• Tidak ada hasil yang ditemukan

mengatasi insomnia, dan meredakan gangguan pencernaan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "mengatasi insomnia, dan meredakan gangguan pencernaan."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Susu adalah cairan hasil pemerahan yang sempurna, dan terus menerus dari ambing sapi yang sehat tanpa dibubuhi atau dikurangi bahan tertentu. Susu merupakan sumber gizi terbaik bagi mamalia yang baru dilahirkan karena mengandung protein, karbohidrat, lemak, mineral, enzim-enzim, gas serta vitamin A, C dan D dalam jumlah memadai. Warna air susu berkisar dari putih kebiruan hingga kuning keemasan. Hal tersebut dipengaruhi oleh lemak, kalsium dan kasein. Air susu terasa sedikit manis, yang disebabkan oleh laktosa, sedangkan rasa asin berasal dari klorida, sitrat, dan garam-garam mineral lainnya. Komposisi susu terdiri dari air (87.9 persen), laktose (4.60 persen), vitamin, enzim, gas dan mineral serta bahan kering (12.1 persen). Bahan kering yang terdiri dari lemak (3.45 persen) dan bahan kering tanpa lemak (8.65 persen). Bahan kering tanpa lemak terdiri dari protein (3.20 persen), kasein (2.70 persen) dan albumin (0.50 persen). Susu memiliki beberapa manfaat yang yang berguna bagi kesehatan tubuh. Beberapa manfaat susu antara lain adalah pencegahan osteoporosis, mengatasi insomnia, dan meredakan gangguan pencernaan.

Faktor-faktor yang memengaruhi komposisi susu adalah jenis ternak dan keturunannya, individu, umur ternak, nutrisi atau pakan, lingkungan dan sebagainya. Susu sapi memiliki kandungan protein dan lemak yang tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah dibandingkan dengan ternak lainnya (kerbau, zebu, kambing, domba). Adapun hasil maksimum dalam produksi susu akan dicapai

(2)

ketika sapi perah berumur 8-10 tahun dan produksi susu akan meningkat pada keika musim hujan dimana pakan tersedia lebih banyak.

Kualitas susu merupakan salah satu faktor yang penting. Penentuan kualitas susu di Indonesia masih berdasarkan Milk Codex. Milk Codex adalah suatu daftar satuan yang harus dipenuhi air susu sebagai bahan makanan. Daftar ini telah disepakati oleh para ahli gizi dan kesehatan sedunia, walaupun disetiap negara atau daerah mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri. Peraturan Milk Codex untuk kualitas susu yang dianggap normal harus memenuhi angka-angka minimal sebagai berikut :

Berat jenis : 1.028

Kadar lemak : 2.8 persen

Kadar bahan kering tanpa lemak : 8 persen

Kadar laktosa : 4.2 persen

Kadar protein murni : 2,7 persen

Titik beku : -0.520oC

Jumlah kuman per cc maksimum : 1 juta

Susu segar dibagi menjadi beberapa produk olahan. Hal ini disebabkan karena sifat dari produk susu itu sendiri yang tidak tahan lama, mudah terkontaminasi, sulit disimpan karena berbentuk cair serta untuk meningkatkan nilai tambah. Produk olahan susu biasanya lebih tahan lama dan berbentuk lebih padat dari susu itu sendiri. Produk olahan yang dihasilkan dengan bahan baku susu segar disajikan dalam bentuk pohon industri seperti dilihat pada Gambar 2.

(3)

Sumber : Departemen Perindustrian, 2009 Gambar 2. Pohon Industri Komoditi Susu

Produk olahan susu pada Gambar 2 dihasilkan oleh Industri Pengolahan Susu (IPS) yang dibagi menjadi tiga kelompok. Industri pengolahan susu yang pertama adalah kelompok industri hulu dengan produk utamanya susu segar. Kedua, kelompok industri antara dengan hasil utama susu Pateurisasi, susu UHT dan susu fermentasi. Industri antara merupakan industri yang menghasilkan produk antara yang menjadi bahan baku industi lain. Industri pengolahan susu yang terakhir adalah kelompok industri hilir. Industri hilir merupakan industri yang menghasilkan produk yang dapat langsung dikonsumsi oleh konsumen. Produk yang dihasilkan dari industri ini yaitu susu bubuk, susu kental manis, makanan bayi dari susu, keju, mentega, es krim dan yoghurt. Adapun susu yang sering diimpor pemerintah Indonesia untuk memenuhi permintaan susu dalam negeri adalah dalam bentuk SMF (Skim Milk Powder) dan AMF (Anhydrous Milk

(4)

Fat). Susu yang diimpor akan diolah kembali oleh Industri Pengolahan Susu (IPS) dan oleh non Industri Pengolahan Susu.

Semua produk olahan susu berbahan baku susu segar dengan bahan-bahan tambahan seperti gula, krim, minyak nabati, dan lain-lain agar dapat diproses menjadi produk olahan lainnya. Beberapa produk olahan susu dihasilkan melalui proses fermentasi. Fermentasi pada susu bertujuan untuk menghambat pertumbuhan mikroba patogen dan mikroba perusak susu sehingga dapat memperpanjang masa simpan susu. Produk-produk fermentasi yang berasal dari susu yaitu :

1. Keju dibuat dari susu dengan cara menghilangkan kandungan airnya. Keju terbentuk karena koagulasi susu enzim pencernaan dalam lambung hewan penghasil susu, yang dikenal dengan rennet

2. Yoghurt adalah produk koagulasi susu yang dihasilkan melalui proses fermentasi bakteri asam laktat, Lactobacillus bulgaricus dan streptococcus thermopilus, dengan atau tanpa penambahan bahan lain yang diizinkan. Yogurt umumnya dibuat dari susu sapi dengan cara dipanaskan sampai suhu 63o C selama 30 menit (Pateurisasi) kemudian di turunkan suhunya sampai 43oC diberi bibit yogurt.

3. Kefir merupakan produk susu yang beraroma asam, alkoholik, dan karbonat. Kefir dihasilkan melalui fermentasi alami dari susu sapi dengan kombinasi organisme laktat dan yeast. Jenis bakteri dan yeast yang digunakan adalah Lactobacillus bulgaricus dan Saccharomyces cerevisiae.

(5)

4. Koumiss adalah suatu minuman tradisional yang biasanya dibuat dari susu kuda betina atau susu unta melalui suatu proses fermentasi dengan penambahan bakteri asam laktat. Bakteri yang biasa digunakan adalah Lactobacillus bulgaricus dan Torulla kolmic.

Berdasarkan perdagangan ekspor impor susu di dunia, susu dibagi menjadi beberapa produk turunan. Produk-produk susu turunan tersebut dibedakan dengan menggunakan kode Harmonized System (HS). Beberapa produk turunan susu tersebut dibedakan berdasarkan kandungan lemak yang terkandung di dalamnya, konsentrat, bahan pemanis, dan produk olahan yang ditambahkan dengan produk lainnya.

Tabel 3. Produk Turunan Susu Indonesia

No. Produk Turunan Susu Kode HS

1 Milk not concentrated nor sweetened < 1 percent fat 040110

2 Milk and cream, concentrated or sweetened 0402

3 Milk powder < 1.5 percent fat 040210

4 Milk and cream powder unsweetened > 1.5percent fat 040221 5 Milk and cream powder sweetened > 1.5 percent fat 040229

6 Milk and cream unsweetened, concentrated 040291

7 Milk and cream nes sweetened or concentrated 040299 8 Buttermilk, curdled milk, cream, kephir, etc. 040390

9 Whey, natural milk products nes 0404

10 Natural milk products nes 040490

11 Butter and other fats and oils derived from milk 0405

12 Other milk fats and oils 040590

13 Cereal, flour, starch, milk preparations and products 19 14 Infant foods of cereals, flour, starch or milk, retail 190110 15 Milk not concentrated nor sweetened 1-6 percent fat 040120 16 Milk and cream not concentrated nor sweetened < 6

percent fat 040130

(6)

2.2 Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional adalah perpindahan barang-barang, jasa-jasa, modal, tenaga kerja, teknologi, dan informasi dan dari satu negara ke negara lain (Waluya, 1995). Menurut Krugman dan Obstfeld (1994), suatu negara terlibat dalam perdagangan internasional didasarkan pada dua alasan. Pertama, suatu negara terlibat dalam perdagangan karena setiap negara memiliki karakteristik yang berbeda dengan negara lainnya. Perbedaan tersebut diantaranya adalah perbedaan kandungan sumberdaya alam, sumber daya manusia, iklim, penduduk, spesifikasi tenaga kerja, konfigurasi geografis, teknologi, tingkat harga, struktur ekonomi, sosial dan politik, dan lain sebagainya. Kedua, suatu negara melakukan perdagangan untuk mencapai skala ekonomi dalam produksi sehingga menghasilkan produk dalam skala yang lebih besar dan lebih efisien. Ketiga, keinginan untuk memperluas pemasaran komoditi ekspor yang akan berdampak terhadap penerimaan yang semakin besar untuk kegiatan pembangunan

Ekspor merupakan permintaan pasar internasional terhadap suatu komoditi yang dihasilkan oleh suatu negara. Pada perdagangan internasional, ekspor diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan kegiatan ekspor dapat menghasilkan devisa, yang selanjutnya dapat digunakan untuk membiayai impor dan pembiayaan pembangunan sektor-sektor di dalam negeri. Karena itu, secara teoritis dapat dikatakan bahwa ada korelasi positif antara pertumbuhan ekspor dengan peningkatan cadangan devisa, pertumbuhan impor, pertumbuhan output di dalam negeri, peningkatan

(7)

kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat serta pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) (Tambunan, 2001).

Sementara itu, impor diasumsikan sebagai fungsi permintaan suatu negara terhadap suatu komoditi pasar internasional. Impor terjadi karena suatu negara tidak mampu menghasilkan barang-barang modal dan berbagai jenis barang untuk keperluan negaranya. Jika impor lebih besar daripada ekspor, maka cadangan devisa akan berkurang atau neraca perdagangan akan defisit (Amir, 1995).

Dampak dari adanya perdagangan internasional dapat berimplikasi positif dan negatif. Tambunan (2004) menyatakan bahwa secara umum ada empat aspek yang terpengaruh dalam globalisasi. Keempat aspek tersebut adalah ekspor, impor, investasi, dan tenaga kerja. Ekspor akan berdampak positif bilamana pangsa pasar dunia dari suatu negara meningkat, sedangkan akan berdampak negatif bilamana suatu negara kehilangan pangsa pasar dunianya. Hilangnya pangsa pasar suatu negara akan berpengaruh terhadap volume produksi dan pertumbuhan PDB dalam negeri. Impor akan berdampak negatif bilamana peningkatan impor dikarenakan rendahnya daya saing buatan dalam negeri. Iklim investasi yang kondusif akan memberikan dampak positif dimana arus modal dalam negeri akan meningkat. Perdagangan internasional juga akan menyebabkan tenaga ahli dari luar negeri akan meningkat dengan adanya perdagangan internasional tersebut. Pengaruh tersebut tergantung pada kesiapan negara bersangkutan dalam menghadapi peluang-peluang maupun tantangan-tantangan yang muncul dari proses tersebut. Dampak dari ekspor dan impor dapat dilihat pada Gambar 3.

(8)

Sumber : Tambunan, 2004

Gambar 3. Peranan Perdagangan Internasional terhadap Perekonomian Nasional

Kegiatan ekspor dan impor harus sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Barang akan dikirimkan ke luar negeri sesuai dengan peraturan umum yang berlaku, yang ditujukan kepada pembeli di luar negeri untuk memenuhi suatu transaksi yang sebelumnya sudah diadakan dengan importir. Sesuai dengan peraturan devisa yang berlaku, maka hasil devisa yang diperoleh dari ekspor ini dikuasai oleh pemerintah, sedangkan eksportir menerima pembayaran dalam mata uang rupiah sesuai dengan penetapan nilai lawan (kurs valuta) valuta asing yang ditentukan dalam bursa valuta (Ratnawati, 2010).

2.3 Daya Saing

Menurut Porter (1990), daya saing diidentikkan dengan produktivitas dimana tingkat output yang dihasilkan untuk setiap unit input yang digunakan.

+ + + Ekspor Impor Cadangan Devisa Produksi / Output Kesempatan Kerja Peningkatan Pendapatan Masyarakat Pertumbuhan PDB + - + + +

(9)

Peningkatan produktivitas meliputi peningkatan jumlah input fisik (modal dan tenaga kerja), peningkatan kualitas input yang digunakan dan peningkatan teknologi (total faktor produktivitas). Daya saing merupakan kemampuan suatu komoditi untuk memasuki pasar luar negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan di dalam pasar tersebut, dalam artian jika suatu produk mempunyai daya saing maka produk tersebutlah yang banyak diminati konsumen. Keunggulan daya saing dari suatu komoditi dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu keunggulan alamiah/keunggulan absolut (natural advantage) dan keunggulan yang dikembangkan (acquired advantage).

Keunggulan alamiah atau keunggulan absolut adalah keunggulan yang dimiliki oleh suatu negara untuk salah satu komoditinya tidak secara langsung menyebabkan komoditi tersebut akan menguasai pangsa pasar dunia. Hal ini dikarenakan jumlah produsen tidak hanya satu negara, akan tetapi ada beberapa negara yang sama-sama menghasilkan komoditi tersebut dengan kondisi keunggulan alamiah yang sama. Pendekatan yang sering digunakan untuk mengukur daya saing suatu komoditi adalah faktor keunggulan komparatif (comparative advantage) dan faktor keunggulan kompetitif (compepetitive advantage).

Keunggulan komparatif adalah suatu kemampuan untuk mendapatkan suatu barang yang dapat dihasilkan dengan tingkat biaya yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan barang-barang lain. Teori keunggulan komparatif dikemukakan oleh J.S. Mill dan David Ricardo dan muncul sebagai usaha perbaikan terhadap teori keunggulan absolut. Menurut hukum keunggulan

(10)

komparatif meskipun suatu negara mengalami kerugian atau ketidakunggulan absolut untuk memproduksi dua komoditi jika dibandingkan dengan negara lain, namun perdagangan yang saling menguntungkan masih dapat berlangsung selama rasio harga antar negara masih berbeda jika dibandingkan tidak ada perdagangan (Lindert dan Kindleberger, 1993).

Dasar pemikiran David Ricardo adalah perdagangan antar dua negara akan terjadi bila masing-masing negara memiliki biaya relatif yang terkecil untuk jenis barang yang berbeda. Ricardo menekankan bahwa keunggulan suatu negara atas negara lain disebabkan oleh perbedaan efisiensi relatif antara negara dalam memproduksi dua (atau lebih) jenis barang yang menjadi dasar terjadinya perdagangan internasional (Tambunan, 2001). Ricardo menyatakan bahwa nilai suatu komoditas ditentukan ditentukan oleh faktor tenaga kerja yang disebut teori nilai berdasar tenaga kerja (Labor theory of value). Kemudian, teori keunggulan komparatif Ricardo disempurnakan oleh teori biaya imbangan (opportunity cost theory) yaitu harga relatif komoditas berbeda yang ditentukan oleh perbedaan biaya dimana biaya tersebut menunjukan produksi komoditas alternatif yang harus dikorbankan untuk menghasilkan komoditas yang bersangkutan.

Teori keunggulan komparatif David Ricardo dijelaskan lebih lanjut oleh teori cost comparative (labor efficiency) dan teori production comparative (labor productivity). Menurut teori cost comparative (labor efficiency), suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih efisien serta mengimpor barang dimana negara tersebut

(11)

berproduksi relatif kurang/tidak efisien. Sedangkan menurut Production comparative advantage (labor productivity), suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasioanal jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih produktif serta mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relatif kurang/tidak produktif (Hamdy, 2001). Sementara itu, J.S. Mill berpendapat bahwa suatu negara akan mengkhususkan diri pada ekspor barang tertentu bila negara tersebut memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage) terbesar, dan akan mengkhususkan diri pada impor barang bila negara tersebut memiliki kerugian komparatif (comparative disadvantage) (Tambunan, 2001).

Teori Heckser-Ohlin menyatakan bahwa suatu negara memiliki keunggulan komparatif dalam menghasilkan komoditi jika memanfaatkan kepemilikan faktor-faktor produksi yang melimpah di negaranya. Teori ini disebut juga sebagai teori keunggulan komparatif berdasarkan kelimpahan faktor (factor endowment theory of comparative advantage). Teori ini mengasumsikan bahwa setiap negara memiliki kesamaan fungsi produksi, sehingga faktor produksi yang sama menghasilkan output yang sama namun dibedakan oleh harga-harga relatif faktor produksi tiap negara.

Kelebihan teori komparatif ini adalah mampu menjelaskan bagaimana perdagangan dapat terjadi walaupun suatu negara tidak memiliki keunggulan absolut. Kelemahan teori ini adalah teori disusun berdasarkan beberapa asumsi yang berbeda dengan dunia nyata. Hukum komparatif tersebut berlaku dengan beberapa asumsi, yaitu (1) hanya terdapat dua negara dan dua komoditi, (2)

(12)

perdagangan bersifat bebas, (3) terdapat mobilitas tenaga kerja yang sempurna di dalam namun tidak ada mobilitas antara dua negara, (4) biaya produksi konstan, (5) tidak ada biaya transportasi, (6) tidak ada perubahan teknologi, dan (7) menggunakan teori nilai tenaga kerja. Asumsi satu sampai enam dapat diterima, tapi asumsi tujuh tidak dapat berlaku dan seharusnya tidak digunakan untuk menjelaskan keunggulan komparatif.

Sementara itu, keunggulan komparatif menurut Sudaryanto dan Simatupang (1993) merupakan ukuran daya saing (keunggulan) potensial dalam arti daya saing yang akan dicapai pada perekonomian tidak mengalami distorsi sama sekali. Keunggulan komparatif tidak stabil dan cenderung berubah seiring berjalannya waktu dan perubahan produksi. Menurut Wilcox, Cochrane dan Hardt dalam Dahl dan Hammond (1977), ada beberapa alasan dalam perubahan keunggulan komparatif, yaitu (1) perubahan sumber daya alam seperti erosi tanah (2) perubahan dalam faktor-faktor biologis seperti peningkatan hama dan penyakit (3) perubahan harga input (4) peningkatan mekanisasi tanah dan (5) peningkatan transportasi yang lebih efisien dan lebih murah yang memberikan lebih banyak kemudahan bagi area jauh dari pasar.

Keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki oleh suatu negara atau bangsa untuk dapat bersaing di pasar internasional (Hamdy, 2001). Konsep keunggulan kompetitif adalah sebuah konsep yang menyatakan bahwa kondisi alami tidaklah perlu untuk dijadikan penghambat karena keunggulan pada dasarnya dapat diperjuangkan dan ditandingkan (dikompetisikan) dengan berbagai perjuangan/usaha. Keunggulan suatu negara bergantung pada kemampuan

(13)

perusahaan-perusahaan di dalam negara tersebut untuk berkompetisi dalam menghasilkan produk yang dapat bersaing di pasar (Porter, 1990).

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pengukuran daya saing susu yang berorientasi pada kegiatan ekspor masih sangat terbatas dilakukan dan dipublikasikan oleh para akademisi ataupun peneliti. Secara umum penelitian yang dilakukan untuk mengukur daya saing telah banyak membahas komoditi sapi potong, penggemukan sapi potong dan komoditi di sektor pertanian lainnya. Namun dari hasil penelusuran literalur dan pustaka (perpustakaan dan internet), didapat beberapa penelitian yang relevan. Penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua berdasarkan metode analisis dan komoditi.

Penelitian terdahulu berdasarkan metode analisis yang mengukur daya saing dengan menggunakan alat analisis RCA (Revealed Comparative Advantage), EPD (Export Product Dynamic) dan CMS (Contant Market Share) telah banyak dilakukan oleh para akademisi/peneliti. Beberapa diantaranya adalah Gumilar (2010), dengan penelitian dengan judul Analisis Daya Saing Komoditi Sayuran Utama Indonesia di Pasar Internasional. Berdasarkan hasil analisis RCA pada komoditi sayuran Indonesia yang diekspor ke pasar internasional, didapatkan nilai RCA yang kurang dari satu untuk hampir semua komoditi sayuran yang diuji yaitu kol, jamur, bawang merah, kentang, cabai, dan tomat. Namun, pada tahun-tahun tertentu komoditi kol dan jamur memiliki nilai RCA lebih dari satu. Sedangkan berdasarkan analisis EPD, komoditi kol, jamur, kentang dan cabai

(14)

berada pada kuadran Retreat dan Falling Star. Untuk komoditi bawang merah dan tomat, hasil analisis EPD berada pada kuadran Rising Star dan Lost Opportunity. Berdasarkan hasil analisis CMS terhadap komoditi kol dan cabai, pertumbuhan ekspor kol pada tahun 2001-2008 disebabkan tingginya permintaan impor dunia akan komoditi tersebut. Pada komoditi jamur dan tomat, pertumbuhan ekspor jamur terjadi karena tingginya daya saing yang dimiliki oleh komoditi tersebut. Pada komoditi bawang merah, pertumbuhan ekspor dikarenakan Indonesia mengekspor komoditi bawang merah ke pasar-pasar yang permintaan impornya berkembang pesat. Pada komoditi kentang, efek komposisi komoditi ini memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan nilai ekspor kentang Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa Indonesia mengekspor kentangnya ke pasar-pasar tujuan yang berkembang dengan pesat.

Kedua, Karina (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Daya Saing Produk Indonesia yang Sensitif Terhadap Lingkungan dan Faktor-Faktor yang Memengaruhinya. Berdasarkan analisis daya saing komparatif dan kompetitif, dari empat produk yang dianalisis, hanya satu produk yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif yang tinggi, yaitu produk Palm kernel or babassu oil and frac (Minyak Sawit). Dua diantaranya lebih memiliki keunggulan komparatif, produk tersebut adalah Plywood consisting solely of sheets (Kayu Lapis) dan Semi-bleached or bleached Pulp of Paper (Bubur Kertas). Sedangkan produk Coniferous of Wood (kayu serabut) tidak mempunyai keunggulan komparatif maupun kompetitif. Hasil analisis CMS berdasarkan studi ini menunjukan bahwa daya saing keempat produk yang dianalisis dipengaruhi oleh

(15)

faktor pertumbuhan impor dan faktor komposisi komoditi selama periode 2000-2006, kecuali untuk produk Palm kernel or babassu oil and frac (minyak sawit) yang paling dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan impor saja.

Sementara itu, penelitian terdahulu berdasarkan komoditi yang menganalisis daya saing komoditi susu Indonesia dilakukan oleh Pratama (2010) dengan judul Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Komoditas Susu Segar Sapi Perah dengan studi kasus anggota koperasi peternak Garut Selatan, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan metode PAM (Policy Analysis Matrix). Berdasarkan hasil perhitungan melalui metode PAM, usaha ternak sapi perah memiliki penerimaan privat dalam memproduksi susu segar adalah Rp 787.9/liter susu dan keuntungan sosial usaha ternak sapi perah oleh peternak anggota KPGS yang ditunjukkan dengan nilai yaitu Rp 1,706.5/liter. Kedua indikator tadi menunjukan keunggulan kompetitif dan komparatif, dengan nilai lebih dari satu. Namun, hasil perhitungan menunjukan divergensi yang menjelaskan bahwa ada penyimpangan, sehingga peternak mendapatkan hasil dari kegagalan tersebut baik kegagalan dipasar input maupun kegagalan dipasar output.

Kedua, Amaliah (2008) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Daya Saing dan Impor Susu Indonesia Periode 1976-2005. Metode penelitian yang digunakan terdiri atas pertama, pendekatan Porter’s Diamond untuk menganalisa kondisi faktor-faktor yang memengaruhi daya saing susu domestik di tengah serbuan impor susu pasca penghapusan kebijakan rasio impor. Kedua, analisis faktor-faktor yang memengaruhi impor

(16)

susu baik dalam jangka panjang maupun pendek diestimasi secara kuantitatif dengan metode Engle-Granger Cointegration dan Error Correction Model (ECM). Analisis melalui pendekatan Porter’s Diamond menghasilkan implikasi bahwa kelemahan mendasar daya saing susu domestik terletak pada kondisi faktor yaitu skala usaha yang tidak ekonomis, tenaga kerja dengan tingkat pendidikan rendah, dan teknologi yang bersifat konvensional. Sebaliknya, faktor yang diduga berkontribusi besar terhadap kondisi daya saing adalah kondisi permintaan.

Perbedaan penelitian ini dibandingkan penelitian mengenai daya saing susu terdahulu adalah penggunaan metode RCA, EPD dan CMS dimana masing-masing dari metode tersebut saling melengkapi satu sama lainnya. Kedua, objek yang diteliti merupakan enam produk turunan susu yang memiliki nilai dan volume ekspor tertinggi di Indonesia sehingga dapat diketahui produk turunan susu mana saja yang menguntungkan untuk dikembangkan. Selain itu, penelitian ini melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya karena data yang digunakan adalah data terbaru hingga tahun 2010.

2.5 Kerangka Pemikiran

Munculnya era perdagangan bebas merupakan suatu tantangan dimana Indonesia tidak memiliki pilihan selain harus ikut serta dalam perdagangan bebas tersebut. Berdasarkan kebijakan Permenkeu No. 19/PMK.011/2009 yang efektif diberlakukan sejak 1 Juni 2009, penghapusan tarif impor masuk dari lima persen harus dikurangi hingga menjadi nol persen (Feryanto, 2010). Adanya perdagangan bebas ini menyebabkan berbagai produk dapat memasuki pasar Indonesia dengan

(17)

mudah. Satu sisi, hal ini berdampak positif bagi konsumen dengan semakin meningkatnya pilihan yang tersedia. Namun di sisi lain, hal ini dapat menyebabkan keterpurukan bagi para produsen karena ketidakmampuan bersaing.

Kondisi ini mengharuskan Indonesia meningkatkan keunggulan dari masing-masing potensi komoditi yang dimiliki agar Indonesia dapat menikmati manfaat dari perdagangan internasional yang dilakukan. Sektor peternakan merupakan sektor yang memiliki peranan penting sebagai penghasil bahan makanan, penghasil devisa, dan penyedia lapangan kerja. Susu merupakan salah satu komoditi peternakan yang berpeluang besar dalam menghasilkan devisa Negara karena nilai ekspornya cukup tinggi dibandingkan komoditi peternakan lainnya. Oleh karena itu, daya saing komoditi susu Indonesia harus ditingkatkan lebih lagi.

Posisi daya saing suatu negara dalam perdagangan internasional pada dasarnya ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor keunggulan komparatif (comparative advantage) dan faktor keunggulan kompetitif (competitive advantage). Faktor keunggulan komparatif merupakan faktor yang bersifat alamiah dan faktor keunggulan kompetitif merupakan faktor yang bersifat acquired atau dapat dikembangkan atau diciptakan. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur daya saing produk turunan susu Indonesia di pasar internasional.

Penelitian ini mencakup dua kegiatan utama, yaitu menganalisis daya saing produk turunan susu Indonesia dari segi komparatif dan kompetitif dan menganalisis efek-efek dominan yang memengaruhi pertumbuhan ekspor susu Indonesia berdasarkan analisis pangsa pasar konstan. Daya saing produk turunan

(18)

susu Indonesia dari segi keunggulan komparatif diidentifikasi dengan menggunakan metode Reaveled Comparative Advantage (RCA). Hasil yang diperoleh menggambarkan daya saing (keunggulan komparatif) negara dibandingkan negara pembanding lainnya. Metode Export Product Dynamic (EPD) dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis daya saing produk turunan susu Indonesia dari segi keunggulan kompetitif di pasar dunia. Sedangkan analisis terhadap efek-efek dominan yang memengaruhi pertumbuhan ekspor susu Indonesia dilakukan dengan menggunakan pendekatan pangsa pasar konstan atau Constant Market Share Analaysis (CMS).

Penelitian ini dimaksudkan sebagai identifikasi awal untuk mengetahui posisi daya saing susu Indonesia serta mengidentifikasi efek dominan yang memengaruhi daya saing produk susu Indonesia di pasar dunia berdasarkan analisis pangsa pasar konstan. Dengan ini, diharapkan Indonesia dapat meningkatkan daya saing produk turunan susunya pada perdagangan internasional yang digambarkan dengan meningkatnya ekspor produk turunan susu

(19)

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Konseptual

Tantangan era perdagangan bebas mengakibatkan restriksi tariff barrier dikurangi hingga nol persen

Sektor peternakan khususnya komoditi susu dituntut untuk meningkatkan daya saing

Banyak permasalahan dalam perdagangan susu Indonesia, termasuk kondisi susu yang kalah saing di pasar internasional

dari sisi harga, kualitas dan produksi

Analisis Posisi Daya Saing Secara Komparatif dan Kompetitif Produk

Ekspor Susu Indonesia

Analisis Efek Dominan yang Memengaruhi Daya Saing Produk

Turunan Susu Indonesia di Pasar Dunia

Rumusan Rekomendasi Kebijakan Untuk Peningkatan Daya Saing

Peningkatan Ekspor Komoditas Peternakan Susu Analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) Analisis Export Product Dynamic (EPD) Analisis Contant Market Share (CMS)

Gambar

Gambar  3.  Peranan  Perdagangan  Internasional  terhadap  Perekonomian  Nasional
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana sebenarnya kaitan antara komputer dengan sistem informasi?.. Untuk menjawab hal ini marilah terlebih dahulu kita lihat pengertian dari komputer dan informasi itu.

Penelitian ini bermaksud memberikan penyelesaian yang bisa membantu pihak sekolah dalam pelaksanaan simulasi ujian nasional dengan merancang dan membangun sebuah

Konsep yang akan dibawa dalam melakukan desain kapal pengangkut ikan adalah dengan melakukan modifikasi rancangan terhadap jenis kapal pengangkut ikan yang telah ada di

Setidaknya dalam menaikkan tarif listrik, pemerintah harus melihat perbedaan khususnya dari tingkat pendapatan warganya dari suatu daerah dengan daerah yang lain..

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Teknik sampling

Hasil penelitian menunjukkan bah- wa: (1) buku pegangan guru dan buku pegangan siswa dalam setiap tema mengandung muatan nilai- nilai karakter dengan jumlah bervariasi dan

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan dan menganalisa gambaran menyeluruh

Buku Bernyanyilah Bagi Tuhan (BBT) yang berisi kumpulan nyanyian liturgi kaum muda kiranya sangat diterima oleh kaum muda. Hadirnya nyanyian-nyanyian liturgi dalam buku