• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI PESTISIDA NABATI BUAH BINTARO (Cerbera manghas L.) TERHADAP HAMA ULAT PADA BUAH MELON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "APLIKASI PESTISIDA NABATI BUAH BINTARO (Cerbera manghas L.) TERHADAP HAMA ULAT PADA BUAH MELON"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 485

APLIKASI PESTISIDA NABATI BUAH BINTARO (Cerbera manghas L.)

TERHADAP HAMA ULAT PADA BUAH MELON

Danang sudarso widya prakoso joyo widakdo 1*, Shinta setiadevi2

1Program Studi Agribisnis, Politeknik Negeri Banyuwangi Jl. Raya Jember Kilometer 13 Labanasem, Kabat, Banyuwangi 68461

Telepon/Faks : (0333) 636780 Email: danang.sudarso.poliwangi@gmail.com

Abstrak

Kabupaten Banyuwangi salah satu sentra produk unggulan hortikultura diantaranya alpukat, buah naga, jeruk siam, pisang, semangka, buah manggis, dan melon telah menembus pasar ekspor. Hama yang sering dijumpai petani melon yaitu serangan hama ulat serta residu pestisida kimiawi yang tinggi. Pemakaian pestisida kimia dengan biaya tinggi, tidak ramah lingkungan sehingga sulit mendapatkan buah melon organik. Pengendalian hama ulat buah dengan menggunakan pestisida nabati. salah satunya buah bintaro (Cerbera manghas) mengandung senyawa golongan alkaloid yang bersifat toksik, repellent. Hasil penelitian ini nantinya menghasilkan buah melon organik, mampu mengendalikan masalah hama ulat sehingga produktivitas dan kualitas mutu buah.

Kata kunci: Buah Bintaro, Buah Melon, Pestisida Nabati

PENDAHULUAN

Salah satu sentra pertanian khususnya tanaman buah di Propinsi Jawa Timur adalah Kabupaten Banyuwangi. Tanaman buah yang telah dijual di pasar nasional dan menjadi produk unggulan daerah diantaranya alpukat, buah naga, jeruk siam, pepaya, pisang dan semangka, bahkan buah manggis dan melon telah menembus pasar ekspor. Budidaya buah melon memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan buah lain, ditunjang dengan kondisi agroekologi dan agroklimat yang cocok di Banyuwangi. Pemerintah daerah telah membentuk Asosiasi Petani Melon Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2009 untuk menanggapi peluang pasar yang ada.

Budidaya buah melon di Kabupaten Banyuwangi memiliki dua tipe, yaitu netted-melon dan winter-melon. Netted-melon memiliki ciri-ciri kulit buah keras, kasar, berurat dan bergambar seperti jala (net); aroma relatif lebih tajam, lebih cepat masak dan tahan disimpan. Jenis winter-melon memiliki ciri-ciri kulit buah halus, mengkilat; rasa manis dan renyah. Pangsa pasar netted-melon berkembang luas di pasar lokal dan luar daerah (Denpasar, Surabaya, Bandung, Jakarta), bahkan telah mencapai pasar ekspor ke Malaysia. Perkembangan jenis winter-melon melalui pola kemitraan, sehingga petani hanya menyesuaikan harga dan produksi sesuai dengan persyaratan dan kesepakatan awal dengan mitra (Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, 2015).

Buah melon telah menjadi komoditas buah unggulan pada Festival Buah Lokal Kabupaten Banyuwangi. Festival yang digelar untuk meningkatkan produktivitas pelaku usaha dan sebagai bukti komitmen Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mensejahterakan petani. Namun, petani melon masih menghadapi beberapa kendala dalam budidaya, salah satu kendala tersebut adalah serangan hama ulat yang menyebabkan gagal panen. Produktivitas buah yang rendah dan waktu panen yang lama tentu akan memperkecil rasio keuntungan petani melon.

Salah satu upaya mengendalikan hama ulat buah yang cukup merugikan adalah menggunakan pengendalian kimiawi, tetapi pengendalian secara kimiawi akan menimbulkan dampak negatif dari residu pestisida sintesis. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh pestisida sintetis tersebut dapat ditanggulangi dengan menggunakan pestisida alternatif yang lebih efektif, cepat, mudah tergradasi dan mempunyai dampak yang kecil terhadap lingkungan. Salah satu pestisida alternatif yang berpotensi dalam mengendalikan populasi hama adalah pestisida alami yang berasal dari senyawa kimia tumbuhan. Beberapa tumbuhan diketahui dapat memberi efek mortalitas terhadap hama serangga sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai alternatif insektisida nabati, salah satunya adalah tanaman bintaro (Cerbera manghas). Penelitian tentang Cerbera

(2)

486 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk

hama gudang. Buah bintaro C. manghas memberikan efek kematian yang sangat tinggi terhadap kutu beras S. oryzae (Coleoptera: Curculionidae), hampir seluruh bagian tanaman bintaro beracun karena mengandung senyawa golongan alkaloid yang bersifat toksik, repellent, dan mempunyai aktivitas penghambat makan terhadap serangga hama gudang (antifeedant) (Guswenrivo, 2003).

BAHAN DAN METODE

Bahan-bahan yang digunakan antara lain: tanaman buah melon, buah bintaro, kertas merang, kertas label, air dalam kemasan. Penelitian dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) menggunakan larutan ekstrak buah bintaro yang terdiri dari 6 perlakuan, yaitu:

K0 = Kontrol (tanpa larutan ekstrak buah bintaro)

K1 = Penyemprotan larutan ekstrak buah bintaro 5 g/100 ml air. K2 = Penyemprotan larutan ekstrak buah bintaro 10 g/100 ml air. K3 = Penyemprotan larutan ekstrak buah bintaro 15 g/100 ml air. K4 = Penyemprotan larutan ekstrak buah bintaro 20 g/100 ml air. K5 = Penyemprotan larutan ekstrak buah bintaro 25 g/100 ml air.

Perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga diperoleh 18 unit percobaan. Penelitian ini menggunakan parameter populasi kerusakan dan mortalitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN Populasi Hama Ulat Buah

Hasil analisis ragam terhadap populasi hama ulat buah disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Analisis ragam terhadap populasi hama ulat buah yang dipengaruhi konsentrasi pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro

Parameter F-hitung

Metode Celup Populasi hama ulat buah pada 60 hst (awal) 20,871 ns

Populasi hama ulat buah pada 67 hst 17,750 **

Populasi hama ulat buah pada 74 hst 49,500 **

Populasi hama ulat buah pada 81 hst 38,696 **

Populasi hama ulat buah pada 88 hst 68,187 **

Populasi hama ulat buah pada 95 hst 107,167 **

Keterangan : ** berbeda sangat nyata * berbeda nyata

ns berbeda tidak nyata

Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan aplikasi pestisida nabati buah bintaro berpengaruh sangat nyata terhadap populasi hama ulat buah pada 67, 74, 81, 88 dan 95 hst, sedangkan pada pengamatan awal yaitu 60 hst tidak berpengaruh nyata. Rata-rata populasi hama ulat buah yang dipengaruhi perlakuan aplikasi pestisida nabati buah bintaro pada berbagai dosis disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata populasi hama ulat daun yang dipengaruhi perlakuan aplikasi pestisida nabati buah bintaro pada berbagai dosis

Dosis pestisida nabati buah

bintaro Rata-rata Populasi Hama Ulat Daun

67 hst 74 hst 81 hst 88 hst 95 hst K0 (0 g/10 ml air) 16,33 d 16,33 d 16,33 d 15,33 d 14,33 d K1 (5 g/10 ml air) 15,00 cd 14,33 cd 13,67 cd 12,00 c 10,33 c K2 (10 g/10 ml air) 14,33 bcd 14,00 cd 13,00 c 11,00 c 9,33 c K3 (15 g/10 ml air) 13,33 bc 13,00 bc 12,00 bc 9,33 bc 7,33 bc K4 (20 g/10 ml air) 11,67 ab 10,67 ab 9,33 ab 7,00 ab 4,67 ab K5 (25 g/10 ml air) 10,33 a 8,33 a 7,33 a 4,33 a 1,67 a

(3)

Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 487 Keterangan : Rata-rata yang diikuti notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji

jarak berganda Duncan taraf 5%.

Hasil uji beda jarak berganda Duncan terhadap populasi hama ulat buah melon (Tabel 2), pada pengamatan 67 hst menunjukkan bahwa aplikasi pestisida nabati buah bintaro dosis 25 g/10 ml air (K5) berbeda tidak nyata dengan dosis 20 g/10 ml air (K4), tetapi berbeda nyata dengan dosis 15 g/10 ml air (K3), 10 g/10 ml air (K2), 5 g/10 ml air (K1) dan 0 g/10 ml air (K0). Aplikasi pestisida nabati buah bintaro dosis 20 g/10 ml air (K4) berbeda tidak nyata dengan dosis 15 g/10 ml air (K3) dan 10 g/10 ml air (K2), tetapi berbeda nyata dengan dosis 5 g/10 ml air (K1) dan 0 g/10 ml air (K0). Aplikasi pestisida nabati buah bintaro dosis 15 g/10 ml air (K3) berbeda tidak nyata dengan dosis 10 g/10 ml air (K2) dan 5 g/10 ml air (K1), tetapi berbeda nyata dengan dosis 0 g/10 ml air (K0), sedangkan aplikasi pestisida nabati buah bintaro dosis 10 g/10 ml air (K2), 5 g/10 ml air (K1) dan 0 g/10 ml air (K0) berbeda tidak nyata. Aplikasi pestisida nabati buah bintaro dosis 25 g/10 ml air (K5) menghasilkan populasi hama ulat buah terkecil dengan rata-rata 10,33 buah.

Pengamatan 74 hst menunjukkan bahwa aplikasi pestisida nabati buah bintaro dosis 25 g/10 ml air (K5) berbeda tidak nyata dengan dosis 20 g/10 ml air (K4), tetapi berbeda nyata dengan dosis 15 g/10 ml air (K3), 10 g/10 ml air (K2), 5 g/10 ml air (K1) dan 0 g/10 ml air (K0). Aplikasi pestisida nabati buah bintaro dosis 20 g/10 ml air (K4) berbeda tidak nyata dengan dosis 15 g/10 ml air (K3), tetapi berbeda nyata dengan dosis 10 g/10 ml air (K2), 5 g/10 ml air (K1) dan 0 g/10 ml air (K0). Aplikasi pestisida nabati buah bintaro dosis 15 g/10 ml air (K3) berbeda tidak nyata dengan dosis 10 g/10 ml air (K2), 5 g/10 ml air (K1), tetapi berbeda nyata dengan dosis 0 g/10 ml air (K0). Sedangkan antara aplikasi pestisida nabati buah bintaro 10 g/10 ml air (K2), 5 g/10 ml air (K1) dan 0 g/10 ml air (K0) berbeda tidak nyata. Aplikasi pestisida nabati buah bintaro dosis 25 g/10 ml air (K5) menghasilkan populasi hama ulat buah terkecil dengan rata-rata 8,33 buah.

Pengamatan 81 hst menunjukkan bahwa aplikasi pestisida nabati buah bintaro dosis 25 g/10 ml air (K5) berbeda tidak nyata dengan dosis 20 g/10 ml air (K4), tetapi berbeda nyata dengan dosis 15 g/10 ml air (K3), 10 g/10 ml air (K2), 5 g/10 ml air (K1) dan 0 g/10 ml air (K0). Aplikasi pestisida nabati buah bintaro dosis 20 g/10 ml air (K4) berbeda tidak nyata dengan dosis 15 g/10 ml air (K3), tetapi berbeda nyata dengan dosis 10 g/10 ml air (K2), 5 g/10 ml air (K1) dan 0 g/10 ml air (K0). Aplikasi pestisida nabati buah bintaro dosis 15 g/10 ml air (K3) berbeda tidak nyata dengan dosis 10 g/10 ml air (K2) dan 5 g/10 ml air (K1), tetapi berbeda nyata dengan dosis 0 g/10 ml air (K0). Aplikasi pestisida nabati buah bintaro 10 g/10 ml air (K2) berbeda tidak nyata dengan dosis 5 g/10 ml air (K1), tetapi berbeda nyata dengan dosis 0 g/10 ml air (K0). Aplikasi pestisida nabati buah bintaro dosis 25 g/10 ml air (K5) menghasilkan populasi hama ulat buah terkecil dengan rata-rata 7,33 buah. Pengamatan 88 dan 95 hst menunjukkan bahwa aplikasi pestisida nabati buah bintaro dosis 25 g/10 ml air (K5) berbeda tidak nyata dengan dosis 20 g/10 ml air (K4), tetapi berbeda nyata dengan dosis 15 g/10 ml air (K3), 10 g/10 ml air (K2), 5 g/10 ml air (K1) dan 0 g/10 ml air (K0). Aplikasi pestisida nabati buah bintaro dosis 20 g/10 ml air (K4) berbeda tidak nyata dengan dosis 15 g/10 ml air (K3), tetapi berbeda nyata dengan dosis 10 g/10 ml air (K2), 5 g/10 ml air (K1) dan 0 g/10 ml air (K0). Aplikasi pestisida nabati buah bintaro dosis 15 g/10 ml air (K3) berbeda tidak nyata dengan dosis 10 g/10 ml air (K2) dan 5 g/10 ml air (K1), tetapi berbeda nyata dengan dosis 0 g/10 ml air (K0). Aplikasi pestisida nabati buah bintaro dosis 10 g/10 ml air (K2) dan 5 g/10 ml air (K1) berbeda nyata dengan dosis 0 g/10 ml air (K0). Aplikasi pestisida nabati buah bintaro dosis 25 g/10 ml air (K5) menghasilkan populasi hama ulat buah terkecil dengan rata-rata 4,33 buah (88 hst) dan 1,67 buah (95 hst).

Menurut Thamrin et al. (2007), selain memiliki senyawa aktif utama dalam ekstrak tumbuhan juga terdapat senyawa lain yang keberadaannya dapat meningkatkan aktivitas ekstrak secara keseluruhan (sinergi). Dalam kaitannya dengan aktivitas makan, serangga dapat mengenali senyawa-senyawa asing dalam makanannya dalam konsentrasi tertentu dan akan merespon atas kehadiran senyawa tersebut dalam makanannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Yunia (2006) yang menyatakan bahwa kehadiran senyawa-senyawa yang belum dikenal (foreign compounds) dapat mengakibatkan penolakan pada serangga. Penggunaan ekstrak tumbuhan sebagai salah satu sumber pestisida nabati didasarkan atas pemikiran bahwa terdapat mekanisme pertahanan dari tumbuhan. Salah satu senyawa yang dihasilkan oleh tumbuhan yaitu senyawa metabolik sekunder yang bersifat

(4)

488 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk

penolak (repellent), penghambat makan (antifeedant/feeding deterrent), penghambat perkembangan dan penghambat peneluran (oviposition repellent/deterrent) dan sebagai bahan kimia yang mematikan serangga dengan cepat.

Efektifitas Pestisida Nabati terhadap Mortalitas Hama Ulat Buah Berdasarkan Lama Konsentrasi (LC50)

Kecepatan membunuh hama ulat buah uji dapat dilakukan dengan menentukan Lethal

Concentrate 50 (LC50). Lethal Concentrate 50 (LC50) didefinisikan sebagai besarnya konsentrasi

yang dibutuhkan untuk kontak dengan hewan uji, agar dapat mematikan 50 persen populasi hewan uji. Hasil uji LC50 terhadap mortalitas ulat buah pengaruh perlakuan pestisida nabati larutan ekstrak

buah bintaro pada hari ke-67 hari menunjukkan bahwa pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro mampu membunuh hama ulat buah sebanyak 50% berdasarkan analisis probit LC50 sebesar 52,75.

Hal ini berarti dengan konsentrasi 52,75 g/10 ml air, pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada hari ke-67 mampu mematikan hama ulat buah sebesar 50%. Hasil pengujian LC50 dengan

perlakuan pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada hari ke-67 disajikan pada gambar berikut :

Gambar 1. Hubungan konsentrasi pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada hari ke-67 dengan probit kematian hama ulat buah

Berdasarkan gambar di atas, hubungan antara log konsentrasi dan nilai probit terhadap mortalitas ulat buah, menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi, maka probit kematian hama ulat buah pada hari ke-67 akan semakin meningkat dan dengan peningkatan sebesar 1,333%. Hasil uji LC50 terhadap

mortalitas ulat buah pengaruh perlakuan pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada hari ke-74 hari menunjukkan bahwa pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro mampu membunuh hama ulat buah sebanyak 50% berdasarkan analisis probit LC50 sebesar 35,42. Hal ini berarti dengan

konsentrasi 35,42 g/10 ml air, pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada hari ke-74 mampu mematikan hama ulat buah sebesar 50%. Hasil pengujian LC50 dengan perlakuan pestisida nabati

(5)

Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 489 Gambar 2. Hubungan konsentrasi pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada hari ke-74 dengan probit kematian

hama ulat buah

Berdasarkan gambar di atas, hubungan antara log konsentrasi dan nilai probit terhadap mortalitas ulat buah, menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi, maka probit kematian hama ulat buah pada hari ke-74 akan semakin meningkat dan dengan peningkatan sebesar 1,478%. Hasil uji LC50 terhadap

mortalitas ulat buah pengaruh perlakuan pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada hari ke-81 hari menunjukkan bahwa pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro mampu membunuh hama ulat buah sebanyak 50% berdasarkan analisis probit LC50 sebesar 26,71. Hal ini berarti dengan

konsentrasi 26,71 g/10 ml air, pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada hari ke-81 mampu mematikan hama ulat buah sebesar 50%. Hasil pengujian LC50 dengan perlakuan pestisida nabati

larutan ekstrak buah bintaro pada hari ke-81 disajikan pada gambar berikut :

Gambar 3. Hubungan konsentrasi pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada hari ke-81 dengan probit kematian hama ulat buah

Berdasarkan gambar di atas, hubungan antara log konsentrasi dan nilai probit terhadap mortalitas ulat buah, menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi, maka probit kematian hama ulat buah pada hari ke-81 akan semakin meningkat dan dengan peningkatan sebesar 1,450%. Hasil uji LC50 terhadap

mortalitas ulat buah pengaruh perlakuan pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada hari ke-88 hari menunjukkan bahwa pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro mampu membunuh hama ulat buah sebanyak 50% berdasarkan analisis probit LC50 sebesar 16,15. Hal ini berarti dengan

(6)

490 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk

mematikan hama ulat buah sebesar 50%. Hasil pengujian LC50 dengan perlakuan pestisida nabati

larutan ekstrak buah bintaro pada hari ke-88 disajikan pada gambar berikut :

Gambar 4. Hubungan konsentrasi pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada hari ke-88 dengan probit kematian hama ulat buah

Berdasarkan gambar di atas, hubungan antara log konsentrasi dan nilai probit terhadap mortalitas ulat buah, menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi, maka probit kematian hama ulat buah pada hari ke-88 akan semakin meningkat dan dengan peningkatan sebesar 1,775%. Hasil uji LC50 terhadap

mortalitas ulat buah pengaruh perlakuan pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada hari ke-95 hari menunjukkan bahwa pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro mampu membunuh hama ulat buah sebanyak 50% berdasarkan analisis probit LC50 sebesar 11,46. Hal ini berarti dengan

konsentrasi 11,46 g/10 ml air, pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada hari ke-95 mampu mematikan hama ulat buah sebesar 50%. Hasil pengujian LC50 dengan perlakuan pestisida nabati

larutan ekstrak buah bintaro pada hari ke-95 disajikan pada gambar berikut :

Gambar 5. Hubungan konsentrasi pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada hari ke-95 dengan probit kematian hama ulat buah

Berdasarkan gambar di atas, hubungan antara log konsentrasi dan nilai probit terhadap mortalitas ulat buah, menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi, maka probit kematian hama ulat buah pada hari ke-95 akan semakin meningkat dan dengan peningkatan sebesar 2,105%.

Efektifitas Pestisida Nabati terhadap Mortalitas Hama Ulat Buah Berdasarkan Lama Waktu (LT50) y = 1,775x + 2,855 R2= 0,8785 0 1 2 3 4 5 6 1 1.1 1.2 1.3 1.4 Probit Kem at ian [Log Konsentrasi]

(7)

Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 491

Kecepatan membunuh hama ulat buah uji dapat dilakukan dengan menentukan Lethal Time

50 (LT50). Lethal Time 50 (LT50) didefinisikan sebagai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk kontak

dengan hewan uji, agar dapat mematikan 50 persen populasi hewan uji. Hasil uji LT50 terhadap

mortalitas ulat buah pengaruh perlakuan pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada konsentrasi 5 g/10 ml air menunjukkan bahwa pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro mampu membunuh hama ulat buah sebanyak 50% berdasarkan analisis probit LT50 sebesar 107,34. Hal ini

berarti dengan lama waktu 107,34 hari, pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada konsentrasi 5 g/10 ml air mampu mematikan hama ulat buah sebesar 50%. Hasil pengujian LT50 dengan

perlakuan pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada konsentrasi 5 g/10 ml air disajikan pada gambar berikut :

Gambar 6. Hubungan lama waktu aplikasi pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada konsentrasi 5 g/10 ml air dengan probit kematian hama ulat buah

Berdasarkan gambar di atas, hubungan antara log waktu dan nilai probit terhadap mortalitas ulat buah, menunjukkan bahwa semakin lama waktu, maka probit kematian hama ulat buah pada konsentrasi 5 g/10 ml air akan semakin meningkat dan dengan peningkatan sebesar 6,680%. Hasil uji LT50 terhadap

mortalitas ulat buah pengaruh perlakuan pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada konsentrasi 10 g/10 ml air menunjukkan bahwa pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro mampu membunuh hama ulat buah sebanyak 50% berdasarkan analisis probit LT50 sebesar 101,73. Hal ini

berarti dengan lama waktu 101,73 hari, pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada konsentrasi 10 g/10 ml air mampu mematikan hama ulat buah sebesar 50%. Hasil pengujian LT50 dengan

perlakuan pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada konsentrasi 10 g/10 ml air disajikan pada gambar berikut :

(8)

492 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk

Gambar 7. Hubungan lama waktu aplikasi pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada konsentrasi 10 g/10 ml air dengan probit kematian hama ulat buah

Berdasarkan gambar di atas, hubungan antara log waktu dan nilai probit terhadap mortalitas ulat buah, menunjukkan bahwa semakin lama waktu, maka probit kematian hama ulat buah pada konsentrasi 10 g/10 ml air akan semakin meningkat dan dengan peningkatan sebesar 6,190%. Hasil uji LT50

terhadap mortalitas ulat buah pengaruh perlakuan pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada konsentrasi 15 g/10 ml air menunjukkan bahwa pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro mampu membunuh hama ulat buah sebanyak 50% berdasarkan analisis probit LT50 sebesar 92,27. Hal ini

berarti dengan lama waktu 92,27 hari, pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada konsentrasi 15 g/10 ml air mampu mematikan hama ulat buah sebesar 50%. Hasil pengujian LT50 dengan

perlakuan pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada konsentrasi 15 g/10 ml air disajikan pada gambar berikut :

Gambar 8. Hubungan lama waktu aplikasi pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada konsentrasi 15 g/10 ml air dengan probit kematian hama ulat buah

Berdasarkan gambar di atas, hubungan antara log waktu dan nilai probit terhadap mortalitas ulat buah, menunjukkan bahwa semakin lama waktu, maka probit kematian hama ulat buah pada konsentrasi 15 g/10 ml air akan semakin meningkat dan dengan peningkatan sebesar 6,704%. Hasil uji LT50

terhadap mortalitas ulat buah pengaruh perlakuan pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada konsentrasi 20 g/10 ml air menunjukkan bahwa pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro mampu membunuh hama ulat buah sebanyak 50% berdasarkan analisis probit LT50 sebesar 83,17. Hal ini

(9)

Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 493

berarti dengan lama waktu 83,17 hari, pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada konsentrasi 20 g/10 ml air mampu mematikan hama ulat buah sebesar 50%. Hasil pengujian LT50 dengan

perlakuan pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada konsentrasi 20 g/10 ml air disajikan pada gambar berikut :

Gambar 9. Hubungan lama waktu aplikasi pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada konsentrasi 20 g/10 ml air dengan probit kematian hama ulat buah

Berdasarkan gambar di atas, hubungan antara log waktu dan nilai probit terhadap mortalitas ulat buah, menunjukkan bahwa semakin lama waktu, maka probit kematian hama ulat buah pada konsentrasi 20 g/10 ml air akan semakin meningkat dan dengan peningkatan sebesar 7,615%. Hasil uji LT50

terhadap mortalitas ulat buah pengaruh perlakuan pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada konsentrasi 25 g/10 ml air menunjukkan bahwa pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro mampu membunuh hama ulat buah sebanyak 50% berdasarkan analisis probit LT50 sebesar 74,65. Hal ini

berarti dengan lama waktu 74,65 hari, pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada konsentrasi 25 g/10 ml air mampu mematikan hama ulat buah sebesar 50%. Hasil pengujian LT50 dengan

perlakuan pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada konsentrasi 25 g/10 ml air disajikan pada gambar berikut :

Gambar 10. Hubungan lama waktu aplikasi pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada konsentrasi 25 g/10 ml air dengan probit kematian hama ulat buah

Berdasarkan gambar di atas, hubungan antara log waktu dan nilai probit terhadap mortalitas ulat buah, menunjukkan bahwa semakin lama waktu, maka probit kematian hama ulat buah pada konsentrasi 25 g/10 ml air akan semakin meningkat dan dengan peningkatan sebesar 9,543%. Secara umum pestisida nabati mempunyai kelebihan dan kelemahan. Dalam suatu ekstrak tumbuhan, selain beberapa senyawa aktif utama biasanya juga terdapat banyak senyawa lain yang kurang aktif, namun keberadaannya dapat meningkatkan aktivitas ekstrak secara keseluruhan (sinergi). Serangga tidak mudah menjadi resisten terhadap ekstrak tumbuhan dengan beberapa bahan aktif, karena kemampuan

(10)

494 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk

serangga untuk membentuk sistem pertahanan terhadap beberapa senyawa yang berbeda sekaligus lebih kecil daripada terhadap senyawa pestisida tunggal. Selain itu, banyak senyawa tumbuhan yang memiliki cara kerja yang berbeda dengan pestisida sintetik yang umum digunakan saat ini, sehingga kemungkinan terjadinya resistensi silang cukup kecil. Namun pestisida nabati mempunyai kelemahan yaitu persistensinya yang pendek. Pestisida nabati merupakan bahan yang mudah terurai di alam sehingga tidak dikhawatirkan akan menimbulkan bahaya residu besar. Keadaan tersebut juga dapat menekan peluang jasad bukan sasaran terkena residu. Persistensi pestisida alami yang singkat kurang menguntungkan dari segi ekonomi, karena pada tingkat populasi yang tinggi, untuk mencapai keefektifan pengendalian yang maksimum diperlukan aplikasi berulang-ulang. Namun sifat tersebut memungkinkan pestisida nabati dapat digunakan beberapa saat menjelang panen (Prijono, 1999). Selain itu pestisida nabati tidak tahan disimpan dalam waktu yang lama karena senyawanya yang mudah terurai sehingga semakin lama disimpan akan menurunkan toksisitasnya (Amelia dan Supriyadi, 2001).

KESIMPULAN

Penggunaan pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro mampu mengendalikan populasi hama ulat buah melon. Hal ini dibuktikan dengan semakin menurunnya populasi hama ulat buah melon dengan semakin tingginya konsentrasi pestisida nabati ekstrak buah bintaro.

Terdapat beberapa konsentrasi optimal pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro berdasarkan lamanya pengamatan, yaitu 52,75 g/10 ml air (hari 67), 35,42 g/10 ml air (hari ke-74), 26,71 g/10 ml air (hari ke-81), 16,15 g/10 ml air (hari ke-88) dan 11,46 g/10 ml air (hari ke-95). Sedangkan berdasarkan lama waktunya konsentrasi 5 g/10 ml air optimal pada 107,34 hari, 10 g/10 ml air optimal pada 101,73 hari, 15 g/10 ml air optimal pada 92,27 hari, 20 g/10 ml air optimal pada 83,17 hari dan 25 g/10 ml air optimal pada 74,65 hari.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Dewi I R. 2007. Prospek Insektisida yang Berasal dari Tumbuhan untuk Menanggulangi

Organisme Pengganggu Tanaman. Bandung: UNPAD.

[2] Guswenrivo I, Tarmadi D, Yusuf S. 2013. Aktivitas Insektisida Ekstrak Buah Bintaro

(Cerbera manghas) terhadap Kutu Beras Sitophilus oryzae (Coleoptera: Curculionidae)

(Insecticide Activity of Cerbera manghas Fruit Exstract to Sitophilus oryzae (Coleoptera: Curculionidae). Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis. Vol. 11 (1).

[3] Hewindati, Yuni Tri dkk. 2006. Hortikultura. Jakarta: Universitas Terbuka.

[4] Kardinan A. 2001. Pestisida Nabati: Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya. [5] Karlina NKN. 2014. Keragaman dan Dinamika Populasi Lalat Buah (Diptera: Tephritidae)

yang Menyerang Tanaman Buah-Buahan di Bali. [Tesis] Denpasar: Universitas Udayana. [6] Kartimi. 2015. Pemanfaatan Buah Bintaro sebagai Biopestisida dalam Penanggulangan

Hama pada Tanaman Padi diKawasan Pesisir Desa Bandengan Kabupaten Cirebon.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi 2015, yang diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang, Tema: “Peran Biologi dan Pendidikan Biologi dalam menyiapkan Generasi Unggul dan Berdaya Saing Global”, Malang, 21 Maret 2015.

[7] Purwani KI, Wijayawati L, Nurhatika S, Sa N A, Diyah, Arifiyanto A. 2014. Bintaro

(Cerbera odollam) Leaf Extract As a Potential Biological Pest Control toward

Spodopteralitura F. Mortality. Journal of Applied Environmental and Biological Sciences. 4(4) 18-23.

[8] Siswanto. 2010. Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon. Surabaya: UPN “Veteran Jawa Timur”. ISSN: 978-602-9372-00-7

[9] Sudjianto U dan Krestiani V. 2009. Studi Pemulsaan dan Posisi NPK pada Hasil Buah Melon

(11)

Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 495

[10] Tarmadi DAH, Prianto, Guswenrivo IT, Kartika S, Yusuf. 2007. Pengaruh Ekstrak Bintaro (Cerbera odollam Gaertn.) dan Kecubung (Brugmansia candida Pers) terhadap Rayap Tanah Captotermes sp. J. Trop. Wood Scie. & Tech. Vol 5 No. 1 2007.

[11] Untung, K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

[12] Utami, S. 2010. Aktivitas Insektisida Bintaro (Cerbera odollam Gaertn) Terhadap Hama Eurema spp. pada Skala Laboratorium. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol. 7 No.4 Oktober 2010, 211-220.

[13] Wudianto, R. 2001. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Jakarta : Penebar Swadaya.

[14] Yan XF, Tao, Ping TW. 2011. Chemical and Bioactivity of Mangrove Plants in the Genus Cerbera. Journal of Guangxi Academy of Science. 2011-01.

Gambar

Tabel 1.  Analisis ragam terhadap populasi hama ulat buah yang dipengaruhi konsentrasi pestisida  nabati larutan ekstrak buah bintaro
Gambar 1.  Hubungan konsentrasi pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada hari ke-67 dengan probit kematian  hama ulat buah
Gambar 3.  Hubungan konsentrasi pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada hari ke-81 dengan probit kematian  hama ulat buah
Gambar 5.  Hubungan konsentrasi pestisida nabati larutan ekstrak buah bintaro pada hari ke-95 dengan probit kematian  hama ulat buah
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penyelarasan Dokumen Perencanaan Pembangunan antara Pemerintah Pusat dan Daerah sesuai dengan Surat Edaran Bersama Nomor: 050/4963/sj. Nomor: 0430/m.ppn/12/2016 Menteri Dalam Negeri

Perhitungan mengenai keseluruhan nilai ekspektasi kerusakan mesin tiap n-bulan, rata – rata mesin per-bulan, biaya perbaikan kerusakan mesin per-bulan, biaya pemeliharaan

Berdasarkan roadmap jambu kristal Indonesia tahun 2015−2035, jambu kristal memiliki peluang dan potensi yang cukup menjanjikan untuk menggantikan (subtitusi)

yang menjadi masalah sebenarnya adalah: langkanya pekerjaan yang cocok dengan kemampuan {skill} pencarian kerja: atau tidak adanya keseimbangan antara jumlah penduduk {terutama

Pada tahap konstruksi dan operasi, peningkatan pendapatan masyarakat kemungkinan dapat meningkat dari adanya masyarakat lokal yang direkrut sebagai tenaga kerja, baik pada

[r]

“Jenis-Jenis Lead dan Gaya Bahasa Dalam Feature Biografi Pada Harian Kompas Terbitan Bulan Januari Tahun 2007” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).Dengan demikian

jauh-jauh hari sudah menetapkan bahwa Indonesia secara keseluruhan menjadi satu wilayah hukum dengan istilah wilayatul hukmi, sehingga ada satu dari Ormas Islam di Indonesia