• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare - Okiana Nurul Hikmah BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare - Okiana Nurul Hikmah BAB II"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diare

Diare atau penyakit diare (Diarrheal disease) berasal dari bahasa Yunani yaitu “diarrai” yang berarti mengalir terus, merupakan keadaan abnormal dari pengeluaran tinja terlalu frekuen. Diare didefiniskan sebagau pasase feses cair lebih dari tiga kali dalam sehari disrtai kehilangan bayak cairan elektrolit melalui feses (Watson, dikutip Jones & Irving, 1996; Behrman, kligman, & Arvin, 1996).Diare adalah keadaan diama tubuh kehilangan banyak cairan dan elektrolit melaui feses.Kelainan yang mengganggu penyerapan di usus halus cenderung lebih banyak menyebabkan diare, sedangkan kelainan penyerapan di kolon lebih sedikit menyebabkan diare.

Epidemiologik biasanya diare didefinisikan dengan keluarnya feses lunak atau cair tiga kali atau lebih dalam satu hari, namun para ibu mungkin menggunakan istilah yang berbeda untuk menggambarkan diare. Depkes RI & DITJEN PPM & PLP (1999), lebih praktis mendefinisikan diare sebagai meningkatnya frekuensi feses atau konsistensinya menjadi lebih lunak sehingga dianggap abnormal oleh ibunya. Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air besarnya lebh dari 3-4 kali per hari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologi atau normal.

(2)

meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistensinya menjadi cair menurut ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya. Kadang – kadang pada seorang anak buang air besar kurang dari 3 kali perhari, tetpai konsistensinya cair, keadaan inii sudah dapat disebut diare.

Patogenesis dari kebanyakan episode diare mungkin dari kelainan sekretorik, osmotik, motilitas, atau kombinasi dari ketiganya.Diare sekretorik umumnya menetap waaupun anak tidak diberi makanan per oral (dipuasakan).

Beberapa asam lemak interalumen dan garam empedu menyebabkan sekresi mukosa kolon melalui mekanisme ini.Diare tidak disertai dengan zat pemicu sekresi eksogen juga mempunyai komponen sekretorik (seperti penyakit inklusi mikrovili kongenital).Diare sekretorik cenderung menjadi diare cair yang volumenya banyak, osmolalitas dapat dihitung dengan adanya elektrolit.

1. Macam – Macam Diare

Secara klinik, diare dibedakan menjadi tiga macam sindrom, masing – masing mencerminkan patogenesis berbeda dan memerlukan pendekatan yang berlainan dalam pengobatannya. a. Diare akut (gastroenteritis)

(3)

dicari(perjalanan ke luar negri, memakan makanan mentah, diare serentak dalam anggota keluarga dan kontak dekat), Wetson, dikutip Jones & Irving, 1996; Behram, Kliegman, & Arvin, 1996.

Diare akut lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak yang lebih besar.Penyebab terpenting diare cair akut pada anak-anak di negara berkembang adalah rotavirus, Escherichia coli enterotoksigenik, Shigella, Campylobacter jejuni dan Crytosporidium (Depkes RI & DITJEN PPM & PLP, 1999). Penyakit diare akut dapat ditularkan dengan cara fekal-oral melalui makanan dan minuman yang tercemar. Peuang mengalami diare akut antara anak laki-laki dan perempuan hampir sama. Diare cair akut menyebabkan dehidrasi dan apabila masukan makanan berkurang, juga mengakibatkan kurang gizi, bahkan kematian yang disebabkan oleh dehidrasi.

b. Disentri

Disentri didefinisikan dengan diare yang disertai darah dalam feses, menyebabkan anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dang kerusakan mukosa usus karena bakteri invasif. Peyebab utama disentri akut yaitu Shigella, penyebab lain adala Campylobacter jejuni, dan penyebab yang jarang ditemuai adalah E. Coli enteroinvasife atau Salmonela. Pada orang dewasa muda, disentri yang serius disebabkan oleh Entamoeba histolytica, tetapi jarang menjadi penyebab disentri pada anak-anak.

c. Diare persisten

(4)

berat badan yang nyata, denngan volume feses dalam jumlah yang banyak sehingga beresiko mengalami dehidrasi.Diare persisten tidak bole dikacaukan dengan diare kronik, yaitu diare intermitten atau diare yang hilang timbul, atau berlangsung lama dengan penyebab noninfeksi-seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan metabolisme yang menurun.

2. Cara Penularan dan Faktor Resiko

Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, aau kontak langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yang tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat.

Faktor resiko dapat meningkatkan penularan eteropatogen antara lain : tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan bayi , tidak memadainya persediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan (MCK), kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yag tidak baik. Selama hal-hal tersebut, beberapa faktor pada penderita dapat meningkatkan kecenderunfan untuk dijangkiti diare antara lain: gizi buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung, menurunnya motilitas usus, menderita capak dalam 4 minggu terakhir dan faktor genetik.

a. Faktor umur

(5)

kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai merangkak. Kebanyakan enteropatogen merangsang paling tidak sebagai kekebalan melawan infeksi atau penyakit yang berulang, yang membantu menjelaskan menurunnya insiden penyakit pada anak yang lebih besar dan pada orang dewasa.

b. Infeksi asimtomatik

Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik pada proporsi asimtomatik ini meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunitas aktif.Pada infeksi asimtomatik yang mungkin berulang beberapa hati atau minggu, tinja penderita mengandung virus, bakteri atau kista protozoa yang infeksius. Orang dengan infeksi asimtomatik berperan penting dalam penyebaran banyak enteropatogen terutama bila mereka tidak menyadari adanya infeksi, tidak menjga kebersihan dan berpindah-pindah dari satu tempat ketempat yang lain.

c. Faktor musim

(6)

d. Epidemi dan pandemi

Vibrio cholera 0.1 dan Shigella dysentriae 1 dapat

menyebabkan epidemi dan pandemi yang mengakibatkan tngginya angka kesakitan dan kematian pada semua golongan usia. Sejak rahun 1961, kolera yang disebabkan oleh V. Cholera

0.1 biotipe Eltor telah menyebar ke negara-negara di Afrika, Amerika Latin, Asia, Timur Tengah dan di beberapa daerah di Amerika Utara dan Eropa. Dalam kurun waktu yang samaShigella dysentriae tipe 1 menjadi penyebab wabah yang besar di Amerika Tengah dan terakhir di Afrika Tengah dan Asia Selatan. Pada akhir tahun 1922, dikenal strain baruvibrio cholera 0139 yang menyebabkan epidemi di Asia dan lebih dari 11 negara mengalami wabah.

3. Etiologi

Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus, bakteri dan parasit. Dua tipe dasar dari diareakut oleh kareana infeksi adalah non inflammatory dan infflammatory.

Di negara berkembang kuman patogen penyebab penting diare akut pada anak-anak yaitu: rotavirus, escherichia coli enterotoksigenik, shigella, champylobacter jejuni dan cryptosporidium.

(7)

pengosongan lambung tertunda telah didokumentasi selama infeksi virus Norwalk.

Virus akan menginfeksi lapisan epithelium di usus halus dan menyerang villus di usus halus. Hal ini menyebabakna fungsi absorbsi usus halus tergantung.Sel-sell epitel usus halus yang rusak diganti oleh enterosit yang baru, berbentuk kuboid yang belum matang sehingga funfsinya beum baik.Villus mengalami atrofi dan tidak dapat mengabsorbsi cairan dan makanan dengan baik. Selanjutnya, cairan dan makanan yang tidak terserap/tercerna akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan terjadi hiperperistaltik usus sehingga cairan beserta makanan yang tidak terserap tertodong keluar usus melalui anus, menimbulkan diare osmotik dari penyerapan air dan nutrien yang tidak sempurna..

Pada hospes normal, infeksi ekstra-intestinal sangat jarang, walaupun penderita terganggu imin dapat mengalami keterlibatan hati dan ginjal. Kenaikan kerentanan bayi (dibanding dengan anak yang ebih tua dan rang dewasa) sampai morbiditas berat dab mortalitas gastroenteritis virus dapat berkaitan dengan sejumlah faktor termasuk penurnan fungsi cadangan usus, tidak ada imunitas spesifik, dan penurunan meknisme pertahanan hospes nonspesifik seperti asam lambung dan mukus. Enteritis virus sangat memperbesar permeambilitas usus terhadap makromolekul lumen dan telah dirumuskan menaikkan resiko alergi makanan.

(8)

dapat masuk ke dalam serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang.Diare oleh kedua bakteri ini dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut dengan disentri.

4. Patofisiologi

Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi: a. Kehilangan air (dehidrasi).

Dehidrasi terjadi karena jehilangan air (output) lebih banyak dari pada pemasukan air (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.

b. Gangguan keseimbangan asam-basa (Metabolik asidosis). Metabolik asidosis ini terjadi karena:

1) Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja

2) Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh.

3) Terjadi penimbunan ama laktat karena adanya anoksia jaringan.

4) Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria). 5) Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan

intraseluler.

Menurut penelitian sutoto (1974), kehilangan komponen basa ini (base defisit) pada penderita dehidrasi berat mencapai 17,7 mEq/L.

c. Hipoglekimia

(9)

hipoglikemia ini jarang terjadi, sering terjadi pada anak yang sebelumya sudah menderita KKP. Hal ini terjadi karena :

1) Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hari terganggu. 2) Adanya gangguan absobsi glukosa (walaupun jarang terjadi).

Gejala hipoglekimia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40 mg5 pada bayi dan 50 mg% pada anak-anak. Gejala: lemah, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma. Terjadinya hipoglikemia ini perlu dipertimbangkan jika terjadi kejang yang tiba-tiba tanpa adanya panas atau penyakit lain yang disertai kejang, atau penderita dipuaskan dalam waktu yang lama.

d. Gangguan gizi

Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang singkat.

Hal ini disebabkan:

1) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan/atau muntahnya akan bertambah hebat. Orang tua sering hanya memberikan air teh saja (teh diit).

2) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeceran dan susu tang encer ini diberikan terlalu lama. 3) Makanan yang diberikan sering tidak dicerna dengan baik. e. Gangguan sirkulasi

(10)

perdarahan dalam otak, kesadaran menurun (soporokomaterus) dan bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal.

5. Mekanisme Diare

Secara umum diare disebabkan 2 hal yaitu gangguan pada proses absorbsi atau sekresi. Terdapat beberapapembagian diare:

a. Pembagian diare menurut etiologi

b. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan. c. Absorbsi

d. Gangguan sekresi

e. Pembagian diare menurut lamanya diare

1) Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari.

2) Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non-infeksi.

3) Diare peristen yang berlangsung lebh dari 14 hari dengan etologi infeksi.

Kejadian diare secara umum terjadi dari satu atau beberapa mekanisme yang saling tumpang tindih.Menurut mekanisme diare maka dikenal.

(11)

a) Gangguan absorpsi atau diare osmotik.

Secara umum terjadi penurunan fungsi absorpsi oleh berbagai sebab seperti celiac spurue, atau karena:

(1) Mengonsumsi magnesium hidroksida.

(2) Difesiensi sukrase-isomaltase adanya laktase defisien pada anak yang lebih besar.

Adanya bahan yang tidak diserap, menyebabakan bahan intraluminal pada usus halus bagian proksimal tersebut bersifat hipertonis dan menyebabkan hiperosmolaritas. b) Malabsopsi umum.

Gangguan atau kegagalan ekskresi pankreas menyebabkan kegagalan pemecahan kompleks protein, karbohidrat, trigliserid, selanjutnya menyebabkan maldigesti, malabsorbsi dan akhirnya menyebabkan diare osmotik.

c) Gangguan sekresi atau diare sekretorik (1) Hiperlasia kapita

Teoritis adanya hiperlasia kapita akibat pentyakit apapun, dapat menyebabkan sekresi intestinal dan diare. Pada umumnya penyakit ni menyebabkan atrofi villi.

(2) Luminal secretagogues

(12)

Penyakit malabsopsi seperti reseksi ileum dan penyakit chon dapat menyebabkan kelainan sekresi seperti menyebabkan peningkatan konsentrasi garam empedu, lemak.

(3) Blood-Borne Secretagogues.

Diare sekretorik pada anak-anak di negara berkembang, umumnya disebabkan enteretoksin E coli atau Cholera.Berbeda dengan negara berkembang, di negara maju, diare sekretotik jarang ditemukan, apabila ada kemungkinan disebabkan obat atau tumor seperti ganglioneuroma atau neuroblastoma yang menghasilkan hormon seperti VIP.Pada orang dewasa, diare sekretorik berat disebabkan neoplasma pankreas, sel non-beta yang menghasilkan VIP, Polipeptida pankreas, hormon sekretorik lainnya (sindroma watery diarrhe hypokalemia achlorhydria (WDHA). Diare yang disebabkan oleh tumor ini termasuk jarang.5 Semua kelainan mukosa usus, berakibat sekresi air dan mineral berlebihan pada virus dan kripta serta semua enterosit terlibat dan dapat terjadi mukosa usus dalam keadaan normal.

4) Diare akibat peristaltik

(13)

menyebabkan diare. Perlambatan transit obat-obatan atau nutrisi akan meningkatkan absorbsi. Kegagalan motilitas usus yang berat mnyebabkan stasis intestinal berakibat inflamasi, dekonjugasi garam empedu dan malabsorbsi.Diare akibat hiperperistaltik pada anak jarang terjadi.Watery diare dapat disebabkan karena hipermotilitas pada kasus kolon iritable pada bayi. Gangguan motilitas mungkin merupakan penyebab diare pada thyrotoksikosis, malabsorbsi asam empedu dan berbagai penyakit lain.

5) Diare inflamasi

Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada beberapa keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah dan limphatic menyediakan air, elektrolik , mukus, protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare lain seperti diare osmotik dan diare sekretorik.

6) Diare terkait imunologi

(14)

permukaan sel mast dan basofil. Bila terjadi aktifasi akibat pajanan berulang dengan antigen yang spesifik, sel mast akan melepaskan mediator seperti histamin, ECF-A, PAF, SRA-A dan prostaglandin. Pada reaksi tipe III terjadi reaksi komplek antigen-antibodi dalam jaringan atau pembuluh darah yang mengaktifkan komplemen. Komplemen yang diaktifkan kemudian melepaskan Macrophage Chemotactic Factor yang akan merangsang sel mast dan basofil melepas berbagai mediator. Pada reaksi tipe IV terjadi respon imun seluler, disisni tidak terdapat peran antibodi.Antigen dari luar dipresentasikan sel APC (Antigen Presenting Cell) ke sel Th1 yang MHC-II dependen. Terjadi pelepasan berbagai sitokin seperti MIF, MAF dan IFN-y oleh Th1. Sitokin tersebut akan mengaktifasi makrofag dan menimbulkan kerusakan jaringan. Berbagai mediator diatas aan menyebabkan luas permukaan mukosa berkurang akibat kerusakan jaringan, merangsang sekresi klorida diikuti oleh natrium dan air.

6. Gambaran Klinis

(15)

Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.Apabila penderita telah banyak mengalami kehilangan air dan elektrolit, maka terjadilah gejala dehidrasi.Berat badan menurun, ubun-ubun besar cekung pada bayi, tonus otot dan turgor kulit berkurang, dan selaput lendir pada mulut dan bibir terlihat kering.Gejala klinis menyesuaikan dengan drajat atau banyaknya kehilangan cairan. Apabila dilihat dari banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan kehilangan berat badan dan skor Maurice King (Noerrasid, Suraatmadja & Asnil , 1988).

Berdasarkan kehilngan berat badan, dehidrasi terbagi menjadi empat kategori yaitu tidak ada dehidrasi ( bila terjadi penurunan berat badan 2,5%), dehidrasi ringan (bila terjadi pnurunan berat badan 2,5-5%), dehidrasi sedang (bila terjadi penurunan berat badan 5-10%), dan dehidrasi berat (bila terjadi penurunan berat badan 10%); sedangkan menurut skor Maurice King dapat dijelaskan dalam Tabel 12-2 sebagai berikut.

TABEL 2.1Skor Maurice King

Bagan yang Diperiksa Nilai untuk Gejala yang ditemukan

0 1 2

Keadaan Umum Kekenyalan kulit Mata Ubun-ubun besar Mulut Denyut nadi/menit Sehat Normal Normal Normal Normal Kuat<12 0x/menit Gelisah,cengeng,apatis, ngantuk Sedikit kurang Sedikit cekung Sedikit cekung Kering Sedang(120-140)x/menit

Mengigau, koma, atau syok

(16)

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat menentukan derajat dehidrasi degan menggunakan Skor Maurice King.

a. Menentukan kekenyalan kulit, kulit perut “dijepit” antara ibu jari dan telunjuk selama 30-60 detik, kemudian dilepas kembali. Apabila kulit menjadi normal dalam waktu 1 detik (turgor agak kurang/dehidrasi ringan), 1-2 detik (turgor kurang/dehidrasi sedang), dan 2 detik (turgor sangat kurang/dehidrasi berat).

b. Berdasarkan skror yang terdapat pada seorang penderita maka dapat ditentukan derajat dehidrasinya, bila mendapat nilai 0-2 (dehidrasi ringan), 3-6 (dehidrasi sedang), dan 7-12 (dehidrasi berat). Niali atau gejala tersebut adalah nilai atau gejala yang terlihat pada dehidrasi isotonik dan hipotonik, yang keadaan dehidrasnya paling banyak, masing-masing 77,8% atau 9,5%. c. Pada anak-anak dengan ubun-ubun besar sudah menutup, niai

untuk ubun-ubun besar diganti dengan banyaknya atau frekuensi buang air kecil.

Tabel 2.2 Gejala Klinis

Gejala klinis Gejala klinis

Ringan Sedang Berat

Keadaan umum Kesadaran Rasa haus Sirkulasi Nadi (x/menit) Respirasi Pernapasan Kulit Ubun-ubun besar Mata

(17)

Menurut tonisitas darah, dehidrasi dapat dibagi atas tiga macam, yaitu dehodrasi isotonik (bila kadar Na dalam plasma 131-150 mEq/L), dehidrasi hipotonik (bila kadar Na plasma <131 mEq/L), dan dehidrasi hipertonik (bila kadar Na plasma >150 mEq/L).

Tabel 2.3 Gejala-Gejala Dehidrasi

Gejala Hipotonik Isotonik Hipertonik Rasa haus Berat badan Turgor kulit Kulit/selaput lendir Gejala SSP Sirkulasi Nadi Tekanan darah Banyaknya kasus - Menurun sekali Menurun sekali Basah Apatis Jelek sekali Sangat lemah Sangat rendah 20-30% + Menurun Menurun Kering Koma Jelek Cepat&lemah Rendah 70% + Menurun Tidak jelas Kering sekali Irritabel, kejang-kejang, hiperfleksi. Relatif masih baik. Cepat dan keras Rendah

10-20%

7. Penyebaran Kuman Penyebab Diare

Kuman penyebab diare menyebar melalui mulut (orofecal) antara lain melalui makanan atau minuman akibat tercemar oleh feses dan/atau kontak langsung dengan feses penderita, akan tetapi ada beberapa perilaku khusus yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan resiko terjadinya diare, pelaku yang dimaksud adalah :

(18)

b. Penggunaan botol susu yang tidak bersih. Penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman yang berasal dari feses dan sukar dibersihkan. Sewaktu susu dimasukkan kedlam botol yang tidak bersih, maka akan terjadi kontaminasi kuman dan bila tidak segera diminum kuman akan tumbuh.

c. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Kalau makanan dimasak dan disimpan untuk digunakan kemudian, keadaan ini memudahkan terjadinya pencemaran, seperti kontak dengan permukaan alat-alat yang terpapar, karena makanan yang disimpan beberapa jam pada suhu kamar, kuman dapat berkembang biak;

d. Penggunaan air minum yang tercemar bakteri dari feses. Air mungkin terpapar dari sumbernya atau pada saat disimpan dirumah. Pencemaran dirumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup, atau apabila tangan yang tercemar kuman mengenai iar sewaktu mengambilnya dari tempat pengmbilan;

e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang feses, atau sebelum memasak makanan;

f. Membuang feses (termasuk feses bayi) dengan tidak benar. Ada anggapan dimasyarakat bahwa feses bayi tidak membahayakan kesehatan, padahal sebenarnya feses bayi mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Feses binatang dapat pula menyebabkan infeksi pada manusia.

8. Diagnosis atau Masalah Keperawatan

(19)

a. Kurang volume cairan

b. Kurang nutrisi (kurang dari kebuuhan) c. Gangguan integritas kulit

d. Kurang pengetahuan (keluarga) e. Kecemasan atau ketakutan 9. Penatalaksanaan

Rencana Tindakan Keperawatan a. Kurang Volume Cairan

Kurang volume cairan ini disebabkan hilangnya cairan dala tubuh atau juga masukan cairan yang kurang. Rencana yang diharapkan adalah volume cairan yang dapat teratasi dengan kriteria turgor kulit membaik, berat badan kembali dalam batas normal, frekuensi buang air besar menurun sesuai dengan kebiasaan (normal), jumlah cairan yang masuk seimbang dengan yang keluar, membran mukosa nasah. Tanda vital dalam batas normal.

1) Tindakan:

(20)

(1) Dehidrasi ringan

1 jam pertama 25-50 ml/kg bb selanjutnya 125 ml/kg bb/hari.

(2) Dehidrasi sedang

1 jam pertama 50-100 ml/kg bb selanjutnya 125 ml/kg bb/hari.

(3) Dehidrasi berat

• Bayi baru lahir (berat badan 2-3 kg).

Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml: 250 ml/kg bb/24 jam dengan pemberian cairan 4:1 (4 glukosa 5% + 1 NaHCO3 11/2%) dengan pemberian 4 jam pertama 25 ml/kg bb/jam, 20 jam berikutnya 150ml/kg bb/20 jam.

• Bayi berat badan lahir rendah (berat badan <2 kg).

Kebutuhan cairan: 25o ml/kg bb/24 jam, pemberian cairan dalah 4 glukosa 10% + 1 NaHCO3 11/2%, dengan pemberian 4 jam pertama 25 ml/kg bb/jam, 20 jam berikutnya 150 ml/kg bb/20 jam.

• Umur 1 bulan-2 tahun (berat badan 3-10kg).

Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 40ml/kg bb/jam kemudian dilanjutkan 7 jam berikutnya 12 ml/kg bb/menit dan 16 jam kemudian 125 ml/kg bb. • Umur 2-5 tahun (berat badan 10-15kg)

(21)

• Umur 5-10 tahun (berat badan 15-25 kg).

Cara pemberiannya dalah 1 jam pertama 20 ml/kg bb/jam kemudian dilanjutkan 7 jam berikutnya 10mlkg bb/menit dan 16 jam kemudian 105 ml/kg bb (FKUI, 1985).

b) Lakukan monitoring atau observasi terhadap jumlah cairan yang masuk dan keluar (mengukur status dehidrasi) seperti turgor kulit, muntahan, membran mukosa, berat badan, mata, dan uun-ubun besar.

c) Monitr adanya tanda renjatan hipovolemik seperti denyut jantung cepa nadai kecil, tekaan darah menurun, dan kesadaran menurun.

d) Monitor adanya tanda asidosis metabolik.

e) Berikan penjelasan kepada keluarga tentang hal-hal yang menyebabkan terjadinya diare, dan lain-lain.

f) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian:

1) Antibiotik hanya diberikan apabila ada penyebab yang jelas seperti kolera maka diberikan tetrisiklin 25-50 mg/kg bb/hari atau antibiotik lainnya yang sesuai dengan jenis penyebabnya.

2) Obat spasmolitik seperti papaverin.

3) Obat antisekresi seperti asetosal, klorpromazin. b. Kurang Nutrisi (kurang dari kebutuhan).

(22)

sebagai berikut: perubahan atau peningkatan berat badan dari penurunan selama nutrisis kurang (20% atau lebih), adanya asupan yang cukup, perbaikan turgor kulit, tidak dijumpai kelemahan otot dalam menelan atau mengunyah, status gizi membaik sesuai standar, bising usus dalambatas normal, tanda-tanda vial (tekanan darah, pernapasan, denyut nadi dan suhu) dalam batas normal .

Tindakan:

1) Berikan nutrisi (makanan) setelah dehidrasi teratasi yang mengandung cukup kalori, protein, mineral, dan vitamin atau selama diare perlu ditambahkan umlah kalori sebanyak 30% protein 3-5 g/kg bb/hari yang pada umumnya adalah 2,5 g/kg bb/hari.

2) Pada bayi pertahankan pemberian ASI atau lakukan pemberian pengganti air susu ibu (bagi yang tidak minum ASI) akan tetapi lakukan pengenceran seperi pada pemberian PASI pada hari perama diencerkan 1/3, hari kedua 2/3, apabila efekasi membaik maka berikan penuh sesuai dengan ketenuan PASI. Adapun suus formula yang dianjurkan mengandung kadar laktosa rendah, asam lemak tidak jenuh seperti LLM, almiron, dan lain-lain.

(23)

peroral dengan selang-seling menggunakan oralit, pada hari ke 2-4 berikan susu formula rendah laktosa penuh. Dan apabila defekasi membaik makanan biasa disesuaikan dengan usia.

4) Lakukan mentoring dan pengukuran status gizi atau tanda perubahan nutrisi seperti berat badan, tugor kulit, bising usus, kemampuan menelan, dan jumah asupan.

5) Berikan penjelasan kepada keluarga dalam mencegah makanan yang dapat menyebabkan diare, cara mensterilkan botol susu, dan higiene lingkungan.

c. Gangguan integritas kulit

Gangguan integritas kuit ini disebabkan oleh karena terlalu seringnya defekasi, kotoran yang bersifat asam yang berasal dari laktosa yang tidak mampu diserap oleh usus selama diare.Rencana yang dapat dilakukan adalah mengatasi segera agar tidak terjadi gangguan integritas pada kulut dengan ketentuan keadaan kulit membaik yaitu tidak ditemukan kemerahan (lecet), hidrasi baik, dan tidak lembap.

Tindakan :

1) Lakukan penggantian popok dengan sering dan mengkajinya setiap saat setelah buang air besar atau kecil.

2) Berikan salep peluma atau bedak pada daerah rektum dan perineum.

(24)

d. Kurang pengetahuan (Keluarga)

Masalah kurang pengetahuan (keluarga) pada anak dengan diare ini dapat disebabkan oleh karena informasi yang kurang atau budaya yang menyebabkan tidak mementngkan pola hidup yang sehat.Sehingga rasa ingin tahu masih kurang, khususnya dalam penanganan atau pencegahan diare. Untuk itu rencana yang dapat dilakukan mengatasi pengetahuan agar keluarga memahami atau mengetahui cara mengatasi masalah diare.

Tindakan :

1) Berikan penjelasan tentang masalah yang kurang dipahami untuk tidak dimengerti khususnya masalah diare.

2) Ajarkan dengan cara mendemonstrasikan upaya mengatasi diare khususnya alam penanganan dare serta cara mencegahnya.

e. Kecemasan atau ketakutan

Masalah kecemasan atau ketakuan pada anak sering dijumpai karena dampak dari hospitalisasi (rawat inap).Rencana keperawatan yang ingin dicapai adalah meminimalkan kecemasan atau ketakutan sebagai dampak dari hspitalisasi.

Tindakan:

1) Sediakan mainan sesuai dengan usia tumbuh kembang serta dalam melakukakn tindakan pengobatan dengan menjelaskan dan mengizinkan untuk memegang alat-alat selama alat dalam kategori dapat dipegang.

(25)

3) Berikan dorongan untuk mengungkapkan perasaan.

4) Berikan dukungan pada keluarga untuk mengekspresikan perasaannya.

B. Asi Eksklusif

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, lactose dan garam-garaman organic yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi.

Komposisi ASI ini ternyata tidak konstan dan tidak sama dari waktu ke waktu.

1. Faktor-faktor yang memepengaruhi komposisi air susu ibu adalah : a. Stadium laktasi

b. Ras

c. Keadaan nutrisi d. Diit ibu

2. Jenis ASI a. Kolostrum

Merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara, menggunakan tissue debris dan residual material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah masa puerperium.disekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, merupakan cairan viscous kental dengan warna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan dengan susu yang matur.

b. Air Susu Masa Peralihan

(26)

dari masa laktasi, tetapi ada pula pendapat yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada minggu ketiga sampai minggu kelima.

c. Air Susu Matur

Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya, komposisi relatif konstan (ada pula yang menyatakn bahwa komposisi ASI relatife konstan baru mulai minggu ke-3 sampai minggu ke-5).Pada ibu yang sehat dimana produksi ASI cukup, ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan.

Laktoferin merupakan suatu iron binding protein yang bersifat bakteriostatik kuat terhadap Escherchia coli dan juga menghambat pertumbuhan candida albican.

Laktobasilus bifidus merupakan koloni kuman yang memetabolisir laktosa menjadi asam laktat yang menyebabkan rendahnya Ph sehingga pertumbuhan kuman pathogen akan dihambat.

(27)

Komposisi ASI

a. Protein di dalam ASI

ASI mengandung protein yang lebih rendah dari Air Susu Sapi (ASS), tetapi ASI ini mempunyai nilai nutrisi yang tinggi (lebih mudah dicerna).

b. Karbohidrat dalam ASI

ASI mengandung karbohidrat relative lebih tinggi dibandingkan dengan ASS.Karbihidrat yang paling utama dalam ASI adalah laktosa. Kadar laktosa yang yang tinggi ini sangat menguntungkan karena laktosa ini oleh fermentasi akan diubah menjadi asam laktat. Adanya asam laktat ini memberikan suasana asam di dalam usus bayi. Dengan suasana asam diusus bayi ini memberikan beberpa keuntungan :

1) Penghambat pertumbuhan bakteri yang patologis.

2) Memacu pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi asam organic dan mensintesis vitamin.

3) Memudahkan terjadinya pengendapan dari Ca-caseinat.

4) Memudahkan absorpsi dan mineral misalnya kalsium, fosfor dan magnesium.

c. Lemak dalam ASI

Kadar lemak dalam ASI dan ASS relative sama, merupakan sumber kalori yang utama bagi bayi dan sumber vitamin yang larut cdalam lemak (A,D,E dan K) dan sumber asam lemakyang esensial.

d. Mineral dalam ASI

(28)

mineral selama masa laktasi adalah konstan tetapi beberapa mineral yang spesifik kadarnya tergantung dari diit dan stadium laktasi.

e. Air dalam ASI

Kira-kira 80% dari ASI terdiri dari air.Air ini berguna untuk melarutkan zat-zat yang terdapat di dalamnya. ASI merupakan sumber air yang secara metabolic adalah aman. Air yang relative tinggi dalam ASI ini akan meredakan rangsangan haus dari bayi. f. Vitamin dalam ASI

Vitamin dalam ASI dapat dikatakan lengkap.Vitamin A, D dan C cukup, sedangkan golkongan vitamin B, kecuali flavindan asam pantothenic adalah kurang.

g. Kalori dalam ASI

Kalori ASI relative rendah, hanya 77 kalori/100 ml ASI.Sembilan puluh persen berasal dari karbohidrat dan lemak, sedangkan 105 berasal dari protein.

3. Komponen Imunologik dan Anti-Infeksi Pada ASI

(29)

diketahui.Sehingga bayi yang minum ASI lebih jarang sakit, terutama pada awal dari kehidupannya.

Dari penelitian di Meksiko, menunjukkan bahwa ASI melindungi bayi terhadap infeksi Giardia lamblia pada umur 18 bulan pertama kehidupan.Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan di Bangladesh, ternyata ASI dapat mencegah infeksi Shigela pada 3 tahun pertama kehidupan.

4. Anti Alergi dalam ASI

SIgA pada kolostrum dan ASI matur selain bekerja sebagai antibakteri juga mencegah terabsorbpsinya makromolekul asing , sementara system imun pada bayi belum sempurna dan usus bayi masih bersifat permeabel. Sehingga bayi-bayi yang mendapat kolostrum dan ASI jarang terkena alergi.

5. Imunoglobulin dalam ASI

(30)

6. Kelebihan ASI

Sudah tidak terbantahkan lagi bahwapemberian ASI memberikan berbagai keuntungan bagi semua pihak, pemberian ASI dini dan Eksklusif memberikan keuntungan –keuntungan sebagai berikut. a. ASI mengandung zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan

dan perkembangan bayi.

b. ASI mudah dicernadan digunakan secara efisiensi oleh tubuh bayi.

c. ASI mencegah berbagai serangan infeksi terhadap bayi.

d. Pemberian ASI dapat digunakan sebagai metode keluarga berencana (metode amenore laktasi).

e. ASI mendekatkan hubungan kasih sayang ibu dan anak (bounding).

Keuntungan menyusui meningkat sejalan dengan lama menyusui eksklusif sampai 6 Bulan. Setelah usia bayi lebih dari enam bulan, maka pemberian makanan tambahan pendamping ASI dapat diberikan. Keuntungan menyusui meningkatkan seiring dengan meningkatnya lama pemberian ASI sampai 2 tahun atau lebih (Roesli,2008).

(31)

7. Status Gizi

Seperti halnya gizi pada umumnya, ASI mengandung komponen mikro dan makro nutrien. yang termasuk makro nutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak. sedangkan mikronutrien adalh vitamin dan mineral. ASI hampir 90%nya terdiri dari air. volume dan komposisi gizi ASI berbeda untuk setiap ibu, setiap ibu bergantung pada setiap kebutuhan bayi. perbedaan volume dan komposisi diatas juga terlihat pada masa menyusui (kolostrum, ASI transisi, ASI matang dan ASI pada saat penyapihan). kandungan zat gizi ASI awal dan akhir pada setiap ibu yang menyusui juga berbeda. kolostrum yang diproduksi antara hari 1-5 menyusui kaya akan zat gizi terutama protein.

ASI transisi mengandung banyak lemak dan gula susu (laktosa). ASI yang berasal dari ibu yang melahirkan bayi kurang bulan mengandung tinggi lemak dan protein, serta rendah laktosa dibanding ASI yang berasal dari ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. pada saat penyapihan kadar lemak dan protein meningkat seiring bertambah banyaknya kelenjar payudara. walaupun kadar protein, laktosa dan nutrien yang larut dalam air sama pada setiap kali periode menyusui, tetapi kadar lemak meningkat.

(32)

C. Hubungan antara Pemberian Asi Ekslusif dengan Kejadian Diare

Pada waktu bayi lahir secara alami mendapat zat kekebalan tubuh dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat turun setelah kelahiran bayi, padahal dari waktu bayi lahir sampai bayi berusia beberapa bulan, bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. Sehingga kemampuan bayi membantu daya tahan tubuhnya sendiri menjadi lambat selanjutnya akan terjadi lambat selanjutnya akan terjadi kesenjangan daya tahan tubuh. Kesenjangan daya tahan tubuh dapat diatasi apabila bayi diberi ASI. (Roesli, 2005).

Menurut Soekirman (1991) Pemberian makanan berupa ASI sampai bayi berusia 6 bulan, akan memberikan kekebalan kepada bayi terhadap berbagai macam penyakit karena ASI adalah cairan yang mengandung kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, jamur dan parasit. Oleh karen aitu, dengan adanya zat anti infeksi dari ASI, maka bayi ASI ekslusif akan dilindungi dari berbagai macam infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan parasit. Ada perbedaan yang signifikan antara bayi yang mendapat ASI ekslkusif minimal 4 bulan dengan bayi hanya diberi susu formula. Bayi yang diberikan susu formula biasanya mudah sakit dan sering mengalami problem kesehatan seperti sakit diare dan lain-lain yang memerlukan pengobatan sedangkan bayi yang diberikan ASI ekslusif biasanya jarang sakit dan kalaupun sakit biasanya ringan dan jarang perawatan.

(33)

lainnya beresiko terkena diare 2-3 kali lebih banyak dibandingkan bayi yang diberi ASI eksklusif (BKKBN, 2004).

Penelitian lain juga menyimpilkan ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI Eksklusif terhadap kejadian diare paba bayi 0-6. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian diare pada bayi dipengaruhi oleh pemberian ASI Eksklusif kepada bayi. (Nabila).

D. Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi komposisi ASI :

- Stadium Laktasi - Ras

- Keadaan Nutrisi - Diit Ibu

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Pemberian ASI Eksklusif

Laktosa

Status Gizi

Gambar

TABEL 2.1 Skor Maurice King
Tabel 2.2 Gejala Klinis
Tabel 2.3 Gejala-Gejala Dehidrasi
Gambar 2.1 Kerangka Teori

Referensi

Dokumen terkait

Terlihat bahwa video 10fps h asil kompresi 133:1 dapat dikirimkan dalam kanal 23Kbps dengan r ata-rata Signal To Noise Ratio 38.51dB, cukup lumayan. Tentunya ji ka kita ingin

Islam juga menempatkan muslimah pada tempat yang layak dan terhormat, dimanapun tempatnya, apapun posisinya, baik sebagai pengajar keilmuan, dai, sebagai istri, sebagai

Melalui pelaksanaan kegiatan usaha, seorang pengusaha juga akan memperoleh umpan balik yang dapat digunakan untuk melakukan pebaikan dalam pelaksanaan kegiatan usaha, penetapan

For early detection of breast cancer considerable research efforts have been devoted to develop Computer-Aided Detection (CAD) systems, which would be beneficial for detecting

Dengan perhitungan yang comprehensive (menyeluruh) terhadap penetapan media atau alat promosi dan perhitungan biaya alat promosi (costs of sustainable promotional

Tesis yang berjudul “ Kajian Kelembagaan Pengelolaan Air Berbasis Komunitas Di Masyarakat Pedesaan- Studi Kasus PAMDes Sumber Agung Jalakan, Triharjo, Bantul, DIY ”

Berdasarkan hal-hal tersebut penulis tertarik untuk membuat penelitian dengan judul: “Pengaruh Sikap Skeptis, Independensi, Penerapan Kode Etik, Akuntabilitas,

 Menggunakan disk lebih dari satu dapat mempercepat waktu transfer data dengan cara stripping data (blok-blok ) data disimpan pada disk yang berbeda.  Bit level stripping : tiap