• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Membeli Beras Organik (Studi Kasus : JaPPSA, Brastagi Supermarket dan Carrefour Plaza Medan Fair)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Membeli Beras Organik (Studi Kasus : JaPPSA, Brastagi Supermarket dan Carrefour Plaza Medan Fair)"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN

KONSUMEN DALAM MEMBELI BERAS ORGANIK

(Studi Kasus : JaPPSA, Brastagi Supermarket dan Carrefour Plaza Medan Fair)

SKRIPSI

OLEH

NURUL ILDRAKASIH

080304064

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN

KONSUMEN DALAM MEMBELI BERAS ORGANIK

(Studi Kasus : JaPPSA, Brastagi Supermarket dan Carrefour Plaza Medan Fair)

SKRIPSI

OLEH

NURUL ILDRAKASIH

080304064

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar

Sarjana di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera, Medan

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

NURUL ILDRAKASIH ( 080304064/AGRIBISNIS) Dengan Judul

skripsi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Membeli

Beras Organik di Kota Medan. Dosen Pembimbing Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D

dan Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA.

Beras organik adalah salah satu hasil produk pertanian organik. Varietas

lokal yang dikembangkan saat ini adalah Pandan Wangi, Ciherang, Kuku Balam

dan Beras Hitam. Semakin tingginya kesadaran konsumen akan pentingnya

kesehatan dan pelestarian lingkungan sehingga diperkirakan permintaan beras

organik akan meningkat. Tujuan Penelitan adalah untuk mengetahui

perkembangan permintaan konsumen beras organik di daerah penelitan dan untuk

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam

membeli beras organik di daerah penelitan.

Penelitian dilaksanakan di JaPPSA, Brastagi Supermarket dan Carrefour

Plaza Medan Fair pada bulan Oktober 2012. Penentuan sampel dengan cara

accidentak sampling, yaitu siapa saja yang kebetulan dijumpai yang sedang

berbelanja beras organik dan anorganik. Untuk pendugaan model menggunakan

metode regresi logistik biner.

Hasil penelitian yang diperoleh antara lain: permintaan konsumen akan

beras organik berfluktasi tiap bulannya, dan keputusan pembelian beras organik

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 26 Maret 1990 dari pasangan Bapak

Ismail dan Ibu Elvi Suryani. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah:

1. Tahun 1997 masuk Sekolah Dasar di SD Swasta Al-Ulum dan tamat pada

tahun 2002.

2. Tahun 2002 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Swasta Harapan 2

Medan dan tamat pada tahun 2005.

3. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Swasta Harapan 1

Medan dan tamat tahun 2008.

4. Tahun 2008 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, melalui jalur SNM-PTN.

5. Bulan Juni-Juli 2012 melaksanakan PKL (Praktek Kerja Lapangann) di

Desa Danau Sijabut Kabupaten Asahan.

6. Bulan Oktober melaksanakan penelitian skripsi di JaPPSA, Brastagi

Supermarket dan Carrefout Plaza Medan Fair.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis juga merupakan anggota Ikatan

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Membeli Beras

Organik (Studi Kasus: JaPPSA, Brastagi Supermarket, Carrefour Plaza Medan

Fair”.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Ibu Elvi Suryani dan Papa Ismail yang telah

membesarkan, memelihara, serta mendidik penulis selama ini.

2. Abang dan adik tercinta, Briptu. Alfi Syahri, dan Teguh Pribadi atas segala

dukungannya baik moril maupun materil.

3. Kepada Ketua Komisi Pembimbing Ibu Ir. Diana Chalil, Msi, Ph.D dan

kepada Ibu Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA selaku Anggota Komisi

Pembimbing yang telah dengan dengan sabar membimbing penulis mulai

dari usulan penelitian, penelitian, sampai ujian akhir.

4. Kepada Manajer JaPPSA Bapak You Onse Ferianto S dan Kak Betty atas

kesediannya menerima penulis untuk melakukan penelitian serta semua

bantuannya hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

6. Kepada sahabat-sahabat tersayang, Adinda Soraya, Anggun Nurul

(6)

Mina, Dana, Donnie dan Delpi atas segala perhatian, dukungan, masukan,

dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada seluruh teman-teman seangkatan 08 atas kebersamaan dan kerja

samanya selama ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga skripsi ini dapat

(7)

DAFTAR ISI

BAB I . PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penulisan ... 4

1.3. Kegunaan Penulisan ... 4

BAB II . TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka ... 5

2.2. Landasan Teori ... 10

2.3. Kerangka Pemikiran ... 24

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1.Metode Penentuan Lokasi Penelitian ... 25

3.2. Metode Penentuan Sampel Penelitian ... 25

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 25

3.4. Metode Analisis Data ... 26

(8)

4.2.2. Brastagi Supermarket ... 37

4.2.3. Carrefour Plaza Medan Fair ... 38

4.3. Deskripsi Karakteristik Sampel dan Variabel Bebas ... 39

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAAN 5.1. Perkembangan Permintaan Konsumen Beras Organik ... 43

5.1.1. Pandan Wangi ... 43

5.1.2. Ciherang ... 45

5.1.3. Kuku Balam ... 46

5.1.4. Beras Merah ... 48

5.1.5. Beras Hitam ... 51

5.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Respon (Membeli/Tidak Membeli) Konsumen Beras Organik ... 53

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 60

6.2. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1. Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Kelompok

Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010………..……. 33

2. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian Tahun 2010...………. 34

3. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010………..……….. 34

4. Sarana dan Prasarana...…...……… 35

5. Distribusi Sampel………...……… 39

6. Hosmer dan Lomeshow Test……….……… 53

7. Omnimbus Test of Model Coefficient……….. 54

(10)

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

1. Skema Kerangka Pemikiran……… 24

2. Grafik Penjualan Beras Organik Pandan Wangi JaPPSA………….. 44

3. Grafik Penjualan Beras Organik Ciherang JaPPSA 2012..………… 45

4. Grafik Penjualan Beras Organik Kuku Balam JaPPSA 2012……… 47

5. Grafik Penjualan Beras Merah Organik JaPPSA 2012..……… 49

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Keterangan

1. Data Penjualan Beras Pandan Wangi, Ciherang, Kukubalam, Beras Merah

dan Beras Hitam di JaPPSA Tahun 2012

2. Karakteristik Sampel

3. Faktor-fator Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen

4. Persepsi Konsumen

5. Skor Gaya Hidup

(12)

ABSTRAK

NURUL ILDRAKASIH ( 080304064/AGRIBISNIS) Dengan Judul

skripsi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Membeli

Beras Organik di Kota Medan. Dosen Pembimbing Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D

dan Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA.

Beras organik adalah salah satu hasil produk pertanian organik. Varietas

lokal yang dikembangkan saat ini adalah Pandan Wangi, Ciherang, Kuku Balam

dan Beras Hitam. Semakin tingginya kesadaran konsumen akan pentingnya

kesehatan dan pelestarian lingkungan sehingga diperkirakan permintaan beras

organik akan meningkat. Tujuan Penelitan adalah untuk mengetahui

perkembangan permintaan konsumen beras organik di daerah penelitan dan untuk

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam

membeli beras organik di daerah penelitan.

Penelitian dilaksanakan di JaPPSA, Brastagi Supermarket dan Carrefour

Plaza Medan Fair pada bulan Oktober 2012. Penentuan sampel dengan cara

accidentak sampling, yaitu siapa saja yang kebetulan dijumpai yang sedang

berbelanja beras organik dan anorganik. Untuk pendugaan model menggunakan

metode regresi logistik biner.

Hasil penelitian yang diperoleh antara lain: permintaan konsumen akan

beras organik berfluktasi tiap bulannya, dan keputusan pembelian beras organik

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Revolusi hijau merupakan upaya untuk meningkatkan produksi pangan melalui

usaha pengembangan teknologi pertanian. Revolusi hijau dimulai sejak dekade

1960-an dengan label “pertanian modern”. Kegiatan pertanian modern ini meliputi

penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk kimia, penggunaan pestisida kimia,

mekanisasi pertanian, dan pnyuluhan pertanian secara massal.

Disatu sisi revolusi hjau memang dapat meningkatkan produksi pangan, namun

disisi lain revolusi hijau juga berdampak negatif terhadap lingkungan. Beberapa

dampak negatif yang disebabkan oleh revolusi hijau terhadap lingkungan hidup

antara lain adalah munculnya jenis “hama” baru yang lebih resisten terhadap

pestisida sehingga terjadinya ledakan hama akibat predator alami yang ikut mati

terkena semprotan pestisida. Selain itu perubahan kondisi fisik dan kimia tanah

akibat dosis pupuk yang tinggi dan terus-menerus menyebabkan penurunan

kesuburan lahan yang pada gilirannya mengakibatkan turunnya produktivitas

lahan dan tercemarnya kandungan air tanah (Sugito, 1995).

Menyadari besarnya dampak negatif tersebut, pakar pertanian mempelopori dan

menerapkan gagasan mengenai pertanian organik, yaitu sistem pertanian yang

secara ekologi ramah terhadap lingkungan sehingga produksinya aman untuk

dikonsumsi manusia dan sekaligus mampu menyediakan pangan yang cukup bagi

(14)

organik ini bebas dari kandungan bahan kimia karena sama sekali tidak

menggunakan bahan kimia (seperti pupuk buatan, pestisida, insektisida, fungisida,

dan herbisida), melainkan menggunakan bahan-bahan alami dalam proses

produksinya.

Salah satu contoh hasil produk dari pertanian organik adalah beras organik. Beras

organik ada yang berwarna putih, merah dan hitam. Beras organik putih sendiri

memiliki bermacam-macam varietas diantaranya adalah varietas pandan wangi,

kuku balam, ciherang, ramos, siredek dan sebagainya. Semua jenis beras organik

memiliki manfaaat yang hampir sama. Beras organik sangat baik bagi kesehatan

karena bebas dari bahan kimia berbahaya dibandingkan dengan beras lain.

Memiliki kandungan nutrisi dan mineral tinggi, kandungan glukosa, karbohidrat

dan proteinnya mudah terurai, aman dan sangat baik dikonsumsi penderita

diabetes, baik untuk program diet, mencegah kanker, jantung, asam urat, darah

tinggi, dan vertigo. Selain itu rasa nasi dari beras organik lebih empuk dan pulen.

Beras organik aman dikonsumsi oleh balita, orang dewasa, dan para manula.

Kehadiran beras organik disambut gembira masyarakat yang sangat

memperhatikan kesehatan dan kelestarian lingkungan. Mereka mulai sadar bahwa

selama ini makanan yang dikonsumsi mengandung residu pupuk dan pestisida

kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Itulah sebabnya mereka mulai mencari

bahan makanan yang diproduksi secara organik sehingga aman dikonsumsi dan

sekaligus ramah lingkungan. Hal tersebut terindikasi dengan pertumbuhan pasar

(15)

oleh alasan kesehatan, 94% responden di berbagai kota besar di Eropa

menyatakan bahwa mereka membeli pangan organik karena mereka sangat peduli

akan kesehatan pribadi serta anggota keluarganya, sehingga diperkirakan

permintaan beras organik akan meningkat dan peluang pasarnya semakin lebar

(Sriyanto, 2010). Namun produksi yang tersedia belum mampu memenuhi

kebutuhan pasar yang terus meningkat. Hal ini disebabkan masih sedikitnya petani

yang melakukan pertanian organik daripada non-organik (Sulaeman, 2007).

Dari beberapa keunggulan, tingginya kualitas beras organik menyebabkan

tingginya harga beras tersebut dibanding dengan harga beras biasa, hal ini karena

jumlah produksi beras organik masih terbatas dalam skala kecil dan dilakukan

oleh kelompok tani binaan. Harga beras organik yang relatif mahal tersebut

sehingga menyebabkan konsumen yang mengkonsumsi beras organik pun berasal

dari kalangan menengah dan kalangan atas. Penjualan beras organik pun masih

dikatakan terbatas karena hanya tersedia di tempat-tempat tertentu seperti di

pasar-pasar modern dan tidak tersedia di pasar tradisional. Hal ini yang membuat

beras organik mempunyai segmen pasar sendiri. Berdasarkan uraian diatas, maka

penulis tertarik melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

keputusan konsumen dalam membeli beras organik di kota Medan.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan beberapa

permasalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perkembangan permintaan konsumen beras organik di daerah

(16)

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam

membeli beras organik di daerah penelitan?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perkembangan permintaan konsumen beras organik di

daerah penelitan.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen

dalam membeli beras organik di daerah penelitan.

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi para pembaca yang

memiliki ketertarikan terhadap faktor-faktor mempengaruhi keputusan

konsumen dalam membeli beras organik.

2. Sebagai referensi bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan perilaku

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI

DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

Beras merupakan salah satu padian paling penting di dunia untuk konsumsi

manusia. Di Negara-negara Asia yang penduduknya padat, khususnya

Bangladesh, Myanmar, kamboja, Cina, Indonesia, Korea, laos, Filipina, Sri

Lanka, Thailand, dan Vietnam, beras merupakan pangan pokok. Sebanyak 75%

masukan kalori harian masyarakat di Negara-negara Asia tersebut berasal dari

beras. Lebih dari 50% penduduk dunia tergantung pada beras sebagai sumber

kalori utama (Haryadi, 2006).

Di Indonesia, beras merupakan komuditas strategis yang memiliki sensitivitas

politik, ekonomi, dan kerawanan sosial yang tinggi. Demikian tergantungnya

penduduk Indonesia pada beras maka sedikit saja terjadi gangguan produksi beras,

pasokan beras menjadi terganggu dan harga jual meningkat. Dengan demikian

pemerintah berusaha untuk mencapai swasembada beras. Segala daya upaya

ditempuh agar terwujud target produksi. Intensifikasi pertanian pun efektif

diterapkan. Teknologi pertanian melalui bibit unggul, pemupukan dan

pemberantasan hama penyakit diadopsi. Upaya tersebut membuahkan hasil, pada

tahun 1985 Indonesia berhasil mencapai swasembada beras.

Untuk meningkatkan produksi hingga tercapai swasembada beras pada tahun

1985, teknik bercocok tanam tradisional benar-benar ditinggalkan. Teknik

(18)

dilakukan pertanian modern dengan menggunakan pupuk kimia dan pestisida

kimia. Seiring berjalannya waktu, masyarakat Indonesia sadar akan bahwa hasil

dari pertanian modern akan merusak lingkungan dan tidak baik untuk kesehatan,

maka mulai diterapkan kembali pertanian organik yang ramah lingkungan dan

baik untuk kesehatan konsumen, yaitu diterapkannya pertanian padi organik

(Andoko,2002).

Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan

bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan-bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama

pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama pangan

yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak

lingkungan (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2002).

Salah satu cara untuk mendapatkan beras dengan kualitas yang baik adalah

dengan lebih mensosialisasikan usaha padi organik. Usahatani padi organik ini

selain sangat baik untuk kesehatan orang yang mengkonsumsinya karena bebas

dari kandungan bahan kimia yang berbahaya (Nainggolan,2001). Beras organik

merupakan beras yang berasal dari padi yang dibudidayakan secara organik atau

tanpa pengaplikasian pupuk kimia dan pestisida kimia. Oleh karena tanpa bahan

kimia, beras organik tersebut pun terbebas dari residu pupuk kimia dan pestisida

kimia. Beras organik sebenarnya bukan hal baru bagi manusia, termasuk di

Indonesia. Sudah sejak dahulu nenek moyang kita membudidayakan padi tanpa

bahan kimia yang saat ini dikenal dengan istilah pertanian organik.

(19)

itu, rasa dari beras organik lebih empuk dan pulen. Keunggulan lainnya adalah

warna dan daya simpannya lebih baik dari beras biasa. Sesudah ditanak, beras

organik akan menjadi nasi yang warnanya lebih putih dibandingkan beras biasa

(Andoko, 2002).

Beras organik mengandung nutrisi dan mineral tinggi, kemudian kandungan

glukosa,karbohidrat dan proteinnya mudah terurai sehingga aman untuk

dikonsumsi penderita diabetes dan baik untuk program diet. Selain itu, aroma dan

rasa beras organik juga lebih pulen & harum serta lebih tahan lama dibandingkan

dengan beras non-organik. Beberapa macam jenis beras organik adalah sebagai

berikut:

1. Beras Pandan Wangi

2. Beras IR-64

3. Beras Kuku Balam

4. Beras Merah

5. Beras Hitam

Walaupun harga beras organik jauh lebih mahal dibandingkan beras non-organik

namun hal tersebut sebanding dengan manfaat dan kualitas yang akan diperoleh.

Dan dengan semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat mengenai arti

penting kesehatan, maka tingkat konsumsi beras organik dari waktu ke waktu pun

(20)

Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Putri (2002) menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi

keputusan konsumen untuk mengkonsumsi beras organik adalah harga beras

organik, harga beras lain, tingkat pendidikan, besarnya pendapatan keluarga serta

ukuran keluarga. Dengan menggunakan model regresi linier berganda, dijelaskan

bahwa harga beras organik memilik hubungan yang negatif terhadap permintaan

beras organik. Sedangkan harga beras lain, tingkat pendapatan keluarga, tingkat

pendidikan dan ukuran keluarga memiliki hubungan yang positif terhadap

permintaan beras organik. Analisis penilaian konsumen beras organik

menggunakan Model FishBein untuk mengetahui sikap konsumen terhadap suatu

atribut produk tertentu berdasarkan pada perangkat kepercayaan dan diberi bobot

oleh evaluasi terhadap atribut tersebut. Menurut penilaian konsumen, konsumen

sangat mementingan atribut kualitas, rasa, kehigienisan, harga, dan kemudahan

diperoleh dalam mengkonsumsi beras organik. Sedangkan atribut kemasan dan

prestise tidak terlalu menjadi perhatian konsumen.

Dalam penelitian Januar (2006) variabel-variabel yang diduga berpengaruh nyata

terhadap permintaan beras organik adalah pendapatan, usia, jumlah anggota

keluarga, pendidikan, frekuensi konsumsi, dummy harga, dummy jenis kelamin,

dan dummy sumber informasi. Model yang digunakan untuk menganalisis

faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras organik adalah regresi linier

berganda. Variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan beras

(21)

Pada penelitian Arnas (2009) yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan rumah tangga terhadap sayuran organik di Bogor, diketahui bahwa

variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap permintaan bayam organik

adalah pendapatan, usia , harga bayam organik, dan dummy gaya hidup.

Variabel-variabel bebas tersebut berpengaruh nyata terhadap permintaan bayam organik,.

Sedangkan jumlah anggota keluarga, lama pendidikan formal, dummy jenis

kelamin, dan dummy sumber informasi tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap permintaan bayam organik. Sedangkan variabel yang berpengaruh nyata

terhadap permintaan wortel organik adalah pendapatan, usia, lama pendidikan

formal, dan dummy gaya hidup . Variabel-variabel bebas tersebut berpengaruh

nyata terhadap permintaan wortel organik. Sedangkan variabel jumlah anggota

keluarga, harga wortel organik, dummy jenis kelamin, dan dummy sumber

informasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan wortel

organik. Model terpilih yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan bayam dan wortel organik adalah model regresi linier

berganda.

Dalam penelitian Hartari (2005) mengenai Atribut Produk dan Karakteristik

Konsumen Beras Organik terhadap Sikap Konsumen Beras Organik menjelaskan

bahwa sikap konsumen beras organik diketahui dengan menngunakan metode

multiatribut fishbein. Atribut produk yang mempengaruhi sikap konsumen adalah

kepulenan, rasa, harga, aroma dan kesesuaian dengan selera anggota keluarga.

Sedangkan atribut produk yang menjadi kendala dalam mempengaruhi sikap

konsumen adalah kurangnya pencantuman informasi atau deskripsi produk pada

(22)

2.2. Landasan Teori

a. Teori Permintaan

Dari segi ilmu ekonomi pengertian permintaan sedikit berbeda dengan pengertian

yang digunakan sehari-hari. Menurut pengertian sehari-hari, permintaan diartikan

secara absolut yaitu menunjukkan jumlah barang yang dibutuhkan, sedangkan dari

sudut ilmu ekonomi permintaan mempunyai arti apabila didukung daya beli

konsumen yang disebut dengan permintaan efektif. Jika permintaan hanya

didasarkan atas kebutuhan saja dikatakan sebagai permintaan absolut

(Nicholson,1995).

Kemampuan membeli seseorang tergantung atas dua unsur pokok yaitu,

pendapatan yang dibelanjakan dan harga barang yang dikehendaki. Apabila

jumlah pendapatan yang dibelanjakan oleh seseorang berubah, maka jumlah

barang yang diminta juga berubah. Demikian juga halnya apabila harga barang

yang dikehendaki berubah maka jumlah barang yang dibeli juga akan berubah

(Sudarsono, 1990).

Teori permintaan diturunkan dari prilaku konsumen dalam mencapai kepuasan

maksimum dengan memaksimumkan kegunaan yang dibatasi oleh anggaran yang

dimiliki. Hal ini tentu dapat dijelaskan dengan kurva permintaan, yaitu kurva yang

menunjukkan hubungan antara jumlah maksimum dari barang yang dibeli oleh

konsumen dengan harga alternatif pada waktu tertentu (ceteris paribus), dan pada

harga tertentu orang selalu membeli jumlah yang lebih kecil bila mana hanya

(23)

b. Teori Perilaku Konsumen

Konsumen dapat dibedakan atas konsumen individu dan konsumen organisasi.

Penggunaan barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen individu dapat

diperuntukkan bagi dirinya sendiri, keluarga, saudara, teman, atau orang lain.

Konsumen organisasi membeli barang dan jasa untuk menjalankan seluruh

kegiatan organisasinya. Konsumen individu dan organisasi memiliki arti dan nilai

yang penting bagi perusahaan penghasil barang dan jasa, namun konsumen

individulah yang memberikan pengaruh secara langsung bagi kemajuan dan

kemunduran perusahaan. Produk sebaik apapun tidak akan berarti bagi

perusahaan, jika tidak digunakan oleh konsumen individu sebagai konsumen

akhir. Konsumen individu sebagai konsumen akhir memiliki keragaman

karakteristik seperti usia, latar belakang budaya, pendidikan keadaan ekonomi,

dan lain-lain (Sumawarman, 2004).

Teori konsumen merupakan teori yang mencakup perilaku konsumen dalam

membelanjakan pendapatannya untuk memperoleh alat-alat pemuas kebutuhan,

berupa barang ataupun jasa-jasa konsumsi. Reksoprayitno (2000), menyampaikan

bahwa teori konsumen menjelaskan bagaimana reaksi konsumen dalam

kesediaannya membeli suatu barang akan berubah jika jumlah pendapatan

konsumen dan harga barang yang bersangkutan berubah. Fungsi utama barang dan

jasa konsumsi adalah untuk memenuhi kebutuhan langsung pemakainya, dengan

terpenuhinya kebutuhan konsumen tersebut akan menimbulkan kepuasan

(24)

Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan,

mengkonsumsi dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses kepuasan

yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. Jadi dapat dikatakan prilaku

konsumen merupakan studi tentang bagaimana pembuat keputusan (decisions

unit), baik individu, kelompok, ataupun organisasi, membuat keputusan-keputusan

beli atau melakukan transaksi pembelian suatu produk dan mengkonsumsinya

(Setiadi, 2005).

Seperti yang dinyatakan oleh Boyd, dkk (2000) bahwa pengambilan keputusan

konsumen pada dasarnya merupakan proses pemecahan masalah. Kebanyakan

konsumen, baik konsumen individu maupun pembeli organisasi melalui proses

mental yang hampir sama dalam memutuskan produk dan merek apa yang akan

dibeli. Walaupun nyata sekali bahwa berbagai konsumen akhirnya memilih untuk

membeli barang-barang yang berbeda disebabkan oleh perbedaan karakteristik

pribadi (kebutuhan, manfaat yang dicari, sikap, nilai, pengalaman masa lalu, dan

gaya hidup) dan pengaruh sosial (perbedaan kelas sosial, kelompok rujukan, atau

kondisi keluarga).

Untuk mengetahui perilaku konsumen terhadap beras organik, maka karakteristik

individu merupakan salah satu faktor yang penting. Karakteristik ini dapat

dibangun berdasarkan unsur-unsur demografis, perilaku, psikografis dan

geografis. Faktor lainnya yang juga penting dalam karakteristik individu berupa

umur, pendidikan dan karakteristik psikologis. Dalam penyebaran ide baru atau

(25)

tidak memiliki tiga karakteristik, yaitu status sosial, kepribadian dan kemampuan

berkomunikasi (Hartari, 2005).

Sikap Konsumen

Sikap konsumen adalah faktor paling penting yang akan mempengaruhi keputusan

konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan dan perilaku.

Pembentukan sikap konsumen seringkali menggambarkan hubungan antara

kepercayaan, sikap, dan perilaku. Kepercayaan, sikap, dan perilaku juga terkait

dengan konsep atribut produk. Atribut produk adalah karakteristik dari suatu

produk. Konsumen biasanya memiliki kepercayaan terhadap atribut suatu produk.

Kepercayaan konsumen adalah pengetahuan konsumen mengenai suatu objek,

atributnya dan manfaatnya (Sumarwan, 2004).

Menurut Engel, et al. (1995), sikap adalah suatu evaluasi menyeluruh yang

memungkinkan seseorang memberikan respon dengan cara menguntungkan atau

tidak menguntungkan terhadap suatu obyek atau alternatif yang diberikan. Lebih

jauh, sikap dikonseptualisasikan sebagai perasaan positif atau negatif terhadap

merek dan dipandang sebagai hasil dari penilaian merek dan atribut evaluatif yang

penting. Sikap relevan terhadap prilaku pembelan ditampilkan oleh sikap yang

terbentuk sebagai hasil dari pengalaman langsung individu dengan produk,

berdasarkan informasi yang diberikan oleh pihak ataupun pengetahuan yang

diperoleh dari media massa.

Menurut tricomponent attitude model, sikap terdiri atas tiga komponen, yaitu

(26)

konsumen, yang diperoleh melalui pengalaman dengan suatu objek-sikap dan

informasi dari berbagai sumber. Pengetahuan dan persepsi ini biasanya dalam

bentuk kepercayaan, yaitu konsumen mempercayai bahwa produk memiliki

sejumlah atribut. Afektif menggambarkan emosi dan perasaan konsumen, yaitu

menunjukkan penilaian langsung dan umum terhadap suatu produk, apakah

produk itu disukai atau tidak; atau apakah produk itu baik atau buruk. Konatif

menunjukkan tindakan seseorang atau kecendrungan perilaku terhadap suatu

objek, konatif berkaitan dengan tindakan atau perilaku yang akan dilakukan oleh

seorang konsumen dan sering juga disebut sebagai intention (Sumarwan, 2004).

Karakteristik yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Menurut Kotler dan Armstrong (2008), pembelian konsumen sangat dipengaruhi

oleh karakteristik budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Biasanya pemasar tidak

dapat mengendalikan faktor-faktor semacam itu, tetapi harus

memperhitungkannya. Berikut adalah pengaruh dari keempat faktor yang

mempengaruhi perilaku konsumen:

a. Faktor Budaya

Faktor budaya mempunyai pengaruh yang luas dan mendalam dalam perilaku

konsumen. Faktor budaya dibagi atas:

1. Budaya, adalah penyebab keinginan dan perilaku seseorang yang paling dasar.

Perilaku manusia dipelajari secara luas. Tumbuh di dalam suatu masyarakat,

seorang anak mempelajari nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaki

(27)

mempunyai budaya, dan pengaruh budaya pada perilaku pembelian bisa

sangat bervariasi dari yang Negara yang satu dengan Negara yang lain.

2. Subbudaya, merupakan bagian budaya yang lebih kecil atau kelompok orang

yang berbagi system nilai berdasarkan pengalaman hidup dan situasi umum.

Subbudaya meliputi kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis.

3. Kelas Sosial, adalah pembagian masyarakat yang relative permanen dan

berjenjang dimana anggotanya berbagi nilai, minat, dan perilaku yang sama.

Kelas sosial tidak hanya ditentukan oleh satu faktor, seperti pendapatan, tetapi

diukur sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan

dan variable lain.

b. Faktor Sosial

Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, antara lain:

1. Kelompok

Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok (group) kecil.

Kelompok yang mempunyai pengaruh langsung dan tempat dimana seseorang

menjadi anggotanya disebut keanggotaan. Sebaliknya, kelompok referensi

bertindak sebagai titik pebandingan atau titik referensi langsung atau tidak

langsung dalam membentuk sikap atau perilaku seseorang. Kelomok referensi

memperkenalkan perilaku dan gaya hidup baru kepada seseorang,

mempengaruhi sikap dan konsep dir seseorang, dan menciptakan tekanan

untuk menegaskan apa yang mungkin mempengaruhi pilihan produk dan

merek seseorang. Arti penting kelompok mempengaruhi berbagai produk dan

merek. Pengaruh ini berdampak paling kuat ketika produk itu dapat dilihat

(28)

2. Keluarga

Anggota keluarga bisa sangat mempengaruhi perilaku pembeli. Keluarga

adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam

masyarakat, dan telah diteliti secara ekstensif. Pemasar tertarik pada peran

suami, istri, serta anak-anak dalam pembelian barang dan jasa yang berbeda.

Keterlibatan suami-istri dalam kategori produk dan tahap proses pembelian

sangat beragam. Peran pembelian berubah sesuai dengan gaya hidup

konsumen yang berubah. Anak-anak juga mempunyai pengaruh kuat dalam

keputusan pembelian keluarga.

3. Peran dan Status

Posisi seseorang dalam masing-masing kelompok dapat didefenisikan dalam

peran dan status. Peran terdiri dari kegiatan yang diharapkan dilakukan

seseorang sesuai dengan orang-orang yang disekitarnya. Masing-masing peran

membawa status yang mencerminkan nilai umum yang diberikan kepadanya

oleh masyarakat. Orang biasanya memilih produk sesuai dengan peran dan

status mereka.

c. Faktor Pribadi

Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, antara lain:

1. Usia

Memahami usia konsumen adalah penting, karena konsumen yang berbeda

usia akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda. Perbedaan usia juga

akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek. Dari sisi

(29)

segmentasi pasar produknya. Para pemasar juga harus memahami apa

kebutuhan dari konsumen dari berbagai usia tersebut, kemudian membuat

berbagai beragam produk yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut

(Sumawarman, 2004).

2. Pekerjaan

Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang mereka beli.

Pemasar berusaha mengidentifikasikan kelompok pekerjaan yang mempunyai

minat diatas rata-rata pada produk dan jasa mereka. Perusahaan bahkan dapat

mengkhususkan diri membuat produk yang diperlukan oleh kelompok

pekerjaan tertentu.

3. Situasi Ekonomi

Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk. Pemasar

barang-barang yang sensitif terhadap pendapatan mengamati gejala

pendapatan pribadi, tabungan dan suku bunga. Jika indicator ekonomi

menunjukkan resesi, pemasar dapat mengambil langkah-langkah untuk

merancang ulang, mereposisi, dan menetapkan harga kembali untuk produk

mereka secara seksama. Beberapa pemasar menargetkan konsumen yang

mempunyai banyak uang dan sumber daya, menetapkan harga yang sesuai.

4. Gaya Hidup

Gaya hidup (lifestyle) adalah pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam

keadaan psikografisnya. Gaya hidup menangkap sesuatu yang lebih dari

sekedar kelas sosial atau kepribadian seseorang. Gaya hidup menampilkan

profil seluruh pola tindakan dan interaksi seseorang di dunia. Jika digunakan

(30)

nilai konsumen yang berubah dan bagaimana gaya hidup mempengaruhi

perilaku pembelian.

Dua orang dengan usia, pendapatan, pendidikan bahkan pekerjaan yang sama

tidak perlu menjalani kehidupan dengan cara yang sama. Mereka bisa

memiliki opini, minat, dan kegiatan yang berbeda. Termasuk membeli produk

dan merek yang berbeda. Pola kegiatan. Minat, dan opini yang luas ini dan

perilaku yang muncul disebut gaya hidup (lifestyle). Untuk memeperoleh data

gaya hidup, konsumen ditanya untuk menindikasi apakah merekah setuju/tidak

setuju dengan serangkaian pernyataan yang berkaitan dengan kepedulian

harga, kegiatan keluarga, olahraga yang disukai, nilai-nilai tradisional,

kesukaan berpetualang dan pakaian(Boyd, dkk, 2000).

5. Kepribadian dan Konsep Diri

Kepribadian setiap orang berbeda-beda dalam mempengaruhi perilaku

pembeliannya. Kepribadian mengacu kepada karakteristik psikologi unik yang

menyebabkan respon relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan

orang itu sendiri, kepribadian biasanya digambarkan dalam karakteristik

perilaku seperti kepercayaan diri, domonasi, kemampuan bersosialisasi,

otonomi, cara mempertahankan diri, kemampuan beradaptasi, dan sifat-sifat

agrsif. Kepribadian dapat digunakan untuk menganalisis perilaku konsumen

untuk produk atau pilihan merek tertentu.

d. Faktor Psikologis

(31)

1. Motivasi

Keutuhan menjadi motif ketika kebutuhan itu mencapa tingkat intensitas yang

kuat. Motif atau dorongan adalah kebutuhan dengan tekanan kuat yang

mengarahkan seseorang mencari kepuasan.

2. Persepsi

Persepsi adalah proses dimana orang memilih, mengatur, dan

meninterpretasikan informasi untuk membentuk gambaran dunia berarti.

Orang yang termotivasi pasti siap beraksi. Cara orang tersebut bertindak

dipengaruhi oleh persepsi dirinya tentang situasi, kita semua mempelajari

aliran informasi melalui lima indera kita: penglihatan, pendengaran,

penciuman, peraba dan perasa. Meskipun demikian, masing-masing diri kita

menerima, mengatur dan menginterpretasikan informasi sensorik dalam

caranya sendiri. Orang juga dapat membentuk persepsi yang berbeda dari

rangsangan yang sama karena tiga proses persepsual (berhubungan dengan

rangsangan sensorik): atensi selektif, distorsi selektif, dan retensi selektif

(Kotler, 2008).

Pemahaman terhadap persepsi dan proses yang terkait sangat penting bagi

pemasar dalam upaya membentuk persepsi yang tepat. Terbentuknya persepsi

yang tepat pada konsumen menyebabkan mereka mempunyai kesan dan

memberikan penilaian yang tepat. Berdasar persepsi inilah konsumen tertarik

dan membeli. Dua produk yang bentuk, rasa, dan kandungannya sama dapat di

persepsikan berbeda, begitu konsemen melihat mereknya berbeda.

Jika konsumen mempresepsikan bahwa produk A memiliki keunggulan yang

(32)

maka konsumen akan memilih produk A tersebut yang sebenarnya relatif

mirip dengan produk lainnya. Suatu proses presepsi akan diawali oleh suatu

stimuli yang mengenai indera kita. Stimuli yang menimbulkan presepsi bisa

bermacam-macam bentuknya, asal merupakan sesuatu yang langsung

mengenai indera kita. Stimuli ini akan mengenai organ yang disebut sebagai

sencory receptor (organ manusia yang menerima input stimuli atau indera).

Adanya stimulus yang mengenai sencory receptor mengakibatkan individu

merespon. Respon langsung atau segera dari organ sencory receptor tersebut

dinamakan sensasi. Tingkat kepekaan dalam sensasi antara individu satu

dengan yang lain juga berbeda-beda (Suryani, 2008).

3. Pembelajaran

Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang yang

timbul dari pengalaman. Pemebelajaran terjadi melalui interaksi dorongan,

rangsangan pertanda, respons, dan penguatan.

4. Keyakinan dan Sikap

Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang tentang

sesuatu. Keyakinan bisa didasarkan pada pengetahuan nyata, pendapat atau

iman yang bisa membawa muatan emosi atau tidak. Keyakinan akan

menbentuk citra produk dan merek yang mempengaruhi perilaku pembelian.

Sikap menggambarkan evaluasi, perasaan, dan tendensi yang relatif konsisten

(33)

Proses Pengambian Keputusan Pembelian

Menurut Kotler (2008), proses keputusan pembeli terdiri dari lima tahap, yaitu;

pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evauasi alternatif, keputusan

pembelian, dan perilaku pascapembelian. Gambar berikut memperlihatkan bahwa

konsumen melewati seluruh lima tahap itu untuk semua pembelian yang

dilakukannya. Tetapi dalam pembelian yang lebih rutin, konsumen sering

menghilangkan atau membalik urutan beberapa tahap itu.

1. Pengenalan Kebutuhan

Proses pembelian dimulai dengan pengenalan kebutuhan, pembeli menyadari

suatu masalah atau kebutuhan. Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal,

contohnya rasa lapar dan hapus. Dan dapat juga dipicu oleh rangsangan eksternal,

contohnya iklan suatu produk baru.

2. Pencarian Informasi

Konsumen yang tertarik mungkin akan mencari lebih banyak informasi atau

mungkin tidak. Jika dorongan konsumen itu kuat dan produk yang memuaskan

ada di dekat konsumen itu, konsumen mungkin akan membelinya kemudian. Jika

tidak, konsumen bisa menyimpan kebutuhan itu dalam ingatannya atau melakukan

pencarian informasi yang berhubungan dengan kebutuhan.

3. Evaluasi Alternatif

Evaluasi alternatif yaitu bagaimana konsumen memproses informasi untuk sampai

pada pilihan merek. Bagaimana cara konsumen mengevaluasi alternatif

(34)

4. Keputusan Pembelian

Dalam tahap evaluasi, konsumen menentukan peringkat merek dan membentuk

niat pembelian. Pada umumnya, keputusan pembelian konsumen adalah membeli

merek yang paling disukai, tetapi dua faktor bisa berada antara niat pembelian dan

keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain, dan yang kedua

adalah faktor situasional yang tidak diharapkan. Konsumen mungkin membentuk

niat pembelian berdasarkan faktor-faktor seperti pendapatan, harga, dan manfaat

produk yang diharapkan.

5. Perilaku Pascapembelian

Setelah membeli produk, konsumen akan merasa puas atau tidak akan terlihat

dalam perilaku pascapembelian yang harus diperhatikan oleh pemasar. Yang

menentukan kepuasan atau tidak kepuasan pembeli biasanya dapat dilihat dari

hubungan antara ekspektasi konsumen dan kinerja anggapan produk. Jika produk

tidak memenuhi ekspektasi, konsumen akan kecewa; jika produk memenuhi

ekspektasi, konsumen akan puas; dan jika produk melebihi ekspektasi, konsumen

akan sangat puas.

Menurut Kotler dan Keller (2009), aktivitas pemasaran muncul dalam sebuah

bentuk yang diklasifikasikan sebagai sarana bauran pemasaran dari empat jenis

yang luas, yang disebut dengan empat P yaitu produk (product), harga (price),

tempat (place), dan promosi (promotion). Pemasar membuat keputusan bauran

pemasaran untuk mempengaruhi saluran perdagangan mereka dan juga konsumen

akhir mereka. Begitu mereka memahami kelompok-kelompok ini, pemasar

(35)

P melambangkan pandangan penjual terhadap perangkat pemasaran untuk

mempengaruhi pembeli. Dari sudut pembeli, setiap perangkat pemasaran

dirancang untuk memberikan manfaat bagi mereka.

2.3. Kerangka Pemikiran

Kounsumen melakukan kegiatan pembelian untuk memenuhi kebutuhannya.

Setiap konsumen akan memenuhi semua yang diperlukan oleh tubuhnya sehingga

tidak akan kekurangan apapun.

Konsumen yang mengkonsumsi beras organik atau non organik berhubungan

dengan perilaku konsumen. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh beberapa

karakteristik konsumen. Karakteristik konsumen diantaranya adalah karakteristik

budaya, sosial, pribadi dan psikologis.

Dimana karakteristik budaya dibagi atas subbudaya dan kelas sosial. Kelas sosial

ditentukan dari tingkat pendapatan konsumen. Karakteristik sosial ditentukan oleh

faktor keluarga. Karakteristik pribadi ditentukan oleh faktor tingkat pendidikan

dan gaya hidup. Dan karakteristik psikologis ditentukan dari faktor tingkat

pendidikan konsumen serta persepsi konsumen akan beras organik tersebut.

Dalam proses keputusan pembelian beras organik tidak hanya dipengaruhi oleh

karakteristik dari konsumen, tetapi juga dipengaruhi oleh harga beras organik

tersebut. Setelah mempertimbangkan berbagai faktor, akhirnya konsumen

memutuskan untuk membeli atau tidak membeli beras organik dalam memenuhi

(36)

Secara skematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Skema kerangka pemikran

Keterangan :

: Adanya hubungan

: Mempengaruhi

2.4. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian ini adalah :

1. Pendapatan, tingkat pendidikan, keluarga , rasio harga beras organik,

persepsi, dan gaya hidup mempengaruhi konsumen dalam membeli beras KONSUMEN

KEPUTUSAN MEMBELI Pendapatan

Tingkat pendidikan

Anggota Keluarga Orang Tua

Anggota Keluarga Balita

Rasio Harga Beras Organik

Persepsi

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ditentukan secara purposive sampling artinya daerah penelitian

dipilih berdasarkan tujuan tertentu yang dipilih sesuai dengan tujuan penelitian.

Daerah penelitian ditetapkan di Kota Medan yang ditentukan secara sengaja di

Koperasi JaPPSA ( Jaringan Pemasaran Pertanian Selaras Alam), Brastagi

Supermarket dan Carrefour Plaza Medan Fair.

3.2. Metode Penentuan Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini, metode penarikan sampel dilakukan secara kebetulan

(accidental sampling) karena populasi konsumen beras organik di Kota Medan

tidak dapat diketahui. Metode accidental sampling yaitu siapa saja yang kebetulan

ditemui dan memenuhi kriteria sampel yaitu pembeli yang sedang berbelanja

beras dan bersedia diwawancarai. Setiap responden yang akan dipilih dan

diwawancarai tidak ditetapkan sebelumnya. Jumlah sampel yang ditetapkan dalam

penelitian adalah 60 responden. Dengan alasan untuk penelitian yang akan

menggunakan analisis data dengan statistik sampel paling minimum adalah 30

responden (Walpole,1992).

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data

sekunder. Data primer yaitu data dari konsumen yaitu seperti, nama, umur,

alamat, keluarga, pekerjaan, pendidikan, pendapatan dan sebagainya yang

(38)

dengan konsumen yang berpedoman pada daftar kuisioner yang telah dipersiapkan

sebelumnya. Data sekunder yaitu data tentang jumlah persediaan, jumlah

penjualan, dan harga beras organik yang ada di Medan. Data sekunder diperoleh

dari lokasi penelitian, dan dokumentasi yang mendukung penelitan seperti

buku-buku literatur, jurnal, skripsi dan melalui beberapa website dengan menggunakan

fasilitas internet.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah 1, dianalisis dengan menggunakan metode analisis

deskriptif berdasarkan data di lokasi penelitian akan permintaan beras organik.

Untuk identifikasi masalah 2, untuk melihat faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli beras organik digunakan

metode deskriptif. Data yang dikumpulkan selanjutnya akan ditabulasi dan

dianalisis. Untuk pendugaan model menggunakan metode regresi logistic biner

dengan rumus:

ln� ��

�−��� =α+ β1X1+ β2X2+ β3D1 + β4D2+ β5X3+ β6X4+ β7D3

Dimana:

Pi = Peluang membeli beras organik

1-Pi = Peluang tidak membeli beras organik

Y = Keputusan Pembelian

1 = konsumen membeli

0 = konsumen tidak membeli

(39)

X1 = Total pendapatan (Rp/bulan)

X2 = Tingkat Pendidikan (tahun)

D1 = Adanya anggota keluarga yang berusia ≥ 55 tahun

1 = jika ada

0 = jika tidak ada

D2 = Adanya anggota keluarga yang berusia < 5 tahun

1 = jika ada

0 = jika tidak ada

X3 = Perbandingan harga beras organik dengan harga beras anorganik

X4 = Persepsi (skor)

D3 = Gaya hidup Sehat

1 = Ya

0 = Tidak

Pada Hosmer dan Lemeshow (1989) kriteria uji model yang akan dilakukan

adalah:

1) Hosmer and Lemeshow Test

H0 : (1-B) = 0, B (distribusi frekuensi estimasi / observasi) = 1. Artinya tidak

ada perbedaan antara distribusi observasi dengan distribusi frekuensi estimasi,

sehingga model dinyatakan layak digunakan.

H1 : ada perbedaan antara distribusi observasi dengan distribusi frekuensi

estimasi.

Sig. > 0,05 ; H1 ditolak, H0 diterima

(40)

2) Secara serempak dari Omnibus Test

H0 : β0 = β1 = ……= β9 = 0, dimana tidak ada variabel bebas yang

berpengaruh terhadap variabel terikat.

H1 : setidaknya salah satu variabel bebas berpengaruh terhadap variabel

terikat (β1≠ 0).

Sig. > 0,05 ; H1 ditolak, H0 diterima

Sig. ≤ 0,05 ; H1 diterima, H0 ditolak

3) Secara parsial dari Wald Test

H0 : tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.

H1 : ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Wj ≤ χ2α,1 atau Sig. > 0,05 ; H1 ditolak, H0 diterima

Wj > χ2

α,1 atau Sig. ≤ 0,05 ; H1 diterima, H0 ditolak

Marginal Effect

���

��� = �̂���� (1− ���)

Dimana:

ln

Pi

1−Pi

= β0+ β1 X1

Pi

1−Pi= Exp (β1)

(41)

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional

Defenisi dan batasan operasional dimaksudkan unuk menghindari

kesalahpahaman istilah-istilah yang terlibat dalam skripsi.

3.5.1.Defenisi Operasional

Adapun defenisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Konsumen dalam penelitian adalah orang berbelanja beras organik dan

mengenal beras organik di lokasi penelitian yang menjadi responden.

2. Rasio harga adalah perbandingan harga beras organik dengan beras

anorganik yang dibeli oleh sampel pada saat penelitian

3. Pendidikan adalah tingkat pendidikan terakhir yang dijalani oleh responden.

4. Pendapatan adalah total besarnya gaji/pensiunan/keuntungan usaha

responden dalam rupiah.

5. Komposisi keluarga adalah anggota keluarga konsumen beras organik yaitu

orang tua yang berumur ≥ 55 tahun, dan balita yang berumur ≤ 5 tahun.

6. Persepsi adalah pendapat ataupun pemahaman konsumen terhadap beras

organik.

7. Sampel adalah konsumen yang membeli beras organik dan beras anorganik.

8. Perilaku konsumen adalah suatu sikap konsumen beras organik untuk

mengambil keputusan membeli atau tidak beras organik yang berdasarkan

(42)

3.5.2.Batasan Operasional

Adapun batasan operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian dilakukan di JaPPSA, Brastagi Supermarket dan Carrefour

Plaza Medan Fair.

2. Sampel hanya orang yang membeli beras organik dan anorganik lokal.

3. Penelitian dilakukan ± 1 bulan

(43)

BAB IV

DESKRIPTIF DAERAH PENELITIAN

DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1. Deskriptif Daerah Penelitian

4.1.1. Letak dan Keadaan Geografis

Penelitian dilakukan di Kota Medan yang merupakan Ibu Kota dari Provinsi

Sumatera Utara. Kota Medan terletak antara 2°27'-2°47'LU - 98°35'-98°44'BT.

Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter diatas permukaan laut. Kota

Medan berbatasan dengan Selat Malaka di sebelah Utara dan Kabupaten Deli

Serdang di sebelah Selatan, Barat dan Timur.

Kota Medan merupakan salah satu dari 30 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara

dengan luas daerah sekitar 265,10 km2. Kota ini merupakan pusat pemerintahan

Dearah Tingkat I Sumatera Utara. Sebagian besar wilayah Kota Medan

merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting

yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun

Polonia bekisar antara 23,04°C – 24,08°C dan suhu maksimum berkisar antara

32,73°C – 34,47°C serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya berkisar

antara 22,6°C – 24,4°C dan suhu maksimum berkiar antara 32,3°C – 33,9°C.

Rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali perbulannya 133,75 mm dan pada

(44)

4.1.2. Tata Guna Tanah/Lahan

Pola penggunaan tanah di Kota Medan sangat beragam jenisnya. Penggunaan

tanah terdiri dari bangunan-bangunan yang menjulang tinggi dan sangat besar

yaitu mulai dari bangunan pemukiman, perkantoran, pemerintahan, tempat ibadah,

pusat-pusat perbelanjaan modern, pasar-pasar tradisional, fasilitas umum,

bangunan pendidikan, tempat rekreasi, restoran, hotel dan lahan pertanian di

pinggiran kota. Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia sehingga

keadaan bangunan sangat padat dan rapat dengan jumlah penduduk yang banyak.

4.1.3. Keadaan Penduduk

a. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Medan

Penduduk Kota Medan berjumlah 2.097.610 orang dengan rumah tangga yang

terbesr di setiap kecamatan dan kelurahan di Kota Medan. Jumlah penduduk

perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-laki. Tabel 1 menunjukkan

bahwa usia non produktif (0-14 tahun) yang terdiri dari bayi, balita, anak-anak

dan remaja berjumlah 574.129 jiwa (27,37 %). Jumlah usia produktif (15-54

tahun) yaitu orang dewasa sebesar 1.337.435 jiwa (63,76%). Dan jumlah manula

(≥ 55 tahun) sebesar 186.046 jiwa (8,87%). Untuk mengetahui lebih jelas

mengenai jumlah dan persentase penduduk Kota Medan berdasarkan golongan

(45)

Tabel 1. Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Kelompok Umur dan Jenis Sumber: BPS, Medan dalam angka 2011

Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2010

sebesar 2.097.610 jiwa yang terdiri dari 1.036.926 jiwa laki-laki (49,43%) dan

1.060.684 jiwa perempuan (50,57 %).

b. Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk kota Medan bervariasi jenisnya, ada yang bekerja

sebagai pegawai negeri, pegawai swasta, TNI/POLRI, dan sebagainya. Untuk

mengetahui lebih jelas mengenai mata pencaharian penduduk Kota Medan dapat

(46)

Tabel 2. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian Tahun 2010 No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Pegawai Negri 18.619 4,54

Sumber: BPS, Medan dalam angka 2011

Tabel 2 menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk terbesar adalah sebagai

pegawai swasta yaitu sebesar 20.724 orang (5,05%), pegawai negeri sebesar

18.619 orang (4,54%), TNI?POLRI sebesar 14.7170 orang (3,58%), tenaga

pengajar sebesar 6.994 orang (1,69%) , tenaga kesehatan 6.353 orang (1,54%),

dan mata pencaharian lainnya yaitu gabungan dari berbagai macam pekerjaan

yang tidak dapat disebutkan satu per satu sebesar 342.733 orang (83,57%).

c. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Penduduk Kota Medan menurut tingkat pendidikan terdiri dari tamat SD, SLTP,

SLTA, Perguruan Tinggi. Untuk mengetahui lebih jelas mengenal tingkat

pendidikan penduduk Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010

No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 SD 268.921 32,27

2 SMP 114.381 13,72

3 SMA 121.843 14,62

4 Perguruan Tinggi 328.185 39,38

Jumlah 833.330 100

Sumber: BPS, Medan dalam angka 2011

(47)

orang (39,38%), Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar orang 268.921 (32,27%),

Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebesar orang 121.843 (14,62%), dan

Sekolah Menengah Pertama 114.381 orang (13,72%).

4.1.4. Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Sarana dan Prasarana

No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1 Sekolah a. SD b. SMP c. SMA d. SMK

e. Perguruan Tinggi

805 3 Tempat Peribadatan

a. Mesjid/Musholla

a. Pasar Tradisional b. Pasar Modern

56 239 Sumber: BPS, Medan dalam angka 2011

Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan

masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju

(48)

ini dapat dilihat dari jenis-jenis sarana yang tersedia baik sarana pendidikan,

kesehatan, tempat peribadatan, transportasi dan pasar yang sudah cukup memadai.

Sarana pendidkan di Kota Medan sangat lengkap mulai dari Playgroup, Taman

Kanak-kanak, Sekolah Dasar berjumlah 805 unit, Sekolah Menengah Pertama

berjumlah 353 unit, Sekolah Menengah Atas berjumlah 205 unit, Sekolah

Menengah Kejuruan berjumlah 134 unit, hingga ke Perguruan Tinggi berjumlah

33 unit dengan berbagai tingkat strata. Status sekolah pun beragam mulai dari

negeri dan swasta yang tersebar di setiap sudut dan pelosok Kota Medan dengan

kualitas beragam. Sarana kesehatan sangat diperlukan oleh penduduk kota besar

seperti Kota Medan yang berpenduduk besar. Sarana kesehatan yang ada yaitu

Puskesmas 39 unit, Pustu 41 unit, BPU 349 unit, Rumah Bersalin 117 unit dan

Rumah Sakit 76 unit yang tersebar diseluruh kecamatan.

Sarana Peribadatan sangat diperlukan oleh penduduk kota besar seperti Kota

Medan yang berpenduduk beragama. Sarana peribadatan yang ada yaitu

mesjid/Musholla 1.706 unit, Gereja 634 unit, Kuil 26 unit, Wihara 21 unit, dan

Klenteng 5 unit yang tersebar diseluruh kecamatan. Sarana transportasi sangat

lengkap di dalam kota, angkutan kota sangat banyak ke segala penjuru Kota

Medan. Panjang jalan Kota Medan 3.191,5 km, jalan yang dalam kondisi baik

sepanjang 3.254,3 km, jalan dalam kondisi sedang 15,8 km dan 20,1 km rusak

sedangkan yang dalam kondisi rusak berat 1,3 km.

Pasar tradisional maupun pasar modern banyak sekali terdapat di Kota Medan.

(49)

dan pasar modern berjumlah 239 unit yang terdiri dari supermarket/minimarket

dan mall/plaza yang tersebar di seluruh kecamatan.

4.2. Karakteristik Lokasi Penelitian

4.2.1. JaPPSA

JaPPSA (Jaringan Pemasaran Pertanian Selaras Alam) merupakan sebuah

koperasi pertanian yang bergerak dibidang pemasaran komuditi pertanian.

Koperasi ini membantu para petani organik yang memiliki masalah dalam

pemasaran hasil produknya. JaPPSA menjual produk pertanian yang berasal

langsung dari produsen (petani organik) dan kemudian dijual langsung di outlet

JaPPSA yang berada di Jalan Setia Budi No.144 Tanjung Sari Medan. Produk

yang dipasarkan oleh JaPPSA hanya yang berasal dari produk petani dampingan

LSM jaringan yang tersebar di sejumlah kabupaten, seperti Serdang Bedagai,

Langkat, Simalungun, Deli Serdang, Tanah Karo dan daerah lainnya. Hal ini

dimaksudkan untuk mengontrol kualitas produk agar tetap sesuai dengan kriteria

pertanian selaras alam.

Produk-produk yang dijual di JaPPSA yaitu beras organik, sayuran organik,

buah-buahan organik serta produk olahan bahan makanan seperti minyak goreng, teh,

tepung, mie sayur dan lainnya. Saat ini JaPPSA memang belum memiliki

sertifikat organik, tetapi sudah diuji oleh laboratorium dan dinyatakan bebas dari

residu kimia.

4.2.2. Brastagi Supermarket

Brastagi Supermarket Medan berda di Jalan Jendral Gatot Subroto No. 288

(50)

tanggal 6 Juli 2006 berubah menjadi Supermarket Brastagi. Produk yang dijual

pada ritel ini awalnya berfokus pada buah-buahan, sayur-sayuran, makanan dan

minuman, kemudian ditambah dengan kebutuhan sehari-hari dan peralatan rumah

tangga. Untuk buah-buahan, sayur-sayuran ,ikan, daging, dan roti yang dijual di

Supermarket Brastagi selalu dalam keadaan fresh yang sesuai dengan visi mereka

sehingga strategi ini menjadi daya tarik utama untuk menjaring konsumen lebih

banyak dan menjadi market leader.

4.2.3.Carrefour Plaza Medan Fair

Carrefour Plaza Medan Fair berada di Plaza Medan Fair yang terletak di Jalan

Jendral Gatot Subroto No.30 Medan. Gerai Carrefour ini dibuka pada tanggal 23

September 2004 seiring dengan pembukaan Plaza Medan Fair. Dengan memiliki

bangunan 11.000 m2, Carrefour menyediakan segala produk yang dibutuhan oleh

masyarakat Medan seperti SEMBAKO (Sembilan bahan pokok), berbagai jenis

makanan, buah-buahan, sayur-sayuran, produk kecantikan, perlengkapan mandi,

pakaian, perlengkapan/perabotan rumah tangga, alat-alat elektronik dan barang

pelengkap lainnya.

Hipermart Carrefour Plaza Medan Fair memiliki segmen pasar yang luas yaitu

mencakup semua lapisan masyarakat dari konsumen yang berpendapatan rendah,

menengah sampai atas. Hal ini sebagai peluang yang sangat baik bagi manajemen

untuk menarik pelanggan agar mau berbelanja ditempat ini sesuai dengan strategi

yang dijalankan oleh Carrefour yang menjual produk paling murah, paling

(51)

4.3. Deskripsi Karakteristik Sampel dan Variabel Bebas

Sampel penelitan adalah orang yang membeli beras organik dan beras anorganik

yang dijumpai di JaPPSA (Jaringan Pemasaran Pertanian Selaras Alam), Brastagi

Supermarket dan Carrefour Medan Fair Plaza. Karakteristik konsumen sampel

yang dimasudkan adalah meliputi karakter sosial ekonomi yang terdiri dari umur,

tingkat pendidikan, dan pendapatan keluarga.

Tabel 5. Distribusi Sampel

N

JAPPSA Brastagi Carrefour

Organik Organik anorganik organik anorganik

Rata2 Range Rata2 Range Rata2 range Rata2 range Rata2 range

Sumber: Data diolah dari lampiran 2 dan 3

1. Pendapatan

Dari Tabel 5 diatas dapat dilihat range pendapatan keluarga sampel yang membeli

beras organik di JaPPSA adalah Rp.2.500.000 – Rp.15.000.000 dengan rataan

Rp.6.830.000. Sampel di Brastagi Supermarket yang membeli beras organik

(52)

rataan Rp.6.780.000, sedangkan yang membeli beras anorganik range pendapatan

keluarga antara Rp.2.000.000 – Rp.8.000.000 dengan rataan Rp.3.490.000. Pada

sampel di Carrefour Plaza Medan Fair yang membeli beras organik dengan range

pendapatan keluanrga antara Rp.2.500.000 – Rp.10.000.000 dengan rataan

Rp.5.300.000, sedangkan yang membeli beras anorgnik range pendapatan

keluarga antara Rp.2.500.000 – Rp.7.000.000 dengan rataan Rp.3.980.000.

2. Tingkat pendidikan

Pendidikan sangat erat hubungannya dengan pengetahuan terhadap suatu barang

baik dari segi kualitas maupaun manfaatnya. Adapun pendidikan sampel di daerah

penelitian Kota Medan bervariasi dari SD sampai Pertguruan Tinggi. Pada Tabel 5

dapat dilihat range tingkat pendidikan sampel yang membeli beras organik di

JaPPSA adalah 12-23 tahun dengan rataan pada 17 tahun Sampel di Brastagi

Supermarket yang membeli beras organik dan anorganik dengan range tingkat

pendidikian antara 12-17 tahun dengan rataan 17 tahun sedangkan pada sampel di

Carrefour Plaza Medan Fair yang membeli beras organik dengan range tingkat

pendidikan antara 12-17 tahun dengan rataan 15 tahun, sedangkan yang membeli

beras anorganik dengan range tingkat pendidikan antara 12-17 tahun dengan

rataan 12 tahun.

3. Umur

Pada Tabel 5 dapat dilihat range sampel yang membeli beras organik di Jappsa

antara 20-62 tahun dengan rataan 38 tahun. Sampel di Brastagi Supermarket yang

(53)

dengan rataan 37 tahun. Pada sampel di Carrefour Plaza Medan Fair yang

membeli beras organik dengan range umur antara 30-46 tahun dengan rataan 41

tahun, sedangkan yang membeli beras anorganik dengan range umur antara 42-52

tahun dengan rataan 43 tahun.

4. Jumlah Anggota Keluarga

Pada Tabel 5 dapat dilihat sampel yang membeli beras organik di JaPPSA

memiliki jumlah anggota keluarga dengan range antara 2-7 orang dengan rataan 4

orang. Sampel di Brastagi Supermarket yang membeli beras organik memilii

jumlah anggota keluarga dengan range antara 3-5 orang dengan rataan 3 orang,

sedangkan yang membeli beras anorganik dengan range antara 2-6 orang dengan

rataan 4 orang. Pada sampel di Carrefour Plaza Medan Fair yang membeli beras

organik dan anorganik memiliki jumlah anggota keluarga dengan range antara 4-6

orang dengan rataan 4 orang.

5. Harga Beras

Pada Tabel 5 dapat dilihat range harga beras organik yang dijual di JaPPSA

antara Rp.12.500 – Rp.15.000 per Kg dnegan rataan Rp.12.700. Di Brastagi

Supermarket range harga beras organik yang dibeli sampel antara Rp.21.000 –

Rp.25.000 per Kg dengan rataan Rp.22.700, sedangkan range harga beras

anorganik yang dibeli sambel antara Rp.9.000 – Rp.10.000 per Kg dengan rataan

Rp.9.700. Di Carrefour Plaza Medan Fair range harga beras organik yang dibeli

sampel antara Rp.19.000 – Rp.21.000 per Kg dengan rataan Rp.19.800, sedangkan

range harga beras anorganik antara Rp.9.000 – Rp.11.000 per Kg dengan rataan

(54)

6. Jenis Kelamin

Pada Tabel 5 dapat dilihat jenis kelamin sampel yang membeli dan tidak membeli

beras organik. Di JaPPSA sampel yang membeli beras organik adalah 7 orang

laki-laki (11,67%) dan 18 orang perempuan (30%). Di Brastagi Supermarket,

sampel yang membeli beras organik adalah 8 orang perempuan (13,33%) dan

yang membeli beras anorganik adalah 10 orang perempuan (16,67%). Sedangkan

di Carrefour Plaza Medan Fair, sampel yang membeli beras organik adalah 7

orang perempuan (11,67%) dan sampel yang membeli beras anorganik adalah 10

orang perempuan (16,67%).

7. Persepsi

Pada Tabel 5 dapat dilihat skor persepsi sampel terhadap beras organik. Sampel

yang membeli beras organik di JaPPSA memiliki rentang skor pesepsi antara 4-8

skor dengan rataan 7 skor. Sampel yang berbelanja di Brastagi Supermarket yang

membeli beras organik memiliki range skor persepsi antara 7-8 skor dengan rataan

7 skor, sedangkan sampel yang membeli baras anorganik dengan range skor

persepsi antara 3-8 skor dan rataan 5 skor. Sampel di Carrefour Plaza Medan yang

mambeli beras organik memiliki range skor persespi antar 7-8 skor dengan rataan

7 skor, sedangkan yang membeli beras anorganik dengan range skor persepsi

(55)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Perkembangan Permintaan Konsumen Beras Organik

5.1.1. Pandan Wangi

Salah satu jenis beras organik adalah varietas Pandan Wangi. Beras ini merupakan

beras dari varietas lokal yang dibudibayakan secara organik, alami, dan tanpa

merubah susunan genetiknya. Beras organik varietas Pandan Wangi mempunyai

aroma yang khas, yaitu aroma pandan. Apabila dimasak menjadi nasi, akan terasa

sangat pulen dan berbau khas. Rasanya pun enak dan pulen.

Beras varietas Pandan Wangi ini dijual di JaPPSA dalam tiga ukuran yaitu ukuran

10kg, 5kg, dan 1 kg. Dengan harga Rp.125.000 per 10 kg, Rp.64.000 per 5 kg,

dan Rp.13.000 per 1 kg, dan beras yang paling banyak terjual dalam ukuran 10 kg.

Harga jual JaPPSA selama satu tahun tidak mengalami kenaikan maupun

penurunan. Karena harga beli dari petani juga tidak mengalami perubahan.

Sedangkan beras jenis ini dijual di Brastagi Supermarket seharga Rp.104.500 per

5 kg dan Rp.29.000 per 1 kg dan di Carrefour Beras Pandan Wangi dijual seharga

Rp. 106.000 per 5 kg, namun harga sewaktu-waktu dapar berubah dihari-hari

(56)

Sumber: Data olahan lampiran 1

Gambar 2. Grafik Penjualan Beras Organik Pandan Wangi JaPPSA 2012

Dari grafik diatas dapat dilihat penjualan tertinggi beras organik varietas Pandan

Wangi pada bulan Juli yaitu 745 kg. penjualan beras ini mengalami peningkatan

dari bulan Januari hingga Juli, dan mengalami penurunan mulai bulan Agustus.

Hal ini terjadi karena pada Juni dan Juli JaPPSA juga memasukkan beras

organiknya ke ritel-ritel yang ada di Kota Medan seperti Macan Group, Maju

Bersama dan Kasimura. Namun, hanya bertahan 2 bulan karena di ritel-ritel

tersebut peletakan beras organiknya disamakan dengan beras konvensional biasa,

sehingga memasukki minggu ketiga beras organik tersebut mulai berkutu dan

menyebabkan kerugian dari pihak JaPPSA. Oleh karena itu, pada bulan

September JaPPSA memulai menjual produknya sendiri tanpa dimasukkan ke

ritel-ritel. Dalam permintaan JaPPSA ke petani dilakukan jika stok di toko mereka

sudah mau habis. Biasanya petani menggiling padi mereka jika setelah ada

pemesanan dari JaPPSA sehingga beras yang mereka jual selalu dalam keadaan

(57)

5.1.2. Ciherang

Jenis lainnya dari beras organik yang dijual di JaPPSA adalah varietas Ciherang.

Berbeda dengan varietas Pandan Wangi, varietas ini tidak memiliki aroma yang

wangi dan beras ini cocok bagi penderita penyakit diabetes, kolestrol dan darah

tinggi karena kandungan glukosa yang rendah.

Konsumen membeli beras organik varietas ini biasanya karena mengetahui

manfaat dari beras varietas ini, karena kalau dari rasanya menurut mereka tidak

seenak Pandan Wangi, namun karena ada anggota keluarga konsumen yang

menderita diabetes maupun kolestrol sehingga mereka memutuskan membeli

beras varietas ini.

Sumber: Data olahan lampiran 1

Gambar 3. Grafik Penjualan Beras Organik Ciherang JaPPSA 2012

Dari grafik diatas dapat dilihat perkembangan permintaan konsumen dari jumlah

penjualan beras organik Ciherang ini. Dapat dilihat mulai ada penjualan pada

Gambar

Gambar 1. Skema kerangka pemikran
Tabel 1. Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010
Tabel 2. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian Tahun 2010
Tabel 4. Sarana dan Prasarana
+7

Referensi

Dokumen terkait

11 orang konsumen yang menyatakan beras premium lebih buruk daripada beras medium karena pada saat membeli beras premium konsumen menemukan kreteria kualitas beras

Perumusan masalah penelitian dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku terhadap minat beli pangan organik,

Umar (2000) menyatakan bahwa sikap bersifat internal individu, berkaitan langsung dengan objek penelitian dan atribut-atribut langsungnya yang memiliki peranan

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perilaku konsumen terhadap keputusan membeli produk tanaman organik di Kebun Fakultas Pertanian Universitas Nusa Nipa

Sampel penelitian adalah orang yang membeli beras organik di

Hasil dalam penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dari ketiga variabel (harga, Kualitas dan Pelayanan), variabel yang sangat berpengaruh terhadap kepuasan

Sehingga, Perlu dilakukan penelitian tentang proses dalam mengambil keputusan untuk membeli sebuah barang, serta faktor yang dapat mempengaruhi masyarakat untuk membeli beras organik

Tujuan penelitian adalah 1 Mendeskripsikan karakteristik konsumen yang membeli BHO di Toko Beras Haskamelang melalui Tokopedia serta 2 Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi