• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN LUAS AREA WHARTON S JELLY PADA PREEKLAMPSIA BERAT DAN KEHAMILAN NORMOTENSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBEDAAN LUAS AREA WHARTON S JELLY PADA PREEKLAMPSIA BERAT DAN KEHAMILAN NORMOTENSI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1226-1235

PERBEDAAN LUAS AREA

WHARTON’S JELLY

PADA

PREEKLAMPSIA BERAT DAN KEHAMILAN NORMOTENSI

Monica Adyah Permata1, Julian Dewantiningrum2, Dik Puspasari3

1

Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro 2 Staf Pengajar Obsgin, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

3 Staf Pengajar Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, SH., Tembalang -Semarang 50275, Telp. 02476928010

ABSTRAK

Latar Belakang : Preeklampsia dikaitkan dengan kondisi perubahan status hemodinamik. Perubahan status hemodinamik tersebut menyebabkan proses adaptasi jaringan tali pusat, termasuk perubahan pada luas area Wharton’s jelly.

Tujuan : Meneliti perbedaan luas area Wharton’s jelly pada preeklampsia berat dan kehamilan normotensi.

Metode : Penelitian ini menggunakan rancangan analisis deskriptif dengan metode belah lintang. Sampel diambil secara purpossive sampling dan didapatkan 16 sampel tali pusat dari ibu dengan preeklampsia berat sebagai kelompok kasus serta 16 sampel tali pusat dari ibu dengan kehamilan normotensi sebagai kelompok kontrol. Selanjutnya dilakukan prosessing jaringan dan pengecatan dengan Hematoxylin-Eosin (H.E.) pada setiap sampel. Pembacaan dan pengukuran sampel dilakukan dengan mikroskop Dot Slide.

Hasil : Pada penelitian ini ditemukan perbedaan luas area Wharton’s jelly ada preeklampsia berat dan kehamilan normotensi. Untuk luas area Wharton’s jelly pada preeklampsia berat didapatkan hasil 70.12(23.62-135.46) mm2, lebih luas secara bermakna (p<0.05) dibanding luas area Wharton’s jelly pada kehamilan normotensi yakni 38.29 (23.74-79.07) mm2.

Kesimpulan : Terdapat perbedaan luas area Wharton’s jelly pada preeklampsia berat dan kehamilan normotensi. Area Wharton’s jelly pada preeklampsia berat adalah lebih luas dibanding kehamilan normotensi.

Kata Kunci : preeklampsia berat, tali pusat, Wharton’s jelly

ABSTRACT

THE DIFFERENCES BETWEEN THE AREA OF WHARTON’S JELLY IN SEVERE PREECLAMPSIA AND NORMOTENSIVE PREGNANCY

Background : Severe preeclampsia is associated with changes in hemodynamic status. The changes cause umbilical cord tissue adaptation, including changes in the area of Wharton’s jelly.

Aim : Examine the differences between the area of Wharton’s jelly in severe preeclampsia and normotensive pregnancy

Methods : This research used descriptive analytic design with cross sectional method. Samples were taken by purposive sampling method. Umbilical cord tissues were obtained from 16 mothers with severe preeclampsia as case group and 16 mothers with normotensive pregnancy as control group. The samples underwent tissue processing and stained by Hematoxylin-Eosin (H.E.). The examination of the samples used Dot Slide microscope.

Result : There were differences between the area of Wharton’s jelly in severe preeclampsia and normotensive pregnancy. The area of Wharton’s jelly in severe preeclampsia was 70.12(23.62-135.46) mm2, was higher significantly than the area of Wharton’s jelly in normotensive pregnancy, which was 38.29(23.74-79.07).

(2)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1226-1235

Conclusion : There were differences between the area of Wharton’s jelly in severe preeclampsia and normotensive pregnancy. The area of Wharton’s jelly in severe preeclampsia was wider than normotensive pregnancy.

Key Words :Severe preeclampsia, umbilical cord, Wharton’s jelly.

PENDAHULUAN

Peningkatan kualitas kesehatan ibu adalah satu dari delapan program Millenium

Development Goals (MDGs). World Health Oganization (WHO) mengungkapkan bahwa

dalam kurun waktu tahun 2003 sampai 2009 penyebab kematian ibu di dunia terbanyak adalah akibat komplikasi selama kehamilan dan saat proses persalinan, yakni perdarahan (27%), preeklampsia-eklampsia (14%), dan infeksi (11%). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. Jawa Tengah merupakan provinsi dengan AKI tertinggi kedua di Indonesia setelah Jawa Barat dengan AKI sebesar 118,62 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2013.1,2

Preeklampsia merupakan sindrom spesifik kehamilan berupa hipertensi dan proteinuria. Kriteria minimum diagnosis preeklampsia adalah hipertensi dengan tekanan ≥ 140/90 mmHg setelah umur gestasi 20 minggu dan proteinuria minimal yaitu terdapat ≥ 300 mg protein dalam urin per 24 jam. 3 Belum jelas apa etiologi pasti dari sindrom ini, sehingga preeklampsia sering disebut sebagai “the disease of theories”.4

Beberapa penelitian membuktikan bahwa kebanyakan ibu dengan preeklampsia mengalami iskemia plasenta yang disebabkan oleh kelainan arteri spiralis yang selanjutnya mengakibatkan penurunan perfusi uteroplasenta.5,6 Berdasarkan penelitian diketahui bahwa tekanan darah arteri umbilikalis pada preeklampsia bisa meningkat hingga 156.5 ± 12.7 mmHg.7 Perubahan hemodinamik tersebut dapat mengakibatkan perubahan pada struktur tali pusat yang kemudian memperburuk aliran darah dari plasenta menuju janin.5 Penelitian lain menunjukkan adanya pengurangan luas area total tali pusat, pembuluh darah, dan Wharton’s

jelly pada kelompok preeklampsia dibandingkan dengan kelompok normotensi.8 Di Naro

sebelumnya telah menemukan perubahan pada diameter dan luas area tali pusat selama kehamilan. Perubahan ini lebih signifikan disebabkan oleh pengurangan dari struktur

Wharton’s jelly dari pada perubahan ketebalan atau diameter lumen pembuluh darah

umbilikalis.9 Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa terdapat peningkatan risiko keluaran persalinan pada ibu hamil yang mengalami hipertensi dalam kehamilan.10

(3)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1226-1235

Dari uraian di atas, diketahui bahwa perubahan status hemodinamik pada preeklampsia berat berdampak pada perubahan struktur tali pusat, termasuk perubahan pada Wharton’s

jelly. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai perbedaan luas area

Wharton’s jelly pada preeklampsia berat dan kehamilan normotensi dengan sampel mewakili

ras yang lebih homogen, sehingga hasil penelitian ini dapat memberikan data dan informasi yang berkaitan dengan patogenesis dari sindrom preeklampsia.

METODE

Rancangan penelitian ini berupa penelitian analisis deskriptif dengan menggunakan metode belah lintang. Penelitian ini dilakukan di Bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan serta Laboratorium Sentral RSUP Dr. Kariadi Semarang. Pengambilan sampel menggunakan metode purpossive sampling. Sampel adalah wanita hamil aterm (37 minggu sampai dengan 42 minggu) dengan preeklampsia berat (kelompok kasus) dan kehamilan normotensi (kelompok kontrol) yang datang serta dirawat di Bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang pada periode penelitian serta memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi tersebut yaitu umur kehamilan ≥ 37 minggu, janin tunggal hidup intrauterin, dan bersedia diikutsertakan dalam penelitian. Sampel diekslusi bila terdapat oligohidramnion (termasuk yang disebabkan oleh ketuban pecah dini), hamil dengan penyulit penyakit lain (penyakit ginjal, penyakit hati, penyakit jantung, penyakit diabetes mellitus, anemia berat, terdapat tanda infeksi sistemik), sindrom HELLP, eklampsia, riwayat merokok, dan tidak bersedia diikutsertakan dalam penelitian.

Variabel bebas pada penelitian ini adalah preeklampsia berat dan kehamilan normotensi. Variable terikat pada penelitian ini adalah luas area Wharton’s jelly. Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakkan uji Mann-Whitney.

HASIL

Hasil penelitian terhadap 32 subyek penelitian yang terdiri dari 16 ibu preeklampsia berat dan 16 ibu dengan kehamilan normotensi. Berikut ini adalah karakteristik subyek penelitian :

(4)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1226-1235

Tabel 5. Karakteristik Subyek

Karakteristik subyek Diagnosis P

Preeklampsia berat (n=16) Normotensi (n=16) Umur ibu (Mean±SD) 33±6.563 28.31±5.582 0.038* Umur kehamilan (Median(min-max)) 38(37-39) 38(38-42) 0.090¶ Paritas - Primipara - Multipara (Frekensi(persentasi) 3 (18.75%) 13 (81.25%) 9(56.25%) 7 (43.75%) 0.031¶ Cara persalinan : - Persalinan spontan - Persalinan pervaginam dengan tindakan - Bedah sesar (Frekensi(persentasi) 7 (43.75%) 3(18.75%) 6 (37.5%) 7 (43.75%) 4 (25%) 5 (31.25%) 0.855¶

*Uji t-tidak berpasangan; ¶ Mann-Whitney

Hasil pengukuran luas area Whartons’s Jelly secara histomorfometri pada kelompok preeklampsia berat dan kehamilan normotensi ditampilkan pada gambar 1.

Gambar 1. Gambaran patologi anatomi tali pusat. Tampak (A,B) area Wharton’s jelly pada tali pusat kelompok kehamilan normotensi. (C,D) area Wharton’s jelly pada tali pusat

kelompok preeklampsia berat. Pembesaran tiap lapang pandang 2X. 1229

(5)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1226-1235

Pada gambar 1 tampak luas area tali pusat kelompok preeklampsia berat lebih luas dibanding dengan kelompok kehamilan normotensi. Hasil pemeriksaan histomorfometri tali pusat pada kelompok preeklampsia berat dan kehamilan normotensi ditampilkan pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil pemeriksaan histomorfometri tali pusat Parameter tali pusat Diagnosis P Preeklampsia berat (n=16) Normotensi (n=16) Luas area tali pusat

(mm2) 81.95(30.81-154.16) 46.32(30.80-89.18) 0.012¶ Luas area pembuluh darah umbilikalis (mm2) 11.83(7.19-20.69) 7.88 (6.41-15.91) 0.001¶ Luas area Wharton’s jelly (mm2) 70.12(23.62-135.46) 38.29(23.74-79.07) 0.022¶

Data adalah median (min-maks); ¶ Mann-Whitney

Tabel 2 menunjukan bahwa luas area Wharton’s jelly pada kelompok preeklampsia berat adalah lebih luas dibanding kelompok kehamilan normotensi, yang secara statistik perbedaan tersebut adalah bermakna (p=0.022). Tabel 6 juga menujukkan luas area tali pusat pada kelompok preeklampsia berat adalah lebih luas dibanding dengan kelompok kehamilan normotensi, dan secara statistik perbedaan tersebut adalah bermakna (p=0.012). Selain itu diketahui juga total area pembuluh darah umbilikalis pada kelompok preeklampsia berat adalah lebih luas dibanding kelompok kehamilan normotensi, dan secara statistik hal tersebut bermakna (p=0.001).

PEMBAHASAN

Hasil analisis karakteristik subyek pada kedua kelompok menunjukkan adanya hasil yang bermakna pada kategori umur ibu dan paritas. Diketahui rata-rata umur ibu pada preeklampsia lebih tua (33 tahun) dibanding kelompok kehamilan normotensi (28.31 tahun). Hal ini sesuai dengan literatur bahwa semakin tua umur ibu maka resiko preeklampsia akan meningkat.11 Untuk karakteristik paritas, pada kelompok preeklampsia berat sebagian besar masuk dalam kategori multipara, sedangkan sisanya masuk dalam kategori primipara. Untuk

(6)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1226-1235

kelompok kehamilan dengan normotensi sebagian besar masuk dalam kategori primipara, dan sisanya masuk dalam kategori multipara. Hasil yang didapat tidaklah sesuai dengan sumber literatur, dimana resiko terjadinya preeklampsia meningkat pada kategori primpara.12 Namun terdapat penelitian yang menyatakan bahwa resiko preeklampsia pada multigravida berhubungan dengan faktor usia ibu. Semakin tua umur ibu maka resiko preeklampsia akan meningkat, salah satunya karena terjadinya proses penuaan pada pembuluh darah ibu.11

Pada penelitian ini didapatkan luas area Wharton’s jelly yang signifikan lebih luas pada kelompok preeklampsia berat dibanding dengan kelompok kehamilan normotensi. Hal tersebut menyebabkan peningkatan luas area tali pusat pada kelompok preeklampsia berat dibanding kelompok kehamilan normotensi, dengan hasil uji statistik yang bermakna. Selain itu dari hasil penelitian didapatkan luas area pembuluh darah yang lebih luas pada kelompok preeklampsia berat, dengan hasil uji analisis yang bermakna.

Hasil penelitian ini tidaklah sesuai dengan penelitan-penelitian sebelumnya, yang menyatakan bahwa pada preeklampsia berat terjadi gangguan sirkulasi uteroplasenta yang menyebabkan kejadian hipoksia kronik yang akan mengakibatkan penurunan luas area

Wharton’s jelly sebagai respon adaptasi jaringan.8 Terdapat beberapa teori yang dianggap

berpengaruh kejadian ini, diantaranya onset kejadian preeklampsia, respon fetus terhadap kondisi klinik penyakit, kerja MgSO4 sebagai tindakan terapi ataupun pencegahan kenjang,

dan terapi antihipertensi.13-18

Preeklampsia adalah sindrom spesifik kehamilan yang etiologi dan patogenesisnya belum diketahui pasti. Selama ini preeklampsia dikelompokkan menjadi preeklampsia ringan dan preeklampsia berat. Beberapa penelitian mengenai status hemodinamik pada preeklampsia menemukan hasil yang tidak konsisten. Hal tersebut menuntun pada konsep baru pengelompokkan preeklampsia, yakni preeklampsia onset awal ( <umur 34 minggu kehamilan) dan preeklampsia onset akhir (≥34 minggu kehamilan). Kedua kelompok ini dibuat karena diketahui bahwa antara preeklampsia onset awal dan onset akhir memiliki etiologi dan bentuk penyakit yang berbeda pula. 13

Preeklampsia onset awal berhubungan erat dengan kegagalan remodeling pembuluh darah plasenta yang mengakibatkan pelepasan faktor-faktor vasoaktif yang memicu perubahan status hemodinamik berupa peningkatan resistensi vaskuler total dan cardiac

output yang rendah. Perubahan tersebut mengakibatkan timbulnya insufisiensi perfusi

uteroplasenta, yang selanjutnya menyebabkan hipoksia kronik pada jaringan plasenta, 1231

(7)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1226-1235

talipusat, dan fetus, serta mengakibatkan perubahan pada jaringan tersebut, termasuk

Wharton’s jelly. Preeklampsia onset awal biasanya berhubungan dengan kejadian IUGR dan

keluaran perinatal yang buruk.13,14 Berbeda halnya dengan preeklampsia onset akhir yang dipakai sebagai subyek pada penelitian ini, kejadiannya lebih disebabkan oleh kelainan pada faktor maternal, seperti usia ekstrim, index masa tubuh yang tinggi (27kg/m2) atau obesitas. Preeklampsia onset akhir dikarakteristikkan dengan status hemodinamik berupa rendahnya resistensi vaskuler total, cardiac output yang tinggi, dan keluaran perinatal yang lebih baik dibanding preeklampsia onset awal. Karena kejadian preeklampsia onset lambat tidak selalu berhubungan dengan kejadian iskemia plasenta, maka mungkin tidak terjadi hipoksia kronik pada jaringan tali pusat termasuk Wharton’s jelly, sehingga perubahan tersebut mungkin tidak terjadi pada jaringan ini. Namun belum ada penelitian yang membahas lebih lanjut hal tersebut. 13,14

Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa penambahan luas komponen penyusun tali pusat bisa disebabkan oleh respon fetus yang meningkat pada penyakit kehamilan, yang meliputi peningkatan respon sensitifitas jaringan terhadap produksi hormon dan perubahan metabolisme yang dapat merubah perkembangan organ, yang kemudian memicu perubahan secara anatomis, fisiologis, dan metabolik.15 Preeklampsia onset akhir sering berhubungan dengan keluaran bayi yang normal atau besar untuk usia kehamilan, kemungkinan kondisi janin berperan dalam manifestasi preeklampsia onset akhir. Hal tersebut diperkirakan terjadi karena adanya umpan balik akibat penurunan perfusi uteroplasenta, yang mengakibatkan peningkatan kebutuhan nutrisi fetus. Kondisi tersebut kemudian dikompensasi oleh peningkatan kerja plasenta dalam produksi faktor antiangiogenik, yang memicu vasodilatasi pembuluh darah, sehingga mampu mencukupi distribusi nutrisi menuju janin.16

Preeklampsia dihubungkan dengan respon infamasi kronik yang dikarakteristikan dengan adanya peningkatan sitokin-sitokin pro-inflamasi (IL-6,IL-8, TNF-α), monosit, neutrophil, dan limfosit T serta B yang mensekresikan autoantibodi yang mengaktivasi reseptor angiotensin II tipe I (ATI-AA). Menurut hasil penelitian, pemberian terapi MgSO4

pada pasien preeklampsia berat selain sebagai profilaksis terjadinya kejang (eklampsia) dan vasodilatator pembuluh darah perifer, MgSO4 juga berperan dalam respon inflamsi atau

mekanisme kardiovaskuler yang distimulasi oleh ekspresi berlebih dari sitokin-sitokin mediator pro-inflamasi akibat iskemia plasenta. Karena adanya perbaikan repson inflamasi

(8)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1226-1235

dan aliran darah uteroplasenta kemungkinan terjadi perbaikan pada jaringan tali pusat termasuk Wharton’s jelly. Namun belum ada penelitian yang meneliti lebih jauh hal tersebut

17,18

Selain pemberian MgSO4, terapi antihipertensi merupakan salah satu bagian dari

menejemen preeklampsia. Obat hipertensi golonga Ca channel blocker merupakan golongan antihipertensi yang banyak digunakan dalam terapi hipertensi termasuk pada preeklampsia. Golongan ini bekerja dengan berikatan dan menghalangi pintu kalsium tipe L pada sel, sehingga mencegah masuknya kalsium ke dalam sel otot polos dan mengakibatkan terjadinya relaksasi pembuluh darah. Preeklampsia dikarakteristikkan dengan disfungsi sel endotel secara sistemik. Salah satu penyebab kejadian ini adalah karena fagositosis necrotic

trophoblastic debris (serpihan sel tropoblas yang terlepas dari plasenta dan masuk aliran

darah ibu yang kemudian terjebak di pembuluh darah kapiler yang kecil, salah satunya di paru) oleh sel endotel. Peningkatan aktifitas fagosit oleh sel endotel ini akan meningkatkan produksi sitokin-sitokim pro-inflamasi diantaranya IL-6 dan Transforming Growth Factor β1 (TGF β1). Diketahui bahwa pengingkatan IL-6 dan TGF β1 akan menimbulkan penyebaran aktivasi sel endotel melalui respon parakrin. Ca channel blocker diduga mengaktivasi kerja

Nitric Oxide (NO) yang berdampak pada penurunan sensitifitas sel endotel terhadap IL-6 dan

TGF β1 serta menurukan produksi IL-6 dan TGF β1 oleh sel endotel, sehingga aktivasi sel endotel akan menurun dan penyebaran aktivasi sel endotel ketempat lain dapat dicegah. Berdasarkan efek Ca channel blocker terhadap sel endotel, pemberian terapi antihipertensi golongan ini secara dini diduga mampu memberikan manfaat bagi ibu dengan preeklampsia, termasuk dalam memperbaiki keluaran perinatal.17

Pada penelitian ini tidak dilakukan penghitungan diameter tali pusat secara makroskopik sebagai data pembanding hasil pembacaan preparat mikroskopis. Selain itu pada penelitian ini tidak dilakukan pengamatan terhadap karakteristik subyek yang berhubungan dengan kejadian preeklampsia onset akhir. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada preparat dengan metode pengecatan khusus lain, salah satunya dengan imunohistokimia untuk mengetahui antigen jaringan yang berpengaruh pada kejadian preeklampsia.19 Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan USG dopler untuk dibandingkan dengan hasil pengukuran mikroskopik jaringan. Dapat pula dilakukan penelitian dengan menyertakan kualitas keluaran janin atau mengenai pengaruh terapi MgSO4 serta anti hipertensi terhadap luas area Wharton’s jelly pada preeklampsia berat.

(9)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1226-1235

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Terdapat perbedaan luas area Wharton’s jelly pada preeklampsia berat dan kehamilan normotensi. Area Wharton’s jelly pada preeklampsia berat adalah lebih luas dibanding kehamilan normotensi.

Saran

Dapat dilakukan pengukuran tali pusat secara makroskopis untuk dibandingkan dengan hasil pengamatan mikroskopis. Selain itu dapat dilakukan penelitian lebih dalam pada sampel penelitian ini dengan menggunakan metode pengecatan khusus lain, seperti pengecatan imunohistokimia. Serta dapat dilakukan penelitian pada preeklampsia onset akhir dengan memperhatikan faktor maternal.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Julian Dewantiningrum, Sp.OG (K),M.Si.Med dan dr. Dik Puspasari, Sp.PA yang telah memberikan saran-saran dalam pembuatan karya tulis ilmiah. dr. Alini Hafiz, dr. Ihsan, dr. Oktaria Indrapraja yang pada saat menjalani pendidikan spesialis membantu peneliti. Peneliti juga mengucapkan terimakasih kepada dr. Yuli Trisetiyono, Sp.OG selaku ketua penguji dan dr. Ika Pawitra Miranti, M.Kes.,Sp.PA selaku penguji, serta pihak-pihak lain yang telah membantu hingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Profil kesehatan provinsi jawa tengah tahun 2013: Dinas kesehatan provinsi jawa tengah, 2014:1-222.

2. Anna LK. Angka kematian ibu tertinggi ada di jawa barat: Kompas, 2014.

3. Robert N. Taylor JMR, F. Gary Cunningham. Chesley's hypertensive disorders in pregnancy: Elsevier Science, 2014.

4. Ardini DS. Efek pemberian kombinasi vitamin e dan vitamin c terhadap kadar nitric oxide (no) pada preeklampsia. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Semarang: Diponegoro, 2005:1.

5. Kim K. S. KYS, Lim J. I. Jung, M. H., Park H. K. Nanoscale imaging of morphological changes of umbilical cord in pre-eclampsia. Microscopy research and technique 2012;75:1445-51.

(10)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1226-1235

6. Myatt, Xiaolan, Leslie. Oxidative stress in the placenta. Histochem Cell Biol 2004;122:369-382.

7. Bankowski E, Romanowicz L, Jaworski S. Collagen of umbilical cord arteries and its alterations in EPH-gestosis. Journal of perinatal medicine 1993;21:491-8.

8. Inan S SM, Can D, Vatansever S, Oztekin O,Tinar S. Comparative morphological differences between umbilical cords from chronic hypertensive and preeclamptic pregnancies. Acta medica Okayama 2002;56:177-86.

9. Di Naro E GF, Raio L, Franchi M, D'Addario V. Umbilical cord morphology and pregnancy outcome. European journal of obstetrics, gynecology, and reproductive biology 2001;96:150-7.

10.Aagaard-Tillery KM, Belfort MA. Eclampsia: morbidity, mortality, and management. Clinical obstetrics and gynecology 2005;48:12-23.

11. Parvin Bastian KH, Hossein Najfi. Risk factors for preeclampsia in multigravida women. Research Journal of Biological Sciences 2008;3:148-153.

12. Bisseling TM, Maria Roes E, Raijmakers MT, Steegers EA, Peters WH, Smits P. N-acetylcysteine restores nitric oxide-mediated effects in the fetoplacental circulation of preeclamptic patients. Am J Obstet Gynecol 2004;191:328-33.

13.Herbert Valensise BV, Giulia Gagliardi, Gian Paolo Novelli. Early and late preeclampsia: Two different maternal hemodynamic states in the latent phase of the disease. American Heart Association, In 2008;52:873-880.

14.Sibai BM. Maternal and uteroplacental hemodynamics for the classification and prediction of preeclampsia American Heart Association, In 2008;52:805-806.

15.Manuel Vazquez Blanco HRV, Roberto A. Histopathology and histomorphometry of umbilical cord blood vessels. Finding ini normal and high risk pregnancies. Elsevier 2010;5:50-57.

16.Uteroplacental ischemia in early-and late-onset reeclampsia: a role for the fetus? Ultrasound Obstet Gynecol 2012;40:373-382.

17.Babbette LaMarca JB, Kendra Wallace. IL-6- induced pathophysiology during pre-eclampsia: potential therapeutic role for magnesium sulfate. NIH Public Access 2011;3:59-64.

18.Jun Sugimoto AMR, Alice M, Valentin Torres, Angel A. Luciano Magnesium decrease inflammatory cytokine production : A novel innate immunomodulatori mechanism. the Journal of Immunology 2012.

19.Imunohistochemistry guide. Available from:

http://www.mdbioproducts.com/resources/protocols/immunohistochemistry

Gambar

Gambar 1. Gambaran patologi anatomi tali pusat. Tampak (A,B) area Wharton’s jelly pada
Tabel 2.  Hasil pemeriksaan histomorfometri tali pusat

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab perubahan fungsi jalur pedestrian yang telah menggeser dari fungsi untuk pejalan kaki menjadi fungsi untuk pedagang kaki lima.

Perbandingan antara berkas perkara yang telah tercatat dalam buku register, jurnal dan induk keuangan dengan perkara yang diterima. Panitera/Sekretaris Pengadilan

  anda dapat upload file dalam format, jpg, pdf ataupun format kompresi (zip / rar). Jika sudah  pilih file (browse), silakan langsung klik tombol 

Oleh karena itu ketersedian wadah pendidikan dan terapi yang tepat bagi anak berkebutuhan khusus merupakan suatu permasalahan yang cukup mendesak dan penting dalam upaya

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu baik secara

tanda tangan, pas foto, dan sidik jari tangan penduduk yang bersangkutan. 3) Rekaman seluruh sidik jari tangan penduduk disimpan dalam database kependudukan. 4) Pengambilan

Hasil penelitian dilapangan didapat bahwa penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berbasis Inklusi di Taman Kanak-Kanak Luar Biasa Cinta Negeri Kampung Kute Lot

(2003) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa terdapat rentang yang cukup lebar dalam pelaporan sosial sukarela bank syariah, dengan beberapa bank melaporkan 35 persen dari