-naan Penilaian Kinerja Guru (PK Guru). Jakarta. bermutuprofesi.org Direktorat Tenaga Kependidikan, Dir-jen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Dep-diknas. 2008. Metode dan Teknik Supervisi. Jakarta.

Supardi. 2005. Penyusunan Usulan, dan Laporan Penelitian Pene-litian Tindakan Kelas, Makalah disampaikan pada “Diklat Peng-embangan Profesi Widyaiswara”, Ditektorat Tenaga Pendidik dan Kependidikan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

Gitosudarmo, Indriyo & Sudita.2000, Perilaku Keorganisasian, BPFE, Jogjakarta.

Suharsimi, Suhardjono dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara

Suharsimi, Arikunto. 2002. Penelitian Tindakan Kelas, Makalah pada Pendidikan dan Pelatihan (TOT) Pengembangan Profesi bagi Ja-batan Fungsionla Guru, 11-20 Juli 2002 di Balai penataran Guru (BPG) Semarang.

Suhardjono. 2005. Laporan Peneli-tian Eksperimen dan PeneliPeneli-tian Tindakan Kelas sebagai KTI, makalah pada Pelatihan Pe-ningkatan Mutu Guru di LPMP Makasar,Maret2005

Suhardjono. 2009. Tanya jawab tentang PTK dan PTS, naskah buku. Suharsimi, Arikunto. 2002. Penelitian

Tindakan Kelas, Makalah pada-Pendidikan dan Pelatihan (TOT) Pengembangan Profesi bagi Ja-batan Fungsionla Guru, 11-20 Juli 2002 di Balai penataran Guru (BPG) Semarang.

Suharsimi, Suhardjono dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara

https://akhmadsudrajat.wordpress. com2011/03/04/konsep-supervisi-akademik/ http://nazama.blogspot.co.id/2012/12/ mutu-pendidikan-dan-upaya-pe-ningkatannya.html https://akhmadsudrajat.wordpress. com/2012/01/29/kompetensi-pedagogilk-guru/

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil ujian rintis bagi setiap kategori menujukkan hasil kebolehpercayaan yang tinggi dengan nilai

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penyelesaian sistem persamaan tak linier dengan metode Newton-Raphson di atas, maka dapat dilakukan analisis sebagai berikut: Pada sistem

Rencana Kerja SKPD (Renja SKPD) Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Kediri Tahun 2020

Rata-rata keterampilan proses sains yang menekankan pada ranah sikap pada indikator tanggung jawab pada siklus I yaitu 82.54 dengan kategori baik dan meningkat

Ekstrak Rimpang jahe dan biji kopi digunakan sebagai bahan aktif dalam pembuatan sediaan Spray Footsanitizer untuk tiga formula, dengan perbedaan Kecepatan

Tidak adanya Kejadian Nyaris Cidera (KNC) dalam Pemberian Obat oleh perawat Angka kejadian pasien, penunggu pasien dan karyawan jatuh di pelayanan rumah

Penelitian ini bertujuan: (1) Mengetahui tingkat adversity quotient peserta didik MTs Darul Karomah (2) Mengetahui tingkat kecerdasan intelektual peserta didik MTs

Perseteruan antara Cicak lawan Buaya dan kasus Mafia Pajak menjadi contoh bagaimana persoalan korupsi tidak sekedar berada dalam ranah hukum, melainkan telah masuk menjadi