• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI IPA DAN IPS SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU, BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20072008 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI IPA DAN IPS SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU, BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20072008 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indo"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

SISWA KELAS XI IPA DAN IPS SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU, BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Oleh:

Yuliana Prasiwi Triharjanti 041224010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

M OTO

M esi n w a kt u y a n g m em ba w a ki t a ke m a sa la lu di sebut ken a n ga n , m esi n w a kt u y a n g m em ba w a ki t a ke m a sa depa n

di sebut i m pi a n (fi lm :T i m e M a chi n e)

R a ha si a un t uk m en ga t a si per a sa a n t a kut ga ga l a da la h t i da k t er i ka t pa da keber ha si la n . Ber kon sen t r a si la h pa da kekua t a n

n i a t da n en er gi y a n g m em ba w a kesuksesa n. Ba hka n, kega ga la n A n da a ka n m en ja di ba t u lon ca t a n un t uk pr est a si

y a n g lebi h besa r la gi .

( J. D on a ld W a lt er s )

(5)

v

PERSEMBAHAN

Dengan segala rasa cinta dan syukur kepada Tuhan Yeses Kristus Yang

Maha Pengasih dan Penyayang, skripsi ini ku persembahkan untuk:

« Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah

mencurahkan rahmat kasih, doa, dan melindungi setiap

langkah hidupku.

« Bapak N.T. Triharjosaputro (Alm) dan Ibu P.Sulastri, selaku

orang tua yang selalu memberikan dorongan serta dukungan

dalam menyelesaikan skripsi ini.

« Adikku Diya dan Jatu yang telah memberikan semangat agar

skripsi ini cepat selesai.

« Mas Yus yang selalu memberikan kebahagiaan di kala sedih

dan gembira serta semangat dalam menghadapi segala

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 17 November 2008 Penulis

(7)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Y. Prasiwi Triharjanti

Nomor Mahasiswa : 041224010

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI IPA DAN IPS SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU, BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 13 Desember 2008

Yang menyatakan

(8)

vii ABSTRAK

Triharjanti, Yuliana Prasiwi. 2008. Kemampuan Menulis Naskah Drama Siswa Kelas XI IPA dan IPS SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2007/2008. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Skripsi ini berisi tentang penelitian terhadap kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI. Skripsi ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan seberapa tinggi kemampuan siswa kelas XI IPA dalam menulis naskah drama. (2) Mendes-kripsikan seberapa tinggi kemampuan siswa kelas XI IPS dalam menulis naskah drama. (3) Mendeskripsikan perbedaan kemampuan siswa kelas XI IPA dan IPS dalam menulis naskah drama.

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI. Sample penelitian 54 orang diambil secara acak dari seluruh populasi yang beranggotakan 92 orang. Instru-men penelitian yang digunakan adalah soal tes Instru-menulis naskah drama. Teknik pe-ngumpulan data dilakukan dengan memberikan tes membuat naskah drama. Sete-lah terkumpul, data diklasifikasikan, kemudian dianalisis dengan menggunakan tes-t. Rumus itu digunakan untuk menentukan perbedaan kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI IPA dan IPS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) skor rata-rata kemampuan menu-lis siswa kelas XI IPA adalah 72,37. Setelah ditransformasikan ke dalam skala seratus, skor berada dalam interval 70,62% - 74,56%, yang termasuk dalam kategori hampir sedang, (2) skor rata-rata kemampuan menulis siswa kelas XI IPS adalah 70,96. Setelah ditransformasikan ke skala seratus skor berada dalam inter-val 69,17% - 72,74% yang termasuk dalam kategori hampir sedang, dan (3) tidak ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa kelas XI IPA dan IPS dalam menulis naskah drama.

(9)

viii

ABSTRACT

Triharjanti, Yuliana Prasiwi. 2008. The Ability of Writting Text of A Drama of The Science and Social Program Students Grade XI of Pangudi Luhur Sedayu Senior High School, Bantul, Yogyakarta, Academic Year 2007/2008. Thesis. Yogyakarta: The Indonesia and Custom Language and Letters Education Study Program, Sanata Dharma University.

This research discusses about the ability of writting text of a drama of the Science and Social Program students Grade XI of Pangudi Luhur Sedayu Senior High School, Bantul, Yogyakarta, Academic Year 2007/2008. The research aims: (1) to describe the ability of writting text of a drama of the Science Program Students Grade XI. (2) to describe the ability of writting text of a drama of the Social Program Students Grade XI. (3) to describe the difference of the ability of writting text of a drama between the Science and Social Program Students Grade XI of Pangudi Luhur Sedayu Senior High School, Bantul, Yogyakarta.

The population (number of the students Grade XI) is 92 students. The number of the research sample is 54 students which is taken randomly. The instrument used in this research is the test items of writting text of a drama. The data gathering is done by giving a writting text of a drama. The data then been clarified and analyzed by using t-test calcula tion. The t-test calculation is used to know the difference of the ability of writting text of a drama between the Science and Social Program Students.

The research showed that: (1) the average score of writting text of a drama of the Science Program Students is 72,37. It is in the interval of 70,62% - 74,56% after it is transformed into a 100 (a hundred) scale of score. The precentage belonged to close-average category. (2) The average score of writting text of a drama of the Social Program Students is 70,96. It is in the interval of 69,17% - 72,74% after it is transformed into a 100 (a hundred) scale of score. The precentage belonged to closed-average category. (3) There is no significant difference of the ability of writing text of a drama between the Science and Social Program Students Grade XI of Pangudi Luhur Sedayu Senior High School, Bantul, Yogyakarta.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha kasih karena skripsi ini telah selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. Penulis menyadari bahwa proses penyusuna n skripsi ini mendapatkan berbagai masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis me-ngucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Y. Karmin, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimb ingan, memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

2. Bapak Drs. P. Hariyanto, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

3. Romo Drs. J. Prapta Diharja, S. J. M. Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

4. Bapak A. Hardi Prasetyo, S. Pd., M. A., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

5. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

6. Staf Pengajar PBSID yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.

7. Bapak Drs. Markoes Padmonegoro, selaku Kepala Sekolah SMA Pangudi Luhur Sedayu yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaku-kan penelitian.

8. Bapak Ag. Budi Susanto, S. Pd, selaku Guru Bidang Studi Bahasa Indone-sia SMA Pangudi Luhur Sedayu yang telah membantu penulis selama penelitian berlangsung.

(11)

x

10.Bapak N.T. Triharjosaputro (Alm) dan Ibu P.Sulastri, selaku orang tua yang selalu memberikan dorongan serta dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Adikku Diya dan Jatu yang telah memberikan semangat agar skripsi ini cepat selesai.

12.Mas Yus yang selalu memberikan kebahagiaan di kala sedih dan gembira serta semangat dalam menghadapi segala rintangan yang ada.

13.Sahabatku: Sesil, Anggun, Dyas, Dewi, Riya (terimakasih atas semua ke-baikannya), serta teman-teman PBSID’ 04 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan namun pe-neliti berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.

Yogyakarta, 17 Desember 2008

(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah... 1

1.2Rumusan Masalah... 3

1.3Tujuan Penelitian... 3

1.4Manfaat Penelitian... 4

1.5Rumusan Variabel... 5

1.6Batasan Istilah... 5

(13)

xii

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Naskah Drama ... 7

2.2 Menulis Naskah Drama ... 14

2.3 Pengajaran Naskah Drama ... 17

2.4 Program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)...20

2.5 Kerangka Berpikir………...23

2.6 Hipotesis………..26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27

3.1 Jenis Penelitian... 27

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

3.3 Jenis Data ... 28

3.4 Instrumen Pengumpulan Data ... 28

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.6 Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1 Deskripsi Data... 38

4.2 Analisis Data ... 39

4.2.1 Penghitungan Kemampuan Menulis Naskah Drama Siswa Kelas XI Program IPA SMA Pangudi Luhur Sedayu ... 41

(14)

xiii

4.2.3 Penghitungan Perbedaan Kemampuan Menulis Naskah Drama Siswa Kelas XI Program IPA dan IPS SMA Pangudi Luhur Sedayu

Tahun Pelajaran 2007/2008... 47

4.2.4 Pengujian Hipotesis...48

4.3 Pembahasan... 49

4.3.1 Hasil Analisis Naskah Drama Siswa Kelas XI IPA ... 49

4.3.2 Hasil Analisis Naskah Drama Siswa Kelas XI IPS... 50

4.3.3 Hasil Pengujian Perbedaan Kemampuan Menulis Naskah Drama Siswa Kelas XI IPA dan IPS ... 52

BAB V KESIMPULAN ... 54

5.1 Kesimpulan Hasil Penelitian... 54

5.2 Implikasi Hasil Penelitian ... 55

5.3 Saran... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57

LAMPIRAN ... 58

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kriteria Penilaian Naskah Drama ... 26 Tabel 2 Pedoman Konversi Angka Skala Seratus ... 32 Tabel 3 Penentuan Patokan dengan Perhitungan Presentase untuk Skala Seratus

... 33 Tabel 4 Perhitungan Jumlah Skor dan Jumlah Skor Kuadrat sebagai Persiapan Menghitung Mean dan Simpangan Baku Kemampuan Menulis Naskah Drama Siswa Kelas XI IPA... 36 Tabel 5 Perhitungan Jumlah Skor dan Jumlah Skor Kuadrat sebagai Persiapan Menghitung Mean dan Simpangan Baku Kemampuan Menulis Naskah Drama Siswa Kelas XI IPS ... 37 Tabel 6 Pedoman Konversi Angka ke dalam Skala Seratus ... 40 Tabel 7 Penentu Patokan dengan Perhitungan Presentase untuk Skala Seratus

... 41 Tabel 8 Pedoman Konversi Angka ke dalam Skala Seratus ... 43 Tabel 9 Penentu Patokan dengan Perhitungan Presentase untuk Skala Seratus

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Nama Siswa Kelas XI Program IPA ... 58

Lampiran 2 Daftar Nama Siswa Kelas XI Program IPS ... 59

Lampiran 3 Daftar Nilai Siswa Kelas XI Program IPA... 60

Lampiran 4 Daftar Nilai Siswa Kelas XI Program IPS... 61

Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa Kelas XI Program IPA dan IPS ... 62

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian... 97

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kondisi pembelajaran sastra di lembaga pendidikan formal sejauh ini cu-kup memprihatinkan. Keprihatinan terhadap pembelajaran sastra meneguhkan ke-nyataan tentang bagaimana kondisi pembelajaran sastra di Indonesia saat ini. Simpulan umum tentang kondisi pembelajaran sastra, yaitu (1) pembelajaran sas-tra berpengaruh pada minat murid, tetapi tidak ada hubungan antara teori yang diajarkan dan kemampuan apresiasi murid; (2) pengajar kurang mengetahui cara-nya mengikuti perkembangan sastra di luar buku wacana; dan (3) murid tidak mampu mengaitkan nilai sastra dengan nilai moral budaya dalam kehidupan masyarakat. Keberhasilan dan kegagalan dalam pembelajaran sastra di lembaga pendidikan sudah barang tentu disebabkan oleh banyak faktor, yaitu: karena pem-belajaran sastra merupakan sebuah sistem yang meliputi kurikulum, sarana dan prasarana, minat baca murid dan iklim bersastra pada umumnya (Dharmojo, 1998: 113 ).

Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa Indonesia dan apresiasi sastra ber-peran sangat penting di dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Hal itu terbukti da-ri Kuda-rikulum 1968 sampai Kuda-rikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Apre-siasi sastra merupakan materi pembelajaran yang harus diajarkan kepada siswa mulai dari tingkat sekolah dasar sampai sekolah lanjutan tingkat atas (SMA/ SMK). Kegiatan mengapresiasikan sastra itu mencakup kemampuan siswa

(18)

cipta dan menimbulkan harapan bagi para siswa untuk membuat dan memberi tanggapan suatu tulisan kreatif. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menga-dakan evaluasi terhadap proses belajar siswa dan meningkatkan semangat belajar siswa khususnya bidang sastra.

Pengajaran sastra memiliki dua sasaran, yaitu (1) agar siswa memperoleh pengetahuan dan (2) pengalaman bersastra. Pengetahuan sastra diperoleh dengan cara membaca teori, sejarah, dan kritik sastra, sedangkan pengalaman bersastra dengan cara membaca, menonton pertunjukan dan menulis karya sastra. Berkaitan dengan hal itu, guru harus memiliki kemampuan dan pengalaman dalam meng-apresiasikan karya sastra.

Dalam KBK (Depdiknas, 2002: 7) diungkapkan bahwa pembelajaran sas-tra dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasikan karya sassas-tra. Di dalamnya terkandung maksud agar siswa dapat menghargai kesusastraan bang-sa sendiri serta dapat menghayati sebagai produknya secara langsung nilai- nilai yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu pembelajaran sastra harus diikuti dengan mewajibkan siswa untuk melakukan sendiri karya-karya sastra terpilih.

(19)

meng-ekspresikan sastra melalui proses interaksi dan transaksi antara siswa dengan cipta sastra yang dipelajari (Gani, 1988: 25).

Manfaat dari pengajaran menulis drama, siswa diharapkan bisa menum-buhkan imajinasinya untuk lebih kreatif dalam berkarya, melatih, mengembang-kan dimensi kontak emosi serta gagasan pribadi yang dapat menumbuhmengembang-kan respon yang nantinya akan dapat dituangkan dalam bentuk naskah drama. Proses pencip-taan bergantung pada bagaimana siswa dapat dengan mudah memahami lebih dalam tentang drama dan seberapa besar pemahaman mereka tentang kehidupan manusia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti menentukan tiga ru-musan masalah. Ruru-musan ma salah yang akan diteliti sebagai berikut.

1. Seberapa tinggikah kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI IPA SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008? 2. Seberapa tinggikah kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008? 3. Adakah perbedaan antara siswa kelas XI IPA dan IPS dalam menulis

naskah drama?

1.3 Tujuan Penelitian

(20)

1. Mendeskripsikan kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI IPA SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008. 2. Mendeskripsikan kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI IPS

SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008? 3. Mendeskripsikan perbedaan kemampuan menulis naskah drama siswa

kelas XI IPA dan IPS.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penilitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh sedikitnya tiga pihak yaitu: Kepala Sekolah SMA Pangudi Luhur Sedayu, Guru SMA Pangudi Luhur Sedayu, dan Peneliti lain.

1. Bagi Kepala Sekolah SMA Pangudi Luhur Sedayu

Hasil penelitian ini dapat memberi gambaran tentang kemampuan siswa kelas XI dalam kemampuan menulis naskah drama.

2. Bagi guru SMA Pangudi Luhur Sedayu

Hasil penelitian ini diharapkan bisa membantu para guru dalam me-ningkatkan kualitas dan kreatifitas siswa dalam menulis naskah drama. 3. Bagi peneliti lain

(21)

Peneli-tian ini diharapkan pula untuk dapat memberi masukan yang penting untuk perbaikan prestasi menulis untuk para pelajar kita.

1.5 Variabel

Variabel yang menjadi objek penelitian ini adalah kemampuan siswa kelas XI Program IPA dan siswa kelas XI Program IPS SMA Pangudi Luhur Sedayu dalam menulis naskah drama.

1.6 Batasan Istilah

Istilah operasional yang perlu dibatasi pengertiannya dalam penelitian ini adalah menulis, drama, naskah drama dan prolog.

1. Menulis

Menurut Tarigan (1985: 3) menulis adala h suatu kegiatan yang pro-duktif dan ekspresif.

2. Drama

Bentuk karya sastra yang berupa dialog antar tokoh yang menggambar-kan kehidupan dan watak melalui tingkah laku yang dipentasmenggambar-kan. 3. Naskah Drama

Bentuk atau rencana tertulis dari cerita drama (Harymawan, 1988: 23) 4. Prolog

(22)

1.7 Sistematika Penyajian

Skripsi ini terdiri dari lima bab yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II Landa-san Teori, Bab III Metodologi Penelitian, Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahas-an, Bab V KesimpulPembahas-an, Implikasi dan Saran. Masing- masing bab memiliki subbab dengan garis besar isinya sebagai berikut.

Bab I berisi pendahuluan. Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, rumusan varia-bel, pembatasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II memaparkan landasan teori. Pada bab ini dijelaskan landasan teori yang berisi tentang teori yang diguna-kan dalam menganalisis data.

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Naskah Drama

Naskah drama merupakan rangkaian dialog yang berisi jalinan peristiwa di-sertai penggambaran gerak. Drama sebagai karya sastra ditulis untuk dipentaskan karena tidak semua naskah drama dapat dinikmati melalui membaca. Ada dua as-pek yang menyangkut sebuah naskah drama yaitu asas-pek cerita bagian dari sastra dan aspek pementasan yang berhubungan erat dengan seni lakon atau seni teater.

Naskah drama dibagi dalam babak-babak. Babak dalam naskah drama ada-lah bagian dari naskah yang merangkum semua peristiwa yang terjadi di suatu tempat pada urutan waktu tertentu. Satu babak biasanya dibagi ke dalam adegan. Adegan merupakan bagian dari babak yang batasannya ditentukan oleh perubahan peristiwa datang atau perginya seseorang atau lebih tokoh cerita. Drama yang ter-diri dari tiga atau lima babak disebut drama panjang (full long play), sedangkan drama yang hanya terdiri dari satu babak disebut drama pendek atau sedang (Su-mardjo dan Saini K. M 1994: 32). Semua karya sastra terdiri dari unsur-unsur yang membentuk suatu susunan atau struktur, sehingga menjadi bulat dan utuh. Karya sastra bersifat umum dan khusus, artinya setiap karya sastra mempunyai unsur-unsur yang sama dengan karya sastra yang lain. Namun, drama memiliki unsur yang khas yaitu dengan adanya dialog dan gerak.

Menurut Sumardjo dan Saini K.M (1994: 136) bagian yang sangat penting dan secara lahiriah bisa membedakan sastra drama dari jenis fiksi lain ialah

(24)

log. Dialog ialah bagian dari naskah drama yang berupa percakapan antara satu tokoh dengan yang lain. Begitu pentingnya kedudukan dialog di dalam sastra dra-ma sehingga tanpa kehadirannya, suatu karya sastra tidak dapat digolo ngkan ke dalam karya sastra drama. Namun, jarang sekali naskah sastra drama yang hanya terdiri dari dialog, walaupun bukannya tidak ada sama sekali. Umumnya naskah sastra drama mempunyai bagian lain yang jarang tidak hadir, yaitu petunjuk pe-ngarang. Petunjuk pengarang ialah bagian naskah yang memberikan penjelasan kepada pembaca atau watak pementasan misalnya sut radara, pemeran, dan penata seni mengenai keadaan, suasana, peristiwa atau perbuatan dan sifat tokoh cerita. Petunjuk pengarang dimaksudkan untuk menjelaskan segala gerak baik tubuh maupun mimik para tokohnya. Petunjuk pengarang biasanya berupa kalimat-kalimat dalam tanda kurung atau ditulis dengan cetak miring. Semua itu merupa-kan karakteristik sebuah naskah drama.

Sebagai sebuah karya seni, drama diterima oleh pembaca dan penontonnya sebagai suatu gambaran yang penuh peristiwa, watak dan persoalan. Unsur-unsur dalam drama agak berbeda dengan uns ur-unsur sastra yang terdapat dalam prosa dan puisi. Meskipun demikian, ada juga unsur prosa dan puisi yang masuk ke da-lam drama, di samping drama mempunyai unsur-unsur khas yang tak terdapat dalam prosa maupun puisi.

(25)

unsur-unsur yang membentuk drama. Berikut ini penjelasan dari unsur-unsur tersebut.

a. Tema

Tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra, dalam hal ini drama. Tema merupakan gagasan sentral dalam suatu karya drama. Tema dalam karya sastra sangatlah beragam, baik corak maupun keda-lamannya. Ada tema yang ringan ada pula yang berat. Ada yang tergarap secara mendalam, ada pula yang hanya pada lapisan permukaannya saja ( Hariyanto, 2000: 43).

Kualitas karya sastra drama tidak hanya ditentukan oleh temanya. Pengga-rapan tema itu sering lebih menentukan. Sebuah tema ya ng baik tidak menjamin terciptanya drama yang baik pula. Karena itu, pengarang yang bijaksana akan memilih gagasan yang sesuai dengan kemampuan artistiknya serta cocok dengan bakat dan temperamennya guna digarapnya sebagai tema karyanya (Hariyanto, 2000: 43)

(26)

b. Tokoh dan Perwatakan

Tokoh dan perwatakan merupakan dua hal yang penting dalam drama karena tanpa perwatakan tidak akan ada alur cerita. Menurut Saleh (1967: 31) perwatakan diartikan sebagai penampilan keseluruhan dari ciri-ciri atau tipe jiwa seorang tokoh dalam sandiwara.

Pelukisan watak tokoh dapat melalui percakapan tokoh lain sering disebut pelukisan watak secara eksplisit, sedangkan pelukisan tokoh lewat perbuatan serta pengucapannya disebut pelukisan watak secara implisit (Luxemburg, 1992: 171). Ada berbagai macam perwatakan yang muncul pada tokoh dalam sebuah naskah drama, berikut penjelasannya.

1. Protagonis

Tokoh yang menjadi peran utama atau sebagai pusat cerita. 2. Antagonis

Tokoh yang berperan sebagai musuh yang dapat menyebabkan munculnya sebuah konflik.

3. Tritagonis

Tokoh yang berperan sebagai penengah bertanggung jawab mendamai-kan atau menjadi perantara antara tokoh protagonis dan antagonis. 4. Peran pembantu

(27)

c. Latar/ Setting

Latar merupakan segala keterangan, petunjuk, atau pengacuan yang berka-itan dengan adanya waktu ruang dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra (Sudjiman, 1986: 46). Latar meliputi penggambaran lokasi geografis termasuk topografi sampai perlengkaran suatu ruangan. Macam latar yang di-kemukakan oleh Hudson melalui Sudjiman (1986) yaitu latar fisik dalam ujud fi-siknya berupa bangunan, daerah, dan sebagainya. Latar sosial yang mencakup peggambaran masyarakat, kelompok sosial, sikap, adat, cara hidup, bahasa dan lain- lain. Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam drama.

d. Plot/ Alur

Peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam cerita rekaan disajikan dengan berbagai urutan tertentu. Urutan peristiwa itulah yang disebut dengan alur. Alur disebut juga plot, jalan cerita, susunan atau struktur naratif. Alur drama adalah rangkaian peris tiwa dalam karya sastra drama yang mempunyai penekanan adanya hubungan kausalitas (sebab-akibat). Alur drama dapat juga dikatakan sebagai jalinan peristiwa dalam karya sastra drama guna mencapai suatu efek (Hariyanto, 2000: 38).

(28)

dise-but alur tak kronologis, sorot balik, regresif/flash back. Peristiwa-peristiwa ditam-pilkan dari tahap akhir, tengah dan baru kemudian pada tahap awal (Sudjiman, 1986: 33)

Menurut Hariyanto (2000: 138 – 139) pada umumnya drama mengandung delapan bagian alur, yaitu: eksposisi, rangsangan, konflik, rumitan, klimaks, kri-sis, leraian, dan penyelesaian. Berikut penjelasan tiap bagian alur tersebut.

1. Eksposisi

Esposisi/paparan adalah bagian karya sastra drama yang berisi keterangan mengenai tokoh serta latar. Dalam tahapan ini, pengarang memperkenalkan para tokoh, tempat peristiwa, dan memberikan gambaran peristiwa yang terjadi. Bagian ini berfungsi sebagai pengantar pembaca dan penonton ke dalam persoalan utama yang menjadi isi cerita drama tersebut. Pengenalan tentang tokoh dan latar digam-barkan dengan dekorasi dan aktifitas tokoh itu sendiri

2. Rangsangan

Rangsangan adalah tahapan alur ketika muncul kekuatan, kehendak, kemauan, sikap, pandangan yang saling berpandangan. Peristiwa ini sering ditim-bulkan oleh adanya seorang tokoh baru atau datangnya suatu berita yang merusak keadaan.

3. Konflik

(29)

4. Rumitan

Rumitan adalah tahapan ketika suasana semakin panas karena konflik makin mendekati puncaknya. Gambaran nasib sang tokoh akan nampak lebih se-makin jelas meskipun belum sepenuhnya terlukiskan.

5. Klimaks

Klimaks adalah titik puncak cerita. Bagian ini merupakan tahapan ketika pertentangan yang terjadi mencapai titik puncaknya. Peristiwa dalam tahapan ini merupakan pengubah nasib tokoh. Bagian ini, terutama dipandang dari segi tang-gapan emosional pembaca atau penonton, menimbulkan puncak ketegangan. Kli-maks merupakan puncak rumitan yang diikuti oleh krisis atau titik balik.

6. Krisis

Krisis adalah bagian alur yang mengalami leraian. Tahap ini ditandai oleh perubahan alur cerita menuju kesudahan. Krisis dan klimaks sering dianggap sama atau disamakan.

7. Leraian

Leraian adalah bagian struktur sesudah tercapai klimaks dan krisis. Tahap-an ini merupakTahap-an peristiwa yTahap-ang menunjukkTahap-an perkembTahap-anga n mulai meredu.

8. Penyelesaian

(30)

e. Dialog

Pada dasarnya sebuah drama merupakan rangkaian dialog. Dalam suatu drama dialog merupakan unsur terpenting karena hampir semua unsur dinyatakan dalam dialog. Dialog inilah yang akan diucapkan oleh para tokoh. Antar dialog dengan perbua tan terjalin suatu hubungan yang majemuk dan intensif. Giliran bicara itu sendiri me rupakan tindak bahasa yang ada hubungannya dengan perbu-atan-perbuatan dan dapat mengakibatkan adanya perbuperbu-atan-perbuatan (Luxem-brug, 1992: 160).

Dialog berhubungan dengan adanya latar dan perbuatan. Sebuah latar bisa dilihat dari munculnya dialog-dialog para tokoh, serta gaya gerak-gerik yang di-perhatikan secara langsung maupun tidak langsung yang biasanya berupa teks. Dalam dialog tidak hanya terjadi pembicaraan mengenai suatu kejadian melainkan juga merupakan suatu kejadian itu sendiri. Bila seorang pelaku menyajikan sesua-tu, mengancam atau mengajukan permintaan berarti hal itu telah menggerakkan roda-roda peristiwa atau disebut alur cerita.

2.2 Menulis Naskah Drama

(31)

merupakan suatu proses yang kompleks, dan merupakan keterampilan berbahasa. Bahkan seorang yang berbakat dan tidak berbakat menulis mempunyai peluang yang sama untuk menjadi penulis (Syafi’I, 1988: 4).

Dalam pengajaran menulis, guru menggunakan teknik pengajaran menulis berupa tugas kemampuan me nulis. Bentuk-bentuk tugas kemampuan menulis yai-tu penyusunan alenia berupa tes objektif, menulis berdasarkan rangsang visual yang berupa gambar atau film, menulis berdasarkan rangsang secara langsung maupun media lainnya, menulis dengan rangsang buku, me nulis laporan, menulis surat dan menulis berdasarkan tema (Nurgiyantoro, 1987: 273 – 278).

Dalam pengajaran drama selain siswa diajak untuk menyaksikan secara langsung sebuah pementasan drama, siswa juga dituntut dapat mencipta atau me-nyusun sebuah naskah drama. Kegiatan ini tidak semudah meme-nyusun sebuah cer-pen atau cerita narasi. Siswa dituntut mempertimbangkan unsur- unsur yang men-jadi kekuatan bagi naskah sehingga menmen-jadi lebih hidup. Seperti pemilihan ide atau gagasan, penggambaran tokoh, kejelasan alur atau setting dan lain- lain.

Dari beberapa pendapat diatas diperoleh pengertian menulis yaitu kecakapan seseorang menggunakan lambang- lambang bahasa secara tertulis untuk menguta-rakan ide atau gagasan, menyampaikan informasi yang diperoleh baik dari yang bisa dipahami maknanya oleh pembaca sesuai dengan peraturan atau sistem penulisan.

(32)

sesuatu ( ide atau gagasan) yang dituangkan dalam bentuk dialog yang berisi jail-nan peristiwa dan disertai penggambaran gerak untuk memperkuat, sehingga pem-baca, pelaku dan penonton seakan melihat dan merasakan apa yang disampaikan pengarang.

Pengajaran menulis drama sebagai penunjang pemahaman bahasa dapat di-gunakan untuk melatih keterampilan membaca (teks drama radio/televisi), sebagai penunjang latihan penggunaan bahasa, artinya keterampilan menulis (teks drama sederhana, resensi pementasan, resensi pementasan) dan berbicara (melakukan pementasan drama). Sebagai sarana latihan pemahaman dan penggunaan bahasa, drama relatif lebih lengkap, karena dengan bermain drama, siswa terlibat aspek kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Oleh karena itu, prinsip dramatisasi (dalam arti drama pentas) banyak digunakan untuk diaplikasikan dalam metode mengajar yang sifatnya baru (kognitif) (Waluyo, 2001: 159).

(33)

lain berpentas, siswa juga belajar menghargai sesamanya. Waluyo (2003: 158) menuliskan bahwa “ drama dapat membantu murid dalam pemahaman dan peng-gunaan bahasa yang sedang dipelajarinya. Hal ini menunjang salah satu fungsi bahasa, yaitu untuk berkomunikasi”.

Dengan demikian, pembelajaran drama, baik pembelajaran teks drama mau-pun pembelajaran pentas drama, mengarahkan siswa untuk “dapat memetik nilai-nilai yang dapat ditawarkan oleh karya sastra (Sayuti dalam Toha-Sarumpaet, 2002: 47) dan memberikan kontribusi yang bermakna bagi proses pendidikan da-lam keseluruhannya” (Sayuti dada-lam Toha-Sarumpeat, 2002: 45), khususnya dada-lam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Lazar (1993) menambahkan bahwa be-lajar drama dalam lingkup kecil, bahkan sekedar membaca cuplikan naskah sebu-ah drama, akan mampu mengembangkan kreativitas anak dalam menjalin hubu-ngan dan kerja sama dalam kelompok.

2.3 Pengajaran Naskah Drama

(34)

Selain itu drama merupakan karya sastra yang mengungkapkan cerita mela-lui dialog-dialog para tokohnya (Sumarjo dan Saini K. M, 1994: 3). Menurut Rah-manto (1988: 89) drama merupakan bentuk sastra yang dapat merangsang gairah dan mengasyikkan para pemain dan para penonton sehingga sangat digemari ma-syarakat. Disamping mudah disesuaikan untuk dimainkan dan dinikmati masya-rakat segala umur, drama sangat tinggi nilai pendidikannya. Karena drama meru-pakan peragaan tingkah laku manusia yang me ndasar, drama baru dapat disusun dan dipentaskan dengan berhasil jika diikuti pengamatan yang teliti baik oleh pe-nulis maupun para pemainnya. Tokoh-tokoh pendidikan melihat bentuk sastra ini sebagai suatu wadah bagi generasi muda dalam menuju kedewasaannya dengan melakukan berbagai macam peran yang perlu difahami benar. Dengan menghayati berbagai macam peran, para pemuda akan memiliki wawasan yang lebih luas ten-tang hidup dan kehidupan yang dihadapinya.

(35)

Mengingat drama merupakan refleksi kehidupan yang telah dikristalkan dan diapresiasikan melalui watak dan emosi yang lebih nyata daripada pelaku, maka benar adanya jika pengajaran menulis naskah drama di sekolah khususnya di SMA sangat perlu mendapat perhatian. Siswa akan belajar lebih dalam dengan watak manusia dan segala permasalahan kehidupan, sehingga sedikit banyak membantu kehidupan pribadi siswa (Brahim, 1968: 154).

Berkaitan dengan pengajaran menulis naskah, pemilihan bahan pengajaran sangat penting peranannya. Dalam hal ini guru diberi kebebasan untuk mengguna-kan sumber yang ada selama tidak menyimpang dari materi yang amengguna-kan diajarmengguna-kan. Sumber pengajaran yang digunakan dalam pengajaran drama sama dengan sumber pengajaran sastra lainnya. Materi selain buku penunjang, dapat pula bersumber dari media cetak dan elektronik seperti film, tayangan drama, dan lain sebagainya. Dengan banyak membaca dan melihat drama akan membantu siswa memunculkan ide atau imajinasi untuk selanjutnya dituangkan ke dalam naskah drama.

Pemilihan sumber pengajaran ini hendaknya mudah dipahami oleh siswa, variatif, dan menarik sehingga pengajaran dapat tercapai dengan baik. Siswa dituntut untuk mampu memahami sebuah naskah melalui dialog-dialog para to-koh, mampu me merankan serta diharapkan mampu menciptakan atau menulis sebuah naskah drama berdasarkan rangsang berupa penunjang pengajaran drama.

(36)

diperhati-kan karena hal itu sangat berpengaruh pada pemahaman siswa terhadap bahan yang disajikan. Siswa akan merasa kesulitan jika diberikan bahan menggunakan bahasa diluar jangkauan pengetahuannya (Moody, 1988: 27).

Pemilihan bahan pembelajaran drama perlu memperhatikan aspek tahapan psikologis, karena hal ini sangat berpengaruh terhadap minat siswa dalam hal ke-mampuan mengerjakan tugas, kesiapan kerjasama, daya ingat dan pemecahan ma-salah (Moody, 1988: 30)

Tujuan utama dalam mempelajari drama adalah untuk memahami bagian suatu tokoh harus diperankan dengan sebaik-baiknya dalam sua tu pementasan. Untuk mempelajari pementasan memang tidak selalu mudah, terutama bagi siswa yang sama sekali belum mengenal pelik-pelik keadaan suatu pentas drama. Dalam beberapa hal, lingkungan siswa sehari- hari (misalnya: TV, sandiwara, film) dapat dimanfaatkan untuk membantu menyampaikan pengalaman pementasan yang nyata. Namun, dalam hal lain, guru hendaknya dapat memberikan gambaran ten-tang proses dramatisasi yang lebih lengkap dari pada pengetahuan yang dimiliki siswanya berdasarkan penga laman hidup sehari-hari ( Rahmanto, 1988: 90).

2.4 Program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

(37)

ke-las XI (BSNP, 2006: 12). Berikut ini diraikan mengenai program pengajaran u-mum dan program pengajaran khusus.

1. Program Pengajaran Umum

Program pengajaran umum yang dilakukan di SMA wajib diikuti oleh semua siswa kelas X. Program pengajaran umum ini bertujuan untuk meningkatkan ke-mampuan dan minat siswa dalam mata pelajaran dan sebagai dasar untuk memilih antara IPA dan IPS di kelas XI. Program pengajaran umum terdiri dari 14 mata pelajaran yaitu Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Sejarah Nasional dan Sejarah Umum, Bahasa Inggris, Pendidi-kan Jasma ni dan Kesehatan, Matematika, Fisika, Biologi, Kimia, Ekonomi, Sosio-logi, Geografi, dan Pendidikan Seni.

2. Program Pengajaran Khusus

Program pengajaran khusus dilaksanakan di kelas XI dan dipilih siswa sesuai kemampuan dan minatnya. Perogram pengajaran khusus di kelas XI terdapat tiga program khusus yaitu Program Ilmu Pengetahuan Alam, Program Ilmu Pengeta-huan Sosial, dan Program Bahasa. Pada masing- masing program terdapat enam mata pelajaran umum yang sama dan empat mata pelajaran khusus. Semua pro-gram mata pelajaran khusus menyajikan ena m mata pelajaran umum yang sama yaitu: Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Sejarah Nasional dan Sejarah Umum, Ba hasa Inggris, Pendidikan Jas-mani dan Kesehatan.

(38)

alam, baik dalam bidang akademik maupun pendid ikan profesional. Mata pelajar-an ypelajar-ang disajikpelajar-an pada program Ilmu Pengetahupelajar-an Alam yaitu Fisika, Biologi, Kimia, Matematika.

Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai ” pengetahuan yang sis-tematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kum-pulan data hasil observasi dan eksperimen”.

Merujuk pada penertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu:

1) sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, mahluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended;

2) proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusuna hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;

3) produk: berupa fakta, prinsip, teori dan hukum;

4) aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari- hari.

Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang yang utuh yang sebenarnya tidak bisa dipisahkan sama lain. (Puskur, 2006: 4)

(39)

me-nengah, dikenal mata pelajaran Antropologi, Sosio logi, Geografi, Sejarah, Ekono-mi, Tatanegara yang mengacu pada ilmu- ilmu sosial.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu- ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenome-na sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial. IPS atau studi sosial itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu sosial. (Puskur, 2006: 5)

Perbedaan program IPA dan IPS dijadikan sebagai dasar untuk mendeskrip-sikan perbedaan kemampuan menulis naskah drama iswa kelas XI. Jumlah jam mata pelajaran bahasa Indonesia dalam setiap program sama. Jumlah jam pelaja-ran bahasa Indonesia pada program IPA dan IPS mendapat 4 jam pelajapelaja-ran. Persa-maan jumlah jam pelajaran dan waktu belajar bahasa Indonesia yang sama menda-sari penelitian untuk mendeskripsikan perbedaan kemampuan siswa SMA jurusan IPA dan IPS dalam menulis naskah drama. Peneliti mempunyai anggapan bahwa siswa yang memilih program yang jumlah jam pelajaran bahasa Indonesia sama belum tentu lebih memahami materi pelajaran yang sama.

2.5 Kerangka Berpikir

(40)

– 4). Adapun Ahmadi, (1988: 17) berpendapat bahwa menulis bukan sekedar mengumbar huruf-huruf, akan tetapi lebih pada pesan yang dibawa oleh penulis yang disusun secara sistematis dan logis. Dalam proses belajar mengajar, menulis merupakan suatu proses yang kompleks, dan merupakan keterampilan berbahasa. Bahkan seorang yang berbakat dan tidak berbakat menulis mempunyai peluang yang sama untuk menjadi penulis (Syafi’I, 1988: 4).

Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang diajarkan di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, Yogyakarta lebih cenderung menggunakan pendekatan otomatik (pendekatan tradisional). Guru mata pelajaran cenderung memberikan teori sebagai pengantar baru kemudian melakukan praktik. Siswa diharapkan da-pat memperhatiakan dengan baik apa yang dijelaskan olh guru untuk kemudian di-praktikan, misalnya siswa mendapat pengarahan tentang peran dalam drama baru kemudian siswa mempraktikannya.

Proses pembelajaran drama di SMA Pangudi Luhur Sedayu biasanya dilaksanakan ketika jam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia berlangsung, akan tetapi secara praktik dapat dilakukan di luar jam pela jaran. SMA ini sering mengadakan beragam lomba termask drama untuk memperingati hari- hari besar tertentu. Dari praktik pemenytasan drama ini diharapkan siswa lebih dapat mema-hami bagaimana jalannya pementasan dengan lebih nyata.

(41)

sendiri akan dapat berjalan dengan lebih baik apabila ditunjang pula dengan bera-gam saran ayang mendukung.

Sebagaimana dijelaskan dalam landasan teori, IPA dan IPS memiliki ke-mampuan yang berbeda dalam menulis. Dari dua pendapat sebelumnya ditemukan adanya pertentangan. Dari salah satu pendapat dapat ditarik kesimpulan IPA dapat menulis lebih baik dari IPS, sedangkan pendapat yang lain menyatakan sebalik-nya.

Dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat siswa IPS memberikan perhatian cukup baik dalam menulis sesuatu, biasanya siswa IPS menulis sambil lalu, yaitu menulis hanya beberapa bagian saja. Karena menulis yang tidak sempurna maka tingkat pengertiannya juga kurang baik. Dengan perhatian dan kemamp uan me-mahami yang kurang baik dapat dikatakan siswa IPS memiliki kemampuan menu-lis yang lebih dari cukup.

Dalam kehidupan sehari- hari dapat dilihat bahwa siswa IPA memiliki ting-kat perhatian serta kemampuan menulis yang baik. Dalam proses pembelajaran pun biasanya siswa IPA memiliki tingkat pemahama n yang lebih baik. Dengan a-danya perhatian, kemampuan mengerti dan pemahaman yang baik dapat dikatakan siswa IPA memiliki taraf kemampuan menulis dengan baik.

(42)

2.6Hipotesis

(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi uraian tentang jenis penelitian, populasi dan sample, jenis data, teknik pengumpulan data, instrumen pene litian, dan teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Ari-kunto (1991: 309) penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mengumpulkan infor-masi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian ini memakai data yang berupa angka-angka skor yang diperoleh siswa dari hasil menulis naskah drama, sehingga jenis penelitian ini terma suk penelitian kuantitatif.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian ( Arikunto, 1991: 102 ). Subjek yang menjadi populasi dapat berupa manusia, wilayah geografis, waktu, metode, hasil tes, kurikulum, gejala-gejala dan sebagainya (Ali via Soewandi, 1991: 1). Sampel penelitian yang akan digunakan dala m penelitian ini mengambil salah satu kelas dari dua kelas Program IPS yang ada dan satu kelas Program IPA. Hal ini dilakukan guna membantu memudahkan peneliti untuk menentukan sam-pel penelitian.

(44)

Peneliti menggunakan penelitian populasi karena menga mbil seluruh sub-jek penelitian. Obsub-jek penelitian yang berupa naskah drama dari siswa diteliti dan dianalisis. Hasil analisis tersebut kemudian disimpulkan dan kesimpulan tersebut berlaku untuk seluruh populasi (Arikunto, 1991: 102).

3.3 Jenis Data

Menurut Sudjana (1989: 126) ada dua jenis data yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kualitatif dapat disusun dan langsung ditafsirkan untuk me-nyusun kesimpulan penelitian. Peneliti tidak perlu melakuk an pengolahan melalui perhitungan matematis sebab data telah memiliki makna apa adanya. Data kuanti-tatif bersifat numerikal. Maknanya belum menggambarkan apa adanya sebelum dilakukan pengolahan dan analisis lebih lanjut. Data kuantitatif dapat diolah dan dianalisis dengan rumus statistika. Data dalam penelitian ini adalah data kuan-titatif yang diperoleh dari tes me nulis naskah drama bahasa Indonesia.

3.4 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen dalam penelitian ini berupa perintah menulis naskah drama. Naskah drama merupakan data yang akan diubah menjadi nilai jadi. Teknis tes digunakan untuk memperoleh data tentang perbedaan kemampuan siswa menulis naskah drama. Skor dari teks inilah yang akan digunakan untuk me ngukur perbe-daan kemampuan siswa dalam menulis naskah drama. Setelah itu skor diolah menjadi nilai jadi (Nurgiyantoro, 1988: 56).

(45)

Petunjuk Penulisan Naskah Drama

1. Tulislah nama, kelas dan nomor absen di sudut kanan atas pada lembar kerja Anda!

2. Buatlah sebuah teks naskah drama.

3. Perhatikan unsur-unsur yang ada dalam sebuah drama , misalnya: tema, alur, latar/setting dan tokoh.

4. Selamat mengerjakan dan terima kasih.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

(46)

Tabel 1

Kreteria Penilaian Naskah Drama

No Unsur yang dinilai Nilai Maksimum 1. Kesatuan alur (konflik,

klimaks, peleraian, penyelesaian)

25

2. Pengembangan watak tokoh 15

3. Penggambaran suasana 15

4. Pembentukan tema atau topik 20

5. Struktur atau dialog 25

Pemberian skor dalam penilaian naskah drama siswa ditentukan berdasar-kan penting tidaknya unsur yang terdapat dalam naskah drama tersebut. Selain itu, hal lain yang mempengaruhi tinggi rendahnya skor yang diperoleh adalah berda-sarkan hal yang ditekankan dalam hasil belajar dan indikator yang terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), khususnya yang menyangkut ke-mampuan menulis naskah drama. Indikator bahwa seorang siswa dapat dikatakan mampu menulis drama dapat dilihat dari hasil menulis drama yang telah dibuat oleh siswa tersebut. Hasil tulisan tersebut harus memenuhi kriteria naskah drama yang baik. Sebuah naskah drama dapat dikatakan baik jika memuat aspek-aspek yang akan dinilai dan diberi skor sebagai berikut:

1. Kesatuan alur

(47)

yang dikisahkan, tidak sekedar urutan temporal saja. Dalam cerita, segala sesuatunya cenderung disederhanakan, urutan peristiwanya pun harus kronologis. Dalam penilaian ini kesatuan alur mempunyai skor 0 – 25.

Skor 25 diperoleh jika alur dalam drama jelas dan menunjukkan kesinam-bungan peristiwa. Konflik, klimaks, leraian dan penyelesaian diungkapkan secara terperinci dan terjalin satu sama lain dalam hubungan yang logis. Skor 20 – 25 diperoleh jika alur dalam drama jelas dan menunjukkan kesinambungan cerita. Konflik, klimaks dan leraian terlihat jelas, namun tidak ada penyelesaiannya. Skor 19 – 23 diperoleh jika alur dalam drama jelas dan menunjukkan kesinambungan peristiwa. Konflik dan klimaks terlihat dan tergambar jelas, hanya saja leraian dan penyelesaian tidak nampak jelas dalam drama tersebut. Skor 15 – 18 diperoleh jika dalam drama yang terlihat secara jelas dari keempat bagian alur yang disebutkan hanya konflik saja. Skor 0 – 14 diperoleh jika drama tersebut benar-benar tidak memuat keempat bagian alur tersebut.

2. Pengembangan watak tokoh

Seperti halnya dalam cerita rekaan, dalam drama pun terdapat tokoh baru pemegang peran. Pada umumnya tokoh dalam drama berupa orang. Jika berupa binatang, tumbuhan, atau bahkan benda mati, sikap dan tingkah lakunya tetap pula menggambarkan kehidupan manusia (Hariyanto, 2000: 35). Dalam penilaian ini kesatuan laku dan tokoh mempunyai skor 0 – 15.

(48)

dan terjalin satu sama lain dalam hubungan yang logis, tetapi penokohan tidak terlihat jelas dalam cerita. Skor 0 - 9 diperoleh jika penokohan dan perbuatan tidak tergambar jelas dalam drama tersebut.

3. Penggambaran suasana

Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Latar mencipta-kan suasana yang seamencipta-kan-amencipta-kan nyata ada, yang mempermudah pembaca dalam berimajinasi. Latar juga memungkinkan pembaca atau penonton berperan secara kritis berkenaan dengan pengetahuannya mengenai latar. (Hariyanto, 2000: 42) Dalam penilaian ini kesatuan tempat mempunyai skor 0 – 15.

Skor 15 diperoleh jika pelukisan tempat dan waktu digambarkan secara hidup- hidup dan terperinci sehingga menciptakan suasana yang seolah-olah sungguh terjadi. Skor 10 – 14 diperoleh jika pelukisan tempat digambarkan secara jelas, namun waktu kapan terjadinya peristiwa it u tidak terlihat jelas. Skor 0 – 9 diperoleh jika pelukisan tempat dan waktunya tidak digambarkan dengan jelas.

4. Pembentukan tema atau topik

(49)

Skor 20 diperoleh jika tema yang diangkat dalam drama tersebut menarik, bermanfaat, serta adanya unsur kreativitas siswa dalam menentukan tema itu sendiri. Skor 15 – 19 diperoleh jika tema yang diangkat menarik tetapi tidak ada manfaatnya. Skor 0 – 14 diperoleh jika tema dalam drama tersebut tidak nampak menarik dan bermanfaat sama sekali.

5. Struktur atau dialog

Pada dasarnya sebuah drama merupakan rangkaian dialog. Dalam drama dialog merupakan unsur terpenting karena hampir semua unsur dinyatakan dalam dialog. Dalam penilaian ini dialog mempunyai skor 0 – 25.

Skor 25 diperoleh jika antar dialog dengan perbuatan terjalin suatu hubu-ngan yang majemuk dan intensif, serta dalam dialog percakapan mehubu-ngand ung satu tema cerita. Skor 15 – 24 diperoleh jika antar dialog dengan perbuatan terjalin suatu hubungan yang majemuk dan intensif, namun dalam dialog percakapan ti-dak mengandung satu tema cerita. Skor 0 – 14 diperoleh jika kedua unsur tersebut tidak mencakup semuanya.

3.6 Teknik Analisis Data

Langkah- langkah dalam menganalisis data adalah sebagai berikut. 1. Naskah drama dikumpulkan, dianalisis, dan dinilai.

(50)

3. Langkah selanjutnya, nilai- nilai tersebut dijumlah untuk memper-oleh skor mentah secara keseluruhan.

Skor mentah yang telah diperoleh dari tes siswa kemudian diubah ke nilai jadi dengan membuat tabel persiapan penghitungan rata-rata dan simpangan baku. Tabel ini berisi skor siswa yang telah diurutkan dari skor terkecil ke skor terbesar dan frekuensi kemunculan skor. Dari skor mentah ini kemudian dapat dicari nilai rata-rata dan simpangan baku dengan menjumlah skor terlebih dahulu. Acuan yang digunakan untuk menilai hasil tes siswa ini menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP). Untuk lebih jelasnya, skor yang telah diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Menentukan Nilai Rata-rata

Menurut Nurgiyantoro (2001: 361) untuk menghitung nilai rata-rata (mean) skor digunakan rumus sebagai berikut.

N fx x= Σ

Keterangan:

x : Mean (nilai rata-rata) f : Frekuensi

x : Nilai kemampuan siswa N : Jumlah siswa

fx

Σ : Jumlah nilai siswa dikalikan frekuensi

(51)

2

Konversi nilai merupakan salah satu acuan dalam menafsirkan kemampuan para siswa. Konversi yang digunakan oleh peneliti adalah nilai rata-rata dan simpangan baku (Nurgiyantoro, 2001: 406). Menghitung konversi nilai dapat diubah kedalam skala seratus. Konversi nilai merupakan kemampuan rata-rata siswa dalam menulis naskah drama.

Tabel 2

Pedoman Konversi Angka Skala Seratus (Nurgiyantoro, 1995: 39)

Skala Sigma Skala Angka Skala Seratus (100)

(52)

Setelah itu mengkonversikan nilai ke dalam pedoman perhitungan presentase skala seratus. Untuk mene ntukan tarif kemampuan menulis naskah drama siswa IPA dan IPS. Untuk menafsirkan apakah baik, cukup, sedang, atau kurang maka hasil dari hitungan konversi ini ditransformasikan kedalam patokan perhitungan presentase dengan skala seratus (Nurgiyantoro, 2001:400)

Tabel 3

Penentukan Patokan dengan Penghitungan % untuk Skala Seratus (Nurgiyantoro, 1995: 394)

Interval % Tingkat Penguasaan

Nilai Ubahan Skala

Seratus (100) Keterangan

96% – 100 % 100 Sempurna

Perbedaan kemampuan menulis naskah drama program IPA dan IPS dapat diketahui dengan tes-t. Nilai t yang dicari dapat dilihat signifikan dengan tabel nilai- nilai kritis t dengan derajat kebebasan (DB) tertentu. Jika harga

observasi

t diketahui selanjutnya dikonsultasikan dengan ttabel dengan taraf signifikan yang telah ditentukan, sehingga peneliti mengetahui berapa persen kemungkinan be-sar diterimanya kesimpulan peneliti bagi populasi (Arikunto, 1990: 401). Apabila harga tobservasilebih kecil daripada ttabel

(

tobservasi<ttabel

)

, maka tidak ada

(53)

apabila tobservasi lebih besar atau sama dengan ttabel

(

tobservasittabel

)

, maka ada perbedaan yang signifikan antara dua hal ( Damarastuti, 2000: 37) atau jika harga

observasi

t lebih besar atau sama dengan ttabel, maka ada dua hal yang dibandingkan. Rumus yang digunakan untuk mencari perbedaan nilai rata-rata hasil tes kemampuan menulis naskah drama antara siswa yang mengambil program IPA dan IPS adalah sebagai berikut.

2

Untuk mencari t perlu diketahui taksiran variannya dengan mengguna-kan rumus:

n : jumlah subyek pertama

2

n : jumlah subyek kedua

2

(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini secara berturut-turut akan diuraikan (1) deskripsi data, (2) analisis data, dan (3) pembahasan. Berikut adalah uraian dari ketiga hal terse-but.

4.1 Deskripsi data

Data yang dipoleh dalam pene litian ini adalah data kuantitatif berupa skor yang diperoleh dari hasil tes menulis naskah drama. Tes ini dikerjakan oleh siswa kelas XI IPA dan IPS SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2007/2008.

Jumlah siswa program IPA dan IPS secara keseluruhan sebanyak 92 orang. Jumlah anggota populasi XI IPA adalah 27 orang, pada waktu penelitian semua hadir. Jumlah siswa XI IPS adalah 65 orang dan hanya diambil 27 orang.

Berdasarkan hasil tes membuat naskah drama dapat diperoleh data skor yang ditabulasikan dalam table 5 dan 6. Skor tertinggi yang diperoleh siswa kelas XI IPA adalah 85 sedangkan kelas XI IPS adalah 88. Skor terendah yang diperoleh siswa kelas XI IPA adalah 57 sedangkan kelas XI IPS adalah 61. Jumlah perkalian skor dan frekuensi siswa kelas XI IPA adalah 1954 dan kelas XI IPS adalah 1916. Jadi jumlah perkalian skor dan frekuensi siswa kelas XI IPA dan IPS adalah 3870. Jumlah kuadrat perkalian skor dan frekuensi siswa kelas XI IPA adalah 143492 dan kelas XI IPS adalah 137350. Jadi jumlah kuadrat perkalian skor dan frekuensi siswa kelas XI IPA dan IPS adalah 280842.

(55)

4.2 Analisis data

Hasil penelitian menguraikan perhitungan kemampuan menulis naskah drama siswa program IPA dan IPS, perbedaan kemampuan menulis naskah drama siswa antara kedua program tersebut. Berikut ini perhitungan kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI program IPA.

Tabel 4

Perhitungan Jumlah Skor dan Jumlah Skor Kuadrat Sebagai Persiapan Menghitung Mean dan Simpangan Baku Kemampuan Menulis Naskah

Drama Siswa Kelas XI IPA

No Skor (x) Frekuensi (f) fx fx2

X1 : skor siswa dalam menulis naskah drama kelompok satu f : frekuensi kemunculan skor

(56)

(f)X12: frekuensi kemunculan skor dikalikan skor yang dikuadratkan pada kelompok satu.

Σ : jumlah

Tabel 5

Perhitungan Jumlah Skor dan Jumlah Skor Kuadrat Sebagai Persiapan Menghitung Mean dan Simpangan Baku Kemampuan Menulis Naskah

Drama Siswa Kelas XI IPS

No Skor (x) Frekuensi (f) fx fx2

X2 : skor siswa dalam menulis naskah drama kelompok dua f : frekuensi kemunculan skor

(57)

(f)X2 2: frekuensi kemunculan skor dikalikan skor yang dikuadratkan pada

kelompok dua

Σ : jumlah

1. Perhitungan Kemampuan Menulis Naskah Drama Siswa Kelas XI Program IPA

Tabel 5 menunjukkan bahwa ΣfX1=1954dan N = 27. Rata-rata (Mean) kemampuan menulis naskah drama naskah drama siswa program IPA dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut.

X =

N fX1

Σ

= 27 1954

= 72,37 Keterangan:

X : mean (nilai rata-rata) 1

fX

Σ : jumlah skor siswa kelompok satu N : jumlah seluruh siswa

Jadi, rata-rata kemampuan menulis naskah drama siswa program IPA adalah 72,37.

(58)

S =

Σ : jumlah skor siswa yang dikuadratkan

Tabel 6

Pedoman Konversi Angka ke dalam Skala Seratus

Skala Sigma Skala Angka Skala Seratus

(59)

Tabel 7 diatas menunjukkan bahwa siswa dikatakan memiliki kemampuan menulis naskah drama dengan kategori sempurna apabila mencapai skor lebih dari 92,10. Kategori baik sekali apabila mencapai skor 87,72 – 92,09. Kategori baik apabila mencapai skor 83,33 – 87,71. Kategori cukup apabila mencapai skor 78,95 – 83,32. Kategori sedang apabila mencapai skor 74,56 – 78,94. Kategori hampir sedang apabila mencapai skor 70,62 – 74,55. Kategori kurang apabila mencapai skor 65,79 – 70,61. Kategori kurang sekali apabila mencapai skor 61,41 – 65,78. Kategori buruk apabila mencapai skor 57,02 – 61,40. Kategori buruk sekali apabila mencapai skor kurang dari 57,01.

Skor rata-rata kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI program IPA adalah 72,37 dan simpangan bakunya 8,77. berdasarkan perhitungan pada tabel 7 dan 8 serta presentase skala seratus (lihat tabel 4), maka kemampuan menulis siswa berada pada tingkat penguasaan 70,62 – 74,55. Dengan demikian, maka kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI program IPA adalah hampir sedang.

Tabel 7

Penentu Patokan dengan

Perhitungan Presentase untuk Skala Seratus Nomor Nilai Ubah Skala Seratus Keterangan

(60)

2. Perhitungan Kemampuan Menulis Naskah Drama Siswa Kelas XI Program IPS

Tabel 6 menunjukkan bahwa ΣfX2= 1916 dan N = 27. Rata-rata (Mean) kemampuan menulis naskah drama naskah drama siswa program IPS dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut.

Jadi, rata-rata kemampuan menulis naskah drama siswa program IPS adalah 70,96.

Langkah selanjutnya ialah mencari konversi nilai siswa, dengan terlebih dulu menghitung simpangan bakunya, perhitungannya sebagai berikut.

(61)

= 51 ,3

Σ : jumlah skor siswa yang dikuadratkan

Tabel 8

Pedoman Konversi Angka ke dalam Skala Seratus

Skala Sigma Skala Angka Skala Seratus

(1-100)

(62)

skor 65,59 – 69,16. Kategori kurang sekali apabila mencapai skor 62,01 – 65,58. Kategori buruk apabila mencapai skor 58,43 – 62,00. Kategori buruk sekali apabi-la mencapai skor kurang dari 58,42.

Skor rata-rata kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI program IPS adalah 70,96 dan simpangan bakunya 7,16. berdasarkan perhitungan pada ta-bel 9 dan 10 serta presentase skala seratus (lihat tata-bel 4), maka kemampuan menu-lis siswa berada pada tingkat penguasaan 69,17 – 72,74. Dengan demikian, maka kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI program IPS adalah hampir se-dang.

Tabel 9

Penentu Patokan dengan

Perhitungan Presentase untuk Skala Seratus Nomor Nilai Ubah Skala Seratus Keterangan

1 87,07 – 100 Sempurna

2 83,49 – 87,06 Baik sekali

3 79,91 – 83,48 Baik

4 76,33 – 79,90 Cukup

5 72,75 – 76,32 Sedang

6 69,17 – 72,74 Hampir sedang

7 65,59 – 69,16 Kurang

8 62,01 – 65,58 Kurang sekali

9 58,43 – 62,00 Buruk

(63)

3. Perhitungan Perbedaan Kemampuan Menulis Naskah Drama Siswa Kelas XI Program IPA dan IPS

Perbedaan kemampuan menulis naskah drama siswa program IPA dan pro-gram IPS dapat dihitung dengan rumus t-tes. Namun sebelum melakukan penghi-tungan t-tes perlu terlebih dahulu dicari taksiran variannya (S2), dengan perhi-tungan sebagai berikut.

S2 =

Penghitungan menggunakan rumus t-tes:

(64)

=

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan sesuai dengan data yang telah diperoleh. Dalam penelitian ini peneliti mengajukan tiga hipotesis, dan akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Pengujian Hipotesis Pertama

Kemampuan menulis naskah drama siswa Program IPA adalah baik. Hasil analisis data menunjukkan bahwa kemampuan rata-rata siswa Program IPA dalam menulis naskah drama adalah 72,37. Dengan melihat tabel 7, nilai tersebut terletak pada skala 70,62 – 74,55. Hal ini menunjukkan bahwa taraf kemampuan menulis naskah drama siswa Program IPA adalah hampir sedang, maka hipotesis pertama ditolak.

2. Pengujian Hipotesis Kedua

(65)

naskah drama siswa Program IPS adalah hampir sedang, maka hipotesis kedua ditolak.

3. Pengujian Hipotesis Ketiga

Rentang perbedaan kemampuan menulis naskah drama siswa Program IPA dan IPS tidak terlalu jauh (tidak signifikan). Hal itu terjadi apabila setelah dianali-sis ternyata harga tobservasi lebih kecil dari pada ttabel. Jika harga tobservasi < ttabel maka tidak terjadi perbedaan, na mun jika harga tobservasi > ttabel maka ada perbe-daan. Dengan analisis diatas maka tidak ditemukan perbedaan yang signifikan ke-mampuan menulis naskah drama siswa kelas XI IPA dan IPS SMA Pangudi Luhur Sedayu. Dengan demikian hipotesis ketiga diterima.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Hasil Analisis Naskah Drama Siswa Kelas XI IPA

Deskripsi kemampuan siswa kelas XI program IPA dalam menulis naskah drama bisa digambarkan pada tabel 5 dan 8 pada subbab 4.1 dan subbab 4.2. De-ngan menggunakan perhituDe-ngan rata-rata (mean) pada subbab 4.2 dapat diketahui kemampuan siswa kelas XI program IPA dalam menulis naskah drama. Setelah perhitungan tersebut dikonversikan kedalam skala seratus, diketahui bahwa ke-mampuan siswa kelas XI program IPA dalam menulis naskah drama berada pada interval 70,62 - 74,55. Hal ini menunjukkan bahwa taraf kemampuan siswa adalah hampir sedang.

(66)

mempengaruhi hasil naskah drama adalah faktor program yang diambil oleh sis-wa, di mana guru telah memilih siswa yang unggul untuk mengambil program IPA. Siswa yang berada di kelas XI IPA lebih serius mengerjakan tugas yang di-berikan.

Kedua, berdasarkan informasi dari guru bidang studi Bahasa Indonesia, ke-terampilan menulis naskah drama sudah pernah diajarkan kepada siswa. Tetapi pada kenyataannya, masih ada siswa yang kurang paham denga n apa yang disebut naskah drama. Dalam pembuatan naskah drama, sebagian kecil masih ada juga siswa yang kurang memperhatikan adanya unsur- unsur intrinsik yang ada. Akibat-nya hasil pekerjaan siswa pun kurang maksimal. Hal tersebut membuktikan bahwa pemahaman siswa terhadap karya sastra khususnya drama masih perlu untuk di-tingkatkan.

Kemampuan siswa kelas XI IPA dalam menulis drama alurnya jelas dan me-nunjukkan kesinambungan cerita. Penokohan digambarkan secara jelas melalui perbuatan si tokoh. Pelukisan tempat dan waktu digambarkan secara hidup se-hingga menciptakan suasana yang seolah-olah sungguh terjadi. Tema yang diang-kat dalam drama tersebut menarik dan kebanyakan dari mereka tema yang diambil adalah kisah pengalaman mereka sendiri. Dialog dalam percakapannya mudah dipahami.

4.3.2 Hasil Analisis Naskah Drama Siswa Kelas XI IPS

(67)

meng-gunakan perhitungan rata-rata (mean) pada subbab 4.2 dapat di ketahui kemampu-an siswa kelas XI program IPS dalam menulis naskah drama. Setelah perhitungkemampu-an tersebut dikonversikan kedalam skala seratus, diketahui bahwa kemampuan siswa kelas XI IPS dalam menulis naskah drama berada pada interval 69,17 – 72,74. Hal ini menunjukkan bahwa taraf kemampuan siswa adalah hampir sedang.

Berikut ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi penilaian terhadap nas-kah drama siswa. Pertama, adanya pengaruh kelas dan pembagian program yang telah ditentukan. Pada saat penelitian siswa yang berada di kelas XI IPS sangat ri-but mereka tidak serius mengerjakan tugas yang diberikan.

Kedua, berdasarkan informasi dari guru bidang studi Bahasa Indonesia, ketrampilan menulis naskah drama sudah pernah diajarkan kepada siswa. Tetapi kenyataannya sebagian siswa masih kurang paham dengan apa yang disebut nas-kah drama. Dalam pembuatan nasnas-kah drama, sebagian besar siswa kurang mem-perhatikan adanya unsur-unsur intrinsik yang ada. Akibatnya hasil pekerjaan sis-wa pun kurang maksimal. Hal tersebut membuktikan bahsis-wa pemahaman sissis-wa terhadap karya sastra khususnya drama masih perlu untuk lebih ditingkatkan. Pada waktu di dalam kelas ada siswa yang menanyakan tentang unsur intrinsik drama.

(68)

4.3.3 Hasil Pengujian Perbedaan Kemampuan Menulis Naskah Drama antara Siswa Kelas XI IPA dan IPS

Pengujian terhadap perbedaan kemampuan menulis naskah drama yang di-miliki oleh siswa kelas XI IPA dan IPS menggunakan rumus tes-t dengan taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan 52 (DB = banyaknya subyek – 2 / n1 + n2 - 2), Arik unto (2006: 313). Dalam tabel nilai krisis t untuk taraf signifikansi 5% dengan DB 52 tidak tertera harga t tersebut, maka harus dilakukan intrapolasi (perluasan). Arikunto (1990: 542) mengatakan apabila di dalam tabel kritis t ter-nyata harga t yang dimaksud tidak tertera maka harus dilakukan intrapolasi (perlu-asan).

Cara melakukan intrapolasi (perluasan) adalah sebagai berikut.

Pada taraf signifikansi 5% tabel t tertera bilangan 40 kemudian tertera bilangan 60. Harga t pada DB 40 adalah 2,021 dan harga t pada DB 60 adalah 2,000. Jarak rentang antara DB 40 ke DB 60 sebesar 20. Jarak rentang antara DB 52 ke DB 40 sebesar 12. Jarak keduanya meliputi selisih dari harga ttabel antara 2,021-2,000.

Perhitungan harga t dalam taraf signifikansi 5%: o Selisih nilai antara 2,021-2,000

o Nilai setiap satu taraf signifikansinya = 0,021:20 = 0,00105 o DB 52 mempunyai nilai = 2,021 – (12 x 0,00105)

= 2,021 – 0,0126 = 2,0084

(69)
(70)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Hasil Penelitian

Berdasarkan analisis data penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai jawab terhadap masalah. Pertama, kemampuan menulis naskah drama siswa Program IPA kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu adalah hampir sedang, yang terletak pada skala 70,62 – 74,55 (tabel 7). Hal ini dapat dilihat dengan diperolehnya perhitungan skor rata-rata (mean) 72,37 dengan simpangan bakunya 8,77.

Kedua, kemampuan menulis naskah drama siswa Program IPS kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu adalah hampir sedang, yang terletak pada skala 69,17 – 72,74 (tabel 8). Hal ini diperoleh dari perhitungan skor rata-rata (mean) 70,96 dengan simpangan bakunya 7,16.

Ketiga, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa kelas XI Program IPA dan Program IPS dalam menulis naskah drama. Hal ini dapat dilihat dengan diperolehnya hasil perhitungan menggunakan rumus t-tes dengan taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan 52. Setelah dilakukan perhitungan harga to yang diperoleh adalah 0,63, sedangkan harga t tabel pada taraf signifikansi 5% dengan DB 52 adalah 2,0084. Itu berarti harga to< ttabel. Dengan hasil data tersebut berarti tidak ada perbedaan yang signifikan dalam menulis naskah drama antara siswa Program IPA dan Program IPS.

(71)

B. Implikasi Hasil Penelitian

Implikasi dari hasil penelitian ini adalah perlu ditingkatkannya pembelajaran menulis naskah drama. Dengan melihat nilai yang diperoleh siswa, sebenarnya ha-nya ada beberapa siswa saja yang bisa dikatakan kurang memahami tentang mate-ri drama. Selain itu, unsur-unsur intmate-rinsik yang terdapat dalam naskah drama me-rupakan suatu hal yang penting. Latihan- latihan seperti menganalisis drama pen-ting diajarkan agar siswa bisa memahami lebih jauh tentang unsur intrinsik yang terdapat dalam karya sastra, khususnya drama. Dengan demikian hasil tulisan sis-wa yang berupa naskah drama bisa dikembangkan lebih baik lagi untuk dipentas-kan.

Bagi guru bahasa Indonesia khususnya, pembelajaran drama mencakup empat ketrampilan berbahasa, yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan menu-lis. Dalam pembelajaran menyimak guru bisa memanfaatkan media TV, radio, dan rekaman untuk memotivasi siswa. Ketrampilan membaca guru mampu memberi-kan contoh teks drama yang menarik ( dapat diambilmemberi-kan dari majalah/ tabloit). Untuk ketrampilan berbicara siswa disuruh untuk berperan/ memainkan drama dari hasil karya sendiri ataupun saduran, sedangkan untuk pembelajaran menulis naskah drama siswa diharapkan mampu menulis naskah drama sesuai dengan ima-jinasinya masing- masing.

Gambar

Tabel 3    Penentuan Patokan dengan Perhitungan Presentase untuk Skala Seratus
Tabel 1 Kreteria Penilaian Naskah Drama
Tabel ini berisi skor siswa yang telah diurutkan dari skor terkecil ke skor terbesar
Tabel 2 Pedoman Konversi Angka
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mind Map dan Crossword Puzzle dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Sistem Koloid. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh superovulasi sebelum kawin dan penyuntikan hCG hari ke-6 setelah kawin terhadap gambaran jumlah sel darah merah, nilai

KAA menggunakan sisi depan sebagai poros. Dalam membentuk bangun kubus KAA menggabar bangun jajar genjang dahulu baru yang lainya. Lalu untuk membentuk gambar dadu yang

Hj・セゥョヲ・、ゥカゥQ@ by­products),  yaitu  senyawa­sc:Jyawa  yang  terbentuk  jika  klorin  bereaksi  dengan  bahan- bahan  organik 

As a learning model, Teams- Games Tournament (TGT) could increase students’ reading skills in narrative text. The increase was shown in the results of students’ pre -test

Berpijak dari keadaan tersebut bahwa kondisi siswa yang sangat bervariasi dalam menerima materi dan menguasai materi pembelajaran dari guru serta dewasa ini metode

Kemasan HVS 70 gr 2 tumpuk yang mengalami transportasi di atas meja getar dengan frekuensi rata-rata = 3.465 hz dan amplitudo rata-rata = 3.8 cm selama 4 jam setara dengan

T ujuan dari penelitian ini adalah mengetahui urutan prioritas dan kondisi bangunan kecamatan, yang berguna sebagai acuan dalam kegiatan pemeliharaan.. D ata sekunder