• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI. Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Grafik BAB I PENDAHULUAN I-1. A. Dasar Hukum Penyusunan LKPJ I-1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI. Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Grafik BAB I PENDAHULUAN I-1. A. Dasar Hukum Penyusunan LKPJ I-1"

Copied!
369
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi i

Daftar Gambar vi

Daftar Tabel vii

Daftar Grafik viii

BAB I

PENDAHULUAN

I-1

A. Dasar Hukum Penyusunan LKPJ I-1

B. Dasar Hukum Pembentukan Provinsi DKI Jakarta I-4

1. Sejarah Kota Jakarta I-4

2. Dasar Hukum Pemerintah Provinsi DKI Jakarta I-9

C. Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta I-9

1. Kondisi Geografis I-9

a. Batas Administrasi Daerah dan Luas Wilayah I-9

b. Iklim I-13

c. Geologi I-14

2. Kondisi Demografis I-19

3. Kondisi Ekonomi I-20

a. Potensi Unggulan Daerah I-20

b. Pertumbuhan Ekonomi I-31

c. Inflasi I-32

4. Kondisi Indeks Pembangunan Manusia I-35

BAB II

KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

II-1

A. Visi dan Misi II-2

1. Visi II-2

2. Misi II-2

3. Tujuan dan Sasaran Per Misi II-10

B. Strategi dan Arah Kebijakan Daerah II-15

C. Program Prioritas Pembangunan Daerah II-34

BAB III

KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN

DAERAH

III-1

A. Pengelolaan Pendapatan Daerah III-4

1. Kebijakan Pendapatan Daerah III-4

2. Target dan Realisasi Pendapatan Daerah III-6

a. Pendapatan Asli Daerah III-6

b. Dana Perimbangan III-10

(3)

B. Pengelolaan Belanja Daerah III-17

1. Kebijakan Pengelolaan Belanja Daerah III-17

2. Target dan Realisasi Belanja III-20

3. Permasalahan dan Solusi III-29

a. Permasalahan yang Dihadapi III-29

b. Solusi III-30

C. Pengelolaan Pembiayaan Daerah III-30

1. Kebijakan Pembiayaan III-30

2. Target dan Realisasi Pembiayaan III-30

a. Penerimaan Pembiayaan Daerah III-30

b. Pengeluaran Pembiayaan Daerah III-31

3. Permasalahan dan Solusi III-31

D. Ikhtisar APBD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 III-32 E. Perhitungan Sisa Lebih Perhitungan APBD (SiLPA) Tahun

2015

III-33

BAB IV

PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

IV-1

A. Program Unggulan IV-1

1. Pengembangan Sistem Transportasi IV-1

2. Antisipasi Banjir, Rob dan Genangan IV-6

3. Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan dan Pemukiman Kota

IV-11 4. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup IV-13

5. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas RTH IV-16

6. Pengurangan Ketimpangan Ekonomi dan Perluasan Kesempatan Kerja

IV-17

7. Pembangunan Budaya Multi-Kultur IV-19

8. Peningkatan Pelayanan Publik IV-21

9. Peningkatan Kualitas Pendidikan IV-23

10. Peningkatan Kualitas Kesehatan Masyarakat IV-27 B. Program prioritas Menurut Urusan Pemerintahan IV-29

1. Urusan Pendidikan IV-29

2. Urusan Kesehatan IV-33

3. Urusan Pekerjaan Umum IV-37

4. Urusan Perumahan Rakyat IV-42

5. Urusan Penataan Ruang IV-46

6. Urusan Perencanaan Pembangunan IV-50

7. Urusan Perhubungan IV-53

8. Urusan Lingkungan Hidup IV-57

9. Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil IV-69

10. Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

(4)

11. Urusan Keluarga Berencana (KB) dan Keluarga Sejahtera (KS)

IV-74

12. Urusan Sosial IV-76

13. Urusan Ketenagakerjaan dan Transmigrasi IV-79

14. Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah IV-81

15. Urusan Penanaman Modal IV-83

16. Urusan Kebudayaan IV-85

17. Urusan Pemuda dan Olahraga IV-86

18. Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri IV-96 19. Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum,

Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

IV-98

20. Urusan Ketahanan Pangan IV-130

21. Urusan Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa IV-134

22. Urusan Statistik IV-136

23. Urusan Kearsipan IV-137

24. Urusan Komunikasi dan Informatika IV-139

25. Urusan Perpustakaan IV-142

26. Urusan Pertanian IV-144

27. Urusan Kehutanan IV-149

28. Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral IV-150

29. Urusan Pariwisata IV-153

30. Urusan Kelautan dan Perikanan IV-156

31. Urusan Perdagangan IV-158

32. Urusan Perindustrian IV-159

C. Pencapaian Millenium Development Goals (MDG’s) IV-161

D. Pencapaian Indikator Kinerja Daerah IV-165

1. Indeks Pembangunan Manusia IV-165

2. Indikator Makro IV-167

a. Ekonomi IV-167

1) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku IV-168

2) PDRB Atas Dasar Harga Konstan IV-168

3) PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku IV-169 4) PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan IV-170 5) PDRB Menurut Pengeluaran Atas Dasar Harga

Berlaku PDRB Menurut Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku

IV-171 6) PDRB Menurut Pengeluaran Atas Dasar Harga

Konstan PDRB Menurut Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku

IV-172 7) PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar

Harga Berlaku

IV-174 8) PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar

Harga Konstan

IV-175

9) Koefisien Gini IV-176

10) Investasi IV-177

b. Sosial IV-178

1) Jumlah Penduduk IV-178

2) Jumlah Keluarga Miskin IV-178

(5)

BAB V

PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN DAN

DEKONSENTRASI

V-1

A. Dasar Hukum Tugas Pembantuan dan Dekonsentrasi V-1

B. Tugas Pembantuan yang Diterima V-2

1. Instansi Pemberi Tugas Pembantuan (TP) dan Instansi Pelaksana

V-2 2. Program dan Kegiatan Yang Diterima dan

Pelaksanaannya

V-3

a. Kementerian Pertanian V-3

b. Kementerian Kelautan dan Perikanan V-4

c. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi V-4

d. Kementerian Kesehatan V-5

C. Tugas Pembantuan yang Diberikan V-5

D. Dekonsentrasi V-5

1. Instansi Pemberi Dana Dekonsentrasi dan Instansi Pelaksana

V-6 2. Program Dan Kegiatan Yang Diterima Dan

Pelaksanaannya

V-7 a. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional V-8 b. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional

(PPN) / Bappenas

V-8 c. Badan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia V-9 d. Badan Arsip Nasional Republik Indonesia V-9

e. Kementerian Dalam Negeri V-9

f. Kementerian Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan

V-10

g. Kementerian Perindustrian V-12

h. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan V-13

i. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif V-13 j. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi V-14

k. Kementerian Sosial V-16

l. Kementerian Koperasi dan UKM V-17

m. Kementerian Perdagangan V-17

n. Kementerian Pemuda dan Olah Raga V-18

o. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

(6)

BAB VI

PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM

PEMERINTAHAN

VI-1

A. Kerjasama Antar Daerah / Kota VI-1

1. Kerjasama DKI Jakarta dengan Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Cianjur (Bodetabekjur)

VI-1 a. Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Daerah

Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Cianjur

VI-1

b. Badan Kerja Sama Pembangunan (BKSP) VI-4

2. Kerja Sama Provinsi DKI Jakarta dengan Provinsi se Jawa-Bali

VI-8 3. Kerja Sama Multilateral Mitra Praja Utama (MPU) VI-11

4. Kerjasama Provinsi, Kabupaten/Kota VI-12

5. Keanggotaan dalam Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI)

VI-14

B. Kerjasama dengan Pihak Ketiga VI-16

1. Kesepakatan Bersama VI-16

2. Perjanjian Kerjasama VI-20

C. Kerjasama Luar Negeri VI-27

1. Program Sister City VI-27

2. Keanggotan Organisasi Internasional di Tahun 2015 VI-28

3. Kerjasama Teknik Luar Negeri VI-28

(7)

Gambar I.1 Peta Pembagian Wilayah DKI Jakarta I-10 Gambar I.2 Peta Tematik Tiga Belas Sungai di Provinsi DKI Jakarta I-11

Gambar I.3 Potongan Melintang Selatan-Utara I-15

Gambar I.4 Peta Geologi Teknik Kawasan Jabodetabekpunjur I-16

Gambar I.5 Peta Kemiringan Lereng Jabodetabek I-18

Gambar I.6 Indeks Pembangunan Manusia I-36

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administrasi Menurut Kabupaten/Kota Administrasi

I-12

Tabel I.2 Curah Hujan dan Hari Hujan di Jakarta Tahun 2015 I-13

Tabel I.3 Penduduk Provinsi DKI Jakarta I-19

Tabel I.4 Ekspor Produk-produk DKI Jakarta menurut Negara Tujuan I-23 Tabel I.5 Nilai Ekspor Produk DKI Jakarta Menurut Golongan Barang HS 2

Dijit, Desember 2015

I-24 Tabel I.6 Nilai Impor Melalui DKI Jakarta menurut Golongan Barang HS 2

Dijit Tahun 2015

I-27 Tabel I.7 Impor Melalui DKI Jakarta menurut Negara Asal Tahun 2015 I-36

Tabel II.1 Strategi dan arah kebijakan Provinsi DKI Jakarta II-16

Tabel III.1 Realisasi Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2015 III-6

Tabel III.2 Realisasi Pajak Daerah Tahun Anggaran 2015 III-7

Tabel III.3 Realisasi Retribusi Daerah Tahun Anggaran 2015 III-8

Tabel III.4 Realisasi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Tahun Anggaran 2015

III-9 Tabel III.5 Realisasi pengelolaan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Tahun

Anggaran 2015

III-10

Tabel III.6 Realisasi Dana Perimbangan Tahun Anggaran 2015 III-11

Tabel III.7 Realisasi Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Tahun Anggaran 2015

III-12 Tabel III.8 Rekapitulasi Target dan Realisasi Pendapatan Daerah

Tahun Anggaran 2015

III-13

Tabel III.9 Realisasi Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015 III-21

Tabel III.10 Realisasi Belanja Modal Tahun Anggaran 2015 III-28

Tabel III.11 Ringkasan APBD Provinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran 2015 III-33

Tabel III.12 Perhitungan SiLPA Tahun Anggaran 2015 III-34

Tabel IV.1 PDRB Menurut Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar Rupiah)

IV-172 Tabel IV.2 Distribusi Persentase PDRB-HB Menurut Pengeluaran (Persen) IV-172 Tabel IV.3 Distribusi Persentase PDRB-HK Menurut Pengeluaran (Persen) IV-173 Tabel IV.4 PDRB – Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku 2010

(Miliar Rupiah)

IV-175 Tabel IV.5 PDRB – Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2010

(Miliar Rupiah)

IV-176 Tabel IV.6 Distribusi Pendapatan dan Gini Ratio DKI Jakarta (persen) IV-177

Tabel IV.7 Indikator Kinerja Daerah IV-185

Tabel V.1 Instansi Pemberi dan Pelaksana Tugas Pembantuan (TP) Tahun Anggaran 2015

V-3 Tabel V.2 Nilai Dana Dekonsentrasi yang Diterima DKI Jakarta

Tahun Anggaran 2015

V-7 Tabel VI.1 Alokasi Bantuan Keuangan per Kota/Kabupaten Tahun 2015 VI-1 Tabel VI.2 Bantuan Hibah Operasional Sekretariat BKSP Jabodetabekjur

Tahun 2008-2015

(9)

Grafik I.1 Suhu Maksimum, Suhu Minimum dan Suhu Rata-Rata di DKI Jakarta 2015

I-14 Grafik I.2 Piramida Penduduk Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 I-19

Grafik I.3 Ekspor Melalui DKI Jakarta 2015 (Juta US$) I-21

Grafik I.4 Ekspor Produk DKI Jakarta 2015 (Juta US$) I-22

Grafik I.5 Nilai Ekspor Melalui DKI Jakarta dan Ekspor Produk DKI Jakarta Bulan Januari-Desember 2014 danJanuari-Desember 2015

I-25

Grafik I.6 Impor Melalui DKI Jakarta 2015 (Juta US$) I-26

Grafik I.7 Impor Melalui DKI Jakarta 2009-2015 (Juta US$) I-26

Grafik I.8 Impor Melalui DKI Jakarta Menurut Golongan Penggunaan Barang, Januari-Desember 2014 dan Januari-Desember 2015

I-29 Grafik I.9 Jumlah Wisatawan Mancanegara Yang Berkunjung ke DKI

Jakarta 2015 (Ribu Kunjungan)

I-30 Grafik I.10 Jumlah Wisatawan Mancanegara Yang Berkunjung ke DKI

Jakarta 2009-2015 (Juta Kunjungan)

I-30 Grafik I.11 Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta dan Nasional 2008-2015

(Persen)

I-31

Grafik I.12 Inflasi DKI Jakarta dan Nasional (%) I-33

Grafik I.13 Perkembangan Inflasi DKI Jakarta Desember 2014 – Desember 2015

I-33 Grafik I.14 Laju Inflasi DKI Jakarta Tahun 2015 menurut Kelompok

Pengeluaran

I-35 Grafik I.15 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi dan Wilayah Kota/Kab I-37 Grafik IV.1 Indeks Pembangunan Manusia DKI Jakarta dan Nasional IV-166

Grafik IV.2 PDRB – Harga Berlaku (Triliun Rp) IV-168

Grafik IV.3 PDRB – Harga Konstan 2010 (Triliun Rp) IV-169

Grafik IV.4 PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku (Juta Rupiah) IV-169 Grafik IV.5 PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Konstan 2010 (Juta

Rupiah)

IV-170

Grafik IV.6 Investasi PMA dan PMDN di DKI Jakarta IV-178

Grafik IV.7 Gambaran Kemiskinan di DKI Jakarta IV-179

Grafik IV.8 Tingkat Pengangguran di DKI Jakarta IV-181

Grafik IV.9 Grafik Angka Melek Huruf IV-183

(10)

BAB I PENDAHULUAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. DASAR HUKUM PENYUSUNAN LKPJ

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah yang selanjutnya disebut LKPJ disusun berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat.

Secara substansial LKPJ merupakan laporan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah selama 1 (satu) tahun anggaran atau akhir masa jabatan yang disampaikan oleh Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 71 ayat (2) dan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 Pasal 17 ayat (1) diamanatkan bahwa LKPJ disampaikan kepada DPRD paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Tahun Anggaran berakhir. Sejalan dengan hal tersebut Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyusun Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Tahun 2015 yang selanjutnya akan disampaikan kepada DPRD Provinsi DKI Jakarta untuk dibahas secara internal oleh DPRD. Hasil pembahasan tersebut diharapkan dapat ditetapkan menjadi keputusan DPRD Provinsi DKI Jakarta, yang dijadikan sebagai rekomendasi untuk dasar perbaikan penyelenggaraan pemerintahan di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Dalam penyusunan LKPJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 ketentuan yang dipedomani, yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

6. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia

7. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah 8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah

9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah

10. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada masyarakat

11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antar Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

12. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah

14. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 yang selanjutnya diubah lagi dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011

(12)

BAB I PENDAHULUAN

16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksaaan Rencana Pembangunan Daerah

17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

18. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008, tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah

19. Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2011 tentang Perencanaan Pembangunan dan Penganggaran Terpadu

20. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2030

21. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005 - 2025

22. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2013 – 2017

23. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2014 tentang Organisasi Perangkat Daerah

24. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 84 Tahun 2014 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015

25. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 220 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 26. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 160 Tahun 2015 tentang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2015

27. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 206 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur Nonor 84 Tahun 2014 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015

26. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 229 Tahun 2015 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2015

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 maka sistematika LKPJ Gubernur Tahun 2015 diolah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

BAB II Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah BAB III Kebijakan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah BAB IV Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

BAB V Penyelenggaraan Tugas Pembantuan dan Dekonsentrasi BAB VI Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan

BAB VII Penutup

B. DASAR

HUKUM

PEMBENTUKAN

PROVINSI

DKI

JAKARTA

1. SEJ AR AH KOT A J AK ART A

Sejarah Kota Jakarta diawali dengan penjelasan tentang berdirinya kerajaan yang terletak di daerah Jawa Barat di dekat kota Bogor sekarang, bernama Pajajaran yang diperintah oleh Sri Baduga Maharaja. Di sebelah Utara Kerajaan ini berbatasan dengan Muara Kali Ciliwung yang menjadi letak sebuah bandar bernama Sunda Kelapa yang pada waktu itu berfungsi sebagai kota perdagangan. Sebagian besar perdagangan di semenanjung Malaka pada masa itu dikuasai oleh bangsa Portugis, yang selalu berusaha mengembangkan kegiatannya di Asia Tenggara.

Utusan Portugis tiba di Sunda Kelapa pada tahun 1522 dengan maksud untuk mengadakan persahabatan dengan Raja Pajajaran. Raja Pajajaran menyambut baik maksud perutusan Portugis karena mengharapkan bantuan apabila ada bahaya dari kerajaan-kerajaan lain yang sedang berkembang di Jawa bagian timur pada waktu itu sehingga Kerajaan Pajajaran memberikan persetujuan kepada Portugis untuk mendirikan benteng pertahanan.

Kedatangan tentara Portugis untuk merealisasi pembangunan benteng menimbulkan perang terbuka dengan tentara Islam Demak yang cukup dikenal dengan kekuatan Islamnya, dan sedang mengadakan perluasan kekuasaan dan penyebaran pengaruhnya ke sebelah Barat. Kerajaan

(14)

BAB I PENDAHULUAN

Demak ini merupakan musuh kerajaan Pajajaran. Meskipun telah bekerjasama dengan Kerajaan Pajajaran pada akhirnya pihak Portugis dikalahkan oleh Falatehan, seorang guru agama terkenal dari Kerajaan Demak, yang dapat merebut Banten dan Sunda Kelapa dari tangan Pajajaran

Falatehan yang kemudian lebih dikenal dengan nama Fatahillah, segera menunjuk pembantunya untuk memerintah kota dan mengganti nama Bandar Sunda Kelapa dengan Fathan Mubina atau Jayakarta, yang berarti “Kemenangan Akhir”. Pada tanggal 22 Juni 1527 dinyatakan sebagai tanggal dikuasainya oleh Falatehan yang pada akhirnya Jayakarta disingkat menjadi “Jakarta “.

Pada tahun 1596 untuk pertama kalinya Bandar Jakarta didatangi oleh 4 (empat) buah kapal Belanda, yang akan memulai melakukan perdagangan dengan Bangsa Indonesia. Pada saat itu, Jayakarta merupakan kota pelabuhan yang menarik banyak pendatang asing dari Eropa, Cina dan Arab terutama pedagang dari negeri Belanda (VOC), yang menetap di Jayakarta. Namun, maksud Belanda ini mendapat hambatan dari Hasanuddin, putra Fatahillah selaku raja Kerajaan Islam Banten yang terletak di sebelah barat Bandar Jakarta.

Pada tanggal 20 Maret 1602 pihak Belanda berhasil secara paksa mendirikan sebuah Benteng disekitar teluk Jakarta yang diberi nama 'Batavia'. Benteng tersebut didirikan oleh Van Raay dan menjadi pusat persekutuan Dagang VOC untuk wilayah Hindia bagian timur. Sejak saat itu Belanda memulai penjajahannya di seluruh kepulauan Nusantara yang berjalan selama kurang lebih 350 tahun. VOC mendapat izin untuk membangun kompleks perkantoran, gudang, dan tempat tinggal orang Belanda yang berlokasi di dekat muara tepi bagian timur Sungai Ciliwung pada tahun 1611. Di lokasi ini dibangun pula benteng sebagai pusat perdagangan VOC. Kemudian nama Jayakarta diubah menjadi Batavia. Nama “Batavia” hanya dikenal di dunia International, sedangkan penduduk aslinya mengenalnya dengan nama Betawi.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

Selanjutnya pada tanggal 4 Maret 1621 pemerintah Belanda membentuk Stad Batavia dan VOC diberi kewenangan oleh Pemerintah Belanda untuk melaksanakan pemerintahan Stad Batavia tersebut. Pada tahun 1799 pemerintah Belanda membubarkan VOC karena alasan merugi serta mengambil alih kembali pemerintahan daerah yang selama itu dikuasai VOC. Sejak saat itu Pemerintah Belanda menjadikan daerah-daerah bekas VOC sebagai daerah-daerah otonomi yang dinamakan Hindia Belanda dibawah pimpinan seorang Gubernur Jenderal.

Pada tanggal 1 April 1905 Stad Batavia berubah dan berkembang menjadi Gemeente Batavia dan diberikan kewenangan untuk mengatur keuangannya sendiri sebagai bagian dari Pemerintah Hindia Belanda. Gemeente Batavia merupakan Pemerintah Daerah yang pertama kali dibentuk di Hindia Belanda. Luas wilayah Gemeente Batavia kurang lebih 125 km², tidak termasuk pulau-pulau di Teluk Jakarta (Kepulauan Seribu).

Secara territorial Stad Batavia terbagi atas 5 (lima) wilayah Karesidenan yang lebih kecil, yang disebut “afdeling” (kabupaten/kota), yaitu (1) Afdeling Batavia (kota dan pinggiran kota Batavia), (2) Afdeling Meester Cornelis (sekarang Jatinegara), (3) Afdeling Tanggerang (4) Afdeling Buitenzorg (Bogor) dan (5) Afdeling Karawang.

Pada tahun 1908 wilayah Afdeling Batavia dibagi menjadi 2 Distrik, yakni Distrik Batavia dan Weltevreden yang dibagi lagi menjadi 6 sub Distrik (Onderdistrik). Distrik Batavia terdiri dari sub Distrik Mangga Besar, Penjaringan dan Tanjung Priuk sedangkan Distrik Weltevreden terdiri dari sub Distrik Gambir, Senen, dan Tanah Abang.

Lalu pada tahun 1922 keluar Undang-Undang (UU) tentang Pembaharuan Pemerintahan, diikuti terbitnya UU Propinsi, UU Kabupaten (Regentschap, 1924) dan UU Kota (Stadsgemeente, 1926). Selanjutnya “Gemeente Batavia” ditetapkan menjadi Pemerintahan Kota (Stadsgemeente Batavia).

UU Pemerintahan Kota (Stadsgemeente) tahun 1926 menetapkan sistem pemerintahan Kota (Stadsgemeente) yang terdiri dari: (1) DPRD (Raad); (2) DPD (College van Burgemeester en Wethouders) dan (3) Walikota (Burgemeester).

(16)

BAB I PENDAHULUAN

Pada tanggal 5 Maret 1942 Kota Batavia jatuh ke tangan balatentara Jepang dan pada tanggal 9 Maret 1942 Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Pemerintah Jepang mengeluarkan UU Nomor 42 Tahun 1942 tentang Perubahan Tata Pemerintahan Daerah yang mengatur bahwa Pulau Jawa dibagi menjadi satuan-satuan daerah yang disebut Pemerintahan Keresidenan (Syuu). Keresidenan (Syuu) dibagi lagi menjadi beberapa Kabupaten (Ken) dan Kota (Shi).

Jika Stadsgemeente hanya merupakan badan yang mengurus rumah tangganya saja tanpa melaksanakan urusan kepamongprajaan maka menurut UU Tata Pemerintahan Daerah masa Pemerintahan Jepang, “Shi” (Stadsgemeente) mengerjakan semua urusan pemerintahan, termasuk kepamongprajaan dalam lingkup wilayahnya. Urusan pemerintahan (pamongpraja) di dalam „Stadsgemeente’ yang sebelumnya diurus oleh Regent (Bupati), Wedana, Asisten-Wedana, Kepala Kampung atau Wijkmeester, sekarang diurus dan merupakan kewenangan “Shichoo” (Walikota). Mereka itu mejadi pegawai Shi dan menjalankan urusan pemerintahan Shi dibawah pemerintahan dan pimpinan “Shichoo”.

Selanjutnya menurut Undang-Undang tersebut, “Gunseikan” (Kepala Pemerintahan Militer Jepang) dapat membentuk pemerintahan kota khusus (Tokubetsu Shi). Beda pemerintahan kota khusus (Tokubetsu Shi) dengan pemerintahan kota (Shi) adalah bahwa pemerintahan kota khusus (Tokubetsu Shi) tidak dibawah Keresidenan (Syuu), melainkan langsung dibawah Pemerintahan Militer Jepang (Gunseikan). Jakarta merupakan pemerintahan kota khusus (Jakarta Tokubetsu Shi) yang dipimpin oleh walikota khusus (Tokubetsu Shi), yang berarti kedudukan Jakarta meningkat dari kota (Shi) menjadi kota khusus (Tokubetsu Shi). Walikota khusus Jakarta (Tokubetsu Shichoo) dibantu oleh beberapa pegawai tinggi (Zyoyaku). Walikota dan pegawai tinggi diangkat oleh Pemerintahan Militer Jepang (Gunseikan).

Jakarta adalah satu-satunya pemerintahan kota khusus (Tokubetsu Shi) di Indonesia selama pemerintahan militer Jepang. Tsukamoto menjadi Walikota pertama kota khusus Jakarta dan yang terakhir adalah Hasegawa. Sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 25 Tahun 1950 setelah

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

kemerdekaan, kedudukan kota Djakarta ditetapkan sebagai daerah Swatantra yang disebut “Kotapradja Djakarta Raya” dengan Walikotanya adalah Soewiryo (1945-1951), Syamsuridjal (1951-1953), dan Soediro (1953-1960).

Kota Djakarta ditingkatkan menjadi Daerah Tingkat I dengan Kepala Daerah yang berpangkat Gubernur pada tanggal 15 Januari 1960. Pada periode Gubernur Soemarno (1960-1964) terbit UU Nomor 2 Tahun 1961 tentang pembentukan “Pemerintahan Daerah Chusus Ibukota Djakarta Raya”. Sejak itu disebut Pemerintah DCI Djakarta Raya. Pada periode Gubernur Henk Ngantung (1964-1966) terbit UU Nomor 10 Tahun 1964 tentang Djakarta sebagai Ibukota Republik Indonesia dengan nama “Djakarta”. Sejak itu Pemerintah DCI Djakarta Raya berubah menjadi Pemerintah DCI Djakarta.

Pemerintah DCI Djakarta berubah menjadi Pemerintah Daerah DKI Djakarta pada periode Gubernur Ali Sadikin (1966-1977). Adapun gubernur selanjutnya berturut-turut yaitu Tjokropranolo (1977-1982), Soeprapto (1982-1987), Wiyogo Atmodarminto (1987-1992), Sutiyoso (1997-2007) dan Fauzi Bowo (2007-2012).

Pada periode Gubernur Wiyogo Atmodarminto terbit UU Nomor 11 Tahun 1990 tentang Susunan Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta. Sejak itu sebutan Pemerintah Daerah DKI Jakarta berubah menjadi Pemerintah Propinsi DKI Jakarta sampai dengan periode Gubernur Surjadi Soedirdja (1992 – 1997).

Pada periode Gubernur Sutiyoso (1997-2007) terbit UU Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta. Sejak itu sebutan Pemerintah Propinsi DKI Jakarta berubah menjadi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pada akhir masa jabatan Gubernur Sutiyoso terbit Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebutan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak berubah.

Pada periode Gubernur Fauzi Bowo (2007-2012), implementasi Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi

(18)

BAB I PENDAHULUAN

Daerah Khusus Ibukota Jakarta Sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan pembentukan Deputi yang membantu Gubernur dalam melaksanakan kedudukannya sebagai wakil Pemerintah dan Kepala Daerah Provinsi DKI Jakarta yang memiliki kekhususan tugas, hak, kewajiban, dan tanggung jawab dalam kedudukan DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia.

uraikan?

2. D AS AR HUKUM PEM ERINT AH PROV INSI DKI J AK ART A

Peraturan perundangan sebagai dasar hukum yang melandasi penyelenggaraan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai berikut: a. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan

Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia

b. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

c. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

d. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2014 tentang Organisasi Perangkat Daerah

C. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA

1. KONDISI GEOGRAFIS

Informasi mengenai kondisi geografis Provinsi DKI Jakarta disajikan berupa batas administrasi daerah dan luas wilayah, iklim, dan geologi sebagai berikut :

a. Batas Administrasi Daerah dan Luas Wilayah

DKI Jakarta merupakan dataran rendah yang terletak pada posisi 6o 12‟ Lintang Selatan dan 106o 48” Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata + 7 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 171 tahun 2007

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

tentang Penataan, Penetapan dan Luas Wilayah Kelurahan di Provinsi Daerah Khsusus Ibukota Jakarta, secara geografis luas wilayah DKI Jakarta adalah 7.639,83 km², dengan luas daratan 662,33 km² (termasuk 110 pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu) dan luas lautan 6.977,5 km².

Adapun Peta Pembagian Wilayah DKI Jakarta dapat dilihat pada Gambar I.1 di bawah ini.

Batas sebelah Utara Jakarta terbentang pantai sepanjang 35 km yang menjadi tempat bermuaranya 13 sungai, 2 kanal, dan 2 flood way, Sebagian besar karakteristik wilayahnya berada di bawah permukaan air laut pasang, mengakibatkan rawan genangan, baik karena curah hujan maupun karena semakin tingginya air laut pasang (rob). Sebelah

Sumber : Perda No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW Provinsi DKI Jakarta 2030 Gambar I.1

(20)

BAB I PENDAHULUAN

Barat Jakarta berbatasan dengan Provinsi Banten, dan di sebelah Selatan dan Timur Jakarta berbatasan dengan wilayah Provinsi Jawa Barat.

Adapun Peta Aliran Sungai, Kanal dan Flood Way yang melalui Wilayah DKI Jakarta, dapat dilihat pada Gambar I.2 berikut.

Penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta selain mengacu pada Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengacu pula pada Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Provinsi DKI Jakarta merupakan pemerintahan daerah yang diberi status khusus, yang didukung dengan perangkat kekhususan antara lain berupa status otonomi tunggal di tingkat Provinsi serta adanya empat orang Deputi Gubernur setingkat eselon I.

Gambar I.2

Peta Tematik Tiga Belas Sungai di Provinsi DKI Jakarta

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

Pada tahun 2001, berdasarkan struktur wilayah administrasi, Jakarta mengalami pemekaran wilayah yakni dari 5 kotamadya menjadi 1 kabupaten administrasi dan 5 kota administrasi. Secara paralel jumlah wilayah administrasi dibawahnya juga mengalami penambahan yang semula 43 kecamatan menjadi 44 kecamatan, dan dari 265 kelurahan menjadi 267 kelurahan.

Untuk memudahkan koordinasi pelayanan pemerintah terhadap masyarakat, struktur administrasi wilayah DKI Jakarta dibagi menjadi Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT). Hingga tahun 2015, jumlah RW diseluruh DKI Jakarta sebanyak 2.726 dan RT sebanyak 30.535.

Luas wilayah administrasi Provinsi DKI Jakarta menurut enam wilayah administrasi, yang terdiri dari 5 (lima) kota administrasi dan 1 (satu) kabupaten administrasi, yakni kota Jakarta Pusat dengan luas daratan 48,13 km2, Jakarta Utara dengan luas daratan 146,66 km2, Jakarta Barat dengan luas daratan 129,54 km2, Jakarta Selatan dengan luas daratan 141,27 km2 dan Jakarta Timur dengan luas daratan 188,03 km2, serta Kabupaten Administrasi dengan luas daratan 8,70 km2. Kecamatan Kelurahan RW RT 1 Jakarta Pusat 48,13 8 44 393 4709 2 Jakarta Utara 146,66 6 31 444 5178 3 Jakarta Timur 188,03 10 65 704 7919 4 Jakarta Selatan 141,27 10 65 579 6144 5 Jakarta Barat 129,54 8 56 582 6458 6 Kep. Seribu 8,70 2 6 24 127 662,33 44 267 2726 30535

Sumber : BPS Provinsi DKI Jak arta 2016

Kota / Kabupaten Administrasi Jumlah Jumlah No Luas Area (km²) Tabel I.1

Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administrasi Menurut Kabupaten/Kota Administrasi

(22)

BAB I PENDAHULUAN

b. Iklim

Di wilayah Indonesia pada umumnya dikenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Wilayah Jakarta memiliki iklim tropis dengan karakteristik musim penghujan rata-rata pada bulan Oktober hingga Maret dan musim kemarau pada bulan April hingga September. Jakarta mengalami puncak musim penghujan pada bulan November hingga Januari dengan curah hujan tertinggi di bulan Januari sebesar 1.075 mm2 dan hari hujan tertinggi selama 26 hari terjadi pada bulan Januari. Temperatur rata – rata terendah terjadi pada bulan Januari, sedangkan tertinggi pada bulan Oktober dengan kelembaban udara rata – rata antara 61,48% dan 82,22%. Cuaca di kawasan Jakarta dipengaruhi oleh angin laut dan darat yang bertiup secara bergantian antara siang dan malam.

Secara rinci data curah hujan dan hari hujan tahun 2015 di Provinsi DKI Jakarta dapat dilihat pada Tabel I.2 berikut.

.

No Bulan Curah Hujan

(mm2) Banyaknya Hari Hujan (hari) 1 Januari 1 075 26 2 Februari 689 22 3 Maret 174 20 4 April 168 16 5 Mei 47 10 6 Juni 174 12 7 Juli 214 16 8 Agustus 39 4 9 September 0 1 10 Oktober 52 4 11 Nopember 65 11 12 Desember 211 15

Sumber : BPS Provinsi DKI Jak arta 2016 Tabel I.2

(23)

BAB I

PENDAHULUAN

Di daerah pantai di wilayah Utara Jakarta suhu udara harian rata-rata umumnya relatif tidak berubah, baikpada siang maupun malam hari. Suhu harian rata-rata berkisar antara 27,41º C – 29,68° C. Perbedaan suhu antara musim hujan dan musim kemarau relatif kecil. Hal tersebut dapat dipahami oleh karena perubahan suhu udara di kawasan Jakarta seperti halnya wilayah lainnya di Indonesia tidak dipengaruhi oleh musim, melainkan oleh perbedaan ketinggian wilayah. Suhu maksimum, minimum dan rata-rata di berbagai lokasi di Jakarta dapat dilihat pada grafik I.1 berikut.

c. Geologi

Dari profil potongan melintang Selatan-Utara Jakarta menunjukkan adanya endapan vulkanik kuarter yang terdiri dari Formasi Citalang, Formasi Kaliwangu, dan Formasi Parigi. Formasi Citalang memiliki kedalaman hingga kira-kira 80 m dengan bagian atasnya merupakan batu lempung yang didominasi oleh batu pasir pada bagian bawahnya dan pada beberapa tempat terdapat breksi/konglomerat, terutama di sekitar Blok M dan Dukuh Atas.

Sumber : BPS Provinsi DKI Jak arta 2016

37,60 35,40 37,00 36,50 21,00 21,10 22,80 23,20 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00

Pondok Betung Cengkareng Jakarta Tanjung Priok Maksimum Minimum Rata

Grafik I.1

(24)

BAB I PENDAHULUAN

Dapat dilihat bahwa formasi Kaliwangu memiliki kedalaman sangat bervariasi dengan kedalaman bagian Utaranya lebih dari 300 m. Sedangkan Formasi Parigi di sekitar Babakan mendesak ke atas hingga kedalaman 80 m. Formasi ini didominasi oleh batu lempung diselang-selingi oleh batu pasir.

Dapat diketahui bahwa pada seluruh daerah strukturnya terdiri dari endapan Pleistocene terdapat ± 50 m di bawah permukaan tanah. Di bawah bagian utara, permukaan keras baru terdapat pada kedalaman 10–25 m, makin ke selatan permukaan keras semakin dangkal pada kedalaman 8–15 m, pada bagian kota tertentu, lapisan permukaan tanah yang keras terdapat pada kedalaman 40 m.

Sementara itu, di bagian selatan terdiri atas lapisan alluvial, sedang dataran rendah pantai merentang ke bagian pedalaman sekitar 10 km. Di bawah terdapat lapisan endapan yang lebih tua yang tidak tampak pada permukaan tanah karena timbunan seluruhnya oleh endapan alluvium.

Gambar I.3

Potongan Melintang Selatan-Utara

(25)

BAB I

PENDAHULUAN

Secara rinci dapat dijelaskan bahwa wilayah Jakarta memiliki lithologi sebagai berikut :

1) Pasir lempungan dan lempung pasiran, merupakan endapan aluvial sungai dan pantai berangsur-angsur dari atas ke bawah terdiri dari lanau lempungan, lanau pasiran dan lempung pasiran. Semakin ke arah Utara mendekati pantai berupa lanau pasiran dengan sisipan lempung organik dan pecahan cangkang kerang, tebal endapan antara perselang-seling lapisannya berkisar antara 3-12 m dengan ketebalan secara keseluruhan diperkirankan mencapai 300 m.

2) Satuan Pasir Lempungan, merupakan endapan pematang pantai berangsur-angsur dari atas ke bawah terdiri dari perselang-selangan lanau pasiran dan pasir lempungan. Tebal endapan antara 4,5–13 m.

Sumber : Sawarendro

Gambar I.4

(26)

BAB I PENDAHULUAN

3) Satuan Lempung Pasiran dan Pasir Lempungan, merupakan endapan limpah banjir sungai. Satuan ini tersusun berselang-selang antara lempung pasiran dan pasir lempungan.

4) Lempung Lanauan dan Lanau Pasiran, merupakan endapan kipas aluvial vulkanik (tanah tufa dan konglomerat), berangsur-angsur dari atas ke bawah terdiri dari lempung lanauan dan lanau pasiran dengan tebal lapisan antara 3 – 13,5 m.

Dengan kondisi geografis seperti itu disadari bahwa, Jakarta termasuk wilayah rawan banjir. Dalam siklus 5-6 tahunan Jakarta memiliki potensi banjir cukup tinggi, terbukti pada tahun 2002, 2007 dan tahun 2013, 2014 terjadi banjir besar dengan kerugian yang besar pula.

Mengingat Jakarta merupakan kota yang terbentuk secara alami, sehingga penataan kota tidak dapat dilakukan secara optimal khususnya dalam sistem tata air/drainase dan jalan. Sebagian besar tanah di Jakarta sudah menjadi hak milik atau dikuasai perorangan sehingga menyulitkan dalam penataan kota, karena memerlukan dana yang sangat besar untuk pembebasan lahan milik warga.

(27)

BAB I

PENDAHULUAN

Gambar I.5

Peta Kemiringan Lereng Jabodetabek

(28)

BAB I PENDAHULUAN

2. KONDISI DEMOGRAFIS

Pada tahun 2015 jumlah penduduk Kota Jakarta diperkirakan sebanyak 10.177.924 jiwa, terdiri dari laki-laki 5.115.357 jiwa dan perempuan 5.062.567 jiwa, dengan perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan atau disebut rasio jenis kelamin (sex ratio) tercatat 101,04%.

Angka tersebut menjelaskan bahwa di DKI Jakarta pada tahun 2015 penduduk laki – laki lebih besar dibandingkan dengan penduduk perempuan dengan perbandingan sekitar 101:100.

Berdasarkan Tabel 1.3, terlihat bahwa Laju pertumbuhan penduduk DKI Jakarta tahun 2015 sekitar 1,09 persen dengan kepadatan penduduk sebesar 15.370 jiwa/km2.

Sumber : BPS Provinsi DKI Jak arta 2016

600000 400000 200000 0 200000 400000 600000 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-75 75+ K EL O M P O K U M U R ( TA H U N ) Laki-laki Perempuan Tabel I.3

Penduduk Provinsi DKI Jakarta 2012-2015

Grafik I.2

(29)

BAB I

PENDAHULUAN

Dari piramida penduduk di atas dapat dilihat bahwa komposisi penduduk DKI Jakarta, didominasi oleh penduduk usia produktif yakni 15 – 64 tahun sebesar 7.278.316 jiwa atau sebesar 71,51%. Persentase penduduk yang belum produktif yakni 0 – 14 tahun sebesar 2.523.715 jiwa atau 24,80%, sedangkan penduduk yang tidak produktif lagi/melewati masa pensiun berjumlah 375.893 atau 3,69%. Dengan demikian dependency ratio (DR) pada tahun 2015 sebesar 28,49% yang berarti dari 100 penduduk usia produktif DKI Jakarta akan menanggung secara ekonomi sebesar 28,49 penduduk usia tidak produktif.

3. KONDISI EKONOMI

a. Potensi Unggulan Daerah 1) Ekspor Melalui DKI Jakarta

Nilai ekspor melalui DKI Jakarta periode Januari-Desember 2015 mencapai 46.347,11 juta US $ atau lebih rendah 3,60 persen dari periode yang sama tahun 2014 yakni sebesar 48.079,48 juta US $.

Sepanjang periode 2015 tercatat nilai ekspor melalui DKI Jakarta tertinggi terjadi pada bulan Juni (4.216,67 juta US $) dan terendah terjadi di bulan Juli (3.297,64 juta US $). Menurunnya nilai ekspor melalui DKI Jakarta ini disebabkan belum pulihnya kondisi perekonomian global. Nilai ekspor melalui DKI Jakarta bulan Juli 2015 mencapai 3.297,67 juta dollar Amerika, turun 21,81 persen dari nilai ekspor bulan Juni 2015 yang mencapai 4.216,67 juta dollar Amerika, dan juga lebih rendah 10,80 persen dibandingkan Juli 2014. Hal ini terjadi pada ekspor nasional yang juga mengalami penurunan pada bulan Juli 2015 sebesar 15,53 persen dibandingkan bulan Juni 2015, dan juga lebih rendah 19,23 persen dibandingkan Juli 2014??? Faktor pendorong dan penyebab

(30)

BAB I PENDAHULUAN

2) Ekspor Produk DKI Jakarta

Nilai ekspor produk-produk DKI Jakarta pada tahun 2015 mencapai 11.544,14 juta US$, lebih rendah 0,02 persen bila dibandingkan dengan nilai ekspor tahun 2014. Pada tahun 2014 nilai ekspor produk-produk DKI Jakarta sebesar 11.546,19 juta US$.??? faktor pendorong dan penyebabnya

Ekspor ini mempunyai pengaruh langsung terhadap perekonomian Jakarta karena dihasilkan oleh unit usaha yang berdomisili di wilayah DKI Jakarta. Persentase ekspor produk DKI Jakarta terbesar pada tahun 2015 dicapai pada bulan September yaitu sebesar 1.127,53 juta US $, atau naik sebesar 12,81 persen dibandingkan bulan Agustus 2015. Komoditas yang paling banyak diekspor pada bulan ini adalah golongan barang kendaraan dan bagiannya, perhiasan dan permata. Kedua jenis barang ini berkontribusi sebesar 43,65 persen terhadap total ekspor produk DKI Jakarta. Dan terendah pada bulan Juli yaitu sebesar 766,55 juta US $. Produk kendaraan dan bagiannya merupakan produk unggulan bagi DKI Jakarta. Secara grafis ekspor produk DKI Jakarta dapat dilihat pada grafik I.4 berikut.

Uraian Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des

Ekspor Produk

melalui DKI Jakarta 3.821,63 3.600,44 4.163,04 4.070,18 3.877,19 4.216,67 3.297,64 3.936,04 4.099,91 3.935,91 3.607,75 3.720,71 Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta 2016

500,00 1.000,00 1.500,00 2.000,00 2.500,00 3.000,00 3.500,00 4.000,00 4.500,00

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des

Grafik I.3

(31)

BAB I

PENDAHULUAN

Adapun eskpor produk – produk DKI Jakarta menurut negara tujuan dapat dilihat pada Tabel 1.4

Uraian Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des

Ekspor Produk DKI

Jakarta 948,25 883,64 1.119,89 1.022,66 1.004,56 1.075,85 766,55 999,53 1.127,53 958,85 812,11 824,72 Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta 2016

200,00 400,00 600,00 800,00 1.000,00 1.200,00

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des

Grafik I.4

(32)

BAB I PENDAHULUAN NILAI CIF (JUTA US$) ASEAN 4.498,54 1 Singapore 1.726,22 2 Philippines 900,78 3 Thailand 695,68 4 Malaysia 654,65 5 Vietnam 413,65 Asean Lainnya 107,56 ASIA 4.170,97 6 Saudi Arabia 949,18 7 China 580,68 8 India 542,57 9 Japan 469,50 10 Hongkong 404,78 Asia Lainnya 1.224,26

Australia dan Oceania 310,29

11 Australia 254,23 Australia dan Oceania lainnya 56,06

Amerika 1.412,30 12 United States 1.011,23 Amerika Lainnya 401,07 Total 12 Negara 8.603,15 Lainnya 2.941,00 Total 11.544,15

Sumber : BPS Provinsi DKI Jak arta 2016 NEGARA TUJUAN

Sedangkan nilai ekspor produk DKI Jakarta menurut golongan barang dapat dilihat pada Tabel I.5 berikut.

Tabel I.4

(33)

BAB I

PENDAHULUAN

NILAI CIF (JUTA US$)

1 Kendaraan dan Bagiannya 3.179,15 2 Perhiasan/Permata 1.860,28 3 Mesin-mesin/ Pesawat Mekanik 891,82 4 Pakaian Jadi Bukan Rajutan 638,30 5 Ikan dan Udang 618,35 6 Mesin/Peralatan Listrik 560,43 7 Barang-barang Rajutan 411,75 8 Tembaga 247,58 9 Plastik dan Barang dari Plastik 244,01 10 Lemak & Minyak Hewan/Nabati 225,74

Total 10 Komoditi 8.877,41

Lainnya 2.666,74

Total Ekspor Produk DKI Jakarta 11.544,15

Sumber : BPS Provinsi DKI Jak arta 2016 GOLONGAN BARANG

lasan naik/turun per komoditas???

Sementara itu jika dilihat dari negara tujuan, diketahui bahwa selama beberapa tahun terakhir Singapura menjadi negara tujuan utama ekspor produk DKI Jakarta termasuk pada tahun 2015. Sementara bila ditinjau menurut komoditi, ekspor produk DKI Jakarta yang terbesar selama periode Januari – Desember 2015 adalah kendaraan dan bagiannya.

Tabel I.5

Nilai Ekspor Produk DKI Jakarta Menurut Golongan Barang HS 2 Dijit, Desember 2015

(34)

BAB I PENDAHULUAN

3) Impor

Nilai impor melalui DKI Jakarta periode Januari-Desember 2015 mencapai 71.154,56 juta US $ atau lebih rendah 15,92 persen dari periode yang sama tahun 2014 yakni sebesar 84.628,51 juta US $. Sepanjang periode 2015 tercatat nilai impor melalui DKI Jakarta tertinggi terjadi pada bulan April (6.390,52 juta US $) dan terendah terjadi di bulan Juli (4.744,37 juta US $).

Berdasarkan golongan penggunaan barang atau Broad Economic Category, nilai impor Januari-Desember 2015 untuk seluruh golongan mengalami penurunan dibandingkan dengan periode Januari-Desember 2014. Golongan penggunaan barang konsumsi mengalami penurunan 13,64 persen, penggunaan barang bahan baku dan penolong mengalami penurunan 14,08 persen dan penggunaan barang modal mengalami penurunan 21,48 persen. Dari ketiga jenis golongan tersebut, proporsi terbesar adalah nilai impor bahan baku dan penolong 67,99 persen.

Grafik I.5

Nilai Ekspor Melalui DKI Jakarta dan Ekspor Produk DKI Jakarta Bulan Januari-Desember 2014 dan Januari-Desember 2015

(35)

BAB I

PENDAHULUAN

Adapun impor yang dilakukan melalui DKI Jakarta dapat dilihat pada Grafik I.7 berikut.

Impor turun kenapa? Dilihat secara nasional?

Uraian Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des

Impor melalui DKI

Jakarta 6.278,83 6.049,10 6.297,11 6.390,52 5.611,40 6.216,95 4.744,37 6.161,88 5.667,87 5.679,43 6.013,05 6.044,04 Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta 2016

1.000,00 2.000,00 3.000,00 4.000,00 5.000,00 6.000,00 7.000,00

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des

Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Impor melalui

DKI Jakarta 48.099,00 70.069,00 88.874,00 96.926,00 90.108,00 84.628,51 71.154,56

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta 2016 10.000,00 20.000,00 30.000,00 40.000,00 50.000,00 60.000,00 70.000,00 80.000,00 90.000,00 100.000,00 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Grafik I.6

Impor Melalui DKI Jakarta 2015 (Juta US$)

Grafik I.7

(36)

BAB I PENDAHULUAN

Sedangkan nilai impor melalui DKI Jakarta menurut golongan barang dapat dilihat pada Tabel I.6 berikut.

Selain nilai impor melalui DKI Jakarta menurut golongan Barang HS, untuk memberikan informasi tentang impor yang lebih lengkap maka berikut disajikan data impor melalui DKI Jakarta menurut negara asal pada Tabel I.7 berikut.

NILAI CIF (JUTA US$)

1 Mesin-mesin/Pesawat Mekanik 13.169,04 2 Mesin/Peralatan Listrik 11.090,61 3 Kendaraan dan Bagiannya 4.682,01 4 Plastik dan Barang dari Plastik 4.444,29

5 Besi dan Baja 3.578,94

6 Bahan Bakar Mineral 2.409,41 7 Bahan Kimia Organik 2.002,22 8 Perangkat Optik 1.567,84

9 Kapas 1.472,93

10 Benda-benda dari Besi dan Baja 1.339,32

Total 10 Komoditi 45.756,61

Lainnya 25.397,95

Total Impor Melalui DKI Jakarta 71.154,56

Sumber : BPS Provinsi DKI Jak arta 2016 GOLONGAN BARANG Tabel I.6

Nilai Impor Melalui DKI Jakarta menurut Golongan Barang HS 2 Dijit Tahun 2015

(37)

BAB I

PENDAHULUAN

apa berubah negara pengimpornya? Produk apa yg berubah?

Selanjutnya Impor Melalui DKI Jakarta Menurut Golongan Penggunaan Barang dapat dilihat pada Grafik I.8 berikut.

NILAI CIF (JUTA US$) ASEAN 17.254,99 1 Singapore 5.216,71 2 Thailand 5.717,84 3 Malaysia 2.707,20 4 Vietnam 2.314,30 Asean Lainnya 1.298,94 ASIA 38.381,74 5 China 17.063,49 6 Japan 10.540,44 7 Korea, Republic Of 5.005,14

8 Taiwan, Province Of China 2.107,39

9 Hongkong 1.352,45

Asia Lainnya 2.312,83

AUSTRALIA dan OCEANIA 2.292,97

10 Australia 1.855,24

Australia dan Oceania Lainnya 437,73

AMERIKA 5.706,10 11 United States 4.115,88 Amerika Lainnya 1.590,22 EROPA 7.619,66 12 Germany 2.180,35 Eropa Lainnya 5.439,31 Total 12 Negara 60.176,43 Lainnya 10.978,13 Total 71.154,56

Sumber : BPS Provinsi DKI Jak arta 2016

NEGARA ASAL Tabel I.7

(38)

BAB I PENDAHULUAN

Selain ekspor dan impor, potensi daerah juga dapat dilihat dari gambaran tingkat kunjungan pariwisata. Sebagai kota tujuan wisata, DKI Jakarta memiliki fasilitas yang cukup memadai seperti hotel, tempat perbelanjaan dan objek wisata yang beragam. Disamping itu, inisiatif dan upaya berbagai kalangan untuk menyelengarakan event tetap berskala internasional, seperti Jakarta International Java Jazz, Indonesia Fashion Week, Jakarta Fashion and Food Festival dan event internasional lainnya menjadi alasan wisatawan mancanegara (wisman) untuk berkunjung ke Jakarta.

Jumlah wisman yang berkunjung ke DKI Jakarta pada tahun 2015 meningkat sebesar 2,16 persen yaitu sebesar 2,37 juta kunjungan jika dibandingkan tahun 2014 yang berjumlah 2,32 juta kunjungan. Secara grafis kunjungan wisatawan mancanegara dapat dilihat pada Grafik I.9 berikut.

Uraian Januari-Desember 2014 Januari-Desember 2015

Barang Konsumsi 7.109,12 6.139,53 Bahan Baku & Penolong 56.311,46 48.381,26 Barang Modal 21.184,22 16.633,77

Sumber : BPS Provinsi DKI Jak arta 2016

10.000,00 20.000,00 30.000,00 40.000,00 50.000,00 60.000,00 Januari-Desember 2014 Januari-Desember 2015

Barang Konsumsi Bahan Baku & Penolong Barang Modal Grafik I.8

Impor Melalui DKI Jakarta Menurut Golongan Penggunaan Barang, Januari-Desember 2014 dan Januari-Desember 2015

(39)

BAB I

PENDAHULUAN

Kenapa naik/turun secara bulanan?

Adapun jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke DKI Jakarta selama 7 tahun terakhir dapat dilihat pada Grafik I.10 berikut.

Uraian Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des

Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Ribu Kunjungan)

174,50 178,10 208,20 166,80 195,20 179,50 179,80 258,90 217,90 203,40 223,10 186,80 Sumber : BPS Provinsi DKI Jak arta 2016

50,00 100,00 150,00 200,00 250,00 300,00

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des

Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Juta Kunjungan) 1,45 1,89 2,00 2,13 2,31 2,32 2,37

Sumber : BPS Provinsi DKI Jak arta 2016 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Grafik I.9

Jumlah Wisatawan Mancanegara Yang Berkunjung ke DKI Jakarta 2015 (Ribu Kunjungan)

Grafik I.10

Jumlah Wisatawan Mancanegara Yang Berkunjung ke DKI Jakarta 2009-2015 (Juta Kunjungan)

(40)

BAB I PENDAHULUAN

b. Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian DKI Jakarta tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku (tahun dasar 2010) mencapai 1.983,42 triliun rupiah dan PDRB perkapita per tahun mencapai 194,87 juta rupiah. Ekonomi DKI Jakarta tahun 2015 tumbuh sebesar 5,88 persen, melambat dibanding tahun 2014 sebesar 5,95 persen. Pertumbuhan terjadi pada seluruh lapangan usaha. Jasa keuangan merupakan lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 10,72 persen, diikuti oleh Informasi dan Komunikasi sebesar 10,07 persen dan Transportasi Pergudangan sebesar 8,99 persen.

Struktur perekonomian DKI Jakarta menurut lapangan usaha tahun 2015 didominasi oleh empat lapangan usaha utama yaitu Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (16,65 persen); Industri Pengolahan (13,84 persen); Konstruksi (13,16 persen) dan Jasa Keuangan dan Asuransi (10,35 persen). Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta tahun 2015, Keuangan memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 1,09 persen; diikuti Informasi dan Komunikasi sebesar 0,94 persen; dan Industri Pengolahan sebesar 0,65 persen.

Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

DKI Jakarta 5,02 6,50 6,73 6,53 6,11 5,95 5,88 Nasional 4,63 6,20 6,48 6,23 5,78 5,01 4,79

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta 2016

1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

DKI Jakarta Nasional

Grafik I.11

(41)

BAB I

PENDAHULUAN

c. Inflasi

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi rendahnya tingkat harga.

Inflasi di DKI Jakarta selama tahun 2015 adalah sebesar 3,30 persen, lebih rendah dari inflasi tahun 2014 yaitu 8,95 persen. Serta berada dalam kisaran sasaran inflasi 2015 yang ditetapkan pemerintah, yaitu sebesar empat plus minus satu persen (yoy).

Pencapaian sasaran inflasi tersebut tidak terlepas dari kebijakan pengendalian inflasi yang ditempuh oleh Bank Indonesia (BI) dan pemerintah, melalui Tim Pengendali Inflasi (TPI) dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID). Melalui peningkatan produksi dan memperbaiki distribusi serta meminimalkan berbagai distorsi harga bahan pangan, dan didukung oleh reformasi subsidi berupa penyesuaian harga bahan bakar minyak dan LPG 12 kilogram serta penyesuaian tarif listrik, di tengah menurunnya harga minyak dan gas global. Selain itu, inflasi DKI Jakarta tahun 2015 ini lebih rendah dibandingkan inflasi nasional sebesar 3,35 persen. Hal tersebut didorong oleh lebih rendahnya harga komoditas kelompok administered prices, terutama untuk komoditas yang terkait dengan energi, seperti bensin, solar, dan bahan bakar rumah tangga. Perkembangan ini juga berdampak pada turunnya tarif dalam sub kelompok transportasi, terutama pada angkutan udara dan angkutan antar kota. Relatif lebih rendahnya inflasi 2015 dari 2014 juga didorong oleh aktivitas perekonomian Jakarta yang juga lebih rendah dari tahun sebelumnya yang disebabkan terbatasnya tekanan inflasi dari sisi permintaan masyarakat.

(42)

BAB I PENDAHULUAN

Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

DKI Jakarta 2,34 6,21 3,97 4,52 8,00 8,95 3,30 Nasional 2,78 6,96 3,79 4,30 8,38 8,36 3,35

Sumber : BPS Provinsi DKI Jak arta 2016

1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

DKI Jakarta Nasional

Uraian Des-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 Mei-15 Jun-15 Jul-15 Agt-15 Sep-15 Okt-15 Nov-15 Des-15 Perkembangan

Inflasi 2,74 (0,41) 0,24 0,19 0,27 0,34 0,35 0,97 0,51 0,01 (0,05) 0,12 0,72 Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta 2016

(1,00) (0,50) 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00

Des-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 Mei-15 Jun-15 Jul-15 Agt-15 Sep-15 Okt-15 Nov-15 Des-15 Grafik I.12

Inflasi DKI Jakarta dan Nasional (%)

Grafik I.13

Perkembangan Inflasi DKI Jakarta Desember 2014 – Desember 2015

(43)

BAB I

PENDAHULUAN

Terjadinya deflasi di Bulan Januari 2015 disebabkan kebijakan Pemerintah menurunkan harga bensin dan solar, pertamax, dan tarif angkutan dalam kota. Selanjutnya dari empat sub kelompok yang termasuk pada kelompok ini, hanya satu sub kelompok mengalami deflasi, yaitu: sub kelompok transportasi 5,26 persen; satu sub kelompok mengalami inflasi, yaitu sub kelompok sarana dan penunjang transportasi 0,75 persen. Sedangkan dua sub kelompok lainnya tidak mengalami perubahan indeks, yaitu: sub kelompok komunikasi dan pengiriman; serta sub kelompok jasa keuangan. Deflasi juga terjadi pada bulan Oktober disebabkan turunnya harga-harga pada kelompok bahan makanan. Dimana kelompok bahan makanan mengalami deflasi paling besar sebesar 1,16 persen yang dipengaruhi terutama oleh koreksi harga aneka daging dan aneka cabai yang masih berlanjut pada bulan Oktober 2015.

Perkembangan inflasi DKI Jakarta tahun 2015 menunjukkan inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juli 2015 yang terjadi karena ada kenaikan harga di seluruh indeks kelompok pengeluaran. Kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa merupakan komponen utama penyumbang inflasi di bulan Juli 2015.

Dampak siklus Ramadhan dan lebaran mengakibatkan peningkatan inflasi dari bulan sebelumnya sebesar 0,62% menjadi sebesar 0,97% pada bulan Juli. Lebih jauh, tingkat inflasi inti (yoy) memiliki pola yang berbeda. Untuk pertama kali dalam empat bulan terakhir, inflasi inti (yoy) lebih rendah dari batas maksimal target inflasi BI. Hal ini menandakan bahwa dampak siklus permintaan lebaran dan Ramadhan tahun ini lebih kecil dibandingkan tahun lalu atau terjadinya penurunan permintaan aggregat dalam perekonomian. Dengan fakta bahwa inflasi dari harga barang bergejolak merupakan kontributor utama meningkatnya inflasi bulan Juli mencerminkan lemahnya sisi penawaran dengan permintaan yang cenderung stagnan.

(44)

BAB I PENDAHULUAN

Kenapa bagian transportasi deflasi???

4. KONDISI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)

Pengukuran keberhasilan pembangunan suatu negara tidak hanya ditandai oleh tingginya pertumbuhan ekonomi, tetapi juga mencakup kualitas manusianya. Oleh karena itu, konsep pengukuran keberhasilan pembangunan harus berorientasi kepada pelakunya (manusia atau masyarakatnya), yaitu bagaimana pertumbuhan ekonomi mampu dirasakan seluruh lapisan masyarakat dan meningkatkan kualitas masyarakat sebagai manusia. Pembangunan manusia yang mencakup tiga dimensi pokok yaitu kesehatan (umur panjang), pendidikan (pengetahuan) dan daya beli (standar kehidupan layak) dapat dilihat dari perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di suatu wilayah. Mulai tahun 2014, IPM dihitung menggunakan metode baru, mengikuti rekomendasi dari United Nations Development Programme (UNDP). Perubahan metode tersebut adalah pada penggunaan variabel rata-rata lama sekolah serta indeksnya dihitung dengan rata-rata geometrik.

Nilai IPM DKI Jakarta tahun 2014 sebesar 78,39 adalah yang tertinggi diantara Provinsi lainnya. Angka Harapan Hidup (AHH) adalan 72,27 tahun

Uraian Umum BahanMakanan

Makanan Jadi, Minuman, Rokok

&Tembakau

Perumahan, Air, Listrik, Gas, &

Bahan Bakar

Sandang Kesehatan

Pendidikan, Rekreasi, dan

Olahraga

Transp, Kom, dan Jasa Keuangan

2014 3,30 4,86 7,01 3,52 4,92 4,75 4,01 (1,30)

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta 2016

(2,00) (1,00) 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 3,30 4,86 7,01 3,52 4,92 4,75 4,01 (1,30) Grafik I.14

(45)

BAB I

PENDAHULUAN

lebih. Angka tersebut masih dibawah AHH Provinsi DI Yogyakarta dan Jawa Tengah masing-masing mencapai 74,5 tahun dan 73,9 tahun (BPS, 2015). Harapan Lama Sekolah (HLS) adalah lamanya sekolah yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. HLS penduduk DKI Jakarta adalah selama 12,38 tahun atau di atas SLTA. Sementara Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) tercatat hanya mencapai 10,54 tahun atau artinya tidak sampai tamat SLTA. Rata-rata pengeluaran per kapita di DKI Jakarta tahun 2014 mencapai hampir Rp17.000.000,00 atau sekitar Rp1.400.000,00 per bulan per orang. Bila rata-rata satu rumah tangga terdiri dari 4 orang, maka besarnya pengeluaran per bulan per rumah tangga adalah mendekati Rp6.000.000,00.

Angka IPM Kota Jakarta Selatan adalah yang paling tinggi diantara wilayah lainnya di Jakarta. Sementara untuk indeks pendidikan, yang diwakili oleh indikator HLS dan RLS, Kota Jakarta Timur menempati posisi yang paling tinggi se-DKI Jakarta.

Gambar I.6

(46)

BAB I PENDAHULUAN

Grafik I.15

(47)

BAB II

KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

Berdasarkan Perda Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2013-2017, visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan dan prioritas daerah dapat digambarkan secara grafis sebagai berikut :

Gambar II.1

Skema Penjabaran Visi Misi RPJMD 2013-2017

(48)

Adapun penjelasan untuk masing-masing elemennya dapat diuraikan sebagai berikut :

A. VISI DAN MISI

1. VISI

Visi Pembangunan Jangka Menengah Provinsi DKI Jakarta Tahun

2013-2017 adalah “JAKARTA BARU, KOTA MODERN YANG TERTATA

RAPI, MENJADI TEMPAT HUNIAN YANG LAYAK DAN MANUSIAWI, MEMILIKI MASYARAKAT YANG BERKEBUDAYAAN, DAN DENGAN PEMERINTAHAN YANG BERORIENTASI PADA PELAYANAN PUBLIK”. Visi pembangunan jangka menengah diatas dapat dijelaskan bahwa Kota Jakarta adalah:

a) Ibukota NKRI yang sejajar dengan kota lain di dunia dan berdaya saing global.

b) Kota yang dapat menjamin kehidupan yang aman, nyaman, dan berkelanjutan.

c) Kota berbudaya yang didukung oleh masyarakat produktif dan sejahtera.

d) Kota yang dapat menyelenggarakan pemerintahan yang baik dan transparan dalam rangka menyediakan pelayanan publik yang berkualitas.

2. MISI

Untuk mewujudkan Visi Pembangunan Jangka Menengah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017, dirumuskan 5 (lima) Misi sebagai berikut :

a) Mewujudkan Jakarta sebagai kota modern yang tertata rapi serta konsisten dengan Rencana Tata Ruang Wilayah;

b) Menjadikan Jakarta sebagai kota yang bebas dari masalah-masalah menahun seperti macet, banjir, pemukiman kumuh, sampah dan lain-lain;

c) Menjamin ketersediaan hunian dan ruang publik yang layak serta terjangkau bagi warga kota;

(49)

d) Membangun budaya masyarakat perkotaan yang toleran, tetapi juga sekaligus memiliki kesadaran dalam memelihara kota;

e) Membangun pemerintahan yang bersih dan transparan serta berorientasi pada pelayanan publik.

Misi yang diemban untuk mencapai visi dikelompokan ke dalam 4 (empat) pilar pembangunan yaitu Pilar Ekonomi, Sosial, Lingkungan Hidup dan Aparatur yang penjelasannya adalah sebagai berikut :

a. Misi Pertama: Mewujudkan Jakarta sebagai kota modern yang tertata rapi serta konsisten dengan Rencana Tata Ruang Wilayah

Bahwa untuk misi kesatu, pada kalimat ”Jakarta kota modern yang tertata rapi”, pada hakikatnya merupakan pelaksanaan pilar ekonomi dalam pengembangan perekonomian kota yang difokuskan pada penataan ruang ekonomi, infrastruktur ekonomi dan sistem distribusi logistik yang pada gilirannya akan mendukung peningkatan perekonomian kota dengan penjelasan :

1) Lingkup penataan ruang ekonomi meliputi penataan ruang dengan memperbesar lahan untuk kawasan ekonomi perdagangan dan jasa serta meminimalisir kawasan industri yang tidak bersifat industri teknologi tinggi (hi-tech);

2) Lingkup infrastruktur ekonomi meliputi pengembangan jalan, jembatan, angkutan umum, bandara, pelabuhan, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Transit Oriented Development (TOD), pengembangan sistem pengendalian banjir dan drainase, pengembangan sistem air minum beserta sumber air bakunya, pengelolaan air limbah, pemanfaatan air tanah, permukiman dan energi;

3) Lingkup sistem distribusi logistik meliputi pengembangan Terminal Agro, terminal beras dan bahan pokok lainnya.

Dalam era globalisasi dan teknologi informasi yang berkembang dengan pesat, pemerintah kota tidak dapat menghindar dari persaingan antar kota-kota secara global. Begitu pula, Kota Jakarta sebagai Ibukota NKRI tidak saja menjadi barometer keberhasilan

Gambar

Gambar II.1
Tabel III.1
Tabel III.4
Tabel III.5
+4

Referensi

Dokumen terkait

Organisasi Profesi PPNI menetapkan tindakan keperawatan berdasarkan kebutuhan dasar manusia yang merupakan bidang keilmuan keperawatan meliputi 22 kompetensi.Penelitian ini bertujuan

Geometri pahat yang optimum memberikan proses pemotongan yang cepat dengan hasil yang halus serta keausan pahat yang minimum.Tujuan dari penelitian ini untuk

Pengelolaan risiko kredit dalam Bank juga dilakukan dengan melakukan proses analisa kredit atas potensi risiko yang timbul melalui proses Compliant Internal

Tujuan dari Penyusunan Perubahan Rencana Strategis Badan Keuangan Dan Aset Daerah Tahun 2016–2021 adalah sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Kerja (Renja) Badan

Dari hadis diatas rasulullah SAW mengajarkan kepada umatnya , agar menuntut ilmu, terutama sekali adalah ilmu agama kepada orang yang menguasai ilmu tersebut,

Menurut fuqaha dari kalangan mazhab hanafi, zina adalah hubungan seksual yang dilakukan seorang laki-laki secara sadar terhadap perempuan yang disertai nafsu

Pada multifragmentary complex fracture tidak terdapat kontak antara fragmen proksimal dan distal setelah dilakukan reposisi. Complex spiral fracture terdapat dua atau

Nilai modulus tanah pasiran tersementasi tersebut dari korelasi empirik relatif lebih rendah dibandingkan dengan analisis balik dengan metode elemen hingga. Hal ini menunjukkan