FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN
KONSUMEN DALAM MEMBELI BERAS ORGANIK
(Studi Kasus : JaPPSA, Brastagi Supermarket dan Carrefour Plaza Medan Fair)
SKRIPSI
OLEH
NURUL ILDRAKASIH
080304064
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN
KONSUMEN DALAM MEMBELI BERAS ORGANIK
(Studi Kasus : JaPPSA, Brastagi Supermarket dan Carrefour Plaza Medan Fair)
SKRIPSI
OLEH
NURUL ILDRAKASIH
080304064
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar
Sarjana di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera, Medan
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
NURUL ILDRAKASIH ( 080304064/AGRIBISNIS) Dengan Judul
skripsi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Membeli
Beras Organik di Kota Medan. Dosen Pembimbing Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D
dan Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA.
Beras organik adalah salah satu hasil produk pertanian organik. Varietas
lokal yang dikembangkan saat ini adalah Pandan Wangi, Ciherang, Kuku Balam
dan Beras Hitam. Semakin tingginya kesadaran konsumen akan pentingnya
kesehatan dan pelestarian lingkungan sehingga diperkirakan permintaan beras
organik akan meningkat. Tujuan Penelitan adalah untuk mengetahui
perkembangan permintaan konsumen beras organik di daerah penelitan dan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam
membeli beras organik di daerah penelitan.
Penelitian dilaksanakan di JaPPSA, Brastagi Supermarket dan Carrefour
Plaza Medan Fair pada bulan Oktober 2012. Penentuan sampel dengan cara
accidentak sampling, yaitu siapa saja yang kebetulan dijumpai yang sedang
berbelanja beras organik dan anorganik. Untuk pendugaan model menggunakan
metode regresi logistik biner.
Hasil penelitian yang diperoleh antara lain: permintaan konsumen akan
beras organik berfluktasi tiap bulannya, dan keputusan pembelian beras organik
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 26 Maret 1990 dari pasangan Bapak
Ismail dan Ibu Elvi Suryani. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara.
Pendidikan yang ditempuh penulis adalah:
1. Tahun 1997 masuk Sekolah Dasar di SD Swasta Al-Ulum dan tamat pada
tahun 2002.
2. Tahun 2002 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Swasta Harapan 2
Medan dan tamat pada tahun 2005.
3. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Swasta Harapan 1
Medan dan tamat tahun 2008.
4. Tahun 2008 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, melalui jalur SNM-PTN.
5. Bulan Juni-Juli 2012 melaksanakan PKL (Praktek Kerja Lapangann) di
Desa Danau Sijabut Kabupaten Asahan.
6. Bulan Oktober melaksanakan penelitian skripsi di JaPPSA, Brastagi
Supermarket dan Carrefout Plaza Medan Fair.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis juga merupakan anggota Ikatan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Membeli Beras
Organik (Studi Kasus: JaPPSA, Brastagi Supermarket, Carrefour Plaza Medan
Fair”.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Ibu Elvi Suryani dan Papa Ismail yang telah
membesarkan, memelihara, serta mendidik penulis selama ini.
2. Abang dan adik tercinta, Briptu. Alfi Syahri, dan Teguh Pribadi atas segala
dukungannya baik moril maupun materil.
3. Kepada Ketua Komisi Pembimbing Ibu Ir. Diana Chalil, Msi, Ph.D dan
kepada Ibu Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA selaku Anggota Komisi
Pembimbing yang telah dengan dengan sabar membimbing penulis mulai
dari usulan penelitian, penelitian, sampai ujian akhir.
4. Kepada Manajer JaPPSA Bapak You Onse Ferianto S dan Kak Betty atas
kesediannya menerima penulis untuk melakukan penelitian serta semua
bantuannya hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
6. Kepada sahabat-sahabat tersayang, Adinda Soraya, Anggun Nurul
Mina, Dana, Donnie dan Delpi atas segala perhatian, dukungan, masukan,
dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepada seluruh teman-teman seangkatan 08 atas kebersamaan dan kerja
samanya selama ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga skripsi ini dapat
DAFTAR ISI
BAB I . PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penulisan ... 4
1.3. Kegunaan Penulisan ... 4
BAB II . TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka ... 5
2.2. Landasan Teori ... 10
2.3. Kerangka Pemikiran ... 24
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1.Metode Penentuan Lokasi Penelitian ... 25
3.2. Metode Penentuan Sampel Penelitian ... 25
3.3. Metode Pengumpulan Data ... 25
3.4. Metode Analisis Data ... 26
4.2.2. Brastagi Supermarket ... 37
4.2.3. Carrefour Plaza Medan Fair ... 38
4.3. Deskripsi Karakteristik Sampel dan Variabel Bebas ... 39
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAAN 5.1. Perkembangan Permintaan Konsumen Beras Organik ... 43
5.1.1. Pandan Wangi ... 43
5.1.2. Ciherang ... 45
5.1.3. Kuku Balam ... 46
5.1.4. Beras Merah ... 48
5.1.5. Beras Hitam ... 51
5.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Respon (Membeli/Tidak Membeli) Konsumen Beras Organik ... 53
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 60
6.2. Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1. Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Kelompok
Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010………..……. 33
2. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian Tahun 2010...………. 34
3. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010………..……….. 34
4. Sarana dan Prasarana...…...……… 35
5. Distribusi Sampel………...……… 39
6. Hosmer dan Lomeshow Test……….……… 53
7. Omnimbus Test of Model Coefficient……….. 54
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
1. Skema Kerangka Pemikiran……… 24
2. Grafik Penjualan Beras Organik Pandan Wangi JaPPSA………….. 44
3. Grafik Penjualan Beras Organik Ciherang JaPPSA 2012..………… 45
4. Grafik Penjualan Beras Organik Kuku Balam JaPPSA 2012……… 47
5. Grafik Penjualan Beras Merah Organik JaPPSA 2012..……… 49
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan
1. Data Penjualan Beras Pandan Wangi, Ciherang, Kukubalam, Beras Merah
dan Beras Hitam di JaPPSA Tahun 2012
2. Karakteristik Sampel
3. Faktor-fator Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen
4. Persepsi Konsumen
5. Skor Gaya Hidup
ABSTRAK
NURUL ILDRAKASIH ( 080304064/AGRIBISNIS) Dengan Judul
skripsi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Membeli
Beras Organik di Kota Medan. Dosen Pembimbing Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D
dan Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA.
Beras organik adalah salah satu hasil produk pertanian organik. Varietas
lokal yang dikembangkan saat ini adalah Pandan Wangi, Ciherang, Kuku Balam
dan Beras Hitam. Semakin tingginya kesadaran konsumen akan pentingnya
kesehatan dan pelestarian lingkungan sehingga diperkirakan permintaan beras
organik akan meningkat. Tujuan Penelitan adalah untuk mengetahui
perkembangan permintaan konsumen beras organik di daerah penelitan dan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam
membeli beras organik di daerah penelitan.
Penelitian dilaksanakan di JaPPSA, Brastagi Supermarket dan Carrefour
Plaza Medan Fair pada bulan Oktober 2012. Penentuan sampel dengan cara
accidentak sampling, yaitu siapa saja yang kebetulan dijumpai yang sedang
berbelanja beras organik dan anorganik. Untuk pendugaan model menggunakan
metode regresi logistik biner.
Hasil penelitian yang diperoleh antara lain: permintaan konsumen akan
beras organik berfluktasi tiap bulannya, dan keputusan pembelian beras organik
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Revolusi hijau merupakan upaya untuk meningkatkan produksi pangan melalui
usaha pengembangan teknologi pertanian. Revolusi hijau dimulai sejak dekade
1960-an dengan label “pertanian modern”. Kegiatan pertanian modern ini meliputi
penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk kimia, penggunaan pestisida kimia,
mekanisasi pertanian, dan pnyuluhan pertanian secara massal.
Disatu sisi revolusi hjau memang dapat meningkatkan produksi pangan, namun
disisi lain revolusi hijau juga berdampak negatif terhadap lingkungan. Beberapa
dampak negatif yang disebabkan oleh revolusi hijau terhadap lingkungan hidup
antara lain adalah munculnya jenis “hama” baru yang lebih resisten terhadap
pestisida sehingga terjadinya ledakan hama akibat predator alami yang ikut mati
terkena semprotan pestisida. Selain itu perubahan kondisi fisik dan kimia tanah
akibat dosis pupuk yang tinggi dan terus-menerus menyebabkan penurunan
kesuburan lahan yang pada gilirannya mengakibatkan turunnya produktivitas
lahan dan tercemarnya kandungan air tanah (Sugito, 1995).
Menyadari besarnya dampak negatif tersebut, pakar pertanian mempelopori dan
menerapkan gagasan mengenai pertanian organik, yaitu sistem pertanian yang
secara ekologi ramah terhadap lingkungan sehingga produksinya aman untuk
dikonsumsi manusia dan sekaligus mampu menyediakan pangan yang cukup bagi
organik ini bebas dari kandungan bahan kimia karena sama sekali tidak
menggunakan bahan kimia (seperti pupuk buatan, pestisida, insektisida, fungisida,
dan herbisida), melainkan menggunakan bahan-bahan alami dalam proses
produksinya.
Salah satu contoh hasil produk dari pertanian organik adalah beras organik. Beras
organik ada yang berwarna putih, merah dan hitam. Beras organik putih sendiri
memiliki bermacam-macam varietas diantaranya adalah varietas pandan wangi,
kuku balam, ciherang, ramos, siredek dan sebagainya. Semua jenis beras organik
memiliki manfaaat yang hampir sama. Beras organik sangat baik bagi kesehatan
karena bebas dari bahan kimia berbahaya dibandingkan dengan beras lain.
Memiliki kandungan nutrisi dan mineral tinggi, kandungan glukosa, karbohidrat
dan proteinnya mudah terurai, aman dan sangat baik dikonsumsi penderita
diabetes, baik untuk program diet, mencegah kanker, jantung, asam urat, darah
tinggi, dan vertigo. Selain itu rasa nasi dari beras organik lebih empuk dan pulen.
Beras organik aman dikonsumsi oleh balita, orang dewasa, dan para manula.
Kehadiran beras organik disambut gembira masyarakat yang sangat
memperhatikan kesehatan dan kelestarian lingkungan. Mereka mulai sadar bahwa
selama ini makanan yang dikonsumsi mengandung residu pupuk dan pestisida
kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Itulah sebabnya mereka mulai mencari
bahan makanan yang diproduksi secara organik sehingga aman dikonsumsi dan
sekaligus ramah lingkungan. Hal tersebut terindikasi dengan pertumbuhan pasar
oleh alasan kesehatan, 94% responden di berbagai kota besar di Eropa
menyatakan bahwa mereka membeli pangan organik karena mereka sangat peduli
akan kesehatan pribadi serta anggota keluarganya, sehingga diperkirakan
permintaan beras organik akan meningkat dan peluang pasarnya semakin lebar
(Sriyanto, 2010). Namun produksi yang tersedia belum mampu memenuhi
kebutuhan pasar yang terus meningkat. Hal ini disebabkan masih sedikitnya petani
yang melakukan pertanian organik daripada non-organik (Sulaeman, 2007).
Dari beberapa keunggulan, tingginya kualitas beras organik menyebabkan
tingginya harga beras tersebut dibanding dengan harga beras biasa, hal ini karena
jumlah produksi beras organik masih terbatas dalam skala kecil dan dilakukan
oleh kelompok tani binaan. Harga beras organik yang relatif mahal tersebut
sehingga menyebabkan konsumen yang mengkonsumsi beras organik pun berasal
dari kalangan menengah dan kalangan atas. Penjualan beras organik pun masih
dikatakan terbatas karena hanya tersedia di tempat-tempat tertentu seperti di
pasar-pasar modern dan tidak tersedia di pasar tradisional. Hal ini yang membuat
beras organik mempunyai segmen pasar sendiri. Berdasarkan uraian diatas, maka
penulis tertarik melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan konsumen dalam membeli beras organik di kota Medan.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan beberapa
permasalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan permintaan konsumen beras organik di daerah
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam
membeli beras organik di daerah penelitan?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perkembangan permintaan konsumen beras organik di
daerah penelitan.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen
dalam membeli beras organik di daerah penelitan.
1.4. Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi para pembaca yang
memiliki ketertarikan terhadap faktor-faktor mempengaruhi keputusan
konsumen dalam membeli beras organik.
2. Sebagai referensi bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan perilaku
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI
DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka
Beras merupakan salah satu padian paling penting di dunia untuk konsumsi
manusia. Di Negara-negara Asia yang penduduknya padat, khususnya
Bangladesh, Myanmar, kamboja, Cina, Indonesia, Korea, laos, Filipina, Sri
Lanka, Thailand, dan Vietnam, beras merupakan pangan pokok. Sebanyak 75%
masukan kalori harian masyarakat di Negara-negara Asia tersebut berasal dari
beras. Lebih dari 50% penduduk dunia tergantung pada beras sebagai sumber
kalori utama (Haryadi, 2006).
Di Indonesia, beras merupakan komuditas strategis yang memiliki sensitivitas
politik, ekonomi, dan kerawanan sosial yang tinggi. Demikian tergantungnya
penduduk Indonesia pada beras maka sedikit saja terjadi gangguan produksi beras,
pasokan beras menjadi terganggu dan harga jual meningkat. Dengan demikian
pemerintah berusaha untuk mencapai swasembada beras. Segala daya upaya
ditempuh agar terwujud target produksi. Intensifikasi pertanian pun efektif
diterapkan. Teknologi pertanian melalui bibit unggul, pemupukan dan
pemberantasan hama penyakit diadopsi. Upaya tersebut membuahkan hasil, pada
tahun 1985 Indonesia berhasil mencapai swasembada beras.
Untuk meningkatkan produksi hingga tercapai swasembada beras pada tahun
1985, teknik bercocok tanam tradisional benar-benar ditinggalkan. Teknik
dilakukan pertanian modern dengan menggunakan pupuk kimia dan pestisida
kimia. Seiring berjalannya waktu, masyarakat Indonesia sadar akan bahwa hasil
dari pertanian modern akan merusak lingkungan dan tidak baik untuk kesehatan,
maka mulai diterapkan kembali pertanian organik yang ramah lingkungan dan
baik untuk kesehatan konsumen, yaitu diterapkannya pertanian padi organik
(Andoko,2002).
Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan
bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan-bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama
pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama pangan
yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak
lingkungan (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2002).
Salah satu cara untuk mendapatkan beras dengan kualitas yang baik adalah
dengan lebih mensosialisasikan usaha padi organik. Usahatani padi organik ini
selain sangat baik untuk kesehatan orang yang mengkonsumsinya karena bebas
dari kandungan bahan kimia yang berbahaya (Nainggolan,2001). Beras organik
merupakan beras yang berasal dari padi yang dibudidayakan secara organik atau
tanpa pengaplikasian pupuk kimia dan pestisida kimia. Oleh karena tanpa bahan
kimia, beras organik tersebut pun terbebas dari residu pupuk kimia dan pestisida
kimia. Beras organik sebenarnya bukan hal baru bagi manusia, termasuk di
Indonesia. Sudah sejak dahulu nenek moyang kita membudidayakan padi tanpa
bahan kimia yang saat ini dikenal dengan istilah pertanian organik.
itu, rasa dari beras organik lebih empuk dan pulen. Keunggulan lainnya adalah
warna dan daya simpannya lebih baik dari beras biasa. Sesudah ditanak, beras
organik akan menjadi nasi yang warnanya lebih putih dibandingkan beras biasa
(Andoko, 2002).
Beras organik mengandung nutrisi dan mineral tinggi, kemudian kandungan
glukosa,karbohidrat dan proteinnya mudah terurai sehingga aman untuk
dikonsumsi penderita diabetes dan baik untuk program diet. Selain itu, aroma dan
rasa beras organik juga lebih pulen & harum serta lebih tahan lama dibandingkan
dengan beras non-organik. Beberapa macam jenis beras organik adalah sebagai
berikut:
1. Beras Pandan Wangi
2. Beras IR-64
3. Beras Kuku Balam
4. Beras Merah
5. Beras Hitam
Walaupun harga beras organik jauh lebih mahal dibandingkan beras non-organik
namun hal tersebut sebanding dengan manfaat dan kualitas yang akan diperoleh.
Dan dengan semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat mengenai arti
penting kesehatan, maka tingkat konsumsi beras organik dari waktu ke waktu pun
Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Putri (2002) menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi
keputusan konsumen untuk mengkonsumsi beras organik adalah harga beras
organik, harga beras lain, tingkat pendidikan, besarnya pendapatan keluarga serta
ukuran keluarga. Dengan menggunakan model regresi linier berganda, dijelaskan
bahwa harga beras organik memilik hubungan yang negatif terhadap permintaan
beras organik. Sedangkan harga beras lain, tingkat pendapatan keluarga, tingkat
pendidikan dan ukuran keluarga memiliki hubungan yang positif terhadap
permintaan beras organik. Analisis penilaian konsumen beras organik
menggunakan Model FishBein untuk mengetahui sikap konsumen terhadap suatu
atribut produk tertentu berdasarkan pada perangkat kepercayaan dan diberi bobot
oleh evaluasi terhadap atribut tersebut. Menurut penilaian konsumen, konsumen
sangat mementingan atribut kualitas, rasa, kehigienisan, harga, dan kemudahan
diperoleh dalam mengkonsumsi beras organik. Sedangkan atribut kemasan dan
prestise tidak terlalu menjadi perhatian konsumen.
Dalam penelitian Januar (2006) variabel-variabel yang diduga berpengaruh nyata
terhadap permintaan beras organik adalah pendapatan, usia, jumlah anggota
keluarga, pendidikan, frekuensi konsumsi, dummy harga, dummy jenis kelamin,
dan dummy sumber informasi. Model yang digunakan untuk menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras organik adalah regresi linier
berganda. Variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan beras
Pada penelitian Arnas (2009) yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan rumah tangga terhadap sayuran organik di Bogor, diketahui bahwa
variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap permintaan bayam organik
adalah pendapatan, usia , harga bayam organik, dan dummy gaya hidup.
Variabel-variabel bebas tersebut berpengaruh nyata terhadap permintaan bayam organik,.
Sedangkan jumlah anggota keluarga, lama pendidikan formal, dummy jenis
kelamin, dan dummy sumber informasi tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap permintaan bayam organik. Sedangkan variabel yang berpengaruh nyata
terhadap permintaan wortel organik adalah pendapatan, usia, lama pendidikan
formal, dan dummy gaya hidup . Variabel-variabel bebas tersebut berpengaruh
nyata terhadap permintaan wortel organik. Sedangkan variabel jumlah anggota
keluarga, harga wortel organik, dummy jenis kelamin, dan dummy sumber
informasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan wortel
organik. Model terpilih yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan bayam dan wortel organik adalah model regresi linier
berganda.
Dalam penelitian Hartari (2005) mengenai Atribut Produk dan Karakteristik
Konsumen Beras Organik terhadap Sikap Konsumen Beras Organik menjelaskan
bahwa sikap konsumen beras organik diketahui dengan menngunakan metode
multiatribut fishbein. Atribut produk yang mempengaruhi sikap konsumen adalah
kepulenan, rasa, harga, aroma dan kesesuaian dengan selera anggota keluarga.
Sedangkan atribut produk yang menjadi kendala dalam mempengaruhi sikap
konsumen adalah kurangnya pencantuman informasi atau deskripsi produk pada
2.2. Landasan Teori
a. Teori Permintaan
Dari segi ilmu ekonomi pengertian permintaan sedikit berbeda dengan pengertian
yang digunakan sehari-hari. Menurut pengertian sehari-hari, permintaan diartikan
secara absolut yaitu menunjukkan jumlah barang yang dibutuhkan, sedangkan dari
sudut ilmu ekonomi permintaan mempunyai arti apabila didukung daya beli
konsumen yang disebut dengan permintaan efektif. Jika permintaan hanya
didasarkan atas kebutuhan saja dikatakan sebagai permintaan absolut
(Nicholson,1995).
Kemampuan membeli seseorang tergantung atas dua unsur pokok yaitu,
pendapatan yang dibelanjakan dan harga barang yang dikehendaki. Apabila
jumlah pendapatan yang dibelanjakan oleh seseorang berubah, maka jumlah
barang yang diminta juga berubah. Demikian juga halnya apabila harga barang
yang dikehendaki berubah maka jumlah barang yang dibeli juga akan berubah
(Sudarsono, 1990).
Teori permintaan diturunkan dari prilaku konsumen dalam mencapai kepuasan
maksimum dengan memaksimumkan kegunaan yang dibatasi oleh anggaran yang
dimiliki. Hal ini tentu dapat dijelaskan dengan kurva permintaan, yaitu kurva yang
menunjukkan hubungan antara jumlah maksimum dari barang yang dibeli oleh
konsumen dengan harga alternatif pada waktu tertentu (ceteris paribus), dan pada
harga tertentu orang selalu membeli jumlah yang lebih kecil bila mana hanya
b. Teori Perilaku Konsumen
Konsumen dapat dibedakan atas konsumen individu dan konsumen organisasi.
Penggunaan barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen individu dapat
diperuntukkan bagi dirinya sendiri, keluarga, saudara, teman, atau orang lain.
Konsumen organisasi membeli barang dan jasa untuk menjalankan seluruh
kegiatan organisasinya. Konsumen individu dan organisasi memiliki arti dan nilai
yang penting bagi perusahaan penghasil barang dan jasa, namun konsumen
individulah yang memberikan pengaruh secara langsung bagi kemajuan dan
kemunduran perusahaan. Produk sebaik apapun tidak akan berarti bagi
perusahaan, jika tidak digunakan oleh konsumen individu sebagai konsumen
akhir. Konsumen individu sebagai konsumen akhir memiliki keragaman
karakteristik seperti usia, latar belakang budaya, pendidikan keadaan ekonomi,
dan lain-lain (Sumawarman, 2004).
Teori konsumen merupakan teori yang mencakup perilaku konsumen dalam
membelanjakan pendapatannya untuk memperoleh alat-alat pemuas kebutuhan,
berupa barang ataupun jasa-jasa konsumsi. Reksoprayitno (2000), menyampaikan
bahwa teori konsumen menjelaskan bagaimana reaksi konsumen dalam
kesediaannya membeli suatu barang akan berubah jika jumlah pendapatan
konsumen dan harga barang yang bersangkutan berubah. Fungsi utama barang dan
jasa konsumsi adalah untuk memenuhi kebutuhan langsung pemakainya, dengan
terpenuhinya kebutuhan konsumen tersebut akan menimbulkan kepuasan
Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan,
mengkonsumsi dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses kepuasan
yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. Jadi dapat dikatakan prilaku
konsumen merupakan studi tentang bagaimana pembuat keputusan (decisions
unit), baik individu, kelompok, ataupun organisasi, membuat keputusan-keputusan
beli atau melakukan transaksi pembelian suatu produk dan mengkonsumsinya
(Setiadi, 2005).
Seperti yang dinyatakan oleh Boyd, dkk (2000) bahwa pengambilan keputusan
konsumen pada dasarnya merupakan proses pemecahan masalah. Kebanyakan
konsumen, baik konsumen individu maupun pembeli organisasi melalui proses
mental yang hampir sama dalam memutuskan produk dan merek apa yang akan
dibeli. Walaupun nyata sekali bahwa berbagai konsumen akhirnya memilih untuk
membeli barang-barang yang berbeda disebabkan oleh perbedaan karakteristik
pribadi (kebutuhan, manfaat yang dicari, sikap, nilai, pengalaman masa lalu, dan
gaya hidup) dan pengaruh sosial (perbedaan kelas sosial, kelompok rujukan, atau
kondisi keluarga).
Untuk mengetahui perilaku konsumen terhadap beras organik, maka karakteristik
individu merupakan salah satu faktor yang penting. Karakteristik ini dapat
dibangun berdasarkan unsur-unsur demografis, perilaku, psikografis dan
geografis. Faktor lainnya yang juga penting dalam karakteristik individu berupa
umur, pendidikan dan karakteristik psikologis. Dalam penyebaran ide baru atau
tidak memiliki tiga karakteristik, yaitu status sosial, kepribadian dan kemampuan
berkomunikasi (Hartari, 2005).
Sikap Konsumen
Sikap konsumen adalah faktor paling penting yang akan mempengaruhi keputusan
konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan dan perilaku.
Pembentukan sikap konsumen seringkali menggambarkan hubungan antara
kepercayaan, sikap, dan perilaku. Kepercayaan, sikap, dan perilaku juga terkait
dengan konsep atribut produk. Atribut produk adalah karakteristik dari suatu
produk. Konsumen biasanya memiliki kepercayaan terhadap atribut suatu produk.
Kepercayaan konsumen adalah pengetahuan konsumen mengenai suatu objek,
atributnya dan manfaatnya (Sumarwan, 2004).
Menurut Engel, et al. (1995), sikap adalah suatu evaluasi menyeluruh yang
memungkinkan seseorang memberikan respon dengan cara menguntungkan atau
tidak menguntungkan terhadap suatu obyek atau alternatif yang diberikan. Lebih
jauh, sikap dikonseptualisasikan sebagai perasaan positif atau negatif terhadap
merek dan dipandang sebagai hasil dari penilaian merek dan atribut evaluatif yang
penting. Sikap relevan terhadap prilaku pembelan ditampilkan oleh sikap yang
terbentuk sebagai hasil dari pengalaman langsung individu dengan produk,
berdasarkan informasi yang diberikan oleh pihak ataupun pengetahuan yang
diperoleh dari media massa.
Menurut tricomponent attitude model, sikap terdiri atas tiga komponen, yaitu
konsumen, yang diperoleh melalui pengalaman dengan suatu objek-sikap dan
informasi dari berbagai sumber. Pengetahuan dan persepsi ini biasanya dalam
bentuk kepercayaan, yaitu konsumen mempercayai bahwa produk memiliki
sejumlah atribut. Afektif menggambarkan emosi dan perasaan konsumen, yaitu
menunjukkan penilaian langsung dan umum terhadap suatu produk, apakah
produk itu disukai atau tidak; atau apakah produk itu baik atau buruk. Konatif
menunjukkan tindakan seseorang atau kecendrungan perilaku terhadap suatu
objek, konatif berkaitan dengan tindakan atau perilaku yang akan dilakukan oleh
seorang konsumen dan sering juga disebut sebagai intention (Sumarwan, 2004).
Karakteristik yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Menurut Kotler dan Armstrong (2008), pembelian konsumen sangat dipengaruhi
oleh karakteristik budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Biasanya pemasar tidak
dapat mengendalikan faktor-faktor semacam itu, tetapi harus
memperhitungkannya. Berikut adalah pengaruh dari keempat faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen:
a. Faktor Budaya
Faktor budaya mempunyai pengaruh yang luas dan mendalam dalam perilaku
konsumen. Faktor budaya dibagi atas:
1. Budaya, adalah penyebab keinginan dan perilaku seseorang yang paling dasar.
Perilaku manusia dipelajari secara luas. Tumbuh di dalam suatu masyarakat,
seorang anak mempelajari nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaki
mempunyai budaya, dan pengaruh budaya pada perilaku pembelian bisa
sangat bervariasi dari yang Negara yang satu dengan Negara yang lain.
2. Subbudaya, merupakan bagian budaya yang lebih kecil atau kelompok orang
yang berbagi system nilai berdasarkan pengalaman hidup dan situasi umum.
Subbudaya meliputi kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis.
3. Kelas Sosial, adalah pembagian masyarakat yang relative permanen dan
berjenjang dimana anggotanya berbagi nilai, minat, dan perilaku yang sama.
Kelas sosial tidak hanya ditentukan oleh satu faktor, seperti pendapatan, tetapi
diukur sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan
dan variable lain.
b. Faktor Sosial
Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, antara lain:
1. Kelompok
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok (group) kecil.
Kelompok yang mempunyai pengaruh langsung dan tempat dimana seseorang
menjadi anggotanya disebut keanggotaan. Sebaliknya, kelompok referensi
bertindak sebagai titik pebandingan atau titik referensi langsung atau tidak
langsung dalam membentuk sikap atau perilaku seseorang. Kelomok referensi
memperkenalkan perilaku dan gaya hidup baru kepada seseorang,
mempengaruhi sikap dan konsep dir seseorang, dan menciptakan tekanan
untuk menegaskan apa yang mungkin mempengaruhi pilihan produk dan
merek seseorang. Arti penting kelompok mempengaruhi berbagai produk dan
merek. Pengaruh ini berdampak paling kuat ketika produk itu dapat dilihat
2. Keluarga
Anggota keluarga bisa sangat mempengaruhi perilaku pembeli. Keluarga
adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam
masyarakat, dan telah diteliti secara ekstensif. Pemasar tertarik pada peran
suami, istri, serta anak-anak dalam pembelian barang dan jasa yang berbeda.
Keterlibatan suami-istri dalam kategori produk dan tahap proses pembelian
sangat beragam. Peran pembelian berubah sesuai dengan gaya hidup
konsumen yang berubah. Anak-anak juga mempunyai pengaruh kuat dalam
keputusan pembelian keluarga.
3. Peran dan Status
Posisi seseorang dalam masing-masing kelompok dapat didefenisikan dalam
peran dan status. Peran terdiri dari kegiatan yang diharapkan dilakukan
seseorang sesuai dengan orang-orang yang disekitarnya. Masing-masing peran
membawa status yang mencerminkan nilai umum yang diberikan kepadanya
oleh masyarakat. Orang biasanya memilih produk sesuai dengan peran dan
status mereka.
c. Faktor Pribadi
Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, antara lain:
1. Usia
Memahami usia konsumen adalah penting, karena konsumen yang berbeda
usia akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda. Perbedaan usia juga
akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek. Dari sisi
segmentasi pasar produknya. Para pemasar juga harus memahami apa
kebutuhan dari konsumen dari berbagai usia tersebut, kemudian membuat
berbagai beragam produk yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut
(Sumawarman, 2004).
2. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang mereka beli.
Pemasar berusaha mengidentifikasikan kelompok pekerjaan yang mempunyai
minat diatas rata-rata pada produk dan jasa mereka. Perusahaan bahkan dapat
mengkhususkan diri membuat produk yang diperlukan oleh kelompok
pekerjaan tertentu.
3. Situasi Ekonomi
Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk. Pemasar
barang-barang yang sensitif terhadap pendapatan mengamati gejala
pendapatan pribadi, tabungan dan suku bunga. Jika indicator ekonomi
menunjukkan resesi, pemasar dapat mengambil langkah-langkah untuk
merancang ulang, mereposisi, dan menetapkan harga kembali untuk produk
mereka secara seksama. Beberapa pemasar menargetkan konsumen yang
mempunyai banyak uang dan sumber daya, menetapkan harga yang sesuai.
4. Gaya Hidup
Gaya hidup (lifestyle) adalah pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam
keadaan psikografisnya. Gaya hidup menangkap sesuatu yang lebih dari
sekedar kelas sosial atau kepribadian seseorang. Gaya hidup menampilkan
profil seluruh pola tindakan dan interaksi seseorang di dunia. Jika digunakan
nilai konsumen yang berubah dan bagaimana gaya hidup mempengaruhi
perilaku pembelian.
Dua orang dengan usia, pendapatan, pendidikan bahkan pekerjaan yang sama
tidak perlu menjalani kehidupan dengan cara yang sama. Mereka bisa
memiliki opini, minat, dan kegiatan yang berbeda. Termasuk membeli produk
dan merek yang berbeda. Pola kegiatan. Minat, dan opini yang luas ini dan
perilaku yang muncul disebut gaya hidup (lifestyle). Untuk memeperoleh data
gaya hidup, konsumen ditanya untuk menindikasi apakah merekah setuju/tidak
setuju dengan serangkaian pernyataan yang berkaitan dengan kepedulian
harga, kegiatan keluarga, olahraga yang disukai, nilai-nilai tradisional,
kesukaan berpetualang dan pakaian(Boyd, dkk, 2000).
5. Kepribadian dan Konsep Diri
Kepribadian setiap orang berbeda-beda dalam mempengaruhi perilaku
pembeliannya. Kepribadian mengacu kepada karakteristik psikologi unik yang
menyebabkan respon relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan
orang itu sendiri, kepribadian biasanya digambarkan dalam karakteristik
perilaku seperti kepercayaan diri, domonasi, kemampuan bersosialisasi,
otonomi, cara mempertahankan diri, kemampuan beradaptasi, dan sifat-sifat
agrsif. Kepribadian dapat digunakan untuk menganalisis perilaku konsumen
untuk produk atau pilihan merek tertentu.
d. Faktor Psikologis
1. Motivasi
Keutuhan menjadi motif ketika kebutuhan itu mencapa tingkat intensitas yang
kuat. Motif atau dorongan adalah kebutuhan dengan tekanan kuat yang
mengarahkan seseorang mencari kepuasan.
2. Persepsi
Persepsi adalah proses dimana orang memilih, mengatur, dan
meninterpretasikan informasi untuk membentuk gambaran dunia berarti.
Orang yang termotivasi pasti siap beraksi. Cara orang tersebut bertindak
dipengaruhi oleh persepsi dirinya tentang situasi, kita semua mempelajari
aliran informasi melalui lima indera kita: penglihatan, pendengaran,
penciuman, peraba dan perasa. Meskipun demikian, masing-masing diri kita
menerima, mengatur dan menginterpretasikan informasi sensorik dalam
caranya sendiri. Orang juga dapat membentuk persepsi yang berbeda dari
rangsangan yang sama karena tiga proses persepsual (berhubungan dengan
rangsangan sensorik): atensi selektif, distorsi selektif, dan retensi selektif
(Kotler, 2008).
Pemahaman terhadap persepsi dan proses yang terkait sangat penting bagi
pemasar dalam upaya membentuk persepsi yang tepat. Terbentuknya persepsi
yang tepat pada konsumen menyebabkan mereka mempunyai kesan dan
memberikan penilaian yang tepat. Berdasar persepsi inilah konsumen tertarik
dan membeli. Dua produk yang bentuk, rasa, dan kandungannya sama dapat di
persepsikan berbeda, begitu konsemen melihat mereknya berbeda.
Jika konsumen mempresepsikan bahwa produk A memiliki keunggulan yang
maka konsumen akan memilih produk A tersebut yang sebenarnya relatif
mirip dengan produk lainnya. Suatu proses presepsi akan diawali oleh suatu
stimuli yang mengenai indera kita. Stimuli yang menimbulkan presepsi bisa
bermacam-macam bentuknya, asal merupakan sesuatu yang langsung
mengenai indera kita. Stimuli ini akan mengenai organ yang disebut sebagai
sencory receptor (organ manusia yang menerima input stimuli atau indera).
Adanya stimulus yang mengenai sencory receptor mengakibatkan individu
merespon. Respon langsung atau segera dari organ sencory receptor tersebut
dinamakan sensasi. Tingkat kepekaan dalam sensasi antara individu satu
dengan yang lain juga berbeda-beda (Suryani, 2008).
3. Pembelajaran
Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang yang
timbul dari pengalaman. Pemebelajaran terjadi melalui interaksi dorongan,
rangsangan pertanda, respons, dan penguatan.
4. Keyakinan dan Sikap
Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang tentang
sesuatu. Keyakinan bisa didasarkan pada pengetahuan nyata, pendapat atau
iman yang bisa membawa muatan emosi atau tidak. Keyakinan akan
menbentuk citra produk dan merek yang mempengaruhi perilaku pembelian.
Sikap menggambarkan evaluasi, perasaan, dan tendensi yang relatif konsisten
Proses Pengambian Keputusan Pembelian
Menurut Kotler (2008), proses keputusan pembeli terdiri dari lima tahap, yaitu;
pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evauasi alternatif, keputusan
pembelian, dan perilaku pascapembelian. Gambar berikut memperlihatkan bahwa
konsumen melewati seluruh lima tahap itu untuk semua pembelian yang
dilakukannya. Tetapi dalam pembelian yang lebih rutin, konsumen sering
menghilangkan atau membalik urutan beberapa tahap itu.
1. Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian dimulai dengan pengenalan kebutuhan, pembeli menyadari
suatu masalah atau kebutuhan. Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal,
contohnya rasa lapar dan hapus. Dan dapat juga dipicu oleh rangsangan eksternal,
contohnya iklan suatu produk baru.
2. Pencarian Informasi
Konsumen yang tertarik mungkin akan mencari lebih banyak informasi atau
mungkin tidak. Jika dorongan konsumen itu kuat dan produk yang memuaskan
ada di dekat konsumen itu, konsumen mungkin akan membelinya kemudian. Jika
tidak, konsumen bisa menyimpan kebutuhan itu dalam ingatannya atau melakukan
pencarian informasi yang berhubungan dengan kebutuhan.
3. Evaluasi Alternatif
Evaluasi alternatif yaitu bagaimana konsumen memproses informasi untuk sampai
pada pilihan merek. Bagaimana cara konsumen mengevaluasi alternatif
4. Keputusan Pembelian
Dalam tahap evaluasi, konsumen menentukan peringkat merek dan membentuk
niat pembelian. Pada umumnya, keputusan pembelian konsumen adalah membeli
merek yang paling disukai, tetapi dua faktor bisa berada antara niat pembelian dan
keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain, dan yang kedua
adalah faktor situasional yang tidak diharapkan. Konsumen mungkin membentuk
niat pembelian berdasarkan faktor-faktor seperti pendapatan, harga, dan manfaat
produk yang diharapkan.
5. Perilaku Pascapembelian
Setelah membeli produk, konsumen akan merasa puas atau tidak akan terlihat
dalam perilaku pascapembelian yang harus diperhatikan oleh pemasar. Yang
menentukan kepuasan atau tidak kepuasan pembeli biasanya dapat dilihat dari
hubungan antara ekspektasi konsumen dan kinerja anggapan produk. Jika produk
tidak memenuhi ekspektasi, konsumen akan kecewa; jika produk memenuhi
ekspektasi, konsumen akan puas; dan jika produk melebihi ekspektasi, konsumen
akan sangat puas.
Menurut Kotler dan Keller (2009), aktivitas pemasaran muncul dalam sebuah
bentuk yang diklasifikasikan sebagai sarana bauran pemasaran dari empat jenis
yang luas, yang disebut dengan empat P yaitu produk (product), harga (price),
tempat (place), dan promosi (promotion). Pemasar membuat keputusan bauran
pemasaran untuk mempengaruhi saluran perdagangan mereka dan juga konsumen
akhir mereka. Begitu mereka memahami kelompok-kelompok ini, pemasar
P melambangkan pandangan penjual terhadap perangkat pemasaran untuk
mempengaruhi pembeli. Dari sudut pembeli, setiap perangkat pemasaran
dirancang untuk memberikan manfaat bagi mereka.
2.3. Kerangka Pemikiran
Kounsumen melakukan kegiatan pembelian untuk memenuhi kebutuhannya.
Setiap konsumen akan memenuhi semua yang diperlukan oleh tubuhnya sehingga
tidak akan kekurangan apapun.
Konsumen yang mengkonsumsi beras organik atau non organik berhubungan
dengan perilaku konsumen. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh beberapa
karakteristik konsumen. Karakteristik konsumen diantaranya adalah karakteristik
budaya, sosial, pribadi dan psikologis.
Dimana karakteristik budaya dibagi atas subbudaya dan kelas sosial. Kelas sosial
ditentukan dari tingkat pendapatan konsumen. Karakteristik sosial ditentukan oleh
faktor keluarga. Karakteristik pribadi ditentukan oleh faktor tingkat pendidikan
dan gaya hidup. Dan karakteristik psikologis ditentukan dari faktor tingkat
pendidikan konsumen serta persepsi konsumen akan beras organik tersebut.
Dalam proses keputusan pembelian beras organik tidak hanya dipengaruhi oleh
karakteristik dari konsumen, tetapi juga dipengaruhi oleh harga beras organik
tersebut. Setelah mempertimbangkan berbagai faktor, akhirnya konsumen
memutuskan untuk membeli atau tidak membeli beras organik dalam memenuhi
Secara skematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 1. Skema kerangka pemikran
Keterangan :
: Adanya hubungan
: Mempengaruhi
2.4. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis penelitian ini adalah :
1. Pendapatan, tingkat pendidikan, keluarga , rasio harga beras organik,
persepsi, dan gaya hidup mempengaruhi konsumen dalam membeli beras KONSUMEN
KEPUTUSAN MEMBELI Pendapatan
Tingkat pendidikan
Anggota Keluarga Orang Tua
Anggota Keluarga Balita
Rasio Harga Beras Organik
Persepsi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ditentukan secara purposive sampling artinya daerah penelitian
dipilih berdasarkan tujuan tertentu yang dipilih sesuai dengan tujuan penelitian.
Daerah penelitian ditetapkan di Kota Medan yang ditentukan secara sengaja di
Koperasi JaPPSA ( Jaringan Pemasaran Pertanian Selaras Alam), Brastagi
Supermarket dan Carrefour Plaza Medan Fair.
3.2. Metode Penentuan Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini, metode penarikan sampel dilakukan secara kebetulan
(accidental sampling) karena populasi konsumen beras organik di Kota Medan
tidak dapat diketahui. Metode accidental sampling yaitu siapa saja yang kebetulan
ditemui dan memenuhi kriteria sampel yaitu pembeli yang sedang berbelanja
beras dan bersedia diwawancarai. Setiap responden yang akan dipilih dan
diwawancarai tidak ditetapkan sebelumnya. Jumlah sampel yang ditetapkan dalam
penelitian adalah 60 responden. Dengan alasan untuk penelitian yang akan
menggunakan analisis data dengan statistik sampel paling minimum adalah 30
responden (Walpole,1992).
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer yaitu data dari konsumen yaitu seperti, nama, umur,
alamat, keluarga, pekerjaan, pendidikan, pendapatan dan sebagainya yang
dengan konsumen yang berpedoman pada daftar kuisioner yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Data sekunder yaitu data tentang jumlah persediaan, jumlah
penjualan, dan harga beras organik yang ada di Medan. Data sekunder diperoleh
dari lokasi penelitian, dan dokumentasi yang mendukung penelitan seperti
buku-buku literatur, jurnal, skripsi dan melalui beberapa website dengan menggunakan
fasilitas internet.
3.4. Metode Analisis Data
Untuk identifikasi masalah 1, dianalisis dengan menggunakan metode analisis
deskriptif berdasarkan data di lokasi penelitian akan permintaan beras organik.
Untuk identifikasi masalah 2, untuk melihat faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli beras organik digunakan
metode deskriptif. Data yang dikumpulkan selanjutnya akan ditabulasi dan
dianalisis. Untuk pendugaan model menggunakan metode regresi logistic biner
dengan rumus:
ln� ��
�−��� =α+ β1X1+ β2X2+ β3D1 + β4D2+ β5X3+ β6X4+ β7D3
Dimana:
Pi = Peluang membeli beras organik
1-Pi = Peluang tidak membeli beras organik
Y = Keputusan Pembelian
1 = konsumen membeli
0 = konsumen tidak membeli
X1 = Total pendapatan (Rp/bulan)
X2 = Tingkat Pendidikan (tahun)
D1 = Adanya anggota keluarga yang berusia ≥ 55 tahun
1 = jika ada
0 = jika tidak ada
D2 = Adanya anggota keluarga yang berusia < 5 tahun
1 = jika ada
0 = jika tidak ada
X3 = Perbandingan harga beras organik dengan harga beras anorganik
X4 = Persepsi (skor)
D3 = Gaya hidup Sehat
1 = Ya
0 = Tidak
Pada Hosmer dan Lemeshow (1989) kriteria uji model yang akan dilakukan
adalah:
1) Hosmer and Lemeshow Test
H0 : (1-B) = 0, B (distribusi frekuensi estimasi / observasi) = 1. Artinya tidak
ada perbedaan antara distribusi observasi dengan distribusi frekuensi estimasi,
sehingga model dinyatakan layak digunakan.
H1 : ada perbedaan antara distribusi observasi dengan distribusi frekuensi
estimasi.
Sig. > 0,05 ; H1 ditolak, H0 diterima
2) Secara serempak dari Omnibus Test
H0 : β0 = β1 = ……= β9 = 0, dimana tidak ada variabel bebas yang
berpengaruh terhadap variabel terikat.
H1 : setidaknya salah satu variabel bebas berpengaruh terhadap variabel
terikat (β1≠ 0).
Sig. > 0,05 ; H1 ditolak, H0 diterima
Sig. ≤ 0,05 ; H1 diterima, H0 ditolak
3) Secara parsial dari Wald Test
H0 : tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.
H1 : ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Wj ≤ χ2α,1 atau Sig. > 0,05 ; H1 ditolak, H0 diterima
Wj > χ2
α,1 atau Sig. ≤ 0,05 ; H1 diterima, H0 ditolak
Marginal Effect
���
��� = �̂���� (1− ���)
Dimana:
ln
�
Pi1−Pi
�
= β0+ β1 X1Pi
1−Pi= Exp (β1)
3.5. Defenisi dan Batasan Operasional
Defenisi dan batasan operasional dimaksudkan unuk menghindari
kesalahpahaman istilah-istilah yang terlibat dalam skripsi.
3.5.1.Defenisi Operasional
Adapun defenisi operasional dalam penelitian ini adalah :
1. Konsumen dalam penelitian adalah orang berbelanja beras organik dan
mengenal beras organik di lokasi penelitian yang menjadi responden.
2. Rasio harga adalah perbandingan harga beras organik dengan beras
anorganik yang dibeli oleh sampel pada saat penelitian
3. Pendidikan adalah tingkat pendidikan terakhir yang dijalani oleh responden.
4. Pendapatan adalah total besarnya gaji/pensiunan/keuntungan usaha
responden dalam rupiah.
5. Komposisi keluarga adalah anggota keluarga konsumen beras organik yaitu
orang tua yang berumur ≥ 55 tahun, dan balita yang berumur ≤ 5 tahun.
6. Persepsi adalah pendapat ataupun pemahaman konsumen terhadap beras
organik.
7. Sampel adalah konsumen yang membeli beras organik dan beras anorganik.
8. Perilaku konsumen adalah suatu sikap konsumen beras organik untuk
mengambil keputusan membeli atau tidak beras organik yang berdasarkan
3.5.2.Batasan Operasional
Adapun batasan operasional dalam penelitian ini adalah :
1. Penelitian dilakukan di JaPPSA, Brastagi Supermarket dan Carrefour
Plaza Medan Fair.
2. Sampel hanya orang yang membeli beras organik dan anorganik lokal.
3. Penelitian dilakukan ± 1 bulan
BAB IV
DESKRIPTIF DAERAH PENELITIAN
DAN KARAKTERISTIK SAMPEL
4.1. Deskriptif Daerah Penelitian
4.1.1. Letak dan Keadaan Geografis
Penelitian dilakukan di Kota Medan yang merupakan Ibu Kota dari Provinsi
Sumatera Utara. Kota Medan terletak antara 2°27'-2°47'LU - 98°35'-98°44'BT.
Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter diatas permukaan laut. Kota
Medan berbatasan dengan Selat Malaka di sebelah Utara dan Kabupaten Deli
Serdang di sebelah Selatan, Barat dan Timur.
Kota Medan merupakan salah satu dari 30 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara
dengan luas daerah sekitar 265,10 km2. Kota ini merupakan pusat pemerintahan
Dearah Tingkat I Sumatera Utara. Sebagian besar wilayah Kota Medan
merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting
yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.
Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun
Polonia bekisar antara 23,04°C – 24,08°C dan suhu maksimum berkisar antara
32,73°C – 34,47°C serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya berkisar
antara 22,6°C – 24,4°C dan suhu maksimum berkiar antara 32,3°C – 33,9°C.
Rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali perbulannya 133,75 mm dan pada
4.1.2. Tata Guna Tanah/Lahan
Pola penggunaan tanah di Kota Medan sangat beragam jenisnya. Penggunaan
tanah terdiri dari bangunan-bangunan yang menjulang tinggi dan sangat besar
yaitu mulai dari bangunan pemukiman, perkantoran, pemerintahan, tempat ibadah,
pusat-pusat perbelanjaan modern, pasar-pasar tradisional, fasilitas umum,
bangunan pendidikan, tempat rekreasi, restoran, hotel dan lahan pertanian di
pinggiran kota. Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia sehingga
keadaan bangunan sangat padat dan rapat dengan jumlah penduduk yang banyak.
4.1.3. Keadaan Penduduk
a. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Medan
Penduduk Kota Medan berjumlah 2.097.610 orang dengan rumah tangga yang
terbesr di setiap kecamatan dan kelurahan di Kota Medan. Jumlah penduduk
perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-laki. Tabel 1 menunjukkan
bahwa usia non produktif (0-14 tahun) yang terdiri dari bayi, balita, anak-anak
dan remaja berjumlah 574.129 jiwa (27,37 %). Jumlah usia produktif (15-54
tahun) yaitu orang dewasa sebesar 1.337.435 jiwa (63,76%). Dan jumlah manula
(≥ 55 tahun) sebesar 186.046 jiwa (8,87%). Untuk mengetahui lebih jelas
mengenai jumlah dan persentase penduduk Kota Medan berdasarkan golongan
Tabel 1. Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Kelompok Umur dan Jenis Sumber: BPS, Medan dalam angka 2011
Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2010
sebesar 2.097.610 jiwa yang terdiri dari 1.036.926 jiwa laki-laki (49,43%) dan
1.060.684 jiwa perempuan (50,57 %).
b. Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk kota Medan bervariasi jenisnya, ada yang bekerja
sebagai pegawai negeri, pegawai swasta, TNI/POLRI, dan sebagainya. Untuk
mengetahui lebih jelas mengenai mata pencaharian penduduk Kota Medan dapat
Tabel 2. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian Tahun 2010 No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Pegawai Negri 18.619 4,54
Sumber: BPS, Medan dalam angka 2011
Tabel 2 menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk terbesar adalah sebagai
pegawai swasta yaitu sebesar 20.724 orang (5,05%), pegawai negeri sebesar
18.619 orang (4,54%), TNI?POLRI sebesar 14.7170 orang (3,58%), tenaga
pengajar sebesar 6.994 orang (1,69%) , tenaga kesehatan 6.353 orang (1,54%),
dan mata pencaharian lainnya yaitu gabungan dari berbagai macam pekerjaan
yang tidak dapat disebutkan satu per satu sebesar 342.733 orang (83,57%).
c. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Penduduk Kota Medan menurut tingkat pendidikan terdiri dari tamat SD, SLTP,
SLTA, Perguruan Tinggi. Untuk mengetahui lebih jelas mengenal tingkat
pendidikan penduduk Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010
No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1 SD 268.921 32,27
2 SMP 114.381 13,72
3 SMA 121.843 14,62
4 Perguruan Tinggi 328.185 39,38
Jumlah 833.330 100
Sumber: BPS, Medan dalam angka 2011
orang (39,38%), Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar orang 268.921 (32,27%),
Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebesar orang 121.843 (14,62%), dan
Sekolah Menengah Pertama 114.381 orang (13,72%).
4.1.4. Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Sarana dan Prasarana
No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)
1 Sekolah a. SD b. SMP c. SMA d. SMK
e. Perguruan Tinggi
805 3 Tempat Peribadatan
a. Mesjid/Musholla
a. Pasar Tradisional b. Pasar Modern
56 239 Sumber: BPS, Medan dalam angka 2011
Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan
masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju
ini dapat dilihat dari jenis-jenis sarana yang tersedia baik sarana pendidikan,
kesehatan, tempat peribadatan, transportasi dan pasar yang sudah cukup memadai.
Sarana pendidkan di Kota Medan sangat lengkap mulai dari Playgroup, Taman
Kanak-kanak, Sekolah Dasar berjumlah 805 unit, Sekolah Menengah Pertama
berjumlah 353 unit, Sekolah Menengah Atas berjumlah 205 unit, Sekolah
Menengah Kejuruan berjumlah 134 unit, hingga ke Perguruan Tinggi berjumlah
33 unit dengan berbagai tingkat strata. Status sekolah pun beragam mulai dari
negeri dan swasta yang tersebar di setiap sudut dan pelosok Kota Medan dengan
kualitas beragam. Sarana kesehatan sangat diperlukan oleh penduduk kota besar
seperti Kota Medan yang berpenduduk besar. Sarana kesehatan yang ada yaitu
Puskesmas 39 unit, Pustu 41 unit, BPU 349 unit, Rumah Bersalin 117 unit dan
Rumah Sakit 76 unit yang tersebar diseluruh kecamatan.
Sarana Peribadatan sangat diperlukan oleh penduduk kota besar seperti Kota
Medan yang berpenduduk beragama. Sarana peribadatan yang ada yaitu
mesjid/Musholla 1.706 unit, Gereja 634 unit, Kuil 26 unit, Wihara 21 unit, dan
Klenteng 5 unit yang tersebar diseluruh kecamatan. Sarana transportasi sangat
lengkap di dalam kota, angkutan kota sangat banyak ke segala penjuru Kota
Medan. Panjang jalan Kota Medan 3.191,5 km, jalan yang dalam kondisi baik
sepanjang 3.254,3 km, jalan dalam kondisi sedang 15,8 km dan 20,1 km rusak
sedangkan yang dalam kondisi rusak berat 1,3 km.
Pasar tradisional maupun pasar modern banyak sekali terdapat di Kota Medan.
dan pasar modern berjumlah 239 unit yang terdiri dari supermarket/minimarket
dan mall/plaza yang tersebar di seluruh kecamatan.
4.2. Karakteristik Lokasi Penelitian
4.2.1. JaPPSA
JaPPSA (Jaringan Pemasaran Pertanian Selaras Alam) merupakan sebuah
koperasi pertanian yang bergerak dibidang pemasaran komuditi pertanian.
Koperasi ini membantu para petani organik yang memiliki masalah dalam
pemasaran hasil produknya. JaPPSA menjual produk pertanian yang berasal
langsung dari produsen (petani organik) dan kemudian dijual langsung di outlet
JaPPSA yang berada di Jalan Setia Budi No.144 Tanjung Sari Medan. Produk
yang dipasarkan oleh JaPPSA hanya yang berasal dari produk petani dampingan
LSM jaringan yang tersebar di sejumlah kabupaten, seperti Serdang Bedagai,
Langkat, Simalungun, Deli Serdang, Tanah Karo dan daerah lainnya. Hal ini
dimaksudkan untuk mengontrol kualitas produk agar tetap sesuai dengan kriteria
pertanian selaras alam.
Produk-produk yang dijual di JaPPSA yaitu beras organik, sayuran organik,
buah-buahan organik serta produk olahan bahan makanan seperti minyak goreng, teh,
tepung, mie sayur dan lainnya. Saat ini JaPPSA memang belum memiliki
sertifikat organik, tetapi sudah diuji oleh laboratorium dan dinyatakan bebas dari
residu kimia.
4.2.2. Brastagi Supermarket
Brastagi Supermarket Medan berda di Jalan Jendral Gatot Subroto No. 288
tanggal 6 Juli 2006 berubah menjadi Supermarket Brastagi. Produk yang dijual
pada ritel ini awalnya berfokus pada buah-buahan, sayur-sayuran, makanan dan
minuman, kemudian ditambah dengan kebutuhan sehari-hari dan peralatan rumah
tangga. Untuk buah-buahan, sayur-sayuran ,ikan, daging, dan roti yang dijual di
Supermarket Brastagi selalu dalam keadaan fresh yang sesuai dengan visi mereka
sehingga strategi ini menjadi daya tarik utama untuk menjaring konsumen lebih
banyak dan menjadi market leader.
4.2.3.Carrefour Plaza Medan Fair
Carrefour Plaza Medan Fair berada di Plaza Medan Fair yang terletak di Jalan
Jendral Gatot Subroto No.30 Medan. Gerai Carrefour ini dibuka pada tanggal 23
September 2004 seiring dengan pembukaan Plaza Medan Fair. Dengan memiliki
bangunan 11.000 m2, Carrefour menyediakan segala produk yang dibutuhan oleh
masyarakat Medan seperti SEMBAKO (Sembilan bahan pokok), berbagai jenis
makanan, buah-buahan, sayur-sayuran, produk kecantikan, perlengkapan mandi,
pakaian, perlengkapan/perabotan rumah tangga, alat-alat elektronik dan barang
pelengkap lainnya.
Hipermart Carrefour Plaza Medan Fair memiliki segmen pasar yang luas yaitu
mencakup semua lapisan masyarakat dari konsumen yang berpendapatan rendah,
menengah sampai atas. Hal ini sebagai peluang yang sangat baik bagi manajemen
untuk menarik pelanggan agar mau berbelanja ditempat ini sesuai dengan strategi
yang dijalankan oleh Carrefour yang menjual produk paling murah, paling
4.3. Deskripsi Karakteristik Sampel dan Variabel Bebas
Sampel penelitan adalah orang yang membeli beras organik dan beras anorganik
yang dijumpai di JaPPSA (Jaringan Pemasaran Pertanian Selaras Alam), Brastagi
Supermarket dan Carrefour Medan Fair Plaza. Karakteristik konsumen sampel
yang dimasudkan adalah meliputi karakter sosial ekonomi yang terdiri dari umur,
tingkat pendidikan, dan pendapatan keluarga.
Tabel 5. Distribusi Sampel
N
JAPPSA Brastagi Carrefour
Organik Organik anorganik organik anorganik
Rata2 Range Rata2 Range Rata2 range Rata2 range Rata2 range
Sumber: Data diolah dari lampiran 2 dan 3
1. Pendapatan
Dari Tabel 5 diatas dapat dilihat range pendapatan keluarga sampel yang membeli
beras organik di JaPPSA adalah Rp.2.500.000 – Rp.15.000.000 dengan rataan
Rp.6.830.000. Sampel di Brastagi Supermarket yang membeli beras organik
rataan Rp.6.780.000, sedangkan yang membeli beras anorganik range pendapatan
keluarga antara Rp.2.000.000 – Rp.8.000.000 dengan rataan Rp.3.490.000. Pada
sampel di Carrefour Plaza Medan Fair yang membeli beras organik dengan range
pendapatan keluanrga antara Rp.2.500.000 – Rp.10.000.000 dengan rataan
Rp.5.300.000, sedangkan yang membeli beras anorgnik range pendapatan
keluarga antara Rp.2.500.000 – Rp.7.000.000 dengan rataan Rp.3.980.000.
2. Tingkat pendidikan
Pendidikan sangat erat hubungannya dengan pengetahuan terhadap suatu barang
baik dari segi kualitas maupaun manfaatnya. Adapun pendidikan sampel di daerah
penelitian Kota Medan bervariasi dari SD sampai Pertguruan Tinggi. Pada Tabel 5
dapat dilihat range tingkat pendidikan sampel yang membeli beras organik di
JaPPSA adalah 12-23 tahun dengan rataan pada 17 tahun Sampel di Brastagi
Supermarket yang membeli beras organik dan anorganik dengan range tingkat
pendidikian antara 12-17 tahun dengan rataan 17 tahun sedangkan pada sampel di
Carrefour Plaza Medan Fair yang membeli beras organik dengan range tingkat
pendidikan antara 12-17 tahun dengan rataan 15 tahun, sedangkan yang membeli
beras anorganik dengan range tingkat pendidikan antara 12-17 tahun dengan
rataan 12 tahun.
3. Umur
Pada Tabel 5 dapat dilihat range sampel yang membeli beras organik di Jappsa
antara 20-62 tahun dengan rataan 38 tahun. Sampel di Brastagi Supermarket yang
dengan rataan 37 tahun. Pada sampel di Carrefour Plaza Medan Fair yang
membeli beras organik dengan range umur antara 30-46 tahun dengan rataan 41
tahun, sedangkan yang membeli beras anorganik dengan range umur antara 42-52
tahun dengan rataan 43 tahun.
4. Jumlah Anggota Keluarga
Pada Tabel 5 dapat dilihat sampel yang membeli beras organik di JaPPSA
memiliki jumlah anggota keluarga dengan range antara 2-7 orang dengan rataan 4
orang. Sampel di Brastagi Supermarket yang membeli beras organik memilii
jumlah anggota keluarga dengan range antara 3-5 orang dengan rataan 3 orang,
sedangkan yang membeli beras anorganik dengan range antara 2-6 orang dengan
rataan 4 orang. Pada sampel di Carrefour Plaza Medan Fair yang membeli beras
organik dan anorganik memiliki jumlah anggota keluarga dengan range antara 4-6
orang dengan rataan 4 orang.
5. Harga Beras
Pada Tabel 5 dapat dilihat range harga beras organik yang dijual di JaPPSA
antara Rp.12.500 – Rp.15.000 per Kg dnegan rataan Rp.12.700. Di Brastagi
Supermarket range harga beras organik yang dibeli sampel antara Rp.21.000 –
Rp.25.000 per Kg dengan rataan Rp.22.700, sedangkan range harga beras
anorganik yang dibeli sambel antara Rp.9.000 – Rp.10.000 per Kg dengan rataan
Rp.9.700. Di Carrefour Plaza Medan Fair range harga beras organik yang dibeli
sampel antara Rp.19.000 – Rp.21.000 per Kg dengan rataan Rp.19.800, sedangkan
range harga beras anorganik antara Rp.9.000 – Rp.11.000 per Kg dengan rataan
6. Jenis Kelamin
Pada Tabel 5 dapat dilihat jenis kelamin sampel yang membeli dan tidak membeli
beras organik. Di JaPPSA sampel yang membeli beras organik adalah 7 orang
laki-laki (11,67%) dan 18 orang perempuan (30%). Di Brastagi Supermarket,
sampel yang membeli beras organik adalah 8 orang perempuan (13,33%) dan
yang membeli beras anorganik adalah 10 orang perempuan (16,67%). Sedangkan
di Carrefour Plaza Medan Fair, sampel yang membeli beras organik adalah 7
orang perempuan (11,67%) dan sampel yang membeli beras anorganik adalah 10
orang perempuan (16,67%).
7. Persepsi
Pada Tabel 5 dapat dilihat skor persepsi sampel terhadap beras organik. Sampel
yang membeli beras organik di JaPPSA memiliki rentang skor pesepsi antara 4-8
skor dengan rataan 7 skor. Sampel yang berbelanja di Brastagi Supermarket yang
membeli beras organik memiliki range skor persepsi antara 7-8 skor dengan rataan
7 skor, sedangkan sampel yang membeli baras anorganik dengan range skor
persepsi antara 3-8 skor dan rataan 5 skor. Sampel di Carrefour Plaza Medan yang
mambeli beras organik memiliki range skor persespi antar 7-8 skor dengan rataan
7 skor, sedangkan yang membeli beras anorganik dengan range skor persepsi
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Perkembangan Permintaan Konsumen Beras Organik
5.1.1. Pandan Wangi
Salah satu jenis beras organik adalah varietas Pandan Wangi. Beras ini merupakan
beras dari varietas lokal yang dibudibayakan secara organik, alami, dan tanpa
merubah susunan genetiknya. Beras organik varietas Pandan Wangi mempunyai
aroma yang khas, yaitu aroma pandan. Apabila dimasak menjadi nasi, akan terasa
sangat pulen dan berbau khas. Rasanya pun enak dan pulen.
Beras varietas Pandan Wangi ini dijual di JaPPSA dalam tiga ukuran yaitu ukuran
10kg, 5kg, dan 1 kg. Dengan harga Rp.125.000 per 10 kg, Rp.64.000 per 5 kg,
dan Rp.13.000 per 1 kg, dan beras yang paling banyak terjual dalam ukuran 10 kg.
Harga jual JaPPSA selama satu tahun tidak mengalami kenaikan maupun
penurunan. Karena harga beli dari petani juga tidak mengalami perubahan.
Sedangkan beras jenis ini dijual di Brastagi Supermarket seharga Rp.104.500 per
5 kg dan Rp.29.000 per 1 kg dan di Carrefour Beras Pandan Wangi dijual seharga
Rp. 106.000 per 5 kg, namun harga sewaktu-waktu dapar berubah dihari-hari
Sumber: Data olahan lampiran 1
Gambar 2. Grafik Penjualan Beras Organik Pandan Wangi JaPPSA 2012
Dari grafik diatas dapat dilihat penjualan tertinggi beras organik varietas Pandan
Wangi pada bulan Juli yaitu 745 kg. penjualan beras ini mengalami peningkatan
dari bulan Januari hingga Juli, dan mengalami penurunan mulai bulan Agustus.
Hal ini terjadi karena pada Juni dan Juli JaPPSA juga memasukkan beras
organiknya ke ritel-ritel yang ada di Kota Medan seperti Macan Group, Maju
Bersama dan Kasimura. Namun, hanya bertahan 2 bulan karena di ritel-ritel
tersebut peletakan beras organiknya disamakan dengan beras konvensional biasa,
sehingga memasukki minggu ketiga beras organik tersebut mulai berkutu dan
menyebabkan kerugian dari pihak JaPPSA. Oleh karena itu, pada bulan
September JaPPSA memulai menjual produknya sendiri tanpa dimasukkan ke
ritel-ritel. Dalam permintaan JaPPSA ke petani dilakukan jika stok di toko mereka
sudah mau habis. Biasanya petani menggiling padi mereka jika setelah ada
pemesanan dari JaPPSA sehingga beras yang mereka jual selalu dalam keadaan
5.1.2. Ciherang
Jenis lainnya dari beras organik yang dijual di JaPPSA adalah varietas Ciherang.
Berbeda dengan varietas Pandan Wangi, varietas ini tidak memiliki aroma yang
wangi dan beras ini cocok bagi penderita penyakit diabetes, kolestrol dan darah
tinggi karena kandungan glukosa yang rendah.
Konsumen membeli beras organik varietas ini biasanya karena mengetahui
manfaat dari beras varietas ini, karena kalau dari rasanya menurut mereka tidak
seenak Pandan Wangi, namun karena ada anggota keluarga konsumen yang
menderita diabetes maupun kolestrol sehingga mereka memutuskan membeli
beras varietas ini.
Sumber: Data olahan lampiran 1
Gambar 3. Grafik Penjualan Beras Organik Ciherang JaPPSA 2012
Dari grafik diatas dapat dilihat perkembangan permintaan konsumen dari jumlah
penjualan beras organik Ciherang ini. Dapat dilihat mulai ada penjualan pada