6.1. PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
6.1.1. ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Berdasarkan dokumen RP2KP, isu strategis dalam hal pembangunan perumahan
permukiman Kota Serang yang mendesak ditangani antara lain:
Lingkungan Permukiman Kumuh
Secara umum permukiman di Kota Serang dapat dibedakan dalam tipologi yaitu
perumahan dan permukiman di wilayah perkotaan, wilayah perdesaan dan
wilayah bersejarah. Pada type perumahan dan permukiman di wilayah perkotaan
terdapat bagian wilayahnya yang termasuk dalam kawasan cagar budaya, karena
didalamnya terdapat bangunan peninggalan zaman kolonial Belanda yang
tersebar di Kecamatan Serang (Kelurahan Serang dan Kota Baru) serta
Kecamatan Kasemen (Desa Banten). Type perumahan dan permukiman di
wilayah perkotaan yang dikategorikan urban terdapat di sekitar jalan/jalur utama
antar kecamatan atau kota. Sedangkan type perumahan dan permukiman di
wilayah pesisir dikategorikan rural karena jauh dari jalur transportasi
sebagaimana terdapat disepanjang wilayah pesisir Kota Serang.
Pada umumnya pengembangan perumahan di wilayah Kota Serang dilaksanakan
baik secara individu oleh masyarakat maupun dengan keikutsertaan pihak swasta
(pengembang). Beberapa kawasan perumahan yang telah dibangun oleh Pihak
Swasta diantaranya, adalah Komplek Perumahan Ciceri Indah, Ciceri Permai,
Permata Serang, Taman Puri, Taman Widya Asri, Taman Cimuncang, Taman
Lopang Indah, Bumi Serang Damai, Titan Arum, Bumi Agung Permai I, Bumi
Agung Permai II, Taman Banten Lestari, Taman Mutiara Indah, Banten Indah
Permai, Persada Banten, Citra Gading, Puri Serang Hijau, Banjar Asri, Taman
Graha Asri, Griya Permata Asri dan sebagainya.
Pola permukiman ibu kota kecamatan yang berada di sekitar jalur utama
Serang-Jakarta mengikuti alur jalan yang ada dengan kondisi bangunan sebagian besar
permanen dan semi permanen. Pola permukiman di wilayah perdesaan
mengelompok pada satuan lahan non pertanian yang kurang produktif dengan
kondisi bangunan umumnya semi permanen. Pola permukiman di wilayah pesisir
tersebar tidak beraturan dan sporadis sehingga bentuk permukiman mengikuti
pola jaringan jalan utama yang ada. Selengkapnya mengenai sebaran kondisi
perumahan dan sebaran permukiman di Kota Serang dapat dilihat pada tabel 4.1
dan gambar 4.1 berikut.
Tabel 4.1
Jumlah Rumah Berdasarkan Kondisi di Kota Serang
No Kecamatan
Jumlah Rumah (Unit)
Semi
Permanen Permanen Total
1 Serang 980 33.474 34.454
2 Taktakan 540 13.478 14.018
3 Kasemen 7.651 10.322 18.419
4 Walantaka 606 14.038 14.644
5 Cipocok Jaya 5.049 7.388 12.437
6 Curug 1.072 8.642 9.714
JUMLAH 15.898 87.342 103.686
Sumber : Bappeda Kota Serang, 2008
6.1.2. KONDISI EKSISTING PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah
wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh
permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial.
Untuk mencapai hal tersebut terlebih dahulu perlu diketahui peraturan
perundangan di tingkat Kota (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur,
peraturan walikota/bupati, maupun peraturan lainya) yang mendukung seluruh
tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan
permukiman.
Pertumbuhan bangunan cenderung cepat dan dikuatirkan bisa melenceng dari
konsep pembentukan kawasan kota yang tanggap terhadap fungsi masa kini
Palima Raya pada saat ini belum mendukung terbentuknya Kawasan kota yang
baik karena belum ada kegiatan dan sarana prasarana yang mendukung
pengembangan kota baru di daerah ini yang cukup signifikan
Bentuk dan dimensi Bangunan
Beberapa bangunan di kota Serang dan kawasan perencanaan pada khususnya
masih merupakan bangunan kelas rendah yang berkisar antara 2-3 lantai,
walaupun ada beberapa bangunan yang mencapai 4 lantai. Biasanya bangunan
bertingkat sedang tersebut fungsinya sebagai ruko .
Pada awal perkembangannya, bangunan yang terdapat di kiri dan kanan Jalan
Serang Lama merupakan bangunan perumahan dan sebagian penginapan, warung
atau kios (ruko). Bentuk bangunan awal tersebut dicirikan sbb:
Bentuk atap : atap perisai.
Posisi bangunan relatif jauh dari jalan (dengan kondisi saat ini, berjarak
maksimal 10m dari bahu jalan)
Lebar bangunan berkisar antara 8 – 12m.
G
Gaammbbaarr 22..1111.. TTiippoollooggii BBaanngguunnaann
Seiring dengan perkembangan kawasan ini maka dilakukan beberapa
penyesuaian kebutuhan seperti pelebaran jalan, pembuatan trotoar, saluran
irigasi, saluran drainase, tiang listrik dan telepon.
lebarnya sesuai dengan lebar kavling, mengingat kebutuhan fungsi dan harga
tanah.
Hampir seluruh bangunan yang ada di dalam Area Perencanaan saat ini memiliki
bentuk bangunan kotak (rectangular). Hal ini terjadi karena beberapa
kemungkinan:
Orientasi ke Arah jalan yang berbentuk garis lurus membujur dari arah Timur ke
Barat begitupun sebaliknya
Efisiensi lahan karena harga tanah di dalam kawasan yang relatif sangat tinggi.
Fleksibilitas, dengan bentuk kotak bangunan menjadi lebih mudah mengalami
penyesuaian bila bangunan mengalami perubahan fungsi.
Ketinggian bangunan memiliki variasi yang cukup tinggi. Beberapa bangunan
memiliki ukuran yang sangat besar (misalnya perkantoran Provinsi Banten), akan
tetapi rata-rata bangunan yang ada dalam kawasan berukuran relatif kecil.
Beberapa bangunan memiliki ketinggian 2-4 lantai, akan tetapi sebagian besar
merupakan bangunan 1 lantai.
Arsitektur Bangunan
Pembahasan Arsitektur Bangunan dibagi dalam dua kelompok yaitu berdasarkan
relasi antara bangunan satu dengan yang lain dan penampilan dari masing-masing
bangunan sebagai obyek aristektur.
Secara keseluruhan dalam kawasan ini terdapat dua jenis relasi antar bangunan,
yaitu :
Relasi pertama yang ditampilkan oleh kelompok bangunan tradisional atau dalam
konteks kawasan ini bangunan-bangunan yang relatif berusia tua atau merupakan
karakter bangunan yang mewakili kondisi setempat. Relasi antar bangunan
ditentukan oleh sistem nilai yang hidup dalam kelompok masyarakat tradisional
banten yang seperti masyarakat pedesaan pada umumnya cenderung berorientasi
ke dalam karena mengutamakan kebersamaan (komunalisme). Sistem nilai
mereka ini termanifestasi dalam lingkungan permukiman yang membentuk
klaster-klaster kecil dikelilingi oleh perkebunan dan ladang tempat mencari mata
pencaharian.
Adapun relasi bangunan yang lain diwakili oleh bangunan-bangunan baru yang
cenderung individualistis. Hal ini termanifestasi dalam bangunan-bangunan yang
tidak lagi membentuk klaster-klaster tetapi membentuk garis linier atau pola grid
yang kaku.
Adapun dari penampilan bangunan sebagai obyek arsitektur, terlihat bahwa
dalam kawasan ini tidak terdapat pedoman pembangunan. Setiap bangunan boleh
secara bebas mencari dan menentukan bentuk dan wajah. Akibatnya secara
kolektif bangunan-bangunan yang ada dengan penampilan yang berbeda-beda
tidak dapat membentuk karakter terhadap lingkungannya.
Kepadatan Bangunan
Kepadatan bangunan diperhitungkan atas jumlah unit bangunan terhadap lahan
terbangun (built-up area). Dari pengamatan lapangan dan dibantu foto udara,
cukup jelas bahwa terdapat konsentrasi bangunan yakni di area permukiman
penduduk, sedangkan pada koridor jalan didapati jumlah bangunan berlantai
lebih dari satu dan cenderung padat .
Untuk wilayah selatan Jalan Raya Pandeglang dan sepanjang Jalan Palima Raya,
kondisi bangunan relatif tidak padat . Di bagian tengah wilayah perencanaan,
masih tersisa beberapa ruang kosong yang dalam waktu relatif singkat akan
segera berubah menjadi perumahan atau tempat usaha dengan tingkat kepadatan
tinggi. Sehingga wacana tentang pengembangan landed housing pada masa
mendatang seharusnya mulai digantikann dengan vertikal housing (perumahan
bersusun)
Morfologi Kawasan
a. Urban Morphology
Urban Morphology adalah sebuah pendekatan untuk memahami keterkaitan antara
bentuk dan struktur dengan makna dari kawasan perencanaan, bentuk dan struktur
(keterkaitan spesifik antara bangunan-bangunan, ruang terbuka dan jalan). Makna
dalam hal ini dibatasi pengertiannya sebagai fungsi yang ada atau yang
berlangsung dalam kawasan.
Berdasarkan peta (foto udara) serta hasil pengamatan visual langsung di lapangan,
dapat diambil suatu hipotesa bahwa di dalam wilayah pengamatan terdapat
beberapa bentuk dan struktur yaitu: linier (susunan bangunan yang berjajar
mengikuti jalan), klaster/cluster (susunan bangunan yang mengelompok
membentuk sebuah pelataran atau ruang terbuka) dan grid (kelompok bangunan
yang tersusun dalam pola grid/ papan catur). Ditemui bentuk dan struktur yang lain
Dari beberapa altematif wujud tersebut akan dapat diidentifikasi makna (yang
diwakili oleh fungsi) yang ada di sana. Ada beberapa makna yang dominan yaitu
komersial, permukiman atau campuran/gabungan dari 2 fungsi sekaligus.
Ditemukan keterkaitan spesifik antara wujud dan makna:
Bentuk/struktur linier akan terkait dengan makna komersial,
Bentuk/struktur kluster akan terkait dengan makna permukiman .
Hipotesa ini akan mendukung perumusan usulan pengembangan kawasan. Dimulai
dari fungsi (= makna) maka bentuk/struktur fisiknya akan menyesuaikan dengan
fungsi tersebut. Misalnya untuk fungsi komersial maka bentuk/struktur fisiknya
adaiah linier. Demikian juga kalau fungsi yang kita usulkan permukiman modern,
maka susunan bangunannya adaiah grid.
Karena wilayah perencanaan merupakan satu kesatuan kawasan pengembangan
yang menganut pola pengembangan koridor dan pola pengembangan blok , maka
dalam melakukan identifikasi taksonomi dari urban morphology, adalah meliputi
susunan yang berbentuk linier dan grid.
b. Urban Typology
Urban Typology lebih melihat bagian-bagian dari bangunan dan makna yang
diwakilinya. Apabila bagian bangunan yang akan dianalisa adaiah façade, maka
hipotesanya akan ada jenis facade tertentu (misalnya kotak-kotak) yang mewakili
makna (fungsi) komersial. Atau bisa juga kita ambil bentuk atap. Misalnya bentuk
atap segitiga / pelana memaknai fungsi permukiman . Hal-hal lain yang dapat
diambii sebagai penentu tipologi adaiah bentuk ruang terbuka, warna bangunan,
bentuk bangunan, material utama, dan sebagainya.
Apabila hasil dari pendekatan urban typology ini digabungkan dengan pendekatan
Urban Morphology maka kita akan mendapatkan dasar untuk mengusulkan
pengembangan kawasan, yaitu meliputi : fungsi, susunan antara bangunan, ruang
terbuka, jalan, dan bentuk bangunan. Disamping itu juga akan mendukung
pembagian kawasan ke dalam beberapa bagian (sub-kawasan).
Elemen Kawasan
Menurut teori Citra Kota (The Image of The City) dari Kevin Lynch, pembentuk
a. Paths (Jalur)
Merupakan rute-rute sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk melakukan
pergerakan secara umum ; dalam hal ini adalah Jalan Raya Pandeglang dan Jalan
Palima Raya sebagai elemen yang paling penting dalam citra kawasan dan
membentuk skeleton kawasan. Dalam hal ini termasuk juga jejalur pedestrian
yang terdapat pada area permukiman.
b. Edges (Tepian)
Merupakan elemen linear yang tidak dipakai / dilihat sebagai path. Biasanya
berada pada batas antara dua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai pemutus
linear, yang dalam hal ini adalah minimal 100 meter sebagai batas fisik koridor
wilayah pengamatan.
c. District (Wilayah)
Merupakan kawasan-kawasan kota dalam skala dua dimensi yang memiliki ciri
khas yang mirip (bentuk, pola dan wujudnya) dan khas pula dalam batasnya,
dimana orang merasa harus mengakhiri atau memulainya, yakni Kawasan Pusat
Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B), Kawasan Rekreasi Waterboom, dan area
pemukiman.
d. Nodes (Simpul)
Merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis di mana arah atau aktivitasnya
saling bertemu dan dapat diubah ke arah atau aktivitas lain, yaitu Persimpangan
Sempu, Persimpangan Tembong, Persimpangan Palima, dan Persimpangan Petir .
Namun tidak setiap persimpangan jalan adalah node. Yang menentukan adalah
citra place-nya. Atau dalam pemahaman lain bahwa node tercipta karena adanya
kegiatan yang dominan pada lokasi dimaksud.
e. Landmarks (Tetenger)
Merupakan titik referensi seperti elemen node, tetapi orang tidak masuk ke
dalamnya karena bisa dilihat dari luar dan sebagai bentuk visual yang menonjol
dari kawasan, seperti Masjid Raya KP3B. Sebagai suatu kawasan pengembangan
RTBL tentunya diharapkan ada landmark yang cukup signifikan dan bisa mewakili
makna dari keseluruhan kawasan.
Tolak ukur tercapainya keseimbangan lingkungan di Kawasan perencanaan
adalah seberapa besar daya dukung lingkungan alam dapat merespon positip
kegiatan budidaya yang ada. Pengembangan permukiman di wilayah recharge
area, pembuangan limbah rumah tangga tanpa treatment, minimnya sumur
resapan air hujan, dan lain – lain mengindikasikan kuat tentang semakin
rentannya daya dukung lahan akibat penetrasi kegiatan yang hanya berorientasi
ekonomi.
Kecepatan dan Ruang
Ruang hanya dapat dialami sebagai suatu sintesis dari indera - indera manusia :
penglihatan, rabaan, pendengaran, gerakan dan penciuman. Pengalaman ruang
sepenuhnya tergantung pada kapasitas inderawi dalam memahami ruang.
Lissitzky merumuskan empat cara memandang ruang dari berbagai cara sehingga
citra dan ilusi ruang dapat diperoleh. Persepsi ruang dapat direduksi menjadi
ruang planimetrik atau dua dimensional, ruang tiga dimensional, ruang irrasional
atau empat dimensional dan ruang imajiner. Persepsi terhadap ruang merupakan
sintesis dari keempat fenomena ini.
Salah satu aspek dominan mempengaruhi perencanaan RTBL Kawasan Koridor
Jalan Raya Pandeglang dan Jalan Palima Raya adalah keterkaitan antara aspek
Kecepatan atau Speed dengan Ruang Manusia atau Human
Space dan Kecepatan menjadi salah satu aspek yang menentukan dalam penataan
koridor jalan pada lokasi kajian selain aspek keamanan dan kenyamanan.
Kecepatan akan mempengaruhi persepsi pengendara mengenal ruang yang ada di
sekelilingnya. Kecepatan sangat berpengaruh pada kemampuan manusia
menangkap citra. Sebagai contoh manusia dapat mengenal bentuk, tekstur dan
warna daun di dalam taman suatu rumah. Namun dalam perjalanan, dengan
kecepatan sedang (20 – 60 km/jam) ia hanya dapat mengenal outline bentuk dan
warna tanaman dan pada kecepatan tinggi (>60 km/jam) ia hanya dapat mengenal
warna sekumpulan tanaman saja. Kecepatan juga sangat dipengaruhi oleh
penataan bangunan dan lansekap.
Pada Penataan Bangunan, alignment atau kelurusan bangunan akan berpengaruh
pada kesan menekan, atau leluasa, jarak bangunan yang teratur akan memberikan
rasa tenang, bukan ‘galau’ atau chaos. Penataan vegetasi, yang mempunyai unsur
warna, tekstur, bentuk dan dimensinya dapat dimanfaatkan untuk pembentuk
suasana, mengarahkan pergerakan, menunjukkan orientasi.
Dari disiplin teknik lalu lintas pun, aspek kecepatan akan memberikan warna
volume yang akhirnya menentukan kebutuhan akan fasilitas yang
mengakomodasinya.
6.1.2.1 PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
Permukiman selain merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, juga
mempunyai fungsi yang sangat strategis dalam perannya sebagai pusat
pendidikan keluarga, persemaian budaya, dan peningkatan kualitas generasi yang
akan datang, serta merupakan pengejawantahan jati diri. Terwujudnya
kesejahteraan rakyat dapat ditandai dengan meningkatnya kualitas kehidupan
yang layak dan bermartabat, antara lain melalui pemenuhan kebutuhan papannya.
Dengan demikian upaya menempatkan bidang permukiman dan infrastruktur
sebagai salah satu sektor prioritas dalam pembangunan manusia Indonesia yang
seutuhnya adalah sangat strategis.
Persoalan permukiman dan infrastukrur di Indonesia sesungguhnya tidak terlepas
dari dinamika yang terjadi dalam kehidupan masyarakat maupun kebijakan
pemerintah di dalam mengelola permukiman dan infrastruktur. Penyusunan
strategi untuk penyelenggaraan permukiman dan infrastruktur, sesungguhnya
secara lebih komprehensif telah dilakukan sejak Pelita V dalam bentuk
Kebijaksanaan dan Strategi Nasional Perumahan, namun penekanannya masih
terbatas kepada aspek perumahan saja. Dalam perjalanannya, acuan tersebut
dirasakan kurang sesuai lagi dengan berbagai perkembangan permasalahan yang
semakin kompleks, sehingga diperlukan pengaturan dan penanganan perumahan
dan permukiman yang lebih terintegrasi. Sehingga untuk itu perlu disusun suatu
kebijakan dan strategi baru yang cakupannya dapat meliputi bidang permukiman
dan infrastruktur perkotaan sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Bidang sarana dan prasarana memiliki peranan yang sangat penting dalam
mendukung aktivitas ekonomi, sosial, budaya, serta kesatuan dan persatuan
bangsa, terutama sebagai modal dasar dalam memfasilitasi interaksi dan
komunikasi di antara kelompok masyarakat, serta mengikat dan menghubungkan
antarwilayah. Pengembangan sarana dan prasarana sumber daya air ditujukan
untuk mendukung ketahanan pangan nasional dan penyediaan air untuk berbagai
keperluan masyarakat, seperti air minum, pembangkit tenaga listrik dan
pengendalian banjir yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Demikian pula, sarana dan prasarana lainnya, seperti
jalan, jembatan, prasarana dan sarana dasar permukiman yang merupakan modal
yang ditujukan untuk menjamin kelancaran arus informasi baik untuk
mendukung kegiatan pemerintahan, perekonomian, maupun sosial.
Tantangan Bidang Permukiman dan Infrastruktur
Penyamaan persepsi mengenai hakekat perumahan dan permukiman masih
menjadi tantangan yang mendasar, mengingat bahwa berbagai persoalan
penyelenggaraan perumahan dan permukiman sesungguhnya muncul dari adanya
perbedaan sudut pandang para pelaku pembangunan tentang hakekat dan makna
perumahan dan permukiman itu sendiri. Hal tersebut tercermin antara lain dari
kebijakan dan strategi operasional yang dipilih oleh masing-masing pelaku, dan
tidak mudah untuk secara efektif dapat dikoordinasikan. Kebijakan dan strategi
nasional penyelenggaraan perumahan dan permukiman sangat bertumpu pada
falsafah dan hakekat perumahan dan permukiman itu sendiri, yang antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia disamping pangan,
sandang, pendidikan dan kesehatan. Selain berfungsi sebagai pelindung
terhadap gangguan alam/cuaca dan makhluk lainnya, rumah juga memiliki
peran sosial budaya sebagai pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya
dan nilai kehidupan, penyiapan generasi muda, dan sebagai manifestasi
jatidiri. Dalam kerangka hubungan ekologis antara manusia dan
lingkungannya maka terlihat jelas bahwa kualitas sumber daya manusia di
masa yang akan datang sangat dipengaruhi oleh kualitas perumahan dan
permukimannya.
2. Pembangunan perumahan diyakini juga mampu mendorong lebih dari seratus
macam kegiatan industri yang berkaitan dengan bidang perumahan dan
permukiman, sehingga penyelenggaraan perumahan dan permukiman sangat
berpotensi di dalam menggerakkan roda ekonomi dan upaya penciptaan
lapangan kerja produktif. Sebaliknya kegiatan industripun semestinya dapat
dilihat sebagai titik tolak untuk menangani permasalahan perumahan dan
permukiman, terutama di kawasan-kawasan yang berkembang sebagai sentra
atau koridor industri. Produktivitas dan efisiensi industri seyogyanya juga
dapat ditingkatkan secara seimbang dan selaras dengan penanganan
permasalahan perumahan dan permukiman bagi para pekerja industri.
3. Bagi banyak masyarakat Indonesia terutama golongan menengah ke bawah,
rumah juga dapat merupakan barang modal (capital goods), karena dengan
asset rumah ini mereka dapat melakukan kegiatan ekonomi di dalam
Karenanya, permasalahan perumahan dan permukiman tidak dapat dipandang
sebagai permasalahan fungsional dan fisik semata, tetapi lebih kompleks lagi
sebagai permasalahan yang berkaitan dengan dimensi kehidupan bermasyarakat
yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, teknologi, ekologi maupun politik.
Perbedaan-perbedaan sudut pandang yang ada sesungguhnya bukan untuk
dipertentangkan, tetapi sebagai suatu upaya untuk memperkaya tinjauan agar
dapat lebih memandang persoalan perumahan dan permukiman secara lebih
holistik. Kesadaran akan adanya keragaman tersebut penting, karena hal tersebut
dapat melahirkan alternatif-alternatif strategi penyelenggaraan di bidang
perumahan dan permukiman untuk menuju Visi yang diinginkan. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka diperlukan suatu konsep tentang perumahan dan
permukiman yang lebih sistemik dan mampu mengakomodasikan perkembangan
aspirasi yang ada. Kesamaan persepsi tersebut diperlukan agar dapat menjadi titik
tolak bagi penyelenggaraan perumahan dan permukiman yang lebih
komprehensif dan sesuai dengan tugas dan kewenangan masing-masing lembaga
penyelenggaranya. Upaya untuk merangkum pandangan-pandangan di atas telah
dirumuskan secara konseptual dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992
tentang Perumahan dan Permukiman, yang menyatakan bahwa :
Perumahan adalah :
Kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.
Permukiman adalah :
Bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa
kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan.
6.1.3 ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Kota Serang mempunyai kedudukan yang sangat strategis karena berada di jalur
utama penghubung lintas Jawa-Sumatera. Kota Serang juga dilintasi jalan negara
lintas Jakarta-Merak serta dilintasi jalur kereta api lintas Jakarta-Merak. Selain
itu pula Kota Serang merupakan pintu gerbang atau transit perhubungan darat
Wilayah Kota Serang didasarkan pada kecenderungan perkembangan wilayah
yang dipengaruhi oleh faktor-faktor potensi wilayah, homogenitas wilayah,
aksesibilitas dan keterbatasan fisik yang dapat dikembangkan. Berdasarkan
kecenderungan tersebut struktur tata ruang Kota Serang adalah sebagai berikut :
Wilayah Serang bagian tengah cenderung berkembang sebagai pusat
pemerintahan, permukiman perkotaan pelayanan perdagangan dan jasa, pusat
koleksi dan distribusi terpusat di Kecamatan Serang dan Cipocokjaya dengan
wilayah pendukungnya adalah Kecamatan Kasemen.
Wilayah Serang bagian Selatan cenderung berkembang membentuk pusat
pertumbuhan baru terutama pada wilayah yang berdekatan dengan kawasan
KP3B (Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten), selain itu kegiatan
permukiman baik yang dibangun oleh masyarakat secara pribadi maupun
oleh pengembang diperkirakan akan semakin pesat, keberadaan permukiman
di wilayah selatan dapat menarik kegiatan perdagan dan jasa untuk
melayanai segala kebutuhan masyarakat. Simpul utama bagi pertumbuhan di
wilayah Serang Bagian Selatan diperkirakan berada di Kecamatan Curug dan
sekitarnya.
Wilayah Serang bagian barat cenderung berkembang dengan kegiatan
utama, pusat permukiman, perdagangan dan jasa, potensi pertanian lahan
kering, kawasan lindung, kawasan pariwisata. Simpul pertumbuhan Serang
Barat adalah Kecamatan Taktakan.
Wilayah Serang bagian timur cenderung berkembang dengan fungsi utama
sebagai kawasan perdagangan dan jasa, permukiman perkotaan, pertanian
lahan basah, pertanian lahan kering, perkebunan. Pusat pertumbuhannya
adalah Cipocok Jaya. Sebagai wilayah pendukungnya adalah Kecamatan
Walantaka.
Wilayah Serang Bagian Utara cenderung berkembang dengan dominasi
kegiatan permukiman sekaligus pula berfungsi sebagai daerah penyangga
dari kegiatan perdagangan dan jasa di wilayah tengah Kota Serang dengan
kegiatan perdagangan skala kecil.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat dinilai bahwa kecenderungan
permukiman Kota Serang lebih banyak dipengaruhi oleh adanya faktor
penarik seperti adanya kegiatan industri, pemerintah, maupun perdagangan,
dengan kata lain keberadaan permukiman di Kota Serang lebih bersifat alami
1. Kawasan Permukiman Padat Perdagangan dan Jasa
Kawasan permukiman padat perdagangan dan jasa merupakan kawasan yang
memiliki karakteristik permukiman sebagai berikut:
a. Lokasi permukiman merupakan Kawasan padat perkotaan
b. Merupakan kawasan strategis ekonomi kota
c. Beberapa daerah merupakan CBD (Central Distric Development)core
d. Beberapa kawasan permukiman perkotaan masih belum memperhatikan
estetika visual lingkungan permukiman.
Luas kawasan permukiman padat perdagangan dan jasa terdiri dari beberapa
kecamatan dan kelurahan antara lain:
Rencana pemanfaatan ruang kawasan perdagangan/jasa meliputi :
Pusat Perdagangan regional diarahkan di Pasar Rau dan Pasar Lama
serta Pasar Induk di Desa Kalodran Kecamatan Walantaka.
Pusat Perdagangan kota diarahkan di sekitar Royal di Kelurahan Kota
Baru serta di sekitar Jl. Juhdi, Jl. Veteran, Jl. Jend. Susdirman.
Kawasan Jl. Arteri dan kolektor baik primer maupun sekunder
diarahkan sebagai kawasan Perdagangan dan jasa.
Kawasan perdagangan modern skala wilayah pengembangan
diarahkan di tengah pusat kota dan sekitar kawasan Tol Serang Timur
Lampiran 2 : Peta Sebaran Permukiman oleh Developer Kuranji Kaujonbaru Kebonjahe
Komplek Kejaksaan Turusmesjid Tonjong Pedali
Cigerem DESA CILOWONG DESA PANCUR
DESA TAKTAKAN KEL. KOTA KEL. CIMUNCANG DESA KASEMEN
19Nuansa Alam Banjar Estate KECAMATAN TAKTAKAN 3. Tingkat Kesejahteraan : Keluarga Sejahtera Tingkat III 33,87% 4. Jumlah Rumah : 12.437 Unit 5. Kondisi Fisik Rumah : 76,4% Permanen, 23,6% Semi Permanen. 6. Kawasan Kumuh : 2 Kelurahan (69 KK) 3. Tingkat Kesejahteraan : Keluarga Sejahtera Tingkat III 71,4% 4. Jumlah Rumah : 9.714 Unit 5. Kondisi Fisik Rumah : 86% Permanen, 14% Semi Permanen. 6. Kawasan Kumuh : Tidak Ada 3. Tingkat Kesejahteraan : Keluarga Sejahtera Tingkat II 35,9% 4. Jumlah Rumah : 18.419 Unit 5. Kondisi Fisik Rumah : 74 Permanen, 26% Semi Permanen 6. Kawasan Kumuh : 3 Kawasan Kumuh (110 KK)
TAMAN PIPITAN INDAH PURI ANGGREK SERANG KECAMATAN WALANTAKA
A. Kompleksitas Permasalahan Permukiman di Kota Serang
Perkembangan Kota Serang cukup pesat diiringi dengan tingginya tingkat
pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana kota, tidak terkecuali dengan perumahan dan
permukiman. Selain itu sebaran penduduk yang tidak merata, dilihat dari kepadatan
penduduk yang tidak sama dengan per-wilayah.
Berdasarkan masalah tersebut, maka muncul permasalahan permukiman padat dan
kumuh di wilayah perkotaan dan perdagangan, yang nimbulkan permasalahan sebagai
berikut:
Kawasan kumuh menurut Prof. DR. Pasurdi Suparlan adalah kawasan dimana
rumah/hunian dan kondisi lingkungan masyarakat di kawasan tersebut sangat buruk
kualitasnya. Rumah maupun sarana dan prasarana yang ada tidak sesuai dengan standar
yang berlaku, baik standar kebutuhan, kepadatan bangunan, persyaratan rumah sehat,
kebutuhan sarana air bersih, sanitasi maupun persyaratan kelengkapan prasarana jalan,
ruang terbuka, serta kelengkapan fasilitas sosial lainnya.
Kawasan permukiman kumuh sebagian besar terdapat di wilayah perkotaan dengan
kepadatan penduduk yang cukup tinggi dan pada umumnya menempati kawasan-kawasan
yang strategis seperti dekat dengan pusat kota, dekat dengan pusat perdagangan dan jasa
namun ada juga kawasan kumuh disekitar pesisir pantai dan perdesaan, pada umumnya
penduduk yang mendiami kawasan kumuh bermata pencaharian sebagai pedagang kecil,
nelayan dan buruh tani dengan tingkat pendapatan relatif kecil. Kondisi bangunan di
kawasan kumuh kurang representatif dan kurang terawat dengan baik karena
ketidakmampuan warganya. Secara keseluruhan terdapat sekitar 12.602 Ha kawasan
kumuh yang tersebar di masing-masing kecamatan di Kota Serang yang didiami oleh
sekitar 2015 rumah. Kawasan kumuh terluas terdapat di Kecamatan Taktakan, Serang dan
Cipocokjaya, yang masuk dalam wilayah pusat Kota Serang.
Masih cukup banyak rumah penduduk di Kota serang yang kondisinya dibawah standar,
baik keselamatan, kesehatan maupun keindahan. Beberapa penyebab masih banyaknya
rumah tidak layak huni di Kota serang adalah sebagai berukut:
1. Pengetahuan dan kesadaran masyarakat masih rendah;
2. Kemampuan ekonomi masyarakat masih rendah;
3. Akses Pembiayaaan perumahan masih cukup rumit;
4. Penghuni rumah bukan pemilik sendiri.
Kondisi perumahan yang tidak layak huni di sebagian wilayah Kota Serang diperparah
oleh kondisi prasarana permukiman yang belum memadai, seperti kurangnya fasilitas air
bersih, jalan setapak/jalan lingkungan yang rusak/tanah, belum berjalannya mekanisme
genangan atau banjir pada lokasi-lokasi tertentu. Selain kesadaran untuk membangun
rumah yang layak huni, kesadaran masyarakat Kota Serang untuk memelihara sarana dan
prasarana lingkungan perumahan dan permukiman masih sangat rendah. Selengkapnya
mengenai sebaran permukiman kumuh serta luasannya dapat dilihat pada tabel 4.3 dan 4.4
serta gambar 4.3.
Tabel 4.3
Sebaran Permukiman Kumuh dan Squatter di Kota Serang
No. Desa/Kelurahan
Jumlah KK (orang)
Jumlah
Kaw. Kumuh Bantaran
Sungai Kaw Teg.Tinggi
KECAMATAN SERANG
1. Sumur Pecung - - 14 14
2. Cipare 215 24 - 239
3. Serang - - 16 16
4. Kagungan - 36 74 110
5. Kota Baru 243 9 - 252
6. Cimuncang 585 - - 585
7. Unyur 114 81 - 195
8. Kaligandu - - 4 4
9. Terondol 96 - 102 198
Jumlah 1.253 150 210 1.613
KECAMATAN CIPOCOK JAYA
1. Penancangan - - 44 44
2. Tembong - 13 12 25
Jumlah - 13 56 69
KECAMATAN KASEMEN
1. Bendung 45 - - 45
2. Masjid Priyayi 45 - - 45
3. Terumbu 45 - - 45
4. Banten 6 116 - 122
5. Kilasah 51 - - 51
Jumlah 192 116 - 308
KECAMATAN TAKTAKAN
1. Panggung Jati - - 71 71
No. Desa/Kelurahan
Jumlah KK (orang)
Jumlah
Kaw. Kumuh Bantaran
Sungai Kaw Teg.Tinggi
3. Umbul Tengah - - 7 7
Jumlah - - 110 110
KECAMATAN WALANTAKAN
1. Pager Agung - - 5 5
Jumlah - - 5 5
Sumber : Bappeda Kota Serang, 2010
Tabel 4.4
Lokasi dan Luas Kawasan Kumuh di Kota Serang
No Kecamatan Luas (ha) Lokasi
1 Serang 3.621 Pasar Lama, Kantin, Kebon Sawo,
Jiwantaka, Pegantungan, Lialang, Umbul
Tengah, Taktakan, Drangong,
PanggungJati, Kuranji, Pancur, Karang
Anyar, Kasemen,
2 Taktakan 3.745 Warung Jaud, Kepuren, Kalodran,
Pangarangan, Kilasah, Kasemen
3 Kasemen 340
4 Walantaka 1.585
5 Cipocok Jaya 2.701
6 Curug 610
JUMLAH 12.602
6.2 Usulan Pembangunan Permukiman
6.2.1 Sistem Infrastruktur Permukiman Yang Diusulkan
A. Air Minum
Kualitas air minum bagi penduduk juga amat menentukan kualitas
kehidupan manusia. Pemerintah telah menetapkan air minum sehat
dengan tiga persyaratan pokok yakni : memenuhi syarat fisik, syarat
kimiawi, dan syarat bakteriologis. Aspek kualitas air minum jelas telah
menjadi perhatian dalam menetapkan ada tidaknya permasalahan
lingkungan hidup, khususnya bila ditinjau dari segi kesehatan
lingkungan. Banyak kasus penyakit saluran pencernaan terutama
penyakit Diare, Disentri, dan lain-lain. yang terjadi karena kualitas air
minum dan air bersih yang tidak sehat.
Sistem pelayanan air perpipaan Kota Serang memanfaatkan mata air
Citaman (80 l/dt) dan Sukacai (60 l/dt) sebagai air baku, yang dialirkan
secara gravitasi ke wilayah pelayanan setelah melalui unit aerasi untuk
menghilangkan CO2 agresifnya. Kelurahan-kelurahan di wilayah Kota
Serang yang telah dilayani sistem distribusi air perpipaan adalah
Kelurahan Serang, Cipare, Cimuncang, Lopang, Kota Baru, Kagungan,
Lontar, Kaligandu, Sumur Pecung, Cipocok Jaya, Panancangan, Unyur,
dan Taman Baru.
Di samping melalui pelayanan PDAM, sebagian penduduk memenuhi
kebutuhan air bersih dan minumnya dari sumur dangkal yang
kualitasnya cukup baik dan selalu tersedia sepanjang tahun. Sumber air
individual tersebut hampir merata di seluruh wilayah kota terutama di
Kelurahan Lopang, Sumur Pecung, dan Cimuncang. Gambaran
pelayanan air bersih perpipaan di Kota Serang disajikan pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8
Pelayanan Air Bersih Perpipaan Kota Serang Tahun 2008
No Jenis Pemakaian Jumlah
Sambungan
Pemakaian Air
M3/bulan Lt/unit/hari
1 Rumah tanggga 7.032 101.260,80 586
2 Kran umum 33 4.950 5.197
No Jenis Pemakaian Jumlah Sambungan
Pemakaian Air
M3/bulan Lt/unit/hari
4 Perkantoran 48 3.991 2.772
5 Hotel 10 280 1.120
6 Industri 11 54 900
7 Rumah sakit 2 7.412 103.900
8 Puskesmas 3 234 10.972
9 Sekolah 21 4.851 1.066
10 Masjid 44 3.561.20 24.456
11 Fasilitas sosial 36 1.140 3.567
12 Jumlah 7.606 137,726 148.753
Sumber : PDAM Serang, 2007
Tabel 3.9
Jumlah Ketersediaan Air Bersih di Kota Serang
Kecamatan Jumlah
KK
Persediaan Air Bersih
Jumlah
Diperiksa
Jumlah
KK
Memiliki
%
SERANG 61.925 46.495 32.848 74,10
TAKTAKAN 20.501 12.581 8.141 64,71
CIPOCOK
JAYA 18.454 - - -
CURUG 10.310 8.315 5.476 65,86
WALANTAKA 24.954 12.461 6.730 55,53
KASEMEN 22.129 8.496 3.737 43,98
TOTAL 158.273 88.348 56.932 60,84
Sumber : Bappeda Kota Serang, 2008.
B. Air Limbah
Pembuangan tinja, sampah rumah tangga, dan air kotor pada hakekatnya
juga merupakan permasalahan lingkungan. Oleh sebab itu keadaan
jamban yang memenuhi syarat kesehatan, tempat pengumpulan dan
diperhatikan dalam upaya menangani masalah lingkungan hidup.
Persayaratan bahan baku untuk jamban, pembuangan sampah dan
pembuangan air kotor rumah tangga telah ditetapkan pula oleh
pemerintah (Departeman Kesehatan), antara lain tidak boleh berbau,
tidak menjadi perkembangbiakan serangga, dan tidak mencemari air
permukaan dan air tanah. Kondisi pembuangan kotoran atau limbah
yang memenuhi persyaratan kesehatan ini juga akan menjadi bagian
yang penting untuk menjaga keserasian lingkungan hidup. Seperti yang
ada di kecamatan cipocok dan serang masih belum memiliki
pembuangan tinja, sampah rumah tangga dan air kotor yang permanen,
sebagai contoh di Kecamatan Cipocok Jaya Kelurahan Karundang
lingkungan Cidadap (Rw 03 / Rt 02 & 03) dan Kelurahan Penancangan
lingkungan Dangder (Rw 06 / Rt 01) dan di Kecamatan Serang
kelurahan Kaligandu lingkungan Sumur Sana (Rw 05 / Rt 02 ) dan di
Kelurahan Sumur Pecung lingkungan Muncung ( Rw 02 / Rt 01).
Sungai Cibanten yang mengalir dari arah selatan ke utara, pada dasarnya
menjadi tempat pembuangan terakhir dari berbagai saluran air
kotor/limbah rumah tangga, perkantoran, pasar, fasilitas pelayanan
umum, maupun industri (terutama industri kecil dan rumah tangga). Hal
ini disebabkan saluran drainase kota pada umumnya juga difungsikan
sebagai saluran pembuangan limbah cair. Dalam jangka penjang kondisi
ini akan merusak lingkungan. Adapun saluran limbah yang ada
(berfungsi juga sebagai pendukung drainase) pada kawasan pusat kota
telah memakai saluran tertutup. Tetapi masih banyak pula yang
menggunakan sistem terbuka, khususnya pada daerah-daerah pinggiran
kota. Arah aliran dari rumah-rumah melalui saluran quartier, yang
sebagian merupakan saluran tertutup, terus mengalir melalui
saluran-saluran tersier ke saluran-saluran sekunder, kemudian masuk ke saluran-saluran induk
yang mengalir ke arah utara melalui Sungai Cibanten sebagai tempat
pembuangan akhir.
Limbah permukiman yang berupa limbah tinja umumnya dikelola secara
on site dengan sistem cubluk (septicktank) secara mandiri. Bagi
masyarakat yang belum memiliki septicktank sendiri (utamanya pada
permukiman padat) disediakan MCK bersama. Kota Serang perlu
limbah permukiman secara lebih baik. Khusus limbah industri besar
(yang mungkin mengandung B3) telah diolah terlebih dahulu dalam
IPAL sesuai dengan arahan pengelolaan lingkungan yang ada.
C. Sampah
Pengelolaan persampahan di Kota Serang saat ini ditangani oleh Seksi Pengelolaan
Sampah Bidang Tata Kota yang berada di bawah Dinas Pekerjaan Umum Kota Serang.
Untuk saat ini pengelolaan persampahan di Kota Serang masih terbatas pada sebagian
wilayah perkotaan Serang, yang terdiri dari 4 kecamatan Kasemen, Taktakan, Cipocok
Jaya, dan Serang. Jumlah Penduduk dari 4 kecamatan yang dilayani berjumlah 384.795
jiwa (tahun 2003) dimana baru 21% penduduk terlayani yaitu 80.807 jiwa, diketahui
timbulan sampah pada tahun 2003 sebanyak 365,2 m3 dan 70% diantaranya adalah sampah
domestik sedang sisanya 30% merupakan sampah dari non domestik (pasar, toko dan
lain-lain). Jenis sampah yang ada 75% adalah sampah organik dan 25% sampah anorganik.
Sumber sampah di Kota Serang dapat dibagi menjadi tujuh kategori yaitu :
1. permukiman, yang terdiri dari perumahan mewah, sedang, rendah dan kumuh.
2. Jalan umum, yang terdiri dari jalan-jalan protokol, jalan-jalan lingkungan.
3. Wilayah komersial, yang terdiri dari pusat perbelanjaan, pertokoaan, perkantoran,
hotel, rumah makan, dll.
4. Pasar dan kios, yaitu wilayah kegiatan pasar baik dinas maupun maksimal beserta
kios-kios disekelilingnya.
5. Fasilitas umum, yaitu terminal bus & angkutan umum, rumah sakit, sekolah,dll
6. Kawasan Perindustrian
7. Kawasan Pertanian & Perkebunan
Khusus wilayah permukiman, proses pewadahan dan pengumpulan sampah merupakan
swadaya masyarakat yang dikelola oleh Ketua Rukun Warga (RW) sedangkan dari Tempat
Pengolahan Sampah Sementara (TPSS) sampai di Tempat Pengolahan Akhir (TPSA),
dikelola oleh SDK3 - DPU Kota Serang. Demikian juga dengan Pasar, pengumpulan dari
kios-kios dikelola oleh UPTD, sedangkan dari TPSS ke TPSA oleh SDK3 - DPU Kota
Serang.
Penanganan sampah di Kota Serang, secara umum menggunakan sistem off site dan on
site. Sistem off site (pengangkutan) terutama dilakukan pada kawasan perdagangan dan
permukiman padat perkotaan. Fasilitas pengelolaan sampah terdiri dari bak sampah atau
dengan gerobak dan truk menuju TPA., yang berlokasi di Desa Panggungjati Kecamatan
Taktakan.
Volume sampah yang paling banyak terdapat di Pasar Rau, di Jalan Hasanuddin, dan dari
rumah tangga, sedangkan cara pengangkutannya dilakukan sehari 2 kali yang ditagani oleh
Dinas Kebersihan. Sarana angkutan sampah yang ada di Kota Serang, terdiri dari 35 buah
gerobak sampah, 3 buah truk terbuka besar, 18 buah dump truk besar, 6 buah Arm Roll
besar, 5 buah motor pengangkut sampah (cator) dan sejumlah tenaga kerjanya yang terdiri
dari supir, pengangkut, penyapu, dan sebagainya.
Sistem on site masih dilakukan masyarakat pinggiran dengan memasukkan sampah pada
lubang-lubang/tempat-tempat yang dibuat sendiri oleh penduduk kemudian ditimbun atau
dibakar.
Tabel 3.10
Timbulan dan jumlah sampah yang terangkut ke TPA
No Lokasi Jumlah
lokasi
Timbulan
(m3/hari)
Sampah
terangkut
(m3/hari)
1 Perumahan
a. Sederhana & menengah 50.091,36 20.036,54
b. Pasang surut
2 Sarana kota
a. Jalan arteri dan kolektor 7,2 7,2
b. Pasar 675 252
c. Pertokoan 18,04 18,04
d. Kantor 36,39 36,39
e. Sekolah 13,74 12,37
f. Terminal 25,6 23,04
g. Pelabuhan penumpang
h. Stasiun KA 1 0,5 0,5
i. Rumah Sakit 3
j. Taman kota 12 2 2
k. Hutan kota -
3 Perairan terbuka
a. Sungai utama 0,5 0,4
b. Saluran terbuka 2 1,6
No Lokasi Jumlah lokasi
Timbulan
(m3/hari)
Sampah
terangkut
(m3/hari)
5 Lokasi Lainnya
Total 16 50.872,33 20.390,08
Tabel 3.11
Penanganan Sampah
No Penanganan Volume Prosentase
1 Diangkut Petugas
a. Diangkut ke TPA 252 m3/hari 40 %
b. 4 perumahan 20 m3/hari
2 Diolah : -
a. Kompos 100 kg/bulan
b. Daur ulang -
c. Incenerator -
3 Tidak terangkut -
Tabel 3.12
Sarana Tempat Pemindahan Sampah
No Tempat Pemindahan Jumlah
1 TPS 33
2 Transfer Depo/Kontainer 28 kontainer
3 Transfer Station -
Tabel 3.13
Alat Angkut Sampah Kota Serang
No Jenis Alat Angkut Jumlah Kapasitas
(M3) Ritasi
Masih Beroperasi
Ya Tidak
1 Gerobak sampah 35 1 2
2 Truk terbuka besar 3 6 2
4 Mini truk - - -
5 Truk compactor besar - - -
6 Truk compactor kecil - - -
7 Dump truck besar 18 7 2
8 Dump truck kecil - - -
9 Arm roll besar 6 3 3
10 Arm roll kecil - - -
11 Trailer container - - -
12 Kapal penangkap sampah - - -
13 Mobil pengangkut sampah - - -
14 Motor pengangkut sampah (Cator) 5 1,5 3
6.2.2 KRITERIA PERSIAPAN DAERAH
Dalam pengembangan permukiman di Kota Serang, kriteria kesiapan daerah yang sudah
ada dan yang akan dilaksanakan meliputi:
1. Master Plan Drainase Kota Serang (2002)
2. Master Plan Air Bersih Kota Serang (2005)
3. Rencana Teknis Sistem Penyaluran Air Limbah (SPAL) Kota Serang Tahap I
(2006)
4. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah
(RP4D)Kota Serang (2002 dan 2008).
5. Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan Kawasan Kumuh Kota Serang
(2011)
6. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Tahun 2011-2031 (2012)
7. Buku Sanitasi Putih (BPS), dan Strategi Sanitasi Kota (SSK), (2011)
8. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman (RP2KP),(2012)
6.2.3 USULAN PROGRAM DAN KEGIATAN
A. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman
Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi
eksisting dengan kebutuhan, maka disusunlah usulan program dan kegiatan. Usulan
program dan kegiatan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan kriteria kesiapan
a. PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Dalam penataan bangunan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan, antara lain:
1. Permasalahan dan tantangan di bidang Bangunan Gedung
Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan
Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana.
Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan
kurang mendapat perhatian.
Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta
rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan.
2. Permasalahan dan tantangan di bidang Gedung dan Rumah Negara
Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan
keselamatan, keamanan dan kenyamanan.
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan
efisien.
Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik. 3. Tantangan Penataan Bangunan
Amanat Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan
Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UUGB,
bahwa semua Bangunan Gedung harus layak fungsi pada Tahun 2010.
Undang-undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan dan Gedung dan Peraturan
Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 28
Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, serta pedoman pelakanaan lebih detail di
bawahnya mengamanatkan bahwa penyelenggaraan Bangunan Gedung merupakan
kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan Gedung Negara dan
Rumah Negara yang merupakan kewenangan Pusat.
Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
menggarisbawahi bahwa peningkatan kualitas lingkungan permukiman dilaksanakan
secara menyeluruh, terpadu dan bertahap, mengacu pada Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL) sebagai penjabaran Rencana Tata Ruang Wilayah) yang harus
disusun oleh pemerintah daerah secara komprehensif, akomodatif dan responsive.
Penyelenggaraan pengembangan lingkungan permukiman perlu dilakukan secara
komprehensif dengan berbasis konsep Tridaya melalui proses Pemberdayaan Masyarakat
i. KONDISI EKSISTING PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Kondisi eksisting penataan bangunan dan lingkungan memberikan gambaran mengenai
peraturan daerah, kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan
bangunan gedung dan rumah negara, serta capaian dalam pemberdayaan komunitas dalam
penanggulangan kemiskinan.
ii. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
Dalam penataan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan, antara
lain:
1. Permasalahan dan tantangan di bidang Penyehatan Lingkungan
Masih adanya permukiman kumuh di Kota Serang.
Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan
bersejarah yang memiliki potensi wisata.
Terjadinya degradasi kawasan strategis yang memiliki potensi ekonomi untuk
mendorong pertumbuhan kota.
Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olah raga dan
lain-lain kurang diperhatikan.
2. Permasalahan dan Tantangan Di bidang Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan
Jumlah Penduduk miskin yang semakin bertambah.
Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk meningkatkan peran masyarakat.
Belum dilibatkannya masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan
penetapan prioritas pembangunan di wilayahnya.
3. Tantangan Penataan Lingkungan
Komitmen terhadap kesepakatan internasional MDGs, bahwa pada Tahun 2015,
200 Kabupaten/Kota bebas Kumuh, dan pada Tahun 2020 semua Kabupaten/Kota
bebas Kumuh.
Permasalahan dan tantangan penataan bangunan dan lingkungan di Kota Serang dirinci
berdasarkan aspek teknis, aspek kelembagaan, aspek pembiayaan, aspek peran serta
masyarakat/swasta dan aspek lingkungan permukiman yang meliputi kegiatan penataan
lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara
iii. ANALISIS KEBUTUHAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Analisis kebutuhan program dan kegiatan sektor penataan bangunan dan lingkungan
mengacu pada lingkup tugas Direktorat Jenderal Cipta Karya untuk sektor penataan
bangunan dan lingkungan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010.
Pada Permen PU No. 8 Tahun 2010, dijabarkan bahwa kegiatan penataan bangunan dan
lingkungan meliputi:
1. Kegiatan penataan lingkungan permukiman
a. RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)
b. RISPK (Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran)
c. Penataan lingkungan permukiman tradisional/bersejarah
d. Standar Pelayanan Minimal (SPM)
2. Kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara
3. Kegiatan pemberdayaan komonitas dalam penanggulangan kemiskinan
Kebutuhan penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten/Kota…..untuk jangka waktu
5 tahun kedepan sebagaimana tergambarkan pada Tabel-6.21.
Tabel-6.19:
Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan di
Kabupaten/Kota……..
No
Aspek Penataan
Bangunan dan
Lingkungan
Permasalahan
yang Dihadapi
Tantangan
Pengembangan
Alternatif
Solusi
I. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
1 Aspek Teknis
2 Aspek Kelembagaan
3 Aspek Pembiayaan
4 Aspek Peran Serta
Masyarakat/Swasta
5 Aspek Lingkungan
No
Aspek Penataan
Bangunan dan
Lingkungan
Permasalahan
yang Dihadapi
Tantangan
Pengembangan
Alternatif
Solusi
II. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
1 Aspek Teknis
2 Aspek Kelembagaan
3 Aspek Pembiayaan
4 Aspek Peran Serta
Masyarakat/Swasta
5 Aspek Lingkungan
Permukiman
III. Kegiatan Pemberdayaan Komonitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
1 Aspek Teknis
2 Aspek Kelembagaan
3 Aspek Pembiayaan
4 Aspek Peran Serta
Masyarakat/Swasta
5 Aspek Lingkungan
iv. KRITERIA PERSIAPAN DAERAH
Untuk mendukung program dan kegiatan penataan bangunan dan lingkungan di Kota
Serang , kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan meliputi:
1. Dokumen masterplan……..di ……. dilaksanakan pada tahun …….
2. Dokumen DED …… di …… dilaksanakan pada tahun…….
3. Dokumen…….dst
4. Kesiapan lahan seluas ….ha di ….. untuk pembangunan……
5. Ketersediaan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) sebesar Rp…….
Tahun…..untuk…….
6. ……..dst
v. USULAN PROGRAM DAN KEGIATAN
Usulan prioritas program dan kegiatan sektor penataan bangunan dan lingkungan di
Tabel-6.22:
Usulan Prioritas Kegiatan dan Pembiayaan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten/Kota………
N
o
Output
Lokas
i Vol
Satua
n
Sumber Dana Tahun
Indikator Output APBN APB
D
Prov
APBD
Kab/K
ota
Masy Swasta CSR 1 2 3 4 5
Rincian Mur
ni
PHL
b. SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM)
i. ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN SPAM
Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya Indonesia untuk
mencapai target pembangunan di bidang air minum. Isu-isu strategis dalam sektor
pengembangan SPAM secara umum adalah:
1. Peningkatan Akses Aman Air Minum
2. Pengembangan Pendanaan
3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
4. Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan
5. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum
6. Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat
7. Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah Teknis dan
Penerapan Inovasi Teknologi
Kualitas air minum bagi penduduk juga amat menentukan kualitas kehidupan manusia.
Pemerintah telah menetapkan air minum sehat dengan tiga persyaratan pokok yakni :
memenuhi syarat fisik, syarat kimiawi, dan syarat bakteriologis. Aspek kualitas air
minum jelas telah menjadi perhatian dalam menetapkan ada tidaknya permasalahan
lingkungan hidup, khususnya bila ditinjau dari segi kesehatan lingkungan. Banyak
kasus penyakit saluran pencernaan terutama penyakit Diare, Disentri, dan lain-lain.
yang terjadi karena kualitas air minum dan air bersih yang tidak sehat.
Sistem pelayanan air perpipaan Kota Serang memanfaatkan mata air Citaman (80 l/dt)
dan Sukacai (60 l/dt) sebagai air baku, yang dialirkan secara gravitasi ke wilayah
pelayanan setelah melalui unit aerasi untuk menghilangkan CO2 agresifnya.
Kelurahan-kelurahan di wilayah Kota Serang yang telah dilayani sistem distribusi air perpipaan
adalah Kelurahan Serang, Cipare, Cimuncang, Lopang, Kota Baru, Kagungan, Lontar,
Kaligandu, Sumur Pecung, Cipocok Jaya, Panancangan, Unyur, dan Taman Baru.
Di samping melalui pelayanan PDAM, sebagian penduduk memenuhi kebutuhan air
bersih dan minumnya dari sumur dangkal yang kualitasnya cukup baik dan selalu
tersedia sepanjang tahun. Sumber air individual tersebut hampir merata di seluruh
wilayah kota terutama di Kelurahan Lopang, Sumur Pecung, dan Cimuncang.
Tabel 3.8
Pelayanan Air Bersih Perpipaan Kota Serang Tahun 2008
No Jenis Pemakaian Jumlah
Sambungan
Pemakaian Air
M3/bulan Lt/unit/hari
1 Rumah tanggga 7.032 101.260,80 586
2 Kran umum 33 4.950 5.197
3 Perdagangan 366 9.992 985
4 Perkantoran 48 3.991 2.772
5 Hotel 10 280 1.120
6 Industri 11 54 900
7 Rumah sakit 2 7.412 103.900
8 Puskesmas 3 234 10.972
9 Sekolah 21 4.851 1.066
10 Masjid 44 3.561.20 24.456
11 Fasilitas sosial 36 1.140 3.567
12 Jumlah 7.606 137,726 148.753
Sumber : PDAM Serang, 2007
Tabel 3.9
Jumlah Ketersediaan Air Bersih di Kota Serang
Kecamatan Jumlah
KK
Persediaan Air Bersih
Jumlah
Diperiksa
Jumlah
KK
Memiliki
%
SERANG 61.925 46.495 32.848 74,10
TAKTAKAN 20.501 12.581 8.141 64,71
CIPOCOK
JAYA 18.454 - - -
CURUG 10.310 8.315 5.476 65,86
WALANTAKA 24.954 12.461 6.730 55,53
KASEMEN 22.129 8.496 3.737 43,98
TOTAL 158.273 88.348 56.932 60,84
.
ii. KONDISI EKSISTING PENGEMBANGAN SPAM
Sistem penyediaan air minum dengan sistem perpipaan seperti telah diuraikan, Belum
adanya RISPAM di Kota Serang,
iii. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
Permasalahan yang dihadapi oleh Kota Serang dalam pengembangan SPAM dapat
diuraikan sebagai berikut:
Kelurahan-kelurahan di wilayah Kota Serang yang telah dilayani sistem distribusi air
perpipaan adalah Kelurahan Serang, Cipare, Cimuncang, Lopang, Kota Baru, Kagungan,
Lontar, Kaligandu, Sumur Pecung, Cipocok Jaya, Panancangan, Unyur, dan Taman Baru.
Di samping melalui pelayanan PDAM, sebagian penduduk memenuhi kebutuhan air bersih
dan minumnya dari sumur dangkal yang kualitasnya cukup baik dan selalu tersedia
sepanjang tahun. Sumber air individual tersebut hampir merata di seluruh wilayah kota
terutama di Kelurahan Lopang, Sumur Pecung, dan Cimuncang
Berdasarkan permasalahan pengembangan SPAM diatas, selanjutnya dilakukan perumusan
alternatif pemecahan permasalahan yang ada. Secara rinci analisis permasalahan dan
iv. KRITERIA PERSIAPAN DAERAH
Untuk mendukung program dan kegiatan pengembangan SPAM di Kota Serang, kriteria
kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan meliputi:
1. Dokemen Review Masterplan Air Bersih Kota Serang dilaksanakan pada tahun 2013
2. Dokumen Feasibility Study hasil-hasil/arahan dalam Masterplan Air Bersih Kota
Serang dilaksanakan pada tahun 2014
3. Dokumen DED sebagai penajaman Masterplan dan FS akan dilaksanakan mulai tahun
2015
4. Kesiapan lahan sesuai dengan FS dan DED untuk pembangunan SPAM dilaksanakan
mulai tahun 2015
5. Ketersediaan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) disiapkan sesuai dengan
hasil perhitungan dalam FS dan DED
v. USULAN PROGRAM DAN KEGIATAN
Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan SPAM disusun berdasarkan
paket-paket fungsional dan sesuai kebijakan prioritas program seperti pada RPJM.
Penyusunan tersebut memperhatikan kebutuhan air minum berkaitan dengan
pengembangan atau pembangunan sektor dan kawasan unggulan. Dengan demikian usulan
sudah mencakup pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan pembangunan ekonomi.
Usulan program yang diajukan akan disesuaikan dengan hasil analisis dan identifikasi yang
telah dilakukan. Selain itu, perlu juga dicek keterpaduan dengan sektor-sektor lainnya.
Usulan program diupayakan dapat mencerminkan besaran dan prioritas program, dan
manfaatnya ditinjau dari segi fungsi, kondisi fisik, dan non-fisik antar kegiatan dan
pendanaannya. Penjabaran program-program tersebut disesuaikan dengan struktur tatanan
program RPJMN yang diwujudkan dalam paket-paket kegiatan/program.
Selain itu, pembiayaan pengembangan SPAM perlu disusun berdasarkan klasifikasi
tanggung jawab masing- masing Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Pusat, Swasta
dan Masyarakat. Jika ada indikasi program pengembangan SPAM yang melibatkan swasta
perlu dilakukan kajian lebih mendalam untuk menentukan kelayakannya. Pembiayaan
Pemerintahan Kabupaten/Kota, masyarakat, swasta, dan bantuan Pemerintah Pusat.
Bantuan Pemerintah Pusat dapat berbentuk proyek biasa (pemerataan dalam pemenuhan
prasarana sarana dasar), bantuan stimulan, dan bantuan proyek khusus (menurut
pengembangan kawasan). Adapun jenis bantuan disesuaikan dengan tingkat kebutuhannya.
Tabel-6.39:
Usulan Prioritas Kegiatan dan Pembiayaan Pengembangan SPAM Kabupaten/Kota………
Peran serta masyarakat Kota Serang terkait dengan kepatuhan membayar retribusi air
adalah dengan melakukan pembayaran retribusi air setiap bulan sesuai dengan jadwal dan
tempat yang telah ditentukan. Sedangkan peran serta masyarakat dalam pengembangan
SPAM,, dimana pelayanan air minum dengan menggunakan sistem non perpipaan. Peran
serta yang dilakukan berupa perlindungan mata air, penarikan iuran pemeliharaan, dan
pengembangan jaringan kerumah dari Hidran Umum, sehingga jumlah
pelanggan/pengguna SPAM non perpipaan yang sebelumnya berjumlah 50 KK
berkembang menjadi 100 pelanggan.
Peran serta masyarakat dalam pemeliharaan kualitas maupun kuantitas sumber air berupa
pemeliharaan hutan disekitar wilayah mata air. Dalam pemeliharaan jaringan yang ada,
peran serta masyarakat berupa bergotong dalam perbaikan pipa, pemeliharaan
broncaptering, dan pengembangan jaringan pipa.
Rp. MURNI PLN HLN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
3 2415.006.000.000 SPAM DI KAWASAN MBR 3.c. 2415.006.003.000 OPTIMALISASI IKK
2415.006.003.112 Pembangunan
Pengembangan Sistem Kawasan Perpipaan (PDAM)
untuk MBR (DAK) 500,000 8,000,000 2015 Perencanaan Teknis dan Pengawasan Bidang Perkim
sektor Air Bersih Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Kebersihan Pengembangan Sistem Perpipaan (PDAM) untuk MBR
(DAK) 300,000 1,000,000 2013 4 2415.007.000.000 SPAM DI IBU KOTA KECAMATAN(IKK)
4.a. 2415.007.001.000 SPAM DI IBUKOTA KECAMATAN (IKK) 2415.007.001.112 Pembangunan
Pengembangan SPAM - IKK Purbaratu - Pengadaan & pemasangan pipa distribusi
(2015-2016) 1,000,000 1,000,000 300,000 200,000 2014 5 2415.008.000.000 SPAM PERDESAAN
5.a. 2415.008.001.000 SPAM DI DESA RAWAN AIR /PESISIR/TERPENCIL 2415.008.001.112 Pembangunan
Pembangunan SPAM di Lokasi Rawan Kekeringan
- Pemanfaatan Mata Air (DAK) 100,000 500,000 2013 NO KODE AKUN URAIAN KEGIATAN
LOKASI
VOLUME SATUAN ANGGARANTAHUN
Kode
SUMBER PENDANAAN x Rp. 1.000,-PDAM SWASTA APBN
c. PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
Ada berbagai teknik yang biasa dipakai untuk mengidentifikasi isu-isu strategis dan
hambatan. Salah satunya adalah melalui analisis SWOT, sebuah teknik analisis yang sudah
lazim dipraktikkan. Analisis SWOT terkait identifikasi isu-isu strategis dan hambatan bisa
mengambil banyak teknik/jalan. Tetapi dari beberapa praktik di kota-kota, kita bisa
mencatat satu pendekatan yang bisa dianggap best practice, yang bisa dipelajari pada
penjelasan langkah-langkah di bagian ini.
Berikut adalah beberapa contoh isu-isu strategis:
- Pembangunan sistem sewerage dan IPAL. Dalam sebuah zona air limbah yang direncanakan akan dibangun sistem sewerage, diidentifikasi kemungkinan adanya
hambatan ketersediaan lahan untuk pemasangan pipa air limbah. Misalnya, jarak antar
rumah yang terlampau dekat menyebabkan tidak mungkin membuat galian (secara
konvensional) untuk penanaman pipa air limbah tersebut. Berdasarkan identifikasi
kemungkinan hambatan itu, maka perlu dicari cara lain guna mengatasi masalah
sanitasi di daerah tersebut (misalnya: membuat subsistem tersendiri untuk kawasan
tersebut, atau mencari opsi teknologi yang sesuai untuk kawasan itu.
- Pelayanan sampah. Salah satu komponen dalam pelayanan sampah yang baik dari sisi kesehatan dan lingkungan adalah tersedianya Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang
memadai. Bila dalam kurun waktu 15–25 tahun ke depan, TPA yang ada saat ini tidak
dapat digunakan lagi karena kapasitas yang ada sekarang sudah terbatas, maka isu
kebutuhan TPA perlu diangkat. Lalu, tindakan antisipasinya perlu dipastikan menjadi
bagian dari program dan kegiatan jangka menengah.
- Dan lainnya.
2.4.2.5 Perumusan Arah Pengembangan Sektor Sanitasi
Proses perumusan Arah Pengembangan Sektor Sanitasi Kota sebenarnya dimulai sejak
penyusunan visi dan misi sanitasi kota, penetapan tujuan dan sasaran yang memberikan
kisi-kisi penetapan sistem sanitasi dan zona sanitasi (CA-05), serta penetapan tingkat
layanan (CA-06). Selanjutnya, setelah Pokja berhasil merumuskan isu-isu strategis dan
kemungkinan hambatan, mereka dapat merumuskan arah pengembangan sektor sanitasi di
Tabel-6.41:
Cakupan Pelayanan Sistem Onsite
No Kecamatan
Jumlah PS Sanitasi Sistem Onsite
Pengumpulan Pengolahan
Jamban
Keluarga MCK Lainnya
Septik
Tank Cubluk Lainnya
1.
2.
dst
Tabel-6.42:
Cakupan Pelayanan Air Limbah Komunitas Berbasis Masyarakat
No Lokasi/Tempat
Sistem
Dibangun
Tahun
Cakupan
Pelayanan Kondisi
MCk++ IPAL
Tabel-6.43:
Cakupan Pelayanan Air Limbah Sistem Offsite
No Nama IPAL Sistem Dibangun
Tahun
Kondisi
KOTA SERANG BELUM MEMILIKI PELAYANAN AIRLIMBAH SISTEM OFFSITE
Tabel-6.44:
Parameter Teknis Wilayah
No Uraian Besaran Keterangan
1. Jumlah Penduduk ….…jiwa
Tingkat Kepadatan
- Sangat Tinggi (> 400 jiwa/ha) …….ha
- Tinggi (300-400 jiwa/ha) …….ha
- Sedang (200-300 jiwa/ha) …….ha
- Rendah (< 200 jiwa/ha) …….ha
2. Tipe Bangunan Rumah Tangga
- Permanen ….% KK atau
…..unit
- Semi Permanen ….% KK atau
…..unit
- Tidak Permanen ….% KK atau
…..unit
3. Badan Air
- Nama Sungai
- Peruntukan
- Tidak Permanen
- Debit …….liter/detik
- Kualitas …….BOD Mg/liter
…….COD Mg/liter
-A. Pendanaan
Biaya pengelolaan air limbah oleh Dinas Cipta Karya selama ini dibiayai dari dana APBD.
Restribusi pelayanan air limbah di Kota Serang untuk masing-masing klasifikasi WC
adalah sebagai berikut:
WC klasifikasi A sebesar Rp. ……../tangki
WC klasifikasi B sebesar Rp. ………/tangki
...dst
Pembayaran restribusi dilakukan secara tunai pada saat setelah mendapatkan pelayanan.
Hasil penarikan restribusi tersebut disampaikan ke Bendahara Dinas ... untuk
selanjutnya disetorkan ke Rekening Pemerintah Kabupaten/Kota... Biaya operasi dan
pemeliharaan yang dibelanjakan selama ini terdiri dari biaya BBM, biaya servis dan
onderdil kendaraan, serta biaya personil.
B. Kelembagaan
Secara struktural, instansi yang menangani masalah pengelolaan air limbah di Kota Serang
adalah Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan, dan Dinas Kesehatan.
Tugas pokok Dinas/Badan... adalah ... Untuk melaksanakan tugasnya,
Dinas/Badan ... membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam
pengelolaan air limbah Kabupaten/Kota... saat ini didukung oleh ... personel terdiri
dari ... orang PNS dan ... PNS dan PHL / Lapangan.
C. Peraturan Perundangan
Peraturan perundangan yang ada di Kabupaten/Kota ... yang terkait dengan pengelolaan
air limbah adalah sebagai berikut:
1. Peraturan Daerah/Bupati/Walikota Nomor... Tahun ... tentang ...
2. Peraturan Daerah/Bupati/Walikota Nomor... Tahun ... tentang ...
3. ...dst