• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KEMAJUAN 70 PERSEN IPTEKS TEPAT GUNA BAGI MASYARAKAT (ITGbM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KEMAJUAN 70 PERSEN IPTEKS TEPAT GUNA BAGI MASYARAKAT (ITGbM)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KEMAJUAN 70 PERSEN

IPTEKS TEPAT GUNA BAGI MASYARAKAT (ITGbM)

PEMBERDAYAAN PETANI

MELALUI PENINGKATAN PEMAHAMAN BUDIDAYA PADI ORGANIK

UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI

Oleh :

H. D.Yadi Heryadi, Ir.,M.Sc (0426046301)

Hj. Betty Rofatin, Ir.,MP ( 0420016001)

UNIVERSITAS SILIWANGI

2017

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

IPTEKS TEPAT GUNA BAGI MASYARAKAT (ITGbM)

1.Judul : Pemberdayaan Petani Melalui Peningkatan Pemahaman Budidaya Padi Organik untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani

2.Nama Mitra : Kelompok Tani Jembar II

: Kelompok Tani Jembar Kahuripan 3.Ketua Tim Pengusul

a.Nama lengkap : H. D.Yadi Heryadi, Ir.,M.Sc b.NIDN : 0426046301

c.Program Studi : Agribisnis

d.Perguruan Tinggi : Universitas Siliwangi 4.Anggota Tim Pengusul

a.Nama lengkap : Hj. Betty Rofatin, Ir.,MP b.NIDN : 0420016001

c.Program Studi : Agribisnis

d.Perguruan Tinggi : Universitas Siliwangi 5.Lokasi Kegiatan Mitra

a. Wilayah Mitra : Desa Margahayu Kec. Manonjaya

Kabupaten Tasikmalaya b.Jarak PT ke lokasi mitra : 15 km

6.Jangka waktu : 1 tahun

(3)
(4)

DAFTAR ISI Judul Hal HALAMAN PENGESAHAN... i DAFTAR ISI... ii RINGKASAN... iii BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Analisis Situasi... 01 1.2 Permasalahan Mitra ... 02

BAB 2 TARGET DAN LUARAN 05 BAB 3 METODE PELAKSANAAN 3.1 Permasalahan Mitra dan Solusi Yang Ditawarkan... 06

3.2 Metode Inventarisasi dan Penentuan Permasalahan Prioritas... 06

3.3 Metode dan Solusi Yang Ditawarkan... 06

3.4 Tahapan Kegiatan... 07

BAB 4 PELAKSANAAN KEGIATAN 09

Lampiran 12

(5)

RINGKASAN

Kabupaten Tasikmalaya merupakan wilayah yang sebagian besar merupakan wilayah agraris yang pembangunannya bertumpu pada sektor pertanian dan merupakan wilayah sentra produksi padi di Provinsi Jawa Barat. Wilayah ini diharapkan sebagai sentra produksi padi dengan produktivitas dan produksi yang tinggi untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Pengembangan pertanian padi SRI organik adalah salah satu yang dapat dilakukan untuk maksud tersebut. Pertanian padi SRI organik selain dapat meningkatkan produktivitas juga dapat menunjang pembangunan pertanian yang berkelanjutan dengan menjamin kelangsungan produksi, meningkatkan pendapatan petani dan mampu memenuhi aspek kelestarian lingkungan.

Sampai saat ini kinerja pengembangan padi SRI organik di Kabupaten Tasikmalaya masih menghadapi berbagai kendala di semua sub sistem agribisnis nya sehingga kinerja pengembangannya kurang begitu menggembirakan.

Belum berkembangnya pertanian padi organik di wilayah ini salah satu penyebabnya adalah belum difahaminya teknis budidaya padi organik yang benar oleh para petaninya, sehingga setelah panen dan ketika akan menjual padi organiknya ditemui kendala tidak dapat disebut sebagai padi organik karena masih ditemukan residu kimia dalam produk berasnya. Sehingga harapan untuk mendapatkan harga premium yang lebih tinggi dibanding padi konvensional tidak dapat diperoleh. Pada akhirnya petani tidak dapat merasakan manfaat dan nilai tambah dari menanam padi organik.

Demikian juga yang terjadi di calon lokasi PpM UTGbM, saat ini Produk Padi SRI yang dihasilkan belum seluruhnya memenuhi kriteria padi organik dan belum seluruhnya disertifikasi sehingga tidak mengetahui persis apakah produk yang dihasilkannya termasuk padi organik atau belum. Hal ini menyebabkan kendala dalam proses pemasaran khususnya pada nilai produk/harga produk yang serba tidak jelas. Disamping kesulitan untuk memperoleh nilai tambah dari sertifikasi padi organik, pendapatan petani organik pun belum dapat dinikmati dengan optimal dikarenakan masih lemahnya aspek manajerial usaha

Berangkat dari permasalahan-permasalahan diatas dan dalam rangka meningkatkan pendapatan para petani yang mengelola padi organik SRI tersebut, diperlukan pembinaan yang berkelanjutan. Misalnya kesalahan persepsi dan minimnya informasi tentang teknis budidaya padi organik yang benar dapat diatasi melalui peningkatan penyebaran informasi dan penyuluhan yang intensif dan hal ini dapat dilakukan dengan kegiatan pengabdian pada masyarakat yang difasilitasi oleh LP2M-PMP Universitas Siliwangi.

Target dan luaran dari kegiatan Ipteks Tepat Guna bagi Masyarakat (ITGbM) ini adalah meningkatkan pemahaman budidaya padi organik guna peningkatan kesejahteran masyarakat khususnya para petani yang menanam padi dengan metode SRI/padi organik di Desa Margahayu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya. Rincinya menghasilkan : a. Peningkatan pemahaman petani tentang budidaya pertanian padi SRI organik yang benar dan sesuai dengan kriteria/syarat sertifikasi, 2) publikasi ilmiah yang diterbitkan pada jurnal internal.

Sampai dengan laporan kemajuan 70 persen ini penyuluhan telah dilaksanakan dan sedang di evaluasi manfaat dan tanggapan masyarakat terhadap kegiatan ini.

(6)

Laporan ITGbM 2017

LP2MP Universitas Siliwangi 1

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1Analisis Situasi

Beberapa penggiat dan peduli lingkungan menilai bahwa usahatani modern melalui gerakan Revolusi Hijau telah kehilangan dasar-dasar ekologisnya. Timbulnya kekhawatiran tentang dampak lingkungan, ekonomi dan sosial dari pertanian konvensional yang tergantung bahan kimia telah menyebabkan banyak petani dan konsumen untuk mencari praktik alternatif dan sistem yang akan membuat pertanian lebih berkelanjutan . Maka sehubungan dengan hal ini telah dikembangkan Sistem pertanian alternatif termasuk 'Organik', 'biologis', 'biodinamik', 'ekologi', dan 'input rendah' (Reganold, J.P., R.I. Papandick, and J.F. Parr. 1990).

Demikian pula di Indonesia, sebagai upaya untuk mengurangi dampak negatif dan ketergantungan petani dari penggunaan input anorganik dalam usahataninya khususnya pada komoditi padi, saat ini muncul berbagai format pertanian alternatif salah satunya adalah padi organik dengan metode SRI (System of Rice Intensification).

Desa Margahayu Kec. Manonjaya merupakan salah satu daerah di Kabupaten Tasikmalaya yang menerapkan teknik budidaya padi organik dengan metode SRI. Bahkan Desa Margahayu termasuk salah satu daerah pengembangan padi organik SRI. Hal ini diawali pada musim tanam (MT) 2005/2006 dengan pelaksanaan penanaman SRI seluas lima hektar yang dijadikan sebagai show window penerapan metode SRI tingkat nasional di bawah bimbingan Direktorat Pengelolaan Lahan Dirjen PLA Departemen Pertanian (Soni Prayatna, 2013). Desa Margahayu berjarak sekitar 23 km dari kota Tasikmalaya. Desa Margahayu memiliki wilayah seluas 2,44 km2 (244 ha) terdiri dari lahan sawah seluas 65,177 ha dan lahan darat seluas 178,823 ha (BPP Manonjaya Kab.Tasikmalaya, 2015).

Tingkat produktivitas padi sawah di Desa Margahayu Kecamatan Manonjaya lebih tinggi dari rata-rata produktivitas tingkat Kecamatan Manonjaya. Pada tahun 2013 rata-rata produktivitas untuk padi SRI di Desa Margahayu adalah sebesar 6,830 ton/hektar GKG dan untuk padi non-SRI sebesar 6,310 ton/hektar GKG. Sedangkan rata-rata produktivitas untuk padi SRI di Kec. Manonjaya adalah sebesar 6,771 ton/hektar GKG dan untuk padi non-SRI sebesar 6,245 ton/hektar GKG (BPP Manonjaya Kab.Tasikmalaya, 2015)

Namun demikian perkembangan produktivitas ini tidak lantas membuat petani padi organik bersukacita, karena faktanya belum seluruhnya petani yang menanam padi dengan

(7)

Laporan ITGbM 2017

LP2MP Universitas Siliwangi 2

pola SRI organik, produknya dihargai dengan harga premium yang pada akhirnya petani tidak dapat merasakan manfaat dan nilai tambah dari menanam padi organik.

1.2 Permasalahan Mitra

Pencapaian produksi diatas adalah keberhasilan para petani yang tergabung dalam kelompok tani dari sisi budidaya dan peningkatan produktivitas padi khususnya padi organik. Namun peningkatan produktivitas tersebut belum dapat diimbangi dengan peningkatan pendapatan sesuai dengan yang diharapkan.

Berdasarkan inventarisasi awal yang telah dilakukan, diperoleh permasalahan utama yang masih dihadapi oleh kelompok tani adalah terkait masih rendahnya pemahaman petani tentang bertanam padi SRI organik. Secara umum di berbagai wilayah penanaman padi organik, para petani masih belum mengetahui persis teknis budidaya yang bagaimana yang dapat menghasilkan padi dengan kualitas organik sehingga banyak pemahaman petani yang masih keliru tentang bertanam organik dan hal ini akan sangat berpengaruh terhadap produksi padi dan peningkatan kesejahteraan petaninya. Ada kalanya karena belum difahaminya teknis budidaya padi organik yang benar oleh para petaninya, setelah panen dan ketika akan menjual padi organiknya ditemui kendala tidak dapat disebut sebagai padi organik karena masih ditemukan residu kimia dalam produk berasnya. Sehingga harapan untuk mendapatkan harga premium yang lebih tinggi dibanding padi konvensional tidak dapat diperoleh. Kendala teknis budidaya diantaranya dapat dilihat pada contoh kasus 1 berikut ini.

Selain itu, masalah sertifikasi juga menjadi masalah umum yang dihadapi para petani padi organik dan menjadi kendala pengembangan padi organik di berbagai wilayah pengembangan dengan Sertifikasi Organik. Sertifikasi Organik adalah proses untuk mendapatkan pengakuan bahwa proses produksi organik atau proses pengolahan produk

Kendala Teknis Hambat Pertanian Organik

Kudus, CyberNews. Sistem pengairan dan pemupukan pada bidang pertanian organik sejauh ini masih menjadi masalah klasik petani di Kabupaten Kudus. Sekretaris Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Hadi Sucahyono, Selasa (19/4) mengatakan, padi organik membutuhkan penanganan secara khusus.

Sistem pengairan yang ada, contohnya, harus tidak terkontaminasi air dari sistem pengairan nonorganik,yang kemungkinan tercampur pestisida. Ia mengakui bahwa persyaratan semacam itu masih menjadikan pertanian organik kurang mendapat minat petani lokal. "Jumlah lahan yang ada (juga) masih sangat terbatas,"

imbuhnya.

(8)

Laporan ITGbM 2017

LP2MP Universitas Siliwangi 3

organik dilakukan berdasarkan standar dan regulasi yang ada (BIO-Cert, 2014). Secara umum para petani belum mengetahui kriteria untuk sertifikasi padi organik baik prosedurnya maupun penilaiannya seperti dapat dilihat pada kasus 2 berikut ini.

Petani menanam padi dengan pendekatan SRI organik adalah untuk mendapatkan produksi tinggi dan dengan harga produk yang lebih tinggi dibanding dengan harga beras

Kamis, 27 Agustus 2009 | 17:10 WIB

Sertifikasi Jadi Kendala Padi Organik

TEMPO Interaktif, Jakarta - Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Jawa Barat, Helmi Anwar mengatakan, pengembangan padi organik terkendala sertifikasi. “Ini masalah trust,dan sistemnya tidak mudah,” katanya di Bandung, Kamis (27/8).

Tidak semua padi dengan penanaman memakai sistem penanaman organik seperti SRI (System of Rice

Intensification) langsung dikelompokkan sebagai padi organik. Sertifikasi di perlukan sebagai penjaminnya. Helmi mengatakan, sertifikasi ini menjadi permasalahan dalam pemasaran padi organik. “Apakah itu organik atau bukan organik ditentukan oleh sertifikasi, akreditasinya,” katanya.

Bagi padi organik sertifikasi tidak gampang. Sertifikasi itu dilakukan mulai dari awal sampai akhir masa tanam. Sertifikasi itu dilakukan tidak sebatas on-farm tapi juga proses penanamannya sehingga biayanya terhitung mahal. Penananam padi organik tidak hanya sebatas pemakaian pupuk saja. Sistem irigasinya pun tidak boleh bergabung dengan irigasi persawahan lain yang masih menggunakan pupuk non-organik serta pestisida.

Di Jawa Barat kendati pengembangan padi organik sudah dimulai sejak 2006 lalu. Kala itu luasan lahan tanam padi organik baru mencapai 900 hektare. Tahun ini tercatat mencapai sembilan ribu hektare. Jumlah itu terhitung kecil dibandingkan luasan tanam padi seluruhnya dalam satu kali musim tanam di Jawa Barat yang mencapai 1,8 juta hektare.

Kendati luasan lahan padi organik terus bertambah setiap tahun, Helmi mengatakan, tidak semuanya mendapatkan sertifikasi. Baru padi organik yang diproduksi di Kabupaten Tasikmalaya yang mendapatkan sertifikasi. Itu pun, biaya serfitifkasinya dimodali perusahaan swasata yang punya kepentingan mengekspor padi tersebut. Dari sana baru satu kontainer, yakni 18 ton beras organik, yang diekspor dengan tujuan Amerika serta Hongkong.

Helmi mengatakan, pemerintah pun masih ragu untuk menggenjot dengan cepat pengembangan padi organik. Selain soal sertifikasinya yang harus dikerjakan setiap kali penanaman, pangsa pasarnya pun masih terhitung terbatas. Kendati dari segi harga, padi organik bisa berkali lipat.

Soal pengembangan padi organik, Gubernur Ahmad Heryawan mengatakan, padi organik menjadi satu-satunya peluang ekspor padi yang ada. “Sekarang yang laku dijual mahal ke luar negeri untuk ekspor adalah beras yang punya keistimewaan organik,” katanya, Rabu (27/8).

Soal sertifikasi ini, dia mengaku tengah menjajaki sejumlah lembaga sertifikasi mempermudah sertifikasi terhadap padi orgnaik. Setelah Tasikmalaya, dia berharap, produksi padi organik di Ciamis, Sukabumi, serta Cianjur beroleh sertifikasi juga.

Heryawan mengatakan, dari segi strukturnya, sawah di daerah selatan Jawa Barat diuntungkan jika hendak mengembangkan padi organik. Dengan sistem sawah yang berundak, minimal pemakaian airnya tidak tercampur dengan padi non-organik. Berbeda dengan sawah di bagian utara yang cenderung berbentuk hamparan sehingga menyulitkan memisahkan pemakaian irigasinya.

(9)

Laporan ITGbM 2017

LP2MP Universitas Siliwangi 4

yang non-organik. Namun demikian, mahalnya biaya sertifikasi seringkali menyurutkan minat petani mendapatkan surat pengakuan organik. Selain mahal maka masa berlaku sertifikat tersebut hanya untuk masa tiga tahun (Ahmad Fikri, 2015). Padahal sertifikasi ini adalah jalan untuk mendapatkan harga yang lebih tinggi. Bahkan ada yang menyebutkan biaya sertifikasi mencapai puluhan juta Rupiah seperti dapat dilihat pada Kasus 3 berikut ini.

Selain beberapa kendala untuk mendapatkan sertifikasi organik, maka sesungguhnya label sertifikasi organik memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adalah : a) Daya tawar produk padi organik lebih tinggi, b) harga produk padi organik lebih tinggi, c) bisa memasuki pasar modern dengan respons pasar yang baik (Uji Agung Santosa, 2013).

Demikian juga yang terjadi di lokasi ITGbM, saat ini Produk Padi SRI Organik yang dihasilkan belum semuanya memenuhi syarat/kriteria organik, sebagian tidak lolos sertifikasi organik, sehingga tidak mengetahui persis apakah produk yang dihasilkannya termasuk padi organik atau belum. Hal ini menyebabkan kendala dalam proses pemasaran khususnya pada nilai produk/harga produk yang serba tidak jelas.

Berangkat dari permasalahan-permasalahan diatas dan dalam rangka meningkatkan pendapatan para petani, diperlukan pembinaan yang berkelanjutan. Misalnya kesalahan persepsi dan minimnya informasi tentang padi organik dapat diatasi melalui peningkatan penyebaran informasi, penyuluhan yang intensif dan hal ini dapat dilakukan dengan kegiatan pengabdian pada masyarakat melalui program ITGbM Universitas Siliwangi.

Sertifikasi Beras Organik Rp30 Juta, Petani Keberatan

Bisnis.com, JAKARTA – Sertifikasi beras organik yang mencapai Rp25 juta hingga Rp30 juta dinilai sebagian pihak memberatkan petani.

Pernyataan ini disampaikan oleh Bening Sekretaris Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Tengah dalam acara Managing Our NationStrategi dan Rencana Aksi untuk Kemandirian Pangan Indonesia di PPM Manajemen Jakarta, Sabtu (5/10/2013).

“Sertifikasi beras organik adalah penjajahan model baru. Kami dari HKTI menolak menggunakan label organik karena tidak menguntungkan petani sama sekali,” ujar Bening.Menurut Bening, lembaga pemberi sertifikat memang telah banyak misalnya IPB. Tetapi tetap saja, biaya yang dibutuhkan untuk pemberian sertifikasi bahkan bisa menembus angka Rp. 80 juta.

Setelah mendaftarkan sertifikasi beras organik, lembaga pemberi sertifikasi akan mengunjungi lokasi pertanian atau audit dengan melihat sumber daya airnya, budidaya, dan lain sebagainya. Jika lingkup area makin luas, maka harga yang dibayarkan akan semakin membengkak.

(10)

Laporan ITGbM 2017

LP2MP Universitas Siliwangi 5

BAB 2. TARGET DAN LUARAN

Target dan luaran dari kegiatan Pengabdian pada Masyarakat LP2M-PMP Universitas Siliwangi melalui ITGbM ini adalah meningkatkan pemahaman budidaya padi organik guna peningkatan kesejahteran masyarakat khususnya para petani yang menanam padi dengan metode SRI/padi organik di Desa Margahayu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya. Mitra ITGbM ini terdiri dari 2 Kelompok Tani yaitu Poktan Jembar II dan Poktan Jembar Kahuripan. Adapun secara rinci luaran yang diharapkan adalah sebagai berikut :

a) Menghasilkan peningkatan pemahaman petani : tentang budidaya pertanian padi SRI organik yang benar dan sesuai dengan kriteria/syarat sertifikasi serta meningkatkan pemaham tentang prosedur sertifikasi padi organik

(11)

Laporan ITGbM 2017

LP2MP Universitas Siliwangi 6

BAB 3. METODE PELAKSANAAN

3.1Permasalahan Mitra dan Solusi Yang Ditawarkan

Detail permasalahan Mitra dan alternatif solusi yang ditawarkan pada rencana program Pengabdian pada Masyarakat ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Permasalahan Mitra dan Solusi Yang Ditawarkan pada Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat LP2M-PMP Universitas Siliwangi.

Permasalahan prioritas Akar Masalah Metode dan Solusi Yang Ditawarkan

Produk Padi yang ditanam petani dengan metode SRI/organik belum

seluruhnya bisa “diklaim”

padi organik de ngan harga premium

Petani belum seluruhnya

memahami teknik budidaya padi SRI organik yang benar dan memenuhi kriteria sertifikasi sebagai padi organik.

Penyuluhan tentang teknik budidaya padi SRI organik yang benar.

Belum mengetahui dengan jelas prosedur pengurusan sertifikasi

Penyuluhan tentang Prosedur pengurusan Sertifikasi Organik

3.2 Metode Inventarisasi dan Penentuan Permasalahan Prioritas

Metode inventarisasi permasalahan dilakukan dengan cara wawancara dan diskusi dengan Mitra kegiatan ITGbM LP2M-PMP Universitas Siliwangi. Diskusi menggunakan metode FGD (Focus on Group Discussion) terbatas dengan menyertakan pengurus dan anggota Mitra, sehingga setiap orang/pihak dapat memberikan masukan dan berpartisipasi aktif dalam diskusi.

Berbagai permasalahan kelompok yang disampaikan peserta dikumpulkan, kemudian dipilah dan ditentukan permasalahan prioritasnya berikut akar masalahnya sehingga diperoleh seperti pada Tabel 1.

3.3 Metode dan Solusi Yang Ditawarkan

Untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh kelompok tani dalam pengembangan padi SRI/organik (Tabel 1), maka ditawarkan beberapa solusi guna memecahkan permasalahan sebagai berikut : Terkait dengan permasalahan pokok bahwa produk padi yang

(12)

Laporan ITGbM 2017

LP2MP Universitas Siliwangi 7

yang diakibatkan oleh masih rendahnya pemahaman petani tentang teknik budidaya padi SRI organik yang benar dan belum ada kejelasan tentang prosedur sertifikasi padi organik.

Maka ditawarkan solusi untuk mengikuti penyuluhan tentang teknik budidaya padi SRI organik yang benar dan penyuluhan tentang Prosedur pengurusan Sertifikasi Organik. Partisipasi mitra dalam kegiatan ini adalah sebagai peserta yang juga memberikan masukan untuk persiapan mengajukan sertifikasi organik.

3.4 Tahapan Kegiatan

Tahapan kegiatan yang dilaksanakan guna mendukung realisasi metode dan solusi yang ditawarkan selengkapnya seperti pada bab 5.4 yang terdiri dari tahapan sebagai berikut: 1) Persiapan dan Survey Pendahuluan

Tahapan pertama dari kegiatan ini adalah pekerjaan persiapan dan survey pendahuluan. Pekerjaan persiapan termasuk mempersiapkan aspek administratif dan perijinan. Survey pendahuluan digunakan untuk menginventarisir data-data dan karakteristik dari mitra kegiatan ITGbM ini, selain itu juga mengumpulkan data awal dari Dinas/Instansi terkait di wilayah setempat. sekaligus konfirmasi kesediaan pihak Kelompok Tani untuk dijadikan mitra dalam pelaksanaan program.

2) Rapat Koordinasi Tim Pelaksana PpM

Setelah data awal dikumpulkan, maka dilaksanakan rapat koordinasi diantara tim pelaksana ITGbM termasuk pembagian tugas tim pelaksana, mempersiapkan berbagai hal untuk pelaksanaan penyuluhan dan pembinaan sekaligus menyusun jadwal kegiatan dan pembagian tugas diantara tim pelaksana.

3) Orientasi Lapangan

Orientasi lapangan dilakukan setelah memiliki data karakteristik mitra dan menuju ke kelompok Tani sasaran program ITGbM. Di lokasi ditanyakan kesiapan, perlengkapan dan segala hal yang akan menunjang terhadap keberhasilan kegiatan PpM yang akan dilaksanakan.

4) Pembuatan Materi Penyuluhan

Materi/modul penyuluhan dibuat agar peserta penyuluhan dapat mengikuti kegiatan ini dengan baik dengan tingkat penerimaan materi yang optimal. Banyaknya modul materi sebanyak 2 modul yang terdiri dari : 1) Teknik Budidaya Padi Organik dan 2) Gambaran umum tentang kinerja pengembangan & Sertifikasi Padi Organik dan sertifikasi.

(13)

Laporan ITGbM 2017

LP2MP Universitas Siliwangi 8

5) Persiapan alat dan Bahan

Alat dan bahan untuk penyuluhan dipersiapkan dengan sebaik-baiknya dengan memberikan seminar kit yang memadai dan alat peraga yang layak untuk tercapainya transfer ilmu yang optimal.

6) Penyuluhan

Kegiatan penyuluhan dilaksanakan dengan metode partisipatif agar semua pihak yang terlibat dalam penyuluhan dapat memberikan kontribusi dalam pencapaian dan keberhasilannya.

7) Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan LP2M-PMP Universitas Siliwangi. Pada evaluasi tahap akhir akan diketahui berbagai hal terkait keberhasilan transfer ilmu dan kendala pencapaian keberhasilan untuk perbaikan di masa mendatang. Monitoring dilakukan dengan mencatat semua kegiatan pelaksanaan pada Buku Catatan Harian Kegiatan.

8) Pembuatan laporan

Pembuatan laporan mengikuti format yang sudah ditentukan LP2M-PMP Universitas Siliwangi sebagai lembaga yang memfasilitasi kegiatan ITGbM ini, melalui dua tahapan pelaporan yaitu laporan kemajuan 70 persen dan laporan akhir.

(14)

Laporan ITGbM 2017

LP2MP Universitas Siliwangi 9

BAB 4. PELAKSANAAN KEGIATAN

Beberapa tahapan kegiatan yang telah dilaksanakan pada Program ITGbM di Tasikmalaya ini diantaranya sebagai berikut :

1. Persiapan dan Survey Pendahuluan

Pekerjaan persiapan termasuk mempersiapkan aspek administratif dan perijinan. Survey pendahuluan digunakan untuk menginventarisir data-data dan karakteristik dari mitra kegiatan ITGbM ini, selain itu juga mengumpulkan data awal dari Dinas/Instansi terkait di wilayah setempat. sekaligus konfirmasi kesediaan pihak Kelompok Tani untuk dijadikan mitra dalam pelaksanaan program ini.

2) Rapat Koordinasi Tim Pelaksana ITGbM

Selama kegiatan dilakukan rapat koordinasi. Setelah data awal dikumpulkan, maka dilaksanakan rapat koordinasi diantara tim pelaksana ITGbM termasuk pembagian tugas tim pelaksana, mempersiapkan berbagai hal diantaranya penyampaian undangan kepada

stakeholders yang diundang. Kegiatan rapat koordinasi selanjutnya dilaksanakan Tim ITGbM untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk pelaksanakan kegiatan sekaligus menyusun jadwal kegiatan dan pembagian tugas diantara tim pelaksana.

3) Focus on Group Discussion (FGD)

Pelaksanaan FGD dilakukan untuk mengumpulkan berbagai permasalahan yang melingkupi pengembangan padi organik SRI kemudian memilahnya sehingga dapat menentukan permasalahan prioritas dan akar masalah yang ada. FGD dilakukan dengan menyertakan pengurus Mitra kegatan ITGbM, BP3K.

(15)

Laporan ITGbM 2017

LP2MP Universitas Siliwangi 10

2) Orientasi Lapangan

Orientasi lapangan dilakukan setelah melaksanakan FGD dan menuju ke kelompok Tani sasaran program ITGbM. Di lokasi ditanyakan kesiapan, perlengkapan dan segala hal yang akan menunjang terhadap keberhasilan kegiatan yang akan dilaksanakan.

3) Penyuluhan

a) Pembuatan Materi Penyuluhan

Materi/modul penyuluhan dibuat agar peserta penyuluhan dapat mengikuti kegiatan ini dengan baik dengan tingkat penerimaan materi yang optimal. Banyaknya modul materi pelatihan sebanyak 2 modul yang terdiri dari : 1) Gambaran umum tentang kinerja pengembangan & Sertifikasi Padi Organik dan 2) Teknik Budidaya Padi Organik.

b) Persiapan alat dan Bahan

Alat dan bahan untuk penyuluhan dipersiapkan dengan sebaik-baiknya dengan memberikan seminar kit yang memadai dan alat peraga yang layak untuk tercapainya transfer ilmu yang optimal.

c) Pelaksanaan Penyuluhan

Penyuluhan dilaksanakan pada 20 Juli 2017 bertempat di Saung Meetiing Kelompok Tani Jembar II, diikuti oleh 30 (tiga puluh) petani. Pemberian materi dilaksanakan sebagai berikut :

1) Gambaran umum tentang kinerja pengembangan & Sertifikasi Padi Organik dan sertifikasi Oleh H. D.Yadi Heryadi, Ir.,M.Sc

2) Teknik Budidaya Padi Organik oleh Usin Kursin & Rosid

(16)

Laporan ITGbM 2017

LP2MP Universitas Siliwangi 11

2) Monitoring, Evaluasi, Kesimpulan dan Saran akan dilaporkan pada Laporan akhir. Dokumentasi Pelaksanaan Penyuluhan

(17)

Laporan ITGbM 2017

LP2MP Universitas Siliwangi 12

Lampiran

Catatan Harian Kegiatan ITGbM (Kemajuan 70 persen)

No Tanggal

Pelaksanaan

Isi Catatan

1. 11-03-2017 Survey pendahuluan

2. 18-03-2017 Permohonan kerjasama dengan mitra 3. 25-03-2017 Penyusunan Proposal

4. 08-05-2017 Penandatanganan penugasan Pelaksanaan ITGbM Th 2017 5. 20-05-2017 Revisi Anggaran Proposal ITGbM

5. 27-05-2017 Koordinasi dengan Instansi terkait 6. 03-06-2017 Rapat koordinasi Tim Pelaksana 7. 10-06-2017 Pendataan calon peserta penyuluhan 8. 14-06-2017 Pencairan dana ITGbM (70 %) 9. 17-06-2017 Permohonan kesediaan narasumber

10. 03-07-2017 Pembelian ATK/kelengkapan untuk pelaksanaan Penyuluhan 11. 06-07-2017 Penyebaran undangan penyuluhan

12. 12-07-2017 Pengumpulan, penggandaan dan penyusunan Modul Penyuluhan 13. 20-07-2017 Pelaksanaan penyuluhan

14. 24-07-2017 Penyusunan Pelaporan kemajuan pekerjaan (70 %)

15. 27-07-2017 Copy/jilid Laporan Kemajuan dan Laporan Penggunaan Dana

16. Monitoring

17. Penyerahan Honor Output kegiatan kepada Pembantu Pelaksana di Lapangan

18. Monitoring

19. Penyusunan Laporan Akhir Kegiatan dan Laporan Keuangan

20. Copy/jilid Laporan Akhir dan Laporan Penggunaan Dana

(18)

Laporan ITGbM 2017

LP2MP Universitas Siliwangi 13

Lampiran 2

Susunan Acara Penyuluhan

ITGbM (Ipteks Tepat Guna bagi Masyarakat) Kamis, 20 Juli 2017

No Waktu Uraian Acara Petugas/Pemateri Ket

1. 08.00 – 08.30 Registrasi Peserta Panitia 2. 08.30 – 09.00 Pembukaan

a. Pengantar dari Ketua Pelaksana b. Sambutan dari BP3K Kec.Manonjaya c. Tutup

H. D.Yadi Heryadi

3. 09.00 – 09.15 Istirahat Mahdi Supriyatna (BRI Cabang Tasikmalaya) 4. 09.15 – 11.15 Sesi 1.

Gambaran umum tentang kinerja

pengembangan & Sertifikasi Padi Organik dan sertifikasi H. D.Yadi Heryadi, Ir.,M.Sc (Univ. Siliwangi) 5. 11.15 – 11.45 Diskusi Panitia 6. 11.45 – 13.00 Ishoma Panitia 7. 13.00 -15.00 Sesi 2

Teknik Budidaya Padi Organik dan Permasalahannya di Lapangan

Usin Kursin dan Rosid

8. 15.00 – 15.30 Diskusi Panitia

Gambar

Tabel  1.  Permasalahan  Mitra  dan  Solusi  Yang  Ditawarkan  pada  Kegiatan  Pengabdian  pada  Masyarakat LP2M-PMP Universitas Siliwangi
Gambar 1. Survey Pendahuluan ke beberapa Stakeholders

Referensi

Dokumen terkait

Harjono (2008) menambahkan, pada kategori fixed line (PSTN) Telkom menguasai 90 persen pasar, sedangkan pasar telepon seluler dan broadband, persentase pasar Telkom mencapai

Tujuan dari diadakannya ITGbM Pelatihan Penulisan Karya Tulis bagi Guru Sekolah Dasar di Kelompok Kerja Guru (KKG) se Kota Tasikmalaya adalah untuk melatihkan teknik

diungkapkan oleh Natalliasari (2015) yang telah melakukan penelitian terhadap peserta didik kelas VIII di salah satu SMP yang berada di Kota Tasikmalaya bahwa siswa

Tujuan dari diadakannya Workshop Penelitian Tindakan Kelas (PTK) agar guru dapat membuat PTK berkualitas secara berkesinambungan, dengan cara workshop yaitu pelatihan

Tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional adalah kunyit karena mengandung kurkumin yang bisa mencegah terjadinya kerusakan ginjal.Untuk mengetahui efek

Perkirakan tekanan suara sumber untuk dalam ruangan dihitung dengan tidak memasukkan waktu. dengung [4 (w1+

Golongan etnik berhubungan dengan gaya hidup dan kebiasaan dalam masyarakat, yang dapat mengakibatkan perbedaan di dalam angka kesakitan (Notoatmodjo, 2011). Terdapat pola

Adversity Quotient sebagai suatu daya berpikir kreatif yang mencerminkan kemampuan individu dalam menghadapi rintangan serta menemukan cara. mengatasinya sehingga mampu mencapai