• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan minat dan prestasi belajar IPA siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 menggunakan pendekatan kontekstual - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peningkatan minat dan prestasi belajar IPA siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 menggunakan pendekatan kontekstual - USD Repository"

Copied!
406
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA

KELAS V SD KANISIUS KOTABARU 1 MENGGUNAKAN

PENDEKATAN KONTEKSTUAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Disusun Oleh: Antonia Noviati

101134097

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini peneliti persembahkan untuk: Tuhan Yesus Kristus

Kedua orangtuaku di surga, Bapak Cayetano Mugiyono dan Ibu Yovita Angela Poniati

Mbak Retno Indriati, Mas Andri Kristianto, Mbak Christina

Wulandari, Mas Yohanes Santoso Setiawan, Mbah Darmo dan Mbah Ikem.

MartinusKismet DTP dan Salimun’s Family

Keluarga besar Paradhe

Teman-teman satu kontrakan yang selalu memberi semangat (Risma, Elish, dll).

(5)

v

HALAMAN MOTTO

Today must be better than yesterday

 Pekerjaan besar tidak dihasilkan dari kekuatan, melainkan oleh ketekunan (Samuel Johnson)

(6)

vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma.

Nama : Antonia Noviati

Nomor Induk Mahasiswa : 101134097

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya yang berjudul :

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA

KELAS V SD KANISIUS KOTABARU 1 MENGGUNAKAN

PENDEKATAN KONTEKSTUAL berserta perangkat yang diperlukan, (bila ada).

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

(7)

vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya yang saya tulis tidak memuat bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan pada daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

(8)

viii

ABSTRAK

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA

SISWA KELAS V SD KANISIUS KOTABARU 1 MENGGUNAKAN

PENDEKATAN KONTEKSTUAL

Oleh:

Antonia Noviati (101134097) Universitas Sanata Dharma

2014

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran yang seyogyanya menyenangkan dan membuat siswa antusias untuk mengikuti proses pembelajaran yang ada, namun tidak seperti yang diharapkan, pelajaran IPA di SD Kanisius Kotabaru 1 menjadi sebuah mata pelajaran yang dianggap membosankan oleh siswa. Hal inilah yang mengakibatkan minat belajar IPA dan juga prestasi belajar IPA siswa rendah. Faktor penyebab rendahnya minat dan juga prestasi belajar bukan hanya berasal dari siswa tetapi terletak pada faktor guru sebagai pengajar. Pendekatan kontekstual dipilih karena dalam pendekatan kontekstual terdapat 7 komponen yang dapat membantu siswa untuk meningkatkan minat dan prestasi.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan 2 siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Kotabaru Kotabaru 1 yang berjumlah 33 siswa. Objek dalam penelitian ini adalah minat dan prestasi belajar. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah wawancara, observasi, kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian minat berdasarkan observasi menunjukkan peningkatan persentase siswa yang berminat dari kondisi awal sebesar 27,9% menjadi 70,33% pada siklus 1 dan 75,36 pada siklus 2. Hasil minat berdasarkan kuesioner juga meningkat dari kondisi awal sebesar 60,61% menjadi 80,81% pada siklus 1 dan 87,88% pada siklus 2. Prestasi belajar juga meningkat dari jumlah siswa yang lulus KKM pada kondisi awal sebesar 54,08% menjadi 78,79% pada siklus 1 dan 87,88% pada siklus 2. Jumlah siswa yang lulus KKM juga meningkat dari kondisi awalnya 72,27 menjadi 85.

(9)

ix

ABSTRACT

THE IMPROVEMENT OF INTEREST AND ACHIEVEMENT OF FIFTH GRADE KANISIUS KOTABARU 1 ELEMENTARY STUDENTS

ON STUDYING SCIENCE BY USING CONTEXTUAL APPROACH

by :

Antonia Noviati (101134097) Sanata Dharma University

2014

Science is a subject that should be fun and make students enthusiastic to follow the learning process, but not as expected, lesson of science in Kanisius elementary school Kotabaru 1 subject has considered boring by students. This has caused the interest in learning science and science learning achievement of students is low. Factors that cause the low of interest and also learning achievement is not only from students but also in the teacher teaches factors. Contextual approach is chosen because contextual approach have seven components that can help students to increase interest and achievement.

This classroom action research was carried out with two cycles. The subjects in this research is the fifth grade students of elementary school Kotabaru 1 which amounts to thirty-three students. The Objects in this research is interest and learning achievement. Data collection techniques that researchers use are interview, observation, questionnaire and documentation. Data analysis techniques in this study is a quantitative and qualitative analysis techniques. The results of observational studies showed an increased interest by the percentage of students who are interested in the initial condition by 27.9 % to 70.33 % in cycle 1 and 75.36 in cycle 2. Interest based on the questionnaire results also increased from initial condition by 60.61 % to 80.81 % in cycle 1 and 87.88 % in cycle 2. Learning achievement also increased from the number of students who passed the KKM on the initial conditions by 54.08 % to 78.79 % in cycle 1 and 87.88 % in cycle 2. The number of students who pass the KKM also increased from initial conditions by 72,27 to 85.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala berkat-Nya, sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi dengan judul “PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD KANISIUS

KOTABARU 1 MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

”ini dengan baik. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini, sehingga peneliti dapat menyelesaikannya dengan baik. Peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

(11)

xi

3. Ibu Niken Anggrahini, S.Pd selaku kepala sekolah SD Kanisius Kotabaru 1 yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian bagi peneliti.

4. Ibu Elisabeth Fury Nindita, A. Ma. Pd. selaku guru mata pelajaran IPA kelas V SDK Kotabaru 1, yang telah memberikan waktu, bantuan, dan masukan bermanfaat bagi peneliti.

5. Siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru yang telah berkenan untuk menjadi subjek dalam penelitian ini.

6. Alm. Bapak Cayetano Mugiyono dan Alm. Ibu Yovita Angela Poniati selaku orang tua peneliti yang selalu memberikan dorongan semangat, motivasi, dan doa tiada henti bagi peneliti dari surga.

7. Ketiga kakak peneliti Mbak Retno Indriati, Mas Andri Kristianto dan Mbak Christina Wulandari atas dorongan semangat.

8. Martinus Kismet DTP, terimakasih atas segala dukungan, nasehat, semangat dan perhatian yang diberikan kepada peneliti.

9. Teman kelompok payung SCL, Feti, Tika, Vivi, Ipuk, Ida, Bertha, Vita, Lukita, Siska, Apri, Nova, Zulfan, Muchlis, Zega, yang bersama-sama berjuang dan saling mendukung dalam menyusun skripsi.

10. Teman-teman “Paradhe”.

(12)

xii

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan oleh sebab itu peneliti menerima dengan senang hati kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini berguna bagi pembaca sekaligus menjadi sumber dalam belajar melakukan pemahaman serta meningkatkan pengetahuan yang digunakan sebagai acuan dan pegangan bagi pembaca.

(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL... ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSUTUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT...ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Pembatasan Masalah ...8

E. Manfaat Penelitian. ...9

(14)

xiv BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka ...11

1. Teori Belajar Piaget ...11

2. Minat ...12

3. Prestasi Belajar...16

4. Student Centered Learning (SCL)...25

5. Contextual Teaching and Learning (CTL)...28

6. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)...32

7. Siswa Sekolah Dasar...33

B. Hasil Penelitian yang Relevan ...34

C. Kerangka Berpikir...39

D. Hipotesis Tindakan ...40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian...41

B. SettingPenelitian ...44

C. Rencana Tindakan...44

D. Indikator Keberhasilan dan Pengukurannya ...47

E. Teknik Pengumpulan Data...49

F. Instrumen Pengumpulan Data ...52

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...64

H. Teknik Analisis Data ...91

(15)

xv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ...95

1. Proses PTK ...96

a. Siklus 1...96

b. Siklus 2...102

2. Kualitas Proses...107

3. Kualitas Hasil...124

B. Pembahasan...132

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...147

B. Keterbatasan...148

C. Saran ...149

(16)

xvi DAFTAR TABEL

1. Indikator Keberhasilan ...48

2. Instrumen Pengumpulan Data ...52

3. Pedoman Observasi...53

4. Pedoman Wawancara Guru...55

5. Kisi-kisi Kuesioner Sebelum Validasi ...56

6. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus 1 Sebelum Validasi...57

7. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus 2 Sebelum Validasi...58

8. Pedoman Penghitungan Skor Soal Evaluasi ... ...59

9. Rubrik Penilaian Psikomotor Pertemuan 1 Siklus 1 ...59

10. Rubrik Penilaian Psikomotor Pertemuan 2 Siklus 1 ...60

11. Rubrik Penilaian Psikomotor Pertemuan 3 Siklus 1 ...60

12. Rubrik Penilaian Afektif Siklus 1 ...62

13. Rubrik Penilaian Psikomotor Siklus 2 ...63

14. Rubrik Penilaian Afektif Siklus 2 ...64

15. Penghitungan SPSS untuk Kuesioner ...66

16. Kisi-kisi Kuesioner Minat Setelah Validasi ...67

17. Hasil PenghitunganContent ValiditySilabus Siklus 1 ...69

18. Hasil PenghitunganContent ValiditySilabus Siklus 2 ...69

19. Hasil PenghitunganContent ValidityRPP Siklus 1...71

20. Hasil PenghitunganContent ValidityRPP Siklus 2...72

(17)

xvii

22. Hasil PenghitunganContent ValiditySoal Evaluasi Siklus 2 ...73

23. Perhitungan SPSS untuk Soal Evaluasi Siklus 1 ...76

24. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus 2 Setelah Validasi ...77

25. Perhitungan SPSS untuk Soal Evaluasi Siklus 1 ...78

26. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus 2 Setelah Validasi ...79

27. Penghitungan SPSS untuk Kuesioner . ...81

28. Kisi-kisi Kuesioner Minat Setelah Validasi...82

29. Koefisien Reliabilitas.. ...83

30. Penghitungan Reliabilitas Kuesioner Minat. ...84

31. Penghitungan Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus 1. ...84

32. Penghitungan Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus 2. ...85

33. Tingkat Kesukaran. ...85

34. Indeks kesukaran Soal Evaluasi Siklus 1...87

35. Kisi-kisi Indeks Kesukaran pada Soal Evaluasi Siklus 1...88

36. Indeks Kesukaran Soal Evaluasi Siklus 2. ...89

37. Kisi-kisi Indeks Kesukaran pada Soal Evaluasi Siklus 2...90

38. Rentang Nilai Tiap Kategori Minat. ...92

39. Jadwal Penelitian. ...94

40. Minat Belajar Siswa Kondisi Awal berdasarkan Observasi. ...108

41. Minat Belajar Siswa pada Pertemuan 1 Siklus 1 berdasarkan Observasi ...109

42. Minat Belajar Siswa pada Pertemuan 2 Siklus 1 berdasarkan Observasi. ...109

(18)

xviii

44. Minat Belajar Siklus 1 berdasarkan Observasi. ...111

45. Minat Belajar Siswa Kondisi Awal berdasarkan Kuesioner. ...112

46. Minat Belajar Siswa pada Pertemuan 1 Siklus 1 berdasarkan Kuesioner...113

47. Minat Belajar Siswa pada Pertemuan 2 Siklus 1 berdasarkan Kuesioner...115

48. Minat Belajar Siswa pada Pertemuan 3 Siklus 1 berdasarkan Kuesioner...116

49. Minat Belajar Siswa Siklus 1 Berdasarkan Kuesioner. ...117

50. Hasil Penelitian Minat Belajar Siklus 1. ...118

51. Minat Belajar Siswa pada Pertemuan 1 Siklus 2 berdasarkan Observasi ...119

52. Minat Belajar Siswa pada Pertemuan 2 Siklus 2 berdasarkan Observasi. ...119

53. Minat Belajar Siswa Siklus 2 berdasarkan Observasi...120

54. Minat Belajar Siswa pada Pertemuan 1 Siklus 2 berdasarkan Kuesioner...121

55. Minat Belajar Siswa pada Pertemuan 2 Siklus 2 berdasarkan Kuesioner...122

56. Minat Belajar Siswa Siklus 2 berdasarkan Kuesioner. ...123

57. Hasil Penelitian Minat Belajar Siklus 2. ...124

58. Hasil Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus 1...125

59. Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus 1 berdasarkan Penilaian Otentik. ...126

60. Hasil Penelitian Prestasi Belajar Siklus 1. ...127

61. Hasil Prestasi Belajar Siswa pada Siklus 2. ...128

62. Hasil Prestasi Belajar Siklus 2 berdasarkan Penilaian Otentik. ...129

63. Hasil Penelitian Prestasi Belajar Siklus 2. ...130

(19)

xix

DAFTAR GAMBAR

1. Litterature map ...38

2. Siklus dalam PTK ...42

3. Siswa pada Saat Mengerjakan LAS ...133

4. Hasil Kartupedia ...134

5. Siswa Saat Melakukan Percobaan...136

6. Contoh Lembar Refleksi. ...137

7. Bagan Minat Belajar berdasarkan Observasi. ...137

8. Contoh Kuesioner Minat Siswa pada Indikator 1 Siklus 1. ...138

9. Contoh Kuesioner Minat Siswa pada Indikator 1 Siklus 2. ...139

10. Contoh Kuesioner Minat Siswa pada Indikator 2 Siklus 1. ...140

11. Contoh Kuesioner Minat Siswa pada Indikator 2 Siklus 2. ...140

12. Contoh Kuesioner Minat Siswa pada Indikator 3 Siklus 1. ...141

13. Contoh Kuesioner Minat Siswa pada Indikator 3 Siklus 2. ...142

14. Contoh Kuesioner Minat Siswa pada Indikator 4 Siklus 1. ...142

15. Contoh Kuesioner Minat Siswa pada Indikator 4 Siklus 2. ...143

16. Bagan Minat Belajar berdasarkan Kuesioner...144

17. Bagan Persentase Siswa yang Mencapai KKM. ...145

(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Ijin Melakukan Penelitian dan Selesai Penelitian . ...154

2. Instrumen Pembelajaran Sebelum Validasi ...157

3. Instrumen Pembelajaran Setelah Validasi ...245

4. Contoh Hasil Pekerjaan Siswa ...308

5. Hasil Penghitungan IK. ...336

6. Output SPSS untuk Uji Validitas dan Reliabilitas ...339

7. HasilContent Validity...346

8. Hasil Observasi Minat Belajar Pada Kondisi Awal ...353

9. Hasil Observasi Minat Belajar Pada Siklus 1 dan 2 ...356

10. Data Kuesioner Minat Belajar Pada Kondisi Awal. ...361

11. Data Kuesioner Minat Belajar Pada Siklus 1 dan 2. ...363

12. Daftar Nilai Kognitif Siswa Pada Kondisi Awal . ...368

13. Daftar Nilai Kognitif Siswa Pada Siklus 1 dan 2...372

14. Data Analis Hasil Observasi. ...375

15. Daftar Nilai 3 Aspek Siswa Pada Siklus 1 dan 2. ...382

(21)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah, manfaat penelitian dan definisi operasional pada penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

(22)

Ilmu yang didapat pastinya juga sangat bermanfaat bagi kehidupan siswa di masa sekarang atau pun di masa mendatang apabila siswa dapat terlibat secara aktif dan belajar dengan kondusif. Kenyataan yang terjadi adalah tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Pemaparan guru mata pelajaran IPA di SD Kanisius Kotabaru 1 menunjukkan bahwa berbagai macam hal seperti keterbatasan media, kesulitan menerapkan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna, dan juga kondisi siswa sendiri menjadi alasan pembelajaran IPA di kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 kurang kondusif. Hal ini dibuktikan dengan pemaparan guru yang

mengatakan : “Ya ada macam-macam hal yang mempengaruhi mbak, kadang waktu 70 menit itu untuk penggunaan media ya kurang, terus penggunaan media

yang tepat juga menjadi keterbatasan, selain itu juga dari siswanya sendiri yang

kadang malah bermain sendiri atau mengobrol dengan teman yang lain

(komunikasi, 17 Oktober 2013).

(23)

Peneliti akan membahas dan meneliti peningkatan minat dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Kotabaru 1. Minat adalah situasi dimana seseorang yang mengalami kecenderungan dalam diri yang tertarik dengan sesuatu objek atau menyenangi sesuatu objek dan mendorong seseorang memperhatikan objek tertentu. Siswa dikatakan berminat apabila menunjukkan empat indikator yang merupakan indikator minat, yaitu: (1) siswa memiliki rasa senang pada pembelajaran IPA; (2) siswa memberikan perhatian penuh terhadap pembelajaran IPA; (3) siswa terlibat aktif dalam pembelajaran; dan (4) siswa berinisiatif dalam pembelajaran IPA. Minat siswa pada pembelajaran IPA ditunjukkan dengan hasil observasi, wawancara dan kuesioner minat.

Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 23 Oktober 2013, menunjukkan bahwa pembelajaran IPA di kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 memang kurang kondusif. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa 14 dari 33 siswa atau 42,42% siswa memiliki rasa senang pada pembelajaran IPA, 8 dari 33 siswa atau 24,24% siswa memberikan perhatian penuh terhadap pembelajaran IPA, 5 dari 33 siswa atau 15,16% siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, dan 3 dari 33 siswa atau 9,01% siswa berinisiatif dalam pembelajaran IPA. Dari data tersebut dapat disimpulkan ada 22,71% siswa yang berminat dalam pembelajaran IPA.

(24)

pembelajaran IPA, 7 dari 33 siswa atau 21,21% siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, dan 11 dari 33 siswa atau 32,35% siswa berinisiatif dalam pembelajaran IPA. Dari data tersebut dapat disimpulkan ada 33,09% siswa yang berminat dalam pembelajaran IPA. Hasil observasi pertama ditambah dengan hasil observasi kedua kemudian dirata-rata dan diperoleh hasil 27,9%.

Hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru mata pelajaran IPA membuktikan bahwa pembelajaran IPA di kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 kurang kondusif. Pemaparan guru mengungkapkan bahwa pada saat guru menjelaskan materi beberapa siswa tidak memperhatikan guru tetapi malah sibuk mengobrol dengan teman yang lain. “Itu mbak, kalau saya menjelaskan malah

pada ribut sendiri, ada yang mainan buku, ada yang ngobrol sama temennya,

malah kadang ada yang sengaja jalan-jalan” (komunikasi, 17 Oktober 2013). Untuk menarik perhatian siswa guru meminta beberapa siswa yang terlihat ribut sendiri untuk diam dan mengulang kembali penjelasan dari guru. Peneliti juga melakukan observasi untuk menambah data tentang minat siswa terhadap pembelajaran IPA di kelas V SD Kanisius Kotabaru 1.

(25)

pembelajaran IPA. Kuesioner yang telah diberikan kepada siswa kemudian dihitung skor totalnya dan diperoleh hasilnya berdasarkan kriteria minat. Siswa yang termasuk ke dalam kategori minimal cukup berminat adalah sebesar 60,61%. Peneliti juga memperoleh data untuk kondisi awal menggunakan dokumentasi nilai.

Data yang diperoleh dari dokumentasi nilai siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 menunjukkan bahwa Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) pelajaran IPA 2012/2013 dan 2013/2014 adalah 75. Siswa yang dinyatakan tuntas adalah siswa yang memiliki nilai lebih dari 75 atau sama dengan 75. Dari data yang diperoleh, pretasi belajar IPA siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 tergolong rendah. Hal ini dapat dibuktikan dengan data dokumentasi nilai IPA siswa dari kelas V semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 yang menunjukkan bahwa siswa yang mencapai KKM berjumlah 13 siswa dari 26 siswa (50%) dengan nilai rata-rata kelas 71,08. Pada semester gasal tahun ajaran 2012/2013 siswa yang mencapai KKM 15 siswa (57,69%) dengan nilai rata-rata kelas 73,39 sedangkan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 siswa yang mencapai KKM adalah 18 siswa (54,55%) dengan nilai rata-rata kelas72,36. Jadi, dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai prestasi belajar IPA siswa selama 3 semester pada tahun ajaran 2012/2013 sampai dengan 2013/2014 adalah 72,27 dengan persentase 54,08% siswa yang mencapai KKM.

(26)

pembelajaran yang menarik. Proses pembelajaran yang menarik dapat diciptakan dengan menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi atau dengan menerapkan sebuah konsep pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Peneliti akan menerapkan sebuah konsep pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran sehingga dengan aktif maka minat dan juga prestasi siswa akan meningkat. Konsep pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif yaituStudents Centered Learning(SCL).

(27)

menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Peneliti memilih Contextual Teaching and Learning atau pendekatan Kontekstual karena dengan pendekatan kontekstual maka siswa dapat menghubungkan pengetahuan yang mereka dapat dengan kenyataan yang ada di dunia nyata mereka, dengan demikian pengetahuan dan pengalaman yang mereka dapat akan lebih bermakna. Pendekatan kontekstual atauContextual Teaching and Learning (CTL) merupakan sebuah pendekatan pembelajaran dimana siswa dapat mengkaitkan antara materi yang mereka pelajari dengan situasi kehidupan nyata yang ada disekitar mereka. Dalam pendekatan kontekstual terdapat tujuh komponen yang dapat membantu siswa untuk lebih memahami materi pembelajaran. Tujuh komponen tersebut adalah konstruktivisme, inkuiri, bertanya, pemodelan, masyarakat belajar, refleksi, dan penilaian otentik.

(28)

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti melakukan penelitian dengan

judul “Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 Menggunakan PendekatanKontekstual”.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana penggunaan pendekatan kontekstual dalam upaya meningkatkan minat siswa pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 tahun ajaran 2013/2014?

2. Bagaimana penggunaan pendekatan kontekstual dalam upaya meningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 tahun ajaran 2013/2014?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pendekatan kontekstual dalam upaya meningkatkan minat siswa pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 tahun ajaran 2013/2014?

2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pendekatan kontekstual dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 tahun ajaran 2013/2014?

D. Pembatasan Masalah

(29)

sifat bahan dengan bahan penyusunnya, misalnya benang, kain, dan kertas”siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru 1.

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas, manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan sekolah untuk menggunakan model-model dalam pembelajaran sehinga mutu pendidikan sekolah dapat meningkat.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan guru untuk menerapkan, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.

3. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman yang sangat berharga karena dapat melakukan penelitian ini.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional digunakan agar istilah atau definisi yang ada tidak salah tafsir dan tidak menimbulkan pertanyaan atau tafsiran ganda.

(30)

2. Prestasi Belajar adalah sebuah hasil dari proses belajar mengajar dalam bentuk penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan dari pembelajaran yang didapat seseorang, dan ditunjukkan dengan tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru melalui proses belajar seseorang.

3. Konsep SCL adalah sebuah konsep pembelajaran yang memberdayakan siswa menjadi pusat perhatian selama proses pembelajaran berlangsung.

4. Pendekatan kontekstual adalah sebuah proses pembelajaran dimana siswa mengaitkan antara materi yang sedang mereka pelajari dengan konteks kehidupan nyata mereka sehari-hari untuk mempermudah pemahaman mereka terhadap materi.

5. IPA adalah mata pelajaran yang berhubungan dengan lingkungan sekitar yang ada.

(31)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini menjabarkan tetang kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan.

A. Kajian Pustaka

1. Teori-Teori yang Mendukung

Teori yang mendukung dalam penelitian ini adalah teori pembelajaran yang diungkapkan oleh Jean Piaget, yaitu teori belajar konstruktivism. Seorang anak akan menemukan pengetahuan mereka sendiri setelah mereka mengikuti kegiatan belajar mengajar. Lewat belajar seorang anak mulai membangun pengetahuan yang ia butuhkan dan akan membentuk sebuah pengetahuan yang baru yang nantinya bermanfaat bagi kehidupannya kelak (Piaget dalam Hergenhahn, 2009:312).

(32)

konsep sederhana untuk membuat kelompok atau klasifikasi suatu benda berdasarkan bentuk yang sama atau kemiripannya.

Tahap yang ketiga adalah operasional konkret (tujuh sampai sebelas tahun), dalam tahap ini anak sudah mengenal konsep angka. Konsep angka yang mereka tangkap adalah mengenai kejadian nyata yang mereka alami. Tahap yang keempat adalah tahap operasional formal (sekitar sebelas atau dua belas tahun sampai empat belas tahun). Dalam tahap ini anak sudah mulai dapat mengenal sesuatu yang bersifat abstrak. Pemikiran anak pada tahap ini akan semakin logis.

2. Minat

a. Pengertian Minat

Whitehead (dalam Johnson 2010) mengungkapkan bahwa, minat adalah

“dasar dari perhatian dan pemahaman” (h. 37). Djaali (2007:121) menyatakan

bahwa minat sebagai rasa suka terhadap sesuatu hal atau aktivitas tanpa adanya suatu paksaan. Minat didefinisikan sebagai suatu keinginan atau kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu (Tim Reality, 2008 : 450). Slameto (2010:180) mengemukakan bahwa minat adalah suatu rasa ketertarikan terhadap sesuatu tanpa ada yang menyuruh. Minat diwujudkan dalam suatu partisipasi melalui suatu aktivitas yang dapat mendorong aktivitas belajar selanjutnya. Hurlock (2005) juga menjelaskan bahwa minat merupakan “sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas

(33)

Pengertian minat belajar telah diungkapkan oleh beberapa tokoh. Dari berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan secara umum bahwa minat adalah perasaan tertarik pada sesuatu yang timbul tanpa adanya paksaan.

b. Klasifikasi Minat

Minat dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa macam. Berdasarkan alasan timbulnya minat, Surya (2007 : 122) mengklasifikasikan minat ke dalam 3 macam, yaitu (1) minat volunter; (2) minat involunter; dan (c) minat nonvolunter. Klasifikasi minat yang pertama adalah minat volunteer. Minat volunter timbul secara sukarela, dengan sendirinya muncul dari dalam diri siswa tanpa adanya pengaruh dari luar. Seseorang akan dengan sendirinya memiliki sebuah minat tanpa adanya paksaan dari pihak luar.

(34)

c. Ciri-Ciri Minat

Ciri-ciri minat secara umum menurut Hurlock (2005 : 115) ada tujuh, yaitu : (1) minat tumbuh seiring dengan perkembangan fisik dan mental; (2) minat bergantung pada kesiapan belajar; (3) minat bergantung pada kesempatan belajar; (4) perkembangan minat mungkin terbatas; (5) minat dipengaruhi budaya; (6) minat memiliki bobot emosional; dan (7) minat itu egosentris. Pertama minat tumbuh seiring dengan perkembangan fisik dan mental. Perubahan minat dapat terjadi selama perubahan fisik dan mental siswa berkembang. Jika siswa sudah cukup mencapai kematangan, maka minat yang dimiliki akan lebih stabil.

Kedua, minat bergantung pada kesiapan belajar. Siswa tidak akan mempunyai minat terhadap suatu hal apabila belum memiliki kesiapan secara fisik dan mental untuk melakukan hal tersebut. Siswa tidak dapat mempunyai minat untuk belajar matematika sampai dia memiliki pengetahuan yang cukup dan keinginan untuk mempelajari matematika. Ketiga, minat bergantung pada kesempatan belajar. Kesempatan belajar bergantung pada lingkungan dan minat. Minat tersebut berasal dari lingkungan terdekat siswa, yaitu lingkungan rumah. Seiring bertambah luasnya lingkup belajar siswa, kesempatannya untuk mengenal dan mempelajari hal-hal baru juga semakin banyak. Siswa dapat memutuskan apa yang bisa memuaskan kebutuhannya, yang merupakan minatnya.

(35)

terbatas dibandingkan teman sebayanya yang memiliki perkembangan fisik normal. Kelima yaitu minat dipengaruhi budaya. Jika anak mendapat kesempatan dari orang tua, guru, dan orang dewasa lain untuk belajar mengenai suatu hal yang dianggap oleh kelompok budaya mereka adalah minat yang sesuai, maka anak dapat menekuni minat tersebut secara lebih lanjut.

Keenam, minat memiliki bobot emosional. Bobot emosional atau aspek afektif dari minat menentukan kekuatannya. Bobot emosional yang tidak menyenangkan akan melemahkan minat. Sebaliknya apabila bobot emosional menyenangkan, maka akan memperkuat minat. Jika seorang anak merasa tertarik terhadap kegiatan tertentu, maka minat pada kegiatan tersebut akan semakin meningkat. Ketujuh adalah minat itu egosentris. Pada masa kanak-kanak, minat bersifat egosentris, yang dapat mengarahkan siswa pada arah tujuan yang menurutnya ideal. Misalnya minat siswa pada matematika sering berlandaskan keyakinan bahwa kepandaian di bidang tersebut merupakan hal penting untuk menuju kedudukan yang menguntungkan di bidang tersebut. Jadi dari penjabaran tadi dapat disimpulkan bahwa minat memiliki ciri yang beragam. Ciri minat dari setiap orang pastinya juga akan beragam sesuai dengan ketertarikan seseorang terhadap sesuatu hal.

d. Indikator Minat

(36)

yang diminati; (3) memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati. Ada rasa keterikatan pada aktivitas-aktivitas yang diminati; (4)lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya; dan (5) dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.

Pendapat dari Slameto tersebut hampir sama dengan yang diungkapkan oleh Djamarah. Djamarah (2002 : 132) mengemukakan beberapa indikator siswa berminat dalam belajar, yaitu: (a) pernyataan lebih menyukai sesuatu daripada yang lain; (b) partisipasi aktif dalam suatu kegiatan; dan (c) memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminati. Pendapat dari ahli di atas dapat disimpulkan bahwa indikator minat dalam belajar secara umum dapat dilihat dari adanya (1) siswa memiliki rasa senang saat pembelajaran IPA; (2) siswa memperhatikan saat proses pembelajaran IPA; (3) siswa terlibat dalam proses pembelajaran IPA; dan (4) siswa berinisiatif mencari informasi baru. 3. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar terdiri dari dua kata yakni prestasi dan belajar. Sebelum mengurai lebih jauh tentang prestasi belajar terlebih dahulu akan dikemukakan tentang pengertian prestasi. Sunarto (2009) mengemukakan bahwa prestasi adalah

(37)

keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan oleh guru”. Purwodarminto (2008: 94) juga mengatakan bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan atau yang telah dikerjakan).

Hamalik (2008: 27) mengungkapkan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih dari itu, yakni mengalami. Slameto (2010: 12) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

S. Nasution (dalam Sunarto 2009:56), prestasi belajar merupakan kemampuan yang telah dicapai seseorang dalam berpikir, merasa, dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila dapat memenuhi tiga aspek yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai setelah siswa melakukan kegiatan belajar sehingga ada perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap siswa. Prestasi belajar merupakan salah satu bukti yang menunjukkan kemampuan atau keberhasilan seseorang untuk melakukan proses belajar sesuai dengan bobot atau nilai yang berhasil diraihnya (Winkel dalam Sunarto, 2009:113).

(38)

dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar dan tingkat keberhasilan dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara umum faktor-faktor tersebut dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal berkaitan dengan faktor yang berasal dari lingkungan, sementara faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa (Slameto, 2010: 54).

1) Faktor Internal

(39)

Aspek psikologis, dalam aspek ini banyak aspek yang mempengaruhi prestasi belajar siswa secara psikologis. Aspek-aspek yang dipandang lebih esensial yaitu intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa. Aspek yang pertama adalah intelegensi Siswa. Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Muhibbin Syah, 2003: 147). Slameto (2010: 56) mengemukakan bahwa intelegensi atau kecakapan terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

Aspek yang kedua adalah sikap siswa. Muhibin Syah (2003: 149) mengemukakan bahwa sikap adalah “gejala internal yang bedimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara

positif maupun negatif”. Sikap positif siswa terhadap guru dan mata pelajaran yang disajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut.

Aspek yang ketiga adalah bakat siswa. Rebber dalam Muhibin Syah (2003:

150) mengemukakan bakat adalah “kemampuan potensial yang dimiliki seseorang

(40)

masing-masing, jadi secara umum bakat itu mirip dengan inteligensi. Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.

Bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu, jika pelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu. Aspek yang keempat adalah minat siswa. Hilgard dalam Slameto (2010: 57) merumuskan tentang minat sebagai berikut:

Interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or

content”. Minat merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang akan diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Reber dalam Muhibin Syah (2003: 151) juga mengemukakan bahwa secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari oleh siswa tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan baik, karena tidak ada daya tarik baginya. Guru harus mengusahakan agar siswa tersebut mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan.

(41)

penyebab berbuat adalah motivasi itu sendiri sebagai daya pendorong atau penggerak. Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang menunjang belajar.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah segala faktor yang ada di luar diri siswa yang memberikan pengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar yang dicapai siswa. Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap belajar dapatlah dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat (Slameto, 2010: 60). Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sutjipto Wirowidjojo dalam Slameto

(2010: 61) menyatakan bahwa “keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan

utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia”. Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya peranan keluarga di dalam pendidikan anaknya. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.

(42)

belajar, tidak menyediakan atau melengkapi alat belajarnya serta tidak mau tau bagaimana kemajuan belajar anaknya, dapat mengakibatkan anak tidak berhasil atau kurang berhasil dalam belajarnya. Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Hubungan antara orang tua dan anak yang harmonis penuh perhatian, kasih sayang, akrab dan saling pengertian memungkinkan anak belajar dengan baik, karena disamping memberikan dorongan untuk belajar orang tua akan membantu bagaimana cara belajar yang baik.

Keadaan ekonomi keluarga sedikit banyak mempengaruhi keberhasilan belajar atau prestasi belajar anak. Orang tua yang ekonominya rendah akan merasa kesulitan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan belajar anak misalnya buku-buku pelajaran, fasilitas untuk belajar dan kebutuhan lain sehingga anak mengalami hambatan dalam mencapai prestasi belajar yang baik. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Faktor sekolah ini meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standard pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

(43)

yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak baik. Guru dapat memilih metode pembelajaran yang tepat karena setiap materi pembelajaran belum tentu cocok dengan satu metode.

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa (Slameto, 2010: 65). Kurikulum yang baik, jelas dan mantap memungkinkan siswa dapat mencapai prestasi belajar yang baik. Program pendidikan dan pengajaran yang jelas tujuanya, sarananya, waktu dan kegiatannya dapat dilaksanakan dengan mudah sehingga membantu siswa dalam belajar.

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan murid, oleh karena itu cara belajar anak juga dipengaruhi oleh relasinya dengan guru yang bersangkutan, jika hubungan guru dengan murid kurang baik maka akan berpengaruh pada kelancaran belajar mengajarnya. Guru sebaiknya menjalin relasi yang baik dengan siswa. guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab dapat menyebabkan proses belajar mengajar itu menjadi kurang lancar.

(44)

pelaksanaan tata tertib, kedisplinan pengawas atau karyawan dalam pekerjaan akan memberi semangat kepada anak untuk belajar dan melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru.

Keadaan gedung di sekolah sebagai tempat belajar juga ikut memberi pengaruh pada keberhasilan anak. Gedung yang rusak, kotor, banyak sampah berserakan atau bahkan atapnya bocor tentu menjadi kendala saat kegiatan belajar mengajar belangsung. Meskipun anak memiliki semangat yang menggebu untuk belajar, namun keadaan gedung sekolah yang mengkhawatirkan dapat menurunkan niatnya mencari ilmu.

Banyaknya tugas rumah yang diberikan guru juga mempengaruhi prestasi belajar siswa. Slameto (2010: 69) mengemukakan bahwa guru diharapkan jangan terlalu banyak memberikan tugas yang harus dikerjakan di rumah karena akan semakin menambah bebannya untuk mengerjakan. Jangankan untuk belajar materi lain, untuk mengerjakan pekerjaan rumah saja waktunya sudah kurang.

Di samping faktor sekolah dan faktor keluarga, lingkungan masyarakat juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.

(45)

ini anak akan menemukan berbagai macam tingkah laku yang berbeda-beda. Selain itu adanya media masa, baik yang cetak maupun elektronik mempengaruhi pula terhadap perolehan hasil belajar dan proses belajar bagi anak, baik yang positif maupun yang negatif. Apabila individu yang belajar dapat menggunakan sarana tersebut dengan kebutuhan sebagai individu yang sedang belajar akan meningkatkan prestasi belajar anak di sekolah. Jadi, lingkungan masyarakat membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. 4. KonsepStudent Centered Learning(SCL)

Triyono (2011:1) mengungkapkan bahwa SCL adalah suatu konsep pembelajaran yang memberdayakan peserta didik untuk menjadi pusat perhatian selama permbelajaran berlangsung. Overby (2011) menjelaskan konsep SCL adalah “the concept of student-centered learning is to bring the classroom and students to life. The teacher is considered a guide on the side, assisting and

guiding students to meet the goal that have been made by the students and the

(46)

didik atau siswa harus aktif untuk belajar dan bertanya. Mereka adalah subjek dalam pembelajaran bukan lagi objek yang hanya duduk diam memperhatikan guru namun mereka harus aktif membangun pengetahuan mereka sendiri.

Triyono (2011:2) mengemukakan bahwa ada beberapa ciri-ciri dari pendekatanStudent Centered Learning, yaitu : (a) peserta didik harus aktif terlibat dalam proses pembelajaran; (b) topik, isu, dan subyek pembelajaran harus menarik dan memicu motivasi intrinsik; dan (c) pengalaman belajar harus muncul berdasarkan suasana yang nyata dan sebenarnya. Pertama, peserta didik harus terlibat dalam proses pembelajaran artinya dalam penerapan konsep SCL ini, peserta didik atau yang sering disebut siswa harus menjadi subjek dalam pembelajaran. Siswa harus mengalami sendiri proses pembelajarannya tidak hanya duduk diam dan mendengarkan penjelasan dari guru tetpai juga menemukan pengetahuan-pengetahuan baru.

(47)

Konsep SCL merupakan sebuah konsep pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Guru berperan sebagai fasailitator yang bertugas memfasilitasi siswa dalam membangun pengetahuan siswa secara utuh. Jenis pembelajaran yang termasuk dalam ruang lingkup SCL antara lain adalah : Problem Based Learning (PBL), inkuiri dan pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning. Problem Based Learning merupakan pembelajaran yang menggunakan masalah nyata sebagai suatu konteks sehingga siswa dapat belajar berpikir kritis dalam melakukan pemecahan masalah yang ditujukan untuk memperoleh pengetahuan atau konsep yang esensial dari bahan pelajaran. Hanafiah (2012:71) menjelaskan bahwa inkuiri adalah pembelajaran dengan mengikuti metodologi sains dan memberi kesempatan untuk pembelajaran bermakna. Wina Sanjaya (2008:109) mengungkapkan bahwa pendekatan kontekstual adalah “suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka”.

Pendekatan kontekstual dipilih untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar IPA siswa karena memiliki kelebihan dibandingkan Inkuiri dan PBL.

(48)

komponen yang menunjukkan bahwa ada usaha untuk menghubungkan pengetahuan yang dipelajari dengan yang telah dimiliki siswa melalui pengalaman bermakna. Pengetahuan tersebut berupa masalah nyata. Johnson (2007:37) juga menjelaskan bahwa pendekatan kontekstual mengajak siswa untuk membuat hubungan-hubungan yang mengungkapkan makna dan memiliki potensi untuk membuat siswa berminat belajar.

5. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/ CTL) a. Pengertian Pendekatan Kontekstual

Wina Sanjaya (2008:109) mengungkapkan bahwa pendekatan kontekstual

adalah “suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka”. Melalui pendekatan kontekstual, siswa dapat belajar dengan cara menghubungkan pengetahuan ynag mereka dapat dengan kenyataan yang ada dalam kehidupan mereka.

Johnson (2002) juga memiliki pendapat bahwa pendekatan kontekstual

adalah “an educational process that aims to help students see meaning in the

academic material they are studying by connecting academic subjects with the

conext of their daily lives, that is, with conext of their personal, social and

(49)

mereka dengan kehidupan mereka sehari-hari, menghubungkan dengan pribadi mereka sendiri, dengan kehidupan sosial dan kebudayaan.

Jadi, pendekatan kontekstual merupakan sebuah proses pembelajaran dimana siswa mengaitkan antara materi yang sedang mereka pelajari dengan konteks kehidupan nyata mereka sehari-hari untuk mempermudah pemahaman mereka terhadap materi. Siswa mengaitkan antara materi dengan konteks yang ada dalam kehidupan nyata untuk mempermudah konsep belajar dan mempermudah membangun pengetahuan mereka.

b. Strategi Pendekatan Kontekstual

Johnson dalam bukunya Contextual Teaching and Learning mengungkapkan bahwa ada tujuh strategi yang harus ditempuh untuk memperoleh pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, yaitu: (1) pengajaran berbasis problem; (2)menggunakan konteks yang beragam; (3) mempertimbangkan kebhinekaan siswa; (4) memberdayakan siswa untuk belajar sendiri; (5) belajar melalui kolaborasi; (6) menggunakan penilaian autentik; dan (7) mengejar standard tinggi.

(50)

Ketiga yaitu mempertimbangkan kebhinekaan siswa. Dalam CTL, kebhinekaan berarti guru mengayomi setiap individu siswa dan meyakini bahwa perbedaan dari setiap individu itu dapat menjadi penggerak untuk belajar saling menghormati dan saling toleransi satu sama lain. Keempat adalah memberdayakan siswa untuk belajar sendiri. Siswa dilatih untuk belajar secara mandiri dan berfikir kritis dan kreatif untuk memecahkan sebuah masalah. Kelima yaitu belajar melalui kolaborasi. Siswa dibiasakan untuk bekerjasama dan berdiskusi dalam kelompok. Dalam setiap kelompok pasti akan muncul satu siswa yang mendominasi dalam kelompok itu, siswa inilah yang dijadikan fasilitator dalam kelompoknya. Apabila kelompok belajar sudah terbina sedemikian rupa maka tugas guru adalah sebagai fasilitator dan mentor.

Keenam adalah menggunakan penilaian otentik. Proses yang dilakukan oleh guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan oleh siswa. Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak. Penilaia ini ditekankan pada proses belajar bukan kepada hasil belajar. Ketujuh yaitu mengejar standar tinggi. Sekolah harus berusaha untuk meningkatkan standar kelulusannya untuk mencapai standar yang tinggi.

c. Karakteristik Pendekatan Kontekstual

Fellow (2000:2-7), karakteristik pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut : (1) problem-based (berbasis masalah); (2) using multiple contexts

(penggunaan berbagai konteks); (3) drawing upon students diversity

(51)

(pendukung pembelajaran pengaturan diri); dan (5) using independent learning groups(pengggunaan kelompok belajar yang saling berketergantungan).

Pertama adalah problem based (berbasis masalah), dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dapat dimulai dengan memberikan sebuah masalah di awal dan pada prosesnya nanti akan menuntut siswa untuk berfikir kritis dan kreatif untuk mencari pemecahan dari masalah itu. Permasalahan yang dikaji juga harus sesuai dengan konteks kehidupan siswa. Kedua yaitu using multiple contexts (penggunaan berbagai konteks). Ketiga, drawing upon student diversity (penggambaran keanekaragaman siswa). Setiap siswa diciptakan berbeda-beda, perbedaan terjadi dalam nilai-nilai, adat istiadat dan juga perspektif mereka. Perbedaan inilah yang bias dijadikan sebagai penyatu bagi guru untuk membangun kemampuan inter-personal siswa.

Kelima adalah supporting self-reguled learning (pendukung pembelajaran pengaturan diri). Keenam yaitu using independent learning groups (penggunaan kelompok belajar yang saling berketergantungan). Dengan kelompok belajar, siswa dapat berbagi pengetahuan dan juga saling membantu satu sama lain. Ketujuh adalah imploying authentic assessment (memanfaatkan penilaian asli). Penilaian autentik digunakan untuk memonitor kemajuan siswa dan umpan balik keberhasilan guru dalam pembelajaran

(52)

(constructivism). Pengetahuan yang kita dapat kita kembangkan sedikit demi sedikit dengan konteks kehidupan yang ada di dekat kita. Kita harus mengonstruksi pengetahuan itu dan memberikan makna melalui pengalaman nyata. Kedua yaitu menemukan (inquiry), dalam hal ini, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki siswa diharapkan bukan hanya dari hasil mengingat fakta-fakta yang ada melainkan hasil dari menemukan sendiri melalui beberapa tahapan, yaitu : (1) observasi; (2) bertanya,;(3) mengajukan dugaan; (4) pengumpulan data; dan (5) penyimpulan.

Ketiga adalah bertanya, pengetahuan yang dimiliki oleh siswa bermula dari bertanya. Bagi guru bertanya merupakan kegiatan untuk mendorong dan membimbing kemampuan berfikir siswa menjadi kritis dan kreatif. Keempat adalah masyarakat belajar, dalam masyarakat belajar, pengetahuan tidak selalu didapat dari hasil pembelajaran sendiri melainkan juga dari hasil kerja kelompok / masyarakat belajar. Pemodelan, dalam hal ini guru dapat menjadi model dalam proses belajar mengajar, tetapi guru bukanlah satu-satunya model, artinya model dapat dirancang dengan melibatkan siswa atau pun dengan mendatangkan seseorang dari luar sekolah. Refleksi merupakan respon terhadap apa yang baru saja dilalui dan apa yang baru saja dihadapi. Terakhir adalah penilaian yang sebenarnya. Kemajuan belajar dinilai dari sebuah proses bukan hanya semata-mata dari hasil akhirnya saja.

6. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

(53)

pada perkembangan selanjutnya IPA juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori(deduktif). IPA adalahbody knowledge. IPA adalah suatu cabang pengetahuan yang mengangkat fakta-fakta yang tersusun secara sistematis dan menunjukkan berlakunya hukum-hukum umum. IPA merupakan pengetahuan yang didapat dengan jalan study dan praktik. IPA juga dapat diartikan sebagai suatu cabang study yang bersangkut-paut dengan observasi dan klasifikasi fakta-fakta terutama dengan disusunnya hukum umum dengan induksi dan hipotesis. (Subiyanto,1998:2).

Definisi lain tentang IPA yang lengkap diberikan oleh Collete (1994),

science should be viewed as a way of thinking in the pursuit of understanding

nature, asa way of investigating claims about phenomenon and as body of

knowledge that has resulted from inquiry (h.30). Ilmu Pengetahuan Alam harus dipandang secara berfikir dalam pencarian tentang pengertian rahasia alam dan sebagai batang tubuh pengetahuan yang dihasilkan dari inkuiri .

7. Siswa SD

(54)

reflektif, dan memandang unsur-unsur dunia secara serentak; (2) mampu memahami aspek-aspek kumulatif materi (volume, jumlah, berat, luas, panjang, dan pendek) dan memahami tentang peristiwa-peristiwa yang konkret; (3) menggunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda yang bervariasi beserta tingkatannya; (4) mampu membentuk dan menggunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan menggunakan hubungan sebab akibat; dan (5) mampu memahami konsep substansi (volume zat cair, panjang, pendek, lebar, luas, sempit, ringan, dan berat). Siswa pada tahap ini lebih mudah belajar dari benda-benda dan aktivitas nyata.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian pertama adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sunandar (2009). Penelitian tersebut berjudul Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan Hasil Belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar. Sunandar melakukan penelitian tentang pengaruh pembelajaran kontekstual (CTL) terhadap prestasi belajar anak. Peneliti membandingkan pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual (CTL) dengan pendekatanTextual Teaching and Learning

(55)

pembelajaran TTL. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas V A dan V B SD Ngesrep 01/02 Kecamatan Banyumanik Kota Semarang.

Penelitian yang kedua adalah jurnal yang disusun oleh Suryawati,et al pada tahun 2009. Jurnal tersebut berjudul The Effectiveness of RANGKA

Contextual Teaching and Learning on Student’s Problem Solving Skills and Scientific Attitude. Penelitian ini tentang efektivitas pengguanaan CTL dalam pelajaran Biologi untuk siswa terutama dalam pemecahan masalahdan perilaku sains. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Subjek dalam penelitian ini adalah 215 siswa dari siswa kelas VII yang ada di 3 sekolah negeri dengan berbagai tingkatan kognitif yaitu tinggi, sedang dan rendah. Modul CTL dibuat dengan mengaplikasikan RANGKA atau Rangkuman (Conclude), Amati (Observe), Nyatakan (State), Gabungkan (Combine), Komunikasi (Communicate) dan Amalkan (Implement). Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan tes dan observasi. 110 siswa masuk dalam kelas eksperimen dan 105 siswa masuk dalam kelas konvensional. Dalam kelompok, siswa mencoba untuk mengidentifikasi masalah, mengolah data, merencanakan pemecahan masalah dan memcahkan masalah. Dari hasil penelitian diperoleh hasil dengan perbandingan kelas CTL 77,24 dan kelas konvensional 68,41. Hasil dari penelitian ini adalah RANGKA CTL dapat membuat siswa untuk berfikir kritis dan membuat siswa dapat menjadi peka dalam pembelajaran.

(56)

Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan minat dan prestasi belajar siswa menggunakan media audiovisual pada mata pelajaran PKn kelas IV. Penggunaan Audiovisual sebagai cara untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa terhadap Pelajaran PKn menimbulkan dampak yang positif terutama dapt meningkatkan prestasi belajar siswa setidak–tidaknya mencapai nilai KKM. Penelitian ini menggunakan PTK ( kuantitatif ). Dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan adanya peningkatan minat siswa terhadap mata pelajaran PKn dengan penggunaan media audiovisual, sehingga siswa dapat mingkatkan prestasi belajar dengan hasil memenuhi KKM. Variabel yang berkaitan denagn minat sehingga saya ingin mengetahui penelitian yang terdapat hal yang membahas tentang minat. Minat ini juga dapat ditingkatkan dengan berbagai perlakuan dan kegiatan yang membangun minat siswa. Dengan jurnal ini saya mengetahui apa yang akan terjadi dan pengaruhnya minat terhadap berbagai masalah yang dihadapi di lingkungan sekolah dan warga sekolah.

(57)

kuantitatif. Penelitian kuantitatif dilaksanakan untuk mengetahui seberapa tinggi nilai hasil belajar siswa setelah mengalami proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Sedangkan penelitian kualitatif diperoleh dari hasil deskripsi mengenai nilai-nilai pembelajaran. Data diperoleh dari wawancara, observasi dan juga pengambilan gambar. Hasil penelitian ini ada 2, yaitu hasil belajar Matematika dan juga tingkat keaktifan siswa di dalam kelas.

Peniliti membuat literature map untuk menggambarkan keterkaitan antara penelitian yang terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sendiri.

(58)

Gambar 1.Literature map

Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 Menggunakan

Pendekatan Kontekstual. Pemanfaatan Pendekatan

(59)

Dalam Litterature map diatas, dapat kita liat keterkaiatan antara beberapa penelitian yang sudah dilakukan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sekarang. Dua peneliti yang pertama menggunakan pendekatan kontekstual dalam penelitiannya, mereka membuktikan bahwa pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peneliti yang selanjutnya meneliti tentang peningkatan minat dan prestasi belajar siswa, ada yang menggunakan pendekatan kontekstual dan ada juga yang menggunakan media. Peneliti dalam hal ini akan melakukan penelitian yang berkaitan dengan peningkatan minat dan prestasi belajar siswa menggunakan pendekatan kontekstual.

B. Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran IPA di kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 lebih didominasi oleh guru. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran karena siswa hanya duduk diam mendengarkan penjelasan dari guru. Situasi dan kondisi kelas pada saat pembelajaran juga tidak kondusif untuk pembelajaran disebabkan karena siswa kurang terlibat dalam aktivitas pembelajaran. Oleh karena itu, perlu adanya pengelolaan lain yang lebih efektif untuk dilakukan. Untuk mengatasi permasalahan itu maka dilaksanakan sebuah pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan kontekstual.

(60)

(contructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), permodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assesment) yang diharapkan dapat membuat siswa menjadi lebih aktif. Berdasarkan hal-hal tersebut diharapkan penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru 1.

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Penggunaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran IPA meningkatkan minat belajar siswa melalui tujuh komponen utama pendekatan kontekstual yang memenuhi kebutuhan siswa untuk membangun pengetahuannya yang dikaitkan dengan konteks. Ketujuh komponen tersebut adalah konstruktivisme, tanya jawab, inkuiri, komunitas belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian otentik. Oleh karena itu, penggunaan pendekatan kontekstual meningkatkan minat belajar IPA pada siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 tahun ajaran 2013/2014.

(61)

41 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab III ini berisi tentang metodologi penelitian yang meliputi jenis penelitian yang dilakukan, setting penelitian, rencana tindakan, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, validitas dan reliabilitas, indeks kesukaran, analisis data, indikator keberhasilan, serta jadwal penelitian.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan sendiri oleh pendidik (guru) yang berupa tindakan praktis dalam pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki praktik pendidikan, antara lain proses dan hasil pembelajaran serta profesionalitas pendidik (Purnomo, 2008: 51). Penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan keahlian mengajar (Mc.Niff,1992).

(62)

Gambar 2. Siklus Dalam PTK (Kusumah, 2009:21)

Gambar 2 menunjukkan urutan dalam PTK, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Tahapan- tahapan dalam penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan

Penentuan perencanaan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perencanaan umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan aspek yang terkait PTK antara lain identifikasi masalah, analisis penyebab adanya masalah, dan bentuk tindakan yang akan dilakukan. Perencanaan khusus dimaksudkan untuk menyusun rancangan dari siklus per siklus. Kusumah (2009:39) mengemukakan bahwa hal-hal yang direncanakan diantaranya terkait dengan pendekatan pembelajarn, metode pembelajaran, materi yang akan diajarkan, media yang akan digunakan, dan sebagainya.

2. Pelaksanaan / Tindakan

(63)

memecahkan masalah yang terjadi. Bentuk pelaksanaan tindakan mencakup konsep atau pendekatan pembelajaran yang akan dilakukan, materi yang akan diajarkan, dan sebagainya. Langkah berikutnya adalah menerapkan tindakan tersebut dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan rencana pembelajaran yang sudah dibuat (Kusumah, 2009:39).

3. Pengamatan / Observasi

Pengamatan dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran lengkap tentang proses pembelajaran mengenai organisasi. Kusumah (2009:40) mengemukakan bahwa pengamatan, observasi atau monitoring dapat dilakukan sendiri oleh peneliti atau berkolaborasi. Pada saat monitoring pengamat haruslah mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di dalam kelas penelitian.

4. Refleksi

(64)

B.SettingPenelitian 1.Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 33 anak, terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah minat dan prestasi belajar IPA menggunakan pendekatan kontekstual.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama 10 bulan. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan September 2013 sampai dengan bulan Juni 2014.

4. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Kotabaru 1 Yogyakarta, Jalan Abubakar Ali 2B, Kotabaru, Gondokusuman, Yogyakarta.

C. Rencana Tindakan 1. Persiapan

(65)

kelas V; (3) observasi, observasi dilakukan untuk menindak lanjuti permasalahan yang muncul pada saat wawancara sehingga peneliti dalam melihat secara langsung keadaan kelas; dan (4) identifikasi masalah, data dari hasil wawancara dan observasi yang diperoleh peneliti digunakan untuk mengidentifikasikan masalah yang terjadi di dalam kelas dan menentukan cara untuk memecahkan masalah tersebut.

2. Rencana Tindakan Siklus 1

Proses pembelajaran dalam siklus 1 terdiri dari tiga kali pertemuan yang dilakukan dalam rentang waktu satu minggu. Pelaksanaannya mengikuti jadwal pembelajaran di SD.

a. Perencanaan Siklus 1

Dalam tahap ini dilakukan penyusunan rencana tindakan antara lain : peneliti menyusun perangkat pembelajaran, meliputi silabus, RPP, LAS, rubrik penilaian, soal evaluasi, media dan peralatan yang digunakan dalam pembelajaran IPA. Peneliti melakukan validasi untuk perangkat pembelajaran kepada dosen, kepala sekolah dan juga guru kelas. Peneliti menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi dan juga rubriknya serta kuesioner lengkap dengan kisi-kisinya. Peneliti juga menyiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk teknis perekaman kegiatan pembelajaran.

b. Pelaksanaan Siklus 1

(66)

komponen dalam CTL. Salah satu komponen yang digunakan dalam pelaksanaan siklus 1 adalah inkuiri terbimbing. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan oleh peneliti dengan bantuan guru mitra.

c. Observasi Siklus 1

Selama penelitian ini berlangsung, peneliti juga melakukan observasi terhadap kelompok siswa yang sedang belajar. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui minat belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi/pengamatan ini dilakukan dengan bantuan 2 teman sejawat yang kemudian mengisi lembar pedoman observasi yang telah disusun.

d. Refleksi Siklus 1

Refleksi dilakukan pada tahap akhir setiap siklus. Pada siklus 1 ini peneliti menganalisis hasil pengamatan dari kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Hasil dari refleksi pada siklus 1 ini digunakan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan pelaksanaan pembelajaran yang telah berlangsung. Hasil refleksi siklus 1 menyatakan bahwa target pencapaian yang ditentukan belum tercapai sehingga penelitian akan dilanjutkan pada siklus 2. Hasil penelitian dari siklus 1 dapat dilihat pada bab IV yaitu hasil penelitian.

2. Rencana Tindakan Siklus 2 a. Perencanaan Siklus 2

(67)

pembelajarn yang sudah dibuat akhirnya divalidasi. Validasi dilakukan dengan

content validity,face validitydanconstruct validity. b. Pelaksanaan Siklus 2

Pelaksanaan tindakan siklus 2 dilaksanakan selama 3 x pertemuan, masing-masing pertemuan 2 x 35 menit. Pelaksanaan tindakan ini dilaksanakan sesuai dengan perangkat pembelajaran yang sudah disusun. Pelaksanaan tindakan pada siklus 2 ini menggunakan inkuiri bebas dimodifikasi.

c. Observasi Siklus 2

Peneliti melakukan observasi terhadap kelompok siswa yang sedang belajar. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui minat belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi/pengamatan ini dilakukan dengan bantuan 2 teman sejawat yang kemudian mengisi lembar pedoman observasi yang telah disusun.

d. Refleksi Siklus 2

Refleksi pada siklus 2 dilakukan dengan menganalisis hasil pengamatan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh peneliti. Hasil refleksi pada siklus 2 menunjukkan bahwa target pencapaian yang ditentukan telah tercapai sehingga penelitian akan berakhir dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Hasil penelitian pada siklus 2 dapat dilihat pada bab IV yaitu hasil penelitian. D. Indikator Keberhasilan dan Pengukurannya

Gambar

Gambar 1. Literature map
Gambar 2. Siklus Dalam PTK (Kusumah, 2009:21)
Tabel 1Indikator Keberhasilan
Tabel 2Instrumen Pengumpulan Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun begitu/ Fatah mengakui/ fatwa yang sebenarnya masih ditujukan untuk kalangan internalnya ini/ akan diberlakukan secara bertahap/ dan tidak harus berhenti

dikelola dengan baik akan sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa.. Namun, kenyataannya persiapan guru untuk mengelola

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keselamatan kerja karyawan pada PT PLN (Persero) Area Malang sudah sangat baik yang berdampak pada motivasi kerja,

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kemampuan reaktor fluidisasi tiga fase dalam meningkatkan kandungan DO dan menurunkan kandungan organik yaitu COD dan mempelajari

Kalaulah sunnah fajar saja lebih baik dari dunia dan seisinya, berupa harta, istana, sungai-sungai, istri-istri dan lain-lain baik segala kebutuhan yang disenangi manusia

Adapun kelayakan usaha Aspek-aspek yang akan dikaji dalam pengembangan usaha pada Yoyok Fish Farm meliputi aspek non finansial yang meliputi aspek teknis, aspek manajemen,

Dari beberapa hasil penelitian diatas, bisa terlihat bahwa nilai IC50 ekstrak Curcuma longa yang dipaparkan terhadap sel HeLa memerlukan konsentrasi yang jauh lebih tinggi

Anda dinasihatkan untuk selalu membuat salinan cadangan (backup) dari semua data yang disimpan di dalam Produk Sony Ericsson seperti item-item yang didownload, kalender dan