• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Demam Berdarah Dengue (DBD) 1. Pengertian

a. Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty (DKK Banyumas, 2011).

b. Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty. Penyakit DBD dapat menyerang anak-anak dan orang dewasa (Dinkes Jateng, 2005). c. Menurut Junaedi dalam Riyadi & Suharsono (2010), Demam Berdarah

Dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan orang dewasa. Jadi Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty yang menyerang anak-anak dan orang dewasa yang ditandai dengan demam. 2. Penyebab dan cara penularan

Menurut Dinkes Jateng (2005), Penyebab penyakit DBD ada 4 tipe (Tipe 1, 2, 3, dan 4), termasuk dalam group B Antropod Borne Virus (Arbovirus). Dengue tipe -3 merupakan serotip virus yang dominan yang menyebabkan kasus yang berat. Masa inkubasi penyakit demam berdarah dengue diperkirakan < 7 hari. Penularan penyakit demam berdarah dengue

(2)

umumnya ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty meskipun dapat juga ditularkan oleh Aedes Albopictus yang hidup dikebun.

Cara penularan virus dengue yaitu virus masuk ketubuh manusia melalui gigitan nyamuk selanjutnya beredar dalam sirkulasi darah selama periode sampai timbul gejala demam. Periode ini dimana virus beredar didalam sirkulasi darah manusia disebut fase viremia. Apabila nyamuk yang belum terinfeksi menghisap darah manusia dalam fase viremia maka virus akan masuk kedalam tubuh nyamuk dan berkembang selama periode 8-10 hari sebelum virus siap di transmisikan kepada manusia lain. Rentang waktu yang diperlukan untuk inkubasi ekstrinsik tergantung pada kondisi lingkungan terutama temperatur sekitar. Siklus penularan virus dengue dari manusia – nyamuk – manusia dan seterusnya (ecological of dengue infection) (Djunaedi, 2006).

3. Tanda dan gejala klinis

Demam Berdarah Dengue (DBD) ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang jelas disertai dengan gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala-gejala tersebut menyerupai influensa biasa. Pada hari ke-2 dan ke-3 demam muncul bentuk perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan sampai berupa perdarahan dibawah kulit, perdarahan gusi, epistaksis, sampai perdarahan yang hebat sampai muntah darah akibat perdarahan lambung, melena, dan juga hematuria masif. Selain perdarahan juga terjadi syok yang biasanya dijumpai saat demam telah

(3)

menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda-tanda makin lemah, ujung-ujung jari, telinga, dan hidung teraba dingin dan lembab (Ngastiah, 2005).

Menurut Misnadiarly (2009), tanda atau gejala awal perjalanan penyakit DBD yaitu panas tinggi tanpa sebab jelas yang timbul mendadak dan terus-menerus, badan lemah atau lesu, ujung jari kaki dan tangan teraba dingin atau lembab. Selanjutnya demam yang akut, selama 2-7 hari, dengan 2 atau lebih gejala sebagai berikut : nyeri kepala, nyeri otot, nyeri persendian, bintik-bintik pada kulit sebagai manifestasi perdarahan dan leukopenia.

4. Derajat dan klasifikasi

Menurut World Health Organization (1997), DBD diklasifikasikan menjadi 4 tingkat keparahan.

Derajat I : Demam disertai dengan gejala konstitusional non-spesifik, satu-satunya manifestasi perdarahan adalah tes torniket positif dan muntah memar.

Derajat II : Perdarahan spontan selain manifestasi pasien pada Derajat I, biasanya pada bentuk perdarahan kulit atau perdarahan lain. Derajat III : Gagal sirkulasi dimanifestasikan dengan nadi cepat dan

lemah serta penyempitan tekanan nadi atau hipotensi, dengan adanya kulit dingin dan lembab serta gelisah.

(4)

Klasifikasi DBD menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2010) yaitu:

a. Dengue tanpa tanda bahaya dan dengue dengan tanda bahaya (dengue without warning signs). Kriteria dengue tanpa tanda bahaya dan dengue dengan tanda bahaya:

1) Bertempat tinggal di atau bepergian ke daerah endemik dengue.

2) Demam disertai 2 dari hal berikut : Mual, muntah, ruam, sakit dan nyeri, uji torniket positif, lekopenia, adanya tanda bahaya.

3) Tanda bahaya adalah Nyeri perut atau kelembutannya, muntah berkepanjangan, terdapat akumulasi cairan, perdarahan mukosa, letargis, lemah, pembesaran hati > 2 cm, kenaikan hematokrit seiring dengan penurunan jumlah trombosit yang cepat.

4) Dengue dengan konfirmasi laboratorium (penting bila bukti kebocoran plasma tidak jelas)

b. Dengue berat (severe dengue). Kriteria dengue berat : Kebocoran plasma berat, yang dapat menyebabkan syok (DSS), akumulasi cairan dengan distress pernafasan. Perdarahan hebat, sesuai pertimbangan klinisi gangguan organ berat, hepar (AST atau ALT ≥ 1000, gangguan kesadaran, gangguan jantung dan organ lain). Untuk mengetahui adanya kecenderungan perdarahan dapat dilakukan uji tourniquet.

5. Pencegahan penyakit

Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011), cara pencegahan DBD yaitu dengan PSN BDB melalui 3M Plus.

(5)

a. Menguras tempat penampungan air sekurangnya seminggu sekali b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air

c. Mengubur, mengumpulkan, memanfaatkan atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, plastik bekas, dll

d. Plus

1) Ganti air vas bunga, tempat minuman burung dan tempat lainya seminggu sekali

2) Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar atau rusak

3) Tutup lubang pada potongan bambu, pohon, dan lainya misalnya dengan tanah

4) Menaburi racun pembasmi jentik (larvasidasi) khususnya bagi tempat penampungan air yang sulit dikuras atau daerah sulit air

5) Menebar ikan pemakan jentik seperti kepala timah, gepi, ditempat penampungan air yang ada disekitar rumah

6) Tidur memakai kelambu 7) Memakai obat nyamuk

8) Memasang kawat kasa pada lubang angin di rumah

Sedangkan Menurut Misnadiarly (2009), pencegahan penyakit demam berdarah dengue mencakup:

a. Terhadap nyamuk perantara

1) Pemberantasan nyamuak Aedes Aegypti telur dan induknya yaitu dengan cara 3 M yaitu menguras, menutup dan mengubur. Kuras bak

(6)

mandi seminggu sekali (menguras), tutup penyimpanan air rapat-rapat (menutup), dan kubur kaleng, ban bekas dan lain-lain (mengubur). Menaburkan bubuk abate (abatisasi) pada kolam atau tempat penampungan bak air yang sulit dikuras untuk membunuh jentik nyamuk.

2) Memberantas nyamuk dewasa, yaitu membersihkan tempat-tempat yang disukai nyamuk untuk beristirahat, antara lain: tidak menggantung baju bekas pakai (nyamuk sangat suka bau manusia), memasang kasa nyamuk pada ventilasi dan jendela rumah, melindungi bayi ketika tidur dipagi dan siang hari dengan kelambu, menyemprot obat nyamuk rumah di pagi dan sore hari (jam 08.00 dan 18.00). Perhatikan kebersihan sekolah, apabila kelas gelap dan lembab semprot dengan obat nyamuk terlebih dahulu sebelum pelajaran dimulai. Pengasapan atau fogging dilakukan apabila dijumpai penderita yang dirawat atau meninggal.

b. Terhadap diri kita

1) Memperkuat daya tahan tubuh dan melindungi dari gigitan nyamuk. 2) Menghindari gigitan nyamuk di sepanjang siang hari (pagi sampai

sore) karena nyamuk Aedes Aegypti aktif di siang hari (bukan di malam hari).

3) Jika berada lokasi-lokasi yang banyak nyamuk di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD. Kenakan pakaian yang lebih tertutup, celana panjang dan kemeja panjang. Gunakan cairan

(7)

atau cream anti nyamuk (mosquito reppellant) pada bagian badan yang tidak tertutup.

c. Terhadap lingkungan

1) Mengubah perilaku hidup sehat terutama kesehatan lingkungan. 2) Awasi lingkungan di dalam dan di halaman rumah.

3) Buang atau timbun benda-benda yang tidak berguna yang dapat menampung air atau simpan sedemikian rupa sehingga tidak menampung air.

4) Tabur serbuk abate pada bak mandi dan tempat penampungan air lainya, pada parit atau selokan didalam dan sekitar rumah terutama apabila selokan itu airnya tidak mengalir atau kurang mengalir. 5) Kolam atau aquarium jangan dibiarkan kosong tanpa ikan, isilah

dengan ikan pemakan jentik nyamuk.

6) Semprot sudut-sudut rumah dan halaman yang merupakan tempat berkeliaran nyamuk dengan obat semprot nyamuk apabila tampak nyamuk berkeliaran dipagi, siang atau sore hari.

7) Apabila ada salah satu orang penghuni rumah yang positif atau diduga menderita DBD, segera semprot seluruh bagian rumah dan halaman dengan obat semprot nyamuk dipagi, sing, sore hari sekalipun penderita tersebut sudah dirawat di rumah sakit.

6. Pengobataan

Pengobatan yang spesifik DBD belum ada. Dasar pengobatan penderita penyakit DBD simptomatis adalah penggantian cairan tubuh yang

(8)

hilang karena kebocoran plasma ( Depkes RI, 2005). Pada tubuh orang yang terkena DBD, darah mengalami kehilangan plasma. Plasma merembes keluar pembuluh plasma. Pada tingkat kekentalan tertentu sirkulasi terganggu. Infus cairan mencegah terjadinya kegagalan sirkulasi, sehingga syok yang dapat dicegah. Obat kusus yang digunakan yaitu dengan menggunakan cairan infus (Nadesul, 2007).

7. Morfologi Aedes aegypti

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008), Nyamuk Aedes aegypti mempunyai morfologi sebagai berikut:

a. Nyamuk dewasa

Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain dan mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan dan kaki. Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap cairan tumbuhan atau sari bunga untuk keperluan hidupnya sedangkan yang betina mengisap darah. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan. Nyamuk betina ini lebih menyukai darah manusia daripada binatang (bersifat antropofilik). Darah (proteinnya) diperlukan untuk mematangkan telur agar jika dibuahi oleh sperma nyamuk jantan, dapat menetas. Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari. Aktivitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari, dengan 2 puncak aktifitas antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00. Tidak seperti nyamuk lain, Aedes aegypti mempunyai kebiasaan mengisap darah berulang kali (multiple bites) dalam satu siklus gonotropik, untuk

(9)

memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat efektif sebagai penular penyakit. Setelah mengisap darah, nyamuk ini hinggap (beristirahat) di dalam atau kadang-kadang di luar rumah berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya. Biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab.

b. Kepompong

Stadium kepompong berlangsung antara 2–4 hari. Setelah lahir (keluar dari kepompong), nyamuk istirahat di kulit kepompong untuk sementara waktu. Beberapa saat setelah itu sayap meregang menjadi kaku, sehingga nyamuk mampu terbang mencari mangsa atau darah. Kepompong (pupa) berbentuk seperti ’koma’. Bentuknya lebih besar namun lebih ramping dibanding jentik (larva). Pupa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain.

c. Jentik (larva)

Stadium jentik biasanya berlangsung 6-8 hari. Ada 4 tingkat (instar) jentik sesuai dengan pertumbuhan larva tersebut, yaitu:

1) Instar I : berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm 2) Instar II : 2,5-3,8 mm

3) Instar III : lebih besar sedikit dari larva instar II 4) Instar IV : berukuran paling besar 5 mm.

Larva instar IV akan berubah menjadi pupa yang berbentuk bulat gemuk menyerupai koma. Untuk menjadi nyamuk dewasa diperlukan waktu 2-3 hari. Suhu untuk perkembangan pupa yang optimal sekitar

(10)

270C - 300C, tidak memerlukan makanan tetapi memerlukan udara. Pada stadium pupa ini akan dibentuk alat-alat tubuh nyamuk seperti sayap, kaki, alat kelamin, dan bagian tubuh lainnya.

d. Telur

Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan perkembangan telur mulai dari nyamuk mengisap darah sampai telur dikeluarkan biasanya bervariasi antara 3-4 hari. Jangka waktu tersebut disebut satu siklus gonotropik (gonotropic cycle). Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ±2 hari setelah telur terendam air. Telur berwarna hitam dengan ukuran ±0,80 mm, berbentuk oval yang mengapung satu persatu pada permukaan air yang jernih, atau menempel pada dinding tempat penampung air.

8. Tempat perkembang biakan

Menurut Depkes RI (2008), Jenis tempat perkembang-biakan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari, seperti: drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi atau wc, dan ember.

b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti: tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut dan barang-barang bekas (ban, kaleng, botol, plastik dan lain-lain).

c. Tempat penampungan air alamiah seperti: lobang pohon, lobang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang dan potongan bambu.

(11)

B. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD)

1. Agen (Penyebab)

Menurut Dinkes Jateng (2005), Penyebab penyakit DBD ada 4 tipe (Tipe 1, 2, 3, dan 4), termasuk dalam group B Antropod Borne Virus (Arbovirus). Dengue tipe 3 merupakan serotip virus yang dominan yang menyebabkan kasus yang berat. Penularan penyakit demam berdarah dengue umumnya ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty meskipun dapat juga ditularkan oleh Aedes Albopictus yang hidup dikebun. Selain itu, spesies Aedes polynesiensis dan beberapa spesies dari kompleks Aedes scutellaris juga dapat berperan sebagai vektor yang mentransmisikan virus dengue (Djunaedi, 2006).

2. Host (Penjamu) a. Umur

Menurut Djunaedi (2006), selama tahun 1986-1973 sebesar kurang dari 95% kasus DBD adalah anak dibawah umur 15 tahun. Selama tahun 1993-1998 meskipun sebagian besar kasus DBD adalah anak berumur 5-14 tahun, namun nampak adanya kecenderungan peningkatan kasus berumur lebih dari 15 tahun. Dengan kata lain, DBD banyak dijumpai pada anak berumur 2-15 tahun. DBD lebih banyak menyerang anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat adanya kecenderungan kenaikan proporsi penderita penyakit DBD pada orang dewasa (Dinkes Jateng, 2005).

(12)

b. Jenis Kelamin

Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender). Di Philiphines dilaporkan bahwa rasio antara jenis kelamin adalah 1:1. Demikin pula di Thailan dilaporkan tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD antara anak laki-laki dan perempuan (Djunaedi, 2006). c. Faktor internal manusia (Perilaku manusia)

Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas yang timbul karena adaya stimulus dan respon serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004). Menurut Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2007) perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku manusia merupakan salah satu faktor yang banyak memegang peranan dalam menentukan derajat kesehatan suatu masyarakat (Noor, 2008).

Bentuk perilaku dibagi menjadi: 1) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behaviour). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, biasanya pengetahuan seseorang

(13)

diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber (Notoatmodjo, 2003).

2) Sikap

Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek, baik yang bersifat interen maupun eksteren sehingga manifestasi dari sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup tersebut. Tingkatan sikap adalah menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung jawab. Sikap seseorang sangat mempengaruhi perilaku baik sikap positif maupun negatif (Sunaryo, 2004).

3) Praktik atau tindakan

Menurut Notoatmodjo (2007), praktik atau tindakan adalah sesuatu yang dilakukan atau perbuatan. Tindakan terdiri dari empat tingkatan yaitu:

(a) Perception (Persepsi), mengenal dan memilih berbagai object

sehubungan dengan tindakan yang akan diambil

(b) Guided response (Respon terpimpin), melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh.

(c) Mechanism (Mekanisme), apabila seseorang telah dapat

melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

(14)

(d) Adoption (Adopsi), suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan.

Hasil penelitian Tedi (2005), membuktikan bahwa pengetahuan, sikap, dan praktik (tindakan) ada hubungan yang signifikan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue.

3. Environment (lingkungan)

a. Lingkungan fisik yaitu keadan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik secara langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial manusia (Noor, 2008). Faktor lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap kejadian DBD antara lain: suhu udara. Nyamuk dapat bertahan pada suhu udara rendah, tetapi metabolismenya menurun atau bahkan berhenti bila suhunya turun dibawah suhu krisis. Pada suhu yang lebih tinggi 350C juga mengalami perubahan dalam arti lebih lambat proses-proses fisiologis, rata-rata suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah 250C – 300C. Pertumbuhan nyamuk akan berhenti sama sekali bila suhu kurang 100C atau lebih dari 400C ( Depkes RI, 2008).

b. Lingkungan Biologis yaitu terdiri dari makhluk hidup yang bergerak, baik yang dapat dilihat maupun tidak (manusia, hewan, kehidupan akuatik, amuba, virus, plangton). Makhluk hidup tidak bergerak (tumbuhan, karang laut, bakteri, dll). Faktor lingkungan biologis yang berpengaruh terhadap kejadian DBD antara lain, (Keberadaan jentik,

(15)

kontainer, tanaman hias atau tumbuhan, indeks jentik (host indeks, container indeks, breatu indeks).

c. Lingkungan sosial yaitu bentuk lain selain fisik dan biologis. Faktor lingkungan sosial yang berpengaruh terhadap kejadian DBD adalah kepadatan penduduk dan mobilitas. Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi virus dengue, karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus DBD tersebut. Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi penularan infeksi virus dengue. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyebaran epidemi dari Queensland ke New South

Wales pada tahun 1942 adalah perpindahan personil militer dan

angkatan udara, karena jalur transportasi yang dilewati merupakan jalul penyebaran virus dengue (Sutaryo, 2005)

(16)

C. Kerangka Teori Penelitian

Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian

(Sumber : Noor, 2008; Notoatmodjo, 2003, 2007; Sunaryo, 2004, Djunaedi, 2006; Sutaryo, 2005)

Faktor Environment (Lingkungan) - Lingkungan fisik (ketinggian dari

permukaan laut, suhu, curah hujan, angin, kelembaban, musim)

- Lingkungan biologis (Keberadaan jentik, kontainer, tanaman hias atau tumbuhan, indeks jentik (host indeks, container indeks, breatu indeks) - Lingkungan sosial (kepadatan

penduduk, mobilisasi, adat istiadat, sosial ekonomi penduduk)

Faktor Host (Manusia) - Umur

- Jenis Kelamin - Perilaku manusia

- Pengatahuan tentang DBD - Sikap terhadap DBD

- Praktik atau tindakan pencegahan DBD

Faktor Agen ( Penjamu) - Nyamuk Aedes Aegepty - Nyamuk Aedes albopictus - Nyamuk Aedes polynesiensis - Nyamuk Aedes scutellaris

Kejadian Demam Berdarah Dengue

(17)

D. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

E. Hipotesis Penelitian

Ada hubungan antara lingkungan fisik, lingkungan biologis, lingkungan sosial, pengetahuan, sikap, dan praktik (tindakan) pencegahan DBD terhadap kejadian Demam Berarah Dengue di wilayah kerja Puskesmas Kembaran II Kecamatan Kembaran, Banyumas, Jawa Tengah.

Variabel Bebas 1. Faktor Lingkungan a. Lingkungan fisik b. Lingkungan biologis c. Lingkungan sosial 2. Faktor Perilaku a. Pengetahuan tentang DBD b. Sikap terhadap DBD

c. Praktik atau tindakan pencegahan DBD

Variabel Terikat Kejadian Demam Berdarah Dengue

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum melaksanakan suatu perkawinan, pertama-tama yang harus dilakukan adalah pelamaran ( madduta) pada saat inilah pihak perempuan mengajukan jumlah Uang Panaik

Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 14 ayat 4 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, perlu

BBNI memiliki indikator MACD dan Rsi mengindikasikan pola Uptrend, BBNI belum berhasil menembus Resistance di level harga 5550 sehingga terbuka peluang untuk kembali menguji

Sebagian besar ibu bersalin di RSUD Panembahan Senopati Bantul mengalami preeklamsia ringan sebanyak 28 orang (56%)., Sebagian besar ibu bersalin di RSUD Panembahan Senopati

Erpala-pala kalak ras mpekeri gegeh ndarami kesalahen Daniel guna iaduken ku raja. Si menarik maka labo lit idat kesalahenna guna banci iaduken seyakatan arah

Private allele yang merupakan allele spesifik pada masing-masing varietas dapat membedakan jenis jati Sungu dan jati lokal asal Jember. Analisa dendrogram memperjelas bahwa jati

Hasil penelitian ini dapat menjelaskan yang kurangnya persaingan bekerja dalam sektor wisata yang mana disebabkan minimnya perhatian pemerintah dalam menganggarkan belanja

Apabila surat peringatan ini tidak diindahkan dalam 3 (tiga) kali berturut-turut masing-masing selama 7 (tujuh) hari kerja, maka akan dikenakan sanksi penertiban berupa