I. PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
Indonesia merupakan negara agraris yaitu negara pertanian, karena
mayoritas penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian,
baik itu sub sektor tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, ma upun
kehutanan. Hal tersebut didukung pula oleh keadaan tanah dan iklim yang sesuai
sehingga memungkinkan produk yang lebih besar dari berbagai sub sektor
pertanian yang ada di indonesia.
Pembangunan perkebunan Indonesia pada umumnya bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja, memperbesar
ekspor, mendukung pembangunan industri dan kelestarian sumberdaya alam.
Potensi sumber daya alam di dalam negeri masih memberikan peluang
untuk meningkatkan produksi aneka jenis buah-buahan (Ariyantoro, 2006:39).
Salah satunya adalah jeruk nipis yang dikonsumsi oleh ibu rumah tangga dan
menjadi usaha bisnis yang sederhana bagi usaha tani khususnya di Desa K uta
Makmue Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.
Potensi pengembangan tanaman buah-buahan di dukung oleh banyak
faktor (Rukmana,2003;56). Diantaranya adalah faktor pasar dan dapat memberi
nilai tambah bagi produsen (petani) dan industri pengguna serta dapat
memperbaiki keseimbangan vitamin bagi konsumen. Untuk itu pengembangan
jeruk nipis di Desa K uta Makmue merupakan salah satu sumber pertumbuhan
Tanaman jeruk nipis (Citrus aurantifolia) termasuk salah satu jenis Citrus
Gerut. Jeruk nipis termasuk salah satu jenis tumbuhan berduri yang banyak
memiliki dahan dan ranting. Dengan adanya hasil pertanian yang menguntungkan,
buah jeruk nipis ini menjadi pendapatan bagi masyarakat. Tingginya permintaan
jeruk nipis ini disebabkan oleh banyaknya pendapatan, jumlah pengeluaran dan
nilai pemasaran.
Realita yang terjadi dikalangan petani yaitu masih jarangnya bahkan tidak
pernah petani menghitung dengan mendetail analisis usaha tani secara ekonomi.
Artinya mereka tidak pernah membuat perincian biaya-biaya yang dikeluarkan
serta tidak pernah menghitung jumlah penerimaan dalam setiap panen. Sehingga
berapa keuntungan yang diperoleh dalam sekali panen hampir tidak diketahui. Hal
ini disebabkan oleh keterbatasan pendidikan dan pengetahuan petani itu sendiri.
Dengan adanya analisis usahatani yang jelas berarti petani akan dapat
mengetahui dengan persis berapa biaya usaha taninya, serta faktor- faktor apa saja
yang berperan dalam keberhasilan suatu usaha tani yang akan berdampak
langsung pada pendapatan petani itu sendiri. Besar kecilnya pendapatan yang
diperoleh petani sangat mempengaruhi motivasi petani itu sendiri da lam
melakukan usaha tani.
Semakin besar pendapatan yang diperoleh petani maka semakin giat dan
bersemangat petani tersebut melakukan usaha taninya. Begitu juga sebaliknya
semakin kecil pendapatan yang diperoleh oleh petani maka semakin malas dan
tidak bersemangat petani tersebut dalam melakukan usaha taninya.
Masyarakat Desa K uta Makmu menganggap bisnis usaha tani jeruk nipis
yang amat menguntungkan. Desa K uta Makmu termasuk daerah yang cocok untuk
bisnis usaha tani jeruk nipis dimana syarat tumbuh jeruk nipis curah hujan, derajat
keasaman tanah (pH tanah) dan air secukup nya yang menjadi faktor usaha tani
jeruk nipis. Pemilihan tempat percontohan dalam penelitian ini disebabkan
masyarakat Desa K uta Makmu salah satu masyarakat yang banyak mengelola
bisnis usaha tani jeruk nipis dan memiliki lahan yang luas.
Usaha budidaya jeruk nipis mempunyai prospek yang baik, ada sebagian
petani di daerah tersebut membudidaya jeruk nipis sebagai salah satu usaha tani
mereka dengan harapan dapat memberi keuntungan dan pendapatan yang lebih
baik dari usaha tani yang mereka tekuni agar dapat meningkatkan taraf hidup
masyarakat pedesaan, berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul Analisis Pendapatan Usahatani Je ruk Nipis (Citrus aurantifolia) di Desa Kuta Makmue Kecamatan Kuala Kabupaten
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas maka dapat
dirumuskan masalah yaitu: Berapa besar tingkat pendapatan usaha tani jeruk nipis
di Desa K uta Makmue Kecamatan K uala Kabupaten Nagan Raya ?
1.2Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pendapatan usaha tani jeruk nipis di Desa K uta Makmue Kecamatan K uala
Kabupaten Nagan Raya.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis
a. Bagi penulis sebagai salah satu persyaratan akademis untuk mendapatkan
gelar sarjana pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar.
b. Bagi lingkungan akademis dapat dijadikan bahan bacaan bagi pihak
akademis dan menjadi masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan
terutama bagi mahasiswa (i) yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut,
sehingga diharapkan akan memberi kontribusi baik secara langsung
1.4.2. Manfaat praktis
a. Media latihan bagi mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan daya
menganalisis permasalahan yang di jumpai sesuai dengan ilmu yang di
peroleh selama perkuliahan.
b. Bahan informasi bagi petani dalam mengelola usahatani Jeruk N ipis.
c. Sebagai bahan informasi bagi pemerintahan dalam menetapkan kebijakan
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jeruk Nipis.
Jeruk nipis (Citrus Aurantifolia) termasuk salah satu tumbuhan perdu yang banyak memiliki dahan dan ranting, batangnya berkayu ulet dan keras. Jeruk
nipis adalah salah satu buah yang sangat dibutuhkan dan gemari oleh ibuk rumah
tangga yang dijadikan sebagai bahan masakan. Buah jeruk nipis bukan hanya di
nikmati rasanya yang segar saja, melainkan juga sebagai pelepas dahaga dan buah
pencuci mulut. Jeruk nipis memiliki k hasiat ganda yaitu disamping didapat olah
menjadi minuman, makanan, juga dapat dimanfaatkan untuk obat-obatan.
Misalnya, menghindari amandel, malaria ambien, sesak napas, influenza, batuk,
sakit panas, sembelit, terlambat haid, perut mulas, lelah, bau badan dan keriput
wajah serta menghambat pembentukan kristal oksalat yang merupakan penyebab
penyakit batu ginjal. Di dalam 100 gram buah jeruk nipis terdapat Vitamin C 27
mg, Kalsium 40 mg, Fosfor 22 mg, karbohidrat 12,4 gr, vitamin B1 0,04 mg, zat
besi 0,6 mg, lemak 0,1 gr, kalori 37 kkal, protein 0,8 gr dan air 86 gr. (Arif
Prahasta, 2010;17).
Syarat tumbuh Jeruk N ipis sangat dipengaruhi oleh iklim dan keadaan
tanah. Iklim yang dibutuhkan oleh tanaman jeruk nipis adalah temperatur optimal
antara 25-30𝑜C dan kelembaban optimum sekitar 70-80%. Jeruk nipis tidak
menyukai tempat yang terlindungi dari sinar matahari. Jenis tanah yang cocok
untuk tanaman jeruk nipis adalah latosol, aluvial, dan andosol (lempung berpasir,
Kedalaman perakaran di bawah 40 cm dari permukaan tanah. Tanaman jeruk nipis
menyukai air yang mengandung garam sekitar 10%.
2.1.1. pembibitan
a. Cara Generatif
Biji diambil dari buah dengan memeras buah yang telah dipotong. Biji
dikeringkan di tempat yang tidak disinari matahari selama 2-3 hari hingga
lendirnya hilang. Lalu disebar dipersemaian yang sudah di siapkan. namun cara
generatif ini untuk mencapai pada pembuahan sangat lama sekitar 5-6 tahun.
b. Cara vegetatif.
Bibit yang diperoleh adalah dari hasil cangkokan pada pohon yang sudah
lama. Batang yang di cangkok harus ya ng bermutu kulit luarnya dikupas dan
berikan tanah setelah bertunas baru dipindahkan kelahan yang sudah disiapkan.
Masa pembuahan vegetatif sangatlah cepat selama 2,5 tahun sudah mulai berbuah.
2.1.2. Teknik Penanaman
Mengatur jarak penanaman berarti memberi ruang lingkup hidup yang
sama dan merata bagi setiap pohon ini bearti pembagian ruang lingkup berupa
tanah , penyinaran matahari yang sama banyak di terima oleh setiap pohon. Cara
mengatur tanaman adalah dengan jarak tanam yang sama dalam bentuk persegi
panjang, segitiga dan berderet. Bibit jeruk nipis di tanam pada musim hujan atau
musim kemarau jika tersedia air untuk menyirami, tetapi sebaiknya di tanam di
Pemeliharaan Tanaman dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Penyulaman (dilakukan pada tanaman yang tidak tumbuh)
b. Penyiangan (pembersihan gulma)
c. Pembubunan (penambahan tanah jika pangkal akar mulai terlihat).
d. Pemangkasan (menghilangkan cabang yang sakit, ranting, dan tidak produktif).
e. Penyiraman (penyiraman dilakukan pada mula penanaman setiap hari, pada
usia 1 tahun satu minggu sekali musim kemarau).
2.1.3. Pemupukan.
Pemupukan pada tanaman jeruk nipis dalam masa hidupnya dapat dibagi
dua periode yaitu saat tanaman belum menghasilkan buah (TBM) dan saat
tanaman menghasilkan (TM) . Pada masa TBM tanaman membutuhkan pupuk
kandang, Za, dan Urea di berikan sebulan sekali. Pada masa TM tanaman Cuma
membutuhkan pupuk Urea dan NPK di berikan 4-5 kali dalam setahun.
2.1.4. Panen.
Buah jeruk nipis dipanen pada saat masak optimal, biasanya tanaman
berumur 2,5 tahun dan tergantung jenis/varietasnya. Tanaman jeruk nipis dapat
menghasilkan produksi dalam jangka waktu satu bulan sekali, tanaman jeruk nipis
menghasilkan (petik hasil) mencapai ±8-30 Kg/batang . Namun demikian tanaman
jeruk nipis juga mengalami musim panen raya (hasil produksi yang meningkat),
musim sedang dan musim trek (masa panen yang menurun tidak maksimal atau
2.2. Pengertian Usahatani
Usaha tani (on farm agribusiness) yakni kegiatan yang menggunakan
barang-barang modal dan sumber daya alam untuk memperoleh hasil atau
keuntungan. Menurut Suratiyah (2006:33), usaha tani adalah seorang yang
mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam
sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya.
2.3. Analisis usaha.
Analisis usaha diperlukan untuk mengetahui efisiensi usaha yang akan
dilaksanakan. Dalam analisis ini harus dirinci semua pengeluaran masa produksi
sampai dengan tiba masa panen. Analisis usaha bertujuan untuk memberikan
gambaran keadaan sekarang suatu usaha dan menggambarkan keadaan yang akan
datang dari perencanaan atau tindakan. Dalam setiap kegiatan atau usaha yang
dilakukan haruslah mendapat keuntungan. Oleh karena itu setiap usaha akan
mengharapkan imbalan. Imbalan tersebut berupa pendapatan atau keuntungan.
2.4. Biaya produksi
Menurut Mulyadi (2007), biaya adalah pengorbanan yang diukur dengan
satu satuan uang dalam rangka memperoleh barang dan jasa untuk mencapai
tujuan tertentu. Biaya produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan selama
proses produksi berlangsung atau dengan kata lain biaya produks i merupakan
semua biaya yang dikeluarkan sampai menghasilkan produksi. Biaya atau modal
adalah segala jenis barang dihasilkan dan dimiliki masyarakat disebut dengan
kebutuhan konsumsi dan sebagian lagi digunakan untuk memproduksi
barang-barang baru dan inilah yang di sebut biaya atau modal masyarakat atau biaya
sosial. Dalam kegiatan faktor produksi biaya dibedakan menjadi dua macam ya itu
biaya tetap dan biaya tidak tetap.
a. Biaya tetap adalah barang-barang yang dapat digunakan beberapa kali pakai
contoh: cangkul, parang/sabit, spayer dan biaya tenaga kerja.
b. Biaya tidak tetap adalah barang-barang yang digunakan dalam proses
produksi yang hanya digunakan dalam proses sekali produksi, contoh: Biaya
pembelian pupuk.
2.5. Produksi dan nilai produksi
Pengertian produksi secara ekonomi adalah menghasilkan sejumlah output
Menurut Assauri (2006), mendefinisikan produksi merupakan segala kegiatan
dalam menciptakan menambah kegunaan(utility) suatu barang dan jasa.
2.6. Faktor-faktor Produksi.
Faktor produksi adalah benda-benda yang disediakan oleh alam
atau diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk memproduksi barang
dan jasa. Adapun faktor- faktor produksi yang dimaksud adalah:
1. Tanah
2. Tenaga kerja(TK)
3. Biaya atau modal
2.6.1. Tanah.
Tanah merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam usaha tani
di negara- negara yang sedang berkembang. Salah satu permasalahan yang di
hadapi banyak petani adalah kesehatan tanah dan kesuburan tanah yang semakin
menurun. Hal ini ditunjukan dengan gejala- gejala tanah cepat kering, retak-retak
bila kurang air, lengket- lengket bila diolah, lapisan olah dangkal, asam dan padat,
produksi sulit meningkat, bahkan cenderung menurun. Kondisi ini semakin buruk
karena penggunaan pupuk an organik terus meningkat dan penggunaan pestisida
untuk mengendalikan organisme hama tumbuhan juga meningkat. Saat ini usaha
tani secara umum belum melibatkan tanah sebagai komponen yang mempengaruhi
dan menentukan keputusan pengendalian dalam pengelolaan suatu usaha tani.
Kepemilikan lahan yang sempit pertanian semakin tidak efisen usaha tani yang
dikelola dengan baik. Luas kepemilikan lahan berhubungan dengan penggunaan
lahan secara efisien yang akan berpengaruh terhadap peningkatan hasil produksi.
Jika luas lahan yang dimiliki semakin luas maka semakin besar pendapatan yang
diterima oleh petani.
2.6.2. Tenaga Kerja.
Tenaga kerja dalam sebuah usaha cukup berperan untuk mendukung
aktifitas usaha tersebut merupakan salah satu faktor yang mendorong pendapatan
secara optimal dan teknologi sangat ditentukan oleh kualitas tenaga kerja sebagai
pengelola usaha pertanian.
Menurut (Sukirno,2006:21) mengatakan “Tenaga kerja sebenarnya adalah
penduduk yang digunakan dalam proses produksi tetapi kemahiran yang mereka
miliki demi mencapai tujuan itu, orang terdorong untuk melakukan aktifitas yang
dikenal sebagai bekerja”.
Tenaga kerja dibedakan menjadi tenaga kerja manusia, tenaga kerja ternak,
dan tenaga kerja mekanik. Tenaga kerja manusia dibedakan atas tenaga kerja pria,
wanita, dan anak-anak. Tenaga kerja manusia dapat mengerjakan semua jenis
pekerjaan tani berdasakan tingkat kemampuannya. Kerja manusia di pengaruhi
oleh umur, pendidikan, ketrampilan, pengalaman, tingkat kecukupan, tingkat
kesehatan, dan faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan usahatani.
2.6.3. Biaya atau Modal
Modal adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor- faktor produksi
yang turut serta dalam proses produksi yang meliputi upah/gaji, sewa tanah,
bunga dan keuntungan. Menurut Lincolin Arsyad (2004:13) merupakan nilai
produksi barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan suatu perekonomian
(Negara) dalam waktu setahun. Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan modal semua barang, jasa dan uang yang di
peroleh atau yang diterima oleh seseorang atau masyarakat dalam suatu periode
tertentu dan biasanya di ukur dalam pertahun, perbulan, atau setiap kali panen,
yang diwujudkan dalam skala nasional (national income) dan ada kalanya dalam
2.6.4. Skill/keahlian.
Yang dimaksud dengan keahlian atau skill adalah manajemen dan
kemampuan petani menentukan manfaat penggunaan faktor-faktor produksi dalam
perubahan teknologi, sehingga usahatani yang dikelolanya dapat memberikan
hasil (autput) yang lebih baik. Oleh karena itu kepada petani harus diberikan
penyuluhan dalam menggunakan dan memanfaatkan faktor produksi pada saat
muncul teknologi baru yang dapat diterapkan dalam melakukan usahatani, yang
dapat menyebabkan biaya produksi dapat ditekankan dan dapat meningkatkan
hasil produksi.
2.7. Pendapatan
Pendapatan merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh
seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada
akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian tersebut menitik beratkan pada
total pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode dengan kata lain,
pendapatan adalah jumlah pendapatan kotor yang belum dikurangi dengan modal
yang dikeluarkan dan harta kekayaan awal periode di tambah seluruh hasil yang
diperoleh selama satu kali panen bukan hanya dikonsumsi.
Definisi pendapatan menurut ilmu ekonomi menutup kemungkinan
perubahan lebih dari total harta kekayaan badan usaha pada awal periode. Secara
garis besar pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal periode di tambah
perubahan penilaian yang bukan diakibatkan perubahan modal hutang.
Menurut Noor (2007) pendapatan perusahaan berasal dari penjualan
dan harga jual (price) atau lebih sederhana dikatakan pendapatan petani sebagai
hasil yang diperoleh petani dalam mengorganisasikan faktor produksi yang di
kelolanya.
2.8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Jeruk Nipis.
Pendapatan usaha tani Jeruk nipis sangat erat hubungannya dengan harga.
Semakin tinggi harga jual dan semakin besar nilai produksi diterima petani yang
bearti semakin meningkatkan pendapatan usaha tani tersebut.
Banyak hal yang ikut berperan dan berpengaruh terhadap pendapatan
usaha tani jeruk nipis diantaranya luas lahan, modal,tenaga kerja,harga jual dan
biaya produksi. Faktor- faktor yang menpengaruhi produksi usahatani jeruk nipis
adalah luas lahan, umur petani, tingkat pendidikan, pengalaman dalam usahatani
yang di geluti dan jumlah tanggungan dalam rumah tangga. Besarnya keuntungan
juga sangat dipengaruhi oleh modal dalam proses produksi berlangsung. Semakin
besar selisih antara nilai produksi dengan biaya, maka akan memberikan
III. METODE PEN ELITIAN
3.1 Lokasi, Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa K uta Makmu Kecamatan K uala
Kabupaten Nagan Raya dengan mengunakan metode survei. Waktu penelitian
dilaksanakan mulai bulan Oktober sampai bulan Desember 2013. Penentuan
lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive sampling) yang didasarkan
atas pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan salah satu sentral produksi
Jeruk N ipis Kecamatan K uala Kabupaten Nagan Raya.
Kecamatan Kuala merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Nagan
Raya dengan luas wilayah ± 70,51 𝑘𝑚2, dan secara geografis terletak pada posisi
20C-50C lintang utara dan 950𝐶−970𝐶 lintang selatan. Disamping itu, berada
pada ketinggian 0-125 m dari permukaan laut dengan jarak tempuh dari ibu kota
Kabupaten Nagan Raya 8 km dan dengan ibu kota Provinsi Aceh 278 km.
Kecamatan K uala Kabupaten Nagan Raya berdasarkan administrasinya terdiri dari
17 Desa/Gampong salah satunya adalah Desa Kuta Makmu yang menjadi tempat
penelitian penulis. Adapun batas wilayah Desa Kuta Makmu Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Raya sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatas dengan Desa Meulaboh Dua/Gunong Rubo
Sebelah Selatan berbatas dengan Desa Blang Baro
Sebelah Timur berbatas dengan Krueng Nagan
Objek penelitian ini adalah usahatani Jeruk N ipis di Desa K uta Makmu
Kecamatan K uala Kabupaten Nagan Raya. Usahatani yang dimaksud adalah
kegiatan petani yang membudidayakan usahatani Jeruk N ipis. Ruang lingkup
penelitian terbatas pada pendapatan usahatani Jeruk N ipis.
3.2.Populasi dan Sampel
Arikunto Suharsimi (2005) menyatakan “Jika penelitian memiliki
beberapa ratus subjek dalam populasi, maka mereka dapat menentukan kurang
lebih 25-30% dari jumlah tersebut. Namun bila jumlah populasi sedikit, semua
populasi dapat dijadikan sampel semua”. Sampling jenuh adalah teknik penentuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh petani yang mengusahakan tanaman jeruk nipis di
desa Kuta Makmue, pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu besarnya
sampel yang diambil adalah 30 sampel..
3.3.Jenis dan Sumbe r Data
Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh dari sejumlah keterangan secara
langsung di lokasi penelitian, yaitu dari petani jeruk nipis di Desa K uta Makmue
Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya. Adapun sumber data sekunder pada
penelitian ini berasal dari pertanian dan perkebunan kabupaten Nagan Raya dalam
bentuk tertulis, seperti laporan penelitian dan data statistik yang di kantor tersebut.
penulis menggunakan perpustakaan daerah dan perpustakaan Fakultas Pertanian
Universitas Teuku Umar.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
a. Penelitian Lapangan (Fild Research)
Untuk mendapatkan data di lapangan penulis melakukan pengumpulan
data primer secara langsung pada objek yang akan diteliti dengan metode
kuisioner dan wawancara.
b. Studi Pustaka (Library Research)
Untuk melengkapi data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, penulis
menggunakan data-data sekunder dengan mempelajari buku-buku,
dokumen dan referensi lain yang bersifat teoritis dan ber hubungan dengan
masalah yang diteliti.
3.5. Model Analisis Data.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan softwer microsoft excel.
Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis aspek pasar, aspek produksi,
aspek manajemen, sumber daya manusia, aspek keuangan dan aspek ekonomi.
Analisis kuantitatif digunakan untuk mengganalisis aspek keuangan yang terdiri
3.5.1. Analisis Biaya
Analisis biaya adalah semua pengeluaran dalam bentuk dana untuk
memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan
barang-barang oleh perusahaan.
Untuk menghitung total biaya produksi dapat dihitung dengan
mengunakan rumus:
TC=TVC+TFC (Sumber : Noor,2007) Dimana:
TC = Total Biaya (Rp)
TVC =Total Biaya Variabel (Rp)
TFC =Total Biaya Tetap (Rp)
3.5.2. Pendapatan.
Pendapatan adalah penerimaan kotor (gross) yang diterima oleh pemilik
modal, yang dihasilkan dari penjualan barang dagangan.
Dihitung melalui pengurangan antara penerimaan dengan total biaya untuk
satu kali proses produksi, dengan rumus:
TR=P×Q (Sumber : Noor,2007) Dimana:
TR =Total Revenue yaitu Penerimaan Total (Rp)
P =Price yaitu Harga Jual (Rp)
3.5.3. Keuntungan
Keuntungan adalah hasil pengurangan antara penerimaan dengan total
biaya untuk satu kali proses produksi, dapat dihitung dengan rumus:
π=TR-TC (Sumber : Noor,2007) Dimana:
π =Total Keuntungan petani jeruk nipis (Rp)
TR = Total Revenue yaitu Total Penerimaan (Rp)
TC = Total Cost yaitu Total Biaya (Rp)
3.5.4. Revenue Cost Ratio (R/C)
R/C ratio merupakan perbandingan antara penerimaan total dan biaya
total, yang menunjukan nilai penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah yang
dikeluarkan, dihitung dengan rumus sebagai berikut:
R/C=𝑻𝑹 𝑻𝑪
Dimana:
TR =Total Revenue yaitu Total Penerimaan
TC =Total Cost yaitu Total Biaya
Kriteria penelitian R/C Ratio:
R/C<1 = Usaha Tani Mengalami Kerugian
R/C>1 = Usaha Tani Memperoleh Keuntungan
3.5.5. Break Even Point (BEP)
Perhitungan BEP dapat di gunakan untuk menggunakan batas minimum
volume penjualan dimana pada titik tersebut usaha tidak untung dan tidak rugi
(total revenue=total cost). Selama perusahaan masih berada di bawah titik BEP,
selama itu juga perusahaan tersebut masih mengalami kerugian. Untuk
menghitung BEP dapat digunakan rumus sebagai berikut:
BEP(Q) = 𝑇𝐶
𝑃
(Sumber : Noor,2007)
Dimana:
TC(Total Cost) = Total Biaya (Rp)
P(Price) = Harga Jual(Rp)
BEP(P)
=
𝑇𝐶𝑄
(
Sumber : Noor,2007)Dimana:
Q(Quantity) = Jumlah Produksi (Kg)
TC (Total Cost) =Total Biaya (Rp)
.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Karakteristik Petani
Karakteristik petani adalah suatu gambaran atau keadaan petani pada
usahatani jeruk nipis yang ada di daerah penelitian. Karakteristik yang dimaksud
dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, pengalaman, tanggungan, dan
luas lahan. Dalam hal ini karakteristik merupakan gambaran umum dari petani
yang ada di Desa Kuta Makmu Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.
Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan berfikir. Petani
yang berumur lebih muda dan sehat biasanya mempunyai kemampuan fisik yang
lebih kuat serta lebih cepat dalam mengadopsi inovasi- inovasi dari pada petani
yang berumur tua. Hal ini disebabkan karena petani muda lebih agresif dan lebih
berani dalam mengambil resiko, lebih dinamis, sehingga lebih cepat
mendapatkan pengalaman-pengalaman baru bagi peningkatan produktifitas
usahataninya.
Tingkat pendidikan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
keberhasilan kerja seseorang dan merupakan faktor penunjang di dalam
penyerapan teknologi oleh petani. Tingkat pendidikan yang rendah akan
mengakibatkan daya serap petani terhadap perkembangan teknologi menjadi
lambat, sehingga terjadi kesulitan dan membutuhkan waktu yang lama untuk
mengadopsi inovasi- inovasi baru. Sedangkan petani dengan adanya pendidikan
yang tinggi umumnya mudah menerima inovasi- inovasi yang bermanfaat bagi
Jumlah tanggungan keluarga juga akan mempengaruh pendapatan dan
pengeluaran keluarga petani. Semakin banyak tanggungan akan mer upakan
beban bagi petani bila ditinjau dari segi konsumsi. Namun demikian hal ini
merupakan aset yang penting dalam membantu kegiatan petani. Karena de ngan
jumlah tanggungan relatif banyak akan menambah pencurahan tenaga kerja
keluarga, sehingga biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh petani akan lebih
kecil.
Luas lahan juga akan menpengaruhi pendapatan yang d iperoleh oleh
petani jeruk nipis. Luas lahan merupakan faktor produksi penting dalam usaha
meningkatkan produksi yang dapat mempengaruhi pendapatan dan keuntungan
yang diterima oleh petani.
Disamping keempat faktor pengalaman petani juga merupakan faktor yang
dapat mempengaruhi kemampuan petani dalam mengalokasikan faktor- faktor
produksi. Keadaan karakteristik petani di daerah penelitian dapat dilihat pada
lampiran 1. Untuk lebih jelas mengenai rata-rata karakteristik petani jeruk nipis
di Desa K uta Makmue dapat dilihat tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Karakteristik Petani dari 30 Sampel Petani Jeruk N ipis di Desa Suka Makmu Tahun 2013.
No Karakteristik Petani Satuan Rata-rata
Tabel 1. Diatas menunjukan bahwa rata-rata umur petani sampel daerah
penelitian adalah 41 tahun. Tingkat pendidikan petani di daerah penelitian
rata-rata mencapai tamatan SD, hal ini berarti tingkat pendidikan petani telah
mencapai tingkat sekolah dasar. Usahatani Jeruk N ipis bukanlah merupakan
pengalaman baru bagi petani sampel. Akan tetapi telah mereka jalani
bertahun-bertahun sebelumnya. Hal ini dilihat dari pengalaman bertani mereka menggeluti
usahatani Jeruk N ipis, yaitu rata-rata 7 tahun dengan jumlah tanggungan rata-rata
sampel adalah 3 jiwa. (Lampiran 2)
4.2.Luas Lahan
Berdasarkan hasil survey dari 30 sampel luas lahan rata-rata di Desa K uta
Makmu yang umumnya milik sendiri. Luas lahan yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah luas tanaman yang diusahakan oleh petani sebagai tempat
membudidaya tanaman Jeruk N ipis. Luas lahan merupakan faktor produksi
penting dalam usaha meningkatkan produksi yang dapat mempengaruhi
pendapatan dan keuntungan yang diterima oleh petani.
Pada Usahatani jeruk nipis yang diusahakan di Desa Kuta Makmu sudah
bersifat moderen, artinya lahan yang digunakan untuk membudidaya tanaman
jeruk nipis dilahan yang khusus, yang umumnya milik pribadi. Luas lahan Jeruk
Nipis di Desa K uta Makmu dihitung dalam bentuk rante, dalam 1 rante tanaman
jeruk nipis dapat ditanam 20 batang yaitu 5 x 6 m. Rata-rata luas lahan petani
4.3. Analisis Pendapatan Usahatani Jeruk Nipis.
Suatu usahatani akan dikatakan menguntungkan jika selisih antara
pendapatan dan pengeluaran, maka akan semakin menguntungkan suatu
usahatani. Analisis pendapatan yang menjadi pokok dalam penelitian ini adalah
sejauh mana usahatani tersebut dapat memberikan manfaat dari pada biaya yang
dikeluarkan dalam usaha tani Jeruk N ipis ini, analisis yang dibahas adalah:
4.4. Biaya produksi.
Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi
berlangsung yaitu untuk sekali musim tanam.
Adapun rumus untuk menghitung Total Biaya produksi adalah;
TC=TVC+TFC
Dimana total biaya variabel (TVC) ditambah total biaya tetap (TFC). Perincian
biaya Variabel terdiri dari biaya sarana produksi (pembelian pupuk kandang ZA,
NPK, Urea, Kromoson, dan fastok). Perincian biaya tetap terdiri dari biaya tenaga
kerja (biaya babat rumput, biaya penyomprotan, biaya pemupukan, biaya petik
hasil) dan biaya peralatan (cangkul, parang/sabit, karung, dan spayer).
Besarnya biaya produksi dipengaruhi oleh imput produksi dan harga dari
imput produksi tersebut. Semua biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi
akan dihitung untuk mendapatkan atau melihat besarnya pendapatan atas total
biaya yang dikeluarkan. Biaya produksi usahatani jeruk nipis rata-rata dapat di
Tabel 2. Total Biaya Produksi Per petani Jeruk N ipis Per tahun Di Desa Suka Makmu, Tahun 2014.
No Jenis Biaya Jumlah (Rupiah)
1 Rata- rata Biaya Sarana Produksi 10.000.000
2 Rata-rata Biaya Tenaga Kerja 1.000.000
3 Rata-rata Penyusutan 530.000
TOTAL BIAYA Rata-rata 44.530.000
Sumber : Data Primer 2014.
Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa biaya sarana produksi
rata-rata untuk pembelian pupuk kandang, ZA, NPK, Urea, Kromoson, dan
fastok. Dengan demikian total rata-rata biaya sarana produksi yang dikeluarkan
berjumlah Rp.10.000.000,- dalam per tahun. dapat dilihat pada (Lampiran 4).
Untuk biaya tenaga kerja, besarnya biaya berdasarkan pada besarnya luas
lahan yang dikerjakan. Tenaga kerja yang dipekerjakan rata-rata petani berjumlah
7 orang yang berasal dari keluarga sendiri maupun orang asing. Biaya tenaga kerja
terdiri dari biaya babat rumput, biaya penyomprota n, biaya pemupukan, dan biaya
petik hasil. Dengan demikian total rata-rata biaya tenaga kerja yang dikeluarkan
per petani jeruk nipis per tahun adalah sebesar Rp 34.000.000, (Lampiran 7).
Sedangkan biaya peralatan, adapun alat alat yang digunakan adalah
cangkul, parang/sabit, karung, dan spayer. Biaya peralatan rata-rata per petani
jeruk nipis per tahun adalah sebesar Rp.530.000,- (Lampiran 6). Sehingga total
biaya produksi rata-rata yang dikeluarkan petani untuk usahatani jeruk nipis per
tahun di daerah penelitian adalah Rp 44.530.000,- (Lampiran 5). Untuk lebih jelas
4.6. Pendapatan
Pendapatan usahatani adalah nilai yang diperoleh dari hasil perkalian
seluruh hasil produksi dengan harga jual produksi yang berlaku di pasaran untuk
satu kali musim tanam. Harga jual produksi di daerah penelitian sering mengalami
fluktuasi atau naik turunnya harga pada waktu-waktu tertentu. Untuk menghitung
pendapatan dapat mengunakan rumus:
TR=P × Q
Dimana harga jual produksi (P) d ikali dengan jumlah produksi (Q) .
Sehingga besarnya total pendapatan usaha tani jeruk nipis dapat dilihat pada
lampiran 11,12,13. Menunjukan bahwa hasil penjualan Rata-rata bulan Januari
Rp.13.500.000,- bulan Februari Rp.13.500.000,- bulan Maret Rp. 13.500.000,-
bulan April Rp.13.500.000,- bulan Mei Rp.13.500.000,- bulan Juni
Rp.13.500.000,- bulan Juli Rp.2.520.000,- bulan Agustus Rp.4.500.000,- bulan
September Rp.13.500.000,- bulan Oktober Rp.2.520.000,- bulan November
Rp.13.500.000,- dan bulan Desember Rp.13.500.000 ,-dari hasil penjumlahan
rata-rata pendapatan kotor tersebut, maka usaha tani jeruk nipis memperoleh Total
rata-rata pendapat kotor Rp.87.300.000,- dalam jangka per tahun. Untuk lebih
jelas dapat dilihat pada lampiran (10,11,12).
4.7. Keuntungan.
Keuntungan merupakan selisih dari total pendapatan yang diperoleh petani
dikurangi dengan total biaya produksi selama proses produksi berlangsung. Besar
dalam proses produksi tersebut. Untuk menghitung keuntungan dapat
menggunakan rumus:
Π=TR-TC
Dimana total pendapatan (TR) dikurangai total biaya (TC). Maka
keuntungan rata-rata uasahatani jeruk nipis dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini:
Tabel 3. Keuntungan Rata-rata petani Jeruk N ipis per Tahun di Desa Kuta Makmu, Tahun 2014.
No Jenis Biaya Volume (Rp)
1 Rata-rata Total Pendapatan 87.300.000
2 Ratap-rata Total Biaya Produksi 44.530.000
Rata-rata Keuntungan 42.770.000
Sumber: Data Primer, 2014.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil rata-rata pendapatan sebesar
Rp.87.300.000,- dan rata-rata total biaya sebesar Rp. 44.530.000,- maka rata-rata
keuntungan yang diperoleh dari usahatani jeruk nipis yaitu sebesar
Rp.42.770.000,- untuk lebih jelas dapat dilihat pada (lampiran13).
4.8. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)
R/C ratio merupakan perbandingan antara total pendapatan dan total biaya,
yang menunjukan nilai pendapatan yang diperoleh dari setiap rupiah yang di
keluarkan. Perhitungan rata-rata R/C ratio dapat digunakan dengan rumus:
Dimana total penerimaan dibagi total biaya, perbandingan R/C Ratio dapata
dilihat pada tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4. Revenue Cost Ratio Rata-rata petani Jeruk N ipis Per tahun di Desa K uta Makmu, Tahun 2014.
No Jenis Biaya Total Biaya(Rp)
1 Rata-rata Total Pendapatan 87.300.000
2 Rata-rata Total Biaya Produksi 44.530.000
Revenue Cost Ratio 1,96
Sumber: Data Primer,2014 (lampiran 9,12,17)
Dari tabel 4 di atas menjelaskan bahwa total rata-rata pendapatan sebesar
Rp.87.300.000,- dan rata-rata total biaya sebesar Rp.44.530.000,- maka Revenue
Cost Ratio per petani adalah sebesar 1,96. Dengan demikian usahatani Jeruk nipis
dapat dikatakan layak untuk diusahakan karena memiliki B/C Ratio sebesar 1,96
dan lebih besar dari kriteria yang ditentukan yaitu lebih besar dari 1.
4.9. Break Event Point (BEP)
Break event point adalah suatu titik produksi dimana pada titik tersebut
akan menghasilkan nilai biaya yang sama dengan nilai penjualan/pendapatan (titik
impas) yang menunjukan usahatani tidak rugi atau tidak untung. Untuk
penghitungan BEP produksi dapat digunakan rumus sebagai berikut:
Dimana total biaya dibagi harga jual, untuk BEP produksi rata-rata pada
usahatani jeruk nipis dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5. Break Event Point produksi Petani Jeruk N ipis Pertahun di Desa K uta Makmu, Tahun 2013.
No Jenis Biaya Biaya Rata-rata
1 Total Biaya rata-rata (Rp) 44.530.000
2 Harga Jual rata-rata (Rp) 3.500
Break Event Point Produksi (Kg) 12.723
Sumber: Data Primer, 2013 (lampiran 9,18,19)
Tabel 5 di atas menunjukan bahwa total biaya rata-rata sebesar Rp.
44.530.000,- dan harga jual rata-rata sebesar Rp.3.500 break event point produksi
rata-rata petani jeruk nipis per tahun sebesar 12.723 K g. ini berarti usahatani jeruk
nipis memperoleh keuntungan karena memiliki nilai lebih besar dari 1.
Untuk BEP harga rata-rata pada usaha tani Jeruk nipis dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:
BEP = 𝑻𝑪 𝑸
Dimana total biaya dibagi jumlah produksi, untuk BEP harga dapat dilihat pada
Tabel 6.Break Event Point Harga Petani Jeruk N ipis Pertahun di Desa K uta Makmu, Tahun 2013.
No Jenis Biaya Total Biaya Rata-rata
1 Total Biaya rata-rata (Rp) 44.530.000
2 Jumlah Produksi rata-rata (Kg) 31.140
Break Event Point Harga (Rp) 1.430
Sumber: Data Primer, 2013 ( lampiran 8,11,19)
Tabel 6 di atas menjelaskan bahwa total biaya rata-rata sebesar
Rp.44.530.000,- Jumlah produksi rata-rata 30.000 Kg. break event point harga
petani jeruk nipis per tahun sebesar Rp 1.430 artinya pada harga produksi
Rp.1.500,- pada usahatani jeruk nipis memperoleh keuntungan karena harga
produksi Rp.1.500,-berada di bawah angka pendapatan jeruk nipis. Maka
usahatani jeruk nipis masyarakat Desa Kuta Makmu akan menguntungkan. Untuk
5.1. KESIMPULAN.
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab
sebelumnya maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah:
1. Pendapatan yang dihasilkan petani jeruk nipis rata-rata per tahunnya adalah
sebesar Rp.87.300.000,- dengan total rata-rata biaya produksi per tahunnya
adalah sebesar Rp.44.530.000,- dan memiliki rata-rata keuntungan per
tahunnya adalah sebesar Rp.42.770.000,- dengan memiliki keuntungan
sebesar itu maka usaha tani jeruk nipis sangat menguntungkan bagi petani.
2. Dengan total pendapatan Rp.87.300.000,- dan total biaya sebesar
Rp.44.530.000. maka Revenue Cost Ratio per petani adalah sebesar 1,96.
Dengan demikian usaha tani jeruk nipis dapat dikatakan layak untuk untuk di
usahakan karena memiliki B/C Ratio sebesar 1,96 dan lebih besar dari
kriteria yang ditentukan yaitu lebih besar dari 1.
3. Dengan total biaya rata-rata sebesar Rp.44.530.000,- harga jual rata-rata
sebesar Rp.3.500,- dan jumlah produksi rata-rata sebesar 31.140 Kg. maka
Break Event Point produksi (Q) rata-rata petani jeruk nipis per tahun sebesar
12.723 Kg, dan Break Event Point harga (P) rata-rata petani jeruk nipis per
tahun sebesar Rp.1.430,- artinya pada produksi usahatani jeruk nipis 31.140
Kg dan harga produksi Rp.1.430,- pada usahatni jeruk nipis memperoleh
1. Bagi para petani diharapkan terus dapat meningkatkan produktifitas produksi,
dengan memperluas lahan pertanian jeruk nipis, pemupukan yang sempurna,
dan menekankan biaya permodalan, agar dapat meningkatkan pendapatan
dan menambah keuangan keluarga.
2. Diharapkan pada petani jeruk nipis dengan hasil produksi yang tinggi untuk
memenuhi permintaan pasar maka mutu produksi harus selalu terjamin, dan
dapat menghambat masuknya barang impor ke pemasaran sehingga hasil
produksi petani setempat dapat memenuhi permintaan pasar.
3. Bagi maha siswa diharapkan dapat memberikan atau menyumbang ilmunya
DAFTAR PUSTAKA
Arif Prahasta. 2010. Agribisnis Jeruk. Pustaka Grafika, Bandung.
Arikunto Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta.
Ariyantoro. 2006. Budidaya Tanaman Buah-buahan . Citra Aji Parmana yogyakarta.
Assauri Sofyan. 2006. Manajemen Produksi dan Operasi, Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi Uversitas Indonesia.
Daniel Moehar. 2002. Pengantar Ilmu Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.
Ibrahim Yacopp, 2003, Studi Kelayakan Bisnis. Cetakan Kedua, Rineka Cipta. Jakarta.
Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Prenada media. Jakarta.
Kasmir dan Jakfar. 2007. Studi kelayakan Bisnis. Edisi ke-2 Cetakan ke-4. Jakarta:Prenada Media group.
Lincolin Arsyad. 2004. Ekonomi Pembangunan, Yokyakarta: Sekolah Tinggi Ekonomi.
Mulyadi. 2007. Akutansi Biaya. Edisi ke-5 Yokyakarta: Graha Ilmu.
Noor , Hendrifaisal. 2007. Ekonomi Manajerial. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Perpustakaan Universitas Teuku Umar.
Rukmana. 2007. Usaha Tani. Semarang: Penerbit Aneka Ilmu, Semarang.
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara Penelitian untuk Sampel Usaha Tani Jeruk Nipis di Daerah Penelitian.
KUISIONER PENELITIAN ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JERUK NIPIS DI DESA KUTA MAKMU KECAMATAN KUALA
KABUPATEN NAGAN RAYA
Informasi Umum : Semua informasi yang di sampaikan oleh petani berdasarkan
atas kenyataan yang di peroleh oleh petani dalam
menjalankan usahanya masingp-masing. Informasi yang di
imput dari sampel petani hanya untuk keperluan penelitian
dalam rangka penulisan tugas akhir (Skripsi) pada Fakultas
Pertanian Universitas Teuku Umar, Meulaboh, Terima kasih.
1. DATA SAMPEL PETANI
12.Pengalaman (Berusaha Tani) :...Tahun