• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN PENERAPAN RUANG HENTI KHUSUS SEPEDA MOTOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEBIJAKAN PENERAPAN RUANG HENTI KHUSUS SEPEDA MOTOR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

539

KEBIJAKAN PENERAPAN RUANG HENTI KHUSUS SEPEDA MOTOR Sri Amelia

Puslitbang Jalan dan Jembatan - Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Jl. A.H. Nasution No. 264 Bandung 40294

E-mail: sri.amelia@pusjatan.pu.go.id Abstrak

Sepeda motor merupakan salah satu alat transportasi dengan populasi tinggi yang perlu diberi kemudahan dalam menggunakan infrastruktur. Salah satu teknologi manajemen lalu lintas dalam menekan permasalahan yang ditimbulkan oleh sepeda motor khususnya di persimpangan bersinyal, adalah implementasi Ruang Henti Khusus (RHK) sepeda motor. Kebutuhan akan kebijakan RHK sepeda motor didorong oleh beberapa isu diantaranya ketidakberaturan kendaraan yang dapat menyebabkan kemacetan, tingginya tingkat konflik yang melibatkan sepeda motor, serta belum tersedianya payung hukum untuk penerapan teknologi lalu lintas RHK khususnya di persimpangan bersinyal. Hasil uji coba dan implementasi RHK sepeda motor di beberapa kota besar di Indonesia memberikan gambaran bahwa RHK berdampak signifikan terhadap penurunan konflik dan peningkatan arus kendaraan yang masuk persimpangan. Kajian kebijakan ini disusun untuk memberikan kekuatan hukum terhadap pemberlakuan RHK sepeda motor dan menguatkan keberadaan RHK dipersimpangan bersinyal.

Kata kunci: Kebijakan, payung hukum, RHK sepeda motor

PENDAHULUAN

Transportasi mempunyai peranan penting dan strategis, begitupun halnya jalan sebagai bagian sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung kegiatan ekonomi, sosial budaya, lingkungan, politik, serta pertahanan dan keamanan. Di Indonesia sekarang ini adalah salah satu negara yang memiliki jumlah kepemilikan kendaraan bermotor yang sangat tinggi, terutama sepeda motor. Hampir tiap orang di Indonesia memiliki satu sepeda motor dan tidak heran jika dalam satu rumah terdapat lebih dari satu motor. Berdasarkan data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), jumlah sepeda motor di Indonesia di tahun 2015 sudah menyentuh angka 80 juta unit. Masyarakat umum memilih moda tersebut karena sepeda motor memiliki harga yang relatif lebih murah daripada kendaraan lainnya seperti mobil, ukuran yang lebih efisien tidak perlu memerlukan tempat yang luas, penggunaan bahan bakar yang lebih irit, pajak yang lebih murah, dan perawatan yang lebih mudah dan murah dibandingkan mobil.

Pola pergerakan sepeda motor cenderung tidak mengikuti lajur yang sama, akibatnya akan mengganggu pergerakan kendaraan lain dan sangat berpotensi menimbulkan konflik lalu lintas yang tidak jarang berujung menjadi sebuah kecelakaan lalu lintas sehingga mempengaruhi kinerja persimpangan bersinyal.

Untuk mengatasi penurunan kinerja di persimpangan bersinyal, maka perlu dilakukan rekayasa lalulintas dengan cara memberikan fasilitas ruang henti khusus (RHK) sepeda motor. Dengan RHK, penumpukan sepeda motor yang tidak beraturan di mulut-mulut persimpangan dan pelanggaran aturan lalu lintas di persimpangan dapat diminimalisir. Pemisahan sepeda motor dari kendaraan lain diharapkan mampu mengurangi hambatan yang berasal dari sepeda motor, sehingga dapat meningkatkan arus lalu lintas yang dilewatkan pada waktu nyala hijau di persimpangan bersinyal dan dapat memperbaiki kinerja di persimpangan bersinyal menjadi lebih tertib, aman, dan lancar.

Pada uji coba eksperimen RHK diaplikasikan pertama kali dalam kurun waktu satu bulan menunjukkan bahwa terdapat penurunan tingkat konflik yang signifikan mencapai 71% di pagi hari dan 61% di sore hari (Idris, 2007). Implementasi RHK telah dilakukan Puslitbang Jalan dan Jembatan pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2011. Pada kurun waktu tersebut RHK telah diimplementasikan di 5 kota besar, yaitu Bandung, Bekasi, Bogor, Denpasar dan Tangerang. Dari hasil yang diperoleh dari implementasi prototipe tersebut, diperoleh gambaran bahwa RHK sepeda

(2)

540

motor berdampak signifikan terhadap penurunan konflik dan peningkatan arus kendaraan yang masuk persimpangan.

Pokok Permasalahan

Salah satu teknologi manajemen lalu lintas dalam menekan permasalahan yang ditimbulkan oleh sepeda motor khususnya di persimpangan bersinyal adalah implementasi RHK. Guna mendukung kebijakan tersebut, maka diperlukan suatu rekomendasi panduan bagi para stakeholders dalam mengimplementasikan fasilitas RHK sepeda motor. Pemerintah terkait yang berwewenang dalam pengambilan keputusan di bidang transportasi khususnya penanganan permasalahan lalu lintas dapat mengadopsi dan melaksanakan dasar hukum ini, sehingga dalam penyusunannya dibuat berupa suatu kajian kebijakan yang bersifat nasional.

Beberapa isu yang ditimbulkan dari tingginya pertumbuhan jumlah sepeda motor di Indonesia adalah (1) ketidakberaturan kendaraan dapat menyebabkan kemacetan, (2) tingginya tingkat konflik yang melibatkan sepeda motor, (3) belum tersedianya payung hukum untuk menerapkan teknologi lalu lintas RHK guna meredam masalah yang ditimbulkan oleh sepeda motor khususnya di persimpangan bersinyal.

LANDASAN PENYUSUNAN KEBIJAKAN RHK

Landasan penyusunan kebijakan implementasi RHK diantaranya adalah Undang-Undang No. 38 tahun 2004 tentang Jalan. Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi nasional yang diselenggarakan atas asas kemanfaatan, asas keamanan, asas keserasian, asas keadilan, asas transparansi, asas keberdayagunaan, serta asas kebersamaan dan kemitraan. Asas tersebut diharapkan dapat melayani kepentingan umum dan dapat mengakomodir semua kepentingan masyarakat, meliputi pengguna sepeda motor yang sedang populer di masyarakat.

Aspek legal lainnya yang terkait dengan RHK adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 34 tahun 2006 tentang Jalan, serta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 2011, tentang Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas. Peraturan rambu yang menjadi komponen pendukung RHK mengacu pada Peraturan Menteri No 13 Tahun 2014.

Lingkup peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kebijakan penerapan RHK Sepeda Motor adalah

1. Perundangan/peraturan tentang jalan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004, tentang Jalan.

Dalam pasal 14 ayat 1 dan 2 tercantum bahwa (1) wewenang Pemerintah dalam penyelenggaraan jalan meliputi penyelenggaraan jalan secara umum dan penyelenggaraan jalan nasional. (2) Wewenang penyelenggaraan jalan secara umum dan penyelenggaraan jalan nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan.

Puslitbang Jalan dan Jembatan merupakan bagian dari pemerintah yang bertugas dalam penelitian dan pengembangan teknologi terapan dan penyelenggaraan perumusan standar bidang jalan dan jembatan memiliki fungsi pelayanan teknis, perumusan dan penerapan standar, pelaksanaan diseminasi dan pengembangan informasi litbang, layanan advis teknis bidang jalan dan jembatan. Karena itu, sebagai Lembaga Penelitian yang melakukan pembinaan secara sains dan memberikan masukan-masukan terkait dengan pengaturan lalu lintas diatas jalan, salah satunya adalah pengembangan teknologi rekayasa konflik di persimpangan dengan penerapan RHK sepeda motor.

2. Perundangan/peraturan tentang lalu lintas

a. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2014, Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL).

RHK merupakan sebuah fasilitas yang memberikan ruang bagi sepeda motor di depan antrian pada persimpangan bersinyal pada saat fase merah. Ketentuan umum dalam perencanaan RHK menyatakan bahwa implementasi RHK hanya dapat diaplikasikan pada

(3)

541

persimpangan dengan APILL yang terdiri atas lampu tiga warna, yang mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 49 Tahun 2014.

b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011, tentang Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas.

Pada pasal 7 mengenai manajemen dan rekayasa disebutkan bahwa kementerian bertanggung jawab di bidang jalan yang meliputi geometrik jalan dan persimpangan, struktur dan kondisi jalan, perlengkapan jalan yang tidak berkaitan langsung dengan pengguna jalan dan bangunan pelengkap jalan, lokasi potensi kecelakaan dan kemacetan lalu lintas dan penggunaan bagian jalan selain peruntukannya.

Berasaskan pada tanggung jawab menteri pada bidang persimpangan serta lokasi potensi kecelakaan dan kemacetan, maka perlu segera dicari solusi penanggulangan. Hal yang harus dilakukan diantaranya adalah dengan meminimalkan waktu tunggu di persimpangan dengan cara meningkatkan arus lalu lintas pada saat nyala hijau, serta mengurangi kecelakaan dengan menekan potensi konflik. RHK sepeda motor adalah salah satu teknologi manajemen lalu lintas di persimpangan bersinyal yang diharapkan dapat memperbaiki kinerja lalu lintas menjadi lebih teratur, tertib dan lancar serta mengurangi konflik.

3. Perundangan/peraturan tentang marka

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 34 Tahun 2014 tentang Marka Jalan.

Marka Jalan berfungsi untuk mengatur lalu lintas, memperingatkan, atau menuntun pengguna jalan dalam berlalu lintas. Pada pasal 4 ayat 1(c), disebutkan bahwa marka jalan dapat berwarna merah, selanjutnya pada ayat 4 menyatakan bahwa marka warna merah menyatakan keperluan atau tanda khusus.

4. Perundangan/peraturan tentang rambu lalu lintas

Peraturan Menteri Nomor 13 Tahun 2014 tentang Rambu Lalu Lintas

Pada penerapan RHK dibutuhkan rambu petunjuk untuk sepeda motor yang memberikan informasi pada pesepeda motor supaya menempati area RHK yang telah disediakan. Rambu tersebut diletakkan pada lokasi awal atau sebelum area RHK di persimpangan.

Kesiapan aturan teknis yang mendukung kebijakan RHK adalah:

a. SNI 06-4826-1998, Spesifikasi Cat Termoplastik Pemantul Warna Putih dan Warna Kuning untuk Marka Jalan (Bentuk Padat)

Marka melintang garis henti sepeda motor dan kendaraan roda empat atau lebih dan marka membujur garis tepi. menggunakan cat marka thermoplastik warna putih. Persyaratan mengenai sifat fisik marka tersebut, seperti berat jenis, warna, daya lekat, waktu pengeringan, ketahanan terhadap retak dan lainnya merujuk pada SNI 06-4826-1998.

b. SNI 15-4839-1998, Spesifikasi Manik-Manik Kaca (Glass Bead) untuk Marka Jalan.

Marka putih untuk cat thermoplastik dan cat coldplastik pada RHK harus diberikan campuran butiran kaca yang transparan, bersih, berwarna, bulat licin dan bebas dari lemak dan gelembung, serta mempunyai persyaratan sifat fisik seperti bentuk, lolos saringan dan lainnya sesuai dengan SNI 15-4839-1998.

c. British Standard EN 1871 : 2000, Road Marking Materials – Physical Properties.

Desain konstruksi RHK mempunyai logo sepeda motor, marka melintang garis henti atau pun marka membujur garis tepi dengan jenis cat coldplastik. Cat marka tersebut harus sesuai dengan persyaratan ketebalan dan faktor luminansi yang diuji dengan standar BS EN 1871 : 2000.

Selain dari perundangan/peraturan yang telah ada, Kementerian PUPR telah mengeluarkan Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No 52/SE/M/2015 Pedoman Perancangan Ruang Henti Khusus (RHK) Sepeda Motor pada Simpang Bersinyal di Kawasan Perkotaan untuk memberikan acuan kepada perencana, pelaksana dan pengawas dalam

(4)

542

perancangan RHK sebagai bentuk penanganan terhadap penumpukan sepeda motor di persimpangan.

Sisipan Aturan

Peraturan Menteri Perhubungan, baik tentang marka maupun rambu lalu lintas tidak menyebutkan secara jelas mengenai marka dan rambu RHK, sehingga diperlukan sisipan aturan untuk menguatkan kebijakan penerapan RHK. Sisipan tersebut memuat tambahan-tambahan peraturan yang mengakomodir aturan elemen-elemen RHK.

1 Perundangan/peraturan tentang marka

RHK memiliki marka area warna merah yang menandakan ruang pemberhentian khusus bagi sepeda motor, karena itu diperlukan sisipan pada Peraturan Menteri untuk mengatur lebih rinci tentang penggunaan marka merah untuk RHK sepeda motor selain penggunaan marka merah pada Jalur Bus.

2 Perundangan/peraturan tentang rambu lalu lintas

Diperlukan sisipan rambu perintah sepeda motor menempati RHK di persimpangan, dengan jenis rambu perintah dengan kata-kata. Sisipan tersebut ditambahkan pada Peraturan Menteri Nomor 13 Tahun 2014 tentang Rambu Lalu Lintas Lampiran Tabel IV Bentuk, Lambang, Warna, Arti, Ukuran Daun Rambu, serta Ukuran dan Jenis Huruf, Angka, dan Simbol Rambu Perintah.

PENERAPAN RHK

Kriteria untuk perancangan RHK

Untuk merancang RHK sepeda motor, hendaknya mengikuti Surat Edaran Menteri PUPR No 52/SE/M/2015. Sesuai dengan Pedoman tersebut, maka penerapan RHK harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu:

a. RHK ditempatkan di pendekat simpang dengan kelas jalan raya atau jalan sedang;

b. RHK merupakan ruang pemberhentian di pendekat simpang bersinyal yang merupakan fasilitas bagi sepeda motor;

c. RHK hanya diaplikasikan pada pendekat simpang dengan jumlah lajur pendekat minimum dua lajur per arah;

d. RHK hanya diaplikasikan pada persimpangan dengan APILL;

e. Kendaraan roda empat atau lebih berhenti di belakang area RHK pada saat nyala merah; f. Apabila terdapat RHK sepeda, RHK sepeda motor berada di sebelah kanan RHK sepeda; g. Bila diperlukan area RHK diperpanjang di lajur paling kiri yang berfungsi untuk menampung

banyaknya volume sepeda motor yang bergerak di lajur kiri.

Penelitian RHK dan penerapan ujicoba terbatas dimulai sejak tahun 2007. Kajian RHK dengan penerapan prototipe RHK pada tahun 2011 telah dibangun di beberapa kota besar di Indonesia, yaitu Bandung, Denpasar, Badung, Tangerang, Bekasi, dan Bogor.

Tabel 1. Hasil Penerapan Prototipe RHK

No Kota Tahun Hasil Implementasi Kenaikan Kapasitas Rata-rata Penurunan Konflik Rata-rata Penurunan Tingkat Pelanggaran garis henti Rata-rata 1 Bandung (Simpang Laswi-Ahmad Yani) 2010 7% 47% 90% 2 Bandung (simpang Pasteur-Sukajadi) 2010 7% 41% 0%

3 Bali (Simpang Siur) 2010 2% 36% 85%

(5)

543

Sumber: hasil analisis 2011

Tingkat keberhasilan penerapan RHK pada beberapa kota tersebut hasilnya berbeda-beda. Efektivitas kinerja RHK di Bali dan Bekasi memiliki nilai rendah karena arus lalu lintas persimpangan tersebut sudah sangat tinggi (VCR >0.85). Diperlukan solusi lain untuk mengatasi permasalahan kemacetan, contohnya pembangunan Underpass Dewa Ruci yang kemudian dibangun tahun 2013 lalu. Namun, dengan penerapan RHK sepeda motor, nilai penurunan tingkat pelanggaran garis henti rata-rata relatif tinggi menjadi lebih rapi dan teratur.

Gambar 1. Penerapan RHK sepeda motor di Kota Bandung (Pusjatan, 2010)

Pelaksanaan sosialisasi dan diseminasi teknologi RHK telah dilakukan di seluruh Indonesia. Hingga saat ini teknologi RHK sudah banyak diterapkan secara mandiri (pendanaan APBD) di Pulau Jawa dan Sumatera.

Tabel 2. Lokasi Penerapan Mandiri Teknologi RHK

No Kota Tahun Penerapan

1 Denpasar 2013 2 Bandung 3 Palembang 2014 4 Medan 2015 5 Semarang 6 Purwokerto 7 Jepara 8 Kudus 9 Cirebon 10 Bandar Lampung 2016 5 Tangerang 2011 21% 35% 75% 6 Bekasi 2011 5% 23% 26% 7 Bogor 2011 5% 30% 65%

(6)

544

Gambar 2. Penerapan RHK Sepeda Motor di Jepara (kiri) dan Bandar Lampung (kanan) Sumber: Dok. Dikyasa Polres Jepara dan Dok. Tribun Lampung

Permintaan Advis Teknis dan Pendampingan Penerapan RHK Sepeda Motor

Penerapan RHK banyak diminati oleh pemerintah daerah. Hal ini dapat dilihat dari tingginya permintaan advis teknis dan pendampingan untuk memperoleh bantuan pendampingan dalam menerapkan RHK yang mencakup pengenalan RHK, perancangan dimensi, perhitungan rencana anggaran biaya hingga survei pendahuluan RHK. Beberapa pemerintah daerah tersebut diantaranya adalah Dinas Perhubungan Kota Surabaya, Dinas Perhubungan Kota Medan, Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru, Dinas Perhubungan Kota Batam, Dinas Perhubungan Kota Labuan Bajo, dan Dinas Perhubungan Kota Banjarmasin.

Inisiatif Implementasi RHK oleh Dinas Perhubungan

Selain hasil monitoring uji coba RHK yang dilakukan oleh Puslitbang Jalan dan Jembatan, kepuasan terhadap RHK dapat diamati dari tingginya antusiasme pemerintah daerah dan kepuasan masyarakat mengenai RHK. Kedisiplinan pengendara sepeda motor mengisi RHK dan kendaraan roda empat untuk tidak menempati RHK membuat persimpangan menjadi lebih teratur. Hal tersebut menjadi salah satu alasan Dinas Perhubungan Kota berinisiatif untuk membangun RHK dari pendanaan masing-masing daerah.

Kendala Keberhasilan Penerapan RHK Sepeda Motor

Dari hasil monitoring dan evaluasi implementasi RHK sepeda motor berbagai kota besar yaitu, Bandung, Denpasar, Tangerang, Bogor dan Bekasi, didapatkan beberapa permasalahan dalam penerapan RHK sepeda motor, yaitu

a. Kondisi volume lalu lintas melebihi kapasitas

Pada kondisi lalu lintas yang sangat padat, sehingga arus lalu lintas banyak mengalami kemacetan, kondisi ini dapat menyebabkan RHK tidak berfungsi efektif. Rekomendasi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan meningkatkan kapasitas persimpangan tersebut, misalnya melebarkan dimensi persimpangan, meningkatkan pengaturan lalulintas, membuat fly over, dan lainnya.

b. Perilaku pengendara kendaraan bermotor

Permasalahan yang terjadi adalah masih adanya pengendara kendaraan roda empat yang berhenti di area RHK, sehingga menghalangi sepeda motor yang akan memasuki area RHK, serta perilaku pengendara sepeda motor yang melewati marka melintang garis henti masih kerap terjadi. Solusi ang direkomendasikan untuk pemecahan masalah tersebut yaitu dengan memberikan sosialisasi tentang rambu-rambu dan marka lalu lintas khususnya tentang RHK.

UJI PUBLIK

Kegiatan uji publik dapat diartikan sebagai suatu proses pengujian atau sosialisasi kepada pemangku kepentingan internal dan/atau eksternal dari draft standar/produk hukum sebelum ditetapkan sebagai standar/produk hukum. Masyarakat/instansi penerima kebijakan dapat mengetahui struktur draft dari sesuatu yang diuji publik dan juga dapat memberi saran atau kritik, tentunya yang bersifat konstruktif. Beberapa cara uji publik yang telah dilakukan dalam penerapan RHK adalah:

(7)

545

(1)

Uji publik berupa wawancara dan sosialisasi mengenai ruang henti khusus (RHK) sepeda motor telah dilakukan ke Dinas Perhubungan Kota yang telah mengimplementasikan RHK di kotanya masing-masing. Dari wawancara kepada Dinas Perhubungan Bandung, Dinas Perhubungan Bogor, Dinas Perhubungan Denpasar, Dinas Perhubungan Tangerang dan Dinas Perhubungan Bekasi dapat ditarik kesimpulan yaitu:

a. Berdasarkan pengamatan dan tanggapan masyarakat, RHK sepeda motor dianggap efektif untuk mengurangi konflik dan melancarkan lalu lintas serta merapikan antrian di persimpangan.

b. Komponen dan aplikasi pendukung RHK sangat membantu keberhasilan RHK diantaranya rambu dan Countdown.

c. Perencana di daerah tidak menemukan kendala selama proses pembangunan RHK, hal tersebut menunjukkan bahwa pedoman yang telah disusun Puslitbang dapat diaplikasikan dengan baik.

(2)

Uji publik berupa pembagian kuesioner kepada pengendara sepeda motor dan kendaraan roda empat atau lebih dilakukan di sekitar lokasi RHK. Jumlah kuesioner yang disebar sebanyak 60 kuesioner yang mewakili pengendara sepeda motor dan kendaraan roda empat atau lebih. Dari hasil penyebaran kuesioner terhadap pengendara sepeda motor dan kendaraan roda empat atau lebih dapat ditarik kesimpulan yaitu:

a. Diperlukan countdown pada persimpangan untuk menghindari pengendara roda empat terjebak di area RHK dan menghalangi sepeda motor.

b. Sosialisasi yang berkelanjutan dapat memberikan informasi dan peringatan kepada pengendara mengenai RHK sehingga penerapannya lebih efektif

(3)

Uji Publik berupa kegiatan workshop dan pendampingan. Workshop tahunan dilakukan sejak tahun 2011 dengan cara sosialisasi dan diskusi bersama beberapa dinas perhubungan daerah di Indonesia. Kegiatan Pendampingan yaitu keterlibatan pihak Pusjatan yang diundang untuk mendampingi pemerintah daerah dalam merencanakan RHK di daerah-daerah.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil kajian literatur untuk penyusunan dasar hukum RHK dan hasil uji coba implementasi RHK, dapat direkomendasikan kebijakan-kebijakan sebagai berikut:

1. Perlunya sisipan-sisipan untuk mengisi konten-konten yang kosong mengenai landasan hukum tentang pengaturan RHK.

2. Dengan menerapkan RHK di Kota Bandung, Kota Bekasi, Kota Tangerang, Kota Bogor dan Kota Denpasar serta Kabupaten Badung, dapat mereduksi konflik rata-rata 7% dan kapasitas rata-rata sebesar 37%, serta penurunan tingkat pelanggaran (terhadap garis henti) rata-rata sebesar 61%.

Berdasarkan hasil kajian dari literatur landasan penyusunan dan hasil uji coba implementasi RHK, didapatkan rumusan rekomendasi kebijakan sebagai berikut:

Pertama, perlunya dasar hukum implementasi RHK agar pemerintah daerah dapat menerapkan RHK. Dari hasil uji coba yang telah dilakukan pada kota-kota besar di Indonesia., RHK telah memberikan banyak manfaat, karena itu direkomendasikan untuk penerbitan payung hukum berupa surat edaran dari Kementerian Perhubungan.

Kedua, RHK sepeda motor direkomendasikan untuk diimplementasikan pada kriteria persimpangan dengan APILL dan ketentuan geometri dan teknis lainnya (pedoman Perencanaan teknis ruang henti khusus (RHK) sepeda motor pada simpang bersinyal di kawasan perkotaan) sebagai upaya mengatasi masalah di persimpangan. Kewenangan untuk membangun RHK diberikan kepada dinas perhubungan daerah dengan mengacu kepada pedoman dan spesifikasi yang telah ada.

(8)

546 UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, Badan Litbang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, serta Bapak Drs. Muhammad Idris, MT. dan Puzy Prawira, ST. yang telah mendukung dalam penulisan makalah sampai dengan diterbitkan. DAFTAR PUSTAKA

Amelia, S., 2009. Penyusunan DED Lajur Sepeda Motor pada Persimpangan dan Kajian Lajur Sepeda Motor pada Ruas Jalan Arteri, Puslitbang Jalan dan Jembatan, Kementerian Pekerjaan Umum, Bandung.

Amelia, S., 2010. Kajian dan Pengawasan Uji Skala Penuh Lajur Khusus Sepeda Motor di Persimpangan, Puslitbang Jalan dan Jembatan, Kementerian Pekerjaan Umum, Bandung. Amelia, S., 2012. Perencanaan Ruang Henti Khusus Sepeda Motor. Naskah Ilmiah, Puslitbang

Jalan dan Jembatan, Kementerian Pekerjaan Umum, Bandung.

Badan Standarisasi Nasional., 1998. SNI 06-4826-1998 Spesifikasi cat termoplastik pemantul warna putih dan warna kuning untuk marka jalan (bentuk padat), Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional., 1998. SNI 15-4839-1998, Spesifikasi manik-manik kaca (glass bead) untuk marka jalan

British Standard EN 1871 : 2000, Road Marking Materials – Physical Properties

Idris, M., 2007, Pengembangan Standar Lajur Sepeda Motor pada Ruas Jalan dan Persimpangan, Puslitbang Jalan dan Jembatan, Departemen Pekerjaan Umum, Bandung.

Indonesia., 2004. Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004, tentang Jalan. Jakarta Indonesia., 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 2009, tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan. Jakarta.

Indonesia., 2006. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 34 tahun 2006 tentang Jalan. Jakarta.

Indonesia., 2006. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 2011 tentang Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas. Jakarta.

Mulyadi, A., 2011, Kajian Lajur Khusus Sepeda Motor di Ruas Jalan Primer Perkotaan, Puslitbang Jalan dan Jembatan, Kementerian Pekerjaan Umum, Bandung.

Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No 52/SE/M/2015 Pedoman Perancangan Ruang Henti Khusus (RHK) Sepeda Motor pada Simpang Bersinyal di Kawasan Perkotaan.

Gambar

Tabel 1.  Hasil Penerapan Prototipe RHK
Tabel 2.  Lokasi Penerapan Mandiri Teknologi RHK
Gambar 2.  Penerapan RHK Sepeda Motor di Jepara (kiri) dan Bandar Lampung (kanan)  Sumber: Dok

Referensi

Dokumen terkait

Ditinjau dari sudut pandang para pengendara kendaraan bermotor, jumlah pesepeda yang lebih sedikit dari kendaraan bermotor, tenaga penggerak yang berupa manusia menyebakan

Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu dilakukan rekayasa lalu lintas dengan cara memberikan ruang henti khusus untuk sepeda motor (RHK). Dengan adanya RHK ini diharapkan

Oleh karena kondisi tersebut, tujuan kajian ini yaitu mengetahui karakteristik pengendara sepeda berdasarkan karakteristik sosial ekonomi dan karakteristik perjalanan,

Untuk menanggulangi proporsi sepeda motor yang tinggi dan permasalahan konflik yang ditimbulkan di simpang sudah banyak di lakukan alternatif – alternatif penanggulangan,

Oleh karena kondisi tersebut, tujuan kajian ini yaitu mengetahui karakteristik pengendara sepeda berdasarkan karakteristik sosial ekonomi dan karakteristik perjalanan,

Banyaknya jumlah bengkel yang tidak ternama menyebabkan pengguna kendaraan sepeda motor kesulitan untuk mengetahui lokasi bengkel terdekat dan sesuai dengan

Ide ini telah diujicoba di selatan Bandung untuk mendukung pergerakan sepeda motor pada salah satu persimpangan bersinyal jalan Soekarno-Hatta dengan jalan Buah Batu.. Studi ini

Hal ini disebabkan oleh perubahan karakteristik persimpangan akibat adanya RHK, dimana sepeda motor ditempatkan di depan dan pada 5 detik pertama kendaraan yang