• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latarbelakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1. Latarbelakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latarbelakang

Sistem pemerintahan1 dalam suatu negara dapat mengalami perubahan, bahkan dapat dikatakan tidak akan pernah bertahan kekal2. Meskipun dari segi waktu sistem itu sudah sekian lama berjalan, atau betapapun baiknya sistem itu jika dipandang dari segi kualitasnya tetapi tetap bisa berubah. Pelaksana sistem tersebut yaitu pemerintah, pengakuan dan penerimaan dari masyarakat, serta konteks pelaksanaan sistem itu adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan perubahan.

Sekitar tahun 610 Sebelum Masehi, Babilonia3 adalah negara yang termasyur. Tetapi pemimpin - pemimpin Babilonia setelah Nebukadnezar sangat lemah. Terjadilah pergantian pemimpin dari yang satu ke yang lain dalam waktu cepat. Sampai akhirnya dibawah pimpinan Nabonidus, kerajaan Babilonia tidak dapat dipertahankan lagi dan diserahkan secara paksa oleh rakyatnya sendiri ke tangan Koresy sebagai pemimpin dan penguasa Asyur. Hal itu terjadi karena Nabonidus mengabaikan penyembahannya kepada Marduk sebagai dewa tertinggi dalam kepercayaan rakyat Babel. Sementara Koresy malah bersedia dan menyatakan keinginannya untuk menyembah Marduk. Akibat perbuatan Nabonidus tersebut rakyat membencinya dan menurunkannya dari tahta kerajaan4. Inilah perubahan sistem pemerintahan dari sebuah negara besar

1

Sistem pemerintahan yang dimaksud dalam tulisan ini adalah cara atau prosedur suatu kebijakan dijalankan misalnya otoriter, totaliter atau demokratis. Sementara pelaksana dari kebijakan itu disebut pemerintah atau disebut juga aparat birokrasi. Bagi Arief Budiman, cara atau prosedur suatu kebijakan dijalankan disebut rejim. Hal ini dijelaskan dalam bukunya yang berjudul Teori Negara : Negara, Kekuasaan dan Ideologi, terbitan PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1996, h. 91.

2

Pandangan Plato tentang bentuk Negara yang diuraikan kembali oleh Soehino, dalam bukunya berjudul :

Ilmu Negara, Liberti, Yogyakarta, 1980, h. 18.

3

Babilonia telah berdiri sekitar abad 18 Sebelum Masehi. Periksa buku Ilmu Negara, oleh Soehino, Liberti, Yogyakarta, 1980, h. 11.

4

Marduk adalah dewa kona dari kota Babilonia. Dalam mitologi penciptaan rakyat Babilonia mempercayai bahwa Marduk mendapatkan tugas untuk mengalahkan kekuatan-kekuatan dan kekacaubalauan yang diakibatkan oleh Tiamat ( Tiamat dianggap sebagai pemimpin kekacau – balauan). Marduk mengalahkan

(2)

Babilonia, salah satu negara yang pernah ada di dalam sejarah manusia tetapi akhirnya dialihkan kepada penguasa negara lain.

Contoh lainnya adalah Perancis. Sekitar abad 17, muncul ide - ide revolusioner untuk mengubah sistem pemerintahan yang berasal dari rakyat. Sebabnya antara lain adalah pemerintahan Perancis yang dipimpin oleh raja memegang kekuasaan secara absolut. Hak - hak yang dimiliki raja dianggap diperoleh dari Tuhan. Raja juga mensahkan dirinya sebagai ayah untuk semua rakyatnya, pemilik kerajaan serta pemilik langsung tanah di dalam kerajaan itu. Di tangan raja rakyat dipaksa menanam gandum sekali dalam dua tahun sehingga penghasilan rakyat kecil, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari - hari. Disamping itu kebijakan atas seluruh hasil pertanian oleh penguasa dalam pengumpulan pajak telah memberatkan ekonomi para petani. Rakyat yang hidup dalam keadaan demikian sangat menderita karena tidak ada kepastian dan optimisme akan masa depan.

Satu abad berikutnya muncul pendatang baru dalam kerajaan Perancis yaitu kaum borjuis. Mereka berpeluang untuk bekerjasama dengan kaum ningrat dalam pemerintahan. Muncullah dua kecenderungan sistem pemerintahan yang dikenal feodal. Pemerintahan aristokrasi tersebut sangat merugikan rakyat. Hal tersebut kemudian mendorong revolusi Perancis yang terkenal5.

Sementara di kawasan Asia, pengalaman Filipina, yang mirip dengan Indonesia juga mengalami perubahan yang drastis. Ketika Ferdinad Marcos memimpin negara tersebut pemerintahannya sangat otoriter. Dalam pemerintahan Marcos, salah satu faktor yang menyebabkan munculnya ketidakpuasan rakyat adalah kesewenang - wenangan kaum industriawan dan pemilik tanah yang menguasai sebagian besar tanah di Filipina. Mereka bersekutu dengan pemerintah dalam mendominasi kehidupan rakyat. Pemerintahan Marcos menggunakan pendekatan kakuatan dan kekuasaan demi mencapai keinginannya. Di pihak lain, korupsi yang dilakukan oleh pejabat pemerintah meluas Tiamat dan dari tubuhnya ia menciptkan lagit dan bumi. Dan Babylonia diciptakan oleh Marduk sebagai tempat persidangan tahunan dewa-dewa dan menjadi tempat tinggal dewa-dewa teringgi mereka. Itulah sebabnya rakyat Babylonia ingin menyembah Marduk dengan setia. Ini dijelaskan oleh David F. Hinson dalam bukunya yang berjudul : Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, terbitan BPK Gunung Mulia Jakarta, 2004, h. 186-189.

5

Fruet Francois & Richet Denis, Revolusi Prancis, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1989, h. 4-18.

(3)

dan tidak terkontrol. Akibatnya rakyat tidak bisa menerima hal itu. Mereka mengadakan demonstrasi besar - besaran, menuntut pemerintah memperhatikan keinginan rakyatnya. Akhirnya sistem pemerintahan yang otoriter itu tumbang dan berganti ke sistem pemerintahan yang lebih demokratis dibawah Cory Aquino6.

Dari contoh negara - negara yang mengalami perubahan sistem pemerintahan tersebut di atas nampak beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan tersebut yaitu :

Pertama, pemerintahan bersifat absolut. Penguasa memerintah sesuai dengan keinginannya tanpa batas. Rakyat tertindas kerenanya. Hak asasi mereka dirampas. Kebebasan berpikir dan bertindak dari rakyat dihambat oleh penguasa. Demikian juga keadilan yang tidak dapat diperoleh oleh rakyat.

Kedua, pemerintahan bersifat otoriter. Meskipun hukum telah ada untuk mengatur jalannya pemerintahan tetapi tetap saja penguasa bertindak diluar hukum. Mereka melakukan korupsi keuangan negara yang seharusnya untuk kepentingan seluruh rakyat. Pemerintah memanipulasi aturan untuk kepentingannya sendiri. Rakyat sengaja dibiarkan menjadi bodoh. Tidak ada pengetahuan untuk menyadarkan rakyat dari tindakan sewenang - wenang pemerintah.

Di pihak lain ketika peradaban terus bergulir, kesadaran orang akan hak - haknya makin besar. Muncul keinginan untuk bebas mengeluarkan pikiran dan pendapat (demokrasi). Keinginan untuk hidup dalam keadaan aman dan bebas dari tekanan pihak manapun. Keinginan memiliki kesejahteraan yang lebih. Itu semua membawa kepada keinginan untuk memiliki pemerintah yang berpihak kepada rakyat. Jika sistem pemerintahan yang ada tidak mampu memenuhi tuntutan tersebut terjadilah desakan untuk mengadakan perubahan.

6

Arief Budiman, Teori Negara :Negara, Kekuasaan dan Ideologi, terbitan PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1996, h. 96.

(4)

2. Permasalahan

Kepemimpinan Israel pada masa sebelum kerajaan, dikenal sebagai sistem suku - suku yang independen yang lalu berubah menjadi sistem persatuan antar suku. Kemudian hari sistem itu berubah lagi menjadi sebuah negara yang dipimpin oleh seorang raja. Teks I Samuel 8 mengungkap awal mula berdirinya sistem kerajaan di Israel. Tetapi teks ini tidak menunjukkan alasan - alasan yang cukup memuaskan ada atas perubahan sistem pemerintahan di Israel itu.

Teks tidak memberikan penjelasan apakah memang para hakim yang memerintah Israel tidak mampu lagi menjalankan tugas kepemimpinannya sehingga harus digantikan. Teks juga tidak menjelaskan apakah ada tekanan politik dari pihak luar sebagai faktor yang terkadang mengharuskan suatu negara mengubah sistem pemerintahannya. Juga tidak ada indikasi adanya krisis ekonomi sebagai akibat sistem pemerintahan yang lemah. Tidak pernah ada bukti bahwa para hakim melakukan pelanggaran terhadap kepercayaan Israel sebagaimana yang dilakukan Nabonidus raja Babel yang tidak mau menyembah Marduk. Atau bahwa para hakim mempraktekkan kepemimpinan absolut yang menyengsarakan rakyat seperti pemerintahan Perancis sebelum revolusi. Tidak dijelaskan apakah para hakim memerintah dengan otoriter, seperti halnya dengan pemerintahan Ferdinand Marcos dan Soeharto. Maka ada tanda tanya sehubungan dengan ditetapkannya sistem kerajaan sebagai pengganti sistem persekutuan antar suku di bawah pimpinan para hakim. Teks alkitab hanya menyebutkan adanya ketidakberesan dalam keluarga Eli dan Samuel. Meski layak jika rakyat meragukan kepemimpinan anak-anak Eli yang korup dan anak-anak-anak-anak Samuel yang kurang baik (entah apa yang mereka perbuat). Tetapi untuk menuntut perubahan total dari sistem pemerintahan adalah hal yang terkesan berlebihan.

3. Tujuan Penulisan

Berdasarkan permasalahan di atas penulis ingin : memeriksa mengapa teks I Samuel 8 tidak memuat kejelasan - kejelasan tersebut. Apakah memang teks ini sudah dibalut dengan kepentingan untuk mengedepankan keunggulan ideologi kerajaan?

(5)

4. Judul Skripsi

Ideologi Pembentukan Kerajaan Israel

Kritik Ideologi Terhadap Teks I Samuel 8:1-22

4.1 Penjelasan Judul

Istilah ideologi diperkenalkan dalam dunia biblika sebagai alternatif dari istilah teologi yang dipandang kurang mewakili sisi sosio - politik. Jika teologi adalah pemikiran yang semata-mata agama, maka ideologi mengkaitkan apa yang nampaknya bersifat agama tersebut dengan konteks sosio -politik. Pandangan ini mengasumsikan bahwa tidak ada pemikiran agama yang berada di luar kerangka sosiologi dan kepentingan politis tertentu.

Tentang ideologi sendiri ada banyak definisi yang berkembang. Dalam hubungannya dengan penafsiran Alkitab misalnya, ada ideologi yang bersifat pejoratip tetapi ada juga yang positip. Sifat pejoratip ideologi diartikan sebagai kesadaran palsu. Hal ini terjadi jika pandangan yang bersifat parsial dianggap sebagai kebenaran menyeluruh7. Kesadaran palsu bagi Robert Setio, terjadi jika orang tidak mampu membedakan antara bayangannya sendiri dengan yang sesungguhnya.8

Pengertian ideologi yang lebih positip didefinisikan sebagai sistem ide, nilai dan cara pandang yang datang dari keyakinan pribadi komunitas atau masyarakat tertentu9 atau lebih dikenal dengan istilah falsafah. Ideologi dapat memotivasi seseorang atau kelompok untuk bertindak demi mencapai sesuatu yang dianggapnya penting. Ideologi secara positip demikianlah yang penulis pahami dalam tulisan ini.

Selanjutnya sehubungan dengan judul yang ditetapkan dalam tulisan ini, kata pembentukan yang dimaksud menunjuk pada hal-hal yang menyebabkan sesuatu

7

Jojor Silalahi dalam Tesisnya yang berjudul : Ideologi Sentralisme, Kritik Ideologi terhadap Sentralisme Ibadah Yosia dalam II Raja-raja 22-23 dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia, Duta Wacana, Yogyakarta, 2005, h. 9.

8

Robert Setio, “Manfaat Kritik Ideologi bagi Pelayanan Gereja,” dalam Penuntun: Jurnal Teologi dan Gereja, Vol. 5, No.20, 2004, h. 400.

9

G. A. Yee, “Ideological Critisism,” dalam Dictionary of Biblical Interpretation, John H. Hayes (General Edit.), Abingdon Press, h. 535.

(6)

terbentuk. Dengan demikian, ideologi pembentukan kerajaan Israel berarti ideologi apa yang menyebabkan kerajaan Israel terbentuk.

4.2. Pendekatan Kritik Ideologi

Dalam penyelidikan yang dilakukan oleh para ahli Perjanjian Lama terhadap teks yang ada di dalam alkitab ditemukan bahwa penulis di dalam menulis teks tidak terlepas dari ideologi tertentu. Ideologi yang dimiliki penulis dinampakkan dalam gambaran-gambaran yang bersifat khas tentang realita. Oleh Robert P Carroll penggambaran-gambaran ini disebut representasi10. Melalui representasi itu penulis berusaha mempengaruhi pembaca untuk menyetujui ideologinya dan menentang ideologi yang lain. Dan dengan demikian teks yang dihasilkan oleh penulis itu juga mengandung ideologi tertentu. Akan menjadi masalah jika teks yang ada tidak menampakkan sikap yang dapat dipertanggungjawabkan secara etis. Robert Setio11 memberikan contoh dalam kasus Yeremia yang dengan serta merta menganggap Hananya sebagai nabi palsu. Informasi yang ada di dalam teks telah memposisikan Hananya sebagai nabi palsu tanpa ada kriteria jelas yang memenuhi syarat untuk tuduhan itu. Sebab bisa terjadi bahwa hanya karena Hananya berbeda pendapat dengan Yeremia lalu Hananya diklaim sebagai nabi palsu. Lalu pembaca tanpa mempertanyakan ulang secara kritis dan menggali teks lebih dalam, menganggap pernyataan Yeremia sebagai sesuatu yang dapat dibenarkan. Tetapi sesungguhnya teks yang demikian bisa disebut tidak fair dan bermasalah. Dalam permasalahan seperti inilah kritik ideologi dapat membantu menanggapinya.

Jadi ada tiga sasaran penyelidikan dengan menggunakan kritik ideologi yaitu : penulis, teks dan pembaca. Secara jelas G. A. Yee merincinya dalam tiga bagian yaitu12:

1. Konteks sejarah dengan ideologi yang ada didalamnya yang menghasilkan teks oleh penulis tertentu

2. Ideologi yang dihasilkan oleh teks itu sendiri

10

Lebih jelas dapat dibaca dalam Artikel yang ditulis Robert P. Carroll dengan judul “On Representation In The Bible : An Ideologiekritik Approach,” dalam Journal of Northwest Language 20/2, (1994), h. 1-15.

11

Robert Setio, h. 388-389.

12

G. A. Yee, “Ideological Critysism,” dalam John H. Hayes (General Edit.), Dictionary of Biblical Interpretation, Abingdon Press, h. 535.

(7)

3. Pengguna teks, yaitu pembaca yang hidup dalam masyarakat yang berbeda tetapi yang dimotivasi dan didesak oleh ideologi tertentu.

5. Hipotesis

Penulis ideologi kerajaan telah menggambarkan kerajaan sebagai sebuah sistem pemerintahan yang sudah seharusnya.

6. Metode Penelitian

Dalam menggunakan kritik ideologi sebagai penafsiran alkitab, langkah - langkah yang dilakukan adalah13:

Penyelidikan terhadap penulis teks meliputi: - Siapa yang berperan dalam penulisan teks

- Bagaimana teks dapat mencerminkan kepentingan penulisnya.

Penyelidikan terhadap teks :

- Mencari tahu apakah sikap yang seharusnya atau yang dikehendaki dan yang menjadi kenyataan.

- Bagaimana teks menggambarkan perbedaan yang timbul antara yang seharusnya dan yang menjadi kenyataan.

Dalam penelitian terhadap pembaca atau penafsir :

- Mencari tahu apakah penafsir menyadari nuansa dan kepentingan penulis tersebut

13

Catatan matakuliah Hermeneutik Perjanjian Lama oleh Robert Setio, pada Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta, Semester Ganjil 2006/2007.

(8)

7. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I

Menjelaskan latarbelakang, permasalahan, tujuan penulisan, judul, hipotesis, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II

Penyelidikan terhadap kelompok yang berperan dalam penulisan Akitab, yaitu menyelidiki kelompok siapa yang berperan dalam penulisan teks, khususnya zaman kerajaan dan apa yang menjadi ideologinya.

BAB III

Penyelidikan terhadap teks, yaitu menemukan ideologi yang ada di dalam teks, menyelidiki bagaimana ideologi tersebut dipropagandakan, serta tanggapan terhadap teks.

BAB IV

Refleksi teologis terhadap persoalan yang muncul di dalam teks.

BAB V

Referensi

Dokumen terkait

mikrofon yang terkandung dalam telefon. Pertuturan analog ini kemudian ditukarkan oleh penukar analog ke digit kepada alur bit digit. Maklumat yang dikod kemudian

Dari penegrtian diatas, dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan hasil pengeolahan data menjadi bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya yang menggambarkan suatu kejadian

Pada definisi model regresi nonlinier dengan kasus Berkson Measurement Error Model, fungsi regresinya tidak hanya nonlinier dalam parameter seperti dalam teori

7adiks ventralis dan radiks dorsalis bergabung di foramen intervertebral, sehingga menjadi satu berkas, yang dikenai sebagai saraf spinal. 0esuai dengan foramen

Beberapa artefak yang ditemukan baik dari hasil penggalian maupun yang sudah berada di permukaan tanah yaitu batu-batu berbentuk kala; makara; batu berelief guirlande, gapa, pilar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan stabilisasi dan perlakuan penambahan proporsi tepung bekatul memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai kadar air, kadar

Set skru adalah jenis skru yang biasanya digunakan untuk mengamankan objek di dalam atau terhadap objek lain, biasanya tidak menggunakan kacang (lihat bolt pada

Menurut Kotler (2000: 9- 10), faktor sosial merupakan perilaku seseorang konsumen yang mempengaruhi faktor-faktor sosial seperti kelompok referensi, keluarga, serta peran