• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Meningoensefalitis 1. Pengertian Meningoensefalitis - PIPIT ERLIN KUSLECHA BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Meningoensefalitis 1. Pengertian Meningoensefalitis - PIPIT ERLIN KUSLECHA BAB II"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Meningoensefalitis

1. Pengertian Meningoensefalitis

Meningitis adalah infeksi akut pada selaput meningen (selaput yang

menutupi otak dan medula spinalis) (Nelson, 2010). Encephalitis adalah

infeksi virus pada otak (Elizabeth, 2009). Meningoencephalitis adalah

peradangan pada selaput meningen dan jaringan otak.

2. Etiologi Meningoensefalitis

a. Infeksi virus:

1) Dari orang ke orang: morbili, gondong, rubella, kelompok

enterovirus, kelompok herpes, kelompok pox, influenza A dan B

(David, 2008).

2) Lewat arthropoda: Eastern equine, Western equine, Dengue,

Colorado tick fever (Muttaqin, 2008).

b. Infeksi non virus:

1)Bakterial: meningitis tuberkulosa dan bakterial sering mempunyai

komponen ensefalitis.

2)Spirocheta: sifilis, leptospirosis.

3)Jamur: kriptococus, histoplasmosis, aspergilosis, mukomikosis,

(2)

4) Protozoa: plasmodium, tripanosoma, toksoplasma.

5) Staphylococcus aureus

6) Streptococcus

7) E. Colli

8) Mycobacterium

9) T. palladium (Muttaqin, 2008)

c. Pasca infeksi

1) Campak

2) Rubella

3) Varisela

4) Virus Pox

5) Vacinia (David, 2008)

3. Anatomi fisiologi

Otak manusia mempunyai berat 2% dari berat badan orang

dewasa (3 pon), menerima 20 % curah jantung dan memerlukan 20%

pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori energi setiap

harinya. Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi

dalam seluruh tubuh manusia dan terutama berasal dari proses

(3)

Gambar 2.1. Anatomi selaput otak (Prince, Wilson, 2006)

Otak dan sum-sum tulang belakang diselimuti meningea yang

melindungi struktur saraf yang halus, membawa pembuluh darah dan

sekresi cairan serebrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu:

a. Durameter

Durameter merupakan tempat yang tidak kenyal yang

membungkus otak, sumsum tulang belakang, cairan serebrospinal dan

pembuluh darah. Durameter terbagi lagi atas durameter bagian luar

yang disebut selaput tulang tengkorak (periosteum) dan durameter

bagian dalam (meningeal) meliputi permukaan tengkorak untuk

(4)

b. Arakhnoid

Arakhnoid merupakan selaput halus yang memisahkan durameter

dengan piameter, membentuk sebuah kantung atau balon berisi cairan

otak yang meliputi seluruh susunan saraf pusat. Ruangan diantara

durameter dan arakhnoid disebut ruangan subdural yang berisi sedikit

cairan jernih menyerupai getah bening. Pada ruangan ini terdapat

pembuluh darah arteri dan vena yang menghubungkan sistem otak

dengan meningen serta dipenuhi oleh cairan serebrospinal.

c. Piameter

Lapisan piameter merupakan selaput halus yang kaya akan

pembuluh darah kecil yang mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang

banyak. Lapisan ini melekat erat dengan jaringan otak dan mengikuti

gyrus dari otak. Ruangan diantara arakhnoid dan piameter disebut sub

arakhnoid. Pada reaksi radang ruangan ini berisi sel radang. Disini

mengalir cairan serebrospinalis dari otak ke sumsum tulang belakang

(Prince,Wilson, 2006).

4. Patofisiologi

Pada umum virus masuk sistem limfatik, melalui penelanan

enterovirus pemasukan pada membran mukosa oleh campak, rubella,

VVZ, atau HSV : atau dengan penyebaran hematogen dari nyamuk atau

gigitan serangga lain. Di tempat tersebut mulai terjadi, multiplikasi dan

(5)

(fase ekstraneural) ada sakit demam, sistemik, tapi jika terjadi multiplikasi

virus lebih lanjut pada organ yang ditempati, penyebaran sekunder

sejumlah virus dapat terjadi. Invasi SSS disertai dengan bukti klinis

penyakit neurologis, HSV-1 mungkin mencapai otak dengan penyebaran

langsung sepanjang akson saraf.

Kerusakan neurologis disebabkan oleh invasi langsung dan

penghancuran jaringan saraf oleh pembelahan virus secara aktif dan/atau

oleh reaksi hospes terhadap antigen virus, kebanyakan penghancuran saraf

mungkin karena invasi virus secara langsung, sedangkan respons jaringan

hospes yang hebat mengakibatkan demielinasi dan penghancuran vaskuler

serta perivaskuler (Nelson, 2010).

5. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis yang nampak pada pasien dengan kasus

meningoensefalitis, yaitu :

a. Peningkatan tekanan intrakranial seperti : sakit kepala, penurunan

kesadaran, dan muntah.

b. Demam akibat infeksi (respon nyeri terhadap cahaya).

c. Kaku kuduk.

(6)

6. Pemeriksaan Diagnostik

a. Uji serologi untuk mengetahui jenis virus dan menentukan etiologi

infeksi SSS nonenterovirus.

b. Pemeriksaan neuroimaging (Nelson, 2010).

c. Pungsi lumbal; untuk mengetahui adanya sel darah putih dan

sensitivitas mikroorganisme.

d. Pemeriksaan laboratorium.

e. CT-Stan dan MRI dapat digunakan untuk mengevaluasi derajat

pembengkakan dan tempat nekrosis.

f. Terapi kortikosteroid (deksametason) untuk mengurangi inflamasi

(Elizabeth, 2009).

g. Ditemukan kadar glukosa serum meningkat.

h. Kultur urin/urinalisis untuk mengidentifikasi organisme penyebab.

i. Kultur nasofaring untuk mengidentifikasi organisme penyebab.

j. Kadar elektrolit serum meningkat jika anak dehidrasi; natrium serum

(Na+) naik; kalium serum (K+) turun (Linda, 2009).

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien dengan meningoensefalitis yaitu :

a. Antibiotik

b. Pengurangan cahaya ruangan, kebisingan dan tamu.

c. Nyeri kepala diatasi dengan istirahat dan analgesik

(7)

e. Kodein, morfin dan derivat fenotiazin untuk nyeri dan muntah

f. Perawatan yang baik dan pantau dengan teliti (Nelson, 2010).

Sedangkan menurut Linda (2009), penatalaksanaan pada kasus

meningoensefalitis yaitu anak ditempatkan dalam ruang isolasi pernapasan

sedikitnya selama 24 jam setelah mendapatkan terapi antibiotic IV yang

sensitif terhadap organisme penyebab, steroid dapat diberikan sebagai

tambahan untuk mengurangi proses inflamasi, terapi hidrasi intravena

diberikan untuk mengoreksi ketidakseimbangan elektrolit dan memberikan

hidrasi. Dalam pemberian cairan ini perlu dilakukan pengkajian yang

sering utuk memantau volume cairan yang diinfuskan untuk mencegah

komplikasi kelebihan cairan, seperti edema serebri. Pengobatan kemudian

ditujukan untuk mengidentifikasi dan mengatasi komplikasi dari proses

(8)

8. Pathways

Gambar 2.2 Pathways Keperawatan dengan kasus ME (Sumber: Arif, 2008; hlm.

87)

(9)

9. Diagnosa Keperawatan (Muttaqin, 2008).

a. Gangguan perfusi jaringan cerebral b.d edema serebral/ penyumbatan

aliran darah.

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan dan

mengabsorbsi zat – zat gizi.

c. Nyeri akut b.d proses infeksi.

d. Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskular.

e. Risiko trauma/injuri b.d aktifitas kejang umum.

f. Risiko infeksi b.d paningkatan paparan, daya tahan tubuh yang

lemah.

g. Hipertermi b/d paparan lingkungan panas (efek fototerapi), dehidrasi

10. Rencana Tindakan (Wilkinson, 2007).

a. Gangguan perfusi jaringan cerebral b.d edema serebral/ penyumbatan

aliran darah.

Tujuan & kriteia hasil:

NOC :

1) Circulation status

2) Tissue Prefusion : cerebral

Kriteria Hasil :

1) Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :

(10)

2) Tidak ada ortostatik hipertensi

3) Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih

dari 15 mmHg)

4) Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan:

a) Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan

b) Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi

c) Memproses informasi

d) Membuat keputusan dengan benar

e) Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh: tingkat

kesadaran membaik, tidak ada gerakan gerakan involunter.

NIC :

Intrakranial Pressure (ICP) Monitoring (Monitor tekanan intrakranial)

1) Berikan informasi kepada keluarga

2) Set alarm

3) Monitor tekanan perfusi serebral

4) Catat respon pasien terhadap stimuli

5) Monitor tekanan intrakranial pasien dan respon neurology terhadap

aktivitas

6) Monitor jumlah drainage cairan serebrospinal

7) Monitor intake dan output cairan

8) Restrain pasien jika perlu

9) Monitor suhu dan angka WBC

(11)

11) Posisikan pasien pada posisi semifowler

12) Minimalkan stimuli dari lingkungan

Peripheral Sensation Management (Manajemen sensasi perifer)

1) Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap

panas/dingin/tajam/tumpul

2) Monitor adanya paretese

3) Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lsi atau

laserasi

4) Gunakan sarun tangan untuk proteksi

5) Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung

6) Monitor kemampuan BAB

7) Kolaborasi pemberian analgetik

8) Monitor adanya tromboplebitis

9) Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan dan

mengabsorbsi zat – zat gizi.

Tujuan & Kriteria Hasil :

NOC :

1) Nutritional status: food and fluid intake

2) Nuritional status: nutrien intake

(12)

Kriteria Hasil:

1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

4) Tidak ada tanda tanda malnutrisi

5) Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan

6) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

NIC :

Nutrition Management

1) Kaji adanya alergi makanan

2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan

nutrisi yang dibutuhkan pasien.

3) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe

4) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C

5) Berikan substansi gula

6) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk

mencegah konstipasi

7) Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli

gizi)

8) Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.

9) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

(13)

11)Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang

dibutuhkan

Nutrition Monitoring

1) Monitor adanya penurunan berat badan

2) Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan

3) Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan

4) Monitor lingkungan selama makan

5) Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan

6) Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi

7) Monitor turgor kulit

8) Monitor makanan kesukaan

9) Monitor kalori dan intake nuntrisi

10)Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas

oral.

c. Nyeri akut b.d proses infeksi.

Tujuan & Kriteria Hasil

NOC :

1) Pain Level,

2) Pain control,

(14)

Kriteria Hasil :

1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu

menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,

mencari bantuan)

2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri

3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda

nyeri)

4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

5) Tanda vital dalam rentang normal

NIC :

Pain Management

1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.

2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.

3) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri pasien.

4) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

5) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

6) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang

ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau

7) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan

(15)

8) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu

ruangan, pencahayaan dan kebisingan

9) Kurangi faktor presipitasi nyeri

10)Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi

dan inter personal)

11)Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

12)Ajarkan tentang teknik non farmakologi

13)Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

14)Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

15)Tingkatkan istirahat

16)Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri

tidak berhasil

17)Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration

1) Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum

pemberian obat

2) Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi

3) Cek riwayat alergi

4) Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik

ketika pemberian lebih dari satu

5) Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri

(16)

7) Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara

teratur

8) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik

pertama kali

9) Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat

10)Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

d. Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskular.

Tujun & Kriteria Hasil:

NOC:

1) Joint Movement : Active

2) Mobility Level

3) Self care : ADLs

4) Transfer performance

Kriteria Hasil :

1) Klien meningkat dalam aktivitas fisik

2) Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas

3) Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan

kemampuan berpindah

4) Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi (walker)

NIC :

Exercise therapy : ambulation

1) Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan lihat respon

(17)

2) Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai

dengan kebutuhan

3) Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah

terhadap cedera

4) Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi

5) Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi

6) Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri

sesuai kemampuan

7) Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi

kebutuhan ADLs ps.

8) Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.

9) Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika

diperlukan

e. Risiko trauma/injuri b.d aktifitas kejang umum.

NOC :

1) Knowledge : Personal Safety

2) Safety Behavior : Faal Prevention

3) Safety Behavior : Falls occurance

4) Safety Behavior : Physical Injury

NIC :

Environmental Management safety

(18)

2) Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi

fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu

pasien

3) Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya

memindahkan perabotan)

4) Memasang side rail tempat tidur

5) Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih

6) Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau

pasien.

7) Membatasi pengunjung

8) Memberikan penerangan yang cukup

9) Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.

10)Mengontrol lingkungan dari kebisingan

11)Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan

12)Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung

adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.

f. Risiko infeksi b.d paningkatan paparan, daya tahan tubuh yang lemah.

Tujuan & kriteria Hasil

NOC :

1) Immune Status

2) Risk control

Kriteria Hasil :

(19)

2) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

3) Jumlah leukosit dalam batas normal

4) Menunjukkan perilaku hidup sehat

NIC:

Infection Control (Kontrol infeksi)

1) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain

2) Pertahankan teknik isolasi

3) Batasi pengunjung bila perlu

4) Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat

berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien

5) Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan

6) Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan

7) Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung

8) Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat

9) Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan

petunjuk umum

10)Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung

kencing

11)Tingkatkan intake nutrisi

12)Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)

1) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

(20)

3) Monitor kerentanan terhadap infeksi

4) Batasi pengunjung

5) Saring pengunjung terhadap penyakit menular

6) Pertahankan teknik aspesis pada pasien yang berisiko

7) Pertahankan teknik isolasi k/p

8) Berikan perawatan kuliat pada area epidema

9) Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas,

drainase

10)Ispeksi kondisi luka / insisi bedah

11)Dorong masukkan nutrisi yang cukup

12)Dorong masukan cairan

13)Dorong istirahat

14)Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep

15)Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

16)Ajarkan cara menghindari infeksi

17)Laporkan kecurigaan infeksi

18)Laporkan kultur positif

6. Hipertermi b/d paparan lingkungan panas (efek fototerapi), dehidrasi

NOC: Thermoregulation

Kriteria Hasil :

1) Suhu tubuh dalam rentang normal

2) Nadi dan RR dalam rentang normal

(21)

NIC :

Fever treatment

1) Monitor suhu sesering mungkin

2) Monitor IWL

3) Monitor warna dan suhu kulit

4) Monitor tekanan darah, nadi dan RR

5) Monitor penurunan tingkat kesadaran

6) Monitor WBC, Hb, dan Hct

7) Monitor intake dan output

8) Berikan anti piretik

9) Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam

10)Selimuti pasien

11)Lakukan tapid sponge

12)Berikan cairan intravena

13)Kompres pasien pada lipat paha dan aksila

14)Tingkatkan sirkulasi udara

15)Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil

Temperature regulation

1) Monitor suhu minimal tiap 2 jam

2) Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu

3) Monitor TD, nadi, dan RR

4) Monitor warna dan suhu kulit

(22)

6) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

7) Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh

8) Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas

9) Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan

efek negatif dari kedinginan

10)Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan

emergency yang diperlukan

11)Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan

12)Berikan anti piretik jika perlu

Vital sign Monitoring

1) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

2) Catat adanya fluktuasi tekanan darah

3) Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri

4) Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan

5) Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas

6) Monitor kualitas dari nadi

7) Monitor frekuensi dan irama pernapasan

8) Monitor suara paru

9) Monitor pola pernapasan abnormal

10)Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit

11)Monitor sianosis perifer

12)Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,

Gambar

Gambar 2.1. Anatomi selaput otak (Prince, Wilson, 2006)
Gambar 2.2 Pathways Keperawatan dengan kasus ME (Sumber: Arif, 2008; hlm.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian tugas PNTL dalam membela democratic legality merupakan suatu keniscayaan yang berlandaskan konstitusi dan hukum yang berlaku di Timor Leste. Untuk

KUALITAS, BRAND IMAGE, DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KOPI INSTAN NESCAFE (studi kasus pada mahasiswa FE Universitas islam sultan agung )”. 1.2

In sharia tourism development, the Ministry of Tourism in collaboration with Council (Dewan Syari’ah Nasional, DSN), the Indonesian ma Council (MUI) and the Institute

Penulis dalam penelitian ini menganalisis implementasi strategi yang dilakukan oleh Panti Pelayanan Sosial Wanita “Wanodytama” Surakarta dalam Merehabilitasi Eks

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan

Perancangan library set system untuk taman bacaan anak di Surabaya ini mengusung tema yang hendak menciptakan suasana yang nyaman dalam taman bacaaan agar minat baca

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

Menurut Indra Lesmana Karim, upaya penanggulangan terhadap pengulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh anak adalah melalui lingkungan yang terkecil