“PENGARUH DISCOUNT, FLOOR DISPLAY, DAN AUDIO PROMOTION TERHADAP IMPULSE BUYING”
(Studi Kasus: Mirota Kampus JL. M. Supeno)
SKRIPSI
Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat ujian akhir guna memperoleh gelar sarjana Strata-1 di Program Studi Manajemen
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Wiwaha
Oleh:
ROFITA
131114228
MANAJEMEN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI WIDYA WIWAHA
YOGYAKARTA
2017
STIE
Widya Wiwaha
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak tedapat karya atau pendapat orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam referensi. Apabila kemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar saya sanggup menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Yogyakarta, Maret 2017 Penulis
Rofita
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul:
“PENGARUH DISCOUNT, FLOOR DISPLAY, DAN AUDIO PROMOTION TERHADAP IMPULSE BUYING”
(Studi Kasus: Mirota Kampus JL. M. Supeno)
Disusun oleh: Nama : Rofita Nomor Mahasiswa : 131114228 Jurusan : Manajemen
Yogyakarta, Maret 2017 Telah disetujui dan disahkan oleh
Dosen Pembimbing
Dra. Lukia Zuraida, MM
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Orangtuaku Pak Yatin dan ibu Tiwi juga pak Siamsi dan mamak Titi. Terimakasih untuk setiap kasih sayang kalian, dukungan serta doa yang tak pernah terputus.
2. Simbah-simbahku yang sangat luar biasa.
3. Pak sugeng dan Mamak Sutir.
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada pengaruh discount, floor display dan audio promotion terhadap impulse buying di Mirota Kampus Jl. M. Supeno. Populasi dalam
penelitian ini seluruh pelanggan Mirota Kampus Jl. M. Supeno. Sampel yang diambil sebanyak 100 responden dengan menggunakan teknik Non-Probability Sampling dengan pendekatan Purposive Sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan sampel yang
dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu yang mempunyai karakteristik sesuai dengan sifat-sifat populasi bedasarkan tujuan peneliti. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = 9,702+ 0,359X1 + 0,750X2 -0,122X3. Berdasarkan analisis data
statistik, indikator-indikator pada penelitian ini bersifat valid dan reliabel. Urutan secara individu dari masing-masing variabel yang paling dominan berpengaruh adalah variabel floor display dengan koefisien regresi sebesar 0,750, lalu discount dengan koefisien regresi sebesar
0,359, sedangkan variabel yang berpengaruh paling rendah adalah varibel audio promotion
sebesar -0,122. Pihak management Mirota Kampus Jl. M. Supeno perlu mempertahankan
elemen-elemen yang sudah dinilai baik oleh pelanggan yaitu discount dan floor display, serta
perlu meningkatkan audio promotion pada saat jam-jam ramai pembeli.
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbiil’alamin puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan hidayahNya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul PENGARUH DISCOUNT, FLOOR DISPLAY, DAN AUDIO PROMOTION TERHADAP IMPULSE BUYING di Mirota Kampus Jl. M. Supeno ini dapat selesai dengan lancar. Adapun
penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar sajana di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Wiwaha Yogyakarta.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan baik secara moril maupun materil, sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.
Ucapan terimakasih tersebut di tujukan untuk:
1. Bapak Drs. Muhmmad Subkhan, MM, selaku Ketua STIE Widya Wiwaha Yogykarta. 2. Ibu Dra. Lukia Zuraida, MM, selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar
membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.
3. Segenap dosen STIE Widya Wiwaha Yogyakarta terimakasih atas didikan dan ilmu yang telah diberikan.
4. Segenap staf dan karyawan STIE Widya Wiwaha Yogyakarta.
5. Bapak Totok, selaku Manajer Mirota Kampus Jl. M. Supeno yang telah mengijinkan penulis melakukan penelitian skripsi ini.
6. Bapak Kasidi, selaku buyer Mirota Kampus Jl. M. Supeno yang dengan sabar telah membimbing penulis selama magang dan membagikan ilmunya.
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
7. Segenap staf dan karawan Mirota Kampus yang sudah banyak mengajarkan hal-hal baru yang penulis belum ketahui di dunia kerja.
8. Pelanggan Mirota Kampus Jl.M. Supeno yang suda membantu penulis untuk mengisi kuesioner yang dibagikan.
9. Bapak dan ibu yang selalu memberi dukungan dan keluarga besar.
10. Saudara kembarku Nafira, terimakasih untuk setiap ketulusan dan sabar membantuku. Untuk adikku Basit Hertanto.
11. Kakak mas Arif Nugroho, kakak ipar mba Ria Herfina dan ponakanku dek Abdullah Dzulqarnain (dek Dzul) terimakasih ya Prengil.
12. Simbok Iyem, simbok Senen dan kung Kasan Rukimin. terimakasih doa dan dukungannya selama ini.
13. Keluarga besar mbah Suti di Surabaya.
14. Teman seperjuanganku Istyaningsih dan Ajeng Tyas Utami, terimakasih untuk setiap semangat kalian. Teman pertama di STIE WW saat PDT Avisha Shofiana, semangat sukses ya untuk kariernya,
15. Seluruh teman satu angkatan kelas Manajemen 2013 terimakasih kebersamaannya. 16. Teman-teman di organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen (HMJM).
17. Teman-teman di organisasi Seni khususnya Divisi Tari mulai masa jabatan mbak Sholiha dan Aulia, yok terus berusaha menghidupkan seni tari di STIE WW. Terimakasih kebersamaannya.
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
18. Seluruh pihak yang membantu penulis dalam pengerjaan dan penelesaian skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu terimakasih bantuan dan kebaikannya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun utuk penulisan dan teknik penyusunannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang menuju kearah perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Yogyakarta, Maret 2017 Penulis
(Rofita)
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
DAFTAR ISI
Halaman Sampul Depan ...
Halaman Judul ... i
Halaman pernyataan Bebas Plagiarisme ... ii
Halaman Pengesahan Skripsi ... iii
Halaman Pengesahan Ujian ... iv
Halaman Persembahan ... v
Abstrak ... viii
Kata Pengantar ... ix
Daftar Isi ... xi
Daftar Tabel ... xiii
Daftar Lampiran ... xiv
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2.Rumusan Masalah ... 6
1.3.Pertanyaan Penelitian ... 6
1.4.Tujuan Penelitian ... 7
1.5.Manfaat Penelitian ... 7
1.6.Sistematika Penulisan ... 8
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
1.7.BAB 2. KAJIAN PUSTAKA ... 9
2.1.Hasil Penelitian terdahulu ... 9
2.2.landasan Teori ... 10
2.3.Kerangka Teoritis... 24
2.4.Hipotesis ... 25
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 27
3.1.Variabel penelitian ... 27
3.2.Populasi dan Sampel ... 30
3.3.Sumber Data yang Diperlukan ... 32
3.4.Metode Pengumpulan Data ... 32
3.5.Metode Analisis data ... 33
BAB 4. HASIL & PEMBAHASAN ... 41
4.1.Gambaran umum responden ... 42
4.2.Analisis data ... 47
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 62
5.1.Kesimpulan ... 62 5.2.Saran ... 63
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Indonesia sebagai negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia, merupakan daya tarik bagi para pengusaha ritel. Usaha ritel merupakan bagian dari saluran distribusi yang memegang peranan penting dalam rangkaian kegiatan pemasaran dan merupakan perantara dan penghubung antara kepentingan produsen dan konsumen.
Usaha ritel adalah semua aktivitas yang melibatkan penjualan barang dan jasa, langsung kepada konsumen akhir. Pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia menunjukkan angka yang cukup signifikan sejalan dengan meningkatnya kebutuhan pelanggan yang cukup besar, terutama jika dilihat jumlah populasi penduduk Indonesia yang diperkirakan pada tahun 2010 mencapai kurang lebih 220 juta jiwa. Hingga saat ini perkembangan dan investasi bisnis ritel masih dominan dilakukan di kota-kota besar di Jawa, meskipun banyak pula perusahaan ritel besar yang sudah mulai melakukan melakukan ekspansi usahanya di luar pulau Jawa. Alhasil, rasio keberadaan ritel modern seperti supermarket dan Hypermarket dibandingkan dengan total penduduk Indonesia masih menunjukkan kesenjangan yang cukup besar, dimana satu ritel masih harus melayani 500.000 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa prospek ke depan bisnis ritel khususnya ritel modern di Indonesia cukup menggembirakan (Christina, 2014).
Secara makro, perkembangan industri ritel tidak terlepas dari pengaruh tiga faktor utama yaitu faktor ekonomi, demografi, dan sosial budaya. Faktor ekonomi yang menunjang pertumbuhan industri ritel, terutama adalah pendapatan per kapita penduduk Indonesia maupun pertumbuhan ekonomi yang terus menunjukkan kecenderungan meningkat. Faktor berikutnya adalah demografi, ditandai dengan adanya peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Faktor sosial budaya, seperti terjadinya perubahan gaya
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
hidup dan kebiasaan berbelanja juga turut berpengaruh terhadap perkembangan ritel di Indonesia di mana konsumen saat ini menginginkan tempat berbelanja yang aman, lokasinya mudah dicapai, ragam barang yang bervariasi, dan sekaligus dapat digunakan sebagai tempat rekreasi.
Di kota-kota besar seperti Semarang, Surabaya, dan khususnya Yogyakarta juga mempunyai banyak peluang bagi para peritel. Melihat peluang yang sangat besar itu maka peritel berlomba-lomba menciptakan tempat berbelanja yang nyaman, aman dan menyediakan barang yang lengkap. Salah satu peritel yang mendirikan ritel modern yaitu Mirota Kampus.
Mirota Kampus merupakan perusahaan ritel di Yogyakarta yang menjual berbagai produk dengan harga terjangkau dan sering dikunjungi oleh masyarakat, sehingga memungkinkan terjadinya perilaku pembelian tak terencana (impulse buying). Perilaku
pembelian tak terencana merupakan tindakan yang dilakukan oleh konsumen dalam hal pembelian tanpa berpikir mengenai keuangannya (Hultén and Vladimir, 2011). Pernyataan lain mengenai perilaku pembelian tak terencana merupakan perilaku yang muncul secara spontan akibat dari adanya stimulus yang kuat dari lingkungan tanpa dilandasi oleh adanya keperluan yang dibutuhkan konsumen (Widawati, 2011). Barang yang dibeli secara tidak terencana merupakan barang-barang yang diinginkan pada saat itu. Konsumen yang melakukan impulse buying tidak berfikir untuk membeli produk atau
merek tertentu. Mereka langsung melakukan pembelian secara spontan, reflek, tiba-tiba dan otomatis. Impulse buying atau biasa disebut juga unplanned purchase, adalah
perilaku orang dimana orang tersebut tidak merencanakan sesuatu dalam berbelanja. Mereka langsung melakukan pembelian karena ketertarikan pada merek atau produk saat itu juga. Impulse buying bisa terjadi dimana saja dan kapan saja. Termasuk pada saat
seorang penjual menawarkan suatu produk kepada calon konsumen. Dimana sebenarnya
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
produk tersebut terkadang tidak terpikirkan dalam benak konsumen sebelumnya. Perilaku pembelian yang tidak direncanakan (unplanned buying) atau pembelian impulsif
merupakan sesuatu yang menarik bagi produsen maupun pengecer, karena merupakan pangsa pasar terbesar dalam pasar modern. Tentunya fenomena “impulse buying”
merupakan sesuatu yang harus diciptakan. Menciptakan ketertarikan secara emosional diibaratkan seperti memancing gairah konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi sebuah produk atau merek tertentu. Konsumen yang tertarik secara emosional seringkali tidak lagi melibatkan rasionalitas dalam proses pengambilan keputusan pembelian. Menurut penelitian Nielsen dalam Arifianti 2011, 85% konsumen cenderung berbelanja sesuatu secara impulsif sehingga keberadaan impulse buying tersebut sering kali muncul
di toko yang menyediakan banyak jenis produk sebagai tempat untuk berbelanja atau untuk sekedar jalan-jalan. Pernyataan tersebut didukung oleh Iyer (Fadjar, 2007), impulse buying adalah suatu fakta kehidupan dalam perilaku konsumen yang dibuktikan sebagai
suatu kegiatan pembelian yang berhubungan dengan lingkungan dan keterbatasan waktu dalam berbelanja, dimana rute pembelian yang mereka lakukan semestinya berbeda. Rute tersebut dapat dibedakan melalui hirarki impulse yang memperlihatkan bahwa bahwa
perilaku didasarkan pada respon afektif yang dipengaruhi oleh perasaan yang kuat (Mowen dan Minor, 2002), sehingga impulse buying menurut Hoch et. al., terjadi ketika
terdapat perasaan positif yang sangat kuat yang kemudian diikuti oleh sikap pembelian (Negara dan Dharmmesta, 2003).
Oleh Beatty & Ferrel dalam Strack (2006) mendefinisikan impulse buying sebagai
pembelian yang tiba-tiba dan segera tanpa ada minat pembelian sebelumnya. Sedangan Stren dalam Hausman (2000) mengatakan bahwa unplanned buying berkaitan dengan
pembelian yang dilakukan tanpa ada perencanaan dan termasuk impulse buying yang
dibedakan oleh kecepatan relatif terjadinya keputusan pembelian.
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
Beberapa faktor yang mendorong seseorang bisa tiba-tiba membeli barang tanpa memiliki rencana terlebih dahulu, misalnya: diskon, penataan produk diatas lantai dan
audio promotion.
Discount adalah potongan harga yang menarik, sehingga harga sesungguhnya lebih
rendah dari harga umum. Diskon yang diberikan harus mempunyai arti yang penting bagi konsumen (Machfoedz, 2005: 141).
Floor display adalah model display dimana penataan barang menggunakan lantai
dasarnya tanpa menggunakan rak tertentu. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam floor display antara lain:
a. Tinggi maksimum 100 cm b. Barang adalah sejenis c. Letaknya strategis
d. Tidak mengganggu arus barang maupun arus pelanggan.
e. Menggunakan POP (Point of purchase) yang menarik misalny berupa tulisan, atau
bisa juga menggunakan SPG (sales promotion girl)
f. Diberi alas yang sesuai misalnya Palet g. Luas sekitar 90cm x 90cm
Audio promotion adalah suatu kegiatan promosi suara melalui media elektronik,
berupa pengeras suara yang pelaksanaannya dibagi menjadi dua, yaitu secara lansung dari komunikator dan juga melalui rekaman. Audio promotion sendiri berisi informasi
mengenai aneka promosi baik yang bersifat diskon bervariasi antara 20% sampai dengan 50%, serta berisi mengenai kejelasan penurunan harga produk. Pelaksanaannya ketika toko ingin meningkatkan sales penjualan dengan dengan cara menarik pelanggan yang berada didalam toko sebanyak-banyaknya agar membeli produk yang ditawarkan.
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
Dari latar belakang yang dikemukakan diatas maka peneliti mencoba untuk mrneliti
hal tersebut yang berkaitan dengan “PENGARUH DISCOUNT, FLOOR DISPLAY,DAN
AUDIO PROMOTION TERHADAP IMPULSE BUYING”. 1.2Rumusan Masalah
Menentukan alat promosi yang paling efektif merupakan tugas yang sangat sulit dalam manajemen pemasaran. Dalam prakteknya, manajemen harus mencari kombinasi yang terbaik atas penggunaan alat-alat tersebut. Manajemen belum dapat mengetahui secara pasti promosi penjualan discount, floor display, dan audio promotion apakah dapat
memberikan impulse kepada pembeli. 1.3 Pertanyaan Penelitian
a.Apakah discount yang ada di Mirota Kampus Jl. M. Supeno berpengaruh signifikan
terhadap impulse buying?
b.Apakah floor display yang ada di Mirota Kampus Jl. M. Supeno berpengaruh signifikan
terhadap impulse buying?
c.Apakah audio promotion yang ada di Mirota Kampus Jl. M. Supeno berpengaruh
signifikan terhadap impulse buying?
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah disini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam menganalisis dan agar tidak menyimpang, maka dalam penelitian ini hanya membahas
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
pengaruh discount (diskon), floor display (penataan produk diatas lantai), dan audio promotion (audio promosi). Kemudian yang menjadi responden dalam penelitian ini yaitu
pengunjung wanita Mirota Kampus Jl. M Supeno yang pernah berbelanja di Mirota Kampus Jl. M Supeno baik yang member maupun non member.
1.5 Tujuan Penelitian
a.Untuk menguji pengaruh discount yang ada di Mirota Kampus terhadap impulse buying.
b.Untuk menguji pengaruh floor display yang ada di Mirota Kampus terhadap impulse buying.
c.Untuk menguji pengaruh audio promotion yang ada di Mirota Kampus terhadap impulse buying.
1.6 Manfaat Penelitian
a. Bagi praktisi
Hasil penelitian ini memberikan manfaat bagi Mirota Kampus Jl. M Supeno sebagai masukan dan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan evaluasi perusahaan dalam melakukan penataan produk dan diskon terhadap pembelian tidak terencana (impulse buying).
b. Bagi pihak lain
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam melakukan penelitian sejenis dan sebagai sarana menambah cakrawala pemikiran dan menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh di bangku perguruan tinggi.
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1Penelitian Terdahulu
a. Renalize Kustanto (2013), “In-store Promotion Dalam Meningkatkan Impulse Buying”. In-store promotion dapat menjadi stimulus bagi konsumen yang dapat
merangsang niat bahkan tindakan untuk membeli suatu produk walaupun tidak direncanakan sebelumnya. In-store promotion yang dilakukan oleh Hypermarket
adalah sebagai berikut:
-Promosi Penjualan (Sales Promotion)
-Display Toko (Store Display)
-Penjualan Perorangan (Personal Selling)
-Visual Merchandising
Rangsangan dalam toko adalah teknik promosi yang digunakan untuk meningkatkan pembelian produk yang tidak direncanakan. Teknik ini meliputi pengaturan dalam toko, posisi pada rak, sampling, tampilan point-of-purchase,
kupon, demonstrasi sampel untuk beberapa merek, 75% dari keputusan pembelian dibuat dalam toko. Toko merupakan tempat bagi konsumen dalam mempertimbangkan produk dan merek yang akan dibeli. Untuk itu, promosi sangat perlu dilakukan peritelagar mampu menarik minat konsumen dalam berbelanja. b. Wayan Agus Widiartaka dan Ni Made Purnama (2004), ”Pengaruh Lingkungan
Toko dan Faktor Situasional Terhadap Perilaku Pembelian Tak Terencana Pada Matahari Department Store Denpasar”. Berdasarkan hasil analisis data serta
pembahasan mengenai pengaruh masing-masing variabel yang telah dipaparkan, disimpulkan bahwa lingkungan toko berpengaruh positif dan signifikan terhadap
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
perilaku pembelian tak terencana pada Matahari Department Store Denpasar serta faktor situasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku pembelian tak terencana pada Matahari Department Store Denpasar.
2.2Landasan Teori
2.2.1 Perilaku Konsumen
Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1990: 3), perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan yan terlibat secara langsung dalam memperoleh, mengkonsumsi, dan mebuang suatu produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan-tindakan tersebut. Sedangkan The American Marketing Association mendefinisikan perilaku
konsumen sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dn kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakukn pertukaran aspek hidupnya. Dalam kata lain perilaku konsumen mengikutkan pikiran dan perasaan yang dialami manusia dan aksi yang dilakukan saat proses konsumsi (Peter & Olson, 2005)
Perilaku konsumen menitikberatkan pada aktivits yang berhubungan dengan alasan dan tekanan yang memengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan, dan pembuangan barang dan jasa yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi (Hanna & Wozniak, 2001).
Menurut Wilkie (1990), tipe perilaku konsumen dalam melakukan pembelian dikelompokkan menjadi empat berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat keterlibatan diferensiasi merek, yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Budget allocation (Pengalokasian budget)
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
Pilihan konsumen terhadap suatu barang dipengruhi oleh cara bagaimana memebelanjakn atau menyimpan dana yang tersedia, kapan waktu yang tepat untuk membelanjakannya.
b. Product Purchase or Not (Membeli produk atau tidak)
Perilaku pembelian yang menggambarkan pilihan yang dibuat oleh konsumen, berkenaan dengan tiap kategori produk atau jasa itu sendiri. c. Store Patronage (Pemilihan tempat untuk mendapatkan produk)
Perilaku pembelian berdasarkan pilihan konsumen, berdasarkan tempat atau di mana konsumen akan melaksanakan pembelian produk atau jasa tersebut. d. Brand and style Decision (Keputusan atas merk dan gaya)
Pilihan konsumen untuk memutuskan secara terperinci mengenai produk apa yang sebenarnya ingin dibeli.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen: a. Group
Sikap dan perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak grup-grup kecil. Kelompok dimana orang tersebut berada yang mempunyai pengaruh langsung disebut membership group. Membership group terdiri dari dua,
meliputi primary groups (kelurga, teman, tetangga, rekan kerja) dan secondary groups yang lebih formal dan memiliki interaksi rutin yang seikit
(kelompok keagamaan, perkumpulan profesoinal, dan serikat dagang), (Kotler, Bowen, Makens, 2003: 203-204).
b. Pengaruh keluarga
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
Keluarga memberikan pengaruh yng bear dalam perilaku pembelian. Para pelaku pasar telah memeriksa peran dan pengaruh suami, istri, dan anak dalam pembelian produk servis yang berbeda, (Kotler, Bowen, Makens, 2003: 204).
c. Peran dan status
Seseorang memiliki beberapa kelompok eperti keluarga, perkumpulan-perkumpulan, organisasi. Sebuah role terdiri dari aktivitas yang diharapkan pada seseorang untuk dilakukan sesui dengn orang-orang disekitarnya. Tiap peran membawa sebuah status yang mereflksikan penghargaan umum yang diberikan oleh masyarakat (Kotler, Amstrong, 2006: 135).
2.2.2 Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian menurut Schiffman, Kanuk (2004: 547) adalah pemilihan ari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat membuat keputusan, haruslah tersedia beberapa alternatif pilihan. Keputusan untuk membeli dapat mengarah pada bagaimana proses dalam pengambilan keputusan tersebut dilakukan. Bentuk proses dalam pengambilan keputusan tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Fully Planned Purchase, baik produk dan merek sudah dipilih sebelumnya.
Biasanya terjadi ketika keterlibatan dengan produk tinggi (barang otomotif) namun bisa juga terjadi dengan keterlibatan pembelian yang rendah (kebutuhan rumah tangga). Planned purcahse dapat dialihkan dengan taktik
marketig misalnya, pengurangan harga, kupon atau aktivitas promosi lainnya.
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
b. Partially planned purcahse bermaksud untuk membeli produk yang sudah
ada tetapi pemilihan merek ditunda samai saat pembelanjaan. Keputusan akhir dapat dipengaruhi oleh diskon harga atau display produk.
c. Unplanned purcashe, baik produk atau merek dipilih di tempat pembelian.
Konsumen sering memanfaatkan katalog dan produk pajangan sebagai pengganti daftar belanja. Dengan kata lain, sebuah pajangan dapat mengingatkan seseorang akan kebutuhan dan memicu pembelian (Engel, F. James, et.al, 2001: 27-128).
2.2.3 Impulse Buying (Pembelian Tak Terencana)
Adapun tipe-tipe dari pembelian tidak terencana menurut David Loudon, Albert J Della Bitta dan Hawkins Stren (Fadjar, 2007):
a. Pure Impulse (pembelian Impulsif murni)
Sebuah pembelian menyimpang dari pola pembelian normal. Tipe ini dapat dinyatakan sebagai novelty /escape buying.
b. Suggestion Impulse (Pembelian impulsif yang timbul karena sugesti)
Pada pembelian tipe ini, konsumen tidak mempunyai pengetahuan yang cukup terlebih dahulu tentang produk baru, konsumen melihat produk tersebut untuk pertama kali dan memvisualkan sebuah kebutuhan untuk benda tersebut.
c. Reminder Impulse (pembelian impulsif karena pengalaman masa lampau)
Pembeli melihat produk tersebut dan diingatkan bahwa persediaan di rumah perlu ditambah atau telah habis.
d. Planned Impulse (Pembelian impulse yang terjadi apabila kondisi penjualan
tertentu diberikan). Tipe pembelian ini terjadi setelah melihat dan
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
mengetahui kondisi penjualan. Misalnya penjualan produk tertentu dengan harga khusus, pemberian kupon dan lain-lain.
Konsumen sering menyusun daftar belanja sebelum melakukan pembelanjaan di toko, yang berisi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan. Konsumen menggunakan daftar belanja supaya mudah melakukan pembelanjaan, tetapi pada kenyataannya, 74% keputusan pembelian dilakukan di dalam toko (Bermen dan Evans, 2006: 217).
Perspektif dalam pembelian impulsif
Terdapat 3 perspektif yang digunakan untuk menjelaskan pembelian impulsif: a. Karakteristik produk yang dibeli
b. Karakteristik konsumen
c. Karakteristik display tempat belanja
Pembelian impulsif jarang terjadi untuk produk yang sering dikonsumsi, produk-produk baru sering kali dibeli secara impulsif. Karakteristik display
tempat belanja seperti display dekat dengan konter pembayaran dan display
pada ujung koridor terbukti menstimulasi terjadinya pembelian impulsif. Penyebab terjadinya pembelian impulsif:
a. Pengaruh stimulus di tempat belanja b. Pengaruh situasi
Pembelian impulsif disebabkan oleh stimulus di tempat berbelanja untuk mengingatkan konsumen akan apa yang harus dibeli atau karena pengaruh
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
display, promosi, dan usaha pemilik tempat belanja untuk menciptakan
kebutuhan baru.
Dalam hubungnnya dengan perilaku konsumen, produk dapat dibagi menjadi dua kategori:
a. Produk dengan kategori high involvement yaitu, produk yang membutuhkan
pertimbangan dan perhatian khusus sebelum membeli, misalnya : mobil, rumah, tanah, laptop, sepeda motor dan lain-lain. Dalam membeli produk jenis ini, biasanya konsumn telah merencanakan anggarannya, memperhatikan spesifikasi produknya. Kesalahan dalam membeli produk ini akn beresiko cukup tinggi, baik resiko keuangan atau non keuangan.
b. Produk dengan kategori low involvement yaitu, produk yang tidak
membutuhkan perhatian khusus sebelum membeli, misalnya: coklat, susu, permen dan lain lain. Pada saat membeli produk kategori ini, biasanya mereka tidak merencanakannya secara khusus.
Produk low involvement diataslah yang mendorong orang melakukan impulse buying.
2.2.4 Promosi Penjualan
Promosi penjulan terdiri dari kumpulan alat-alat insentif yang beragam, sebagin besar berjangka pendek, dirancang untuk mendorong pembelian suatu produk/jasa tertentu secara lebih cepat dan/atau lebih besar oleh konsumen. Sementara iklan menawarkan alasan untuk membeli, promosi penjualan menawarkan insentif untuk membeli. Promosi penjualan mencakup alat untuk promosi konsumen (sampel, kupon, tawaran pengembalian uang, potongan harga
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
(diskon), premi, hadiah, hadiah langganan, percobaan gratis, garansi, promosi hubungan, promosi silang, pajangan, dan demonstrasi di toko tempat pembelian.
Promosi pada hakekatnya adalah suatu komunikasi pemasaran, artinya aktifitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan (Tjiptono, 2001: 219).
Definisi yang diberikan oleh Philip Kotler sebagai berikut: promosi penjualan merupakan kegiatan-kegiatan pemasaran selain penjualan oleh perorangan, advertensi, dan publisitas, yang mendorong konsumen untuk membeli dan mendorong keberhsiln agen penjual, seperti misalnya pajangan, pertujukan, eksibisi, demonstrasi serta berbagai usaha penjualan yang sifatnya tidak terus menerus dan tidak dilaksanakan secara rutin.
a. Discount (Potongan harga)
Menurut Kotler (2005: 303), “potongan harga (dari harga faktur atau dari
harga buku) adalah diskon langsung dari harga buku unuk masing-masing bungkus yang dibeli selama kurun waktu tertentu. Dengan kata lain potongan harga (diskon) adalah pengurangan harga yang diberikan perusahaan dalam periode tertentu dan untuk meningkatkan penjualan suatu produk.
Jenis-jenis potongan harga (Philip Kotler, 2005: 162) ada lima jenis diskon atau potongan harga, yaitu sebagai berikut:
xDiskon tunai
Penurunan harga bagi pembeli yang segera membayar tagihan.
xDiskon kuantitas
Penurunan harga bagi orang yang membeli dalam jumlah besar.
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
xDiskon fungsional
Sering disebut dengan diskon dagang, yaitu diskon yang ditawarkan kepada distributor jika mereka melakukan fungsi tertentu.
xDiskon musiman
Penurunan harga untuk orang yang membeli barang diluar musim.
xPotongan harga
Pembayaran ekstra yang dirancang untuk memperoleh patisipasi penjualan ulang dalam program khusus. Potongan harga tukar tambah diberikan kepada orang yang mengembalikan barang lama ketika membeli barang yang baru.
b. Display (penataan produk)
Pentecost dan Andrews, (2009) mengemukakan bahwa display produk didefinisikan sebagai banyak tidaknya variasi produk yang didisplay yang
memberikan kemudahan bagi pelanggan dalam mencari produk yang dibutuhkan. Tustin, (2011) mengungkapkan display produk dari perspektif
pemasar selalu dikaitkan dengan spesifikasi, fitur, fungsi atau kinerja dari suatu produk. Menurut Kervenoael et al., (2009) berpendapat bahwa kelengkapan suatu produk terlepas dilihat dari kemudahan pelanggan dalam memperoleh produk yang diinginkan. Arti lain dari kelengkapan adalah berkurangnya persoalan bagi perusahaan terkait dengan kemudahan pelanggan dalam memperoleh produk yang diinginkan oleh pelanggan.
Menurut Utami (2008: 156) store layout yang baik akan menuntun
konsumen dari satu departemen ke departemen yang lain, menuntun konsumen ke setiap produk melalui penataan strategis pada tiap bagian. Semua itu dirancantg khusus untuk kenyamanan maksimal pembelanja. Terdapat beberapa
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
jenis desain layout toko, antara lain: kisi-kisi (Grid), arena lomba (Racetrack), bentuk bebas (free-from).
c. Display Toko (Store Display)
Display toko adalah bagaimana produk-produk ditata dengan menarik
agar konsumen merasa nyaman dalam berbelanja. Selain untuk kenyamanan dan hiasan, display juga dapat berfungsi sebagai stimulus yang dapat menarik keinginan konsumen untuk mengetahui lebih jauh mengenai suatu produk dan bahkan membeli produk tersebut. Hypermarket menata display dengan rapi agar
konsumen merasa nyaman berbelanja, jika konsumen merasa nyaman ada kemungkinan waktu berbelanja akan semakin lama dan produk yang dibeli semakin banyak. Ada beberapa jenis display yang menjadi perhatian para
supplier, sehingga mereka rela untuk menyewa display tertentu agar penjualan
berjalan dengan baik. Semakin strategis penempatan produk, maka semakin mahal harga untuk display tersebut. Display produk biasanya disertai dengan point of purchase, yaitu suatu keterangan mengenai barang, ukuran, harga, dan
keterangan lain yang ditempatkan dekat dengan produk dan mudah dilihat oleh konsumen. Penggunaan point of purchase ini merupakan petunjuk bagi
konsumen terhadap informasi mengenai suatu produk.
Display merupakan salah satu aktivitas terpenting dalam keseharian
operasional pengelolaan sebuah toko, terlebih bagi toko-toko ritel modern yang memiliki format layanan mandiri. Bentuk toko-toko milik suatu keluarga yang berdiri sendiri kini berubah menjadi toko-toko didalam suatu arcade atau mall. Marc Gobe, penulis buku pemasaran dalam salah satu buku terlarisnya,
Emotional Branding mengungkapkan munculnya kecenderungan perdagangan
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
eceran yang mampu menjadi sebuah kekuatan promosi. Mengalahkan kekuatan dari media periklanan sendiri.
Floor display (Glosari Bussiness), pada kategori glosarium dan kamus
Ekonomi, adalah display yang ada di lantai store. Pada umumnya floor display
diletakkan di bagian depan kasir atau gang tengah yang sering dilewati pengujung. Pemajangannya tanpa menggunakan rak apapun. Floor display
sering kita lihat di swalayan-swalayan yang memiliki tempat yang luas agar tidak mengganggu arus barang/konsumen.
Hal-hal yang harus diperhatikan saat menata barang dilantai:
a. Diberi alas palet agar produk yang paling bawah tidak rusak saat proses pembersihan lantai.
b. Ukuran susunan panjang, lebar dan tinggi tidak lebih dari satu meter. c. Barang yang disusun adalah produk yang sama.
d. Ditempatkan dilokasi yang strategis sehingga mudah untuk dilihat dan diambil serta tidak mengganggu arus jalan barang/konsumen
e. Menambahkan POP (point of purchase) yang menarik.
2.2.5 Strategi komunikasi
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Namun untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, tetapi harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Demikian pula strategi komunikasi merupakan panduan dari perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan secara taktis bagaimana operasionalnya. Dalam arti kata bahwa
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
pendekatan (approch) bisa berbeda sewaktu-waktu, bergantug pad situasi dan
kondisi (Effendy, 2000: 29).
Untuk dapat mengorganisasikan pesan-pesan dengan baik ada empat hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Subjek dan tujuan harus jelas.
b. Semua informasi harus berhubungan dengan subjek dan tujuan.
c. Ide-ide harus dikelompokkan dan disajikan dengan dengan cara yang logis d. Semua informasi yang penting harus tercakup.
Tujuan utama dalam menetapkan suatu tujuan perencanaan pesan berpusat pada penerima,yaitu;
a. Memberi informasi
Memberi informasi, memerlukan sedikit interaksi dengan penerima menyerap informasi dan menerima atau menolaknya, tetapi mereka tidak memberikan kontribusi pada isi pesan, namun komunikatorlah yang mengendalikan pesan. b. Membujuk
Memerlukan patisipasi dari pihak penerima dalam jumlah sedang, jadi kendali komunikator atas pesan masih ada jumlah sedang.
c. Bekerja sama
Mencari kerjasama terhadap pihak penerima, memerlukan partisipasi maksimum mereka, jadi kendala komunikator terhadap pesan minimal.
Media audio menurut Sadiman (2005: 49), adalah media untuk menyampaikan pesan yang akan yang akan disampaikan dalam bentuk lambang lambang auditif, baik verbal maupun non verbal. Audio promotion adalah suatu
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
kegiatan promosi suara melalui media elektronik, berupa pengeras suara yang pelaksanaannya dibagi menjadi dua, yaitu secara lansung dari komunikator dan juga melalui rekaman.
2.3Kerangka Teoritis
Kerangka teori adalah kemampuan seorang peneliti dalam mengaplikasikan pola berpikirnya dalam menyusun secara sistematis teori-teori yang mendukung permasalahan penelitian. Menurut Kerlinger, teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi, dan posisi yang mengemukakan pandangan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004: 6). Teori berguna menjadi titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah. Fungsi teori sendiri adalah untuk menerangkan, meramalkan, memprediksi, dan menemukan keterpautan fakta-fakta yang ada secara sistematis (Effendy, 2004: 224).
Adapun variabel yang dibahas dalam penelitian ini adalah variabel bebas yang meliputi discount (X1), floor display (X2), dan audio promotion (X3), sedangkan untuk
variabel terikatnya adalah impulse buying (Y) pada Mirota Kampus Jl. M.Supeno.
Kerangka teoritis dari pembahasan diatas digambarkan sebagai berikut:
Discount
(X1)
Impulse Buying
(Y)
Floor Display
(X2) Audio Promotion
(X3)
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
Gambar 2.1. Model Kerangka Teoritis
2.4 Hipotesis
Menurut Narimawati (2008), hipotesis merupakan kebenaran sementara yang perlu diuji kebenarannya oleh karena itu hipotesis berfungsi sebagian kemungkinan untuk menguji kebenaran suatu teori.
Berdasarkan identifikasi masalah, landasan teori dan penelitian-penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut:
H0: Discount tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan impulse buying.
H1: Discount berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan impulse buying.
H0: Floor Display tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan impulse buying.
H2: Floor Display berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan impulse buying.
H0: Audio promotion tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan impulse buying.
H3: Floor Display berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan impulse buying.
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yaitu berada di Mirota Kampus Jl. M.Supeno Yogyakarta.
3.2Variabel Penelitian
Definisi dari masing-masing variabel tersebut sebagai berikut: 1. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel terikat yang keberadaannya dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2004). Dalam penelitian ini terdapat satu variabel dependen yaitu impulse buying.
2. Variabel Independen
Variable independen adalah variabel bebas dimana keberadaannya mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah discount, floor display, dan audio promotion.
3.2.1 Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya
1. Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah impulse buying (Y).
Pengukuran variabel impulse buying menggunakan kuesioner yang terdiri dari
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
tiga item pertanyaan. Setiap item pertanyaan diukur dengan skala likert lima jenjang dengan nilai masing-masing skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS), skor 2 untuk jawaban tidak setuju (TS), skor 3 untuk jawaban kurang setuju (KS), skor 4 untuk jawaban setuju (S), skor 5 untuk jawaban sangat setuju (SS).
3. Variabel independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen secara positif maupun secara negatif. Perubahan variabel dependen akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada variabel dependen. Pada penelitian ini, variabel independennya adalah atribut harapan konsumen yang terdiri dari discount, floor display, dan audio promotion.
x Discount yang diharapkan
Discount (X1) dapat disimpulkan sebagai “potongan harga (dari harga
faktur atau dari harga buku) adalah diskon langsung dari harga buku unuk masing-masing bungkus yang dibeli selama kurun waktu tertentu. Dengan kata lain potongan harga (diskon) adalah pengurangan harga yang diberikan perusahaan dalam periode tertentu dan untuk meningkatkan penjualan suatu produk (Kotler ,2005: 303).
Discount yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu potongan harga dalam
bentuk persentase (%).
Pengukuran variabel discount menggunakan kuesioner yang terdiri dari
tiga item pertanyaan. Setiap item pertanyaan diukur dengan skala Likert lima jenjang dengan nilai masing-masing skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS), skor 2 untuk jawaban tidak setuju (TS), skor 3 untuk jawaban kurang
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
setuju (KS), skor 4 untuk jawaban setuju (S), skor 5 untuk jawaban sangat setuju (SS).
x Floor display yang diharapkan
Floor display (X2) adalah kondisi dimana display barang yang ada di
lantai store (Glosari Bussiness).
Floor display yang dimaksud dalam penelitian ini display barang diatas
lantai yang berada di meja kasir ataupun di depan lorong gondola.
Pengukuran variabel floor display menggunakan kuesioner yang terdiri
dari tiga item pertanyaan. Setiap item pertanyaan diukur dengan skala likert lima jenjang dengan nilai masing-masing skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS), skor 2 untuk jawaban tidak seyuju (TS), skor 3 untuk jawaban kurang setuju (KS), skor 4 untuk jawaban setuju (S), skor 5 untuk jawaban sangat setuju (SS).
x Audio promotion
Audio promotion (X3) adalah suatu kegiatan promosi suara melalui
media elektronik, berupa pengeras suara yang pelaksanaannya dibagi menjadi dua, yaitu secara lansung dari komunikator dan juga melalui rekaman.
Pengukuran variabel audio promotion menggunakan kuesioner yang
terdiri dari tiga item pertanyaan. Setiap item pertanyaan diukur dengan skala likert lima jenjang dengan nilai masing-masing skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS), skor 2 untuk jawaban tidak setuju (TS), skor 3 untuk jawaban kurang setuju (KS), skor 4 untuk jawaban setuju (S), skor 5 untuk jawaban sangat setuju (SS).
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
3.3. Metode Penyampelan
1. Populasi
Menurut Umar (2000), sampel merupakan sebagian kecil dari populasi. Populasi diartikan sebagai wilayah yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai karakteristik tertentu dan memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel yang dipilih.
Dalam penelitian ini populasi penelitian adalah seluruh pelanggan Mirota Kampus Jl. M.Supeno.
2. Sampel
Sampel merupakan perwakilan dari populasi dengan karakteristik tertentu, yang dapat mewakili keadaan populasi yang sebenarnya (Suparyanto, 2009). Sampel juga dapat didefinisikan sebagai sekumpulan data yang diambil atau dipilih dari suatu populasi (Santoso, 2001).
Teknik pengambilan sampel secara non-probilitas yang merupakan suatu
sampel yang dipilih sedemikian rupa dari populasi sehingga setiap anggota tidak memiliki probabilitas atau peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu penarikann sampel
dengan pertimbangan tertentu (S.K Purwanto dan Suharyadi, 2004: 332), sampel yang dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu yang mempunyai karakteristik sesuai dengan sifat-sifat populasi bedasarkan tujuan peneliti.
Sampel dalam penelitian ini adalah pelanggan yang pada hari penelitian berbelanja di Mirota Kampus Jl. M. Supeno baik yang member maupun non member. Sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu sebanyak 100 orang karena menurut
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
Frankel dan Wallen (1993: 92) menyarankan besar sampel minimum untuk penelitian deskriptif yaitu 100.
3.4. Jenis Data Yang Diperlukan
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang didapat langsung dari sumber, individu atau perseorangan, seperti dari wawancara maupun hasil dari pengisian kuesioner (Umar, 2000). Penelitian ini memperoleh data primer dari hasil pengisiaan kuesioner oleh pelanggan yang sedang berbelanja di Mirota Kampus Jl.M.Supeno. Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh discount, floor display, dan audio promotion terhadap impulse buying. Data yang diperlukan:
x Identitas responden
x Pengaruh discount terhadap impulse buying x Pengaruh floor display terhadap impulse buying x Pengaruh audio promotion terhadap impulse buying x Impulse buying
3.5 Metode pengumpulan data
Dalam penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut: 1. Wawancara
Merupakan metode pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada responden secara langsung untuk mengumpulkan keterangan-keterangan yang dibutuhkan.
2. Kuesioner
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
Kuesioner merupakan salah satu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden, baik pertanyaan yang sifatnya tertutup maupun terbuka. Pertanyaan bersifat tertutup, diukur dengan menggunakan skala dengan interval 1-5 yaitu sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
3. Observasi
Observasi merupakan pengamatan secara langsung pada obyek penelitian. Pengamatan dilakukan pada obyek penelitian yaitu Mirota Kampus Jl. M. Supeno.
3.6 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Analisis Data Kualitatif
Analisis kualitatif merupakan penganalisian data yang tidak dapat dinominalkan dengan menggunakan angka-angka, melainkan disajikan berupa keterangan, penjelasan dan pembahasan teori. Dari analisis tersebut kemudian dibuat suatu penyajian atau pengujian.
b. Analisis Data Kuantitatif
Analisis kuantitatif adalah suatu bentuk analisis yang penyajiannya dalam angka-angka yang dapat diukur dan dihitung. Tingkat ukuran yang dipakai dalam pengukuran variabel adalah dengan skala Likert, dimana seorang responden dihadapkan pada beberapa pertanyaan kemudian diminta memberikan jawabannya (Algifari, 2001).
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
Hasil perhitungan dari skor atau nilai kemudian digunakan dalam analisis statistic yang dilakukan dengan bantuan komputer, menggunakan program SPSS untuk membuktikan hubungan dan pengaruh antar variabel-variabel penelitian dengan menggunakan uji data sebagai berikut:
1. Uji Validitas
Tujuan pengujian ini adalah untuk mengukur sah atau valid tidaknya sebuah kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut (Imam Ghozali, 2005). Cara mengukur validitas yaitu dengan mencari korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus korelasi product moment
sebagai berikut (Sudjana, 2002).
ݎݔݕ ൌσ െ ሺσݔሻሺσݕሻʹܽሺܰσݔଶ
Dimana:
n = jumlah sampel
X = skor indikator empiris yang diuji
Y = total skor indikator empiris dalam konsep yang sama r = koefisien korelasi antar indikator
Setelah semua korelasi untuk setiap pertanyaan dengan skor total diperoleh, nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan nilai kritik. Selanjutnya jika nilai koefisien korelasi product moment dari suatu
pertanyaan tersebut berada diatas nilai tabel kritik, maka pertanyaan tersebut signifikan.
Kriteria pengujian:
Bila r hitung > r table maka kuesioner dikatakan valid
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
Bila r hitung < r table maka kuesioner dikatakan tidak valid (gugur) 2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2005). Metode yng akan dipakai dalam penelitian ini adalah metode Alpha Cronhbach yang akan dikerjakan menggunakan software SPSS versi
23. Pengujian reliabilitas instrumen menggunakan rumus Alpha Cronchbach
karena instrument penelitian ini berbentuk kuesioner (angket) dan skala bertingkat. Jika alpha >0,90 maka reliabilitas sempurna. Jika alpha antara 0,70-0,90 maka reliabilitas tinggi. Jika alpha 0,50-0,70 maka reliabilitas moderat. Jika alpha <0,50 maka reliabilitas rendah. Jika alpha rendah kemungkinan satu atau beberapa item tidak reliabel.
3.7 Alat Analisis Data
Alat yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis regresi linear berganda. Regresi berganda adalah hubungan secara linier antara dua atau lebih variable independent (X1, X2,...Xn dengan variabel dependent (Y) (Samsubar Saleh, 1990).
Metode ini mengetahui arah hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent apakah masing-masing variabel berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependent apabila nilai variabel independent mengalami kenaikan atau penurunan.
Metode pengelolaan data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda, dengan formula:
Y= a+b1x1+b2x2+b3x3+e
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
Di mana:
Y = Impulse buying konsumen yang berbelanja di Mirota Kampus Jl.M.Supeno
X1 = discount
X2 = floor display
X3 = audio promotion
A = konstanta
B1, b2, b3 = koefisien-koefisien regresi
E = kesalahan estimasi
3.8 Uji Hipotesis
1. Pengujian Secara Parsial (Uji t)
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh keberartian (pengaruh) masing-masing koefisien regresi secara individual variabel-variabel bebas (X) yang terdiri dari discount (X1), floor display (X2), dan audio promotion (X3) terhadap
variabel terikat (Y) yaitu impulse buying.
Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:
a. H0 : β = 0, artinya variabel x1, x2, dan x3 tidak mempunyai pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap variabel Y.
Ha : β = 0, artinya variabel x1, x2, dan x3 mempunyai pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap variabel Y.
b. Menentukan derajat kepercayaan 95% (α =0,05) c. Menentukan signifikansi
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
Jika nilai signifikansi (P Value) < 0.05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Jika nilai signifikansi (P Value) >0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. d. Membuat kesimpulan
Jika (P Value) < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Artinya variabel independent secara parsial mempengaruhi variabel dependent. Jika (P Value) > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Artinya variabel independent secara parsial tidak mempengaruhi variabel dependent.
2. Pengujian Secara Serempak (Uji F)
Menurut Suryadi dan Purwanto (2004), uji ini dimaksudkan untuk melihat kemampuan menyeluruh dari variabel bebas yaitu Xn untuk mampu menjelaskan tingkah laku atau keragaman variabel tidak bebas Y. Uji global juga dimaksudkan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas punya koefisien regresi sama dengan 0.
Untuk membuktikan apakah secara serempak variabel independent yakni discount
(X1), floor display (X2), dan audio promotion (X3) mempunyai pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap impulse buying (Y).
Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:
a. H0 : β1 = β2 = 0, artinya x1, x2, dan x3 tidak mempunyai pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap variabel Y.
Ha : β1 = β2 ≠ 0, artinya x1, x2, dan x3 mempunyai pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap variabel Y.
b. Menentukan derajat kepercayaan 95% (α= 0,05) c. Menentukan signifikansi
Jika nilai signifikansi (P Value) < 0.05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
Jika nilai signifikansi (P Value) >0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. d. Membuat kesimpulan
Jika (P Value) < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Artinya variabel independent secara simultan (bersama-sama) mempengaruhi variabel dependent.
Jika (P Value) > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Artinya variabel independent secara simultan (bersama-sama) tidak mempengaruhi variabel dependent.
3. Analisis Koefisien Determinasi (Uji R2)
Uji R2 atau uji determinan merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi,
karena dapat menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang terestimasi dengan data yang sesungguhnya. Nilai koefisien determinasi (R2) ini mencerminkan
seberapa besar variasi denfan variable terikat Y yang dapat diterangkan oleh variabel bebas X. Bila nilai koefisien determinasi sama dengan nol (R2=0) artinya variasi dari
Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali. Sementara bila R2=1, artinya variasi
dari Y secara keseluruhan dapat diterangkan oleh X. Dengan kata lain apabila R2=1, maka semua titik pengamatan berada tepat pada garis regresi. Dengan demikian baik atau buruknya suatu persamaan regresi ditentukan oleh R2nya yang mempunyai nilai
atara nol dan satu.
Menurut Santoso dalam buku (Priyatno, 2008: 81) Adjuste R square adalah R square yang telah disesuaikan, nilai ini selalu lebih kecil dari R square dari angka ini bias memiliki harga negatif bahwa untuk regresi dengan lebih dari dua variabel bebas digunakan adjusted R2 sebagai koefisien determinasi.
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab IV ini merupakan hasil dari data yang telah diperoleh kemudian diolah, mengenai pengaruh discount, floor display, dan audio promotion terhadap impulse buying di Mirota
Kampus Jl. M. Supeno Yogyakarta. Data dalam penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh dari kuesioner yang diberikan kepada pengunjung Mirota Kampus Jl. M. Supeno Yogyakarta, dengan jumlah responden sebanyak 100 orang sebagai sampel. Responden dalam penelitian ini adalah orang yang sedang atau pernah berbelanja di Mirota Kampus Jl. M. Supeno Yogyakarta.
4.1 Profil Perusahaan
PT. Mirota merupakan perusahaan yang didirikan pada tahun 1950 oleh Hendro Sutikno dan Tini Yuliani di Jl. FM. Noto 7 Kotabaru Yogyakarta. Usaha petamanya adalah minuman, roti dan tart yang disingkat menjadi MIROTA dan sekaligus menjadi merk dagang. Pada tahun 1980 berdirilah sebuah rumah makan dengan nama “MIROTA NAYAN” di Jl.
Solo km 8 Yogyakarta yang didirikan oleh Bapak Siswanto HS selaku pemilik dan Direktur Utama. Kemudin pindah ke Jl. Solo km 7 Yogyakarta sert menambah usaha dengan menjual alat tulis, food dan drink. Tahun 1985, tepatnya 13 Mei, PT. Mirota Nayan memperluas
usahanya dengan membuka toko buku dan lat-alat tulis di Jl. C. Simanjuntak 70 Yogyakarta. Kemudian Mirota Kampus membuka cabang lagi pada tanggal 29 Agustus 2010 di Jl. Menteri Supeno 38 Yogyakarta. Cabang lainnya yaitu berada di Jl. Palagan Tentara Pelajar No. 31 Yogyakarta dan Jl. Godean KM 2,8 Yogyakarta.
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
Penamaan Mirota Kampus karena letaknya yang berdekatan dengan kampus dan sekolah, Mirota Kampus menyediakan kebutuhan barang-barang kelontong dan kebutuhan sehari-hari.
Gambaran Umum Responden
4.2.1 Responden Berdasarkan Jenis kelamin dan frekuesi berbelanja
Semua responden dalam penelitian ini berjenis kelamin perempuan yang pernah berbelanja di Mirota Kampus Jl.M. Supeno Yogyakarta minimal dua kali dalam 6 bulan terakhir yang berjumlah 100 responden.
4.2.2 Responden Berdasarkan Umur
Perbedaan kondisi individu seperti umur seringkali dapat memberikan perbedaan kemantapan konsumen dalam melakukan keputusan pembelian secara impulsif. Data ini untuk mengetahui kelompok umur berapa yang lebih potensial dalam melakukan keputusan pembelian secara impulsif. Berikut ini komposisi responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1
Jumlah Responden Berdasarkan Umur
Umur Jumlah Persentase (%) 18-20 tahun 30 30% 21-30 tahun 42 42% 31-40 tahun 18 18% >40 tahun 10 10% Jumlah 100 100% Sumber: Data Primer yang diolah (2017).
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
Hasil dari keseluruhan responden yang mengisi kuesioner yang berjumlah 100 responden maka diperoleh data sebagai berikut; bahwa responden yang berumur antara 18-20 tahun sebanyak 30 responden atau 30%, responden yang berumur antara 21 tahun sampai 30 tahun sebanyak 42 responden atau 42%, responden yang berumur antara 31 tahun sampai 40 tahun sebanyak 18 responden atau 18%, responden yang berumur lebih dari 40 tahun sebanyak 10 responden atau 10%.
4.2.3 Responden Berdasarkan Pendidikan
Berikut adalah komposisi dari responden yang dilihat dari berdasarkan jenis pekerjaan pada tabel 4.2
Tabel 4.2
Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Jumlah Persentase (%)
SD 0 0% SMP 0 0% SMA/ SMK 34 34% S1 51 51% S2 6 6% Lainnya 9 9% Jumlah 100 100% Sumber: Data primer yang diolah (2017).
Hasil dari keseluruhan responden yang mengisi kuesioner yang berjumlah 100 responden maka diperoleh data sebagai berikut; bahwa responden dengan
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
pendidikan SD sebanyak 0 responden atau 0%, responden dengan pendidikan SMP sebanyak 0 responden atau 0%, responden dengan pendidikan SMA/SMK sebanyak 34 responden atau 34%, responden dengan pendidikan S1 sebanyak 51 responden atau 51%, responden dengan pendidikan S2 sebanyak 9 respoden atau 6%, dan responden dengan pendidikan lebih dari S2 ataupun tidak bersekolah ada sebanyak 9 responden atau 9%.
4.2.4 Responden Berdasarkan Pekerjaan
Responden yang mengisi kuesioner mempunyai berbagai macam pekerjaan, pekerjaan responden tersebut digolongkan sebagai berikut pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Jumlah Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
Pelajar/ mahasiswa 58 58% Swasta/ wiraswasta 18 18% PNS 16 16% Ibu Rumah Tangga 8 8% Jumlah 100 100% Sumber: Data primer yang diolah (2017).
Hasil dari keseluruhan responden yang mengisi kuesioner yang berjumlah 100 responden maka diperoleh data sebagai berikut: responden yang masih sebagai pelajar/ mahasiswa sebanyak 58 responden atau 58%, responden yang mempunyai pekerjaan sebagai pegawai swasta atau berwiraswasta sebanyak 18
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
responden atau 18%, responden yang mempunyai pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil sebanyak 16 responden atau 16%, dan responden sebagai Ibu Rumah Tangga sebanyak 8 responden atau 8%.
4.2.5 Responden Berdasarkan Pendapatan
Pendapaan yang diperoleh resonden setiap bulan mempengaruhi keputusan pembelian yang dilakukan. Idealnya semakin besar pendapatan konsumen maka semakin besar pula daya beli konsumen. Tingkatan pendapatan responden dalam penelitian ini dapat dilihat dalm tabel 4.4 dibawah ini.
Tabel 4.4
Jumlah Responden Berdasarkan Pendapatan Pendapatan Jumlah Persentase (%)
< Rp. 1.000.000 46 46% 1.000.000-2.000.000 37 37% >3.000.000 17 17% Jumlah 100 100% Sumber: Data primer yang diolah (2017).
Hasil dari keseluruhan responden yang mengisi kuesioner yang berjumlah 100 responden maka diperoleh data sebagai berikut: responden yang berpendapatan kurang dari Rp. 1.000.000/ bulan sebanyak 46 responden atau 46%, responden yang berpendapatan antara Rp. 1.000.000-Rp. 2.000.000/ bulan sebanyak 37 responden atau 37%, dan responden yang berpendapatan lebih dari Rp. 3.000.000/ bulan sebanyak 17 responden atau 17%.
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
4.2.6 Responden Berdasarkan Status Pengguna
Responden yang mengisi kuesioner mempunyai berbagai macam pekerjaan, pekerjaan responden tersebut digolongkan sebagai berikut pada tabel 4.5.
Tabel 4.5
Jumlah Responden Berdasarkan Status Pengguna Status Pengguna Jumlah Persentase (%)
End User 93 93% Dijual Kembali 7 7% Jumlah 100 100% Sumber: Data primer yang diolah (2017).
Hasil dari keseluruhan responden yang mengisi kuesioner yang berjumlah 100 responden maka diperoleh data sebagai berikut: responden dengan status pengguna sebagai end user yaitu sebanyak 93 responden atau 93% dan responden
yang berbelanja untuk dijual kembali sebanyak 7 responden atau 7%.
4.3 Analisis Data
4.3.2 Pengujian Instrumen
a. Uji Validitas
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2011). Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan mengolah data yang telah didapatkan menggunakan aplikasi SPSS 23. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan perhitungan product moment terhadap item-item pertanyaan.
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
Kriteria pengujian: Bila r hitung > r table maka kuesioner dikatakan valid. Bila r hitung < r table maka kuisioner dikatakan tidak valid (gugur).
Tabel 4.5
Hasil uji validitas item-item pertanyaan
Indikator Item hitung r tabel Keterangan r Sumber: Data primer yang diolah (2017).
Hasil diatas menunjukkan bahwa item-item pertanyaan dalam penelitian ini valid. Hal ini ditunjukkan dengan nilai r hitung pada masing-masing item pertanyaan lebih besar dari r tabel (0,254), artinya semua item pertanyaan dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.
b. Uji Reliabilitas
Setelah pengujian instrumen validitas, maka dilanjutkan pengujian instrumen reliabilitas yang merupakan pengujian beberapa item pertanyaan dalam satu variabel yang dijawab secara konstan atau stabil (Ghozali, 2001). Selanjutnya untuk mengetahui reliabilitas dari pertanyaan-pertanyaan dalam
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
kuesioner, digunakan teknik Cronbach’s Alpha. Perhitungan uji reliabilitas
dilakukan dengan menggunakan software SPSSversi 23.
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2005). Secara umum koefisien reliabilitas alpha dikatakan reliabel apabila koefisien alpha lebih besar dari 0,6 dan apabila koefisien alpha lebih kecil dari 0,6 maka tidak reliabel (Malhotra, 1996).
Tabel 4.6
Hasil uji reliabilitas item pertanyaan
Indikator Item Cronbach Alpha Sumber: Data primer yang diolah (2017).
STIE
Widya
Wiwaha
Jangan
Hasil pengujian reliabilitas terhadap semua item pertanyaan diperoleh nilai Cronbach Alpha lebih besar 0,6 sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh
item pertanyaan dalam penelitian ini telah memenuhi syarat reliabilitas atau dengan kata lain bahwa kuesioner ini reliabel sebagai instrumen penelitian.
c. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel independen (x1, x2, …, xn) dengan variabel dependen (Y).
Analisis ini digunakan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan.
Model regresi linier berganda untuk variabel independen mempunyai persaman sebagai berikut:
Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Dimana:
Y = Impulse Buying
a = konstanta dari persamaan regresi
b1= koefisien regresi dari variabel X1 (dimensi discount)
X1 = skor dimensi discount
b2= koefisien regresi dari variabel X2 (dimensi floor display)