• Tidak ada hasil yang ditemukan

TIPOLOGI KEMISKINAN DAN KERENTANAN BERBASIS AGROEKOSISTEM DAN IMPLIKASINYA PADA KEBIJAKAN PENGURANGAN KEMISKINAN DISERTASI HARNIATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TIPOLOGI KEMISKINAN DAN KERENTANAN BERBASIS AGROEKOSISTEM DAN IMPLIKASINYA PADA KEBIJAKAN PENGURANGAN KEMISKINAN DISERTASI HARNIATI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

TIPOLOGI KEMISKINAN DAN KERENTANAN BERBASIS

AGROEKOSISTEM DAN IMPLIKASINYA PADA

KEBIJAKAN PENGURANGAN KEMISKINAN

DISERTASI

HARNIATI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2007

(2)

i ABSTRAK

HARNIATI. Tipologi Kemiskinan dan Kerentanan Berbasis Agroekosistem dan Implikasinya pada Kebijakan Pengurangan Kemiskinan (D.S. PRIYARSONO sebagai Ketua, KUNTJORO dan RINA OKTAVIANI sebagai Anggota Komisi Pembimbing).

Kemiskinan di Indonesia masih merupakan masalah serius meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulanginya. Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tipologi kemiskinan dan kerentanan, variabel penciri kemiskinan serta memberikan rekomendasi pengurangan kemiskinan dengan pendekatan berbasis agroekosistem.

Ruang lingkup penelitian yaitu kemiskinan perdesaan dengan pendekatan agroekosistem. Tipologi kemiskinan meliputi indikator kemiskinan, sifat dan kerentanan kemiskinan. Indikator kemiskinan dihitung dengan menggunakan FGT Index. Kerentanan kemiskinan diukur dengan elastisitas indikator kemiskinan terhadap garis kemiskinan dan peluang untuk keluar dari kemiskinan. Variabel penciri kemiskinan diestimasi menggunakan regresi logit dengan pengeluaran sebagai variabel dependen. Penelitian ini menemukan bahwa kemiskinan berasosiasi kuat dengan agroekosistem. Tipologi kemiskinan berbeda pada tiap agroekosistem. Kemiskinan tidak secara acak terjadi, tetapi mengikuti pola-pola tertentu (systematic patterns). Temuan dan simulasi terhadap indikator kemiskinan memperlihatkan bahwa ada keragaman kemiskinan dan kerentanan diantara agroekosistem. Selain itu, kerentanan terhadap kemiskinan berasosiasi kuat dengan agroekosistem. Rumahtangga miskin di lahan basah lebih rentan terhadap perubahan, sedangkan rumahtangga di kawasan hutan relatif paling rendah kerentanannya dibandingkan dengan agroekosistem lainnya. Selanjutnya, penelitian ini menemukan juga, bahwa faktor-faktor penciri kemiskinan terkait erat dengan agroekosistem. Secara umum, faktor pengeluaran rumahtangga untuk makanan, pemilikan rumah sebagai modal fisik merupakan faktor penciri lainnya pada semua agroekosistem. Secara spesifik, faktor fasilitas kesehatan dan pengeluaran untuk kesehatan, sanitasi dan lingkungan merupakan ciri yang khas di lahan basah. Sumber penghasilan dari peternakan dan pertambangan, dan porsi pengeluaran yang besar untuk pendidikan terjadi di lahan campuran. Faktor bahan bakar minyak tanah merupakan penciri pengeluaran dataran tinggi, lahan kering, hutan dan pantai/pesisir. Sumber penerangan listrik merupakan faktor yang khas di pantai/pesisir. Faktor transportasi darat berpengaruh nyata terhadap pengeluaran rumahtangga di lahan campuran. Secara umum, penelitian ini memberikan rekomendasi yaitu: (1) kebijakan di bidang pangan bagi penduduk miskin, (2) kebijakan penyediaan modal fisik (physical capital) bagi rumahtangga miskin, dan (3) kebijakan pembangunan infrastruktur fisik yang berpihak pada rumahtangga miskin sebagai kebijakan prioritas utama yang harus dilaksanakan di semua agroekosistem dan nasional. Selanjutnya secara lebih spesifik, untuk lahan basah, kebijakan pembangunan infrastruktur dan fasilitas kesehatan menjadi kebutuhan prioritas. Untuk hutan dan pantai/pesisir, diperlukan penataan kelembagaan, kebijakan pengembangan sumberdaya manusia (human capital) dan alternatif matapencarian. Selanjutnya, untuk pesisir/pantai, diperlukan kebijakan khusus yang memperluas akses rumahtangga terhadap penguasaan aset fisik dan keuangan.

Kata kunci : Kemiskinan, Kerentanan, Agroekosistem, Implikasi Kebijakan, Pengurangan Kemiskinan.

(3)

ABSTRACT

HARNIATI. Typology of Poverty and Vulnerability Based on Agro-ecosystem and Their Implication on Poverty Alleviation Policies (D.S. PRIYARSONO as Chairman, KUNTJORO and RINA OKTAVIANI as Members of the Advisory Committee).

Poverty has always been a serious problem in Indonesia eventhough various efforts have been conducted to alleviate poverty and its vulnerability. In general, the objectives of the research are to analyze typology and characteristics of Indonesian poverty and its vulnerability based on agro-ecosystem as well as to provide recommendation on poverty alleviation using agro-ecosystem approaches.

Scope of the research includes poverty in Indonesia based on agro-ecosystem zone. Poverty indicator is analyzed by using FGT Index, while vulnerability is estimated by utilizing elasticity and probability theory. Poverty characteristic is estimated by using logarithmic regression with outputs as dependent variables.

This research found that poverty is strongly related to spatial factor based on agro-ecosystem. The poverty and vulnerability typology have different characteristics at different agro-ecosystem, in which forest has the highest poverty incidence, poverty gap and poverty severity among other agro-ecosystems, and followed by mixed farming agro-ecosystem. Poverty is not randomly occurred, however, it follows a systematic pattern. Findings and simulation of poverty indicators show that there are various poverty indicator performance among agro-ecosystems. Besides, the vulnerability of poverty is strongly related to agro-ecosystem economy. Poor households in wet land are more vulnerable to changes, whilst those in the forest area are relatively lower than that of in other agro-ecosystems.

Hence, the research also found that poverty characteristics are strongly related to agro-ecosystem. In general, household expenditure for foods and house ownership as physical capital are characteristics at all agro-ecosystems. Specifically, health facilities and expenditures for health, sanitation and environment have specific characteristics in wet land area. Income resources from livestock production and mining, and large expenditure for education occur in mixed farming agro-ecosystem. Kerosene fuel is a characteristics factor for expenditure in the upland, dry land, forest and coastal areas. Electricity factor is a specific factor in the coastal area. Land transportation factor significantly affects to household expenditures at mixed cropping area.

Generally, this research provide recommendations as follows: (1) policy on food provision for poor, (2) policy on provision of physical capital for the poor, and (3) policy on pro poor infrastructure development is priority that should be nationally implemented in all agro-ecosystems. Specifically, in wet land area, policy on infrastructure development and health facilities are priority needs. In forest area, it is required a policy on human capital development in terms of attitude, knowledge and skills. While, in the coastal area, it is required specific policy which provides households access to physical assets and finance as well as human resources enhancement.

Key words: Poverty, Vulnerability, Agro-ecosystem, Policy Implication, Poverty Alleviation.

(4)

iii

  

 Hak Cipta milik IPB, tahun 2007

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

(5)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam disertasi saya yang berjudul :

TIPOLOGI KEMISKINAN DAN KERENTANAN BERBASIS AGROEKOSISTEM DAN IMPLIKASINYA PADA KEBIJAKAN PENGURANGAN KEMISKINAN merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri, dengan bimbingan ketua dan anggota Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya.

Disertasi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Agustus 2007

HARNIATI

NRP. A5460141914/EPN

(6)

v

TIPOLOGI KEMISKINAN DAN KERENTANAN

BERBASIS AGROEKOSISTEM DAN IMPLIKASINYA

PADA KEBIJAKAN PENGURANGAN KEMISKINAN

HARNIATI

DISERTASI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2007

(7)

Judul Disertasi : TIPOLOGI KEMISKINAN DAN KERENTANAN BERBASIS AGROEKOSISTEM DAN

IMPLIKASINYA PADA KEBIJAKAN PENGURANGAN KEMISKINAN Nama Mahasiswa : Harniati

Nomor Pokok : A 5460141914

Program Studi : Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Dominicus Savio Priyarsono, MS Ketua

Prof. Dr. Ir. Kuntjoro Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS Anggota Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi 3. Dekan Sekolah Pascasarjana

Ilmu Ekonomi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

(8)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bukittinggi pada tanggal 29 Januari 1959 dari Ayah H. Haroen Sutan Mangkudun dan Ibu Hj. Husna Udin. Penulis adalah puteri pertama dari lima bersaudara.

Pendidikan dasar dan menengah ditempuh penulis di SD Negeri XI (1971), SMP Negeri IV (1974) dan SMA Negeri I (1977) di Bukittinggi. Pada tahun 1978 penulis diterima sebagai mahasiswa pada Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur penelusuran minat dan kemampuan (PMDK, Proyek Perintis II). Penulis meraih gelar Sarjana dari Fakultas Pertanian-IPB pada tahun 1983. Selanjutnya, gelar Master of Science diraih penulis pada bidang Agricultural

Economics pada tahun 1996 dari The Ohio State University, Columbus, USA

atas beasiswa dari OTO-Bappenas. Semasa menyelesaikan kuliah di Ohio, penulis mendapat penghargaan in recognition of high scholarship, outstanding

achievement or service dari The Honor Society of Agriculture –Gamma Sigma

Delta. Pada tahun 2002, penulis menempuh pendidikan doktor pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian (EPN), Sekolah Pascasarjana, IPB di Bogor.

Sejak tahun 1983 sampai dengan sekarang, penulis bekerja di Departemen Pertanian, Jakarta. Pada tahun 1984 mendapat kesempatan mengikuti Program Persahabatan Indonesia Jepang Abad ke 21 di Jepang. Pada tahun 1985 menjadi Kepala Sub Bidang Bimbingan Praktek Lapangan, pada Sub Bagian Sistem dan Metoda (1990), Sub Bidang Penyusunan Rencana Diklat (1996), Kepala Bidang Penyelenggaraan Pendidikan (2000), dan Kepala Bidang Penyelenggaraan Pelatihan (2002). Kemudian, sejak tahun 2005 penulis menjadi Sekretaris Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian.

Selama mengabdi di Departemen Pertanian, penulis terlibat aktif dalam berbagai program antara lain pada Rural Income Generating Project atau Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Kecil dan Nelayan (P4K), Gerakan Mandiri Palawija dan Jagung (Gema Palagung), Proyek Lahan Gambut Sejuta Hektar, Pengembangan Lembaga Mandiri Mengakar di Masyarakat (LM3), Pengembangan Agropolitan, Pengarustamaan Gender, dan Pemberdayaan Masyarakat dan Pengentasan Kemiskinan di Daerah Marjinal. Sepanjang bertugas di Departemen Pertanian, penulis mendapatkan berbagai kesempatan menjadi pembicara pada berbagai seminar tingkat nasional dan internasional, mengikuti pelatihan, magang, menjadi Anggota Delegasi Republik Indonesia (DELRI) dan mengikuti berbagai event internasional lainnya serta menggalang kerjasama dengan berbagai lembaga internasional.

Selain mengabdi di Departemen Pertanian, penulis juga aktif sebagai Dosen Tidak Tetap pada Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti (1996-2000), Komite Ketenagakerjaan Tani, Anggota Dewan Pimpinan Pusat HKTI (2004-2009), Kepramukaan sebagai Ketua Harian Pimpinan Saka Tarunabumi, dan Anggota Dewan Pakar pada Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Tertinggal (The Indonesian Marginalized Community Empowerment Foundation-IMCEF), serta Ketua Bidang Pembinaan Generasi Muda pada Yayasan Mujahidin.

Pada tahun 2004, penulis bersama Susilo Bambang Yudhoyono menulis karya ilmiah berupa buku yang berjudul Pengurangan Kemiskinan di Indonesia:

(9)

Mengapa Tidak Cukup dengan Memacu Pertumbuhan Ekonomi?. Buku ini

diterbitkan oleh Brighten Press, Bogor. PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan perkenan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasi ini.

Penghargaan dan terimakasih yang setulusnya, penulis sampaikan kepada Dr. Ir. D.S. Priyarsono, M.S. selaku Ketua Komisi Pembimbing, Prof. Dr.Ir Kuntjoro dan Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. masing-masing sebagai Anggota Komisi Pembimbing. Tanpa bimbingan dan dorongan semangat Bapak dan Ibu, maka tidak mungkin penulis dapat menyelesaikan disertasi ini. Sungguh, apa yang telah ditunjukkan kepada penulis selama ini adalah keteladanan yang sangat berharga dari nilai-nilai luhur jiwa pendidik.

Terimakasih dan penghargaan juga penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Manuntun Parulian Hutagaol, MS, Dr.Ir. Harianto, MS, dan Dr. Ir Tahlim Sudaryanto sebagai penguji luar komisi pada Ujian Tertutup dan Ujian Terbuka. Saran dan kritik beliau sangat berharga demi perbaikan disertasi ini. Demikian juga terimakasih dan penghargaan penulis kepada Dekan Sekolah Pasca Sarjana dan Prof. Dr. Bonar M. Sinaga, MA selaku Ketua Program Studi, serta semua dosen EPN-IPB pengajar kelas khusus yang telah memberikan bimbingan dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dengan baik.

Kepada rekan-rekan satu kelas S3-EPN Khusus angkatan pertama, penulis menyampaikan terimakasih atas kerjasama dan dorongan semangatnya. Kekompakan, persahabatan dan hari-hari indah selama masa kuliah adalah anugerah yang tidak akan terlupakan. Khususnya kepada Dr. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Dr. Agus Justianto dan Ir. Bambang Sukmananto MSc penulis sampaikan terimakasih atas dorongan dan bantuan literaturnya.

Terimakasih dan penghargaan yang tinggi penulis sampaikan kepada Dr.Ir. Ahmad, MS, atas dorongan dan bantuan yang diberikan pada penulis, juga kepada pimpinan dan keluarga besar Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian. Penghargaan dan terimakasih untuk sahabat-sahabat penulis khususnya kepada Ir. Tunggul Iman Panuju, MSc atas doa dan dorongan semangatnya, juga kepada teman-teman penulis Ir Andi Sumarga, MSc, Drs Diding Hardedi, MSi, Ir. Deddy Mulyadi, Wahyu Sahita, Ssos dan Eko Budi atas dorongan dan bantuannya dalam penyelesaian penulisan disertasi ini.

(10)

ix

Berbagai pihak telah memberikan kontribusi dalam penyelesaian disertasi ini baik secara langsung ataupun tidak langsung. Meskipun tidak semua pihak dapat penulis sebutkan satu per satu, melalui kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan atas segala dorongan dan bantuan yang diberikan.

Secara khusus, penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada suami Ir. R. Totok Budi Rachman Oktaputra, putra-putri kami tercinta Ivan Rachman Eka Nugraha (alm) dan Vina Larasati Dewi yang dengan cinta kasih senantiasa berdoa, memberikan dukungan dan pengorbanannya selama penulis menyelesaikan kuliah dan disertasi. Terimakasih juga pada adik-adik penulis Harnedi, Ir. Harmemi, Ir.Harfizal, MSc, dan Harwendi atas doa dan dorongannya.

Kepada ibunda Hj. Husna Udin (alm) dan ayahanda H. Haroen Sutan Mangkudun (alm), penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang tidak terhingga. Meskipun telah sekian lama beliau kembali kehadiratNya, namun semangat, nilai-nilai luhur yang ditanamkan, cinta kasih dan ketulusan pengorbanannya senantiasa menjadi pelita dan teladan bagi penulis dalam menjalani kehidupan ini.

Tema yang penulis pilih untuk disertasi adalah Tipologi Kemiskinan dan Kerentanan Berbasis Agroekosistem dan Implikasinya pada Kebijakan Pengurangan Kemiskinan. Secara orisinal tema ini dipilih, karena adanya semangat yang kuat untuk memberikan sumbang saran pemikiran bagi penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Selain itu, adalah kecemasan dan kepedulian penulis atas fenomena kemiskinan dan kualitas kehidupan bangsa Indonesia hari ini dan esok. Realitasnya, sebagian penduduk Indonesia terperangkap dalam kemiskinan dan mewariskan kemiskinan yang parah bagi generasi berikutnya. Hal ini ditunjukkan oleh tingginya insiden kemiskinan di Indonesia yakni sekitar 17.75 persen atau sekitar 39.05 juta jiwa. Kemiskinan di Indonesia merupakan fenomena perdesaan karena 75.7 persen penduduk miskin tinggal di perdesaan. Hampir 70 persen dari penduduk miskin di perdesaan menggantungkan hidupnya di sektor pertanian. Mereka hidup jauh di bawah garis kemiskinan dengan indeks keparahan kemiskinan di sektor pertanian 2.21 kali lebih tinggi dibanding dengan sektor non pertanian.

(11)

x

Di sisi lain, berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan. Kebijakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi ternyata belum cukup untuk mengurangi kemiskinan. Sehingga, diperlukan pendekatan lain dalam kebijakan pengurangan kemiskinan.

Pemikiran dalam disertasi ini, harapan dan doa dipersembahkan pada para pemimpin dan mereka yang peduli terhadap pengurangan kemiskinan di Indonesia agar dapat membantu kaum miskin untuk dapat menolong dirinya sendiri. Agar tidak ada lagi bocah-bocah yang terpaksa jadi pengemis atau pengapung jaring di jermal; agar tidak ada lagi gadis-gadis kecil yang dijual demi sesuap nasi; agar tidak ada lagi keluarga yang bunuh diri; semua karena belenggu kemiskinan. Kepada saudara-saudaraku kaum miskin, yang terpinggirkan, yang matanya nanar menatap fatamorgana kehidupan, yang suaranya sering dan bahkan tak pernah didengar, disertasi ini penulis dedikasikan.

Semoga segala upaya penulis dalam menempuh kuliah dan menyelesaikan disertasi ini mendapat ridho dari Allah SWT; kiranya hanya Allah SWT pula yang dapat membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis. Pada akhirnya, segala kekurangan dalam penulisan disertasi ini sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Bogor, Agustus 2007

(12)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL xv

DAFTAR GAMBAR xviii

DAFTAR LAMPIRAN xix

I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah... 7

1.3. Tujuan Penelitian... 9

1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian... 9

1.5. Manfaat Penelitian... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA... 12

2.1. TinjauanTeoretis... 12

2.1.1. Ekonomi Kemiskinan... 12

2.1.2. Perkembangan Konsep dan Pengukuran... 17

2.2. Beberapa Temuan Empirik tentang Karakteristik dan Perkembangan Kemiskinan di Indonesia... 25

2.3. Agroekosistem dan Faktor-faktor yang Berkorelasi dengan Kemiskinan... 29

2.4. Kebijakan dan Program Pengurangan Kemiskinan di Indonesia... 33

III. KERANGKA PEMIKIRAN... 36

3.1. Aspek-Aspek Kemiskinan Berbasis Agroekosistem... 3.2. Analisis Tipologi Kemiskinan... 36 46 3.3. Faktor Penciri Kemiskinan dan Kerentanan... 49

3.3.1. Faktor Rumahtangga... 50

3.3.2. Faktor Spasial dan Infrastruktur... 52

(13)

3.4.1. Garis Kemiskinan... 55

3.4.2. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional dan Potensi Desa ... 57

3.4.3. Kemiskinan dan Kerentanan... 57

3.4.4. Karakteristik Rumahtangga Miskin... 58

3.5. Opsi Kebijakan ... 3.6. Hipotesis... IV. METODOLOGI PENELITIAN... 4.1. Metoda Analisis Data... 4.1.1. Pengolahan Data Awal... 4.1.2. Pengolahan Data Lanjutan... 4.2. Jenis dan Sumber Data... 59 60 61 63 66 67 72 V. TIPOLOGI KEMISKINAN DAN KERENTANAN... 74

5.1. Nasional... 74

5.1.1. Indikator Kemiskinan ... 74

5.1.2. Kerentanan Kemiskinan... 78

5.1.3. Uji Proporsi Kemiskinan antar Agroekosistem... 85

5.2. Lahan Basah... 86 5.2.1. Indikator Kemiskinan... 86 5.2.2. Kerentanan Kemiskinan... 88 5.3. Lahan Kering... 97 5.3.1. Indikator Kemiskinan... 97 5.3.2. Kerentanan Kemiskinan ... 99 5.4. Lahan Campuran... 108 5.4.1. Indikator Kemiskinan... 108 5.4.2. Kerentanan Kemiskinan ... 110 5.5. Dataran Tinggi... ... 118 5.5.1. Indikator Kemiskinan... 118 5.5.2. Kerentanan Kemiskinan ... 119 5.6. Hutan... ... 126 5.6.1. Indikator Kemiskinan... 126 5.6.2. Kerentanan Kemiskinan... 128 5.7. Pantai/Pesisir... 136

(14)

xiii

5.7.1. Indikator Kemiskinan... 136

5.7.2. Kerentanan Kemiskinan... 138

VI. FAKTOR PENCIRI KEMISKINAN... 145

6.1. Nasional... 146 6.2. Lahan Basah... 151 6.3. Lahan Kering... 155 6.4. Lahan Campuran... 159 6.5. Dataran Tinggi... 162 6.6. Hutan... 164 6.7. Pantai/Pesisir... 169

VII. KEBIJAKAN PENGURANGAN KEMISKINAN BERBASIS AGROEKOSISTEM... 7.1. Kemiskinan dan Agroekosistem... 7.2. Tinjauan Empirik Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan... 7.2.1. Perode sampai dengan Tahun 2000... 7.2.2. Periode Sesudah Tahun 2000... 7.3. Pendekatan Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Agroekosistem... 172 172 187 188 191 193 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN... 201

8.1. Kesimpulan... 201

8.2. Saran Kebijakan... 203

8.3. Saran Untuk Penelitian Lanjutan... 207

DAFTAR PUSTAKA... 209

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Variabel Rumahtangga... 65

2. Variabel Infrastruktur Fisik dan Sosial... 68

3. Jumlah Rumahtangga Berdasarkan Agroekosistem Tahun 2005... 74

4. Indikator dan Elastisitas Kemiskinan Nasional Tahun 2005 ...78

5. Sifat Kemiskinan Nasional ...82

6. Perubahan Sifat Kemiskinan Nasional ...84

7. Beda Relatif Ratio Rataan dan Median Pengeluaran Per Kapita Nasional Terhadap Garis Kemiskinan... 84

8. Insiden Kemiskinan Nasional per Agroekosistem Tahun 2005... 86

9. Indikator dan Elastisitas Kemiskinan Pada Lahan Basah Tahun 2005 ... 89

10. Sifat Kemiskinan Pada Lahan Basah ... 93

11. Perubahan Sifat Kemiskinan Pada Lahan Basah... 96

12. Beda Relatif dan Ratio Rataan dan Median Pengeluaran Per Kapita Terhadap Garis Kemiskinan Pada Lahan Basah... 96

13. Indikator dan Elastisitas Kemiskinan Pada Lahan Kering... 100

14. Sifat Kemiskinan Pada Lahan Kering... 104

15. Perubahan Kerentanan Kemiskinan Pada Lahan Kering... 106

16. Beda Relatif dan Ratio Rataan dan Median Pengeluaran Per Kapita Terhadap Garis Kemiskinan Pada Lahan Kering ... ...107

17. Indikator dan Elastisitas Kemiskinan Pada Lahan Campuran... 110

18. Sifat Kemiskinan Pada Lahan Campuran ... 114

19. Perubahan Sifat Kemiskinan Pada Lahan Campuran ... 116 20. Beda Relatif dan Ratio Rataan dan Median Pengeluaran Per Kapita

Terhadap Garis Kemiskinan Pada Lahan Campuran ...

117

(16)

xv

21. Indikator dan Elastisitas Indikator Kemiskinan di Dataran Tinggi ... 120

22. Sifat Kemiskinan pada Dataran Tinggi ... 123

23. Perubahan Sifat Kemiskinan di Dataran Tinggi ... 125

24. Beda Relatif dan Ratio Rataan dan Median Pengeluaran Per Kapita Terhadap Garis Kemiskinan (GK) Pada Dataran Tinggi ... 126

25. Indikator dan Elastisitas Kemiskinan di Hutan... 129

26. Sifat Kemiskinan di Hutan ... 133

27. Perubahan Sifat Kemiskinan di Hutan... 134

28. Beda Relatif dan Ratio Rataan dan Median Pengeluaran Per Kapita Terhadap Garis Kemiskinan Pada Agroekosistem Hutan ... 135

29. Indikator dan Elastisitas Kemiskinan... 138

30. Sifat Kemiskinan Agroekosistem Pantai/Pesisir... 141

31. Perubahan Sifat Kemiskinan Pada Agroekosistem Pantai/Pesisir... 143

32. Beda Relatif dan Ratio Rataan dan Median Pengeluaran Per Kapita Terhadap Garis Kemiskinan Pada Agroekosistem Pantai/Pesisir... 144

33. Hasil Regresi Logit Dengan Nilai Exponent (B) < 1... 147

34. Pengaruh Beta Untuk Variabel dengan Beta lebih dari 0.10 ... 148

35. Variabel Penciri Kemiskinan Nasional... 149

36. Pengaruh Beta Untuk Variabel Dengan Beta lebih dari 0.10 ... 152

37. Variabel Penciri Kemiskinan di Lahan Basah... 154

38. Pengaruh Beta Untuk Variabel Dengan Beta lebih dari 0.10 ... 155

39. Variabel Penciri Kemiskinan di Lahan Kering... 157

40. Pengaruh Beta Untuk Variabel Dengan Beta lebih dari 0.10 di Lahan Campuran ... 160

41. Variabel Penciri Kemiskinan di Lahan Campuran... 161

42. Pengaruh Beta Untuk Variabel Dengan Beta lebih dari 0.10 di Dataran Tinggi... 163

(17)

43. Variabel Penciri Kemiskinan di Dataran Tinggi... 163 44. Pengaruh Beta Untuk Variabel Dengan Beta lebih dari 0.10 di

Hutan... 164 45. Variabel Penciri Kemiskinan di Hutan... 166 46. Pengaruh Beta Untuk Variabel Dengan Beta lebih dari 0.10 di

Pantai/Pesisir... 169 47. Variabel Penciri Kemiskinan di Pantai/Pesisir... 171 48. Tipologi Kemiskinan dan Kerentanan... 173 49. Pengaruh Beta (%) Untuk Variabel Dengan Beta lebih dari 0.10 pada

Tiap Agroekosistem ... 185 50. Daftar Kebijakan/Program Penanggulangan Kemiskinan

di Indonesia ... 187 51. Kinerja Kebijakan/Program Penanggulangan Kemiskinan... 193 52. Faktor Penciri Kemiskinan dan Implikasi Kebijakan... 198

(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Tren Kemiskinan di Perdesaan dan Perkotaan Tahun 1981-2006 ...29

2. Karakteristik Agroekosistem...43

3. Kerangka Pemikiran...45

4. Kerangka Kerja Penelitian...62

5. Distribusi Pengeluaran Rumahtangga Secara Nasional... 81

6. Distribusi Frekuensi Pengeluaran Rumahtangga di Lahan Basah... 90

7. Distribusi Frekuensi Pengeluaran Rumahtangga di Lahan Kering... ...100

8. Distribusi Frekuensi Pengeluaran Rumahtangga di Lahan Campuran... ...111

9. Distribusi Frekuensi Pengeluaran Rumahtangga di Dataran Tinggi... 121

10. Distribusi Frekuensi Pengeluaran Rumahtangga di Hutan... 130

11. Distribusi Frekuensi Pengeluaran Rumahtangga di Pantai/ Pesisir... 140

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Hasil Estimasi Faktor Penentu Kemiskinan Dengan Menggunakan

Metoda Logit Regression... 215 2. Keterangan Variabel Bebas... 219 3. Variabel Dummy dan Deskripsinya... 221 4. Variabel yang Nyata Untuk Model Lahan Basah Dengan Garis

Kemiskinan Biasa... 225 5. Variabel yang Nyata Untuk Model Lahan Kering Dengan Garis

Kemiskinan Biasa... 227 6. Variabel yang Nyata Untuk Model Lahan Campuran Dengan

Garis Kemiskinan Biasa... 229 7. Variabel yang Nyata Untuk Model Pantai Dengan Garis

Kemiskinan Biasa... 231 8. Variabel yang Nyata Untuk Model Dataran Tinggi Dengan Garis

Kemiskinan Biasa... 233 9. Variabel yang Nyata Untuk Model Daerah Aliran Sungai Dengan

Garis Kemiskinan Biasa ... 235 10. Variabel yang Nyata Untuk Model Hutan Dengan Garis

Kemiskinan Biasa...

237

11. Variabel yang Nyata Untuk Model Nasional Dengan Garis

Kemiskinan Ditingkatkan 10 Persen... 239 12. Variabel yang Nyata Untuk Model Lahan Basah Dengan Garis

Kemiskinan Ditingkatkan 10 Persen ... 241 13. Variabel yang Nyata Untuk Model Lahan Kering Dengan Garis

Kemiskinan Ditingkatkan 10 Persen ... 242 14. Variabel yang Nyata Untuk Model Lahan Campuran Dengan

Garis Kemiskinan Ditingkatkan 10 Persen ... 244 15. Variabel yang Nyata Untuk Model Pantai Dengan Garis

Kemiskinan Ditingkatkan 10 Persen... 246 16. Variabel yang Nyata Untuk Model Dataran Tinggi Dengan Garis

(20)

xix

17. Variabel yang Nyata Untuk Model Hutan Dengan Garis

Kemiskinan Ditingkatkan 10 Persen... 250 18. Variabel yang Nyata Untuk Model Nasional Dengan Garis

Kemiskinan Ditingkatkan 10 Persen ... 252 19. Variabel yang Nyata Untuk Model Lahan Basah Dengan Garis

Kemiskinan Ditingkatkan 20 Persen ... 254 20. Variabel yang Nyata Untuk Model Lahan Kering Dengan Garis

Kemiskinan Ditingkatkan 20 Persen ... 255 21. Variabel yang Nyata Untuk Model Lahan Campuran Dengan

Garis Kemiskinan Ditingkatkan 20 Persen ... 257 22. Variabel yang Nyata Untuk Model Pantai Dengan Garis

Kemiskinan Ditingkatkan 20 Persen ... 259 23. Variabel yang Nyata Untuk Model Dataran Tinggi Dengan Garis

Kemiskinan Ditingkatkan 20 Persen... 260 24. Variabel yang Nyata Untuk Model Hutan Dengan Garis

Kemiskinan Ditingkatkan 20 Persen ... 262 25. Statistik Deskriptif Pengeluaran Per Kapita Menurut

Agroekosistem dan Tipe Kemiskinan... 264 26. Statistik Deskriptif Pengeluaran Per Kapita Menurut

Agroekosistem dan Tipe Kemiskinan ... 265 27. Statistik Deskriptif Pengeluaran Per Kapita Menurut

Referensi

Dokumen terkait

Sebenarnya ada cara khusus yang untuk membuat pointer yang kita deklarasikan tersebut dapat menunjuk ke semua tipe data, yaitu dengan mendeklarasikan pointer tersebut sebagai

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua faktor yang dipelajari seperti ukuran perusahaan, jenis sektor, tingkat risiko, ukuran dewan komisaris, dan

Faktor yang mempengaruhi keluarga miskin adalah: (a) harga hasil pertanian tidak stabil dan sangat tergantung dengan harga yang ditetapkan oleh pedagang, (b) program

Tari “Ritus Barong” adalah sebuah karya tari ciptaan baru yang merupakan hasil penuangan ide serta kreativitas penata tari, yang dilatarbelakangi kesenian barong

Penggunaan yang tercantum dalam Lembaran Data Keselamatan Bahan ini tidak mewakili kesepakatan pada kualitas bahan / campuran atau penggunaan yang tercantum sesuai dalam kontrak.

Besarnya pendapatan tergantung pada banyaknya produk yang dihasilkan serta harga jual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan agroindustri tempe dalam satu

Indonesia, (online) available: www.rumahwakaf.org. Diakses pada tanggal 10 Desember 2018.. Asy Syar’iyyah, Vol. Contohnya mendirikan gedung wakaf dan gedung pusat bisnis untuk

Meningkatkan kesadaran politik bagi penyandang disabilitas melalui sebuah sosialisasi bahwa partisipasi penyandang disabilitas dalam politik sangat penting karena hak yang