• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Membaca - UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA NYARING TEMA LIBURANKU MENGGUNAKAN MEDIA BIG BOOK SISWA KELAS II B SD NEGERI 1 TAMANSARI - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Membaca - UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA NYARING TEMA LIBURANKU MENGGUNAKAN MEDIA BIG BOOK SISWA KELAS II B SD NEGERI 1 TAMANSARI - repository perpustakaan"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Membaca

Membaca adalah suatu hal yang amat penting bagi kehidupan manusia, baik dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Kemampuan membaca yang tinggi menjadi syarat bagi setiap siswa dalam mengejar ilmu pengetahuan di sekolah. Crawley dan Mountain melalui (Farida Rahim, 2008: 2) Membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencangkup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, intepretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif.

(2)

Pendapat lain dikemukakan oleh Syafi’ie (melalui Farida Rahim,

2008: 2) ada tiga istilah dari proses membaca, yaitu recording, decoding, dan meaning. Recording yaitu membaca merujuk pada kata-kata dalam kalimat, kemudian mengasosiasikan dengan bunyi-bunyinya dengan sistem tulisan yang digunakan. Proses Decoding (penyandian) merujuk pada proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam kata-kata. Proses recording dan decoding biasanya berlangsung pada kelas-kelas awal yaitu SD kelas I, II, dan III yang dikenal dengan istilah membaca permulaan. Sementara itu proses memahami makna meaning lebih ditekankan di kelas-kelas tinggi SD.

Klein (dalam Rahim, 2008: 3) mengemukakan bahwa definisi membaca mencangkup (1) membaca merupakan suatu proses, (2) membaca adalah strategis, dan (3) membaca merupakan interaktif. Membaca merupakan suatu proses dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna. Membaca juga merupakan suatu strategis. Pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengonstruk makna ketika membaca. Variasi ini bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca. Membaca adalah interaktif. Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks.

(3)

menerjemahan simbol tulis ke dalam bunyi. Membaca sebagai proses linguistik berarti membaca untuk membangun makna, sedangkan fonologis, semantik, dan fitur sintatik membantunya mengkomunikasikan dan menginterprestasikan pesan-pesan. Pesan metakognitif melibatkan perencanaan, pembetulan suatu strategi, pemonitoran, dan pengevaluasikan. Pembaca pada tahap ini mengidentifikasi tugas membaca untuk membentuk strategi membaca yang sesuai, memonitor pemahamannya, dan menilai hasilnya.

Berdasarkan pemaparan membaca menurut para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan proses berinteraksi antara pembaca den teks bacaan yang bertujuan untuk memenuhi apa yang ingin dicapainya.

a. Tujuan Membaca

Rahim (2008: 11) bahwa membaca hendaknya mempunyai tujuan. Tujuan membaca mencakup sebagai berikut:

1) Kesenangan;

2) Menyempurnakan membaca nyaring; 3) Menggunakan strategi tertentu;

4) Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik; 5) Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah

diketahui;

6) Memperoleh innformasi untuk laporan lisan atau tertulis; 7) Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi;

8) Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks;

9) Menjawab pertanyaan-pertanyaan spesifik.

(4)

demikian, pemahaman merupakan faktor yang amat penting dalam membaca. Pemahaman terhadap bacaan dapat dipandang sebagai suatu proses yang bergulir, terus-menerus, dan berkelanjutan. Santosa (2010: 6.5) menyatakan bahwa pembelajaran membaca harus mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan yang dimaksud meliputi:

1) Menikmati keindahan yang terkadung dalam bacaan; 2) Membaca bersuara untuk memberikan kesempatan

kepada siswa menikmati bacaan;

3) Menggunakan strategi tertentu untuk memahami bacaan; 4) Menggali simpanan pengetahuan;

5) Menghubungkan pengetahuan baru dengan siswa;

6) Mencari informasi untuk pembuatan laporan yang akan disamapaikan dengan lisan ataupun tertulis;

7) Melakukan penguatan sebelum melakukan perbuatan membaca;

8) Memberikan kesempatan kepada siswa melakukan eksperimentasi untuk meneliti sesuatu yang diapaparkan dalam sebuah bacaan;

9) Mempelajarai struktur bacaan;

10) Menjawab pertanyaan khusus yang dikembangkan oleh guru atau sengaja diberikan oleh penulis bacaan.

Beberapa tujuan diatas akan semakin memperkuat pelaksanaan kegiatan membaca. Jika tujuan membaca telah ditetapkan oleh guru, siswa akan berpikir keras untuk memperoleh tujuan membaca mereka. Cara merumuskan tujuan membaca yang ditujukan oleh guru akan menjadi model bagi siswa pada setiap saat ia akan membaca, yaitu merumuskan tujuan lebih dulu, kemudian menyesuaikan strategi membaca yang dianggap paling sesuai.

b. Aspek-aspek membaca

(5)

bersifat mekanis yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah. Aspek tersebut mencakup:

1) Pengenalan bentuk huruf;

2) Pengenalan unsur-unsur linguistic;

3) Pengenalan hubungan atau korespondensi pola ejaan atau bunyi;

4) Ketepatan membaca bertaraf lambat.

Keterampilan bersifat pemahaman yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi. Aspek ini mencakup:

1) Memahami pengertian sederhana; 2) Memahami signifikasi atau makna; 3) Evaluasi atau penilaian isi dan bentuk;

4) Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.

Berdasarkan pernyataan di atas akan terdapat dua aspek di dalam membaca yaitu aspek gerak dan aspek pemahaman. Seperti dalam membaca nyaring, anak kembali dikenalkan dengan unsur Bahasa yang baru. Anak akan kembali dikenalkan dengan huruf baru, cara membaca, dan mempelajari kembali berbagai unsur dalam membaca. Membaca yang ditekankan dalam membaca nyaring berdasarkan aspek dan tujuannya adalah untuk menyempurnakan membaca nyaring mengenai ketepatan membaca bertaraf lambat.

c. Jenis-jenis Membaca

(6)

1) Membaca nyaring

Tarigan (2008: 23) membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan seseorang pengarang. Orang yang membaca nyaring pertama-tama haruslah mengerti makna serta perasaan yang terkandung dalam bahan bacaan. Rothlein dan Meinbach (dalam Rahim, 2008: 124) mengemukakan bahwa membaca nyaring untuk anak anak merupakan kegiatan berharga yang bisa meningkatkan keterampilan menyimak, menulis, dan membantu perkembangan anak-anak mencintai buku dan membaca cerita sepanjang hidup mereka. Anak-anak cenderung meniru dan mengikuti jejak orang dewasa.

Dawson (dalam Tarigan, 2008: 24) Dalam mengajar keterampilan-keterampilan membaca nyaring, guru harus memahami proses komunikasi dua arah. Lingkaran komunikasi belumlah lengkap kalau pendengar belum memberi tanggapan secukupnya terhadap pikiran atau perasaan yang diekspresikan oleh pembaca.

(7)

kalimat, ketepatan dalam pengucapan vokal maupun konsonan, memperhatikan tanda baca, kelancaran ketika membaca. Barbe and Abbott, Dawson (dalam Tarigan, 2008: 26) keterampilan-keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring, yaitu:

a) Kelas I: (a) mempergunakan ucapan yang tepat, (b) mempergunakan frase yang tepat (bukan kata demi kata), (c) mempergunakan intonasi suara yang wajar agar makna mudah terpahami, (d) memiliki perawakan dan sikap yang baik serta merawat buku dengan baik, (e) menguasai tanda-tanda baca sederhana, seperti: titik (.), koma (,), tanda tanya (?), tanda seru (!).

b) Kelas II: (a) membaca dengan terang dan jelas, (b) membaca dengan penuh perasaan, ekspresi, (c) membaca tanpa tertegun-tegun, tanpa terbata-bata. c) Kelas III: (a) membaca dengan penuh perasaan,

ekspresi, (b) mengerti serta memahami bahan bacaan,

d) Kelas IV: (a) memahami bahan bacaan pada tingkat dasar, (b) kecepatan mata dan suara : 3 patah kata dalam satu detik.

e) Kelas V: (a) membaca dengan pemahaman dan perasaan, (b) aneka kecepatan membaca nyaring bergantung pada bahan bacaan, (c) dapat membaca tanpa terus-menerus melihat pada bahan bacaan. f) Kelas VI: (a) membaca nyaring dengan penuh

perasaan atau ekspresi, (b) membaca dengan penuh kepercayaan (pada diri sendiri) dan mempergunakan frase atau susunan kata yang tepat.

(8)

membaca nyaring agar keterampilan membaca nyaring dapat berhasil.

2) Membaca dalam hati

Rahim (2008: 121) mengemukakan membaca dalam hati memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami teks yang dibacanya secara lebih mendalam. Membaca dalam hati memberikan kesempatan kepada guru untuk mengamati reaksi dan kebiasaan membaca siswa. Hambatan-hambatan yang mengganggu kelancaran membaca dalam hati, Antara lain:

a) Membaca dengan vokalisasi, baik dengan suara terdengar, berisik, atau hanya komat-kamit mulut saja;

b) Membaca dengan gerakan kepala yang mengikuti baris demi baris bacaan;

c) Membaca kata demi kata;

d) Bahan bacaan yang banyak mengandung kata-kata sulit.

Terkait dengan penjelasan tentang jenis-jenis membaca, dalam penelitian tindakan kelas ini mengambil penelitian tentang membaca nyaring pada tematik dengan tema Liburanku kelas II SD Negeri 1 Tamansari dengan menggunakan media Big Book.

(9)

mengenal dan menguasai secara tepat mengenai bentuk, bunyi, dan pelafalan huruf-huruf yang ada. Apabila hal ini dapat dimiliki oleh siswa, ketika akan melanjutkan pendidikan ke tingkat sekolah menengah pertama, siswa tidak kesulitan lagi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Bahasa selanjutnya karena pengetahuan dasar tentang Bahasa mengenai pengenalan huruf-huruf, vokal, lafal, intonasi, dan tanda baca, dalam membaca sudah dikuasai siswa pada tingkat SD.

Penelitian tindakan kelas ini menekankan pada keterampilan membaca yang mencakup aspek vokalm intonasi, dan lafal. Indikator pada aspek vokal yang dikembangkan pada table di bawah ini:

Tabel 2.1 Indikator aspek vokal, intonasi, dan lafal

No. Indikator yang diamati Aspek

1. Dapat membaca dengan suara nyaring, tepat, huruf bunyinya jelas dan lantang.

Vokal 2. dapat membaca dengan pengucapan bunyi

Bahasa yang baik, lancar, dan benar.

Lafal 3. Dapat membaca dengan pengucapan kata

benar, jelas, dan tepat.

Intonasi (Sumber: Rina (2013: 219)

d. Pengertian keterampilan membaca

(10)

aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal, dan (3) hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna.

Broughton (dalam Tarigan, 2008: 12) secara garis besar terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu:

1) Keterampilan yang bersifat mekanis (mecanical skills) yang dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order). Aspek ini mencakup (1) pengenalan bentuk huruf, (2) pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/ grafem, kata, frasa, pola klause, kalimat, dan lain-lain), (3) pengenalan hubungan korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis), dan (4) kecepatan membaca bertaraf lambat. 2) Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension

skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order). Aspek ini mencakup (1) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal), (2) memahami signifikasi atau makna, (3) evaluasi atau penilaian, (4) kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan. Keterampilan membaca merupakan kemampuan yang diperoleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Dengan siswa terampil membaca maka akan melakukan proses produksi yang dapat menghasilkan pengetahuan, pengalaman, dan sikap-sikap baru.

2. Hakikat Pembelajaran Tematik

a. Definisi Pembelajaran Tematik

(11)

memunculkan dinamika pendidikan. Suryosubroto (2009:133), pembelajaran tematik merupakan kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema atau topik pembahasan. Rusman (2010: 254) berpendapat pembelajaran tematik itu sangat berguna karena dapat menyatukan pembelajaran atau materi dalam beberapa mata pelajaran, sehingga akan lebih cepat dalam penyampaian materi yang diberikan kepada peserta didik. Selain itu siswa juga akan lebih tertarik untuk mengikuti pelajaran karena guru dalam penyampaian materi akan lebih menarik.

Trianto (2011: 154) menyatakan bahwa pembelajaran tematik atau terpadu merupakan suatu model pembelajaran yang memadukan beberapa materi pembelajaran dari berbagai standar kompetensi dan kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran. Berdasarkan pendapat diatas dapat peneliti simpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang menyatukan beberapa mata pelajaran dengan materi pelajaran yang bertujuan supaya siswa mudah memahami dan materi lebih cepat tersampaikan kepada peserta didik dengan pembelajaran yang menarik.

b. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik

(12)

1) Berpusat kepada siswa

Proses pembelajaran yang dilakukan harus menempatkan siswa sebagai pusat aktifitas dan harus mampu memperkaya pengalaman belajar siswa serta dapat mengembangkan fenomena alam di sekitar siswa.

2) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa

Agar pembelajaran lebih bermakna maka siswa perlu belajar secara langsung dan mengalami sendiri, hal ini sehingga guru perlu menciptakan kondisi yang kondusif dan guru mampu memfasilitasi tumbuhnya pengalaman yang bermakna.

3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

Mengingat tema dibagi dari berbagai mata pelajaran dan saling ketertarikan maka batas mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas.

4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran.

5) Bersifat fleksibel

Pelaksanaan pembelajaran tematik tidak terjadwal secara ketat antar mata pelajaran.

Berdasarkan ciri-ciri pembelajran tematik di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik bertujuan untuk melatih peserta didik agar belajar secara mandiri dengan berupaya mencari strategi belajar sendiri, menemukan ide-ide untuk menyelesaikan masalah dalam proses belajarnya, sehingga dengan demikian diharapkan peserta didik menjadi aktif, dan memunculkan kreativitas yang besar pada dirinya, sedangkan guru adalah sebagai fasilitator bagi peserta didik untuk menciptakan suasana pengalaman belajar bagi peserta didik.

c. Komponen Rencana Pembelajaran pada Pembelajaran Tematik

(13)

1) Tema atau judul yang akan dipelajari dalam pembelajaran

2) Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan di padukan)

3) Komponen dasar dan indicator yang hendak dicapai 4) Materi pokok beserta uraian yang perlu dipelajari siswa

dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator. 5) Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara

kongkrit yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.

d. Mata Pelajaran yang Terintegrasikan

Peneliti mengintegrasikan pembelajaran tematik terpadu tema kegemaranku dengan komponen mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPS dan SBK di kelas II SD N 1 Tamansari pada semester genap tahun pelajaran 2016/2017. Keterampilan proses yang akan dikembangkan dibatasi pada keterampilan mengobservasi dan keterampilan berkomunikasi (melaporkan hasil observasi).

1) Bahasa Indonesia

(14)

berkomunikasi dengn manusia lain dengan menggunakan Bahasa sebagai media, baik berkomunikasi menggunakan Bahasa lisan, uga berkomunikasi Bahasa tulis.

Penggunaan Bahasa dalam interaksi dapat dibedakan menjadi dua, yakni lisan dan tulisan. Agar individu dapat menggunakan Bahasa dalam suatu interaksi, maka ia harus memiliki kemampuan berbahasa. Kemampuan ini digunakan untuk mengkomunikasikan pesan. Pesan ini dapat berupa ide (gagasan), keinginan, kemauan, perasaan, atau interaksi. Indihadi (dalam Susanto, 2013: 242) ada lima faktor yang harus dipadukan dalam berkomunikasi, sehingga pesan ini dapat dinyatakan atau disampaikan, yaitu: struktur pengetahuan (schemata), kebahasaan, strategi produktif, mekanisme psikofisik, dan konteks.

(15)

Pada usia ini, anak dianggap telah memiliki kosakata yang cukup untuk mengungkapkan yang dipikirkan, dan dirasakannya. Mereka lebih mengungkapkan dalam bentuk lisan disbanding tulisan. Pola Bahasa yang digunakannya masih merupakan tiruan Bahasa orang dewasa.

Hartati (2006: 75) ruang lingkup kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar terdiri dari 4 aspek, yaitu:

a) Mendengarkan b) Berbicara c) Membaca d) Menulis

Hartati (2006: 75) mengemukakan fungsi mata pelajaran Bahasa Indonesia meliputi:

a) Sarana pembinaan kesatuan dan kesatuan bangsa. b) Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan

dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya. c) Sarana peningkatan dan keterampilan untuk meraih

dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

d) Sarana penyebarluasan pemakaian Bahasa Indonesia yang baik untuk keperluan menyangkut berbagai masalah.

e) Sarana pengembangan penalaran.

f) Sarana pemahaman beragam budaya Indonesia menurut khazanah kesusastraan Indonesia.

(16)

pengajaran Bahasa Indonesia, Antara lain agar siswa memiliki kegemaran membaca, meningkatkan karya sastra untuk meningkatkan kepribadian, mempertajam kepekaan, perasaan, dan memperluas wawasan kehidupannya. Pengajaran Bahasa Indonesia juga dimaksudkan untuk melatih keterampilan mendengar, berbicara, membaca, dan menulis yang masing-masing erat hubungannya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya, pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tulisan.

Tabel 2.2 Materi Pelajaran Bahasa Indonesia

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Memahami ragam wacana tulis dengan membaca nyaring dan membaca dalam hati

Membaca nyaring teks sebanyak 15-20 kalimat dengan memperhatikan lafal dan intonasi yang tepat

2) IPS

(17)

dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan salah satu mata pelajaran perpaduan dari ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu-ilmu politik, ilmu hukum, antropologi dan psikologi yang diberikan sejak Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Pertama untuk mengkaji masalah dan isu sosial.

Dengan demikian IPS merupakan mata pelajaran pokok yang diajarkan pada jenjang pendidikan dasar. Pembelajaran IPS sangatlah penting karena materi-materi IPS dapat dikembangkan pada masyarkat dan mengingat sejarah Indonesia, siswa akan menghargai perjuangan para pahlawan. Oleh karena itu, pembelajaran IPS di SD dilaksanakan secara terpadu dengan memperhatikan tingkat kemampuan dan karakteristik siswa.

Tabel 2.3 Materi Pelajaran IPS

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Memahami kedudukan dan

peran anggota dalam keluarga dan lingkungan tetangga

Mendeskripsikan kedudukan dan peran anggota keluarga

3) SBK

(18)

Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan tidak hanya dalam satu mata pelajaran karena budaya itu sendiri meliputi segala aspek kehidupan dan dapat menumbuhkan kecerdasan moral secara kompetitif. Pendapat lain disampaikan oleh Susanto (2013: 263) bahwa pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya yang aspek-aspeknya meliputi seni rupa, seni music, seni tari, dan keterampilan.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran SBK di sekolah dasar merupakan pendidikan seni yang tersedia dalam beberapa aspek, yaitu seni rupa, seni music, seni tari, dan keterampilan yang dapat menumbuhkan kreativitas dan sikap apresiasi peserta didik.

Tabel 2.4 Materi Pelajaran SBK

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Mengenal, menanggapi dan

mengekspresikan unsur-unsur musik dan perpaduannya melalui kepekaan indrawi ke dalam karya musik.

Mengekspresikan diri dengan penampilan musik

3. Media Big Book

a. Media Pembelajaran

(19)

pembelajaran menurut Anitah (2008: 1) adalah sesuatu yang mengantarkan pesan pembelajaran Antara pemberi pean kepada penerima pesan. Susilana dan Cepi (2011: 7) mengemukakan pengertian tentang media pembelajaran yang serupa, bahwa wadah dari pesan, materi yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai ialah proses pembelajaran. Pengertian media pembelajaran diperkuat oleh Sanjaya (2012: 58), bahwa alat apapun itu asal berisi tentang pesan-pesan pendidikan termasuk ke dalam media pendidikan atau media pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas tentang pengertian media pembelajaran dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan fasilitas pembelajaran yang digunakan untuk menunjang proses pembelajaran guna untuk menyampaikan pesan atau informasi dalam proses pembelajaran. Penelitian ini menggunakan media untuk mengajarkan keterampilan membaca nyaring, media sebagai alat penunjang untuk menyampaikan pesan atau informasi sehingga dapat tersampaikan dengan baik kepada siswa.

(20)

menunjang tercapainya tujuan intruksional. Penelitian ini menggunakan media Big Book karena pemilihan media harus disesuaikan dengan keadaan siswa, sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan, serta media ini sesuai dengan materi yang diajarkan. b. Pengertian Big Book

Big Book adalah buku bacaan yang memiliki ukuran, tulisan,

dan gambar yang besar. Ukuran Big Book bisa beragam misalnya A3, A4, A5, atau seukuran koran. Ukuran Big Book harus mempertimbangkan segi keterbacaan seluruh siswa di kelas. Karges (Harimurti, 2010: 4) mengatakan bahwa Big Book adalah buku bergambar yang dipilih untuk dibesarkan karena memiliki “kualitas khusus”. Kualitas khusus menurut Deni (Harimurti, 2010: 4) adalah:

1) Melibatkan ketertarikan anak dengan cepat karena gambar yang memilikinya,

2) Mengandung irama yang menarik, 3) Memiliki gambar yang besar, 4) Ada tulisan yang diulang-ulang,

5) Alur ceritanya sederhana dan jelas, dan 6) Sering memasukkan unsur humor.

Suyanto (2009: 104)) menjelaskan bahwa Big Book adalah salah satu media yang disenangi anak-anak dan dapat dibuat sendiri oleh guru. Buku berukuran besar ini biasanya digunakan untuk anak-anak di kelas awal. Didalam Big Book berisi cerita singkat dengan kalimat yang sederhana dengan tulisan besar diberi gambar warna-warni.

(21)

singkat yang terdiri dari 10-15 halaman dan mengandung materi yang menarik bagi siswa. Halaman pada Big Book dapat disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Kalimat pada Big Book mengandung pola irama yang dapat dipelajari oleh siswa. Misalnya kalimat yang mengandung rima tertentu. Terdapat gambar yang mempunyai makna untuk membantu siswa dalam memahami bacaan. Gambar yang terdapat pada setiap halaman harus sesuai dengan teks yang ada pada halaman tersebut.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Big Book media berupa buku besar dengan divariasi oleh gambar-gambar yang menarik dan warna-warni untuk mengajarkan siswa belajar pengucapan kata, bentuk maupun jenis kata yang berisi gambar serta cerita singkat yang terdiri dari 10-15 halaman serta mengandung materi yang menarik. Penggunaan Big Book dalam pembelajaran membaca permulaan memiliki beberapa tujuan, yaitu:

1) Memberi pengalaman membaca. 2) Membantu siswa memahami buku.

3) Mengenalkan berbagai jenis baan bacaan kepada siswa.

4) Memberi peluang kepada guru memberi contoh bacaan yang baik.

5) Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.

(22)

Dalam membaca bersama dengan menggunakan media Big Book, siswa ikut terlibat dalam proses membacanya, belajar tentang

konsep kerja dari buku, mendapatkan rasa untuk belajar dan mulai untuk menyebut dirinya sebagai seorang pembaca. Big Book memiliki beberapa keuntungan menurut Wardhani (2015) seperti:

1) Memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat dalam kegiatan membaca yang menyenangkan.

2) Memungkinkan siswa melihat tulisan yang sama ketika guru membaca tulisan yang ada dalam Big Book.

3) Memungkinkan siswa secara bersama-sama memberi makna pada setiap tulisan yang ada dalam Big Book. 4) Membantu siswa untuk memahami hubungan antara

Bahasa lisan dan tulisan.

5) Memberikan kesempatan pada siswa yang lambat dalam membaca untuk mengenali tulisan dngan bantuan guru dan teman-temannya.

6) Dengan membaca Big Book bersama-sama, akan timbul keyakinan dalam diri siswa bahwa mereka mampu untuk membaca, terutama bagi siswa yang lambat membaca. 7) Mengembangkan semua aspek membaca.

8) Dapat diselingi percakapan yang relevan mengenai isi cerita dalam Big Book bersama siswa sehingga terjadi proses belajar yang interaktif. Topik bacaan akan berkembang sesuai dengan pengalaman dan imajinasi siswa.

Big Book dapat dibuat sendiri oleh guru, berikut adalah langkah-langkah membuat Big Book menurut Wardhani (2015) adalah:

4) Tentukan gambar atau ilustrasi untuk setiap halaman. 5) Buatlah desain cerita dan gambar/ilustrasi.

6) Tuliskan kalimat singkat diatas kertas HVS.

(23)

8) Ide cerita Big Book dapat diambil dari kejadian-kejadian yang terjadi sehari-hari dikehidupan siswa. Ide yang lain juga bisa diambil dari informasi penting yang berisi pengetahuan, prosedur, atau jenis teks lainnya yang sesuai dengan tema di setiap kelas yang sesuai dengan kurikulum yang dikembangkan.

Penggunaannya Big Book di dalam kelas perlu diatur sehingga pembelajaran membaca bisa menjadi efektif. Berikut adalah bagaimana penggunaan Big Book di dalam kelas menurut Wardhani (2015: 481):

1) Penggunaan Big Book bisa dilakukan setiap hari, misalnya di pertemuan awal setiap hari selama 15-20 menit.

2) Big Book dibacakan di depan kelas atau di dalam kelompok kecil.

3) Big Book dapat digunakan oleh siswa untuk dibacakan di depan teman-temannya.

4) Pemodelan bukan hanya ditujukan pada cara membaca, namunjuga perlu diperhatikan cara guru memegang buku yang baik, membuka halaman, menunjuk huruf atau kata, dan memperlakukan buku dengan layak.

4. Langkah-langkah Pembelajaran Membaca Nyaring Menggunakan

Media Big Book

Suryanto (2009: 128) menjelaskan bahwa guru dapat menggunakan Big Book dengan cara dipegang atau diletakkan di atas meja, kursi, atau sebuah alat peraga khusus. Saat mengajarkan membaca, guru dapat menggunakan tongkat penunjuk atau alat untuk menunjuk kata atau kalimat yang sedang dibacanya.

(24)

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran mengenai membaca nyaring.

b. Guru menyajikan materi secukupnya mengenai materi membaca nyaring.

c. Guru membentuk kelompok dengan anggota 4 sampai 5 siswa secara heterogen.

d. Guru mengatur tempat duduk siswa supaya lebih nyaman.

e. Guru memperlihatkan sampul Big Book dan membacakan judulnya. f. Guru bertanya jawab dengan siswa tentang yang mereka pikirkan

terkait judul Big Book.

g. Guru menulis jawaban-jawaban siswa di papan tulis.

h. Guru membacakan Big Book dengan lafal dan intonasi yang jelas. i. Guru menjodohkan prediksi siswa dengan cerita yang telah dibaca. j. Guru bertanya apakah siswa suka dengan cerita yang telah dibaca. k. Guru membacakan Big Book lagi dengan menunjuk kata per kata l. Guru memberikan kesempatan siswa untuk berkomentar atau

bertanya terkait cerita dalam Big Book.

m. Guru membacakan cerita dalam Big Book dan diikuti oleh seluruh siswa.

n. Guru meminta siswa secara berkelompok membaca cerita dalam Big Book.

(25)

p. Guru melakukan kegiatan tindak lanjut yaitu dapat berupa permainan menyusun kata, cerita berpasangan, menceritakan kembali cerita, dan menggambar.

B. Penelitian Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain: 1. Penelitian Aqila Darmata Synta tahun 2015 dengan judul “Peningkatan

Keterampilan Membaca Permulaan Melalui Media Big Book Pada Siswa Kelas 1 SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman”. Hasil penelitian

tindakan kelas ini adalah: terjadi peningkatan keterampilan membaca permulaan pada saat pra tindakan dengan setelah dilaksanakannya tindakan pada siklus I. Hasil nilai keterampilan membaca pada siklus I yaitu 15 siswa sudah mencapai nilai rata-rata atau sebesar 54% dari keseluruhan jumlah siswa yang sudah memperoleh nilai memenuhi nilai rata-rata. Sebesar 46% dari jumlah keseluruhan siswa atau sebanyak 13 anak yang belum memenuhi nilai rata-rata. Hal tersebut menunjukan adanya peningkatan yang cukup baik. Pada siklus ke II presentase perbandingan mengalami kenaikan. Pada pratindakan menunjukan presentase sebesar 36%, kemudian pada siklus I meningkat menjadi 54% dan pada siklus II meningkat menjadi 87%. Presentase tersebut menunjukan bahwa adanya peningkatan dalam pembelajaran keterampilan membaca permulaan melalui media Big Book.

(26)

membaca nyaring”. Hasil penelitian menunjukkan pada kelas kontrol

yang menggunakan metode konvensional cenderung tidak mengalami peningkatan yang signifikan, sedangkan pada pascaperlakuan kelas eksperimen terjadi peningkatan keterampilan membaca nyaring. Berdasarkan hasil analisis data pada kelas eksperimen, nilai rata-rata keterampilan membaca nyaring saat prates 65 pascaperlakuan menjadi 92, terjadi peningkatan 27 (41, 54%) hasil analisi data tersebut mengindikasikan bahwa metode Steinberg dengan big book efektif digunakan untuk meningkatkan keterampilan membaca nyaring.

3. Penelitian Dr. Normaliza pada tahun 2010 dengan judul “Students’ Perception towards the Usage of the Big Book”. Temuan penelitian menunjukkan bahwa penggunaan buku besar memberi keuntungan karena mampu menciptakan kegiatan pembelajaran membaca yang menyenangkan dan bermakna.

4. Penelitian oleh Putri K. R. pada tahun 2017 dengan judul “The Effect Of The Big Book Media Usage to Simple Sentences’ Reading Ability for

Third Grader with Intelectual Disability on Elementary School for Special Needs”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis

(27)

C. Kerangka Pikir

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat dari berbagai sumber dan kajian pustaka yang relevan maka dapat disimpulkan kerangka berpikir dalam penelitian tindakan kelas ini, adapun skema berpikir adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Kondisi Awal

Hampir 50% siswa yang tidak mencapai KKM.

Keterampilan membaca siswa kelas II SD Negeri 1 Tamansari masih rendah Guru kelas II SD Negeri1 Tamansari belum menggunakan media pembelajaran yang mengaktifkan siswa

Siklus I

Guru menggunakan media Big Box untuk meningkatkan keterampilan membaca nyaring siswa.

Tindakan

Melakukan pembelajaran menggunakan media Big Book

Observasi

Refleksi

Siklus II

Guru menggunakan media Big Box untuk meningkatkan keterampilan membaca nyaring siswa.

Observasi

Refleksi

Hasil

(28)

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berpikir di atas, maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut: “penggunaan media

Gambar

table di bawah ini:
Tabel 2.2 Materi Pelajaran Bahasa Indonesia
Tabel 2.3 Materi Pelajaran IPS
Tabel 2.4 Materi Pelajaran SBK
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan membaca permulaan siswa yang diajarkan dengan menggunakan media Big Book dalam pelajaran

Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang membelajarkan siswa untuk berkomunikasi dengan baik dan benar. Komunikasi dapat dilakukan baik secara lisan maupun

Pada saat massih kanak-kanak menggerakkan kepala dari kanan ke kiri untuk dapat membaca baris-baris bacaan secara lengkap. Setelah dewasa penglihatan kita telah mampu secara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran contextual teaching and learning menggunakan media Big Book berpengaruh terhadap kemampuan membaca permulaan

1) Membaca Survei (survey reading)merupakan membaca dengan meneliti terlebih dahulu apa yang akan kita telaah dengan jalan: (1) memeriksa, meneliti indeks – indeks, daftar

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN PESERTA DIDIK MELALUI MEDIA BIG BOOK TEMA 8 PERISTIWA ALAM KELAS IB MI MUHAMMADIYAH KEDUNG JAMPANG SKRIPSI Diajukan untuk

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah hasil belajar keterampilan membaca bahasa jerman dengan penggunaan media Big Book peserta didik kelas X IPS-1 SMAN 1 Sooko

Bagi peserta didik Penelitian Tindakan Kelas dengan penerapan media big book ini dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan keterampilan membaca permulaan pada tema 8 peristiwa