• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gebbi Ghassani V, Agus Irianto, Armida. S Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang Jl. Prof. Hamka Air Tawar Padang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gebbi Ghassani V, Agus Irianto, Armida. S Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang Jl. Prof. Hamka Air Tawar Padang"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

DIFFERENCES OF ECONOMIC LEARNING RESULT BETWEEN COOPERATIVE LEARNING TWO STAY TWO STRAY AND GROUP DISCUSSION AT CLASS X IN SMA N 1

GUGUAK DISTRICT AND SMA N 1 SULIKI DISTRICT Gebbi Ghassani V, Agus Irianto, Armida. S

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang Jl. Prof. Hamka Air Tawar Padang Email: gebbighassani@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara menerapkan pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dengan menerapkan diskusi kelompok pada kelas X di SMA N 1 Kec. Guguak dan SMA N 1 Kec. Suliki.Penelitian ini termasuk jenis penelitian quasi eksperimen. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas X di SMA N 1 Kec. Guguak dan SMA N 1 Kec. Suliki. Teknik pengambilan sampel adalah Purposive Sampling, siswa kelas X8 di SMA N 1 Kec. Guguak sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas X2 di SMA N 1 Kec. Suliki sebagai kelas eksperimen 2. Data dikumpulkan dari hasil tes yang diberikan pada kedua kelas sampel dengan analisis data menggunakan uji Z. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar ekonomi siswa yang menerapkan pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dengan yang menerapkan diskusi kelompok. Pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray cocok diterapkan dalam proses pembelajaran. Untuk itu disarankan kepada guru untuk mempertimbangkan pembelajaran kooperatif two stay two stray sebagai alternatif dalam proses pembelajaran, khususnya pada standar kompetensi “Memahami Konsep Ekonomi dalam Kaitannya dengan Kegiatan Ekonomi Produsen dan Konsumen”.

Kata kunci: hasil belajar, pembelajaran kooperatif two stay two stray, diskusi kelompok

ABSTRACT

This research aims to know differences of learning result between cooperative learning two stay two stray and group discussion at class X in SMA N 1 Guguak District and SMA N 1 Suliki District. This type of research is experimental research. It’s populations all students of class X in SMA N 1 Guguak District and SMA N 1 Suliki District. Sampling was done in purposive sampling, class X8 in SMA N 1 Guguak District was chose as the experiment 1 and class X2 in SMA N 1 Suliki District as experiment 2. Data collected from the results given in the second grade sample, data analys is using Z test.

(2)

2

The results showed that there was significant difference between the results of the economic study of students between the learning by cooperative learning two stay two stray and by group discussion. Cooperative learning two stay two stray match for learning. It is rcommended for teachers to be able to consider as an alternative to the cooperative learning two stay two stray in the learning process, especially on the competency standart,”Understanding Economic Concept in Economic Activity Producen and Consumer.”

Keyword: learning result, cooperative learning two stay two stray, group discussion

1. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas, baik dari segi fisik, mental maupun emosional. Pendidikan yang berkualitas dapat terlaksana dengan adanya faktor-faktor pendukung untuk menentukan tingkat keberhasilan pelaksanaannya dalam dunia pendidikan. Salah satu faktor penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan adalah guru.

Guru harus mampu membimbing siswa agar mampu memahami pelajaran yang diberikannya, diantaranya dengan menerapkan berbagai metode dan pendekatan yang dapat memotivasi siswa dalam belajar sehingga mampu meningkatkan keberhasilan belajar. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sanjaya (2009:23) yang mengemukakan bahwa sebagai fasilitator guru berperan memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.

Namun kenyataan yang terlihat pada kelas X pada SMA N 1 Kec. Guguak dan SMA N 1 Kec. Suliki, menunjukkan bahwa kurangnya variasi metode yang digunakan dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran yang biasa digunakan guru di SMA N 1 Kec. Guguak dan SMA N 1 Kec. Suliki adalah metode ceramah dan diskusi kelompok. Melalui metode ceramah, siswa hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan dari guru. Hal tersebut menyebabkan kurangnya keantusiasan dan minat siswa pada pelajaran ekonomi sehingga siswa merasa jenuh. Kurang antusiasnya siswa dalam mengikuti pelajaran, terlihat dari sikap mereka yang tidak memperhatikan pelajaran di saat guru menerangkan pelajaran. Siswa lebih cenderung pasif dan kurang berpartisipasi dalam pembela-jaran, karena kegiatan pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Siswa yang bertanya relatif sedikit, siswa yang menjawab pertanyaan dari guru pada saat evaluasipun juga relatif sedikit.

(3)

3

Kebanyakan siswa tidak mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, mereka memberikan jawaban yang kurang tepat bahkan jawaban yang salah. Jika hal ini dibiarkan terus-menerus akan mengakibatkan hasil belajar ekonomi siswa akan jauh dari yang diharapkan, dan banyaknya siswa yang tidak memperoleh ketuntasan dalam belajar khususnya pada standar kompetensi tertentu.

Agar hasil belajar ekonomi siswa pada standar kompetensi “Memahami Konsep Ekonomi dalam Kaitannya dengan Kegiatan Ekonomi Konsumen dan Produsen,” pada tahun pelajaran 2012/2013 tidak seperti hasil belajar pada tahun pelajaran 2011/2012, maka diperlukan adanya suatu metode pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih aktif selama proses pembelajaran, menghilangkan kejenuhan siswa dan mengoptimalkan interaksi belajar siswa, serta dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar ekonomi siswa, khususnya pada standar kompetensi yang kurang dipahami siswa tersebut. Metode pembelajaran yang dapat membantu siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan belajar salah satunya adalah pembelajaran kooperatif.

Pada pembelajaran kooperatif, siswa dituntut aktif mencari informasi dalam kelompok-kelompok sebagai suatu pengalaman belajar yang harus mereka tempuh. Menurut Lie (2010:54) ada 14 tipe pembelajaran kooperatif yang bisa dipraktekkan di kelas dalam rangka meningkatkan

minat dan hasil belajar siswa. Salah satu diantaranya adalah pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray atau dua tinggal dua tamu. Pembelajaran kooperatif ini akan mengurangi kegiatan ceramah yang sering mendominasi kegiatan pembelajaran di kelas. Peran guru disini sebagai pembimbing jalannya diskusi kelompok. Siswa dituntut aktif untuk menemukan informasi sendiri dalam kelompoknya dan bertamu ke kelompok lain yang berbeda. Hal ini akan memberi kesempatan kepada siswa untuk berbagi tugas dengan teman lainnya, sehingga mereka akan merasa saling membutuhkan dan harus saling melengkapi informasi. Siswa akan memiliki tanggung jawab kelompok yang tinggi dalam pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray. Hal ini disebabkan karena sebagian informasi yang mereka butuhkan akan diperoleh setelah mereka bertamu ke kelompok lainnya.

Sekilas, pembelajaran kooperatif terlihat sama dengan metode diskusi biasa. Padahal ada hal-hal yang membedakan pembelajaran kooperatif dengan metode diskusi biasa, yaitu unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif, seperti yang diungkapakan oleh Lie (2010:31) yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, serta evaluasi proses kelompok. Maka berdasarkan hal tersebut sebagai permasalah yang akan penulis teliti yaitu terdapat perbedaan hasil belajar ekonomi siswa dengan menerapkan

(4)

4

pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dan diskusi kelompok pada kelas X SMA N 1 Kec. Guguak dan SMA N 1 Kec. Suliki.

2. TINJAUAN TEORI DAN HIPOTESIS a. Hasil Belajar

Hasil belajar dapat diketahui setelah melakukan evaluasi. Hasil belajar dapat digunakan untuk melihat seseorang sudah melakukan proses belajar. Sudjana (2009:22) mengatakan “Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar.”

Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran. Seseorang dikatakan berhasil dalam belajar apabila terjadi perubahan tingkah laku dalam dirinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamalik (2009:30) yang menyatakan bahwa, “Hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.”

Hasil belajar tidak hanya perubahan tingkah laku dan sikap siswa, tapi juga dalam bentuk prestasi, yaitu hasil yang diperoleh siswa setelah pembelajaran dilaksanakan. Untuk memperoleh hasil belajar yang baik, maka perlu kerjasama yang baik pula antara metode dan kegiatan pembelajaran itu sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Djamarah (2006:33) bahwa

“Terdapat dua hal yang menentukan keberhasilan dalam proses belajar dan mengajar yaitu pengaturan proses belajar mengajar dan pengajaran itu sendiri, dan keduanya mempunyai saling ketergantungan.”

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:250-251) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

Hasil belajar diukur dengan tes dan non tes. Tes dapat dilakukan untuk mengukur kemampuan kognitif dan keterampilan siswa, sedangkan non tes digunakan untuk mengukur afektif siswa. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sudjana (2009:113-114) yang mengemukakan bahwa alat evaluasi dibedakan menjadi dua jenis, yakni tes dan non tes. Tes biasanya digunakan untuk menilai isi pendidikan, misalnya aspek pengetahuan, kecakapan, keterampilan, dan pemahaman pelajaran yang telah diberikan guru. Sedangkan non tes digunakan untuk menilai aspek tingkah laku, seperti sikap, minat, perhatian, karakteristik, dan lain-lain yang sejenis.

(5)

5

Purwanto (2003:16) juga mengungkapkan bahwa hasil belajar dapat diketahui dengan salah satu indikator yaitu tes. Hasil tes ini kemudian dianalisis oleh guru dan diberi penilaian. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah gambaran kemampuan yang dimiliki siswa setelah proses belajar dilakukan, dan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan.

b. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan meng-gunakan sistem pengelompokkan atau tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen). Parker dalam Huda (2011:29) mendefenisikan kelompok kecil kooperatif sebagai suasana pembelajaran di mana para siswa saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama.

Ibrahim (2000:6) menyatakan bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

1) Siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajar.

2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki keterampilan tinggi, sedang, dan rendah.

3) Bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.

4) Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

Pada pembelajaran kooperatif ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar hasil yang ingin dicapai bisa maksimal. Menurut Lie (2010:31) ada lima unsur yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif ini yaitu: 1) Saling ketergantungan positif

2) Tanggung jawab perseorangan 3) Tatap muka

4) Komunikasi antar anggota 5) Evaluasi proses kelompok

Berdasarkan unsur-unsur tersebut suatu pembelajaran kelompok dapat dikatakan sebagai pembelajaran kooperatif apabila dalam masing-masing kelompok semua anggotanya melakukan aktivitas belajar selama proses pembelajaran berlangsung. Trianto (2007:42) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa yang berbeda latar belakangnya.

c. Two Stay Two Stray

Dua tinggal dua tamu atau two stay two stray adalah salah satu tipe yang bisa dipraktekkan

(6)

6

dalam pembelajaran. Menurut Lie (2010:60), “Struktur dua tinggal dua tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain”. Banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lainnya. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu dengan yang lainnya.

Sebelum memulai pembelajaran guru wajib memahami langkah-langkah pembelajaran

kooperatif agar proses pembelajaran bisa berjalan dengan baik. Langkah-langkah tersebut terdiri dari enam fase sebagai berikut:

FASE KEGIATAN GURU

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi

Guru menyampaikan semua tujuan pembel-ajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik belajar.

Fase 2 Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada peserta didik dengan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Fase 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam

kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Fase 4 Membimbing kelompok bekerja Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka

dan belajar. mengerjakan tugas.

Fase 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hail belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya Fase 6 Memberikan penghargaan

Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Ibrahim (2000:10)

Adapun langkah-langkah dari proses pembelajaran kooperatif dengan menggunakan tipe two stay two stray atau dua tinggal dua tamu ini menurut Huda (2011:141) yaitu:

1) Siswa bekerja sama dengan kelompok berempat sebagaimana biasa.

2) Guru memberikan tugas pada setiap kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan bersama.

3) Setelah selesai, 2 anggota dari masing-masing kelompok diminta meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu kedua anggota dari kelompok lain.

4) Dua orang yang “tinggal” dalam kelompok bertugas mensharing informasi dan hasil kerja mereka ke tamu mereka.

5) “Tamu” mohon diri dan kembali ke kelompok yang semula dan melaporkan apa yang mereka temukan dari kelompok lain. 6) Setiap kelompok lalu membandingkan dan

(7)

7

Berdasarkan langkah-langkah pembelajar-an di atas, terlihat bahwa dalam proses pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray ini terdapat dua tahapan kegiatan. Pada tahap pertama, setelah siswa dibagi-bagi dalam kelompok-kelompoknya, maka guru akan memberi waktu dalam menyelesaikan tugas mereka dalam masing-masing kelompok. Kemudian pada tahap kedua mereka diberi kesempatan untuk bertamu ke kelompok lain untuk berbagi informasi. Melalui tahap pembelajaran seperti ini siswa diharapkan akan menjadi lebih bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas masing-masing, karena sebagian informasi dari pelajaran tersebut akan mereka peroleh nanti setelah mereka bertamu ke kelompok lainnya.

Sejalan dengan pendapat di atas, Suyatno (2009:66) juga menyatakan bahwa pembelajaran two stay two stray adalah pembelajaran dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, dan laporan kelompok.

d. Diskusi Kelompok

Menjadi guru kreatif, profesional, dan menyenangkan dituntut untuk memiliki

kemampuan untuk mengembangkan dan memilih metode pembelajaran yang efektif. Salah satunya yaitu diskusi kelompok dimana menurut Usman (2006:94) diskusi kelompok adalah “Suatu proses yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah.” Sedangkan pengertian diskusi kelompok dalam kegiatan belajar-mengajar tidak jauh berbeda dengan pengertian di atas, seperti yang diung-kapkan oleh Usman (2006:94) bahwa, “Siswa berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil di bawah pimpinan guru atau temannya untuk berbagai informasi, pemecahan masalah, atau pengambilan keputusan.”

Menurut Sagala (2007:208) diskusi adalah percakapan ilmiah yang responsif berisikan pertukaran pendapat yang dijalin dengan pertanyaan-pertanyaan problematik pemunculan ide-ide dan pengujian ide-ide ataupun pendapat, dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok itu yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalahnya dan untuk mencari kebenaran.

Djaafar (2001:73) menyatakan bahwa ciri-ciri diskusi antara lain:

1) Melibatkan dua orang atau lebih .

2) Berlangsung dalam interaksi tatap muka dan menggunakan media bahasa, semua anggota memperoleh kesempatan mendengar dan

(8)

8

mengeluarkan pendapat secara bebas dan langsung.

3) Mempunyai tujuan atau sasaran yang akan dicapai melalui kerjasama antar anggota. 4) Berlangsung dalam suasana bebas, teratur

dan sistematis sesuai dengan aturan main yang telah disepakati bersama.

Selanjutnya Usman (2006:96) juga mengemukakan bahwa ada hal-hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam diskusi kelompok yaitu sebagai berikut:

1) Mendominasi diskusi sehingga siswa tidak diberi kesempatan

2) Membiarkan siswa tertentu memonopoli diskusi

3) Membiarkan terjadinya penyimpangan dari tujuan diskusi dengan pembicaraan yang tidak relevan

4) Membiarkan siswa yang enggan berpartisipasi

5) Tidak memperjelas atau mendukung pikiran siswa

6) Gagal mengakhiri diskusi secara efektif

e. Penelitian yang Relevan

Berikut adalah penelitian yang memiliki relevansi dengan permasalahan yang diteliti antara lain:

1) Cici Yandes (2008), Skripsi meneliti tentang “Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dalam

Pembelajaran Fisika terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA SMA N 3 Solok.” Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dapat meningkatkan hasil belajar. 2) Kusfianti Ratih Mufidah (2010), Jurnal

“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Materi Keliling dan Luas Segi Empat dan Segitiga pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 7 Malang.”

f. Kerangka Konseptual

Pada penelitian ini, penulis melakukan percobaan pada kedua kelas sampel dengan menerapkan metode yang berbeda untuk masing-masing sampel dan kemudian melihat apakah terdapat perbedaan hasil belajar ekonomi siswa antara penerapan kedua metode tersebut. Dalam penelitian ini penulis menerapkan pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray pada kelas eksperimen 1 dan diskusi kelompok pada kelas eksperimen 2.

g. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan batasan masalah penelitian, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar ekonomi siswa yang diajar

(9)

9

dengan pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dengan hasil belajar ekonomi yang diajar dengan diskusi kelompok.

H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar ekonomi siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dengan hasil belajar ekonomi yang diajar dengan diskusi kelompok

3. METODE PENELITIAN a. Jenis Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian yang dilakukan adalah penelitian Quasi Eksperimen. Penelitian Quasi Eksperimen merupakan pengembangan dari true eksperimental design, Sugiyono (2009:114). Penelitian kali ini tidak melakukan tes di awal pembelajaran terlebih dahulu karena peneliti hanya membandingkan hasil belajar antara kedua kelas sampel setelah diberikan perlakuan.

b. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA N 1 Kec. Guguak dan SMA N 1 Kec. Suliki yang terdaftar pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013. Penentuan kelas sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling yaitu ditetapkan berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu, Sudjana (2007:96). Pada penelitian ini

pengambilan sampel dipilih berdasarkan kelas yang memiliki nilai rata-rata yang hampir sama sehingga dapat dikatakan bahwa kedua sampel memiliki kemampuan yang hampir sama. Dipilihlah kelas X8 SMA N 1 Kec. Guguak sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas X2 SMA N 1 Kec. Suliki sebagai kelas eksperimen 2.

c. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis memberikan tes kepada dua kelas sampel.Tes yang diberikan berupa pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan materi yang diajarkan selama perlakuan berlangsung.

Sebelum memberikan tes kepada kedua kelas sampel, terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Merumuskan kisi-kisi soal, yang disusun berpedoman pada silabus mata pelajaran ekonomi dan indikator yang sesuai dengan standar kompetensi.

2) Menyusun soal tes sesuai dengan kisi-kisi yang dibuat.

3) Melakukan uji coba soal untuk mengetahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran soal, dan daya beda soal.

d. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan yaitu uji Z. Sebelum melakukan uji hipotesis tersebut, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis

(10)

10

yaitu uji normalitas dan uji homogenitas varians. Untuk menguji normalitas dapat digunakan uji liellifors. Menurut Irianto (2007: 273) kriteria terima hipotesis berdistribusi normal adalah jika Lmax ≤ Ltabel, lain dari itu ditolak. Sedangkan untuk menguji homogenitas digunakan uji F dengan kriteria jika harga F hitung kecil sama dari F tabel berarti kelompok data mempunyai varians yang homogen, sebaliknya jika harga F yang di dapat dari hasil perhitungan lebih besar dari F tabel, berarti kedua kelompok data varians tidak homogen (Irianto, 2007:276).

e. Uji Hipotesis

Rumus untuk menguji hipotesis yaitu: H0 :

µ

A =

µ

B

H1 :

µ

A ≠

µ

B Keterangan:

µ

A = rata-rata kelas eksperimen 1

µ

B = rata-rata kelas eksperimen 2

Untuk menerima atau menolak hipotesis nol (Ho) pada tingkat signifikan

α

= 0,05

digunakan tabel Z dengan kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut :

1) Jika –Ztab ≤ Zhit < Ztab maka Ho diterima 2) Jika –Ztab > Zhit ≥ Ztab maka Ho ditolak

4. HASIL PENELITIAN a. Deskripsi Data Penelitian

Setelah proses penelitian selesai dilaksanakan maka diperoleh hasil belajar siswa berupa nilai ulangan harian. Berikut nilai ulangan harian siswa kedua kelas sampel:

Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2

X F % X F % 68 1 3,13% 68 4 13,33% 72 2 6,25% 72 3 10,00% 76 7 21,87% 76 8 26,67% 80 3 9,37% 80 5 16,67% 84 3 9,37% 84 5 16,67% 88 9 28,13% 88 3 10,00% 92 2 6,25% 92 1 3,33% 96 4 12,50% 96 1 3,33% 100 1 3,13% 100 - - Jmlh 32 100% Jmlh 30 100% Mean 84,25 Mean 78,93 Median 86 Median 78 Modus 88 Modus 76 Std 8,31 Std 7,27 Tuntas 90,63% Tuntas 76,67% Tidak Tuntas 9,37% Tidak Tuntas 23,33% Max 100 Max 96 Min 68 Min 68

Sumber: Data Olahan 2012

Berdasarkan data pada Tabel 14 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata ulangan harian kelas eksperimen 1 adalah 84,25 dengan nilai terendah 68, nilai tertinggi 100, nilai yang sering muncul (modus) yang diperoleh siswa adalah 88 dan nilai tengah (median) adalah 86. Standar deviasi yang diperoleh pada kelas eksperimen 1 adalah 8,31 artinya rata-rata penyimpangan setiap nilai dengan rata-rata hitung nilai adalah 8,31. Sedangkan untuk

(11)

11

persentase ketuntasan siswa pada kelas eksperimen 1 adalah 90,63%.

Pada kelas eksperimen 2 diperoleh nilai rata-rata siswa 78,93 dengan nilai terendah 68, nilai tertinggi 96 dan nilai yang sering muncul (modus) yang diperoleh siswa adalah 76, sedangkan nilai tengah (median) adalah 78. Standar deviasi yang diperoleh pada kelas eksperimen 2 adalah 7,27 artinya rata-rata penyimpangan setiap nilai dengan rata-rata hitung nilai adalah7,27. Persentase ketuntasan siswa pada kelas eksperimen 2 adalah 76,67%.

Berdasarkan pada Tabel 14 di atas, terdapat selisih nilai rata-rata antara kelas eksperimen 1 dengan kelas eksperimen 2 sebesar 5,32 (84,25−78,93). Pada tabel juga dapat dilihat sebesar 90,63% siswa pada kelas eksperimen 1 telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM) yang telah ditetapkan. Sementara pada kelas eksperimen 2 sebanyak 76,67% siswa mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu 75.

Standar deviasi yang diperoleh kelas eksperimen 2 lebih kecil dari kelas eksperimen 1. Dari segi pencapaian nilai, jumlah siswa yang mencapai nilai tertinggi pada kelas eksperimen 1 lebih banyak dibanding kelas eksperimen 2, sedangkan jumlah siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM pada kelas eksperimen 1 lebih sedikit dibanding kelas eksperimen 2.

b. Analisis Data Penelitian

Untuk menarik kesimpulan hasil penelitian maka dilakukan uji hipotesis setelah dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

Untuk uji normalitas pada kelas eksperimen 1 diperoleh nilai Lhit = 0,151 dan Ltab = 0,157 sedangkan pada kelas eksperimen 2 diperoleh nilai Lhit = 0,155 dan Ltab = 0,161 maka pada kedua kelas sampel Lhit<Ltab yang artinya kedua kelas sampel berdistribusi normal.

Sedangkan untuk uji homogenitas pada diperoleh Fhit =1,3064 dan Ftab = 1,8489 sehingga Fhit < Ftab yang berarti varians kedua kelas sampel adalah homogen.

Dari hasil perhitungan kedua uji prasyarat tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa kedua sampel pada penelitian ini berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen.

c. Uji Hipotesis

Dari uji hipotesis nilai ulangan harian yang dilakukan, diperoleh nilai Zhit=2,68 dan Ztab= 1,96 sehingga Zhit>Ztab maka H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2.

d. Pembahasan

Berdasarkan instrumen penelitian, telah didapatkan soal yang telah diuji validitas dan

(12)

12

reliabilitasnya, sehingga soal tersebut dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar ekonomi siswa. Pada saat melakukan penelitian, peneliti memberikan perlakuan yang berbeda kepada kedua kelas sampel dalam proses pembelajaran. Kelas eksperimen 1 menggunakan pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray sedangkan kelas eksperimen 2 menggunakan diskusi kelompok. Setelah diberi perlakuan yang berbeda pada kedua sampel, dilakukan ulangan harian untuk mengetahui hasil belajar siswa.

Setelah dilakukan analisis tentang hasil ulangan harian yang telah dilakukan, terlihat bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen 1 lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen 2 yaitu 84,25 > 78,93. Dari perhitungan uji Z saat ulangan harian diperoleh Zhit = 2,68, dengan α = 0,05 diperoleh harga Ztab = 1,96. Dengan demikian Zhit > Ztab maka hipotesis yang diajukan peneliti yaitu menolak H0 yakni terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dengan hasil belajar menerapkan diskusi kelompok.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dapat membantu meningkatkan keaktifan dan pemahaman siswa dalam menangkap materi pelajaran dan akhirnya akan meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini sejalan dengan pendapat Huda (2011:33) yang

menyatakan bahwa dalam lingkungan pembelajaran kooperatif, siswa diberi kebebasan untuk terlibat secara aktif dalam kelompok mereka. Huda (2011:67) juga menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat memberikan hasil pembelajaran yang lebih tinggi. Hasil ini meliputi produktivitas belajar yang semakin meningkat, daya ingat yang lebih lama, motivasi intrinsik yang lebih besar, motivasi berprestasi yang semakin tinggi, kedisplinan yang lebih stabil, dan berpikir dengan lebih kritis.

Pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray ini dilaksanakan atas dua tahapan kegiatan. Pada tahap pertama, setelah siswa dibagi-bagi dalam kelompok-kelompoknya, maka guru akan memberi waktu dalam menyelesaikan tugas mereka dalam masing-masing kelompok. Kemudian pada tahap kedua mereka diberi kesempatan untuk bertamu ke kelompok lain untuk berbagi informasi. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Lie (2010:60) yaitu, “Struktur dua tinggal dua tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain”. Melalui tahap pembelajaran seperti ini siswa diharapkan akan menjadi lebih bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas masing-masing, karena sebagian informasi dari pelajaran tersebut akan mereka peroleh nanti setelah mereka bertamu ke kelompok lainnya.

(13)

13

Pada kelas eksperimen 1 terlihat bahwa siswa lebih antusias dalam melaksanakan proses pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan mereka akan bertamu ke kelompok lain untuk mendapatkan informasi dalam menyelesaikan LKS yang diberikan. Mereka tidak hanya terpaku pada satu kelompok saja, melainkan bisa berbagi dengan kelompok lain dan mereka akan menemukan suasana yang berbeda dalam kelompok yang mereka kunjungi sehingga mereka tidak bosan dalam melaksanakan pembelajaran. Inilah yang menyebabkan siswa yang mempunyai kemampuan rendah, yang biasanya hanya menghandalkan teman yang pintar saja jadi termotivasi dalam belajar.

Dari evaluasi yang dilakukan, didapatkan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen 1 memperoleh nilai rata-rata ulangan hairan 84,25 yang berada di atas KKM yang ditetapkan yaitu 75. Artinya proses belajar dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Cici Yandes (2008) dengan judul “Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dalam Pembelajaran Fisika terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA SMA N 3 Solok.” Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Sedangkan pada kelas eksperimen 2, proses pembelajaran dilakukan dengan menerapkan diskusi kelompok biasa. Proses pembelajaran hampir sama dengan kelas eksperimen, dimana siswa dibagi dalam beberapa kelompok dan diberi LKS untuk didiskusikan dengan kelompok masing-masing. Namun disini siswa tidak berbagi informasi dengan kelompok lain seperti pada kelas eksperimen, melainkan hanya berbagi informasi dalam kelompok mereka masing-masing. Disini dapat terlihat bahwa siswa kurang antusias dalam mengerjakan tugas, karena diskusi kelompok sendiri memiliki kelemahan dibanding pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray, seperti yang dikemukakan Huda (2011:82) bahwa diskusi kelompok cenderung menekankan kelompok yang terdiri dari siswa-siswa dengan level kemampuan yang setara, dan acapkali mengabaikan relasi kerja sama yang baik, sehingga masing-masing anggota jarang membantu anggota yang lain untuk belajar.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelas eksperimen 1 dengan kelas eksperimen 2. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang diajar dengan menerapkan diskusi kelompok untuk mata pelajaran Ekonomi kelas X pada standar kompetensi “Memahami

(14)

14

Konsep Ekonomi dalam Kaitannya dengan Kegiatan Ekonomi Konsumen dan Produsen.”

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan jalan keluar dari suatu permasalahan rendahnya hasil belajar ekonomi siswa, khususnya dalam pokok bahasan kegiatan konsumen dan produsen. Bila biasanya guru mata pelajaran ekonomi mengajar kurang memvariasikan metode dalam mengajar, maka mulai sekarang diharapkan sebaiknya memperhatikan metode dalam pembelajaran salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray yang cocok digunakan pada standar kompetensi “Memahami Konsep Ekonomi dalam Kaitannya dengan Kegiatan Ekonomi Konsumen dan Produsen,” karena pembelajaran tersebut dapat mengaktifkan siswa dan memberikan hasil belajar yang tinggi.

Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti memiliki beberapa hambatan dan kelemahan diantaranya:

1) Sulit untuk membentuk kelompok secara heterogenitas karena siswa cenderung memilih-milih teman untuk dijadikan anggota kelompok.

2) Kurangnya sumber pembelajaran seperti buku yang dimiliki oleh siswa sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan LKS. 3) Penggunaan waktu yang kurang efektif karena waktu dalam proses pembelajaran tersita karena penataan kelas sebelum diskusi dimulai.Pembagian kelompok yang tidak tepat

empat orang pada pembelajaran kooperatif tipe two stay ywo stray karena adanya siswa yang tidak hadir pada saat penelitian, sehingga ada beberapa kelompok yang terdiri dari lima orang siswa.

5. PENUTUP a. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1) Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar ekonomi siswa yang menerapkan pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray pada kelas X8 di SMA N 1 Kec. Guguak dengan yang menerapkan diskusi kelompok pada kelas X2 di SMA N 1 Kec. Suliki.

2) Pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray cocok diterapkan pada mata pelajaran ekonomi khususnya pada Standar Kompetensi “Memahami Konsep Ekonomi dalam Kaitannya dengan Kegiatan Ekonomi Konsumen dan Produsen.”

b. Saran

1) Kepada Guru di SMA N 1 Kec. Guguak dan SMA N 1 Kec. Suliki, khususnya guru mata pelajaran ekonomi agar dapat menerapkan pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray sebagai alternatif dalam pembelajaran karena pembelajaran tersebut dapat mengaktifkan siswa dan memberikan hasil belajar yang tinggi.

(15)

15

2) Kepada Kepala Sekolah untuk dapat memberikan dorongan dan motivasi kepada guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray melalui kegiatan pelatihan atau penyuluhan, karena pembelajaran tersebut dapat meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa.

3) Kepada peneliti selanjutnya, agar lebih mempersiapkan diri, mempertimbangkan dan meminimalisir kendala-kendala yang telah dihadapi dan yang telah ditemukan oleh peneliti sebelumnnya, seperti penggunaan waktu yang kurang efektif, dan kesulitan dalam pembagian kelompok, sehingga dengan lebih mempersiapkan diri maka tujuan penelitian dapat tercapai sesuai dengan harapan yang diinginkan

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Djaafar, Teungku Zahara 2001. Kontribusi Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar. Jakarta: Universitas Negeri Padang.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. www.sarjanaku.com

Irianto, Agus. 2007. Statistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Kencana.

Lie, Anita. 2010. Mempraktikkan Cooprative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Gramedia.

Purwanto, B.Z. 2003. Prinsip-Prinsip dan Teknik-Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Persadakarya.

Sagala, Syaiful. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses

Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2007. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inotif

Berorientasi Kontruktivisme. Surabaya: Prestasi Pustaka Publisher.

Usman, Uzer. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Penghentian konfrontasi dengan Malaysia dan masuknja kembali Indonesia di PBB ditahun 1966 merupakan langkah- langkah penting pertama dari Orde-Baru, sehingga hubungan luar

Dream For Freedom 60 sering disebut D4F yang artinya impian menuju kebebasan, D4F merupakan suatu bentuk konsep komunitas saling bantu-membantu atau salaing

menyampaikan harapannya agar bantuan tersebut dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Teknik Undip untuk tetap dapat mengikuti kuliah secara online dengan baik

Setelah diberikan written feedback sebanyak 2 -3 kali terhadap tugas buku gambar dan 4-5 kali pada laporan praktikum, kualitas tugas-tugas tersebut meningkat dengan indikator:

Tuhanmu dan sesungguhnya aku bawa untuk mereka azab yang tidak boleh ditolak. Maka kamu berdua pergilah dengan bukti-bukti kami. Sesungguhnya kami bersama-samamu mendengar..

Para mahasiswa cukup mampu membuat kalimat tunggal dengan pola-pola kalimat dasar, namun masih pada tahap ”mengetahui”. Para mahasiswa sudah mengetahui pola-ola

Port yang disediakan, nomor 0 (port 0) dimungkinkan memuat data dan alamat. Port 0 dan 2 yang sedang digunakan untuk line I/O tidak dapat untuk akses alamat, dan sebaliknya.