• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

PERHITUNGAN DAN ANALISIS

4.1 Umum

Dalam mendesain suatu pondasi bored pile, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Langkah pertama adalah menentukan jenis pondasi yang akan digunakan. Dalam mengambil keputusan ini, jenis daripada struktur atas, kondisi tanah dan kemudahan pengerjaan menjadi faktor yang perlu untuk dipertimbangkan. Pada kasus ini, pondasi bored pile menjadi satu-satunya pilihan yang ada.

Langkah berikutnya adalah menentukan parameter tanah. Dengan adanya parameter tersebut dan preliminary design yang telah ditentukan, maka besarnya daya dukung pondasi dapat diperoleh.

Selanjutnya dalam memperoleh angka keamanan yang dimiliki pondasi tersebut perlu dibandingkan antara beban yang bekerja dengan kapasitas yang dimiliki oleh pondasi tersebut. Apabila angka keamanan tersebut melebihi batas minimum yang telah disepakati, maka desain pondasi dinyatakan layak untuk digunakan.

4.2 Analisis Stabilitas Pondasi Bored Pile pada Pier 4.2.1 Data Lapangan

4.2.1.1 Lokasi Tinjauan

Analisis perhitungan pada bab ini mengambil titik lokasi dimana Pier-1 (P-1) Jembatan Cirebon-Kroya akan ditempatkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

(2)

Gambar 4-1 Lokasi penempatan Pier 1 (P-1)

Sumber: Proyek Jembatan Kereta Api Cirebon-Kroya

4.2.1.2 Kondisi dan Parameter Tanah

Berdasarkan hasil penyelidikan tanah yang dilakukan pada lokasi proyek, pondasi akan dibangun pada tanah yang memiliki tiga macam lapisan tanah. Secara umum lapisan tanah terbentuk dari lempung dan pasir, dimana lapisan pasir tersebut mulai ditemukan pada kedalaman 6 meter dari permukaan tanah. Berikut adalah kondisi tanah yang didapatkan dari hasil pengujian di lapangan.

(3)

Gambar 4-2 Kondisi Lapisan Tanah dan Hasil Pengujian di Lapangan

(4)

Gambar 4-3 Hasil Pengujian N-SPT terhadap Pier 1 (P-1)

Sumber: Proyek Jembatan Kereta Api Cirebon-Kroya

Untuk mendapatkan nilai-nilai parameter tanah untuk perencanaan desain pondasi, maka dilakukan pendekatan korelasi melalui tabel dan grafik dengan nilai N-SPT sebagai acuan utama dalam penentuan parameter tanah.

Tabel 4-1 Parameter Tanah

Korelasi N-SPT Tipe Tanah Kedalaman N-SPT γ

(kN/m3) ø (derajat) c (kN/m2) Es (kN/m2) Stiff Clay 0.00 - 3.00 25 18.85 - 150 17250 Stiff Clay with

Free Water 3.00 - 4.00 25 8.85 - 150 17250 Stiff Clay with

Free Water 4.00 - 6.00 34 10.42 - 204 17250 Sand 6.00 - 25.00 60 10.42 45 - 44850

(5)

4.2.2 Beban Struktur

Pondasi yang akan dibangun berfungsi untuk mendistribusikan beban struktur dan beban lain diatasnya ke tanah. Tabel 4-2 memperlihatkan beban-beban yang dialami oleh pondasi Pier-1.

Tabel 4-2 Pembebanan Akibat Struktur

Vlong Vtrans Pver Mlong Mtrans Mver

COORD Y+ Z+ X+ MY+ MZ+ MX+ SLS 1 652.09 183.60 22221.40 2775.04 8318.46 6.30 SLS 2 296.41 131.62 18664.53 1993.80 7062.53 -14.49 SLS 3 -355.69 140.28 19257.34 2125.35 -10228.98 23.63 SLS 4 456.47 262.28 22221.40 3964.34 5380.73 9.00 SLS 5 3119.11 1609.11 15700.47 -23256.91 44289.18 93.52 SLS 6 935.73 5363.70 15700.47 -77523.02 12732.19 124.60

Sumber: Proyek Jembatan Kereta Api Cirebon-Kroya

Dalam perhitungan daya dukung pondasi, data yang digunakan hanya data SLS 1 (beban layan) dan SLS 5 (beban gempa).

Tabel 4-3 Beban Layan dan Beban Gempa

Vlong Vtrans Pver Mtrans Mlong Mver

Layan 652.09 183.60 22221.40 8318.46 2775.04 6.30

Gempa 3119.11 1609.11 15700.47 44289.18 -23256.91 93.52

4.2.2.1 Pendistribusian Beban Aksial pada Tiap Tiang

Beban aksial yang terjadi pada grup tiang akan didistribusikan secara merata. Distribusi beban pada grup akibat beban aksial dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

(6)

Gambar 4-4 Pendistribusian beban aksial pada grup tiang

Gambar 4-5 Distribusi beban aksial

Dengan baban aksial yang didistribusikan merata pada tiap tiang maka beban aksial yang diterima satu tiang adalah

(

)

n m P n m P Vp × = = / Keterangan,

m = jumlah baris tiang grup, n = jumlah kolom tiang grup

Distribusi Beban Layan

kN n m P Vp 1111 5 4 40 . 22221 = × = × =

Distribusi Beban Gempa

kN n m P Vp 785 5 4 47 . 15700 = × = × =

(7)

4.2.3 Desain Awal Pondasi Bored Pile dalam Grup

Untuk desain awal, pier disusun berupa grup tiang dengan konfigurasi 4 x 5 buah, jarak masing-masing tiang adalah 2.25 meter, dan total tiang yang ditancapkan sebanyak 20 buah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4-6.

Gambar 4-6 Konfigurasi Grup Tiang Pier 1 (P-1)

Pada kasus ini, spesifikasi untuk jenis pondasi yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tipe Pile : Bored Pile (Beton)

Diameter Pile (Dp) : 0.90 m

Luas Penampang (Ap = πD2/4) : 0.6361 m2

Keliling (Pp = πD) : 2.83 m

Momen Inersia (Ixx = Iyy = πR4/4) : 0.0322 m4

(8)

4.2.4 Analisis Kapasitas Aksial Tiang Tunggal

4.2.4.1 Perhitungan Aksial dan Penurunan Tiang Tunggal (Manual) Perhitungan Kapasitas Aksial

Dalam analisis kapasitas aksial tiang, metoda yang digunakan adalah metoda API. Nilai kapasitas aksial yang didapat akan dibandingkan dengan beban terbesar yang terjadi pada tiang sesuai dengan analisis pembebanan yang telah dihitung pada sub-bab sebelumnya.

Qu = Qs + Qp

Keterangan,

Qu = Daya dukung aksial ultimate

Qs = Daya dukung skin friction

Qp = Daya dukung end bearing

Berikut adalah hasil perhitungan tahanan ujung dan tahanan friksi pondasi untuk setiap meter kedalaman:

Tipe Pile : Bored Pile (Beton)

Diameter Pile (Dp) : 0.90 m

Luas Penampang (Ap = πD2/4) : 0.64 m2

Keliling (Pp = πD) : 2.83 m

Momen Inersia (Ixx = Iyy = πR4/4) : 0.0322 m4

(9)

Tabel 4-4 Hasil Perhitungan Parameter Tanah (Manual)

Depth Soil N-SPT Cu End Bearing Qult

(m) Layer (free fall) (kN/m2) Local Cum. (kN) (kN)

0.0 1 25 150 0.55 0.000 0.000 858.833 858.833 1.0 1 25 150 0.55 233.263 233.263 858.833 1092.096 2.0 1 25 150 0.55 233.263 466.527 858.833 1325.359 3.0 1 25 150 0.55 233.263 699.790 858.833 1558.623 4.0 2 34 204 0.49 282.630 982.420 1168.013 2150.433 5.0 2 34 204 0.49 282.630 1265.050 1168.013 2433.063 6.0 3 60 204 0.49 339.292 1604.342 2544.690 4149.032 7.0 3 60 - - 339.292 1943.634 2544.690 4488.324 8.0 3 60 - - 339.292 2282.926 2544.690 4827.616 9.0 3 60 - - 339.292 2622.218 2544.690 5166.908 10.0 3 60 - - 339.292 2961.510 2544.690 5506.200 11.0 3 60 - - 339.292 3300.802 2544.690 5845.492 12.0 3 60 - - 339.292 3640.094 2544.690 6184.784 13.0 3 60 - - 339.292 3979.386 2544.690 6524.076 14.0 3 60 - - 339.292 4318.678 2544.690 6863.368 15.0 3 60 - - 339.292 4657.970 2544.690 7202.660 16.0 3 60 - - 339.292 4997.262 2544.690 7541.952 17.0 3 60 - - 339.292 5336.554 2544.690 7881.244 18.0 3 60 - - 339.292 5675.846 2544.690 8220.536 19.0 3 60 - - 339.292 6015.138 2544.690 8559.828 20.0 3 60 - - 339.292 6354.430 2544.690 8899.120 Skin Friction (kN) α

Kapasitas Daya Dukung Ultimate pada kedalaman 20 meter:

Qu = Qs + Qp = 6354.430 kN + 2544.690 = 8899.12 kN = 8899 kN

Dengan memperhitungkan faktor keamanan (SF) = 3, maka kapasitas daya dukung ijinnya menjadi:

= = = 3 8899 SF Q Q u

ijin 2966 kN untuk bored pile D = 0.90 meter dengan

kedalaman 20 meter.

Penurunan Tiang

Pada Principle of Fondation Engineering oleh Braja M. Das dituliskan bahwa penurunan tiang akibat beban yang bekerja akan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu;

s= s1 + s2 + s3

keterangan,

s = total penurunan pada tiang

s1 = penurunan elastik tiang

s2 = penurunan tiang akibat dari beban pada ujung tiang

(10)

Data untuk perhitungan settlement tiang bor tunggal:

D = 0.9 m ; Ap = 0.6361 m2 ; L = 20 m ; Ep= 21000 Mpa

Beban izin yang bekerja pada tiang bor tunggal adalah 2966 kN, dengan rincian sebagai berikut:

• Dari tahanan ujung, Qwp = 848 kN

• Dari tahanan friksi, Qws = 2118 kN

Distribusi unit tahanan friksi sepanjang tiang cenderung berbentuk segitiga, sehingga nilai ξ = 0.67 (Vesic, 1977)

Maka penurunan elastik tiangnya adalah,

(

)

(

(

)

)

00339 . 0 21000000 6361 . 0 20 2118 67 . 0 848 1 × = × + = + = p p ws wp E A L Q Q s

ξ

m = 3.4 mm

Analisis penurunan tiang akibat beban pada ujung tiang dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini (metoda Vesic),

03333 . 0 2544 9 . 0 09 . 0 848 . . 2 × = × = = p p wp q D C Q s m = 33.4 mm dengan,

qp = tahanan ujung ultimate tiang = 2544 kN

Cp = koefisien empirik tanah (dapat dilihat pada Tabel 2.6) = 0.09

Analisis penurunan tiang akibat beban pada sepanjang selimut tiang dihitung dengan persamaan berikut,

p s ws q L C Q s . . 3 = dengan s Cp D L C       + = 0.93 0.16 = 0.09 9 . 0 20 16 . 0 93 . 0      + = 0.152

(11)

0063 . 0 2544 20 152 . 0 2118 . . 3 = × × = = p s ws q L C Q s m = 6.3 mm

Dari hasil perhitungan di atas, akan diambil nilai penurunan dari masing-masing kategori. Sehingga hasil perhitungan dapat dirangkum sebagai berikut:

s = s1 + s2 + s3= 3.4 + 33.4 + 6.3 = 43.1 mm

4.2.4.2 Perhitungan Aksial dan Penurunan Tiang Tunggal (SHAFT)

Hasil yang diperoleh dari program SHAFT 4.0 untuk kapasitas aksial yang diijinkan dari tiang bor tunggal disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4-5 Hasil Perhitungan Daya Dukung Aksial (Program)

Kedalaman Total Skin Friction End Bearing Ultimate Capacity

(m) (kN) (kN) (kN)

20.0 4728 2437 7165

Kapasitas Daya Dukung Ijin : = = =

3 7165 SF Q Q u ijin 2388 kN

Analisa Data Keluaran SHAFT

Gambar 4-7 Grafik Kapasitas Aksial Ultimate terhadap Kedalaman

Dengan melakukan analisa pada grafik di atas, dapat terlihat bahwa kapasitas pondasi dipengaruhi dari daya dukung ujung dan daya dukung friksi tiang

(12)

tersebut. Perbedaan kemiringan pada grafik dikarenakan adanya beberapa lapisan yang memiliki perilaku yang berbeda-beda. Dan pada kondisi ini dapat terlihat bahwa tahanan friksi pondasi memberikan kontribusi yang lebih besar dalam mendukung beban yang diberikan struktur diatasnya.

Gambar 4-8 Grafik Beban Axial terhadap Penurunan Tanah

Tabel 4-6 Hasil Analisis Aksial Tiang Tunggal

Kondisi Qbeban (kN) Qijin (kN) Hasil ( Qbeban < Qizin) Layan 1111 2388 OK Gempa 785 2388 OK

4.2.5 Analisis Kapasitas Lateral Tiang Tunggal

4.2.5.1 Perhitungan Lateral Tiang Tunggal (LPILE)

Hasil yang diperoleh dari program LPILE 4.0 untuk kapasitas lateral yang diijinkan dari tiang bor tunggal disajikan dalam tabel dan grafik:

Tabel 4-7 Kapasitas Daya Dukung Lateral (Program)

Kedalaman Kapasitas Lateral Momen Maksimum Pergeseran Maksimum

(m) (kN) (kN.m) (mm)

(13)

Analisa Data Keluaran LPILE

Dari hasil diatas dapat terlihat bahwa pergeseran maksimum yang diiziinkan terjadi adalah 6.0 mm. Dengan membatasi pergeseran maksimum ini, maka kapasitas lateral dan momen maksimum yang dapat diterima dapat diperhitungkan.

Gambar 4-9 Grafik Defleksi Lateral terhadap Kedalaman

(14)

Gambar 4-11 Grafik Kapasitas Lateral terhadap Kedalaman

Gambar 4-12 Grafik Defleksi terhadap Lateral

Dengan menganalisis grafik-grafik di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Gambar 4-9 menunjukkan bahwa pergeseran maksimum yang terjadi bervariasi bergantung pada beban yang akan bekerja. Namun secara keseluruhan, pondasi sudah tidak mengalami pergeseran yang berarti pada kedalaman sekitar 15 meter.

Gambar 4-10 menunjukkan bahwa tidak diizinkan momen terjadi pada bagian atas pondasi. Akibatnya pada kedalaman antara 1 hingga 3 meter, momen maksimum

(15)

terjadi pada pile dan kembali tidak mengalami momen pada kedalaman 13 meter dari permukaan tanah.

Gambar 4-11 memberikan penjelasan bahwa kapasitas lateral yang dapat dipikul pondasi terletak pada kedalaman 0 meter dari permukaan tanah, dan berangsur-angsur menurun hingga pada akhirnya gaya lateral mencapai nilai minimum dimulai pada kedalaman 15 meter.

4.2.6 Analisis Kapasitas Tiang Grup

Dalam menentukan kapasitas aksial grup tiang, diperlukan sebuah analisis dari jarak antar tiang dalam grup tersebut. Saat tiang-tiang pada grup tiang ditempatkan terlalu dekat antara satu dengan yang lainnya, maka yang terjadi ialah berkurangny a kapasitas aksial dari tiang-tiang tunggal tesebut. Oleh karena itu, telah ditetapkan bahwa spasi minimum antara tiang, yakni sebesar 2.5D. Untuk mengetahui kapasitas aksial grup tiang maka terlebih dahulu akan dihitung efisiensi dari grup tiang tersebut (efisiensi dihitung berdasarkan metode

converse-labarre) untuk semua jenis tanah:

(

)

(

)

θ

η

     − + − − = 2 1 1 2 2 1 90 1 1 1 n n n n n n Dimana;

n1 = jumlah tiang pada baris 1

n2 = jumlah tiang pada baris 2

θ = tan-1 (diameter tiang/spasi tiang) Jadi, efisiensi grup tiangnya ialah:

(

) (

)

624 . 0 801 . 21 4 5 90 5 1 4 4 1 5 1 =      − + − − = x x

η

% 4 . 62 =

η

(16)

u ug n x xQ Q =

η

(

4x5

)

x0.624 x4230.2 Qug = = ug Q 52792 kN

4.2.6.1 Perhitungan Aksial dan Penurunan Tiang Grup (Manual)

Untuk menghitung daya dukung grup tiang ada dua faktor utama yang harus diketahui lebih dahulu, yaitu daya dukung pondasi untuk setiap tiangnya dan konfigurasi dari grup tiang itu sendiri.

Dengan menggunakan kekuatan daya dukung tiang pada perhitungan sebelumnya dan konfigurasi 4 x 5 buah tiang, maka dapat dihitung kekuatan grup tiang tersebut.

Konfigurasi bored pile dalam bentuk group diperlihatkan pada gambar 4-13, dengan jumlah total 20 tiang. Masing-masing tiang dalam group tersebut, dengan kedalaman tiang 20 meter, akan menerima beban sebesar:

1111 20 40 . 22221 = = = tiang w n Q P kN < Qijin = 2730 kN

(17)

Jumlah tiang bor = n1x n2 = 5 x 4, dengan spacing, d = 2.25 m

Dimensi grup tiang sebagai sebuah blok, Lg x Bg x L:

Lg = (n1 – 1)d + 2(D/2) = (5-1)2.25 + 2(0.9/2) = 9.9 m

Bg = (n2 – 1)d + 2(D/2) = (4-1)2.25 + 2(0.9/2) = 7.65 m

L = 20 m

Perhitungan efisiensi tiang menggunakan persamaan Converse-Laberre:

            − + − − = − d D n n n n n n 1 2 1 1 2 2 1 tan 90 ) 1 ( ) 1 ( 1

η

% 45 . 62 6245 . 0 25 . 2 9 . 0 tan 4 5 90 5 ) 1 4 ( 4 ) 1 5 ( 1 1 = =           × × − + − − = −

η

Sehingga kapasitas daya dukung ultimate dari grup tiang tersebut adalah:

= × × = = 0.6245 (20 8899.120) 111150 ) (u u g Q Q

η

kN

Dan kapasitas daya dukung ijin grup tiang bor (SF = 3):

37050 3 111150 ) ( ) ( = = = SF Q Qg ijin g u kN > Qw = 22221.40 kN

Elastic Settlement Untuk Tiang Grup

D = 0.9 m ; d = 2.25 m Lebar potongan grup tiang:

Bg = (n2 – 1)d + 2(D/2) = (4-1)2.25 + 2(0.9/2) = 7.65 m

Penurunan grup tiang bor yang terjadi: 0140 . 0 43010 9 . 0 65 . 7 . ) ( = = × = s D B sg e g m = 14.00 mm

(18)

4.2.6.2 Analisis Menggunakan Program Group 5.0 Analisa Data Keluaran GROUP 5.0

Berikut adalah desain dari pondasi group pile:

Gambar 4-14 Desain Grup Tiang

Dengan melakukan perhitungan pada program, maka hasil perhitungan dapat terlihat pada grafik di bawah ini.

Kombinasi Beban Layan

(19)

Gambar 4-16 Momen pada Tiang akibat Kombinasi Beban Layan

(20)

Gambar 4-18 Kurva Axial Load vs Displacement Akibat Beban Layan

Kombinasi Beban Gempa

(21)

Gambar 4-20 Momen pada Tiang akibat Kombinasi Beban Gempa

(22)

Gambar 4-22 Kurva Axial Load vs Displacement Akibat Beban Gempa 4.2.6.3 Analisis Menggunakan Plaxis 3D Tunnel

Berikut ini adalah hasil dari keluaran dari progra PLAXIS yang menunjukkan reaksi tanah dan tiang akibat beban servis yang diberikan. Hasil berupa penurunan, defleksi, gaya-gaya dalam tiang disajikan dalam gambar-gambar di bawah ini:

BEBAN LAYAN

(23)

Gambar 4-24 Total Displacement Tanah Beban Layan

(24)

Gambar 4-26 Vertical Displacement Tanah Beban Layan

(25)
(26)

BEBAN GEMPA

Gambar 4-30 Extreme Total Displacement Tanah Beban Gempa

(27)
(28)

Gambar 4-34 Axial Forces Tanah Beban Gempa

(29)

Gambar 4-36 Bending Moments Tanah Beban Gempa 4.2.7 Rekapitulasi Hasil Analisis Group dan Plaxis untuk Pier

Telah dibahas pada bahasan sebelumnya bahwa Group dan Plaxis memiliki metode perhitungan yang berbeda satu sama lain. Berikut adalah hasil analisa yang dikeluarkan oleh Program GROUP 5.0 dan PLAXIS 3D Tunnel :

(30)

Tabel 4-8 Perbandingan Hasil GROUP dan PLAXIS (Layan)

Axial Shear Moment Defleksi Settlement Axial Shear Moment Defleksi Settlement

(kN) (kN) (kNm) (mm) (mm) (kN) (kN) (kNm) (mm) (mm) 1 891.000 32.600 22.500 0.000037 0.000605 1410.000 50.980 -20.770 2.920 12.520 2 891.000 32.600 22.500 0.000037 0.000605 890.310 -36.290 -25.910 2.920 12.520 3 891.000 32.600 22.500 0.000037 0.000605 776.010 -38.520 -26.080 2.920 12.520 4 891.000 32.600 22.500 0.000037 0.000605 925.160 -43.510 -25.390 2.920 12.520 5 891.000 32.600 22.500 0.000037 0.000605 1360.000 82.390 -18.190 2.920 12.520 6 1040.000 32.600 22.500 0.000037 0.000708 1010.000 39.660 -28.180 2.920 13.320 7 1040.000 32.600 22.500 0.000037 0.000708 601.790 -26.100 -24.430 2.920 13.320 8 1040.000 32.600 22.500 0.000037 0.000708 441.840 -62.160 -22.320 2.920 13.320 9 1040.000 32.600 22.500 0.000037 0.000708 503.760 -28.820 -25.850 2.920 13.320 10 1040.000 32.600 22.500 0.000037 0.000708 1070.000 68.030 -29.920 2.920 13.320 11 1190.000 32.600 22.500 0.000037 0.000811 1120.000 -37.460 -39.710 2.920 13.990 12 1190.000 32.600 22.500 0.000037 0.000811 583.480 -31.150 -38.220 2.920 13.990 13 1190.000 32.600 22.500 0.000037 0.000811 438.360 -47.120 -40.370 2.920 13.990 14 1190.000 32.600 22.500 0.000037 0.000811 542.140 -32.710 -37.450 2.920 13.990 15 1190.000 32.600 22.500 0.000037 0.000811 1130.000 67.180 -37.360 2.920 13.990 16 1320.000 32.600 22.500 0.000037 0.000914 1810.000 70.270 -46.140 2.920 14.540 17 1320.000 32.600 22.500 0.000037 0.000914 1320.000 -49.260 -48.740 2.920 14.540 18 1320.000 32.600 22.500 0.000037 0.000914 1160.000 -52.850 -50.670 2.920 14.540 19 1320.000 32.600 22.500 0.000037 0.000914 1210.000 -58.730 -47.380 2.920 14.540 20 1320.000 32.600 22.500 0.000037 0.000914 1840.000 114.380 -47.270 2.920 14.540 Σ 22205.000 20142.850 Tiang GROUP PLAXIS

Tabel 4-9 Perbandingan Hasil GROUP dan PLAXIS (Gempa)

Axial Shear Moment Defleksi Settlement Axial Shear Moment Defleksi Settlement

(kN) (kN) (kNm) (mm) (mm) (kN) (kN) (kNm) (mm) (mm) 1 -426.000 156.000 85.900 0.000479 -0.000323 190.800 94.210 -137.670 10.480 6.160 2 -426.000 156.000 85.900 0.000479 -0.000323 161.780 61.350 -120.580 10.480 6.160 3 -426.000 156.000 85.900 0.000479 -0.000323 152.300 53.600 -115.830 10.480 6.160 4 -426.000 156.000 85.900 0.000479 -0.000323 156.920 55.230 -122.340 10.480 6.160 5 -426.000 156.000 85.900 0.000479 -0.000323 175.550 55.430 -142.070 10.480 6.160 6 377.000 156.000 85.900 0.000479 0.000256 531.280 51.530 -138.330 10.490 8.890 7 377.000 156.000 85.900 0.000479 0.000256 273.260 55.970 -122.020 10.490 8.890 8 377.000 156.000 85.900 0.000479 0.000256 237.110 56.080 -118.450 10.490 8.890 9 377.000 156.000 85.900 0.000479 0.000256 254.040 61.300 -123.530 10.490 8.890 10 377.000 156.000 85.900 0.000479 0.000256 556.510 90.860 -143.490 10.490 8.890 11 1220.000 156.000 85.900 0.000479 0.000834 1030.000 70.860 -148.670 10.480 11.670 12 1220.000 156.000 85.900 0.000479 0.000834 521.680 48.850 -130.540 10.480 11.670 13 1220.000 156.000 85.900 0.000479 0.000834 434.700 49.420 -129.580 10.480 11.670 14 1220.000 156.000 85.900 0.000479 0.000834 527.340 44.560 -130.430 10.480 11.670 15 1220.000 156.000 85.900 0.000479 0.000834 1050.000 38.680 -146.700 10.480 11.670 16 1970.000 156.000 85.900 0.000479 0.001410 2310.000 -152.220 -157.120 10.480 14.380 17 1970.000 156.000 85.900 0.000479 0.001410 1610.000 66.950 -124.760 10.480 14.380 18 1970.000 156.000 85.900 0.000479 0.001410 1550.000 61.530 -116.320 10.480 14.380 19 1970.000 156.000 85.900 0.000479 0.001410 1680.000 58.720 -122.830 10.480 14.380 20 1970.000 156.000 85.900 0.000479 0.001410 2160.000 87.580 -150.200 10.480 14.380 Σ 15705.000 15563.270 Tiang GROUP PLAXIS

(31)

4.3 Analisis Stabilitas Pondasi Bored Pile pada Abutment 4.3.1 Data Lapangan

4.3.1.1 Lokasi Tinjauan

Analisis perhitungan pada bab ini mengambil titik lokasi dimana Abutment-1 (ABT-1) ditempatkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4-38 Lokasi penempatan Abutment 1 (ABT-1)

Sumber: Proyek Jembatan Kereta Api Cirebon-Kroya

4.3.1.2 Kondisi dan Parameter Tanah

Dalam menentukan parameter tanah dapat digunakan beberapa referensi dalam bentuk tabel, grafik, maupun persamaan korelasi yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Berikut adalah kondisi tanah dari hasil pengujian di lapangan.

Gambar 4-39 Hasil Pengujian terhadap Abutment 1 (ABT-1)

(32)

Dengan melakukan korelasi dari nilai N-SPT yang didapat, maka akan diperoleh nilai-nilai parameter tanah.

Tabel 4-10 Parameter Tanah

ø c

(derajat) (kN/m2

)

Clay 0.00 - 9.00 19 18.85 - 114

Clay with Free Water 9.00 - 17.00 54 10.42 - 324 Completely Weathered Breccia 17.00 - 25.00 60 10.42 - 360

Tipe Tanah Kedalaman N-SPT γ (kN/m3)

Korelasi N-SPT

Sumber: Proyek Jembatan Kereta Api Cirebon-Kroya

4.3.2 Beban Struktur

Adapun hasil perhitungan pembebanan akibat struktur atas yang terjadi pada pondasi ABT-1:

Tabel 4-11 Pembebanan akibat Struktur

Vlong Vtrans Pver Mtrans Mlong Mver

SLS 1 1143.51 0.00 8481.23 3146.12 0.00 0.00

SLS 2 2748.04 599.20 5517.17 7467.86 1545.65 0.00

4.3.2.1 Pendistribusian Beban Aksial pada Tiap Tiang

Beban aksial yang terjadi pada grup tiang akan didistribusikan secara merata. Distribusi beban pada grup akibat beban aksial dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

(33)

Gambar 4-41 Distribusi beban aksial

Dengan baban aksial yang didistribusikan merata pada tiap tiang maka beban aksial yang diterima satu tiang adalah

(

)

n m P n m P Vp × = = / Keterangan,

m = jumlah baris tiang grup, n = jumlah kolom tiang grup

Distribusi Beban Layan

kN n m P Vp 1414 3 2 23 . 8481 = × = × =

Distribusi Beban Gempa

kN n m P Vp 920 3 2 17 . 5517 = × = × =

4.3.3 Desain Awal Pondasi Bored Pile dalam Grup

Untuk desain awal, pier disusun berupa grup tiang dengan konfigurasi 2 x 3 buah, dengan spacing, d = 2.25 m untuk arah memendek dan d = 3.6 m untuk arah memanjang, dan total tiang yang ditancapkan sebanyak 6 buah.

(34)

Gambar 4-42 Konfigurasi Grup Tiang Abutment 1 (ABT-1)

Pada kasus ini, spesifikasi untuk jenis pondasi yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tipe Pile : Bored Pile (Beton)

Diameter Pile (Dp) : 0.90 m

Luas Penampang (Ap = πD2/4) : 0.64 m2

Keliling (Pp = πD) : 2.83 m

Momen Inersia (Ixx = Iyy = πR4/4) : 0.0322 m4

Modulus Elastisitas (Ec) : 2.1 x 107 kN/m2

4.3.4 Analisis Kapasitas Aksial Tiang Tunggal

4.3.4.1 Perhitungan Aksial dan Penurunan Tiang Tunggal (Manual) Perhitungan Kapasitas Aksial

Dalam analisis kapasitas aksial tiang, metoda yang digunakan adalah metoda API. Nilai kapasitas aksial yang didapat akan dibandingkan dengan beban terbesar yang terjadi pada tiang sesuai dengan analisis pembebanan yang telah dihitung pada sub-bab sebelumnya.

(35)

Qu = Qs + Qp

Keterangan,

Qu = Daya dukung aksial ultimate

Qs = Daya dukung skin friction

Qp = Daya dukung end bearing

Berikut adalah hasil perhitungan tahanan ujung dan tahanan friksi pondasi untuk setiap meter kedalaman:

Tipe Pile : Bored Pile (Beton)

Diameter Pile (Dp) : 0.90 m

Luas Penampang (Ap = πD2/4) : 0.64 m2

Keliling (Pp = πD) : 2.83 m

Momen Inersia (Ixx = Iyy = πR4/4) : 0.0322 m4

Modulus Elastisitas (Ec) : 2.1 x 107 kN/m2

Tabel 4-12 Hasil Perhitungan Daya Dukung Aksial (Manual)

Depth Soil N-SPT Cu End Bearing Qult Qall (kN)

(m) Layer (free fall) (kN/m2) Local Cum. (kN) (kN) SF = 3

0.0 1 19 114 0.55 0.000 0.000 652.713 652.713 217.571 1.0 1 19 114 0.55 177.280 177.280 652.713 829.993 276.664 2.0 1 19 114 0.55 177.280 354.560 652.713 1007.273 335.758 3.0 1 19 114 0.55 177.280 531.840 652.713 1184.553 394.851 4.0 1 19 114 0.55 177.280 709.120 652.713 1361.833 453.944 5.0 1 19 114 0.49 157.940 867.061 652.713 1519.774 506.591 6.0 1 19 114 0.55 177.280 1044.341 652.713 1697.054 565.685 7.0 1 19 114 0.55 177.280 1221.621 652.713 1874.334 624.778 8.0 1 19 114 0.55 177.280 1398.901 652.713 2051.614 683.871 9.0 1 19 114 0.55 177.280 1576.181 652.713 2228.894 742.965 10.0 2 54 324 0.42 384.757 1960.938 1855.079 3816.017 1272.006 11.0 2 54 324 0.42 384.757 2345.695 1855.079 4200.774 1400.258 12.0 2 54 324 0.42 384.757 2730.452 1855.079 4585.531 1528.510 13.0 2 54 324 0.42 384.757 3115.210 1855.079 4970.289 1656.763 14.0 2 54 324 0.42 384.757 3499.967 1855.079 5355.046 1785.015 15.0 2 54 324 0.42 384.757 3884.724 1855.079 5739.803 1913.268 16.0 2 54 324 0.42 384.757 4269.481 1855.079 6124.560 2041.520 17.0 2 54 324 0.42 384.757 4654.238 1855.079 6509.317 2169.772 18.0 3 60 360 0.42 427.508 5081.746 2061.199 7142.945 2380.982 19.0 3 60 360 0.42 427.508 5509.254 2061.199 7570.453 2523.484 20.0 3 60 360 0.42 427.508 5936.762 2061.199 7997.961 2665.987 α Skin Friction (kN)

(36)

Bila besar Qall dibandingkan dengan hasil analisis pembebanan aksial pada tiang

yang telah dilakukan dalam subbab sebelumnya, maka beban aksial terbesar yang

akan diterima oleh tiang = 1414

6 23 . 8481 = kN < Qall = 2665 kN Penurunan Tiang

Pada Principle of Fondation Engineering oleh Braja M. Das dituliskan bahwa penurunan tiang akibat beban yang bekerja akan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu;

s= s1 + s2 + s3

keterangan,

s = total penurunan pada tiang

s1 = penurunan elastik tiang

s2 = penurunan tiang akibat dari beban pada ujung tiang

s3 = penurunan tiang akibat dari beban sepanjang selimut tiang

Data untuk perhitungan settlement tiang bor tunggal:

D = 0.9 m ; Ap = 0.6361 m2 ; L = 20 m ; Ep= 21000 Mpa

Beban izin yang bekerja pada tiang bor tunggal adalah 2665 kN, dengan rincian sebagai berikut:

• Dari tahanan ujung, Qwp = 687 kN

• Dari tahanan friksi, Qws = 1978 kN

Distribusi unit tahanan friksi sepanjang tiang cenderung berbentuk segitiga, sehingga nilai ξ = 0.67 (Vesic, 1977)

Maka penurunan elastik tiangnya adalah,

(

)

(

(

)

)

00301 . 0 21000000 6361 . 0 20 1978 67 . 0 687 1 × = × + = + = p p ws wp E A L Q Q s

ξ

m = 3 mm

Analisis penurunan tiang akibat beban pada ujung tiang dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini (metoda Vesic),

0111 . 0 2061 9 . 0 03 . 0 687 . . 2 × = × = = p p wp q D C Q s m = 11.1 mm

(37)

dengan,

qp = tahanan ujung ultimate tiang = 2061 kN

Cp = koefisien empirik tanah (dapat dilihat pada Tabel 2.6) = 0.03

Analisis penurunan tiang akibat beban pada sepanjang selimut tiang dihitung dengan persamaan berikut,

p s ws q L C Q s . . 3 = dengan s Cp D L C      + = 0.93 0.16 = 0.03 9 . 0 20 16 . 0 93 . 0       + = 0.051

Maka perhitungan penurunan tiangnya adalah,

00245 . 0 2061 20 051 . 0 1978 . . 3 × = × = = p s ws q L C Q s m = 2.5 mm

Dari hasil perhitungan di atas, akan diambil nilai penurunan dari masing-masing kategori. Sehingga hasil perhitungan dapat dirangkum sebagai berikut:

s = s1 + s2 + s3= 3.0 + 11.1 + 2.5 = 16.6 mm

4.3.4.2 Perhitungan Aksial dan Penurunan Tiang Tunggal (SHAFT)

Hasil yang diperoleh dari program SHAFT 4.0 untuk kapasitas aksial yang diijinkan dari tiang bor tunggal disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4-13 Hasil Perhitungan Daya Dukung Aksial (Program) Kedalaman Total Skin Friction End Bearing Ultimate Capacity

(m) (kN) (kN) (kN)

20.0 5974 1832 7806

Kapasitas Daya Dukung Ijin : = = =

3 7806 SF Q Q u ijin 2602 kN

(38)

Analisa Data Keluaran SHAFT

Gambar 4-43 Grafik Kapasitas Aksial Ultimate terhadap Kedalaman

Dengan mengamati Gambar 4-43, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pada pondasi dalam ini tahanan ujung dan tahanan friksi memberikan peran dalam meningkatkan daya dukung pondasi bored pile tersebut. Untuk total gaya aksial terhadap tingkat settlement, dapat dilihat pada gambar berikut:

(39)

Tabel 4-14 Hasil Analisis Aksial Tiang Tunggal Kondisi Qbeban (kN) Qijin (kN) Hasil ( Qbeban < Qizin) Layan 1414 2602 OK Gempa 920 2602 OK

4.3.5 Analisis Kapasitas Lateral Tiang Tunggal

4.3.5.1 Perhitungan Lateral Tiang Tunggal (LPILE)

Hasil yang diperoleh dari program LPILE 4.0 untuk kapasitas lateral yang diijinkan dari tiang bor tunggal disajikan dalam tabel dan grafik:

Tabel 4-15 Kapasitas Daya Dukung Lateral (Program)

Kedalaman Kapasitas Lateral Momen Maksimum Pergeseran Maksimum

(m) (kN) (kN.m) (mm)

20.0 698 -1153 6.0

(40)

Gambar 4-46 Grafik Momen terhadap Kedalaman

(41)

Gambar 4-48 Grafik Defleksi terhadap Lateral 4.3.6 Analisis Kapasitas Tiang Grup

4.3.6.1 Perhitungan Aksial dan Penurunan Tiang Grup (Manual)

Untuk menghitung daya dukung grup tiang ada dua faktor utama yang harus diketahui lebih dahulu, yaitu daya dukung pondasi untuk setiap tiangnya dan konfigurasi dari grup tiang itu sendiri.

Dengan menggunakan kekuatan daya dukung tiang pada perhitungan sebelumnya dan konfigurasi 2 x 3 buah tiang, maka dapat dihitung kekuatan grup tiang tersebut.

Konfigurasi bored pile dalam bentuk group diperlihatkan pada gambar berikut ini, dengan jumlah total 6 tiang. Masing-masing tiang dalam group tersebut, dengan kedalaman tiang 20 meter, akan menerima beban sebesar:

1414 6 23 . 8481 = = = tiang n Q P w kN < Q ijin = 2665 kN

(42)

Gambar 4-49 Konfigurasi Tiang Grup Bored Pile Abutment-1

Jumlah tiang bor dalam grup = n1x n2 = 3 x 2, dengan spacing, d = 2.25 m untuk

arah memendek dan d = 3.6 m untuk arah memanjang

Dimensi grup tiang sebagai sebuah blok, Lg x Bg x L: Lg = (n1 – 1)d + 2(D/2) = (3-1)3.6 + 2(0.9/2) = 8.1 m Bg = (n2 – 1)d + 2(D/2) = (2-1)2.25 + 2(0.9/2) = 3.15 m L = 20 m

Perhitungan efisiensi tiang menggunakan persamaan Converse-Laberre:

            − + − − = − d D n n n n n n 1 2 1 1 2 2 1 tan 90 ) 1 ( ) 1 ( 1

η

% 74 . 71 7174 . 0 25 . 2 9 . 0 tan 2 3 90 3 ) 1 2 ( 2 ) 1 3 ( 1 1 = =           × × − + − − = −

η

Sehingga kapasitas daya dukung ultimate dari grup tiang tersebut adalah:

= × × = = 0.7174 (6 7997.96) 34426 ) (u u g Q Q

η

kN

Dan kapasitas daya dukung ijin grup tiang bor (SF = 3) 11475 3 42 . 34426 ) ( ) ( = = = SF Q Qg ijin g u kN > Qw = 8481.23 kN

Elastic Settlement Untuk Tiang Grup

(43)

Lebar potongan grup tiang:

Bg = (n2 – 1)d + 2(D/2) = (2-1)2.25 + 2(0.9/2) = 3.15 m

Penurunan grup tiang bor yang terjadi: 01452 . 0 16600 9 . 0 15 . 3 . ) ( = × = = s D B sg e g m = 14.5 mm

4.3.6.2 Analisis Menggunakan Program Group 5.0 Permodelan

Berikut ini adalah permodelan pondasi pada Jembatan Kereta Api Cirebon-Kroya dengan cara memasukkan koordinat tiap-tiap tiang pada analisis mode 3 dimensi. Gambar-gambar berikutnya akan memperlihatkan tampak atas, tampak samping dan tampilan dalam bentuk 3 dimensi.

(44)

Gambar 4-51 Tampak Samping Permodelan Grup Tiang - Group 5.0

(45)

Hasil Analisis Grup Kombinasi Beban Layan

Gambar 4-53 Defleksi pada Tiang Akibat Kombinasi Beban Layan

(46)

Gambar 4-55 Shear pada Tiang Akibat Kombinasi Beban Layan

(47)

Kombinasi Beban Gempa

Gambar 4-57 Defleksi pada Tiang Akibat Kombinasi Beban Gempa

(48)

Gambar 4-59Shear pada Tiang Akibat Kombinasi Beban Gempa

(49)

4.3.6.3 Analisis Menggunakan Plaxis 3D Tunnel

Hasil berupa penurunan, defleksi, gaya-gaya dalam tiang disajikan dalam gambar-gambar di bawah ini:

Beban Layan

(50)

Gambar 4-62 Total Displacement Tanah Beban Layan

(51)

Gambar 4-64 Vertical Displacement Tanah Beban Layan

(52)

Gambar 4-66 Shear Forces Tanah Beban Layan

Gambar 4-67 Bending Moments Tanah Beban Layan Beban Gempa

(53)

Gambar 4-68 Extreme Total Displacement Tanah Beban Gempa

Gambar 4-69 Total Displacement Tanah Beban Gempa

(54)

Gambar 4-71 Vertical Displacement Tanah Beban Gempa

(55)
(56)

4.3.7 Rekapitulasi Hasil Analisis Group dan Plaxis untuk Abutment

Telah dibahas pada bahasan sebelumnya bahwa Group dan Plaxis memiliki metode perhitungan yang berbeda satu sama lain. Berikut adalah hasil analisa yang dikeluarkan oleh Program GROUP 5.0 dan PLAXIS 3D Tunnel :

Gambar 4-75 Bending Moments Tanah Beban Layan

Tabel 4-16 Perbandingan Hasil GROUP dan PLAXIS (Layan)

Axial Shear Moment Defleksi Settlement Axial Shear Moment Defleksi Settlement

(kN) (kN) (kNm) (mm) (mm) (kN) (kN) (kNm) (mm) (mm) 1 864.00 191.00 117.00 0.92 0.62 1340.00 67.80 -57.27 2.50 8.27 2 864.00 191.00 117.00 0.92 0.62 1290.00 70.70 -47.74 2.50 8.27 3 864.00 191.00 117.00 0.92 0.62 1530.00 81.47 -55.27 2.50 8.27 4 1960.00 190.00 117.00 0.92 1.44 1440.00 67.21 -44.72 2.50 8.92 5 1960.00 190.00 117.00 0.92 1.44 1370.00 65.93 -45.73 2.50 8.92 6 1960.00 190.00 117.00 0.92 1.44 1610.00 93.92 -41.81 2.50 8.92 Σ 8472.00 8580.00 Tiang GROUP PLAXIS

Tabel 4-17 Perbandingan Hasil GROUP dan PLAXIS (Gempa)

Axial Shear Moment Defleksi Settlement Axial Shear Moment Defleksi Settlement

(kN) (kN) (kNm) (mm) (mm) (kN) (kN) (kNm) (mm) (mm) 1 -588.00 459.00 -454.00 4.48 -0.42 1030.00 146.47 139.79 5.11 6.30 2 -588.00 459.00 -454.00 4.48 -0.42 951.91 105.20 106.73 5.11 6.30 3 -588.00 459.00 -454.00 4.48 -0.42 1090.00 97.40 127.16 5.11 6.30 4 2430.00 457.00 -456.00 4.48 1.82 1160.00 96.82 95.36 5.11 7.11 5 2430.00 457.00 -456.00 4.48 1.82 1100.00 85.90 80.21 5.11 7.11 6 2430.00 457.00 -456.00 4.48 1.82 1300.00 87.08 84.18 5.11 7.11 Σ 5526.00 6631.91 Tiang GROUP PLAXIS 1 3 6 4 5 2

(57)

4.4 Analisis Hasil GROUP dan PLAXIS untuk Pier dan Abutment

Dari perhitungan-perhitungan di atas, hasil yang perlu dibandingkan adalah nilai kapasitas aksial, lateral, momen, defleksi, dan penurunan tiang dengan nilai reaksi masing-masing tiang yang didapat dari program GROUP dan PLAXIS.

Analisis Kapasitas Aksial

Untuk kapasitas aksial masing-masing tiang, hasil rangkumannya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4-18 Rangkuman Hasil Perhitungan Kapasitas Aksial

KAPASITAS IZIN

TUNGGAL REAKSI ULTIMATE

PONDASI

SHAFT GROUP PLAXIS

PIER 2388 1970 2310

AKSIAL

(kN) ABT 2602 2430 1610

Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai kapasitas aksial masing-masing tiang lebih besar dibandingkan dengan nilai reaksi yang dihitung dengan bantuan program GROUP dan PLAXIS. Artinya, setiap tiang dalam konfigurasi kelompok tiang pada PIER (4x5) dan ABUTMENT (2x3) masih mampu memikul beban aksial yang terjadi.

Apabila melihat hasil reaksi yang dikeluarkan dari program GROUP dan PLAXIS, maka akan terlihat perbedaan nilai yan cukup signifikan. Perbedaan pada pondasi di PIER dapat dilihat pada Tabel 4-8 dan Tabel 4-9, sedangkan pada pondasi di ABUTMENT dapat dilihat pada Tabel 4-16 dan Tabel 4-17. Perbedaan ini dapat terjadi akibat perbedaan pendekatan dari kedua software. Pada GROUP,

pile cap diasumsikan memiliki kekakuan sempurna sehingga beban yang diterima pada pile cap disebarkan secara merata ke seluruh tiang. Pada kasus ini, perbedaan pendistribusian dikarenakan adanya beban momen dari struktur yang bekerja. Sedangkan di sisi lain, PLAXIS memperhitungan kekakuan pile cap

(58)

Analisis Kapasitas Lateral dan Momen

Untuk kapasitas lateral dan momen masing-masing tiang, hasil rangkumannya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4-19 Rangkuman Hasil Perhitungan Kapasitas Leteral dan Momen

KAPASITAS

TUNGGAL REAKSI ULTIMATE

PONDASI

LPILE GROUP PLAXIS

PIER 905 156 152 LATERAL (kN) ABT 698 459 146 PIER -1410 86 157 MOMEN (kNm) ABT -1153 -456 140

Kapasitas lateral dan momen didapatkan dengan memberi batasan pada defleksi tiang maksimum sebesar 6 mm. Dari Tabel 4-19 terlihat bahwa nilai kapasitas lateral dan momen masing-masing tiang lebih besar dibandingkan dengan nilai reaksi yang dihitung dengan bantuan program GROUP dan PLAXIS. Artinya konfigurasi grup pile pada PIER (4x5) dan ABUTMENT (2x3) mampu memikul beban lateral dan momen yang terjadi.

Output dari program GROUP dan PLAXIS pun memiliki perbedaan. Pada PIER, nilai lateral yang dihasilkan oleh GROUP lebih kecil. Hal ini disebabkan karena permodelan tanah pada GROUP dianggap rata dan input beban lateral tidak memperhitungkan adanya tekanan aktif tanah. Sedangkan pada PLAXIS, permodelan tanah dibuat sesuai dengan kontur sebenernya dimana terdapat kemiringan tanah sehingga timbul tambahan beban lateral akibat tekanan aktif tanah. Untuk ABUTMENT, nilai yang dikeluarkan oleh GROUP memberikan hasil yang lebih besar dibandingkan yang dikeluarkan oleh PLAXIS. Dalam memasukkan beban di GROUP, nilai beban lateral telah didapat dari hasil perhitungan manual dimana telah dimasukkan kontribusi dari tekanan aktif tanah. Sedangkan pada PLAXIS, nilai beban lateral ditentukan dari permodelan tanah sehingga nilai tekanan tanah yang terjadi menjadi sesuatu nilai yang relatif.

Sama halnya dengan momen, dalam perhitungan ini momen diakibatkan oleh adanya beban lateral dan beban aksial yang sama-sama bekerja. Pada PIER,

(59)

momen yang terjadi pada PLAXIS jauh lebih besar dikarenakan ada kontribusi dari tekanan lateral tanah. Sedangkan pada ABUTMENT, momen yang terjadi relatif dapat diredam karena adanya perhitungan pada perilaku tanah.

Analisis Defleksi dan Settlement

Untuk kapasitas lateral dan momen masing-masing tiang, hasil rangkumannya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4-20 Rangkuman Hasil Perhitungan Defleksi dan Settlement

REAKSI TUNGGAL REAKSI ULTIMATE

DALAM GRUP

PONDASI

SHAFT & LPILE GROUP PLAXIS

PIER 6 0.000479 10.4 DEFLEKSI (mm) ABT 6 4.5 5.1 PIER 0.00129 0.000914 14.5 SETTLEMENT (mm) ABT 0.00112 1.5 8.9

Nilai defleksi dikeluarkan oleh GROUP dan PLAXIS memiliki perbedaan yang cukup berarti. Nilai defleksi pada PLAXIS memberikan hasil yang lebih besar dibandingkan dengan GROUP. Hal ini disebabkan karena PLAXIS melakukan pendekatan melalui perilaku tanah sedangkan GROUP hanya memperhitungkan faktor dari gaya-gaya yang terjadi dan kemampuan daya dukung tanah. Kasus paling ekstrim terlihat pada pondasi di PIER. Hal ini disebabkan karena permodelan tanah pada GROUP dianggap rata dan input beban lateral tidak memperhitungkan adanya beban lateral tanah. Sedangkan pada PLAXIS, permodelan tanah dibuat sesuai dengan kontur sebenernya dimana terdapat kemiringan tanah sehingga timbul tambahan beban lateral tanah.

Begitu pula dengan settlement, nilai settlement yang dikeluarkan oleh GROUP dan PLAXIS memiliki perbedaan yang cukup berarti dimana hal tersebut disebabkan PLAXIS memperhitungkan perilaku tanah dengan lebih detil sedangkan GROUP memperhitungkan faktor dari gaya-gaya yang terjadi dan kemampuan daya dukung tanah.

(60)

Analisis Stabilitas Lereng

Kemiringan tanah yang berada pada lokasi abutment perlu diketahui tingkat keamanan untuk kestabilan lereng agar terjaga kestabilannya. Dengan menggunakan alat bantu program PLAXIS 3D Tunnel, diketahui bahwa tingkat keamanan (SF) mencapai 3.26 untuk beban layan dan 3.24 untuk beban gempa pada area dimana abument dibangun. Nilai tersebut dapat dipengaruhi oleh kondisi tanah, seperti nilai shear strength yang dimiliki tanah ternyata relatif besar (114-360 kN/m2), dan jenis tanah yang terkandung pada wilayah tersebut. Hal lain yang mempengaruhi safety factor pada kemiringan lereng adalah adanya struktur pondasi yang ikut berkontribusi menahan pergerakan tanah sehingga nilai SF menjadi lebih besar dan dinyatakan aman.

Gambar

Tabel 4-5 Hasil Perhitungan Daya Dukung Aksial (Program)
Gambar 4-8 Grafik Beban Axial terhadap Penurunan Tanah
Gambar 4-10 Grafik Momen terhadap Kedalaman
Gambar 4-12 Grafik Defleksi terhadap Lateral
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peserta lelang wajib menyetor uang jaminan lelang harus sama dengan nilai yang telah ditentukan dan harus sudah efektif diterima oleh KPKNL Bandung selambat- lambatnya 1 (satu)

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan penulis dengan proses observasi, wawancara, dan dokumentasi, Peran komunikasi Lurah dalam meningkatkan partisipasi

Hal tersebut berbeda apabila yang melakukan proses pengolahan makanan ialah narapidana itu sendiri dengan kemampuan yang seadanya sehingga akan menyebabkan kualitas dari

Perlu dilakukan penyuluhan atau pembinaan kepada pedagang warung makan ayam lalapan mengenai kontaminasi telur nematoda usus pada sayuran kol dan kemangi yang

Perbedaan nilai terjadi karena perubahan performa komponen mekanik pada saat pengujian pertama dan berikutnya, sehingga hasil yang diperoleh akan berbeda antara masing

Upaya-upaya pengkajian pengetahuan tersebut akan semakin baik jika dilakukan dengan dukungan teknologi, seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa pemanfaatan

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi pada usahatani padi sawah; 2) Mengetahui tingkat efisiensi teknis yang

(7) Pengendalian pemanfaatan ruang yang berpotensi merusak fungsi Kawasan Lindung dan lahan pertanian pangan berkelanjutan di sekitar jaringan jalan nasional