• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDY OF DOMINANT MAIN PEST AND DISEASE ON RICE FARMING IN PAPUA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDY OF DOMINANT MAIN PEST AND DISEASE ON RICE FARMING IN PAPUA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

DI PROVINSI PAPUA

STUDY OF DOMINANT MAIN PEST AND DISEASE ON RICE

FARMING IN PAPUA

Petrus A Beding1

Balai Pengakajian Teknologi Pertanian Papua ABSTRACT

The high number of pest and diseases in rice plants, often make it difficult for the target pest and disease priorities that need to be controlled. The accuracy of determining the target pest and disease is an important step because it will determine how to control accurately, thereby reducing cost . This study aims to: (a) determine the development of major pests and diseases in rice farming in Papua; (b) determine the dominance of major pests and diseases in rice farming Papua; and (c) determine the dominance of major pests and diseases in their respective districts in Papua. Studies implemented starting in May to October 2015. The study used secondary data from technical implementing unit of Food and Horticultural Plant Protection, Department of Agricultural Papua Province, for five years, from 2009 to 2014. Secondary data were analyzed by destructive method to answer the purposes of the study. The dominance of pests can be set based on extensive data attacks, and most comprehensive attack showed the dominance of major pests and diseases. The results showed that: (a) major pests and diseases (rice leafroller, pest winches rod, rat, and the brown spot disease, and blasts) are always found in rice farming in Papua; (b) for five years (2009 to 2014) fake white and blasts wide attacks continued to rise, broad attack brown spots and winches obtaining always fluctuated, while the area of the attack to blast disease seen down; and (c) the average over five years (2009 to 2014), fake white predominant in 5 districts (96% of total rice farming district locations in Papua).

Key-words: Rice, pests, Papua

INTISARI

Banyaknya penyakit pada tanaman padi, sering menyulitkan prioritas hama-penyakit sasaran yang perlu dikendalikan. Ketepatan menentukan hama-hama-penyakit sasaran merupakan langkah penting karena akan menentukan cara pengendaliannya secara tepat sehingga mengurangi pemborosan. Tujuan penelitian untuk: (a) mengetahui perkembangan hama dan penyakit utama pada usahatani padi di Papua; (b) mengetahui dominasi hama dan penyakit utama pada usahatani padi Papua; dan (c) mengetahui dominasi hama dan penyakit utama di masing-masing Kabupaten di Papua. Kajian dilaksanakan Mei hingga Oktober 2015, menggunakan data sekunder berupa laporan UPT Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dipertan Provinsi Papua, tahun 2009 hingga 2014. Data sekunder dianalisis secara distruktif untuk menjawab tujuan kajian. Dominasi hama penyakit ditetapkan berdasarkan data luas serangan dan serangan paling luas memperlihatkan dominannya hama dan penyakit utama. Hasil: (a) hama dan penyakit utama (hama putih palsu, hama pengerek batang, tikus, serta penyakit bercak coklat, dan blas ) selalu dijumpai pada usahatani padi di Papua; (b) selama lima tahun (2009 hingga 2014), luas serangan hama putih palsu dan blas terus meningkat, luas serangan bercak coklat dan pengerek selalu berfluktuasi, sedangkan luas serangan penyakit blas terlihat turun; (c) rata-rata hama putih palsu yang paling dominan di lima kabupaten (96 persen dari jumlah Kabupaten lokasi usahatani padi di Papua).

Kata kunci: padi, hama, Papua

1 Alamat penulis untuk korespondensi: Petrus A Beding. Balai Pengakajian Teknologi Pertanian Papua

(2)

PENDAHULUAN

Hama dan penyakit padi merupakan salah satu cekaman biotik yang menyebabkan senjang hasil antara potensi hasil dan hasil aktual dan juga menyebabkan produksi tidak stabil. Di Asia tenggara, hasil padi rata-rata 3,3 ton per ha, padahal hasil yang bisa dicapai 5,6 ton per ha. Senjang hasil tesebut disebabkan oleh penyakit sebesar 12,6 persen dan hama 15, dua persen (Oerka et al. 1994). Di Indonesia, potensi hasil varietas yang dilepas berkisar antara lima hingga sembilan ton per ha (Suprihanto dkk, 2006).

Dalam usahatani padi, hama-penyakit menyebabkan tanaman padi tidak berproduksi sesuai potensinya sehingga berakibat pada instabilitas hasil panen. Luas serangan hama dan penyakit padi berdasarkan statistik pertanian IV (SP IV 2006) oleh Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, dalam kurun waktu lima tahun terakhir adalah tikus 152.638 ha per tahun, pengerek batang 89,048 ha per tahun, wereng coklat 26,542 ha per tahun, penyakit hawar daun bakteri 28,808 ha per tahun, penyakit tungro 13,327 ha per tahun, dan blas 9,674 ha per tahun. Estimasi kehilangan hasil padi oleh hama dan penyakit utama mencapai 212,948 ton GKP per musim tanam (Soetarto dkk 2001).

Menurut Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, hama dan penyakit yang seringkali merusak tanaman padi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir adalah tikus dengan luas serangan rata-rata 124.000 ha per tahun, diikuti oleh penggerek batang (80.127 ha per tahun), wereng coklat (28.222 ha per tahun), tungro (12.078 ha per tahun), dan blas (9.778 ha per tahun). Oleh karena itu, hama dan penyakit ini perlu mendapat prioritas penanganan di samping hama dan penyakit potensial lainnya seperti belalang, lembing batu, ganjur, dan keong

mas. Di Indonesia, penyakit padi juga menyebabkan padi mengalami puso dengan kerugian mencapai US$ 100 juta atau setara dengan Rp 1,1 trilyun (Oka & Bahagiawati 1993).

Pada tanaman padi, tidak kurang terdapat 19 jenis hama dan 10 jenis penyakit (Anonim 2003). Dari jumlah ini, hama tikus, wereng coklat, penggerek batang, serta penyakit hawar daun pontensial menimbulkan kerusakan pada usahatani padi.

Di Papua dilaporkan terdapat beberapa hama dan penyakit pada tanaman padi (Anonim 2010). Bahkan pada areal pertanaman padi umumnya dijumpai lebih dari satu jenis hama-penyakit. Banyaknya hama-penyakit pada tanaman padi, sering menyulitkan prioritas hama-penyakit sasaran yang perlu dikendalikan. Keberhasilan menurunkan kerusakan tanaman akibat gangguan hama penyakit antara lain ditentukan oleh ketepatan menentukan hama-penyakit sasaran. Ketepatan menentukan hama-penyakit sasaran merupakan langkah penting karena akan menentukan cara pengendaliannya secara tepat sehingga mengurangi pemborosan (Untung 1979). Penelitian ini bertujuan untuk: (a) mengetahui perkembangan hama dan penyakit utama pada usahatani padi di Papua; (b) mengetahui dominasi hama dan penyakit utama pada usahatani padi di Papua; dan (c) mengetahui dominasi hama dan penyakit utama di masing-masing kabupaten di Papua

BAHAN DAN METODE

Kajian dilaksanakan mulai bulan Mei hingga Oktober 2015. Kajian menggunakan data sekunder berupa laporan UPT Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura, Diperta Provinsi Papua, selama lima tahun dari tahun 2009 hingga

(3)

tahun 2014. Data sekunder yang terkumpul dianalisis secara diskriptif untuk menjawab tujuan kajian. Dominasi hama penyakit dapat ditetapkan berdasarkan data luas serangan dan serangan paling luas memperlihatkan dominannya hama dan penyakit utama (Gilbert 1984; Samways 1987).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Hama dan Penyakit

Utama pada Usahatani Padi di Papua. Hama dan penyakit (hama tikus, wereng coklat, dan pengerek batang, serta hawar daun bakteri, tungro, dan blas) selalu dijumpai pada usahatani di Papua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama lima tahun (2009 hingga 2014), luas serangan penyakit blas dan penggerek batang terus meningkat, luas serangan bercak daun coklat dan tikus berfluktuasi, luas serangan tungro terlihat konsisten, sedangkan luas serangan hama putih palsu cenderung meningkat dratis pada tahun tertentu dan cenderung menurun (gambar 1). Perkembangan hama dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain

iklim (tempratur dan kelembaban), kualitas budidaya, varietas padi, stadium pertumbuhan padi, air tanah dan topografi, musuh alami dan faktor genetis hama dan penyakit (Anonim 2009). Sebagai contoh, populasi hama putih palsu dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor lingkungan, varietas padi yang ditanam, cara tanam, dan pemeliharaan (Anonim 2009). Faktor lainnya yang perlu diperhatikan dalam memperhitungkan populasi hama putih palsu di lapangan adalah faktor kultur teknis, yaitu dengan mengurangi dosis pupuk N atau melakukan pemupukan yang berimbang antara N, P, dan K. Selain itu ,juga dilakukan pembersihan gulma yang ada di pematang sawah secara berkelanjutan (Pracaya 1991).

Walaupun hama putih palsu (Cnaphalocrocis medinalis) bukan hama utama dan hama yang membahayakan bagi tanaman padi, akan tetapi serangan hama putih palsu tetap akan berdampak merugikan bagi petani. Serangan hama putih palsu terjadi saat tanaman masih dalam fase vegetatif (tanaman muda), walaupun tidak menutup kemungkinan juga kadang terjadi

(4)

saat tanaman sudah keluar malai dan biasanya menjadi serangan yang berarti bila kerusakan pada daun terjadi saat padi memasuki fase anakan maksimum dan fase pematangan mencapai lebih dari 50 persen (Anonim 2009).

Dominasi Hama dan Penyakit Utama pada Usahatani Padi di Papua. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata selama lima tahun (2009 hingga 2014), hama putih palsu (Cnaphalocrosis medinalis Guenee) memperlihatkan bahwa rata-rata luas serangannya (429,62 ha) di antara hama dan penyakit utama lainnya, diikuti oleh pengerek batang padi (371,98 ha)

Gambar 2 menunjukkan bahwa penyakit bercak coklat (168,262 ha) yang paling dominan pada usahatani padi di Papua.

Dominasi Hama dan Penyakit Utama di

Masing-masing Kabupaten. Dari data

tahun 2014 terlihat adanya perbedaan luas serangan hama dan penyakit utama pada usahatani padi di masing-masing kabupaten (Tabel 2.) Berdasarakan luas serangan ini, hama dan penyakit utama yang dominan pada tanaman padi adalah penyakit blas (lima kabupaten) dan pengerek batang padi (lima kabupaten). Dengan demikian, penyakit hama putih palsu mendominasi pada usahatani padi di Papua (gambar 3).

Gambar .2. Rata-rata luas serangan hama dan penyakit utama pada usahatani padi di Papua selama lima tahun (2009-2014)

(5)

Tabel.2. Luas serangan hama dan penyakit utama pada usahatani padi di masing- masing kabupaten

Kabupaten Luas serangan Hama (ha) Luas serangan Penyakit (ha)

HPP Penggerek

batang

tikus Bercak daun coklat Blas Merauke 1320.3 1253,16 110,9 694,41 121,81 Keerom 18,35 130 25,6 5,95 25,19 Kota Jayapura 269,75 343,16 9,0 31,12 11,20 Mimika 101,29 74,12 22,90 46,47 6,33 Kab. Jayapura 438,41 59,55 25,60 63,37 59,52

KESIMPULAN DAN SARAN

Hama dan penyakit utama (tikus, wereng batang coklat, dan penggerek batang, serta penyakit hawar daun bakteri, tungro, dan blas) selalu dijumpai pada usahatani padi di Papua.

Rata-rata selama lima tahun (2009 hingga 2014), hama putih palsu memperlihatkan luas serangan yang cukup tinggi, yakni 429,62 ha, diantatara hama dan penyakit lainnya yang luas serangannya hanya 45,01 ha.

Penyakit putih palsu mendominasi di lima kabupaten, luas serangannya 96 persen dari jumlah kabupaten lokasi usahatani padi di Papua.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1984. Subtropical Fruit Research Institute, 26-28 November 1984. 84-89. Anonim. 2009. Dinas Pertanian Provinsi Papua, Jayapura. 91 hlm.

Gilbert, M.J. 1984. Trapping as a monitor for ditermining outbreaks of Citrus psylla. Sysmposium on Citrus Greening, Citrus and Oka, I.N. & A.H. Bahagiawati 1993. Wereng coklat dan pengendaliannya dalam perspektif. Risalah Lokakarya Penelitian Padi, 22-24 Maret 1983. LP3, Bogor. 87-102.

Oerka, E.C., et. 1994. Crop Produktion and Protection: Estimatet Losses in Major Food and Cash Crops”. In Global Yield Loss. Economic Impact. Crop Protection

(6)

Compendium. CAB International. 2001 edition.

Pracaya. 1991. Hama dan Penyakit Bersama Padi (Mina Padi). Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta, hal. 130-132.

Samways, M.J. 1984. Use of saturn yellow

trap for minitoring Trioza erytreae

(Hemiptera triozidae) and an attempt at commercial suppression sing yellow barries and trap trees. Sysmposium on Citrus Greening, Citrus and Subtropical Fruit Research Institute, 26-28 November 1984. 72-83.

Soetarto, A., dkk. 2001. Sistem peramalan dan pengendalian Organisme Penggangu Tanaman (OPT) Mendukung Sistem padi berkelanjutan.” Implementasi Kebijakan Strategis untuk meningkatkan Produksi Padi Berwawasan agribisnis dan Lingkungan. Puslitbang Tanaman Pangan . 247 p.

Suprihartno B, dkk 2006. Diskripsi Varietas Padi. Balai Besar Tanaman Padi. 78 p. Untung, K. 1979. Teori ambang ekonomi hama dan penerapannya. Yayasan Pembina Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.54 hlm.

Gambar

Gambar 1. Rata-rata  luas Perkembangan hama dan penyakit utama
Gambar  2  menunjukkan  bahwa  penyakit  bercak  coklat  (168,262  ha)  yang    paling  dominan pada usahatani padi di Papua

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menggerakkan atap louvre diperlukan suatu alat penggerak utama disamping alat pendukung lainnya. Untuk alat penggerak utama pada atap semi otomatis dan otomatis

Setelah memberikan appersepsi tersebut, kemudian guru menyebutkan judul materi ajar yaitu peristiwa alam yang terjadi Indonesia yaitu gempa bumi, serta guru

Indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagaimana ditetapkan Peraturan

dengan pasak-pasak atau braket yang telah di las di dek barge , kegiatan ini bertujuan untuk sebagai pengamanan muatan agar struktur diatas barge tidak

Untuk dapat mengakses Login Sistem Informasi Masjid (SIMAS) dapat mengklik menu login pada halaman portal atau bila menu login tidak muncul pada menu diatas, anda dapat juga

Sebagai ujung tombak dalam memberikan pelayanan yang bersifat teknis peradilan kepada masyarakat pencari keadilan maka Seiring derap laju reformasi

Paklobutrazol dan pupuk kandang yang diberikan dalam komposisi media tidak memberikan adanya interaksi yang nyata terhadap tinggi tanaman, saat muncul

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI DI SMAN 1 KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN