• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang - ANALISISPENDAPATAN USAHATANI JERUK NIPIS (CitrusAurantifolia) DI DESA KUTA MAKMU KECAMATAN KUALA KABUPATEN NAGAN RAYA - Repository utu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang - ANALISISPENDAPATAN USAHATANI JERUK NIPIS (CitrusAurantifolia) DI DESA KUTA MAKMU KECAMATAN KUALA KABUPATEN NAGAN RAYA - Repository utu"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Indonesia merupakan negara agraris yaitu negara pertanian, karena

mayoritas penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian,

baik itu sub sektor tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, ma upun

kehutanan. Hal tersebut didukung pula oleh keadaan tanah dan iklim yang sesuai

sehingga memungkinkan produk yang lebih besar dari berbagai sub sektor

pertanian yang ada di indonesia.

Pembangunan perkebunan Indonesia pada umumnya bertujuan untuk

meningkatkan pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja, memperbesar

ekspor, mendukung pembangunan industri dan kelestarian sumberdaya alam.

Potensi sumber daya alam di dalam negeri masih memberikan peluang

untuk meningkatkan produksi aneka jenis buah-buahan (Ariyantoro, 2006:39).

Salah satunya adalah jeruk nipis yang dikonsumsi oleh ibu rumah tangga dan

menjadi usaha bisnis yang sederhana bagi usaha tani khususnya di Desa K uta

Makmue Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.

Potensi pengembangan tanaman buah-buahan di dukung oleh banyak

faktor (Rukmana,2003;56). Diantaranya adalah faktor pasar dan dapat memberi

nilai tambah bagi produsen (petani) dan industri pengguna serta dapat

memperbaiki keseimbangan vitamin bagi konsumen. Untuk itu pengembangan

jeruk nipis di Desa K uta Makmue merupakan salah satu sumber pertumbuhan

(2)

Tanaman jeruk nipis (Citrus aurantifolia) termasuk salah satu jenis Citrus

Gerut. Jeruk nipis termasuk salah satu jenis tumbuhan berduri yang banyak

memiliki dahan dan ranting. Dengan adanya hasil pertanian yang menguntungkan,

buah jeruk nipis ini menjadi pendapatan bagi masyarakat. Tingginya permintaan

jeruk nipis ini disebabkan oleh banyaknya pendapatan, jumlah pengeluaran dan

nilai pemasaran.

Realita yang terjadi dikalangan petani yaitu masih jarangnya bahkan tidak

pernah petani menghitung dengan mendetail analisis usaha tani secara ekonomi.

Artinya mereka tidak pernah membuat perincian biaya-biaya yang dikeluarkan

serta tidak pernah menghitung jumlah penerimaan dalam setiap panen. Sehingga

berapa keuntungan yang diperoleh dalam sekali panen hampir tidak diketahui. Hal

ini disebabkan oleh keterbatasan pendidikan dan pengetahuan petani itu sendiri.

Dengan adanya analisis usahatani yang jelas berarti petani akan dapat

mengetahui dengan persis berapa biaya usaha taninya, serta faktor- faktor apa saja

yang berperan dalam keberhasilan suatu usaha tani yang akan berdampak

langsung pada pendapatan petani itu sendiri. Besar kecilnya pendapatan yang

diperoleh petani sangat mempengaruhi motivasi petani itu sendiri da lam

melakukan usaha tani.

Semakin besar pendapatan yang diperoleh petani maka semakin giat dan

bersemangat petani tersebut melakukan usaha taninya. Begitu juga sebaliknya

semakin kecil pendapatan yang diperoleh oleh petani maka semakin malas dan

tidak bersemangat petani tersebut dalam melakukan usaha taninya.

Masyarakat Desa K uta Makmu menganggap bisnis usaha tani jeruk nipis

(3)

yang amat menguntungkan. Desa K uta Makmu termasuk daerah yang cocok untuk

bisnis usaha tani jeruk nipis dimana syarat tumbuh jeruk nipis curah hujan, derajat

keasaman tanah (pH tanah) dan air secukup nya yang menjadi faktor usaha tani

jeruk nipis. Pemilihan tempat percontohan dalam penelitian ini disebabkan

masyarakat Desa K uta Makmu salah satu masyarakat yang banyak mengelola

bisnis usaha tani jeruk nipis dan memiliki lahan yang luas.

Usaha budidaya jeruk nipis mempunyai prospek yang baik, ada sebagian

petani di daerah tersebut membudidaya jeruk nipis sebagai salah satu usaha tani

mereka dengan harapan dapat memberi keuntungan dan pendapatan yang lebih

baik dari usaha tani yang mereka tekuni agar dapat meningkatkan taraf hidup

masyarakat pedesaan, berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul Analisis Pendapatan Usahatani Je ruk Nipis (Citrus aurantifolia) di Desa Kuta Makmue Kecamatan Kuala Kabupaten

(4)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas maka dapat

dirumuskan masalah yaitu: Berapa besar tingkat pendapatan usaha tani jeruk nipis

di Desa K uta Makmue Kecamatan K uala Kabupaten Nagan Raya ?

1.2Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

pendapatan usaha tani jeruk nipis di Desa K uta Makmue Kecamatan K uala

Kabupaten Nagan Raya.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis

a. Bagi penulis sebagai salah satu persyaratan akademis untuk mendapatkan

gelar sarjana pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar.

b. Bagi lingkungan akademis dapat dijadikan bahan bacaan bagi pihak

akademis dan menjadi masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan

terutama bagi mahasiswa (i) yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut,

sehingga diharapkan akan memberi kontribusi baik secara langsung

(5)

1.4.2. Manfaat praktis

a. Media latihan bagi mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan daya

menganalisis permasalahan yang di jumpai sesuai dengan ilmu yang di

peroleh selama perkuliahan.

b. Bahan informasi bagi petani dalam mengelola usahatani Jeruk N ipis.

c. Sebagai bahan informasi bagi pemerintahan dalam menetapkan kebijakan

(6)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jeruk Nipis.

Jeruk nipis (Citrus Aurantifolia) termasuk salah satu tumbuhan perdu yang banyak memiliki dahan dan ranting, batangnya berkayu ulet dan keras. Jeruk

nipis adalah salah satu buah yang sangat dibutuhkan dan gemari oleh ibuk rumah

tangga yang dijadikan sebagai bahan masakan. Buah jeruk nipis bukan hanya di

nikmati rasanya yang segar saja, melainkan juga sebagai pelepas dahaga dan buah

pencuci mulut. Jeruk nipis memiliki k hasiat ganda yaitu disamping didapat olah

menjadi minuman, makanan, juga dapat dimanfaatkan untuk obat-obatan.

Misalnya, menghindari amandel, malaria ambien, sesak napas, influenza, batuk,

sakit panas, sembelit, terlambat haid, perut mulas, lelah, bau badan dan keriput

wajah serta menghambat pembentukan kristal oksalat yang merupakan penyebab

penyakit batu ginjal. Di dalam 100 gram buah jeruk nipis terdapat Vitamin C 27

mg, Kalsium 40 mg, Fosfor 22 mg, karbohidrat 12,4 gr, vitamin B1 0,04 mg, zat

besi 0,6 mg, lemak 0,1 gr, kalori 37 kkal, protein 0,8 gr dan air 86 gr. (Arif

Prahasta, 2010;17).

Syarat tumbuh Jeruk N ipis sangat dipengaruhi oleh iklim dan keadaan

tanah. Iklim yang dibutuhkan oleh tanaman jeruk nipis adalah temperatur optimal

antara 25-30𝑜C dan kelembaban optimum sekitar 70-80%. Jeruk nipis tidak

menyukai tempat yang terlindungi dari sinar matahari. Jenis tanah yang cocok

untuk tanaman jeruk nipis adalah latosol, aluvial, dan andosol (lempung berpasir,

(7)

Kedalaman perakaran di bawah 40 cm dari permukaan tanah. Tanaman jeruk nipis

menyukai air yang mengandung garam sekitar 10%.

2.1.1. pembibitan

a. Cara Generatif

Biji diambil dari buah dengan memeras buah yang telah dipotong. Biji

dikeringkan di tempat yang tidak disinari matahari selama 2-3 hari hingga

lendirnya hilang. Lalu disebar dipersemaian yang sudah di siapkan. namun cara

generatif ini untuk mencapai pada pembuahan sangat lama sekitar 5-6 tahun.

b. Cara vegetatif.

Bibit yang diperoleh adalah dari hasil cangkokan pada pohon yang sudah

lama. Batang yang di cangkok harus ya ng bermutu kulit luarnya dikupas dan

berikan tanah setelah bertunas baru dipindahkan kelahan yang sudah disiapkan.

Masa pembuahan vegetatif sangatlah cepat selama 2,5 tahun sudah mulai berbuah.

2.1.2. Teknik Penanaman

Mengatur jarak penanaman berarti memberi ruang lingkup hidup yang

sama dan merata bagi setiap pohon ini bearti pembagian ruang lingkup berupa

tanah , penyinaran matahari yang sama banyak di terima oleh setiap pohon. Cara

mengatur tanaman adalah dengan jarak tanam yang sama dalam bentuk persegi

panjang, segitiga dan berderet. Bibit jeruk nipis di tanam pada musim hujan atau

musim kemarau jika tersedia air untuk menyirami, tetapi sebaiknya di tanam di

(8)

Pemeliharaan Tanaman dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Penyulaman (dilakukan pada tanaman yang tidak tumbuh)

b. Penyiangan (pembersihan gulma)

c. Pembubunan (penambahan tanah jika pangkal akar mulai terlihat).

d. Pemangkasan (menghilangkan cabang yang sakit, ranting, dan tidak produktif).

e. Penyiraman (penyiraman dilakukan pada mula penanaman setiap hari, pada

usia 1 tahun satu minggu sekali musim kemarau).

2.1.3. Pemupukan.

Pemupukan pada tanaman jeruk nipis dalam masa hidupnya dapat dibagi

dua periode yaitu saat tanaman belum menghasilkan buah (TBM) dan saat

tanaman menghasilkan (TM) . Pada masa TBM tanaman membutuhkan pupuk

kandang, Za, dan Urea di berikan sebulan sekali. Pada masa TM tanaman Cuma

membutuhkan pupuk Urea dan NPK di berikan 4-5 kali dalam setahun.

2.1.4. Panen.

Buah jeruk nipis dipanen pada saat masak optimal, biasanya tanaman

berumur 2,5 tahun dan tergantung jenis/varietasnya. Tanaman jeruk nipis dapat

menghasilkan produksi dalam jangka waktu satu bulan sekali, tanaman jeruk nipis

menghasilkan (petik hasil) mencapai ±8-30 Kg/batang . Namun demikian tanaman

jeruk nipis juga mengalami musim panen raya (hasil produksi yang meningkat),

musim sedang dan musim trek (masa panen yang menurun tidak maksimal atau

(9)

2.2. Pengertian Usahatani

Usaha tani (on farm agribusiness) yakni kegiatan yang menggunakan

barang-barang modal dan sumber daya alam untuk memperoleh hasil atau

keuntungan. Menurut Suratiyah (2006:33), usaha tani adalah seorang yang

mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam

sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya.

2.3. Analisis usaha.

Analisis usaha diperlukan untuk mengetahui efisiensi usaha yang akan

dilaksanakan. Dalam analisis ini harus dirinci semua pengeluaran masa produksi

sampai dengan tiba masa panen. Analisis usaha bertujuan untuk memberikan

gambaran keadaan sekarang suatu usaha dan menggambarkan keadaan yang akan

datang dari perencanaan atau tindakan. Dalam setiap kegiatan atau usaha yang

dilakukan haruslah mendapat keuntungan. Oleh karena itu setiap usaha akan

mengharapkan imbalan. Imbalan tersebut berupa pendapatan atau keuntungan.

2.4. Biaya produksi

Menurut Mulyadi (2007), biaya adalah pengorbanan yang diukur dengan

satu satuan uang dalam rangka memperoleh barang dan jasa untuk mencapai

tujuan tertentu. Biaya produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan selama

proses produksi berlangsung atau dengan kata lain biaya produks i merupakan

semua biaya yang dikeluarkan sampai menghasilkan produksi. Biaya atau modal

adalah segala jenis barang dihasilkan dan dimiliki masyarakat disebut dengan

(10)

kebutuhan konsumsi dan sebagian lagi digunakan untuk memproduksi

barang-barang baru dan inilah yang di sebut biaya atau modal masyarakat atau biaya

sosial. Dalam kegiatan faktor produksi biaya dibedakan menjadi dua macam ya itu

biaya tetap dan biaya tidak tetap.

a. Biaya tetap adalah barang-barang yang dapat digunakan beberapa kali pakai

contoh: cangkul, parang/sabit, spayer dan biaya tenaga kerja.

b. Biaya tidak tetap adalah barang-barang yang digunakan dalam proses

produksi yang hanya digunakan dalam proses sekali produksi, contoh: Biaya

pembelian pupuk.

2.5. Produksi dan nilai produksi

Pengertian produksi secara ekonomi adalah menghasilkan sejumlah output

Menurut Assauri (2006), mendefinisikan produksi merupakan segala kegiatan

dalam menciptakan menambah kegunaan(utility) suatu barang dan jasa.

2.6. Faktor-faktor Produksi.

Faktor produksi adalah benda-benda yang disediakan oleh alam

atau diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk memproduksi barang

dan jasa. Adapun faktor- faktor produksi yang dimaksud adalah:

1. Tanah

2. Tenaga kerja(TK)

3. Biaya atau modal

(11)

2.6.1. Tanah.

Tanah merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam usaha tani

di negara- negara yang sedang berkembang. Salah satu permasalahan yang di

hadapi banyak petani adalah kesehatan tanah dan kesuburan tanah yang semakin

menurun. Hal ini ditunjukan dengan gejala- gejala tanah cepat kering, retak-retak

bila kurang air, lengket- lengket bila diolah, lapisan olah dangkal, asam dan padat,

produksi sulit meningkat, bahkan cenderung menurun. Kondisi ini semakin buruk

karena penggunaan pupuk an organik terus meningkat dan penggunaan pestisida

untuk mengendalikan organisme hama tumbuhan juga meningkat. Saat ini usaha

tani secara umum belum melibatkan tanah sebagai komponen yang mempengaruhi

dan menentukan keputusan pengendalian dalam pengelolaan suatu usaha tani.

Kepemilikan lahan yang sempit pertanian semakin tidak efisen usaha tani yang

dikelola dengan baik. Luas kepemilikan lahan berhubungan dengan penggunaan

lahan secara efisien yang akan berpengaruh terhadap peningkatan hasil produksi.

Jika luas lahan yang dimiliki semakin luas maka semakin besar pendapatan yang

diterima oleh petani.

2.6.2. Tenaga Kerja.

Tenaga kerja dalam sebuah usaha cukup berperan untuk mendukung

aktifitas usaha tersebut merupakan salah satu faktor yang mendorong pendapatan

secara optimal dan teknologi sangat ditentukan oleh kualitas tenaga kerja sebagai

pengelola usaha pertanian.

Menurut (Sukirno,2006:21) mengatakan “Tenaga kerja sebenarnya adalah

(12)

penduduk yang digunakan dalam proses produksi tetapi kemahiran yang mereka

miliki demi mencapai tujuan itu, orang terdorong untuk melakukan aktifitas yang

dikenal sebagai bekerja”.

Tenaga kerja dibedakan menjadi tenaga kerja manusia, tenaga kerja ternak,

dan tenaga kerja mekanik. Tenaga kerja manusia dibedakan atas tenaga kerja pria,

wanita, dan anak-anak. Tenaga kerja manusia dapat mengerjakan semua jenis

pekerjaan tani berdasakan tingkat kemampuannya. Kerja manusia di pengaruhi

oleh umur, pendidikan, ketrampilan, pengalaman, tingkat kecukupan, tingkat

kesehatan, dan faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan usahatani.

2.6.3. Biaya atau Modal

Modal adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor- faktor produksi

yang turut serta dalam proses produksi yang meliputi upah/gaji, sewa tanah,

bunga dan keuntungan. Menurut Lincolin Arsyad (2004:13) merupakan nilai

produksi barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan suatu perekonomian

(Negara) dalam waktu setahun. Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa yang dimaksud dengan modal semua barang, jasa dan uang yang di

peroleh atau yang diterima oleh seseorang atau masyarakat dalam suatu periode

tertentu dan biasanya di ukur dalam pertahun, perbulan, atau setiap kali panen,

yang diwujudkan dalam skala nasional (national income) dan ada kalanya dalam

(13)

2.6.4. Skill/keahlian.

Yang dimaksud dengan keahlian atau skill adalah manajemen dan

kemampuan petani menentukan manfaat penggunaan faktor-faktor produksi dalam

perubahan teknologi, sehingga usahatani yang dikelolanya dapat memberikan

hasil (autput) yang lebih baik. Oleh karena itu kepada petani harus diberikan

penyuluhan dalam menggunakan dan memanfaatkan faktor produksi pada saat

muncul teknologi baru yang dapat diterapkan dalam melakukan usahatani, yang

dapat menyebabkan biaya produksi dapat ditekankan dan dapat meningkatkan

hasil produksi.

2.7. Pendapatan

Pendapatan merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh

seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada

akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian tersebut menitik beratkan pada

total pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode dengan kata lain,

pendapatan adalah jumlah pendapatan kotor yang belum dikurangi dengan modal

yang dikeluarkan dan harta kekayaan awal periode di tambah seluruh hasil yang

diperoleh selama satu kali panen bukan hanya dikonsumsi.

Definisi pendapatan menurut ilmu ekonomi menutup kemungkinan

perubahan lebih dari total harta kekayaan badan usaha pada awal periode. Secara

garis besar pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal periode di tambah

perubahan penilaian yang bukan diakibatkan perubahan modal hutang.

Menurut Noor (2007) pendapatan perusahaan berasal dari penjualan

(14)

dan harga jual (price) atau lebih sederhana dikatakan pendapatan petani sebagai

hasil yang diperoleh petani dalam mengorganisasikan faktor produksi yang di

kelolanya.

2.8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Jeruk Nipis.

Pendapatan usaha tani Jeruk nipis sangat erat hubungannya dengan harga.

Semakin tinggi harga jual dan semakin besar nilai produksi diterima petani yang

bearti semakin meningkatkan pendapatan usaha tani tersebut.

Banyak hal yang ikut berperan dan berpengaruh terhadap pendapatan

usaha tani jeruk nipis diantaranya luas lahan, modal,tenaga kerja,harga jual dan

biaya produksi. Faktor- faktor yang menpengaruhi produksi usahatani jeruk nipis

adalah luas lahan, umur petani, tingkat pendidikan, pengalaman dalam usahatani

yang di geluti dan jumlah tanggungan dalam rumah tangga. Besarnya keuntungan

juga sangat dipengaruhi oleh modal dalam proses produksi berlangsung. Semakin

besar selisih antara nilai produksi dengan biaya, maka akan memberikan

(15)

III. METODE PEN ELITIAN

3.1 Lokasi, Objek dan Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa K uta Makmu Kecamatan K uala

Kabupaten Nagan Raya dengan mengunakan metode survei. Waktu penelitian

dilaksanakan mulai bulan Oktober sampai bulan Desember 2013. Penentuan

lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive sampling) yang didasarkan

atas pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan salah satu sentral produksi

Jeruk N ipis Kecamatan K uala Kabupaten Nagan Raya.

Kecamatan Kuala merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Nagan

Raya dengan luas wilayah ± 70,51 𝑘𝑚2, dan secara geografis terletak pada posisi

20C-50C lintang utara dan 950𝐶−970𝐶 lintang selatan. Disamping itu, berada

pada ketinggian 0-125 m dari permukaan laut dengan jarak tempuh dari ibu kota

Kabupaten Nagan Raya 8 km dan dengan ibu kota Provinsi Aceh 278 km.

Kecamatan K uala Kabupaten Nagan Raya berdasarkan administrasinya terdiri dari

17 Desa/Gampong salah satunya adalah Desa Kuta Makmu yang menjadi tempat

penelitian penulis. Adapun batas wilayah Desa Kuta Makmu Kecamatan Kuala

Kabupaten Nagan Raya sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatas dengan Desa Meulaboh Dua/Gunong Rubo

 Sebelah Selatan berbatas dengan Desa Blang Baro

 Sebelah Timur berbatas dengan Krueng Nagan

(16)

Objek penelitian ini adalah usahatani Jeruk N ipis di Desa K uta Makmu

Kecamatan K uala Kabupaten Nagan Raya. Usahatani yang dimaksud adalah

kegiatan petani yang membudidayakan usahatani Jeruk N ipis. Ruang lingkup

penelitian terbatas pada pendapatan usahatani Jeruk N ipis.

3.2.Populasi dan Sampel

Arikunto Suharsimi (2005) menyatakan “Jika penelitian memiliki

beberapa ratus subjek dalam populasi, maka mereka dapat menentukan kurang

lebih 25-30% dari jumlah tersebut. Namun bila jumlah populasi sedikit, semua

populasi dapat dijadikan sampel semua”. Sampling jenuh adalah teknik penentuan

sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh petani yang mengusahakan tanaman jeruk nipis di

desa Kuta Makmue, pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu besarnya

sampel yang diambil adalah 30 sampel..

3.3.Jenis dan Sumbe r Data

Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

dan data sekunder. Data primer diperoleh dari sejumlah keterangan secara

langsung di lokasi penelitian, yaitu dari petani jeruk nipis di Desa K uta Makmue

Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya. Adapun sumber data sekunder pada

penelitian ini berasal dari pertanian dan perkebunan kabupaten Nagan Raya dalam

bentuk tertulis, seperti laporan penelitian dan data statistik yang di kantor tersebut.

(17)

penulis menggunakan perpustakaan daerah dan perpustakaan Fakultas Pertanian

Universitas Teuku Umar.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

a. Penelitian Lapangan (Fild Research)

Untuk mendapatkan data di lapangan penulis melakukan pengumpulan

data primer secara langsung pada objek yang akan diteliti dengan metode

kuisioner dan wawancara.

b. Studi Pustaka (Library Research)

Untuk melengkapi data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, penulis

menggunakan data-data sekunder dengan mempelajari buku-buku,

dokumen dan referensi lain yang bersifat teoritis dan ber hubungan dengan

masalah yang diteliti.

3.5. Model Analisis Data.

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan softwer microsoft excel.

Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis aspek pasar, aspek produksi,

aspek manajemen, sumber daya manusia, aspek keuangan dan aspek ekonomi.

Analisis kuantitatif digunakan untuk mengganalisis aspek keuangan yang terdiri

(18)

3.5.1. Analisis Biaya

Analisis biaya adalah semua pengeluaran dalam bentuk dana untuk

memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan

barang-barang oleh perusahaan.

Untuk menghitung total biaya produksi dapat dihitung dengan

mengunakan rumus:

TC=TVC+TFC (Sumber : Noor,2007) Dimana:

TC = Total Biaya (Rp)

TVC =Total Biaya Variabel (Rp)

TFC =Total Biaya Tetap (Rp)

3.5.2. Pendapatan.

Pendapatan adalah penerimaan kotor (gross) yang diterima oleh pemilik

modal, yang dihasilkan dari penjualan barang dagangan.

Dihitung melalui pengurangan antara penerimaan dengan total biaya untuk

satu kali proses produksi, dengan rumus:

TR=P×Q (Sumber : Noor,2007) Dimana:

TR =Total Revenue yaitu Penerimaan Total (Rp)

P =Price yaitu Harga Jual (Rp)

(19)

3.5.3. Keuntungan

Keuntungan adalah hasil pengurangan antara penerimaan dengan total

biaya untuk satu kali proses produksi, dapat dihitung dengan rumus:

π=TR-TC (Sumber : Noor,2007) Dimana:

π =Total Keuntungan petani jeruk nipis (Rp)

TR = Total Revenue yaitu Total Penerimaan (Rp)

TC = Total Cost yaitu Total Biaya (Rp)

3.5.4. Revenue Cost Ratio (R/C)

R/C ratio merupakan perbandingan antara penerimaan total dan biaya

total, yang menunjukan nilai penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah yang

dikeluarkan, dihitung dengan rumus sebagai berikut:

R/C=𝑻𝑹 𝑻𝑪

Dimana:

TR =Total Revenue yaitu Total Penerimaan

TC =Total Cost yaitu Total Biaya

Kriteria penelitian R/C Ratio:

R/C<1 = Usaha Tani Mengalami Kerugian

R/C>1 = Usaha Tani Memperoleh Keuntungan

(20)

3.5.5. Break Even Point (BEP)

Perhitungan BEP dapat di gunakan untuk menggunakan batas minimum

volume penjualan dimana pada titik tersebut usaha tidak untung dan tidak rugi

(total revenue=total cost). Selama perusahaan masih berada di bawah titik BEP,

selama itu juga perusahaan tersebut masih mengalami kerugian. Untuk

menghitung BEP dapat digunakan rumus sebagai berikut:

BEP(Q) = 𝑇𝐶

𝑃

(Sumber : Noor,2007)

Dimana:

TC(Total Cost) = Total Biaya (Rp)

P(Price) = Harga Jual(Rp)

BEP(P)

=

𝑇𝐶

𝑄

(

Sumber : Noor,2007)

Dimana:

Q(Quantity) = Jumlah Produksi (Kg)

TC (Total Cost) =Total Biaya (Rp)

.

(21)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Karakteristik Petani

Karakteristik petani adalah suatu gambaran atau keadaan petani pada

usahatani jeruk nipis yang ada di daerah penelitian. Karakteristik yang dimaksud

dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, pengalaman, tanggungan, dan

luas lahan. Dalam hal ini karakteristik merupakan gambaran umum dari petani

yang ada di Desa Kuta Makmu Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.

Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan berfikir. Petani

yang berumur lebih muda dan sehat biasanya mempunyai kemampuan fisik yang

lebih kuat serta lebih cepat dalam mengadopsi inovasi- inovasi dari pada petani

yang berumur tua. Hal ini disebabkan karena petani muda lebih agresif dan lebih

berani dalam mengambil resiko, lebih dinamis, sehingga lebih cepat

mendapatkan pengalaman-pengalaman baru bagi peningkatan produktifitas

usahataninya.

Tingkat pendidikan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat

keberhasilan kerja seseorang dan merupakan faktor penunjang di dalam

penyerapan teknologi oleh petani. Tingkat pendidikan yang rendah akan

mengakibatkan daya serap petani terhadap perkembangan teknologi menjadi

lambat, sehingga terjadi kesulitan dan membutuhkan waktu yang lama untuk

mengadopsi inovasi- inovasi baru. Sedangkan petani dengan adanya pendidikan

yang tinggi umumnya mudah menerima inovasi- inovasi yang bermanfaat bagi

(22)

Jumlah tanggungan keluarga juga akan mempengaruh pendapatan dan

pengeluaran keluarga petani. Semakin banyak tanggungan akan mer upakan

beban bagi petani bila ditinjau dari segi konsumsi. Namun demikian hal ini

merupakan aset yang penting dalam membantu kegiatan petani. Karena de ngan

jumlah tanggungan relatif banyak akan menambah pencurahan tenaga kerja

keluarga, sehingga biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh petani akan lebih

kecil.

Luas lahan juga akan menpengaruhi pendapatan yang d iperoleh oleh

petani jeruk nipis. Luas lahan merupakan faktor produksi penting dalam usaha

meningkatkan produksi yang dapat mempengaruhi pendapatan dan keuntungan

yang diterima oleh petani.

Disamping keempat faktor pengalaman petani juga merupakan faktor yang

dapat mempengaruhi kemampuan petani dalam mengalokasikan faktor- faktor

produksi. Keadaan karakteristik petani di daerah penelitian dapat dilihat pada

lampiran 1. Untuk lebih jelas mengenai rata-rata karakteristik petani jeruk nipis

di Desa K uta Makmue dapat dilihat tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Karakteristik Petani dari 30 Sampel Petani Jeruk N ipis di Desa Suka Makmu Tahun 2013.

No Karakteristik Petani Satuan Rata-rata

(23)

Tabel 1. Diatas menunjukan bahwa rata-rata umur petani sampel daerah

penelitian adalah 41 tahun. Tingkat pendidikan petani di daerah penelitian

rata-rata mencapai tamatan SD, hal ini berarti tingkat pendidikan petani telah

mencapai tingkat sekolah dasar. Usahatani Jeruk N ipis bukanlah merupakan

pengalaman baru bagi petani sampel. Akan tetapi telah mereka jalani

bertahun-bertahun sebelumnya. Hal ini dilihat dari pengalaman bertani mereka menggeluti

usahatani Jeruk N ipis, yaitu rata-rata 7 tahun dengan jumlah tanggungan rata-rata

sampel adalah 3 jiwa. (Lampiran 2)

4.2.Luas Lahan

Berdasarkan hasil survey dari 30 sampel luas lahan rata-rata di Desa K uta

Makmu yang umumnya milik sendiri. Luas lahan yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah luas tanaman yang diusahakan oleh petani sebagai tempat

membudidaya tanaman Jeruk N ipis. Luas lahan merupakan faktor produksi

penting dalam usaha meningkatkan produksi yang dapat mempengaruhi

pendapatan dan keuntungan yang diterima oleh petani.

Pada Usahatani jeruk nipis yang diusahakan di Desa Kuta Makmu sudah

bersifat moderen, artinya lahan yang digunakan untuk membudidaya tanaman

jeruk nipis dilahan yang khusus, yang umumnya milik pribadi. Luas lahan Jeruk

Nipis di Desa K uta Makmu dihitung dalam bentuk rante, dalam 1 rante tanaman

jeruk nipis dapat ditanam 20 batang yaitu 5 x 6 m. Rata-rata luas lahan petani

(24)

4.3. Analisis Pendapatan Usahatani Jeruk Nipis.

Suatu usahatani akan dikatakan menguntungkan jika selisih antara

pendapatan dan pengeluaran, maka akan semakin menguntungkan suatu

usahatani. Analisis pendapatan yang menjadi pokok dalam penelitian ini adalah

sejauh mana usahatani tersebut dapat memberikan manfaat dari pada biaya yang

dikeluarkan dalam usaha tani Jeruk N ipis ini, analisis yang dibahas adalah:

4.4. Biaya produksi.

Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi

berlangsung yaitu untuk sekali musim tanam.

Adapun rumus untuk menghitung Total Biaya produksi adalah;

TC=TVC+TFC

Dimana total biaya variabel (TVC) ditambah total biaya tetap (TFC). Perincian

biaya Variabel terdiri dari biaya sarana produksi (pembelian pupuk kandang ZA,

NPK, Urea, Kromoson, dan fastok). Perincian biaya tetap terdiri dari biaya tenaga

kerja (biaya babat rumput, biaya penyomprotan, biaya pemupukan, biaya petik

hasil) dan biaya peralatan (cangkul, parang/sabit, karung, dan spayer).

Besarnya biaya produksi dipengaruhi oleh imput produksi dan harga dari

imput produksi tersebut. Semua biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi

akan dihitung untuk mendapatkan atau melihat besarnya pendapatan atas total

biaya yang dikeluarkan. Biaya produksi usahatani jeruk nipis rata-rata dapat di

(25)

Tabel 2. Total Biaya Produksi Per petani Jeruk N ipis Per tahun Di Desa Suka Makmu, Tahun 2014.

No Jenis Biaya Jumlah (Rupiah)

1 Rata- rata Biaya Sarana Produksi 10.000.000

2 Rata-rata Biaya Tenaga Kerja 1.000.000

3 Rata-rata Penyusutan 530.000

TOTAL BIAYA Rata-rata 44.530.000

Sumber : Data Primer 2014.

Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa biaya sarana produksi

rata-rata untuk pembelian pupuk kandang, ZA, NPK, Urea, Kromoson, dan

fastok. Dengan demikian total rata-rata biaya sarana produksi yang dikeluarkan

berjumlah Rp.10.000.000,- dalam per tahun. dapat dilihat pada (Lampiran 4).

Untuk biaya tenaga kerja, besarnya biaya berdasarkan pada besarnya luas

lahan yang dikerjakan. Tenaga kerja yang dipekerjakan rata-rata petani berjumlah

7 orang yang berasal dari keluarga sendiri maupun orang asing. Biaya tenaga kerja

terdiri dari biaya babat rumput, biaya penyomprota n, biaya pemupukan, dan biaya

petik hasil. Dengan demikian total rata-rata biaya tenaga kerja yang dikeluarkan

per petani jeruk nipis per tahun adalah sebesar Rp 34.000.000, (Lampiran 7).

Sedangkan biaya peralatan, adapun alat alat yang digunakan adalah

cangkul, parang/sabit, karung, dan spayer. Biaya peralatan rata-rata per petani

jeruk nipis per tahun adalah sebesar Rp.530.000,- (Lampiran 6). Sehingga total

biaya produksi rata-rata yang dikeluarkan petani untuk usahatani jeruk nipis per

tahun di daerah penelitian adalah Rp 44.530.000,- (Lampiran 5). Untuk lebih jelas

(26)

4.6. Pendapatan

Pendapatan usahatani adalah nilai yang diperoleh dari hasil perkalian

seluruh hasil produksi dengan harga jual produksi yang berlaku di pasaran untuk

satu kali musim tanam. Harga jual produksi di daerah penelitian sering mengalami

fluktuasi atau naik turunnya harga pada waktu-waktu tertentu. Untuk menghitung

pendapatan dapat mengunakan rumus:

TR=P × Q

Dimana harga jual produksi (P) d ikali dengan jumlah produksi (Q) .

Sehingga besarnya total pendapatan usaha tani jeruk nipis dapat dilihat pada

lampiran 11,12,13. Menunjukan bahwa hasil penjualan Rata-rata bulan Januari

Rp.13.500.000,- bulan Februari Rp.13.500.000,- bulan Maret Rp. 13.500.000,-

bulan April Rp.13.500.000,- bulan Mei Rp.13.500.000,- bulan Juni

Rp.13.500.000,- bulan Juli Rp.2.520.000,- bulan Agustus Rp.4.500.000,- bulan

September Rp.13.500.000,- bulan Oktober Rp.2.520.000,- bulan November

Rp.13.500.000,- dan bulan Desember Rp.13.500.000 ,-dari hasil penjumlahan

rata-rata pendapatan kotor tersebut, maka usaha tani jeruk nipis memperoleh Total

rata-rata pendapat kotor Rp.87.300.000,- dalam jangka per tahun. Untuk lebih

jelas dapat dilihat pada lampiran (10,11,12).

4.7. Keuntungan.

Keuntungan merupakan selisih dari total pendapatan yang diperoleh petani

dikurangi dengan total biaya produksi selama proses produksi berlangsung. Besar

(27)

dalam proses produksi tersebut. Untuk menghitung keuntungan dapat

menggunakan rumus:

Π=TR-TC

Dimana total pendapatan (TR) dikurangai total biaya (TC). Maka

keuntungan rata-rata uasahatani jeruk nipis dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini:

Tabel 3. Keuntungan Rata-rata petani Jeruk N ipis per Tahun di Desa Kuta Makmu, Tahun 2014.

No Jenis Biaya Volume (Rp)

1 Rata-rata Total Pendapatan 87.300.000

2 Ratap-rata Total Biaya Produksi 44.530.000

Rata-rata Keuntungan 42.770.000

Sumber: Data Primer, 2014.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil rata-rata pendapatan sebesar

Rp.87.300.000,- dan rata-rata total biaya sebesar Rp. 44.530.000,- maka rata-rata

keuntungan yang diperoleh dari usahatani jeruk nipis yaitu sebesar

Rp.42.770.000,- untuk lebih jelas dapat dilihat pada (lampiran13).

4.8. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)

R/C ratio merupakan perbandingan antara total pendapatan dan total biaya,

yang menunjukan nilai pendapatan yang diperoleh dari setiap rupiah yang di

keluarkan. Perhitungan rata-rata R/C ratio dapat digunakan dengan rumus:

(28)

Dimana total penerimaan dibagi total biaya, perbandingan R/C Ratio dapata

dilihat pada tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Revenue Cost Ratio Rata-rata petani Jeruk N ipis Per tahun di Desa K uta Makmu, Tahun 2014.

No Jenis Biaya Total Biaya(Rp)

1 Rata-rata Total Pendapatan 87.300.000

2 Rata-rata Total Biaya Produksi 44.530.000

Revenue Cost Ratio 1,96

Sumber: Data Primer,2014 (lampiran 9,12,17)

Dari tabel 4 di atas menjelaskan bahwa total rata-rata pendapatan sebesar

Rp.87.300.000,- dan rata-rata total biaya sebesar Rp.44.530.000,- maka Revenue

Cost Ratio per petani adalah sebesar 1,96. Dengan demikian usahatani Jeruk nipis

dapat dikatakan layak untuk diusahakan karena memiliki B/C Ratio sebesar 1,96

dan lebih besar dari kriteria yang ditentukan yaitu lebih besar dari 1.

4.9. Break Event Point (BEP)

Break event point adalah suatu titik produksi dimana pada titik tersebut

akan menghasilkan nilai biaya yang sama dengan nilai penjualan/pendapatan (titik

impas) yang menunjukan usahatani tidak rugi atau tidak untung. Untuk

penghitungan BEP produksi dapat digunakan rumus sebagai berikut:

(29)

Dimana total biaya dibagi harga jual, untuk BEP produksi rata-rata pada

usahatani jeruk nipis dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5. Break Event Point produksi Petani Jeruk N ipis Pertahun di Desa K uta Makmu, Tahun 2013.

No Jenis Biaya Biaya Rata-rata

1 Total Biaya rata-rata (Rp) 44.530.000

2 Harga Jual rata-rata (Rp) 3.500

Break Event Point Produksi (Kg) 12.723

Sumber: Data Primer, 2013 (lampiran 9,18,19)

Tabel 5 di atas menunjukan bahwa total biaya rata-rata sebesar Rp.

44.530.000,- dan harga jual rata-rata sebesar Rp.3.500 break event point produksi

rata-rata petani jeruk nipis per tahun sebesar 12.723 K g. ini berarti usahatani jeruk

nipis memperoleh keuntungan karena memiliki nilai lebih besar dari 1.

Untuk BEP harga rata-rata pada usaha tani Jeruk nipis dapat dihitung

dengan menggunakan rumus:

BEP = 𝑻𝑪 𝑸

Dimana total biaya dibagi jumlah produksi, untuk BEP harga dapat dilihat pada

(30)

Tabel 6.Break Event Point Harga Petani Jeruk N ipis Pertahun di Desa K uta Makmu, Tahun 2013.

No Jenis Biaya Total Biaya Rata-rata

1 Total Biaya rata-rata (Rp) 44.530.000

2 Jumlah Produksi rata-rata (Kg) 31.140

Break Event Point Harga (Rp) 1.430

Sumber: Data Primer, 2013 ( lampiran 8,11,19)

Tabel 6 di atas menjelaskan bahwa total biaya rata-rata sebesar

Rp.44.530.000,- Jumlah produksi rata-rata 30.000 Kg. break event point harga

petani jeruk nipis per tahun sebesar Rp 1.430 artinya pada harga produksi

Rp.1.500,- pada usahatani jeruk nipis memperoleh keuntungan karena harga

produksi Rp.1.500,-berada di bawah angka pendapatan jeruk nipis. Maka

usahatani jeruk nipis masyarakat Desa Kuta Makmu akan menguntungkan. Untuk

(31)

5.1. KESIMPULAN.

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab

sebelumnya maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah:

1. Pendapatan yang dihasilkan petani jeruk nipis rata-rata per tahunnya adalah

sebesar Rp.87.300.000,- dengan total rata-rata biaya produksi per tahunnya

adalah sebesar Rp.44.530.000,- dan memiliki rata-rata keuntungan per

tahunnya adalah sebesar Rp.42.770.000,- dengan memiliki keuntungan

sebesar itu maka usaha tani jeruk nipis sangat menguntungkan bagi petani.

2. Dengan total pendapatan Rp.87.300.000,- dan total biaya sebesar

Rp.44.530.000. maka Revenue Cost Ratio per petani adalah sebesar 1,96.

Dengan demikian usaha tani jeruk nipis dapat dikatakan layak untuk untuk di

usahakan karena memiliki B/C Ratio sebesar 1,96 dan lebih besar dari

kriteria yang ditentukan yaitu lebih besar dari 1.

3. Dengan total biaya rata-rata sebesar Rp.44.530.000,- harga jual rata-rata

sebesar Rp.3.500,- dan jumlah produksi rata-rata sebesar 31.140 Kg. maka

Break Event Point produksi (Q) rata-rata petani jeruk nipis per tahun sebesar

12.723 Kg, dan Break Event Point harga (P) rata-rata petani jeruk nipis per

tahun sebesar Rp.1.430,- artinya pada produksi usahatani jeruk nipis 31.140

Kg dan harga produksi Rp.1.430,- pada usahatni jeruk nipis memperoleh

(32)

1. Bagi para petani diharapkan terus dapat meningkatkan produktifitas produksi,

dengan memperluas lahan pertanian jeruk nipis, pemupukan yang sempurna,

dan menekankan biaya permodalan, agar dapat meningkatkan pendapatan

dan menambah keuangan keluarga.

2. Diharapkan pada petani jeruk nipis dengan hasil produksi yang tinggi untuk

memenuhi permintaan pasar maka mutu produksi harus selalu terjamin, dan

dapat menghambat masuknya barang impor ke pemasaran sehingga hasil

produksi petani setempat dapat memenuhi permintaan pasar.

3. Bagi maha siswa diharapkan dapat memberikan atau menyumbang ilmunya

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Arif Prahasta. 2010. Agribisnis Jeruk. Pustaka Grafika, Bandung.

Arikunto Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta.

Ariyantoro. 2006. Budidaya Tanaman Buah-buahan . Citra Aji Parmana yogyakarta.

Assauri Sofyan. 2006. Manajemen Produksi dan Operasi, Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi Uversitas Indonesia.

Daniel Moehar. 2002. Pengantar Ilmu Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Ibrahim Yacopp, 2003, Studi Kelayakan Bisnis. Cetakan Kedua, Rineka Cipta. Jakarta.

Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Prenada media. Jakarta.

Kasmir dan Jakfar. 2007. Studi kelayakan Bisnis. Edisi ke-2 Cetakan ke-4. Jakarta:Prenada Media group.

Lincolin Arsyad. 2004. Ekonomi Pembangunan, Yokyakarta: Sekolah Tinggi Ekonomi.

Mulyadi. 2007. Akutansi Biaya. Edisi ke-5 Yokyakarta: Graha Ilmu.

Noor , Hendrifaisal. 2007. Ekonomi Manajerial. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Perpustakaan Universitas Teuku Umar.

Rukmana. 2007. Usaha Tani. Semarang: Penerbit Aneka Ilmu, Semarang.

(34)

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara Penelitian untuk Sampel Usaha Tani Jeruk Nipis di Daerah Penelitian.

KUISIONER PENELITIAN ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JERUK NIPIS DI DESA KUTA MAKMU KECAMATAN KUALA

KABUPATEN NAGAN RAYA

Informasi Umum : Semua informasi yang di sampaikan oleh petani berdasarkan

atas kenyataan yang di peroleh oleh petani dalam

menjalankan usahanya masingp-masing. Informasi yang di

imput dari sampel petani hanya untuk keperluan penelitian

dalam rangka penulisan tugas akhir (Skripsi) pada Fakultas

Pertanian Universitas Teuku Umar, Meulaboh, Terima kasih.

1. DATA SAMPEL PETANI

12.Pengalaman (Berusaha Tani) :...Tahun

(35)
(36)

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Petani dari 30 Sampel Petani Jeruk Nipis di Desa Suka Makmu Tahun 2013
Tabel 2. Total Biaya Produksi Per petani Jeruk Nipis Per tahun Di Desa Suka Makmu, Tahun 2014
Tabel 3. Keuntungan Rata-rata petani Jeruk Nipis per Tahun di Desa Kuta Makmu,  Tahun 2014
Tabel 4. Revenue Cost Ratio Rata-rata petani Jeruk Nipis Per tahun di Desa Kuta Makmu, Tahun 2014
+3

Referensi

Dokumen terkait

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah Bagaimana gambaran umum Sanggar Seni Lukis Kenari di Bangkalan, tema, unsur-unsur visual serta kesesuaian lukisan peserta didik dengan

Berdasarkan paparan teori di atas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar matematika adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti proses

menunjukkan bahwa tujuan pembelian benih sawit untuk kebun milik perusahaan (tujuan =2) berpengaruh signifikan terhadap banyaknya jumlah benih sawit bersertifikat yang terjual

Peningkatan Aktivitas dan Ketuntasan Hasil Belajar Fisika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write Dengan Kegiatan Analisis Data

Pada romawi pertama yaitu soal pilihan ganda, romawi kedua yaitu menulis urutan sebuah 汉字 (hànzì), romawi ketiga yaitu menulis 汉字 (hànzì) sesuai dengan ejaan

Quick ratio adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid, pada

dalam kawasan pertanian pangan berkelanjutan akibat bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) huruf a dilakukan dengan pemberian ganti rugi oleh pihak

 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 yang selanjutnya disebut sebagai RPJP Nasional adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional