• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK PER SEKTOR BAB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ASPEK PER SEKTOR BAB"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

6.1. PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

6.1.1. ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Berdasarkan dokumen RP2KP, isu strategis dalam hal pembangunan perumahan

permukiman Kota Serang yang mendesak ditangani antara lain:

Lingkungan Permukiman Kumuh

Secara umum permukiman di Kota Serang dapat dibedakan dalam tipologi yaitu

perumahan dan permukiman di wilayah perkotaan, wilayah perdesaan dan

wilayah bersejarah. Pada type perumahan dan permukiman di wilayah perkotaan

terdapat bagian wilayahnya yang termasuk dalam kawasan cagar budaya, karena

didalamnya terdapat bangunan peninggalan zaman kolonial Belanda yang

tersebar di Kecamatan Serang (Kelurahan Serang dan Kota Baru) serta

Kecamatan Kasemen (Desa Banten). Type perumahan dan permukiman di

wilayah perkotaan yang dikategorikan urban terdapat di sekitar jalan/jalur utama

antar kecamatan atau kota. Sedangkan type perumahan dan permukiman di

wilayah pesisir dikategorikan rural karena jauh dari jalur transportasi

sebagaimana terdapat disepanjang wilayah pesisir Kota Serang.

Pada umumnya pengembangan perumahan di wilayah Kota Serang dilaksanakan

baik secara individu oleh masyarakat maupun dengan keikutsertaan pihak swasta

(pengembang). Beberapa kawasan perumahan yang telah dibangun oleh Pihak

Swasta diantaranya, adalah Komplek Perumahan Ciceri Indah, Ciceri Permai,

Permata Serang, Taman Puri, Taman Widya Asri, Taman Cimuncang, Taman

Lopang Indah, Bumi Serang Damai, Titan Arum, Bumi Agung Permai I, Bumi

Agung Permai II, Taman Banten Lestari, Taman Mutiara Indah, Banten Indah

Permai, Persada Banten, Citra Gading, Puri Serang Hijau, Banjar Asri, Taman

Graha Asri, Griya Permata Asri dan sebagainya.

(2)

Pola permukiman ibu kota kecamatan yang berada di sekitar jalur utama

Serang-Jakarta mengikuti alur jalan yang ada dengan kondisi bangunan sebagian besar

permanen dan semi permanen. Pola permukiman di wilayah perdesaan

mengelompok pada satuan lahan non pertanian yang kurang produktif dengan

kondisi bangunan umumnya semi permanen. Pola permukiman di wilayah pesisir

tersebar tidak beraturan dan sporadis sehingga bentuk permukiman mengikuti

pola jaringan jalan utama yang ada. Selengkapnya mengenai sebaran kondisi

perumahan dan sebaran permukiman di Kota Serang dapat dilihat pada tabel 4.1

dan gambar 4.1 berikut.

Tabel 4.1

Jumlah Rumah Berdasarkan Kondisi di Kota Serang

No Kecamatan

Jumlah Rumah (Unit)

Semi

Permanen Permanen Total

1 Serang 980 33.474 34.454

2 Taktakan 540 13.478 14.018

3 Kasemen 7.651 10.322 18.419

4 Walantaka 606 14.038 14.644

5 Cipocok Jaya 5.049 7.388 12.437

6 Curug 1.072 8.642 9.714

JUMLAH 15.898 87.342 103.686

Sumber : Bappeda Kota Serang, 2008

6.1.2. KONDISI EKSISTING PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah

wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh

permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial.

Untuk mencapai hal tersebut terlebih dahulu perlu diketahui peraturan

perundangan di tingkat Kota (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur,

peraturan walikota/bupati, maupun peraturan lainya) yang mendukung seluruh

tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan

permukiman.

Pertumbuhan bangunan cenderung cepat dan dikuatirkan bisa melenceng dari

konsep pembentukan kawasan kota yang tanggap terhadap fungsi masa kini

(3)

Palima Raya pada saat ini belum mendukung terbentuknya Kawasan kota yang

baik karena belum ada kegiatan dan sarana prasarana yang mendukung

pengembangan kota baru di daerah ini yang cukup signifikan

Bentuk dan dimensi Bangunan

Beberapa bangunan di kota Serang dan kawasan perencanaan pada khususnya

masih merupakan bangunan kelas rendah yang berkisar antara 2-3 lantai,

walaupun ada beberapa bangunan yang mencapai 4 lantai. Biasanya bangunan

bertingkat sedang tersebut fungsinya sebagai ruko .

Pada awal perkembangannya, bangunan yang terdapat di kiri dan kanan Jalan

Serang Lama merupakan bangunan perumahan dan sebagian penginapan, warung

atau kios (ruko). Bentuk bangunan awal tersebut dicirikan sbb:

Bentuk atap : atap perisai.

Posisi bangunan relatif jauh dari jalan (dengan kondisi saat ini, berjarak

maksimal 10m dari bahu jalan)

Lebar bangunan berkisar antara 8 – 12m.

G

Gaammbbaarr 22..1111.. TTiippoollooggii BBaanngguunnaann

Seiring dengan perkembangan kawasan ini maka dilakukan beberapa

penyesuaian kebutuhan seperti pelebaran jalan, pembuatan trotoar, saluran

irigasi, saluran drainase, tiang listrik dan telepon.

(4)

lebarnya sesuai dengan lebar kavling, mengingat kebutuhan fungsi dan harga

tanah.

Hampir seluruh bangunan yang ada di dalam Area Perencanaan saat ini memiliki

bentuk bangunan kotak (rectangular). Hal ini terjadi karena beberapa

kemungkinan:

Orientasi ke Arah jalan yang berbentuk garis lurus membujur dari arah Timur ke

Barat begitupun sebaliknya

Efisiensi lahan karena harga tanah di dalam kawasan yang relatif sangat tinggi.

Fleksibilitas, dengan bentuk kotak bangunan menjadi lebih mudah mengalami

penyesuaian bila bangunan mengalami perubahan fungsi.

Ketinggian bangunan memiliki variasi yang cukup tinggi. Beberapa bangunan

memiliki ukuran yang sangat besar (misalnya perkantoran Provinsi Banten), akan

tetapi rata-rata bangunan yang ada dalam kawasan berukuran relatif kecil.

Beberapa bangunan memiliki ketinggian 2-4 lantai, akan tetapi sebagian besar

merupakan bangunan 1 lantai.

Arsitektur Bangunan

Pembahasan Arsitektur Bangunan dibagi dalam dua kelompok yaitu berdasarkan

relasi antara bangunan satu dengan yang lain dan penampilan dari masing-masing

bangunan sebagai obyek aristektur.

Secara keseluruhan dalam kawasan ini terdapat dua jenis relasi antar bangunan,

yaitu :

 Relasi pertama yang ditampilkan oleh kelompok bangunan tradisional atau dalam

konteks kawasan ini bangunan-bangunan yang relatif berusia tua atau merupakan

karakter bangunan yang mewakili kondisi setempat. Relasi antar bangunan

ditentukan oleh sistem nilai yang hidup dalam kelompok masyarakat tradisional

banten yang seperti masyarakat pedesaan pada umumnya cenderung berorientasi

ke dalam karena mengutamakan kebersamaan (komunalisme). Sistem nilai

mereka ini termanifestasi dalam lingkungan permukiman yang membentuk

klaster-klaster kecil dikelilingi oleh perkebunan dan ladang tempat mencari mata

pencaharian.

 Adapun relasi bangunan yang lain diwakili oleh bangunan-bangunan baru yang

(5)

cenderung individualistis. Hal ini termanifestasi dalam bangunan-bangunan yang

tidak lagi membentuk klaster-klaster tetapi membentuk garis linier atau pola grid

yang kaku.

Adapun dari penampilan bangunan sebagai obyek arsitektur, terlihat bahwa

dalam kawasan ini tidak terdapat pedoman pembangunan. Setiap bangunan boleh

secara bebas mencari dan menentukan bentuk dan wajah. Akibatnya secara

kolektif bangunan-bangunan yang ada dengan penampilan yang berbeda-beda

tidak dapat membentuk karakter terhadap lingkungannya.

Kepadatan Bangunan

Kepadatan bangunan diperhitungkan atas jumlah unit bangunan terhadap lahan

terbangun (built-up area). Dari pengamatan lapangan dan dibantu foto udara,

cukup jelas bahwa terdapat konsentrasi bangunan yakni di area permukiman

penduduk, sedangkan pada koridor jalan didapati jumlah bangunan berlantai

lebih dari satu dan cenderung padat .

Untuk wilayah selatan Jalan Raya Pandeglang dan sepanjang Jalan Palima Raya,

kondisi bangunan relatif tidak padat . Di bagian tengah wilayah perencanaan,

masih tersisa beberapa ruang kosong yang dalam waktu relatif singkat akan

segera berubah menjadi perumahan atau tempat usaha dengan tingkat kepadatan

tinggi. Sehingga wacana tentang pengembangan landed housing pada masa

mendatang seharusnya mulai digantikann dengan vertikal housing (perumahan

bersusun)

Morfologi Kawasan

a. Urban Morphology

Urban Morphology adalah sebuah pendekatan untuk memahami keterkaitan antara

bentuk dan struktur dengan makna dari kawasan perencanaan, bentuk dan struktur

(keterkaitan spesifik antara bangunan-bangunan, ruang terbuka dan jalan). Makna

dalam hal ini dibatasi pengertiannya sebagai fungsi yang ada atau yang

berlangsung dalam kawasan.

Berdasarkan peta (foto udara) serta hasil pengamatan visual langsung di lapangan,

dapat diambil suatu hipotesa bahwa di dalam wilayah pengamatan terdapat

beberapa bentuk dan struktur yaitu: linier (susunan bangunan yang berjajar

mengikuti jalan), klaster/cluster (susunan bangunan yang mengelompok

membentuk sebuah pelataran atau ruang terbuka) dan grid (kelompok bangunan

yang tersusun dalam pola grid/ papan catur). Ditemui bentuk dan struktur yang lain

(6)

Dari beberapa altematif wujud tersebut akan dapat diidentifikasi makna (yang

diwakili oleh fungsi) yang ada di sana. Ada beberapa makna yang dominan yaitu

komersial, permukiman atau campuran/gabungan dari 2 fungsi sekaligus.

Ditemukan keterkaitan spesifik antara wujud dan makna:

Bentuk/struktur linier akan terkait dengan makna komersial,

Bentuk/struktur kluster akan terkait dengan makna permukiman .

Hipotesa ini akan mendukung perumusan usulan pengembangan kawasan. Dimulai

dari fungsi (= makna) maka bentuk/struktur fisiknya akan menyesuaikan dengan

fungsi tersebut. Misalnya untuk fungsi komersial maka bentuk/struktur fisiknya

adaiah linier. Demikian juga kalau fungsi yang kita usulkan permukiman modern,

maka susunan bangunannya adaiah grid.

Karena wilayah perencanaan merupakan satu kesatuan kawasan pengembangan

yang menganut pola pengembangan koridor dan pola pengembangan blok , maka

dalam melakukan identifikasi taksonomi dari urban morphology, adalah meliputi

susunan yang berbentuk linier dan grid.

b. Urban Typology

Urban Typology lebih melihat bagian-bagian dari bangunan dan makna yang

diwakilinya. Apabila bagian bangunan yang akan dianalisa adaiah façade, maka

hipotesanya akan ada jenis facade tertentu (misalnya kotak-kotak) yang mewakili

makna (fungsi) komersial. Atau bisa juga kita ambil bentuk atap. Misalnya bentuk

atap segitiga / pelana memaknai fungsi permukiman . Hal-hal lain yang dapat

diambii sebagai penentu tipologi adaiah bentuk ruang terbuka, warna bangunan,

bentuk bangunan, material utama, dan sebagainya.

Apabila hasil dari pendekatan urban typology ini digabungkan dengan pendekatan

Urban Morphology maka kita akan mendapatkan dasar untuk mengusulkan

pengembangan kawasan, yaitu meliputi : fungsi, susunan antara bangunan, ruang

terbuka, jalan, dan bentuk bangunan. Disamping itu juga akan mendukung

pembagian kawasan ke dalam beberapa bagian (sub-kawasan).

Elemen Kawasan

Menurut teori Citra Kota (The Image of The City) dari Kevin Lynch, pembentuk

(7)

a. Paths (Jalur)

Merupakan rute-rute sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk melakukan

pergerakan secara umum ; dalam hal ini adalah Jalan Raya Pandeglang dan Jalan

Palima Raya sebagai elemen yang paling penting dalam citra kawasan dan

membentuk skeleton kawasan. Dalam hal ini termasuk juga jejalur pedestrian

yang terdapat pada area permukiman.

b. Edges (Tepian)

Merupakan elemen linear yang tidak dipakai / dilihat sebagai path. Biasanya

berada pada batas antara dua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai pemutus

linear, yang dalam hal ini adalah minimal 100 meter sebagai batas fisik koridor

wilayah pengamatan.

c. District (Wilayah)

Merupakan kawasan-kawasan kota dalam skala dua dimensi yang memiliki ciri

khas yang mirip (bentuk, pola dan wujudnya) dan khas pula dalam batasnya,

dimana orang merasa harus mengakhiri atau memulainya, yakni Kawasan Pusat

Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B), Kawasan Rekreasi Waterboom, dan area

pemukiman.

d. Nodes (Simpul)

Merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis di mana arah atau aktivitasnya

saling bertemu dan dapat diubah ke arah atau aktivitas lain, yaitu Persimpangan

Sempu, Persimpangan Tembong, Persimpangan Palima, dan Persimpangan Petir .

Namun tidak setiap persimpangan jalan adalah node. Yang menentukan adalah

citra place-nya. Atau dalam pemahaman lain bahwa node tercipta karena adanya

kegiatan yang dominan pada lokasi dimaksud.

e. Landmarks (Tetenger)

Merupakan titik referensi seperti elemen node, tetapi orang tidak masuk ke

dalamnya karena bisa dilihat dari luar dan sebagai bentuk visual yang menonjol

dari kawasan, seperti Masjid Raya KP3B. Sebagai suatu kawasan pengembangan

RTBL tentunya diharapkan ada landmark yang cukup signifikan dan bisa mewakili

makna dari keseluruhan kawasan.

(8)

Tolak ukur tercapainya keseimbangan lingkungan di Kawasan perencanaan

adalah seberapa besar daya dukung lingkungan alam dapat merespon positip

kegiatan budidaya yang ada. Pengembangan permukiman di wilayah recharge

area, pembuangan limbah rumah tangga tanpa treatment, minimnya sumur

resapan air hujan, dan lain – lain mengindikasikan kuat tentang semakin

rentannya daya dukung lahan akibat penetrasi kegiatan yang hanya berorientasi

ekonomi.

Kecepatan dan Ruang

Ruang hanya dapat dialami sebagai suatu sintesis dari indera - indera manusia :

penglihatan, rabaan, pendengaran, gerakan dan penciuman. Pengalaman ruang

sepenuhnya tergantung pada kapasitas inderawi dalam memahami ruang.

Lissitzky merumuskan empat cara memandang ruang dari berbagai cara sehingga

citra dan ilusi ruang dapat diperoleh. Persepsi ruang dapat direduksi menjadi

ruang planimetrik atau dua dimensional, ruang tiga dimensional, ruang irrasional

atau empat dimensional dan ruang imajiner. Persepsi terhadap ruang merupakan

sintesis dari keempat fenomena ini.

Salah satu aspek dominan mempengaruhi perencanaan RTBL Kawasan Koridor

Jalan Raya Pandeglang dan Jalan Palima Raya adalah keterkaitan antara aspek

Kecepatan atau Speed dengan Ruang Manusia atau Human

Space dan Kecepatan menjadi salah satu aspek yang menentukan dalam penataan

koridor jalan pada lokasi kajian selain aspek keamanan dan kenyamanan.

Kecepatan akan mempengaruhi persepsi pengendara mengenal ruang yang ada di

sekelilingnya. Kecepatan sangat berpengaruh pada kemampuan manusia

menangkap citra. Sebagai contoh manusia dapat mengenal bentuk, tekstur dan

warna daun di dalam taman suatu rumah. Namun dalam perjalanan, dengan

kecepatan sedang (20 – 60 km/jam) ia hanya dapat mengenal outline bentuk dan

warna tanaman dan pada kecepatan tinggi (>60 km/jam) ia hanya dapat mengenal

warna sekumpulan tanaman saja. Kecepatan juga sangat dipengaruhi oleh

penataan bangunan dan lansekap.

Pada Penataan Bangunan, alignment atau kelurusan bangunan akan berpengaruh

pada kesan menekan, atau leluasa, jarak bangunan yang teratur akan memberikan

rasa tenang, bukan ‘galau’ atau chaos. Penataan vegetasi, yang mempunyai unsur

warna, tekstur, bentuk dan dimensinya dapat dimanfaatkan untuk pembentuk

suasana, mengarahkan pergerakan, menunjukkan orientasi.

Dari disiplin teknik lalu lintas pun, aspek kecepatan akan memberikan warna

(9)

volume yang akhirnya menentukan kebutuhan akan fasilitas yang

mengakomodasinya.

6.1.2.1 PERMASALAHAN DAN TANTANGAN

Permukiman selain merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, juga

mempunyai fungsi yang sangat strategis dalam perannya sebagai pusat

pendidikan keluarga, persemaian budaya, dan peningkatan kualitas generasi yang

akan datang, serta merupakan pengejawantahan jati diri. Terwujudnya

kesejahteraan rakyat dapat ditandai dengan meningkatnya kualitas kehidupan

yang layak dan bermartabat, antara lain melalui pemenuhan kebutuhan papannya.

Dengan demikian upaya menempatkan bidang permukiman dan infrastruktur

sebagai salah satu sektor prioritas dalam pembangunan manusia Indonesia yang

seutuhnya adalah sangat strategis.

Persoalan permukiman dan infrastukrur di Indonesia sesungguhnya tidak terlepas

dari dinamika yang terjadi dalam kehidupan masyarakat maupun kebijakan

pemerintah di dalam mengelola permukiman dan infrastruktur. Penyusunan

strategi untuk penyelenggaraan permukiman dan infrastruktur, sesungguhnya

secara lebih komprehensif telah dilakukan sejak Pelita V dalam bentuk

Kebijaksanaan dan Strategi Nasional Perumahan, namun penekanannya masih

terbatas kepada aspek perumahan saja. Dalam perjalanannya, acuan tersebut

dirasakan kurang sesuai lagi dengan berbagai perkembangan permasalahan yang

semakin kompleks, sehingga diperlukan pengaturan dan penanganan perumahan

dan permukiman yang lebih terintegrasi. Sehingga untuk itu perlu disusun suatu

kebijakan dan strategi baru yang cakupannya dapat meliputi bidang permukiman

dan infrastruktur perkotaan sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Bidang sarana dan prasarana memiliki peranan yang sangat penting dalam

mendukung aktivitas ekonomi, sosial, budaya, serta kesatuan dan persatuan

bangsa, terutama sebagai modal dasar dalam memfasilitasi interaksi dan

komunikasi di antara kelompok masyarakat, serta mengikat dan menghubungkan

antarwilayah. Pengembangan sarana dan prasarana sumber daya air ditujukan

untuk mendukung ketahanan pangan nasional dan penyediaan air untuk berbagai

keperluan masyarakat, seperti air minum, pembangkit tenaga listrik dan

pengendalian banjir yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Demikian pula, sarana dan prasarana lainnya, seperti

jalan, jembatan, prasarana dan sarana dasar permukiman yang merupakan modal

(10)

yang ditujukan untuk menjamin kelancaran arus informasi baik untuk

mendukung kegiatan pemerintahan, perekonomian, maupun sosial.

Tantangan Bidang Permukiman dan Infrastruktur

Penyamaan persepsi mengenai hakekat perumahan dan permukiman masih

menjadi tantangan yang mendasar, mengingat bahwa berbagai persoalan

penyelenggaraan perumahan dan permukiman sesungguhnya muncul dari adanya

perbedaan sudut pandang para pelaku pembangunan tentang hakekat dan makna

perumahan dan permukiman itu sendiri. Hal tersebut tercermin antara lain dari

kebijakan dan strategi operasional yang dipilih oleh masing-masing pelaku, dan

tidak mudah untuk secara efektif dapat dikoordinasikan. Kebijakan dan strategi

nasional penyelenggaraan perumahan dan permukiman sangat bertumpu pada

falsafah dan hakekat perumahan dan permukiman itu sendiri, yang antara lain

adalah sebagai berikut:

1. Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia disamping pangan,

sandang, pendidikan dan kesehatan. Selain berfungsi sebagai pelindung

terhadap gangguan alam/cuaca dan makhluk lainnya, rumah juga memiliki

peran sosial budaya sebagai pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya

dan nilai kehidupan, penyiapan generasi muda, dan sebagai manifestasi

jatidiri. Dalam kerangka hubungan ekologis antara manusia dan

lingkungannya maka terlihat jelas bahwa kualitas sumber daya manusia di

masa yang akan datang sangat dipengaruhi oleh kualitas perumahan dan

permukimannya.

2. Pembangunan perumahan diyakini juga mampu mendorong lebih dari seratus

macam kegiatan industri yang berkaitan dengan bidang perumahan dan

permukiman, sehingga penyelenggaraan perumahan dan permukiman sangat

berpotensi di dalam menggerakkan roda ekonomi dan upaya penciptaan

lapangan kerja produktif. Sebaliknya kegiatan industripun semestinya dapat

dilihat sebagai titik tolak untuk menangani permasalahan perumahan dan

permukiman, terutama di kawasan-kawasan yang berkembang sebagai sentra

atau koridor industri. Produktivitas dan efisiensi industri seyogyanya juga

dapat ditingkatkan secara seimbang dan selaras dengan penanganan

permasalahan perumahan dan permukiman bagi para pekerja industri.

3. Bagi banyak masyarakat Indonesia terutama golongan menengah ke bawah,

rumah juga dapat merupakan barang modal (capital goods), karena dengan

asset rumah ini mereka dapat melakukan kegiatan ekonomi di dalam

(11)

Karenanya, permasalahan perumahan dan permukiman tidak dapat dipandang

sebagai permasalahan fungsional dan fisik semata, tetapi lebih kompleks lagi

sebagai permasalahan yang berkaitan dengan dimensi kehidupan bermasyarakat

yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, teknologi, ekologi maupun politik.

Perbedaan-perbedaan sudut pandang yang ada sesungguhnya bukan untuk

dipertentangkan, tetapi sebagai suatu upaya untuk memperkaya tinjauan agar

dapat lebih memandang persoalan perumahan dan permukiman secara lebih

holistik. Kesadaran akan adanya keragaman tersebut penting, karena hal tersebut

dapat melahirkan alternatif-alternatif strategi penyelenggaraan di bidang

perumahan dan permukiman untuk menuju Visi yang diinginkan. Sehubungan

dengan hal tersebut, maka diperlukan suatu konsep tentang perumahan dan

permukiman yang lebih sistemik dan mampu mengakomodasikan perkembangan

aspirasi yang ada. Kesamaan persepsi tersebut diperlukan agar dapat menjadi titik

tolak bagi penyelenggaraan perumahan dan permukiman yang lebih

komprehensif dan sesuai dengan tugas dan kewenangan masing-masing lembaga

penyelenggaranya. Upaya untuk merangkum pandangan-pandangan di atas telah

dirumuskan secara konseptual dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992

tentang Perumahan dan Permukiman, yang menyatakan bahwa :

Perumahan adalah :

Kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau

lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.

Permukiman adalah :

Bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa

kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan

tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung

perikehidupan dan penghidupan.

6.1.3 ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Kota Serang mempunyai kedudukan yang sangat strategis karena berada di jalur

utama penghubung lintas Jawa-Sumatera. Kota Serang juga dilintasi jalan negara

lintas Jakarta-Merak serta dilintasi jalur kereta api lintas Jakarta-Merak. Selain

itu pula Kota Serang merupakan pintu gerbang atau transit perhubungan darat

(12)

Wilayah Kota Serang didasarkan pada kecenderungan perkembangan wilayah

yang dipengaruhi oleh faktor-faktor potensi wilayah, homogenitas wilayah,

aksesibilitas dan keterbatasan fisik yang dapat dikembangkan. Berdasarkan

kecenderungan tersebut struktur tata ruang Kota Serang adalah sebagai berikut :

Wilayah Serang bagian tengah cenderung berkembang sebagai pusat

pemerintahan, permukiman perkotaan pelayanan perdagangan dan jasa, pusat

koleksi dan distribusi terpusat di Kecamatan Serang dan Cipocokjaya dengan

wilayah pendukungnya adalah Kecamatan Kasemen.

Wilayah Serang bagian Selatan cenderung berkembang membentuk pusat

pertumbuhan baru terutama pada wilayah yang berdekatan dengan kawasan

KP3B (Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten), selain itu kegiatan

permukiman baik yang dibangun oleh masyarakat secara pribadi maupun

oleh pengembang diperkirakan akan semakin pesat, keberadaan permukiman

di wilayah selatan dapat menarik kegiatan perdagan dan jasa untuk

melayanai segala kebutuhan masyarakat. Simpul utama bagi pertumbuhan di

wilayah Serang Bagian Selatan diperkirakan berada di Kecamatan Curug dan

sekitarnya.

Wilayah Serang bagian barat cenderung berkembang dengan kegiatan

utama, pusat permukiman, perdagangan dan jasa, potensi pertanian lahan

kering, kawasan lindung, kawasan pariwisata. Simpul pertumbuhan Serang

Barat adalah Kecamatan Taktakan.

Wilayah Serang bagian timur cenderung berkembang dengan fungsi utama

sebagai kawasan perdagangan dan jasa, permukiman perkotaan, pertanian

lahan basah, pertanian lahan kering, perkebunan. Pusat pertumbuhannya

adalah Cipocok Jaya. Sebagai wilayah pendukungnya adalah Kecamatan

Walantaka.

Wilayah Serang Bagian Utara cenderung berkembang dengan dominasi

kegiatan permukiman sekaligus pula berfungsi sebagai daerah penyangga

dari kegiatan perdagangan dan jasa di wilayah tengah Kota Serang dengan

kegiatan perdagangan skala kecil.

 Berdasarkan hal tersebut maka dapat dinilai bahwa kecenderungan

permukiman Kota Serang lebih banyak dipengaruhi oleh adanya faktor

penarik seperti adanya kegiatan industri, pemerintah, maupun perdagangan,

dengan kata lain keberadaan permukiman di Kota Serang lebih bersifat alami

(13)

1. Kawasan Permukiman Padat Perdagangan dan Jasa

Kawasan permukiman padat perdagangan dan jasa merupakan kawasan yang

memiliki karakteristik permukiman sebagai berikut:

a. Lokasi permukiman merupakan Kawasan padat perkotaan

b. Merupakan kawasan strategis ekonomi kota

c. Beberapa daerah merupakan CBD (Central Distric Development)core

d. Beberapa kawasan permukiman perkotaan masih belum memperhatikan

estetika visual lingkungan permukiman.

Luas kawasan permukiman padat perdagangan dan jasa terdiri dari beberapa

kecamatan dan kelurahan antara lain:

Rencana pemanfaatan ruang kawasan perdagangan/jasa meliputi :

 Pusat Perdagangan regional diarahkan di Pasar Rau dan Pasar Lama

serta Pasar Induk di Desa Kalodran Kecamatan Walantaka.

 Pusat Perdagangan kota diarahkan di sekitar Royal di Kelurahan Kota

Baru serta di sekitar Jl. Juhdi, Jl. Veteran, Jl. Jend. Susdirman.

 Kawasan Jl. Arteri dan kolektor baik primer maupun sekunder

diarahkan sebagai kawasan Perdagangan dan jasa.

 Kawasan perdagangan modern skala wilayah pengembangan

diarahkan di tengah pusat kota dan sekitar kawasan Tol Serang Timur

(14)

Lampiran 2 : Peta Sebaran Permukiman oleh Developer Kuranji Kaujonbaru Kebonjahe

Komplek Kejaksaan Turusmesjid Tonjong Pedali

Cigerem DESA CILOWONG DESA PANCUR

DESA TAKTAKAN KEL. KOTA KEL. CIMUNCANG DESA KASEMEN

19Nuansa Alam Banjar Estate KECAMATAN TAKTAKAN 3. Tingkat Kesejahteraan : Keluarga Sejahtera Tingkat III 33,87% 4. Jumlah Rumah : 12.437 Unit 5. Kondisi Fisik Rumah : 76,4% Permanen, 23,6% Semi Permanen. 6. Kawasan Kumuh : 2 Kelurahan (69 KK) 3. Tingkat Kesejahteraan : Keluarga Sejahtera Tingkat III 71,4% 4. Jumlah Rumah : 9.714 Unit 5. Kondisi Fisik Rumah : 86% Permanen, 14% Semi Permanen. 6. Kawasan Kumuh : Tidak Ada 3. Tingkat Kesejahteraan : Keluarga Sejahtera Tingkat II 35,9% 4. Jumlah Rumah : 18.419 Unit 5. Kondisi Fisik Rumah : 74 Permanen, 26% Semi Permanen 6. Kawasan Kumuh : 3 Kawasan Kumuh (110 KK)

TAMAN PIPITAN INDAH PURI ANGGREK SERANG KECAMATAN WALANTAKA

(15)

A. Kompleksitas Permasalahan Permukiman di Kota Serang

Perkembangan Kota Serang cukup pesat diiringi dengan tingginya tingkat

pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana kota, tidak terkecuali dengan perumahan dan

permukiman. Selain itu sebaran penduduk yang tidak merata, dilihat dari kepadatan

penduduk yang tidak sama dengan per-wilayah.

Berdasarkan masalah tersebut, maka muncul permasalahan permukiman padat dan

kumuh di wilayah perkotaan dan perdagangan, yang nimbulkan permasalahan sebagai

berikut:

Kawasan kumuh menurut Prof. DR. Pasurdi Suparlan adalah kawasan dimana

rumah/hunian dan kondisi lingkungan masyarakat di kawasan tersebut sangat buruk

kualitasnya. Rumah maupun sarana dan prasarana yang ada tidak sesuai dengan standar

yang berlaku, baik standar kebutuhan, kepadatan bangunan, persyaratan rumah sehat,

kebutuhan sarana air bersih, sanitasi maupun persyaratan kelengkapan prasarana jalan,

ruang terbuka, serta kelengkapan fasilitas sosial lainnya.

Kawasan permukiman kumuh sebagian besar terdapat di wilayah perkotaan dengan

kepadatan penduduk yang cukup tinggi dan pada umumnya menempati kawasan-kawasan

yang strategis seperti dekat dengan pusat kota, dekat dengan pusat perdagangan dan jasa

namun ada juga kawasan kumuh disekitar pesisir pantai dan perdesaan, pada umumnya

penduduk yang mendiami kawasan kumuh bermata pencaharian sebagai pedagang kecil,

nelayan dan buruh tani dengan tingkat pendapatan relatif kecil. Kondisi bangunan di

kawasan kumuh kurang representatif dan kurang terawat dengan baik karena

ketidakmampuan warganya. Secara keseluruhan terdapat sekitar 12.602 Ha kawasan

kumuh yang tersebar di masing-masing kecamatan di Kota Serang yang didiami oleh

sekitar 2015 rumah. Kawasan kumuh terluas terdapat di Kecamatan Taktakan, Serang dan

Cipocokjaya, yang masuk dalam wilayah pusat Kota Serang.

Masih cukup banyak rumah penduduk di Kota serang yang kondisinya dibawah standar,

baik keselamatan, kesehatan maupun keindahan. Beberapa penyebab masih banyaknya

rumah tidak layak huni di Kota serang adalah sebagai berukut:

1. Pengetahuan dan kesadaran masyarakat masih rendah;

2. Kemampuan ekonomi masyarakat masih rendah;

3. Akses Pembiayaaan perumahan masih cukup rumit;

4. Penghuni rumah bukan pemilik sendiri.

Kondisi perumahan yang tidak layak huni di sebagian wilayah Kota Serang diperparah

oleh kondisi prasarana permukiman yang belum memadai, seperti kurangnya fasilitas air

bersih, jalan setapak/jalan lingkungan yang rusak/tanah, belum berjalannya mekanisme

(16)

genangan atau banjir pada lokasi-lokasi tertentu. Selain kesadaran untuk membangun

rumah yang layak huni, kesadaran masyarakat Kota Serang untuk memelihara sarana dan

prasarana lingkungan perumahan dan permukiman masih sangat rendah. Selengkapnya

mengenai sebaran permukiman kumuh serta luasannya dapat dilihat pada tabel 4.3 dan 4.4

serta gambar 4.3.

Tabel 4.3

Sebaran Permukiman Kumuh dan Squatter di Kota Serang

No. Desa/Kelurahan

Jumlah KK (orang)

Jumlah

Kaw. Kumuh Bantaran

Sungai Kaw Teg.Tinggi

KECAMATAN SERANG

1. Sumur Pecung - - 14 14

2. Cipare 215 24 - 239

3. Serang - - 16 16

4. Kagungan - 36 74 110

5. Kota Baru 243 9 - 252

6. Cimuncang 585 - - 585

7. Unyur 114 81 - 195

8. Kaligandu - - 4 4

9. Terondol 96 - 102 198

Jumlah 1.253 150 210 1.613

KECAMATAN CIPOCOK JAYA

1. Penancangan - - 44 44

2. Tembong - 13 12 25

Jumlah - 13 56 69

KECAMATAN KASEMEN

1. Bendung 45 - - 45

2. Masjid Priyayi 45 - - 45

3. Terumbu 45 - - 45

4. Banten 6 116 - 122

5. Kilasah 51 - - 51

Jumlah 192 116 - 308

KECAMATAN TAKTAKAN

1. Panggung Jati - - 71 71

(17)

No. Desa/Kelurahan

Jumlah KK (orang)

Jumlah

Kaw. Kumuh Bantaran

Sungai Kaw Teg.Tinggi

3. Umbul Tengah - - 7 7

Jumlah - - 110 110

KECAMATAN WALANTAKAN

1. Pager Agung - - 5 5

Jumlah - - 5 5

Sumber : Bappeda Kota Serang, 2010

Tabel 4.4

Lokasi dan Luas Kawasan Kumuh di Kota Serang

No Kecamatan Luas (ha) Lokasi

1 Serang 3.621 Pasar Lama, Kantin, Kebon Sawo,

Jiwantaka, Pegantungan, Lialang, Umbul

Tengah, Taktakan, Drangong,

PanggungJati, Kuranji, Pancur, Karang

Anyar, Kasemen,

2 Taktakan 3.745 Warung Jaud, Kepuren, Kalodran,

Pangarangan, Kilasah, Kasemen

3 Kasemen 340

4 Walantaka 1.585

5 Cipocok Jaya 2.701

6 Curug 610

JUMLAH 12.602

(18)

6.2 Usulan Pembangunan Permukiman

6.2.1 Sistem Infrastruktur Permukiman Yang Diusulkan

A. Air Minum

Kualitas air minum bagi penduduk juga amat menentukan kualitas

kehidupan manusia. Pemerintah telah menetapkan air minum sehat

dengan tiga persyaratan pokok yakni : memenuhi syarat fisik, syarat

kimiawi, dan syarat bakteriologis. Aspek kualitas air minum jelas telah

menjadi perhatian dalam menetapkan ada tidaknya permasalahan

lingkungan hidup, khususnya bila ditinjau dari segi kesehatan

lingkungan. Banyak kasus penyakit saluran pencernaan terutama

penyakit Diare, Disentri, dan lain-lain. yang terjadi karena kualitas air

minum dan air bersih yang tidak sehat.

Sistem pelayanan air perpipaan Kota Serang memanfaatkan mata air

Citaman (80 l/dt) dan Sukacai (60 l/dt) sebagai air baku, yang dialirkan

secara gravitasi ke wilayah pelayanan setelah melalui unit aerasi untuk

menghilangkan CO2 agresifnya. Kelurahan-kelurahan di wilayah Kota

Serang yang telah dilayani sistem distribusi air perpipaan adalah

Kelurahan Serang, Cipare, Cimuncang, Lopang, Kota Baru, Kagungan,

Lontar, Kaligandu, Sumur Pecung, Cipocok Jaya, Panancangan, Unyur,

dan Taman Baru.

Di samping melalui pelayanan PDAM, sebagian penduduk memenuhi

kebutuhan air bersih dan minumnya dari sumur dangkal yang

kualitasnya cukup baik dan selalu tersedia sepanjang tahun. Sumber air

individual tersebut hampir merata di seluruh wilayah kota terutama di

Kelurahan Lopang, Sumur Pecung, dan Cimuncang. Gambaran

pelayanan air bersih perpipaan di Kota Serang disajikan pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8

Pelayanan Air Bersih Perpipaan Kota Serang Tahun 2008

No Jenis Pemakaian Jumlah

Sambungan

Pemakaian Air

M3/bulan Lt/unit/hari

1 Rumah tanggga 7.032 101.260,80 586

2 Kran umum 33 4.950 5.197

(19)

No Jenis Pemakaian Jumlah Sambungan

Pemakaian Air

M3/bulan Lt/unit/hari

4 Perkantoran 48 3.991 2.772

5 Hotel 10 280 1.120

6 Industri 11 54 900

7 Rumah sakit 2 7.412 103.900

8 Puskesmas 3 234 10.972

9 Sekolah 21 4.851 1.066

10 Masjid 44 3.561.20 24.456

11 Fasilitas sosial 36 1.140 3.567

12 Jumlah 7.606 137,726 148.753

Sumber : PDAM Serang, 2007

Tabel 3.9

Jumlah Ketersediaan Air Bersih di Kota Serang

Kecamatan Jumlah

KK

Persediaan Air Bersih

Jumlah

Diperiksa

Jumlah

KK

Memiliki

%

SERANG 61.925 46.495 32.848 74,10

TAKTAKAN 20.501 12.581 8.141 64,71

CIPOCOK

JAYA 18.454 - - -

CURUG 10.310 8.315 5.476 65,86

WALANTAKA 24.954 12.461 6.730 55,53

KASEMEN 22.129 8.496 3.737 43,98

TOTAL 158.273 88.348 56.932 60,84

Sumber : Bappeda Kota Serang, 2008.

B. Air Limbah

Pembuangan tinja, sampah rumah tangga, dan air kotor pada hakekatnya

juga merupakan permasalahan lingkungan. Oleh sebab itu keadaan

jamban yang memenuhi syarat kesehatan, tempat pengumpulan dan

(20)

diperhatikan dalam upaya menangani masalah lingkungan hidup.

Persayaratan bahan baku untuk jamban, pembuangan sampah dan

pembuangan air kotor rumah tangga telah ditetapkan pula oleh

pemerintah (Departeman Kesehatan), antara lain tidak boleh berbau,

tidak menjadi perkembangbiakan serangga, dan tidak mencemari air

permukaan dan air tanah. Kondisi pembuangan kotoran atau limbah

yang memenuhi persyaratan kesehatan ini juga akan menjadi bagian

yang penting untuk menjaga keserasian lingkungan hidup. Seperti yang

ada di kecamatan cipocok dan serang masih belum memiliki

pembuangan tinja, sampah rumah tangga dan air kotor yang permanen,

sebagai contoh di Kecamatan Cipocok Jaya Kelurahan Karundang

lingkungan Cidadap (Rw 03 / Rt 02 & 03) dan Kelurahan Penancangan

lingkungan Dangder (Rw 06 / Rt 01) dan di Kecamatan Serang

kelurahan Kaligandu lingkungan Sumur Sana (Rw 05 / Rt 02 ) dan di

Kelurahan Sumur Pecung lingkungan Muncung ( Rw 02 / Rt 01).

Sungai Cibanten yang mengalir dari arah selatan ke utara, pada dasarnya

menjadi tempat pembuangan terakhir dari berbagai saluran air

kotor/limbah rumah tangga, perkantoran, pasar, fasilitas pelayanan

umum, maupun industri (terutama industri kecil dan rumah tangga). Hal

ini disebabkan saluran drainase kota pada umumnya juga difungsikan

sebagai saluran pembuangan limbah cair. Dalam jangka penjang kondisi

ini akan merusak lingkungan. Adapun saluran limbah yang ada

(berfungsi juga sebagai pendukung drainase) pada kawasan pusat kota

telah memakai saluran tertutup. Tetapi masih banyak pula yang

menggunakan sistem terbuka, khususnya pada daerah-daerah pinggiran

kota. Arah aliran dari rumah-rumah melalui saluran quartier, yang

sebagian merupakan saluran tertutup, terus mengalir melalui

saluran-saluran tersier ke saluran-saluran sekunder, kemudian masuk ke saluran-saluran induk

yang mengalir ke arah utara melalui Sungai Cibanten sebagai tempat

pembuangan akhir.

Limbah permukiman yang berupa limbah tinja umumnya dikelola secara

on site dengan sistem cubluk (septicktank) secara mandiri. Bagi

masyarakat yang belum memiliki septicktank sendiri (utamanya pada

permukiman padat) disediakan MCK bersama. Kota Serang perlu

(21)

limbah permukiman secara lebih baik. Khusus limbah industri besar

(yang mungkin mengandung B3) telah diolah terlebih dahulu dalam

IPAL sesuai dengan arahan pengelolaan lingkungan yang ada.

C. Sampah

Pengelolaan persampahan di Kota Serang saat ini ditangani oleh Seksi Pengelolaan

Sampah Bidang Tata Kota yang berada di bawah Dinas Pekerjaan Umum Kota Serang.

Untuk saat ini pengelolaan persampahan di Kota Serang masih terbatas pada sebagian

wilayah perkotaan Serang, yang terdiri dari 4 kecamatan Kasemen, Taktakan, Cipocok

Jaya, dan Serang. Jumlah Penduduk dari 4 kecamatan yang dilayani berjumlah  384.795

jiwa (tahun 2003) dimana baru 21% penduduk terlayani yaitu 80.807 jiwa, diketahui

timbulan sampah pada tahun 2003 sebanyak 365,2 m3 dan 70% diantaranya adalah sampah

domestik sedang sisanya 30% merupakan sampah dari non domestik (pasar, toko dan

lain-lain). Jenis sampah yang ada 75% adalah sampah organik dan 25% sampah anorganik.

Sumber sampah di Kota Serang dapat dibagi menjadi tujuh kategori yaitu :

1. permukiman, yang terdiri dari perumahan mewah, sedang, rendah dan kumuh.

2. Jalan umum, yang terdiri dari jalan-jalan protokol, jalan-jalan lingkungan.

3. Wilayah komersial, yang terdiri dari pusat perbelanjaan, pertokoaan, perkantoran,

hotel, rumah makan, dll.

4. Pasar dan kios, yaitu wilayah kegiatan pasar baik dinas maupun maksimal beserta

kios-kios disekelilingnya.

5. Fasilitas umum, yaitu terminal bus & angkutan umum, rumah sakit, sekolah,dll

6. Kawasan Perindustrian

7. Kawasan Pertanian & Perkebunan

Khusus wilayah permukiman, proses pewadahan dan pengumpulan sampah merupakan

swadaya masyarakat yang dikelola oleh Ketua Rukun Warga (RW) sedangkan dari Tempat

Pengolahan Sampah Sementara (TPSS) sampai di Tempat Pengolahan Akhir (TPSA),

dikelola oleh SDK3 - DPU Kota Serang. Demikian juga dengan Pasar, pengumpulan dari

kios-kios dikelola oleh UPTD, sedangkan dari TPSS ke TPSA oleh SDK3 - DPU Kota

Serang.

Penanganan sampah di Kota Serang, secara umum menggunakan sistem off site dan on

site. Sistem off site (pengangkutan) terutama dilakukan pada kawasan perdagangan dan

permukiman padat perkotaan. Fasilitas pengelolaan sampah terdiri dari bak sampah atau

(22)

dengan gerobak dan truk menuju TPA., yang berlokasi di Desa Panggungjati Kecamatan

Taktakan.

Volume sampah yang paling banyak terdapat di Pasar Rau, di Jalan Hasanuddin, dan dari

rumah tangga, sedangkan cara pengangkutannya dilakukan sehari 2 kali yang ditagani oleh

Dinas Kebersihan. Sarana angkutan sampah yang ada di Kota Serang, terdiri dari 35 buah

gerobak sampah, 3 buah truk terbuka besar, 18 buah dump truk besar, 6 buah Arm Roll

besar, 5 buah motor pengangkut sampah (cator) dan sejumlah tenaga kerjanya yang terdiri

dari supir, pengangkut, penyapu, dan sebagainya.

Sistem on site masih dilakukan masyarakat pinggiran dengan memasukkan sampah pada

lubang-lubang/tempat-tempat yang dibuat sendiri oleh penduduk kemudian ditimbun atau

dibakar.

Tabel 3.10

Timbulan dan jumlah sampah yang terangkut ke TPA

No Lokasi Jumlah

lokasi

Timbulan

(m3/hari)

Sampah

terangkut

(m3/hari)

1 Perumahan

a. Sederhana & menengah 50.091,36 20.036,54

b. Pasang surut

2 Sarana kota

a. Jalan arteri dan kolektor 7,2 7,2

b. Pasar 675 252

c. Pertokoan 18,04 18,04

d. Kantor 36,39 36,39

e. Sekolah 13,74 12,37

f. Terminal 25,6 23,04

g. Pelabuhan penumpang

h. Stasiun KA 1 0,5 0,5

i. Rumah Sakit 3

j. Taman kota 12 2 2

k. Hutan kota -

3 Perairan terbuka

a. Sungai utama 0,5 0,4

b. Saluran terbuka 2 1,6

(23)

No Lokasi Jumlah lokasi

Timbulan

(m3/hari)

Sampah

terangkut

(m3/hari)

5 Lokasi Lainnya

Total 16 50.872,33 20.390,08

Tabel 3.11

Penanganan Sampah

No Penanganan Volume Prosentase

1 Diangkut Petugas

a. Diangkut ke TPA 252 m3/hari 40 %

b. 4 perumahan 20 m3/hari

2 Diolah : -

a. Kompos 100 kg/bulan

b. Daur ulang -

c. Incenerator -

3 Tidak terangkut -

Tabel 3.12

Sarana Tempat Pemindahan Sampah

No Tempat Pemindahan Jumlah

1 TPS 33

2 Transfer Depo/Kontainer 28 kontainer

3 Transfer Station -

Tabel 3.13

Alat Angkut Sampah Kota Serang

No Jenis Alat Angkut Jumlah Kapasitas

(M3) Ritasi

Masih Beroperasi

Ya Tidak

1 Gerobak sampah 35 1 2 

2 Truk terbuka besar 3 6 2 

(24)

4 Mini truk - - -

5 Truk compactor besar - - -

6 Truk compactor kecil - - -

7 Dump truck besar 18 7 2 

8 Dump truck kecil - - -

9 Arm roll besar 6 3 3 

10 Arm roll kecil - - -

11 Trailer container - - -

12 Kapal penangkap sampah - - -

13 Mobil pengangkut sampah - - -

14 Motor pengangkut sampah (Cator) 5 1,5 3 

6.2.2 KRITERIA PERSIAPAN DAERAH

Dalam pengembangan permukiman di Kota Serang, kriteria kesiapan daerah yang sudah

ada dan yang akan dilaksanakan meliputi:

1. Master Plan Drainase Kota Serang (2002)

2. Master Plan Air Bersih Kota Serang (2005)

3. Rencana Teknis Sistem Penyaluran Air Limbah (SPAL) Kota Serang Tahap I

(2006)

4. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah

(RP4D)Kota Serang (2002 dan 2008).

5. Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan Kawasan Kumuh Kota Serang

(2011)

6. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Tahun 2011-2031 (2012)

7. Buku Sanitasi Putih (BPS), dan Strategi Sanitasi Kota (SSK), (2011)

8. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman (RP2KP),(2012)

6.2.3 USULAN PROGRAM DAN KEGIATAN

A. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman

Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi

eksisting dengan kebutuhan, maka disusunlah usulan program dan kegiatan. Usulan

program dan kegiatan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan kriteria kesiapan

(25)

a. PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Dalam penataan bangunan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan, antara lain:

1. Permasalahan dan tantangan di bidang Bangunan Gedung

 Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan

Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana.

 Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan

kurang mendapat perhatian.

 Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta

rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan.

2. Permasalahan dan tantangan di bidang Gedung dan Rumah Negara

 Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan

keselamatan, keamanan dan kenyamanan.

 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan

efisien.

 Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik. 3. Tantangan Penataan Bangunan

 Amanat Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan

Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UUGB,

bahwa semua Bangunan Gedung harus layak fungsi pada Tahun 2010.

Undang-undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan dan Gedung dan Peraturan

Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 28

Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, serta pedoman pelakanaan lebih detail di

bawahnya mengamanatkan bahwa penyelenggaraan Bangunan Gedung merupakan

kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan Gedung Negara dan

Rumah Negara yang merupakan kewenangan Pusat.

Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

menggarisbawahi bahwa peningkatan kualitas lingkungan permukiman dilaksanakan

secara menyeluruh, terpadu dan bertahap, mengacu pada Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan (RTBL) sebagai penjabaran Rencana Tata Ruang Wilayah) yang harus

disusun oleh pemerintah daerah secara komprehensif, akomodatif dan responsive.

Penyelenggaraan pengembangan lingkungan permukiman perlu dilakukan secara

komprehensif dengan berbasis konsep Tridaya melalui proses Pemberdayaan Masyarakat

(26)

i. KONDISI EKSISTING PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Kondisi eksisting penataan bangunan dan lingkungan memberikan gambaran mengenai

peraturan daerah, kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan

bangunan gedung dan rumah negara, serta capaian dalam pemberdayaan komunitas dalam

penanggulangan kemiskinan.

ii. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN

Dalam penataan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan, antara

lain:

1. Permasalahan dan tantangan di bidang Penyehatan Lingkungan

 Masih adanya permukiman kumuh di Kota Serang.

 Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan

bersejarah yang memiliki potensi wisata.

 Terjadinya degradasi kawasan strategis yang memiliki potensi ekonomi untuk

mendorong pertumbuhan kota.

 Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olah raga dan

lain-lain kurang diperhatikan.

2. Permasalahan dan Tantangan Di bidang Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan

 Jumlah Penduduk miskin yang semakin bertambah.

 Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk meningkatkan peran masyarakat.

 Belum dilibatkannya masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan

penetapan prioritas pembangunan di wilayahnya.

3. Tantangan Penataan Lingkungan

 Komitmen terhadap kesepakatan internasional MDGs, bahwa pada Tahun 2015,

200 Kabupaten/Kota bebas Kumuh, dan pada Tahun 2020 semua Kabupaten/Kota

bebas Kumuh.

Permasalahan dan tantangan penataan bangunan dan lingkungan di Kota Serang dirinci

berdasarkan aspek teknis, aspek kelembagaan, aspek pembiayaan, aspek peran serta

masyarakat/swasta dan aspek lingkungan permukiman yang meliputi kegiatan penataan

lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara

(27)

iii. ANALISIS KEBUTUHAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Analisis kebutuhan program dan kegiatan sektor penataan bangunan dan lingkungan

mengacu pada lingkup tugas Direktorat Jenderal Cipta Karya untuk sektor penataan

bangunan dan lingkungan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010.

Pada Permen PU No. 8 Tahun 2010, dijabarkan bahwa kegiatan penataan bangunan dan

lingkungan meliputi:

1. Kegiatan penataan lingkungan permukiman

a. RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)

b. RISPK (Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran)

c. Penataan lingkungan permukiman tradisional/bersejarah

d. Standar Pelayanan Minimal (SPM)

2. Kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara

3. Kegiatan pemberdayaan komonitas dalam penanggulangan kemiskinan

Kebutuhan penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten/Kota…..untuk jangka waktu

5 tahun kedepan sebagaimana tergambarkan pada Tabel-6.21.

Tabel-6.19:

Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan di

Kabupaten/Kota……..

No

Aspek Penataan

Bangunan dan

Lingkungan

Permasalahan

yang Dihadapi

Tantangan

Pengembangan

Alternatif

Solusi

I. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

1 Aspek Teknis

2 Aspek Kelembagaan

3 Aspek Pembiayaan

4 Aspek Peran Serta

Masyarakat/Swasta

5 Aspek Lingkungan

(28)

No

Aspek Penataan

Bangunan dan

Lingkungan

Permasalahan

yang Dihadapi

Tantangan

Pengembangan

Alternatif

Solusi

II. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

1 Aspek Teknis

2 Aspek Kelembagaan

3 Aspek Pembiayaan

4 Aspek Peran Serta

Masyarakat/Swasta

5 Aspek Lingkungan

Permukiman

III. Kegiatan Pemberdayaan Komonitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

1 Aspek Teknis

2 Aspek Kelembagaan

3 Aspek Pembiayaan

4 Aspek Peran Serta

Masyarakat/Swasta

5 Aspek Lingkungan

(29)

iv. KRITERIA PERSIAPAN DAERAH

Untuk mendukung program dan kegiatan penataan bangunan dan lingkungan di Kota

Serang , kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan meliputi:

1. Dokumen masterplan……..di ……. dilaksanakan pada tahun …….

2. Dokumen DED …… di …… dilaksanakan pada tahun…….

3. Dokumen…….dst

4. Kesiapan lahan seluas ….ha di ….. untuk pembangunan……

5. Ketersediaan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) sebesar Rp…….

Tahun…..untuk…….

6. ……..dst

v. USULAN PROGRAM DAN KEGIATAN

Usulan prioritas program dan kegiatan sektor penataan bangunan dan lingkungan di

(30)

Tabel-6.22:

Usulan Prioritas Kegiatan dan Pembiayaan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten/Kota………

N

o

Output

Lokas

i Vol

Satua

n

Sumber Dana Tahun

Indikator Output APBN APB

D

Prov

APBD

Kab/K

ota

Masy Swasta CSR 1 2 3 4 5

Rincian Mur

ni

PHL

(31)
(32)

b. SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM)

i. ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN SPAM

Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya Indonesia untuk

mencapai target pembangunan di bidang air minum. Isu-isu strategis dalam sektor

pengembangan SPAM secara umum adalah:

1. Peningkatan Akses Aman Air Minum

2. Pengembangan Pendanaan

3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan

4. Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan

5. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum

6. Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat

7. Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah Teknis dan

Penerapan Inovasi Teknologi

Kualitas air minum bagi penduduk juga amat menentukan kualitas kehidupan manusia.

Pemerintah telah menetapkan air minum sehat dengan tiga persyaratan pokok yakni :

memenuhi syarat fisik, syarat kimiawi, dan syarat bakteriologis. Aspek kualitas air

minum jelas telah menjadi perhatian dalam menetapkan ada tidaknya permasalahan

lingkungan hidup, khususnya bila ditinjau dari segi kesehatan lingkungan. Banyak

kasus penyakit saluran pencernaan terutama penyakit Diare, Disentri, dan lain-lain.

yang terjadi karena kualitas air minum dan air bersih yang tidak sehat.

Sistem pelayanan air perpipaan Kota Serang memanfaatkan mata air Citaman (80 l/dt)

dan Sukacai (60 l/dt) sebagai air baku, yang dialirkan secara gravitasi ke wilayah

pelayanan setelah melalui unit aerasi untuk menghilangkan CO2 agresifnya.

Kelurahan-kelurahan di wilayah Kota Serang yang telah dilayani sistem distribusi air perpipaan

adalah Kelurahan Serang, Cipare, Cimuncang, Lopang, Kota Baru, Kagungan, Lontar,

Kaligandu, Sumur Pecung, Cipocok Jaya, Panancangan, Unyur, dan Taman Baru.

Di samping melalui pelayanan PDAM, sebagian penduduk memenuhi kebutuhan air

bersih dan minumnya dari sumur dangkal yang kualitasnya cukup baik dan selalu

tersedia sepanjang tahun. Sumber air individual tersebut hampir merata di seluruh

wilayah kota terutama di Kelurahan Lopang, Sumur Pecung, dan Cimuncang.

(33)

Tabel 3.8

Pelayanan Air Bersih Perpipaan Kota Serang Tahun 2008

No Jenis Pemakaian Jumlah

Sambungan

Pemakaian Air

M3/bulan Lt/unit/hari

1 Rumah tanggga 7.032 101.260,80 586

2 Kran umum 33 4.950 5.197

3 Perdagangan 366 9.992 985

4 Perkantoran 48 3.991 2.772

5 Hotel 10 280 1.120

6 Industri 11 54 900

7 Rumah sakit 2 7.412 103.900

8 Puskesmas 3 234 10.972

9 Sekolah 21 4.851 1.066

10 Masjid 44 3.561.20 24.456

11 Fasilitas sosial 36 1.140 3.567

12 Jumlah 7.606 137,726 148.753

Sumber : PDAM Serang, 2007

Tabel 3.9

Jumlah Ketersediaan Air Bersih di Kota Serang

Kecamatan Jumlah

KK

Persediaan Air Bersih

Jumlah

Diperiksa

Jumlah

KK

Memiliki

%

SERANG 61.925 46.495 32.848 74,10

TAKTAKAN 20.501 12.581 8.141 64,71

CIPOCOK

JAYA 18.454 - - -

CURUG 10.310 8.315 5.476 65,86

WALANTAKA 24.954 12.461 6.730 55,53

KASEMEN 22.129 8.496 3.737 43,98

TOTAL 158.273 88.348 56.932 60,84

(34)

.

ii. KONDISI EKSISTING PENGEMBANGAN SPAM

Sistem penyediaan air minum dengan sistem perpipaan seperti telah diuraikan, Belum

adanya RISPAM di Kota Serang,

iii. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN

Permasalahan yang dihadapi oleh Kota Serang dalam pengembangan SPAM dapat

diuraikan sebagai berikut:

Kelurahan-kelurahan di wilayah Kota Serang yang telah dilayani sistem distribusi air

perpipaan adalah Kelurahan Serang, Cipare, Cimuncang, Lopang, Kota Baru, Kagungan,

Lontar, Kaligandu, Sumur Pecung, Cipocok Jaya, Panancangan, Unyur, dan Taman Baru.

Di samping melalui pelayanan PDAM, sebagian penduduk memenuhi kebutuhan air bersih

dan minumnya dari sumur dangkal yang kualitasnya cukup baik dan selalu tersedia

sepanjang tahun. Sumber air individual tersebut hampir merata di seluruh wilayah kota

terutama di Kelurahan Lopang, Sumur Pecung, dan Cimuncang

Berdasarkan permasalahan pengembangan SPAM diatas, selanjutnya dilakukan perumusan

alternatif pemecahan permasalahan yang ada. Secara rinci analisis permasalahan dan

(35)

iv. KRITERIA PERSIAPAN DAERAH

Untuk mendukung program dan kegiatan pengembangan SPAM di Kota Serang, kriteria

kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan meliputi:

1. Dokemen Review Masterplan Air Bersih Kota Serang dilaksanakan pada tahun 2013

2. Dokumen Feasibility Study hasil-hasil/arahan dalam Masterplan Air Bersih Kota

Serang dilaksanakan pada tahun 2014

3. Dokumen DED sebagai penajaman Masterplan dan FS akan dilaksanakan mulai tahun

2015

4. Kesiapan lahan sesuai dengan FS dan DED untuk pembangunan SPAM dilaksanakan

mulai tahun 2015

5. Ketersediaan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) disiapkan sesuai dengan

hasil perhitungan dalam FS dan DED

v. USULAN PROGRAM DAN KEGIATAN

Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan SPAM disusun berdasarkan

paket-paket fungsional dan sesuai kebijakan prioritas program seperti pada RPJM.

Penyusunan tersebut memperhatikan kebutuhan air minum berkaitan dengan

pengembangan atau pembangunan sektor dan kawasan unggulan. Dengan demikian usulan

sudah mencakup pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan pembangunan ekonomi.

Usulan program yang diajukan akan disesuaikan dengan hasil analisis dan identifikasi yang

telah dilakukan. Selain itu, perlu juga dicek keterpaduan dengan sektor-sektor lainnya.

Usulan program diupayakan dapat mencerminkan besaran dan prioritas program, dan

manfaatnya ditinjau dari segi fungsi, kondisi fisik, dan non-fisik antar kegiatan dan

pendanaannya. Penjabaran program-program tersebut disesuaikan dengan struktur tatanan

program RPJMN yang diwujudkan dalam paket-paket kegiatan/program.

Selain itu, pembiayaan pengembangan SPAM perlu disusun berdasarkan klasifikasi

tanggung jawab masing- masing Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Pusat, Swasta

dan Masyarakat. Jika ada indikasi program pengembangan SPAM yang melibatkan swasta

perlu dilakukan kajian lebih mendalam untuk menentukan kelayakannya. Pembiayaan

(36)

Pemerintahan Kabupaten/Kota, masyarakat, swasta, dan bantuan Pemerintah Pusat.

Bantuan Pemerintah Pusat dapat berbentuk proyek biasa (pemerataan dalam pemenuhan

prasarana sarana dasar), bantuan stimulan, dan bantuan proyek khusus (menurut

pengembangan kawasan). Adapun jenis bantuan disesuaikan dengan tingkat kebutuhannya.

(37)

Tabel-6.39:

Usulan Prioritas Kegiatan dan Pembiayaan Pengembangan SPAM Kabupaten/Kota………

Peran serta masyarakat Kota Serang terkait dengan kepatuhan membayar retribusi air

adalah dengan melakukan pembayaran retribusi air setiap bulan sesuai dengan jadwal dan

tempat yang telah ditentukan. Sedangkan peran serta masyarakat dalam pengembangan

SPAM,, dimana pelayanan air minum dengan menggunakan sistem non perpipaan. Peran

serta yang dilakukan berupa perlindungan mata air, penarikan iuran pemeliharaan, dan

pengembangan jaringan kerumah dari Hidran Umum, sehingga jumlah

pelanggan/pengguna SPAM non perpipaan yang sebelumnya berjumlah 50 KK

berkembang menjadi 100 pelanggan.

Peran serta masyarakat dalam pemeliharaan kualitas maupun kuantitas sumber air berupa

pemeliharaan hutan disekitar wilayah mata air. Dalam pemeliharaan jaringan yang ada,

peran serta masyarakat berupa bergotong dalam perbaikan pipa, pemeliharaan

broncaptering, dan pengembangan jaringan pipa.

Rp. MURNI PLN HLN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

3 2415.006.000.000 SPAM DI KAWASAN MBR 3.c. 2415.006.003.000 OPTIMALISASI IKK

2415.006.003.112 Pembangunan

Pengembangan Sistem Kawasan Perpipaan (PDAM)

untuk MBR (DAK) 500,000 8,000,000 2015 Perencanaan Teknis dan Pengawasan Bidang Perkim

sektor Air Bersih Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Kebersihan Pengembangan Sistem Perpipaan (PDAM) untuk MBR

(DAK) 300,000 1,000,000 2013 4 2415.007.000.000 SPAM DI IBU KOTA KECAMATAN(IKK)

4.a. 2415.007.001.000 SPAM DI IBUKOTA KECAMATAN (IKK) 2415.007.001.112 Pembangunan

Pengembangan SPAM - IKK Purbaratu - Pengadaan & pemasangan pipa distribusi

(2015-2016) 1,000,000 1,000,000 300,000 200,000 2014 5 2415.008.000.000 SPAM PERDESAAN

5.a. 2415.008.001.000 SPAM DI DESA RAWAN AIR /PESISIR/TERPENCIL 2415.008.001.112 Pembangunan

Pembangunan SPAM di Lokasi Rawan Kekeringan

- Pemanfaatan Mata Air (DAK) 100,000 500,000 2013 NO KODE AKUN URAIAN KEGIATAN

LOKASI

VOLUME SATUAN ANGGARANTAHUN

Kode

SUMBER PENDANAAN x Rp. 1.000,-PDAM SWASTA APBN

(38)

c. PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

Ada berbagai teknik yang biasa dipakai untuk mengidentifikasi isu-isu strategis dan

hambatan. Salah satunya adalah melalui analisis SWOT, sebuah teknik analisis yang sudah

lazim dipraktikkan. Analisis SWOT terkait identifikasi isu-isu strategis dan hambatan bisa

mengambil banyak teknik/jalan. Tetapi dari beberapa praktik di kota-kota, kita bisa

mencatat satu pendekatan yang bisa dianggap best practice, yang bisa dipelajari pada

penjelasan langkah-langkah di bagian ini.

Berikut adalah beberapa contoh isu-isu strategis:

- Pembangunan sistem sewerage dan IPAL. Dalam sebuah zona air limbah yang direncanakan akan dibangun sistem sewerage, diidentifikasi kemungkinan adanya

hambatan ketersediaan lahan untuk pemasangan pipa air limbah. Misalnya, jarak antar

rumah yang terlampau dekat menyebabkan tidak mungkin membuat galian (secara

konvensional) untuk penanaman pipa air limbah tersebut. Berdasarkan identifikasi

kemungkinan hambatan itu, maka perlu dicari cara lain guna mengatasi masalah

sanitasi di daerah tersebut (misalnya: membuat subsistem tersendiri untuk kawasan

tersebut, atau mencari opsi teknologi yang sesuai untuk kawasan itu.

- Pelayanan sampah. Salah satu komponen dalam pelayanan sampah yang baik dari sisi kesehatan dan lingkungan adalah tersedianya Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang

memadai. Bila dalam kurun waktu 15–25 tahun ke depan, TPA yang ada saat ini tidak

dapat digunakan lagi karena kapasitas yang ada sekarang sudah terbatas, maka isu

kebutuhan TPA perlu diangkat. Lalu, tindakan antisipasinya perlu dipastikan menjadi

bagian dari program dan kegiatan jangka menengah.

- Dan lainnya.

2.4.2.5 Perumusan Arah Pengembangan Sektor Sanitasi

Proses perumusan Arah Pengembangan Sektor Sanitasi Kota sebenarnya dimulai sejak

penyusunan visi dan misi sanitasi kota, penetapan tujuan dan sasaran yang memberikan

kisi-kisi penetapan sistem sanitasi dan zona sanitasi (CA-05), serta penetapan tingkat

layanan (CA-06). Selanjutnya, setelah Pokja berhasil merumuskan isu-isu strategis dan

kemungkinan hambatan, mereka dapat merumuskan arah pengembangan sektor sanitasi di

(39)

Tabel-6.41:

Cakupan Pelayanan Sistem Onsite

No Kecamatan

Jumlah PS Sanitasi Sistem Onsite

Pengumpulan Pengolahan

Jamban

Keluarga MCK Lainnya

Septik

Tank Cubluk Lainnya

1.

2.

dst

Tabel-6.42:

Cakupan Pelayanan Air Limbah Komunitas Berbasis Masyarakat

No Lokasi/Tempat

Sistem

Dibangun

Tahun

Cakupan

Pelayanan Kondisi

MCk++ IPAL

(40)

Tabel-6.43:

Cakupan Pelayanan Air Limbah Sistem Offsite

No Nama IPAL Sistem Dibangun

Tahun

Kondisi

KOTA SERANG BELUM MEMILIKI PELAYANAN AIRLIMBAH SISTEM OFFSITE

Tabel-6.44:

Parameter Teknis Wilayah

No Uraian Besaran Keterangan

1. Jumlah Penduduk ….…jiwa

Tingkat Kepadatan

- Sangat Tinggi (> 400 jiwa/ha) …….ha

- Tinggi (300-400 jiwa/ha) …….ha

- Sedang (200-300 jiwa/ha) …….ha

- Rendah (< 200 jiwa/ha) …….ha

2. Tipe Bangunan Rumah Tangga

- Permanen ….% KK atau

…..unit

- Semi Permanen ….% KK atau

…..unit

- Tidak Permanen ….% KK atau

…..unit

3. Badan Air

- Nama Sungai

- Peruntukan

- Tidak Permanen

- Debit …….liter/detik

- Kualitas …….BOD Mg/liter

…….COD Mg/liter

(41)

-A. Pendanaan

Biaya pengelolaan air limbah oleh Dinas Cipta Karya selama ini dibiayai dari dana APBD.

Restribusi pelayanan air limbah di Kota Serang untuk masing-masing klasifikasi WC

adalah sebagai berikut:

 WC klasifikasi A sebesar Rp. ……../tangki

 WC klasifikasi B sebesar Rp. ………/tangki

 ...dst

Pembayaran restribusi dilakukan secara tunai pada saat setelah mendapatkan pelayanan.

Hasil penarikan restribusi tersebut disampaikan ke Bendahara Dinas ... untuk

selanjutnya disetorkan ke Rekening Pemerintah Kabupaten/Kota... Biaya operasi dan

pemeliharaan yang dibelanjakan selama ini terdiri dari biaya BBM, biaya servis dan

onderdil kendaraan, serta biaya personil.

B. Kelembagaan

Secara struktural, instansi yang menangani masalah pengelolaan air limbah di Kota Serang

adalah Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan, dan Dinas Kesehatan.

Tugas pokok Dinas/Badan... adalah ... Untuk melaksanakan tugasnya,

Dinas/Badan ... membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam

pengelolaan air limbah Kabupaten/Kota... saat ini didukung oleh ... personel terdiri

dari ... orang PNS dan ... PNS dan PHL / Lapangan.

C. Peraturan Perundangan

Peraturan perundangan yang ada di Kabupaten/Kota ... yang terkait dengan pengelolaan

air limbah adalah sebagai berikut:

1. Peraturan Daerah/Bupati/Walikota Nomor... Tahun ... tentang ...

2. Peraturan Daerah/Bupati/Walikota Nomor... Tahun ... tentang ...

3. ...dst

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.4
Tabel 3.8
Tabel  3.9 Jumlah Ketersediaan Air Bersih di Kota Serang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sikap positif itu adalah pengendalian diri agar senantiasa berfikir dengan melihat sisi positif disetiap obyek yang terlihat, terdengar, atau bahkan dalam bentuk afirmasi

Seperti pada UU Nomer 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen mengatakan bahwa “Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan

membawa dampak negatifpada organisasi tersebut. Generasi anak pada saat.. ini yang merupakan generasi yang nantinya akan masuk dalam lingkup.. organisasi sangat mungkin

Schubungan dengan hal tersebut saya mohon sudi kiranya Bapak/lbu bcrkenan memberi ijin bagi mahasiswa yang bersangkutan untuk mcngambil data di tempat yang Bapa,k!Ibu

Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk membuat aplikasi pengolahan data keberatan pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Selatan dan

Sistem yang dibuat penulis adalah Self Service peminjaman dan Pengembalian buku.Alat ini bekerja dengan membaca label barcode jenis 128 oleh barcode reader

Maramis, dr., SpKJ(K) Selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran brain storming dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi