• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Kelapa Sawit. Deskripsi Tumbuhan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Kelapa Sawit. Deskripsi Tumbuhan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Kelapa Sawit Deskripsi Tumbuhan

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) tergolong dalam kingdom tumbuhan, divisi Embryophyta Siphonagama, kelas Angiospermae, ordo Monocotyledonae, famili Arecaceae, subfamili Cocoideae, dan genus Elaeis (Pahan 2006). Kelapa sawit berbentuk pohon dan mampu mencapai ketinggian 24 meter. Kelapa sawit dapat tumbuh baik di daerah antara 15o LU dan 15o LS. Curah hujan rata-rata 2.000-2.500 mm/tahun. Lama penyinaran matahari optimal 5-7 jam per hari dengan suhu harian 25-30 oC. Kelembaban udara 80% – 90% pada ketinggian dari dataran rendah sampai 500 m dpl.

Akar kelapa sawit merupakan akar serabut yang mengarah ke bawah yang mencapai kedalaman ±1 m, ke arah samping mencapai >6 m, serta beberapa akar napas yang tumbuh mengarah samping atas untuk mendapatkan aerasi (Setyamidjadja 2006). Akar utama kelapa sawit membentuk akar sekunder, tertier, dan kuartener.

Batang kelapa sawit berbentuk selinder dan tidak bercabang dengan diameter sekitar 20–75 cm. Tinggi batang bertambah sekitar 45 cm per tahun. Dalam kondisi lingkungan yang sesuai pertambahan tinggi dapat mencapai 100 cm per tahun. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah membentuk spiral hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa (Setyamidjadja 2006).

Daun kelapa sawit tersusun majemuk menyirip. Susunan daun kelapa sawit seperti umumnya jenis palmae. Daunnya berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda dari daunnya. Panjang pelepah daun mampu mencapai sekitar 7,5-9 m dengan jumlah anak daun setiap pelepahnya mencapai 250-400 helai. Selama satu tahun kelapa sawit mampu menghasilkan 20-30 pelepah (Sunarko 2007).

Kelapa sawit merupakan tanaman monoecious diclin yaitu tanaman berumah satu dengan bunga jantan dan betina terpisah namun masih dalam satu

(2)

pohon. Tanaman kelapa sawit biasanya melakukan penyerbukan silang karena waktu pematangan bunga jantan dan bunga betina berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan berbentuk lancip dan panjang sedangkan bunga betina berukuran lebih besar dan mekar (Sastrosaryono 2003). Saat berumur 12-14 bulan kelapa sawit sudah mulai berbunga.

Kelapa sawit memiliki beberapa jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya tanaman ini dibagi menjadi Dura, Pisifera, dan Tenera. Tipe dura memiliki ketebalan cangkang antara 2-8 mm dan tidak terdapat cincin serabut. Persentase daging buah 35-60 % dengan rendemen minyak 17-18 %. Tipe dura digunakan sebagai induk betina dalam pemuliaan kelapa sawit. Tipe ini berasal dari Kebun Raya Bogor yang dimasukan dari Afrika pada tahun 1848 dan kemudian dikembangkan di Deli, Sumatera Utara. Tipe Pisifera tidak memiliki cangkang tetapi terdapat cincin serabut yang mengelilingi inti dan daging buahnya tebal. Intinya sangat kecil jika dibandingkan dengan tipe dura ataupun tenera. Ratio ketebalan daging buah dengan diameter buahnya dan kandungan minyaknya relatif tinggi. Tipe pisifera digunakan sebagai induk jantan pada pemuliaan tanaman. Tipe tenera merupakan hasil silang antara dura dan pesifera sehingga sifatnya merupakan kombinasi dari kedua induknya. Ketebalan cangkangnya mencapai 0,5-4 mm dan mempunyai cincin serabut walaupun tidak sebanyak tipe pesifera. Perbandingan daging buah terhadap buahnya 60-90 % dengan rendemen minyak 22-24% (Setyamidjadja 2006).

Penyakit BPB pada Kelapa Sawit Patogen Penyebab BPB

Penyebab penyakit BPB adalah patogen cendawan dari genus Ganoderma

yang pertama kali diungkapkan pada tahun 1915 di Republik Kongo, Afrika Barat. Penyebab BPB pada kelapa sawit berbeda untuk setiap negara. Di Afrika Selatan BPB disebabkan oleh G. lucidum Karst. sedangkan di Nigeria disebabkan oleh G. zonatum, G. encidum, G. colossus, dan G. applanatum. Di Malaysia, 4 spesies teridentifikasi sebagai penyebab busuk pangkal batang yaitu

(3)

G. boninense yang paling sering ditemukan sedangkan G. tornatum hanya ditemukan tumbuh di pedalaman dan dataran tinggi dengan curah hujan tinggi. Di Indonesia, G. boninense teridentifikasi sebagai spesies yang paling umum menyerang kelapa sawit (Abadi 1987).

Sebaran dan Arti Penting Penyakit BPB

Di Indonesia tingkat kejadian penyakit BPB awalnya rendah pada tanaman kelapa sawit muda hingga berusia 12 tahun, semakin tua kejadian penyakit dapat meningkat sebesar 40% (Ariffin et al. 2000). Pada lahan dengan peremajaan keempat, penyebab BPB bisa menyerang tanaman kelapa sawit berumur 1 hingga 2 tahun (Sinaga et al. 2003). Susanto (2002) menyatakan bahwa gejala penyakit BPB bisa muncul pada bibit-bibit kelapa sawit sejak di persemaian. Hal ini dimungkinkan karena akumulasi inokulum patogen dan berkurangnya keanekaragaman dan kelimpahan musuh alami pada area pertanaman kelapa sawit. Sinaga et al. (2003) menyatakan, bahwa penyakit BPB merupakan ancaman utama bagi perkebunan kelapa sawit di Indonesia, terutama pada kebun yang telah mengalami peremajaan berulang tanpa ada rotasi tanaman.

Penyakit BPB dapat menyebabkan kehilangan hasil secara langsung terhadap minyak sawit dan penurunan bobot tandan buah segar (TBS), sedangkan kerugian tidak langsung berupa penurunan bobot batang terhadap tandan kelapa sawit (Susanto et al. 2005). Di beberapa perkebunan di Indonesia, penyakit ini telah menyebabkan kematian tanaman sampai lebih dari 80% dari seluruh populasi kelapa sawit, dan menyebabkan penurunan produk kelapa sawit per unit area (Susanto 2002)

Gejala Penyakit BPB

Gejala awal penyakit sulit diidentifikasi dikarenakan perkembangannya yang lambat. Saat tubuh buah sudah terbentuk, maka penyakit ini sudah menyebar luas ke tanaman kelapa sawit sehingga sudah sangat sulit untuk dikendalikan. Gejala utama BPB adalah terhambatnya pertumbuhan, warna daun menjadi hijau pucat dan busuk pada batang tanaman. Pada tanaman belum menghasilkan (TBM), gejala awal ditandai dengan penguningan tanaman atau daun terbawah

(4)

diikuti dengan nekrosis yang menyebar ke seluruh daun. Pada tanaman menghasilkan (TM), semua pelepah menjadi pucat, semua daun dan pelepah mengering, daun tombak tidak membuka (terjadinya akumulasi daun tombak) dan suatu saat tanaman akan mati (Purba 1993). Gejala ditandai dengan mati dan mengeringnya tanaman dapat terjadi bersamaan dengan adanya serangan rayap. Dapat diasumsikan jika gejala pada daun terlihat, maka setengah batang kelapa sawit telah hancur oleh Ganoderma. Pada TBM, saat gejala muncul, tanaman akan mati setelah 7 sampai 12 bulan, sementara tanaman dewasa akan mati setelah 2 tahun. Saat gejala tajuk muncul, biasanya setengah dari jaringan di dalam pangkal batang sudah mati oleh Ganoderma. Sebagai tambahan, gejala internal yang ditandai dengan busuk pangkal batang muncul. Dalam jaringan yang busuk, luka terlihat dari area berwarna coklat muda diikuti dengan area gelap seperti bayangan pita, yang umumnya disebut zona reaksi resin (Semangun 2000).

Secara mikroskopik, gejala internal dari akar yang terserang Ganoderma

sama dengan batang yang terinfeksi. Jaringan korteks dari akar yang terinfeksi berubah menjadi coklat sampai putih. Pada serangan lanjutan, jaringan korteks menjadi rapuh dan mudah hancur. Jaringan stele akar terinfeksi menjadi hitam pada serangan berat (Rahayu 1986). Hifa patogen umumnya berada pada jaringan korteks, endodermis, perisel, xilem, dan floem. Klamidospora sering dibentuk untuk bertahan hidup pada kondisi ekstrim. Tanda lain dari penyakit ialah munculnya tubuh buah atau basidiokarp pada pangkal batang kelapa sawit.

Mikroorganisme Rizosfer

Rizosfer merupakan bagian tanah yang berada di sekitar perakaran tanaman dan berfungsi sebagai pertahanan luar bagi tanaman terhadap serangan patogen akar. Keragaman dan kelimpahan mikroorganisme di rizosfer biasanya lebih banyak dan beragam dibandingkan pada tanah yang bukan rizosfer (Lynch 1983). Mikroorganisme rizosfer adalah organisme berukuran kecil yang terdapat pada perakaran tanaman atau hidup dalam tanah disekitar perakaran dan dapat membantu dalam berbagai proses penguraian tanah, siklus nutrisi, maupun pembentukan struktur tanah. Mikroorganisme rizosfer juga dapat mempengaruhi

(5)

pertumbuhan tanaman karena dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan mempertahankan kesuburan tanah akibat dari pengaruh aktivitas mikroorganisme yang ada didalam tanah. Kehadiran sejumlah populasi mikroorganisme baik yang bersifat antagonis maupun saprofit dapat menambah keragaman spesies di dalam komunitas alami tanaman (Jeger 2001).

Tanah memiliki potensi mikroorganisme yang bersifat antagonis yang mampu menekan perkembangan patogen tular tanah dan sebagian besar mikroorganisme antagonis tersebut hidup sebagai saprofit. Mikroorganisme yang hidup pada daerah rizosfer biasanya digunakan sebagai agens pengendalian hayati dan keberadaanya dapat menghambat penyebaran dan infeksi akar oleh patogen.

Interaksi tanaman dengan mikroorganisme sulit untuk diamati karena perubahan pertumbuhan tanaman yang dipengaruhi oleh mikroorganisme menyerupai perubahan yang dipengaruhi oleh bahan organik tanah. Bahan organik tanah juga mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme yang kemudian akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Mikroorganisme merombak bahan organik yang kemudian melepaskan hara anorganik yang dibutuhkan oleh tanaman. Jika mikroorganisme tidak ada maka bahan organik akan terakumulasi dan unsur hara tidak akan tersedia bagi tanaman.

Cendawan yang bersimbiosis mutualisme dengan perakaran tanaman tingkat tinggi adalah mikroriza. Mikoriza menginfeksi dan mengkoloni akar tanpa menimbulkan gejala nekrosis yang umumnya terjadi pada cendawan patogen dan mendapat pasokan nutrisi secara teratur dari tanaman. Mikoriza secara efektif dapat meningkatkan penyerapan unsur hara baik unsur hara makro maupun mikro. Selain itu akar yang bermikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan yang tidak tersedia bagi tanaman (Anas 1997). Mikoriza juga menghasilkan metabolit yang berguna untuk pertumbuhan tanaman dan sebagai induksi pertahanan tanaman terhadap patogen tanah (Rao 1994). Berdasarkan perkembangan cendawannya mikoriza dibagi menjadi dua golongan, yaitu ektomikoriza dan endomikoriza (Schneck 1982). Ektomikoriza adalah jamur yang berkembang di permukaan luar akar dan diantara sel-sel korteks akar. Sedangkan endomikroza berkembang di dalam akar di antara dan di dalam sel-sel korteks akar.

(6)

Hama dan Penyakit pada Tanaman Kelapa Sawit Hama

Hama pada kelapa sawit dapat menyerang tanaman pada pembibitan, TBM, dan TM. Hama yang umum menyerang pada pembibitan antara lain

Apogonia expeditionis, Adoretus compressus, Aphis sp., Tetranychus piercei,

Spodoptera litura, Setora nitens, Metisa plana, Valanga nigricornis, Cryllus sp.,

keong (snail), dan tikus. Untuk hama yang menyerang pada TBM adalah Oryctes

rhinoceros, tikus, babi hutan, dan Apogonia expeditionis. Sedangkan untuk hama

yang menyerang TM adalah ulat api (Thosea asigna, Setora nitens, Darna trima,

Thosea bisura, Ploneta diducta, dan Susica pellide) dan ulat kantong (Mahasena

corbetti, Metisa plana, dan Cremastopsyche pendula) (SPO PTPN IV 2007).

Serangan hama ulat api dan ulat kantong telah banyak menimbulkan masalah yang berkepanjangan dengan terjadinya eksploitasi dari waktu ke waktu. Hal ini menyebabkan kehilangan daun tanaman yang berdampak langsung terhadap penurunan produksi. Pada serangan yang berat hama ini dapat mengakibatkan kehilangan daun mencapai 100% yang bisa menyebabkan menurunkan produksi hingga 70% (Pahan 2006).

Gejala serangan tikus berupa bekas bekas gerekan pada bagian pangkal pelepah hingga titik tumbuh tanaman yang menyebabkan kematian pada tanaman. hama ini juga menyerang buah kelapa sawit yang menyebabkan kehilangan produksi hingga 5% (Pahan 2006)

Penyakit

Pada kelapa sawit berbagai penyebab penyakit dapat menyerang setiap fase perrtumbuhan tanaman. Penyakit yang umum terjadi pada tanaman selain BPB adalah penyakit busuk akar pada persemaian yang disebabkan Rhizoctonia

sp. dan Pythium sp.; antraknosa yang disebabkan patogen Spetriodiplodia sp.,

Glomerella cingulata, dan Melanconium elaedis; bercak daun yang disebabkan

oleh Culvularia sp., Helminthosporium sp., dan Drechclera halodes; busuk tandan yang disebabkan oleh Marasmius palmivorus; layu pucuk yang disebabkan oleh

Fusarium sp.; dan busuk batang atas yang disebabkan oleh Fomes noxius (SPO

(7)

Penyakit busuk tandan ini sering menyerang tanaman yang baru mulai berbuah (3-9 tahun) pada daerah dengan kelembaban udara tinggi. Pada serangan yang berat penyakit ini dapat menurunkan produksi hingga 25%. Serangan semakin meningkat pada musim hujan dan buruknya kebersihan serta sanitasi tanaman. (SPO PTPN IV 2007)

Penyakit busuk batang atas biasanya menyerang tanaman yang berumur lebih dari 10 tahun dan serangan muncul bersamaan dengan serangan BPB. Gejala serangan menyebabkan jaringan tanaman membusuk dan berwarna coklat tua dan munculnya tubuh buah pada pangkal batang atas jika serangan sudah sangat parah (Semangun 2000).

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga investasi yang difokuskan oleh pemerintah beberapa tahun terakhir sangat memberikan pengaruh yang baik bagi pertumbuhan ekonomi di

Untuk trendline arus dan tegangan pada pagi hari dan sore hari, perbandingan jarak antara arus tanpa kontroler dan dengan kontroler lebih besar daripada tegangan

Informan Dalam Penelitian ini berasal dari orang yang berkaitan langsung dalam Pelayanan Prima dilihat dari Budaya Masyarakat (Studi Kasus di Rumah Sakit Mayjen

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan checklist untuk mengumpulkan data rekam medis pasien jamkesmas seksio caesarea , yaitu

Equipment– equipmentyangdirencanakan dalam Rancangbangun mekanisme penggerak pintu pagar lipat dengan menggunkan tali kawat baja (wire rope stell) adalah beban

Aktivitas antibakteri pada kitosan terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan derajat deasetilasi berbeda, memperlihatkan DD 93% lebih besar membentuk zona

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja bentuk kesulitan dalam menghafal Al-Qur‟an pada mahasantri, apa saja upaya ustadzah dalam mengatasi

Langkah-langkah dalam menerapkan Model Pembelajaran Guided Inquiry pada mapel Al-Quran Hadits di kelas 8A SMP Muhammadiyah 8 Surakarta yaitu mulai dari salam,