• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTERIAN AGRARIA DANTATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMENTERIAN AGRARIA DANTATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)LAPORAN KINERJA TAHUN 2015. KEMENTERIAN AGRARIA DANTATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL.

(2) LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. 2015. DAFTAR ISI DAFTAR ISI (i) DAFTAR TABEL (ii) DAFTAR GAMBAR (iii) DAFTAR PERSAMAAN (iv) KATA PENGANTAR (v) IKHTISAR EKSEKUTIF (vii) I. PENDAHULUAN A. Gambaran Umum (1) B. Permasalahan dan Aspek Strategis (2) C. Metode Pengumpulan Data Kinerja (9) D. Tujuan Penulisan Pelaporan Kinerja (10). II. PERENCANAAN KINERJA A. Metode Pengukuran Kinerja (11) B. Perjanjian Kinerja Tahun 2015 (14) C. Target Kinerja Lainnya (16). III. AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja (17) B. Analisa Efisiensi Penggunaan Sumber Daya (31) C. Akuntabilitas Keuangan (34) D. Capaian Kinerja Lainnya (35). IV. PENUTUP (44) LAMPIRAN. i.

(3) LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. 2015. Daftar. Tabel Tabel 1. Peta Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (3) Tabel 2. Strategi dan Target Reforma Agraria dan Pengadaan Tanah (5) Tabel 3. Peraturan Menteri Pendukung Pelaksanaan Program Prioritas (5) Tabel 4. Instruksi Menteri Pendukung Pelaksanaan Program Prioritas (7) Tabel 5. Surat Edaran Menteri Pendukung Pelaksanaan Program Prioritas (8) Tabel 6. Perjanjian Kinerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Tahun 2015 (15) Tabel 7. Rencana Strategis dan Capaian Kinerja Kementerian (18) Tabel 8. Jenis Program Prioritas dan Realisasi Input dan Output Tahun 2015 (31) Tabel 9. Tingkat Efisiensi Anggaran Terhadap Output Program Prioritas (32) Tabel 10. Realisasi dan Sisa pada Input dan Output Program Prioritas (33) Tabel 11. Realisasi Anggaran Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Tahun 2015 (34). ii.

(4) LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. 2015. Daftar. Gambar Gambar 1. Skematis sistem Pelaporan pada SKMPP (9) Gambar 2. Ikhtisar Rencana Strategis.(18). Gambar 3. Perbandingan Nilai Reformasi Birokrasi Tahun 2014 dan 2015 (19) Gambar 4. Perbandingan Nilai Evaluasi Laporan Kinerja Tahun 2010-2015 (19) Gambar 5. Perbandingan Nilai Opini Badan Pemeriksa Keuangan (19) Gambar 6. Perbandingan Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Tahun 2013-2015 (19) Gambar 7. Perbandingan Capaian Kinerja Penataan Ruang tahun 2015 dengan Renstra 2015-2019 (21) Gambar 8. Perbandingan Capaian Kinerja Cakupan bidang Tanah terpetakan 5 Tahun Terakhir (22) Gambar 9. Perbandingan Capaian Kinerja Cakupan Bidang Tanah Tahun 2015 Dengan Renstra 2015-2019 (22) Gambar 10. Perbandingan Capaian Kinerja Legalisasi Aset Tahun 2010-2015 (23) Gambar 11. Perbandingan Capaian Kinerja Legalisasi Aset Tahun 2015 Dengan Renstra 2015-2019 (23) Gambar 12. Perbandingan Capaian Kinerja Peningkatan Income Sampai Tahun 2015 dengan Renstra 2015-2019 (24) Gambar 13. Perbandingan Capaian Kinerja Berkurangnya Sengketa, Konflik dan Perkara Pertanahan Tahun 2010-2015 (27) Gambar 14. Perbandingan Capaian Kinerja Berkurangnya Kasus Pertanahan Tahun 2015 dengan Renstra 2015-2019 (27) Gambar 15. Realisasi Pencapaian PNBP 2015-2019 (35) Gambar 16. Perbandingan Legalisasi Aset 2015 Rupiah Murni dengan PNBP (35) Gambar 17. Peran Produk Legalisasi Aset Terhadap Kesejahteraan (36) Gambar 18. Perbandingan Antara APBNP 2015 Dengan Capaian Hak Tanggungan (38). iii.

(5) LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. 2015. Daftar. Persamaan Persamaan 1. Persentase Pencapaian Penataan Ulang Ketimpangan Penguasanaan Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (11) Persamaan 2. Persentase Kenaikan Pendapatan Masyarakat Penerima Reforma Agraria (11) Persamaan 3. Persentase Peningkatan Kesesuaian Rencana Program Pembangunan Sektor Dengan Rencana Tata Ruang (12) Persamaan 4. Peningkatan Tertib Tata Ruang dan Penguasaan Tanah (12) Persamaan 5. Persentase Berkurangnya Jumlah Sengketa, Konflik dan Perkara Bidang Tata Ruang dan Pertanahan (13) Persamaan 6. Persentase Cakupan Peta Dasar Pertanahan (13) Persamaan 7. Persentase Jumlah Tanah Yang Terdaftar (14). iv.

(6) LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. 2015. KATA PENGANTAR. Laporan Kinerja (LKj) atau dulu dikenal dengan Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) sejatinya merupakan dokumen pertanggung jawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN kurun waktu tahun 2015 kepada pemangku kepentingan (stakeholder) yaitu Masyarakat Indonesia dengan semangat dan etos kerja #SenangMemudahkan. Laporan Kinerja ini juga dapat di upload di website Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN yaitu : www.bpn.go.id. Laporan Kinerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN Tahun 2015 merupakan tahun terakhir dari Pelaksanaan Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN periode tahun 2015-2019 sehingga secara akumulutatif capaian kinerja dari tahun 2010-2014 menggambarkan juga capaian kinerja Renstra Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN. yang dimaksud. Dengan kata lain, asumsi-asumsi penyusunan. Rencana Strategis tahun 2015-2019 telah disimpulkan benar ataukah ada yang kurang tepat. Hasil evaluasi semacam ini sangat berguna untuk merumuskan asumsi-asumsi yang relevan untuk penyusunan perencanaan yang akan datang. Penyusunan Laporan Kinerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN. Tahun. 2015 telah mengacu pada Peraturan Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014. Dalam Peraturan ini penyusunan laporan kinerja tampak lebih sederhana, padat dan komunikatif dibandingkan penyusunan laporan akuntabilitas tahun-tahun sebelumnya. Hal ini nampak dari struktur pelaporan yang secara tepat telah mampu merangkum semua capaian kinerja. Tentu saja capaian kinerja sangat berbeda dengan capaian hasil. Dalam capaian kinerja, penekanannya pada sasaran dan indikator program. Seluruh sasaran dan indikator kegiatan tentu mengarah pada capaian sasaran dan indikator program. Manfaat atau benefit tercermin dari rumusan sasaran dan indikator program di setiap level eselon v.

(7) LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. 2015. satu. Dalam laporan kinerja ini menggunakan seluruh bahan-bahan yang ada dalam setiap sasaran dan indikator program baik di pusat dan daerah. Telah diupayakan dengan segala daya baik pikiran dan tenaga bahkan melalui diskusi yang hangat, penyusunan Laporan Kinerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN Tahun 2015 masih dijumpai kekurangan disana sini. Namun besar harapan, kiranya Laporan Kinerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN Tahun 2015 diapresiasi seluruh. masyarakat. sehingga. upaya. menjadikan. tanah. dan. pertanahan. bagi. sebesar-besarnya kemamuran rakyat Indonesia segera terwujud. Laporan Kinerja ini juga menjadi bahan masukan yang sangat baik untuk perbaikan mutu perencanaan ke depan.. vi.

(8) LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. 2015. IKHTISAR. EKSEKUTIF Indonesia merupakan salah satu dari 10 Negara di dunia yang memiliki wilayah daratan terluas. Dengan luas daratan mencapai 191,09 juta Hektar. Luasnya wilayah daratan ini merupakan berkah dan Anugerah Tuhan Yang Maha Esa, sekaligus pekerjaan besar bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk mengelolanya. Seiring dengan pertambahan penduduk dan pergeseran ke Negara Industri telah menyebabkan semakin strategis dan semakin rumitnya pengelolaan pertanahan di Indonesia. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional melaksanakan sebagian tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional, dan sektoral; melalui tugas dan fungsi dalam perumusan kebijakan dan pelaksanaan manajemen dan pelayanan pertanahan. Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya ini Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional harus dapat menjawab permasalahan-permasalahan strategis bidang pertanahan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia saat ini yaitu: tingginya konflik pertanahan, berlarutnya penyelesaian kasus pertanahan, rendahnya cakupan peta dasar, kurangnya SDM pengukuran, sulitnya pengadaan tanah untuk kepentingan umum, sebagian besar petani kuasai lahan dibawah setengah hektar serta permasalahan tanah adat dan tanah ulayat, berkurangnya kasus pertanahan. Pada tahun 2015 – 2016, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional berkonstribusi dalam pencapaian Program Prioritas Nasional yaitu Prioritas nomor 5 (penanggulangan kemiskinan), nomor 6 (infrastruktur), nomor 7 (iklim investasi dan iklim usaha), nomor 8 (energi) dan nomor 10 (daerah tertinggal, terdepan, terluar dan pasca konflik), untuk kontribusi tersebut Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional menetapkan tiga sasaran stretegis yang ditetapkan pada Renstra 2015-2019, yaitu (1) meningkatnya kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan agraria yang adil dan berkelanjutan; (2) terwujudnya ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan; (3) berkurangnya kasus tata ruang dan pertanahan (sengketa, konflik, dan perkara). Kementerian Agraria dan Tata Ruang mempunyai tujuan utama mewujudkan Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat yang diwujudkan melalui sasaran strategis yang telah ditetapkan. Tingkat keberhasilan tujuan utama ini terlihat dari indeks Hak Tanggungan (HT) membandingkan jumlah total hak tanggungan dibagi jumlah penduduk tahun 2015 dan indeks Hak Tanggungan–APBN (HT APBN), membandingkan jumlah hak tanggungan dengan APBN tahun 2015. Tahun 2015 Kementerian berhasil mencapai indeks Hak Tanggungan sebesar Rp .5.077.873/kapita pertahun, artinya adanya sumbangan kinerja Kementerian sebesar indeks tersebut dalam bentuk pembangunan sektor riil. Indeks HT-APBN adalah sebesar 0,634, artinya kinerja Hak Tanggungan mencapai 63,4% dari total APBN Tahun 2015. Kedua indeks ini menunjukkan betapa besar peran Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dalam mewujudkan Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Kedua nilai indeks ini dijadikan tolak ukur sumbangsih Kementerian dari kinerja yang dilaksanakan dari tahun ke tahun. Jika dirinci capaian kinerja berdasarkan sasaran strategis maka capaian kinerja Kementerian tahun 2015; (1) Sasaran Strategis Meningkatnya kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan agraria yang adil dan berkelanjutan; (a) Persentase kenaikan pendapatan masyarakat penerima reforma agrarian (200%); (b) Persentase Peningkatan kesesuaian Rencana Program Pembangunan sektor dengan rencana tata ruang (100%); vii.

(9) LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. 2015. (2) Terwujudnya ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan; (a) Peningkatan tertib tata ruang dan penguasaan tanah (103%); (3) Berkurangnya kasus tata ruang dan pertanahan (sengketa, konflik, dan perkara); (a) Persentase berkurangnya jumlah sengketa, konflik dan perkara bidang tata ruang dan pertanahan (82,01%); (b) Persentase cakupan peta dasar pertanahan (51,6%); (c) Persentase Jumlah Tanah Yang Terdaftar (232%).. viii.

(10) BAB. I. PENDAHULUAN A. Gambaran Umum B. Permasalahan dan Aspek Strategis C. Metode Pengumpulan Data Kinerja D. Tujuan Penulisan Pelaporan Kinerja.

(11) LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. 2015. A. Gambaran Umum Dari catatan sejarah, Kementerian Agraria bukanlah sesuatu yang baru bagi NKRI. Berdiri pertama kali tahun 1955, Kementerian Agraria mengalami pasang surut sebelum berubah menjadi Badan Pertanahan Nasional (BPN) pada tahun 1988. Yang menarik dari Kabinet Kerja adalah ditambahkannya nomenklatur “tata ruang” di dalam nama Kementerian Agraria. Secara implisit, hal ini mensyaratkan penggabungan urusan terkait land register (hak atas tanah), yang merupakan bidang tugas BPN, dan urusan terkait pengaturan land use (pemanfaatan lahan), yang selama ini tersebar di beberapa kementerian. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang dan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional. Kementerian Agraria dan Tata Ruang mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agraria/pertanahan dan tata ruang untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan Negara. Kementerian Agraria dan Tata Ruang mempunyai Fungsi: (1) perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang tata ruang, infrastruktur keagrariaan/pertanahan, hubungan hokum keagrariaan/pertanahan, penataan agraria/pertanahan, pengadaan tanah, pengendalian pemanfaatan ruang dan penguasaan tanah, serta penanganan masalah agraria/pertanahan, pemanfaatan ruang, dan tanah; (2) koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang; (3) Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Agraria dan Tata Ruang; (4) pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang; (5) pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Agraria dan Tata Ruang di daerah; dan (6) pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang. Dengan ditetapkannya urusan tata ruang menjadi satu kesatuan dengan Kementerian Agraria, maka ada peluang untuk dapat memperbaiki fragmentasi pelaksanaan penataan ruang yang terjadi selama ini. Perkembangan terakhir yang disajikan oleh beragam media berupa respon terkait aktivitas Kementerian Agraria dan Tata Ruang merefleksikan upaya tersebut. Beberapa isu yang memang menjadi concern bersama misalnya integrasi hak atas tanah dan pemanfaatan ruang, kebutuhan akan one map policy (peta yang terintegrasi), dan penggabungan urusan penataan ruang di Kementerian Pekerjaan Umum ke dalam Kementerian Agraria dan Tata Ruang. Namun demikian, dua hal lain yang juga perlu mendapatkan pertimbangan pertama upaya untuk meningkatkan efektifitas kerja kementerian ini dan kedua upaya mengatasi problematika penataan ruang yang selama ini menghambat banyak Pemerintah Daerah dalam menetapkan rencana tata ruangnya. Sebagai catatan, hingga tahun kedelapan pelaksanaan Undang-Undang Penataan Ruang, belum semua provinsi dan kabupaten/kota memiliki rencana tata ruang. Integrasi hak atas tanah dan pemanfaatan lahan juga dapat diinisiasi segera dengan memanfaatkan beragam instrumen yang ada. Sebab permasalahan ketidakterkaitan keduanya selama ini lebih karena menteri yang membidangi kedua urusan tersebut tidak satu atap. Diharapkan dengan integrasi tersebut, ketidaksesuaian antara pemanfaatan lahan dan hak atas tanah dapat segera diatasi, dan masyarakat dapat segera merasakan manfaat dari kementerian baru ini. Untuk mewujudkan harapan keadilan hak atas tanah dan keadilan dalam pemanfaatan ruang bagi seluruh masyarakat Indonesia dan dalam rangka menjadikan. 1.

(12) LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. 2015. tanah untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, merupakan pekerjaan besar sekaligus pekerjaan mulia yang diamanahkan pada seluruh jajaran Kementerian ATR/BPN. Amanah ini mengandung sejuta harapan yang harus di wujudkan bersama. Sebagai institusi yang memiliki otoritas untuk mewujudkan amanah tersebut tentunya tidak ada pilihan lain. Mewujudkan suatu keharusan, namun yang tidak kala penting adalah percepatan yang dilakukan untuk mewujudkanya. Untuk mewujudkan harapan-harapan semua pihak akan peran Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dan mewujudkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015 – 2019, serta untuk menjamim agar semua kegiatan yang dilaksanakan kementerian berjalan secara sistematis, terukur, terarah dan berorientasi pada hasil (outcome) perlu disusun rencana strategis kementerian untuk lima tahun kedepan (2015-2019). B. Permasalahan dan Aspek Strategis Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki wilayah daratan yang luas. Dengan luas daratan mencapai 191,09 juta Hektar, merupakan negara 10 besar terluas di dunia. Luasnya wilayah daratan ini merupakan berkah dan anugerah Yang Maha Kuasa, sekaligus pekerjaan besar bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk mengelolanya. Seiring dengan pertambahan penduduk dan pergeseran ke negara industri telah menyebabkan semakin strategis dan semakin rumitnya pengelolaan agraria, tata ruang dan pertanahan di Indonesia. Luas wilayah Indonesia adalah lebih kurang 840 juta Ha, terdiri 191 Juta Ha daratan dan 649 juta Ha lautan. Dari luas daratan, sekitar 124,19 juta hektar (64,93%) masih berupa hutan seperti hutan lebat, hutan sejenis, dan hutan belukar. Sisanya seluas 67,08 juta hektar (35,07%) telah dibudidayakan dengan berbagai kegiatan. Identifikasi permasalahan yang menjadi fokus yang strategis untuk ditangani kementerian sebagai berikut : 1. Ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia menghadapi tantangan dan permasalahan terutama: terletak pada kawasan yang cepat berkembang (pacific ocean rim dan indian ocean rim); terletak pada kawasan pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik; Meningkatnya intensitas kegiatan pemanfaatan ruang terkait eksploitasi sumberdaya alam; dan makin menurunnya kualitas permukiman, meningkatnya alih fungsi lahan yang tidak terkendali, dan tingginya kesenjangan antar dan di dalam wilayah;. 2. Berkembangnya pemikiran dan kesadaran di tengah masyarakat untuk meningkatkan kinerja penyelenggaraan penataan ruang yang lebih menyentuh hal-hal yang terkait langsung dengan permasalahan kehidupan masyarakat, terutama dengan meningkatnya banjir dan longsor, kemacetan lalu lintas,. 2.

(13) LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. 2015. bertambahnya perumahan kumuh, berkurangnya ruang publik dan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan, kurang memadainya kapasitas kawasan metropolitan terhadap tekanan jumlah penduduk, serta kurang seimbangnya pembangunan kawasan perkotaan dan perdesaan; 3. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia tidak diikuti dengan penyebaran penduduk secara merata. Di masa depan penyebaran penduduk akan mengarah ke daerah perkotaan. Bertambahnya penduduk di daerah perkotaan menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan tanah perkotaan. Meningkatnya kebutuhan tanah disatu pihak, sedangkan dilain pihak persediaannya makin terbatas, dapat menyebabkan makin meningkatnya alih fungsi tanah, termasuk tanah pertanian yang produktif; 4. Dalam rangka menjamin perwujudan rencana tata ruang, selain kebijakan Ditjen Penataan Ruang untuk mendorong penyusunan dan penetapan rencana tata ruang, juga menitikberatkan pada kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang. Sebagaimana yang tercantum di dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang bahwa pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang. Untuk dapat melaksanakan seluruh program dan kegiatan periode 2015 – 2019 dipetakan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada kementerian sebagai berikut : Tabel 1 Peta Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional KEKUATAN. KELEMAHAN. Memiliki tanggung jawab kementerian sangat luas dan langsung menyentuh pada sendi-sendi kehidupan masyarakat.. Masih belum seimbangnya antara akses dan aset reform yang menyebabkan pemanfaatan sumber daya tanah dan ruang relatif terhambat.. Outcome yang akan dihasilkan sangat besar pengaruhnya dalam mendukung kegiatan investasi. Keberhasilan pembangunan bidang pertanahan dan tata ruang tahun 2010-2015, yang sangat mendukung pelaksanaan kinerja 2015-2019.. Jumlah penduduk yang tinggi dengan penyebaran yang tak merata memerlukan manajemen tanah dan ruang yang bervariasi antar wilayah. Pengendalian pemanfaatan tanah dan ruang belum berjalan.. PELUANG. ANCAMAN. Penggabungan antara pertanahan dan tata ruang memungkinkan Pembangunan agraria untuk pengaturan tanah dan ruang secara bersamaan.. Ketimpangan P4T yang berujung pada masalah dan konflik pertanahan dan terhambatnya sebagian pegelolaan tanah dan ruang.. Dukungan pendanaan yang sangat besar dari masyarakat (PNBP) dalam percepatan pembangunan.. Kecepatan penurunan luas lahan pangan yang dapat menyebabkan terbatasan pasokan pangan karena perubahan penggunaan tanah.. Kebutuhan akan tanah dan ruang yang semakin strategis.. Belum ada batasan yang jelas presepsi para pihak tentang ketidakadilan dalam pengeloaan tanah dan ruang.. 3.

(14) LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. 2015. Untuk mendukung pencapaian semua sasaran strategis 2015 – 2019, diperlukan inovasi dan terobosan yang sifatnya konstruktif agar arah dan tujuan organisasi kementerian dapat lebih maksimal, efisien dan efektif dalam rangka mencapai; (1) 9 juta hektar lahan bagi masyarakat; (2) lahan untuk sejuta rumah; (3) lahan untuk program prioritas; (4) hak masyarakat adat. Untuk itu, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional menerapkan 4 Program Strategis: 1. Inovasi Pelayanan: a. Pelayanan Akhir Pekan (Weekend Service) b. 7 Layanan Utama (Layanan di CFD, Pasar tradisional) c. Online Service/Desa Online d. Sertifikasi Tanah Wakaf/ Rumah Ibadah e. Percepatan layanan ketersediaan tanah di PTSP/BKPM f. Layanan Terpadu Pertanahan di desa (Gresik) g. Supervisi Hapus PBB bagi masyarakat miskin (Masyarakat Berpenghasilan Rendah) h. Home delivery services 2. Penyelesaian Sengketa (Hak Atas Tanah dan Kepastian Hukum atas Tanah Masyarakat): a. Mediasi b. Latihan Mediator c. Revisi Regulasi d. Permen Nomor 9 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penetapan Hak Komunal Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat Dan Masyarakat Yang Berada Dalam Kawasan Tertentu 3. Pengendalian Tata Ruang (Kemanfaatan tanah dan keadilan ruang hidup) a. Perubahan regulasi tata ruang b. One map policy c. Review terbatas RTRW d. Sertifikasi pulau terluar 4. Reforma Agraria dan Pengadaan Tanah untuk Program Strategis Nasional. 4.

(15) LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. 2015. Tabel 2. Strategi dan Target Reforma Agraria dan Pengadaan Tanah STRATEGI. TARGET. INVENTARISASI PENGUASAAN, PEMILIKAN, PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH. 18 juta bidang atau sedikitnya mencapai 9 juta ha termasuk 4,1 juta bidang dalam kawasan hutan yang perlu dikoordinasikan dengan Kemen Kehutanan dan LH. PELEPASAN KAWASAN HUTAN SEBAGAI SUMBER TORA (TANAH OBJEK REFORMA AGRARIA). Identifikasi kawasan hutan yang akan dilepaskan dan tanah transmigrasi yang belum bersertipikat sedikitnya sebanyak 4,1 juta ha. IDENTIFIKASI BERLAKUNYA HGU. Identifikasi tanah hak, termasuk di dalamnya tanah HGU akan habis masa berlakunya, tanah terlantar, yang berpotensi sebagai TORA sedikitnya sebanyak 1 juta ha. MASA. REDISTRIBUSI TANAH. Terlaksananya redistribusi tanah sedikitnya sebanyak 4,5 juta ha yang meliputi • tanah pada kawasan hutan yang dilepaskan; dan • tanah hak, termasuk di dalamnya tanah HGU akan habis masa berlakunya dan tanah terlantar. • Tanah Hasil Pelaksanaan Kegiatan IP4T. Untuk menunjang pelaksanaan program prioritas tersebut, telah diterbitkan sejumlah regulasi, seperti tertuang dalam tabel sebagai berikut: a. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang / Kepala BPN Tabel 3. Peraturan Menteri Pendukung Pelaksanaan Program Prioritas No. Peraturan Menteri. Tanggal. 1. Permen No. 13 Tahun 2014. 26/11/14. 2. Permen No. 14 Tahun 2014. 26/11/14. 3. Permen No. 15 Tahun 2014. 29/12/14. Tentang Kelas Jabatan Di Lingkungan Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Petunjuk Teknis Pemberian Tunjangan Kinerja Di Lingkungan Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang Agraria Tata Ruang Dan Pertanahan Dalam Kegiatan Penanaman Modal. 5.

(16) LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. 2015. 4. Permen No. 1 Tahun 2015. 23/01/15. Program Nasional Agraria (PRONA). 5. Permen No. 2 Tahun 2015. 23/01/15. 6. Permen No. 3 Tahun 2015. 09/02/15. Standar Pelayanan Dan Pengaturan Agraria, Tata Ruang Dan Pertanahan Dalam Kegiatan Penanaman Modal Persyaratan Dan Tata Cara Pengenaan Tarif PNBP Terhadap Pihak Tertentu. 7. Permen No. 4 Tahun 2015 Permen No. 5 Tahun 2015 Permen No. 6 Tahun 2015. 17/04/15. Program Nasional Agraria (PRONA). 28/04/15. Izin Lokasi. 28/04/15. Perubahan Atas Peraturan Kepala BPN Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah. 10. Permen No. 7 Tahun 2015. 28/04/15. 11. Permen No. 8 Tahun 2015. 06/05/15. Pedoman Pelaksanaan Seleksi Terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi Di Lingkungan Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. 12. Permen No. 9 Tahun 2015. 12/05/15. 13. Permen No. 10 Tahun 2015. 28/05/15. 14. Permen No. 11 Tahun 2015. 11/06/15. 15. Permen No. 12 Tahun 2015. 24/06/15. 16. Permen No. 13 Tahun 2015. 24/06/15. Pembentukan Perwakilan Kantor Pertanahan Kabupaten Buton Tengah Provinsi Sulawesi Tenggara. 17. Permen No. 14 Tahun 2015. 24/06/15. Pembentukan Perwakilan Kantor Pertanahan Kabupaten Buton Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. 8 9. Tata Cara Penetapan Hak Komunal Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat Dan Masyarakat Yang Berada Dalam Kawasan Tertentu Laoran Harta Kekayaan Penyelenggaraan Negara Dan Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara Di Lingkungan Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Yang Merupakan Kewenangan Pemerintah Dan Dilaksanakan Melalui Dekonsentrasi Pembentukan Perwakilan Kantor Pertanahan Kabupaten Pangandaran Provinsi Jawa Barat. 6.

(17) LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. 2015. 18. Permen No. 15 Tahun 2015. 24/06/15. Pembentukan Perwakilan Kantor Pertanahan Kabupaten Mamuju Tengah Provinsi Sulawesi Barat. 19. Permen No. 16 Tahun 2015. 11/09/15. Pendayagunaan Tanah Cadangan Umum Negara Untuk Pengembangan Peternakan. 20. Permen No. 17 Tahun 2015. 09/10/15. Standar Pelayanan Dan Pengaturan Agraria, Tata Ruang Dan Pertanahan Dalam Kegiatan Penanaman Modal. 21. Permen No. 21 Tahun 2015. 04/12/15. Pendayagunaan Tanah Negara Untuk Pedagang Kaki Lima. 22. Permen No. 22 Tahun 2015. 14/12/15. 23. Permen No. 8 Tahun 2016. 22/02/16. Perubahan Kedua Atas Peraturan Kepala BPN Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah Pelayanan Peralihan Hak Guna Bangunan Tertentu di Wilayah Tertentu. b. Instruksi Menteri Agraria dan Tata Ruang / Kepala BPN Tabel 4. Instruksi Menteri Pendukung Pelaksanaan Program Prioritas No. Instruksi Menteri. Tanggal. 1. 1/Ins/VII/2015. 7/07/15. 2. 2/Ins/VII/2015. 22/07/15. 3. 3/Ins/VII/2015. 30/07/15. 4 5. 4/Ins/VII/2015 5/Ins/VII/2015. 30/07/15 08/03/2015. 6. 6/Ins/X/2015. 10/08/2015. Tentang Tata Kearsipan Di Lingkungan Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Percepatan Pelaksanaan Program Strategis Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Tahun 2015 Penyediaan Tanah/Lahan Bagi Peternakan Supervisi Program Prioritas Penyediaan Sumber Air Di Atas Tanah Negara, Tanah Hak Guna Usaha Atau Hak Guna Bangunan Pemberian HGB Kepada Pedagang Kaki Lima Yang Berada Dalam Kawasan Penataan. 7.

(18) 2015. LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. c. Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Ruang / Kepala BPN Tabel 5. Surat Edaran Menteri Pendukung Pelaksanaan Program Prioritas No. Surat Edaran. Tanggal. 1. 11/SE/XI/2014. 11/04/2014. 2. 12/SE/XI/2014. 11/06/2014. 3. 13/SE/XII/2014. 09/12/15. 4. 14/SE/XII/2014. 12/12/2014. 5. 1/SE/I/2015. 06/01/15. 6. 4/SE/I/2015. 26/01/15. 7. 6/SE/II/2015. 20/02/15. 8. 9/SE/VI/2015. 11/06/15. 10. 11/SE/VIII/2015. 03/08/15. 11. 13/SE/VIII/2015. 06/08/15. 12. 14/SE/VIII/2015. 25/08/15. Tentang Pakaian Dinas Khusus Di Lingkungan Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Pelayanan Pertanahan Hari Sabtu Dan Minggu Di Lingkungan Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Pembatasan Kegiatan Pertemuan/Rapat Di Luar Kantor Dispensasi Jam Kerja Bagi Karyawati Di Lingkungan Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Pakaian Dinas Di Lingkungan Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Batasan Usia Dewasa Dalam Rangka Pelayanan Pertanahan Pelaksana Tugas Hubungan Masyarakat Dan Juru Bicara Pada Kantor Wilayah BPN Dan Kantor Pertanahan Penggunaan Kop Naskah Dinas, Cap Dinas Dan Kode Penomoran Di Lingkungan Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Percepatan Proses Pemberian Atau Perpanjangan Hak Atas Tanah "Layanan 70-70" Pelayanan Pertanahan 70 Tahun Indonesia Merdeka Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Pemberian Prioritas Dalam Pelayanan Bagi Pegawai Dan Pensiunan Pegawai Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. 8.

(19) LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. 13. 15/SE/IX/2015. 11/09/15. 2015. Penyusunan Perjanjian Kinerja (PK) dan Laporan Kinerja (LKj) di Lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. C. Metode Pengumpulan Data Kinerja Untuk mendapatkan data kinerja dengan tingkat presisi yang memenuhi standar keakuratan dan dapat dipertangungjawabkan dalam menyusun sebuah data pelaporan yang baik dan benar, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional telah memilki dan terus mengembangkan Sistem pelaporan Online yang berbasis Web, dan terintegrasi dengan seluruh Satuan Kerja, mulai dari Pusat, Provinsi dan Kabupaten Kota diseluruh Indonesia. Sistem ini dikenal dengan nama Sistem Kendali Mutu Program Pertanahan (SKMPP), secara skematis sistem Pelaporan ini sebagaimana terlihat pada Gambar 1.. Gambar 1. Skematis sistem Pelaporan pada SKMPP. Aplikasi SKMPP adalah perangkat lunak yang dibangun dan dikembangkan sebagai instrumen dalam rangka pengendalian pelaksanaan program pertanahan dan kinerja yang terintegrasi di dalam infrastruktur jaringan komunikasi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Program yang dipantau dalam aplikasi SKMPP saat ini berjumlah 49 kegiatan pertanahan, diantara kegiatan tersebut, beberapa ditetapkan sebagai kegiatan prioritas Sesuai dengan Renstra Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Indikator Kinerja Utama (IKU) serta Indikator Kinerja Kegiatan (IKK). Tujuan SKMPP ini adalah terwujudnya Sistem Informasi Eksekutif tentang Program Pertanahan yang mudah digunakan, sebagai sistem Informasi yang cepat, akurat, dan up to date, serta sebagai sistem pengendalian. Secara eksplisit mereka yang ditugaskan dalam pengelolaan SKMPP ditetapkan dalam Surat Keputusan. 9.

(20) LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. 2015. secara berjenjang, yaitu sebagai penagungjawab di Tingkat Pusat Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama, di Provinsi Kepala Bagian Tata Usaha Kator Wilayah dan di tingkat Kabupaten/Kota Kepala Sub.Bagian Tata Usaha Kantor Pertanahan, sedangkan petugas yang melakukan entri data masing-masing tingkatan ditunjuk admin. Untuk menjamin keakuratan data sistem ini mengharuskan menyampaikan eviden (bukti) atas semua rangkaian laporan kinerja yang disampaikan. Disamping itu untuk lebih menjamin akurasi data, maka Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional secara periodik melakukan monitoring langsung ke lapangan atas kebenaran data yang disampaikan, termasuk melakukan validasi data kepada masyarakat dan pihak lainnya yang berhubungan dengan kegiatan yang dilaporkan. Dengan sistem SKMPP, pemerintah Indonesia melalui Kementerian ATR/BPN telah menjadi salah satu Negara di dunia yang memiliki sistem pemantauan, pengendalian dan pelaporan pelaksanaan dan kendala program pertanahan, yang berbasis web dan terintegrasi antara ukuran kinerja input, proses dan output.. D. Tujuan Penulisan Pelaporan Kinerja Laporan Kinerja tahun 2015 Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional ini disusun dengan tujuan (1). Memberikan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat dalam hal ini Presiden Reupublik Indonesia atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai selama tahun 2015, (2). Sebagai upaya perbaikan berkesinambungan (continuous improvement) bagi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional untuk meningkatkan kinerjanya di masa yang akan datang.. 10.

(21) BAB. PERENCANAAN KINERJA. II A. Metode Pengukuran Kinerja B. Perjanjian Kinerja Tahun 2015 C. Target Kinerja Lainnya.

(22) 2015. LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. A. Metode Pengukuran Kinerja Mengacu kepada peratuan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Tentang Indikator Kinerja Utama, untuk mengukur indikator tersebut digunakan persamaan sebagai berikut: 1. Persentase Pencapaian Penataan ulang ketimpangan penguasaan pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah. ……………………(1) Keterangan : PPUK : Persentase pencapaian penataan ulang ketimpangan P4T Pt : Persentase capaian kegiatan selama satu tahun IP4T : Capaian kegiatan IP4T selama satu tahun PM : Capaian kegiatan pemberdayaan masyarakat selama satu tahun PR : Capaian kegiatan penerima reforma agraria selama satu tahun IP4Tt : Target kegiatan IP4T selama satu tahun PMt : Target kegiatan pemberdayaan masyarakat selama satu tahun PRt : Target kegiatan penerima reforma agraria selama satu tahun IP4Ttn : Target IP4T jangka menengah nasional PMtn : Target pemberdayaan masyarakat jangka menengah nasional PRtn : Target penerima reforma agraria jangka menengah nasional ρ : Nilai penting IP4T β : Nilai penting PR α : Nilai penting PM. 2. Persentase kenaikan pendapatan masyarakat penerima reforma agraria. …………………………………………………..(2) Keterangan : PMRA : Persentase kenaikan pendapatan masyarakat penerima reforma agraria (Rp.) PPRAtx : Pendapatan masyarakat penerima reforma agraria pada saat penelitian PPRAt0 : Pendapatan masyarakat penerima reforma agraria sebelum dilakukan kegiatan tx : Waktu dilakukan penelitian t0 : Waktu sebelum dilakukan kegiatan. 11.

(23) LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. 3. Persentase Peningkatan kesesuaian Rencana program dengan rencana tata ruang. 2015 Pembangunan sektor. Keterangan : PKSTR : Persentase peningakatan kesesuaian rencana program pembangunan sektor dengan rencana tata ruang Pt : Persentase capaian kegiatan selama satu tahun RTR : Capaian kegiatan RTR (nasional/pulau/kepulauan/KSN) selama satu tahun ORTR : Capaian operasionalisasi RTR (nasional/pulau/kepulauan/KSN) selama satu tahun KDK : Capaian kawasan yang ditingkatkan kualitasnya selama satu tahun KM&DU : Capaian kelompok masyarakat dan dunia usaha yang dibentuk dan dibina selama satu tahun KKTR : Capaian penyelenggaraan perencanaan tata ruang dan pemanfaatan ruang daerah selama satu tahun RTRt : Target rencana tata ruang (nasional/pulau/kepulauan/KSN) selama satu tahun ORTRt : Target operasionalisasi RTR (nasional/pulau/kepulauan/KSN) selama satu tahun KDKt : Target kawasan yang ditingkatkan kualitasnya selama satu tahun KM&DUt : Target kelompok masyarakat dan dunia usaha yang dibentuk dan dibina selama satu tahun KKTRt : Target penyelenggaraan perencanaan tata ruang dan pemanfaatan ruang daerah selama satu tahun ORTRtn : Target operasionalisasi RTR (nasional/pulau/kepulauan/KSN) jangka menengah nasional KDKtn : Target kawasan yang ditingkatkan kualitasnya jangka menengah nasional KM&DUtn : Target kelompok masyarakat dan dunia usaha yang dibentuk dan dibina jangka menengah nasional KKTRtn : Target penyelenggaraan perencanaan tata ruang dan pemanfaatan ruang daerah jangka menengah nasional ρ : Nilai penting RTR β : Nilai penting ORTR α : Nilai penting KDK ρ : Nilai penting RTR : Nilai penting KM&DU : Nilai penting KKTR. 4. Peningkatan tertib tata ruang dan penguasaan tanah. 12.

(24) LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. 2015. ……………...…(4) Keterangan : PPTTP : Peningkatan tertib tata ruang dan penguasaan tanah Pt : Persentase capaian kegiatan selama satu tahun PPR : Capaian kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang selama satu tahun PPTT : Capaian kegiatan pengendalian pemanfaatan dan penertiban tanah terlantar selama satu tahun PTKU : Capaian kegiatan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum selama satu tahun PPRt : Target kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang selama satu tahun PPTTt : Target kegiatan pengendalian pemanfaatan dan penertiban tanah terlantar selama satu tahun PTKUt : Target kegiatan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum selama satu tahun PPRtn : Target kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang jangka menengah nasional PPTTtn : Target kegiatan pengendalian pemanfaatan dan penertiban tanah terlantar jangka menengah nasional PTKUtn : Target kegiatan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum jangka menengah nasional ρ : Nilai penting PPR β : Nilai penting PPTT α : Nilai penting PTKU. 5. Persentase berkurangnya jumlah sengketa, konflik dan perkara bidang tata ruang dan pertanahan. …………………………………………………………(5) Keterangan : PSKP : Persentase berkurangnya jumlah sengketa, konflik dan perkara bidang tata ruang dan pertanahan SKPt1 : Jumlah sengketa konflik dan perkara tata ruang dan pertanahan yang tertangani selama satu tahun SKPt0 : Jumlah total sengketa, konflik dan perkara dan perkara waktu T0 kegiatan 6. Persentase cakupan peta dasar pertanahan. …………………………………………………………..(6) Keterangan : PDP : Persentase cakupan peta dasar pertanahan PDPt : Capaian kegiatan pemetaan peta dasar pertanahan selama satu tahun PDPtn : Target kegiatan pemetaan peta dasar pertanahan jangka menengah nasional. 13.

(25) LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. 2015. 7. Persentase Jumlah Tanah Yang Terdaftar. ………………………………………………………..(7) Keterangan : PTT : Persentase jumlah tanah yang terdaftar PTTt1 : Capaian kegiatan pendaftaran tanah selama satu tahun PTTtn : Target kegiatan pendaftaran tanah nasional Untuk mengetahui efisiensi Penggunaan Anggaran pada program Prioritas di Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional digunakan persamaan efisiensi sebagai berikut:. ………..(8) Asumsi yang digunakan adalah: - Jika E = 1, artinya Penggunaan anggaran untuk program prioritas adalah efisien. - Jika E > 1, artinya penggunaan anggaran untuk program prioritas adalah sangat efisien. - Jika E < 1, artinya penggunan anggaran untuk program prioritas adalah tidak efisien.. B. Perjanjian Kinerja Tahun 2015 Perjanjian kinerja (dikutip dari penetapan kinerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, tanggal 23 September 2015) yang merupakan dokumen berisikan pernyataan dari Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional dalam rangka pelaksanaan program selama tahun 2015, yang memuat indikator kinerja. Dalam pelaksanaan perjanjian kinerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional melaksanakannya secara berjenjang. Pimpinan Eselon I melakukan perjanjian kinerja kepada Menteri, Pimpinan Eselon II di Lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional melakukan perjanjian kinerja dengan Para Direktur Jenderal, Pimpinan Eseleon II di Wilayah (Kepala Kantor Wilayah) membuat perjanjian kinerja dengan Sekretaris Jenderal. Perjanjian ini terus berjenjang dari Kepala Kantor Wilayah BPN ke Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. Dari perjanjian yang disusun secara hirarki tersebut maka setiap unit kerja dapat secara pasti mengetahui kinerja yang diharapkan. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi perihal komitmen, evaluasi, penilaian keberhasian dan kegagalan, pemberian penghargaan dan sanksi, monitoring, evaluasi dan supervisi serta penetapan sasaran kinerja pegawai. Perjanjian kinerja tahun 2015 disajikan pada tabel 6.. 14.

(26) LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. 2015. Tabel 6. Perjanjian Kinerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Tahun 2015 No 1. Sasaran Strategis Terciptanya Organisasi Yang Adaptif Dan Akuntabel. Indikator Kinerja 1. Nilai Reformasi Birokrasi 2. Nilai Laporan Kinerja 3. Opini Badan Pemeriksa Keuangan. Target 85 75 WTP 90. 4. Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan 2. Terwujudnya Pelaksanaan Penyelenggaraan Penataan Ruang Dan Penyelenggaraan Pembinaan Penataan Ruang Daerah. 1. Jumlah Rencana Tata Ruang Nasional/ Pulau/ Kepulauan/ Kawasan Strategis Nasional 2. Jumlah Operasionalisasi Rencana Tata Ruang Nasional/ Pulau/ Kepulauan/ Kawasan Strategis Nasional 3. Jumlah kawasan yang ditingkatkan kualitasnya 4. Jumlah Forum Masyarakat Dan Dunia Usaha Yang Dibentuk Atau Mendapatkan Fasilitasi Pengembangannya Dalam Perencanaan Tata Ruang, Pemanfaatan Ruang, Dan Penataan Kawasan. 24 40. 12 38. 525. 5. Jumlah Provinsi/ Kabupaten/ Kota Yang Memperoleh Pembinaan Perencanaan Tata Ruang Dan Pemanfaatan Ruang Daerah 3. Meningkatnya Kepastian letak, Batas Dan Luas Bidang Tanah Yang Mendukung Penegakan Hukum. 1. Persentase Cakupan Bidang Tanah Yang Terpetakan. 11. 4. Terwujudnya Kepastian Hukum Hak Atas Tanah Dan Pemberdayaan Masyarakat Penerima Redistribusi Dan Legalisasi Aset. 1. Persentase Peningkatan Tanah Dan Ruang Yang Terdaftar. 1,08. Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Melalui Pengaturan Dan Penataan, Penguasaan, Pemilikan Tanah Serta Pemanfaatan, Penggunaan Tanah Secara Optimal. 1. Persentase Kenaikan Pendapatan. Terwujudnya Pelaksanaan. 1. Indeks Pemahaman. 5. 6. 2. Jumlah Masyarakat Pemilik Sertipikat Yang Menerima Fasilitasi Acces Reform. 108.500. 40. Per Personal Income Masyarakat Subyek Reforma Agraria. 2. 15.

(27) LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. 2015. Penyelenggaraan Pelaksanaan Pengadaan tanah 2. Persentase Tanah Instansi Pemerintah, BUMN/BUMD Yang Terdaftar 3. Persentase Meningkatnya Tertib Administrasi Pemanfaatan Tanah Instansi Pemerintah, BUMN/ BUMD Yang Terdaftar. 10 25. 3.290.000. 4. Luas Cakupan Peta Zona Nilai Tanah (Hektar) 7. Pemanfaatan Ruang Yang Sesuai Dengan Rencana Tata Ruang, Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah Dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar. 1. Persentase Implementasi Pengawasan Dan Pengendalian Pemanfaatan Ruangp Emerintah Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota. 6,77. 2. Jumlah Penindakan Indikasi Pelanggaran Pemanfaatan Ruang. 20. 3. Jumlah Rekomendasi Hasil Pengendalian Dan Pemantauan Pertanahan. 32 36. 4. Jumlah Rekomendasisurat Keputusan Penertiban Dan Pendayagunaan Tanah Terlantar 8. Berkurangnya Sengketa, Konflik Dan Perkara Pertanahan. 1. Persentase Berkurangnya Jumlah Sengketa, Konflik Tanah Dan Ruang 2. Persentase Berkurangnya Jumlah Perkara Tanah Dan Ruang. 50 20. C. Target Kinerja Lainnya Kinerja lain yang dilaksanakan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional yang merupakan kegiatan yang sifatnya sangat strategis yaitu : - Kegiatan Legalisasi Asset yang didukung oleh Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), - Peran Produk pertanahan dalam memberikan EVA (economic value added) Pembangunan - Inovasi-inovasi layanan untuk menjamin baiknya jembatan antara pihak kementerian sebagai pelayan masyarakat dengan masyarakat yang dilayani.. 16.

(28) BAB BAB. IIII. AKUNTABILITASKINERJA A. Capaian Kinerja B. Analisa Efisiensi Penggunaan Sumber Daya C. Akuntabilitas Keuangan D. Capaian Kinerja Lainnya.

(29) LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. 2015. Akuntabilitas kinerja di Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional tahun 2015 menggambarkan sejauh mana organisasi kementerian memenuhi perjanjian kinerja yang telah ditandatangani, dan menjamin adanya keterkaitan antara perencanaan strategis 2015 - 2019 dengan setiap tahapan pencapaian kinerja setiap tahun. Untuk itu pada bab ini akan diuraikan dari tujuan utama kementerian, sasaran strategis kementerian dan indikator kinerja, yang dibentuk dari pelaksaanaan program beserta kinerjanya masing-masing. Hal lain yang dikemukan adalah kinerja lainnya yang dilakukan kementerian dalam percepatan pertumbuhan perekonomian nasional melalui penghimpunan Hak Tanggungan (HT) dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah (BPHTB), yang jumlahnya diperbandingkan dengan APBN Tahun 2016. A. Capaian Kinerja Mengacu pada rencana strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan tahun 2015 - 2019 yang telah diatur didalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 25 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Tahun 2015 - 2019 secara skematis digambarkan pada gambar 2.. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.. Gambar 2. Ikhtisar Rencana Strategis. Untuk mengukur keberhasilan kementerian dalam bentuk akuntabel kinerja tahun 2015 bahwa kementerian ingin mempunyai tujuan utama “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Untuk mewujudkan tujuan utama tersebut dicapai melalui 3 (tiga) sasaran strategis kementerian dan 7 (tujuh) indikator kinerja utama sebagaimana gambar 2 diatas. Hasil pengukuran kinerja melalui 7 (tujuh) indikator yang telah ditetapkan menggunakan persamaan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 sebagaimana diuraikan pada bab II sebagaimana disajikan pada tabel 7 berikut.. 17.

(30) LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. 2015. Tabel 7. Rencana Strategis dan Capaian Kinerja Kementerian Tujuan Utama. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesarbesar kemakmuran rakyat. Sasaran Strategis. Indikator Kinerja Utama. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan agraria yang adil dan berkelanjutan. • Persentase kenaikan pendapatan masyarakat penerima reforma agrarian • Persentase Peningkatan kesesuaian Rencana program Pembangunan sektor dengan rencana tata ruang. Terwujudnya ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. • Peningkatan tertib tata ruang dan penguasaan tanah. Berkurangnya kasus tata ruang dan pertanahan (sengketa, konflik, dan perkara). • Persentase berkurangnya jumlah sengketa, konflik dan perkara bidang tata ruang dan pertanahan • Persentase cakupan peta dasar pertanahan • Persentase Jumlah Tanah Yang Terdaftar. Capaian. 200%. 100%. 103%. 82,01%. 51,6% 232% (Rupiah Murni + PNBP). Kementerian Agraria dan Tata Ruang mempunyai tujuan utama mewujudkan Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat yang diwujudkan melalui sasaran strategis yang telah ditetapkan. Tingkat keberhasilan tujuan utama ini terlihat dari indeks Hak Tanggungan (HT) membandingkan jumlah total hak tanggungan dibagi jumlah penduduk tahun 2015 dan indeks Hak Tanggungan–APBN (HT APBN), membandingkan jumlah hak tanggungan dengan APBN tahun 2015. Tahun 2015 kementerian berhasil mencapai indeks Hak Tanggungan sebesar Rp.5.077.873/kapita pertahun, artinya adanya sumbangan kinerja kementerian sebesar indeks tersebut dalam bentuk pembangunan sektor riil. Indeks HT-APBN adalah sebesar 0,634, artinya kinerja Hak Tanggungan mencapai 63,4% dari total APBN Tahun 2015. Kedua indeks ini menunjukkan betapa besar peran Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dalam mewujudkan Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Kedua nilai indeks ini dijadikan tolak ukur sumbangsih kementerian dari kinerja yang dilaksanakan dari tahun ke tahun.. Untuk mencapai tujuan utama tersebut secara kelembagaan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional didukung oleh 9 (Sembilan) unit organisasi Eselon 1 dan 47 Eselon 2 pusat dan 33 Eselon 2 kantor wilayah serta 438 kantor pertanahan. Kinerja yang diperoleh merupakan rangkuman kerja seluruh unit kerja organisasi tersebut. Dalam laporan kinerja kementerian yang disusun akan diuraikan kinerja berbasis program, hasil-hasil kinerja berbasis program ini akan membentuk sasaran strategis kementerian secara bersama-sama dan pada akhirnya akan membentuk tujuan utama kementerian. Capaian berbasis program akan diuraikan satu persatu berdasarkan perjanjian kinerja 2015 sebagai berikut:. 18.

(31) 2015. LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. SASARAN STRATEGIS 1 : Terciptanya Organisasi Yang Adaptif Dan Akuntabel No 1. Sasaran Strategis Terciptanya Organisasi Yang Adaptif Dan Akuntabel. Target. Realisasi. % Capaian. 85. 64.13(B). 75.4. 2. Nilai Laporan Kinerja. 65 (B). 62.10 (B). 95.5. 3. Opini Badan Pemeriksa Keuangan. WTP. WTP. 100. 90. 87. 96.7. Indikator Kinerja 1. Nilai Reformasi Birokrasi. 4. Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Dalam memberikan pelayanan maksimal bagi masyarakat dan mewujudkan organisasi yang adaftif serta akuntabel merupakan kerja keras yang harus diapresiasi karena luasnya cakupan pelayanan yang harus diberikan meliputi 557 satuan kerja dengan kondisi geografis yang heterogen yang standarnya berbeda-beda. Namun kementerian telah berupaya maksimal dalam upaya untuk mewujudkan organisasi yang adaptif dan akuntabel di semua lini tanpa kecuali. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan secara signifikan dari tahun ke tahun perolehan penilaian reformasi birokrasi, laporan kinerja, opini badan keuangan dan indeks kepuasan masyarakat terhadap pelayanan. Kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi menghasilkan beberapa perbaikan tata kelola pemerintahan yang signifikan seperti : a) Pelaksanaan seleksi terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) secara kompetitif dan terbuka; b) Penataan Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK); c) Pelaksanaan rekrutmen pegawai secara terbuka.. Gambar 3. Perbandingan Nilai Reformasi Birokrasi Tahun 2014 dan 2015. Gambar 4. Perbandingan Nilai Evaluasi Laporan Kinerja Tahun 2010-2015. Gambar 5. Perbandingan Nilai Opini Badan. Gambar 6. Perbandingan Indeks Kepuasan. 19.

(32) 2015. LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN Pemeriksa Keuangan Tahun 2011-2015. Masyarakat Terhadap Pelayanan Tahun 2013-2015. Meskipun nilai untuk mencapai organisasi yang adaptif dan akuntabel masih ada yang belum dicapai maksimal, namun kementerian memastikan terjadi peningkatan kearah yang lebih baik dari tahun ke tahun.. SASARAN STRATEGIS 2 : Terwujudnya Pelaksanaan Penyelenggaraan Penataan Ruang Dan Penyelenggaraan Pembinaan Penataan Ruang Daerah No 2. Sasaran Strategis Terwujudnya Pelaksanaan Penyelenggaraan Penataan Ruang Dan Penyelenggaraan Pembinaan Penataan Ruang Daerah. Target. Realisasi. % Capaian. 1. Jumlah Rencana Tata Ruang Nasional/ Pulau/ Kepulauan/ Kawasan Strategis Nasional. 24. 24. 100. 2. Jumlah Operasionalisasi Rencana Tata Ruang Nasional/ Pulau/ Kepulauan/ Kawasan Strategis Nasional. 40. 40. 100. 12. 12. 100. 38. 38. 100. 525. 525. 100. Indikator Kinerja. 3. Jumlah kawasan yang ditingkatkan kualitasnya 4. Jumlah Forum Masyarakat Dan Dunia Usaha Yang Dibentuk Atau Mendapatkan Fasilitasi Pengembangannya Dalam Perencanaan Tata Ruang, Pemanfaatan Ruang, Dan Penataan Kawasan 5. Jumlah Provinsi/ Kabupaten/ Kota Yang Memperoleh Pembinaan Perencanaan Tata Ruang Dan. 20.

(33) 2015. LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. Pemanfaatan Ruang Daerah. Luas wilayah Indonesia adalah lebih kurang 840 juta Ha, terdiri 191 Juta Ha daratan dan 649 juta Ha lautan. Dari luas daratan, sekitar 124,19 juta hektar (64,93%) masih berupa hutan seperti hutan lebat, hutan sejenis, dan hutan belukar. Sisanya seluas 67,08 juta hektar (35,07%) telah dibudidayakan dengan berbagai kegiatan. Kondisi ini menyebabkan pembangunan tata ruang memerlukan tahapan-tahapan yang dibuat secara sistematis dan terarah sehingga pada akhirnya dapat mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Perbandingan antara program penataan ruang tahun 2015 dengan Renstra digambarkan sebagai gambar 9 berikut:. Gambar 7. Perbandingan Capaian Kinerja Penataan Ruang tahun 2015 dengan Renstra 2015-2019. SASARAN STRATEGIS 3 : Meningkatnya Kepastian letak, Batas Dan Luas Bidang Tanah Yang Mendukung Penegakan Hukum No 3. Sasaran Strategis Meningkatnya Kepastian letak, Batas Dan Luas Bidang Tanah Yang Mendukung Penegakan Hukum. Indikator Kinerja 1. Persentase Cakupan Bidang Tanah Yang Terpetakan. Target. Realisasi. % Capaian. 11. 5,68. 51,6. Selama tahun 2015 cakupan bidang tanah yang terpetakan di seluruh Indonesia meningkat sebanyak 51,6 %. Rendahnya capaian kinerja cakupan bidang tanah yang terpetakan disebabkan oleh gagalnya pemetaan menggunakan satelit untuk peta dasar Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) 1 : 5000, karena adanya bencana asap disebagian wilayah yang akan dipetakan. Perbandingan capaian kinerja cakupan bidang tanah terpetakan digambarkan sebagaimana gambar berikut :. 21.

(34) 2015. LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. Gambar 8. Perbandingan Capaian Kinerja Cakupan bidang Tanah terpetakan 5 tahun terakhir. Renstra 2015 – 2019 menargetkan 90 % wilayah darat Indonesia terpetakan, untuk mencapai target tersebut berarti selama 2015 – 2019 setiap tahun cakupan bidang tanah terpetakan adalah 11 %. Selama 4 tahun ke depan harus terpetakan 44 %. Perbandingan capaian kinerja 2015 dibandingkan Renstra digambaran sebagaimana berikut:. Gambar 9. Perbandingan Capaian Kinerja Cakupan Bidang Tanah tahun 2015 dengan Renstra 2015-2019. SASARAN STRATEGIS 4 : Terwujudnya Kepastian Hukum Hak Atas Tanah Dan Pemberdayaan Masyarakat Penerima Redistribusi Dan Legalisasi Aset No 4. Sasaran Strategis. Indikator Kinerja. Terwujudnya 1. Persentase Peningkatan Kepastian Hukum Tanah Dan Ruang Yang Hak Atas Tanah Terdaftar Dan 2. Jumlah Masyarakat Pemilik Pemberdayaan Sertipikat Yang Menerima Masyarakat Fasilitasi Acces Reform Penerima Redistribusi Dan Legalisasi Aset. Target. Realisasi. % Capaian. 1,08. 1.06. 98.14. 108.500. 106.300. 97.98. 22.

(35) LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. 2015. Legalisasi aset yang dibiayai rupiah murni tahun 2015 capaian kinerjanya 98,14 % artinya ada penambahan jumlah bidang tanah yang terdaftar 855.999 bidang dari total seluruh bidang tanah di Indonesia sebanyak lebih kurang 85.000 bidang. Capaian kinerja legalisasi aset tahun 2015 dibandingkan beberapa tahun sebelumnya di sajikan sebagaimana gambar berikut:. Gambar 10. Perbandingan Capaian Kinerja Legalisi Aset Tahun 2010-2015. Renstra 2015 - 2019 menargetkan 9 juta bidang tanah, selama 2015 berhasil dilakukan sertifikasi tanah sebanyak 858.999 bidang (rupiah murni) dan 1.288.491 bidang (PNBP). Capaian legalisasi aset dibandingkan dengan Renstra disajikan sebagaimana gambar berikut :. Gambar 11. Perbandingan Capaian Kinerja Legalisasi Aset tahun 2015 dengan Renstra 2015-2019. Jika diasumsikan volume legalisasi asset dari Rupiah Murni (RM) dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang bersumber dari masyarakat tingkat keberhasilannya sama dengan tahun 2015 maka diakhir 2019 target Renstra akan tercapai over target (2.147.490 bidang x 5 tahun =10.737.450 bidang). Jika 1 bidang diasumsikan rata-rata 1 Ha.. 23.

(36) 2015. LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. SASARAN. No 5. STRATEGIS. Sasaran Strategis. 5:. Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Melalui Pengaturan Dan Penataan, Penguasaan, Pemilikan Tanah Serta Pemanfaatan, Penggunaan Tanah Secara Optimal Indikator Kinerja. Meningkatnya 1. Persentase Kenaikan Kesejahteraan Pendapatan Per Personal Masyarakat Melalui Income Masyarakat Pengaturan Dan Subyek Reforma Agraria Penataan, Penguasaan, Pemilikan Tanah Serta Pemanfaatan, Penggunaan Tanah Secara Optimal. Target. Realisasi. % Capaian. 30. 60. 200. Untuk Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Melalui Pengaturan Dan Penataan, Penguasaan, Pemilikan Tanah Serta Pemanfaatan, Penggunaan Tanah Secara Optimal akan dicapai melalui beberapa aktifitas yang hasilnya masih berupa output, yang jika digabungkan akan berdampak pada kenaikan pendapatan per personal income masyarakat subyek reforma agraria. Dalam tahun 2015 dari target peningkatan pendapatan 30% namun dari hasil pengumpulan dan pengolahan data terjadi peningkatan pendapatan 60%. Renstra Kementerian 2015 - 2019 menargetkan selama 5 (lima) tahun terjadi peningkatan per personal income masyarakat subyek reforma agraria sebanyak 150%. Perbandingan antara capaian peningkatan income sampai tahun 2015 dengan target renstra 2015 - 2019 digambarkan sebagai berikut:. Gambar. 12. Perbandingan Capaian Kinerja peningkatan Income sampai tahun 2015 dengan Renstra 2015-2019. Jika diasumsikan capaian peningkatan pendapatan per personal income masyarakat subyek reforma agraria sama dengan tahun 2015 (60%) maka diakhir tahun 2019 pendapatan per personal income masyarakat subyek reforma agrarian akana menacapai 300%.. 24.

(37) 2015. LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. SASARAN STRATEGIS 6 : Terwujudnya Pelaksanaan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. No 6. Sasaran Strategis Terwujudnya Pelaksanaan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Target. Realisasi. % Capaian. 1. Indeks Pemahaman Penyelenggaraan Pelaksanaan Pengadaan tanah. 2. 2. 100. 2. Persentase Tanah Instansi Pemerintah, BUMN/BUMD Yang Terdaftar. 10. 12.41. 124.1. 25. 31.28. 125.12. 4.000.000. 3.105.000. 77.62. Indikator Kinerja. 3. Persentase Meningkatnya Tertib Administrasi Pemanfaatan Tanah Instansi Pemerintah, BUMN/ BUMD Yang Terdaftar 4. Luas Cakupan Peta Zona Nilai Tanah (Hektar). Untuk mewujudkan Pelaksanaan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, dikatakan berhasil jika 4 (empat) indikator kinerja pada tabel diatas capaian rata-ratanya 100%, artinya semua pengadaan tanah untuk kepentingan umum dapat diproses sebagaimana mestinya sehingga pembangunan infrastruktur yang membutuhkan tanah dapat dilayani sesuai kebutuhan. Rata-rata capain kinerja selama tahun 2015 adalah 106,71%. Dalam renstra 2015 - 2019 yang diutamakan bukanlah target output namun selama 5 (lima) tahun kementerian menargetkan semua pengadaan tanah untuk kepentingan umum pelaksanaannya dapat dilakukan 100%. Meskipun dalam pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum tidak seutuhnya keberhasilannya ditentukan oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang /Badan Pertanahan Nasional saja, namun sifatnya multi sektor.. 25.

(38) 2015. LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. SASARAN STRATEGIS 7 : Pemanfaatan Ruang Yang Sesuai Dengan Rencana Tata Ruang, Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah Dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar No 7. Sasaran Strategis Pemanfaatan Ruang Yang Sesuai Dengan Rencana Tata Ruang, Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah Dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar. Indikator Kinerja. Target. Realisasi. % Capaian. 1. Persentase Implementasi Pengawasan Dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota. 6,77. 6,77. 100. 2. Jumlah Penindakan Indikasi Pelanggaran Pemanfaatan Ruang. 20. 20. 100. 32. 32. 100. 36. 36. 100. 3. Jumlah Rekomendasi Hasil Pengendalian Dan Pemantauan Pertanahan 4. Jumlah Rekomendasi surat Keputusan Penertiban Dan Pendayagunaan Tanah Terlantar. Untuk mewujudkan Pemanfaatan Ruang Yang Sesuai Dengan Rencana Tata Ruang, Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah Dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar, dikatakan berhasil jika 4 (empat) indikator kinerja pada tabel diatas capaian rata-ratanya 100%, artinya pemanfaatan ruang telah sesuai dengan tata ruang. Rata- rata capain kinerja selama tahun 2015 adalah 100%. Namun belum semua rencana tata ruang wilayah provinsi maupun kabupaten/kota telah diperdakan, maka pengendalian ruang belum dapat mengcover seluruh wilayah Republik Indonesia yang luasnya 840 juta hektar. Dalam renstra 2015 – 2019 kementerian menargetkan agar penyelenggaraan pengendalian pemanfaatan ruang dan tanah dapat diwujudkan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah yang telah memiliki aspek legal. SASARAN STRATEGIS 8 : Berkurangnya Sengketa, Konflik Dan Perkara Pertanahan No 8. Sasaran Strategis. Indikator Kinerja. Berkurangnya 1. Persentase Berkurangnya Sengketa, Konflik Jumlah Sengketa, Konflik Dan Perkara Tanah Dan Ruang Pertanahan 2. Persentase Berkurangnya Jumlah Perkara Tanah Dan Ruang. Target. Realisasi. % Capaian. 50. 38.12. 76.23. 20. 17.8. 89. Capaian kinerja untuk mewujudkan berkurangnya sengketa, konflik dan perkara pertanahan tahun 2015 belum dapat dicapai 100%, hal ini bukanlah disebabkan tidak tertanganinya sengketa, konflik dan perkara yang semestinya ditangani kementerian, namun obyek sengketa, perkara dan konflik yang ditargetkan akan ditangani selama tahun 2015 jumlahnya dibawah perkiraan.. 26.

(39) LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. 2015. Gambar 13 Perbandingan Capaian Kinerja berkurangnya sengketa, konflik dan perkara pertanahan tahun 2010-2015. Dalam renstra 2015 - 2019 kementerian menargetkan berkurangnya sengketa, konflik dan perkara sebanyak 50% dari 4.650 kasus, artinya sampai akhir 2019 berkurangnya sengketa, konflik dan perkara sebanyak 2.325 kasus. Capaian kinerja 2015 jika dibandingkan dengan Renstra disajikan pada gambar.. berikut:. Gambar 14. Perbandingan Capaian Kinerja Berkurangnya kasus pertanahan tahun 2015 dengan Renstra 2015-2019. Jika rata-rata kasus yang bisa ditangani pertahun sama dengan capaian tahun 2015 sebanyak 709 kasus (30,5% dari target Renstra 2015 - 2019) maka di akhir 2019 dapat ditangani sebanyak 3.545 kasus atau berkurangnya sengketa, konflik sebanyak 152,4%. Dari uraian capaian kinerja kementerian berbasis program selanjutnya dilakukan analisa menggunakan persamaan-persamaan yang telah disajikan pada bab II maka penghitungan indikator kinerja utama beserta asumsi diuraikan sebagai berikut:. 27.

(40) LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. 2015.  Persentase kenaikan pendapatan masyarakat penerima reforma agraria. atau peningkatan = 60% Artinya sejak dimulai kegiatan reforma agraria dengan pendekatan asset dan akses terhadap sumber-sumber agraria dampak yang dirasakan peserta reforma adalanya peningktan pendapatan per personal income sebanyak 60% (capaian 200%) dari manfaat yang diperoleh dalam mengelola sumber agraria yang mereka miliki.  Persentase Peningkatan kesesuaian Rencana program dengan rencana tata ruang. Pembangunan sektor. atau capaian kinerja 2015 adalah 100%. Artinya program dan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka menciptakan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan menuju ke arah yang lebih baik karena 30,11% rencana yang dibuat sesuai dengan program pembangunan sektor dalam rangka mendukung pembangunan infrastruktur yang membutuhkan pengaturan ruang yang baik.  Peningkatan tertib tata ruang dan penguasaan tanah. 28.

(41) LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. 2015. Artinya pelaksanaan program pengadaan tanah untuk kepentingan umum dan pengendalian pemanfaatan ruang dan penguasaan tanah dalam tahun 2015 berhasil menciptakan kondisi Pemanfaatan Ruang Yang Sesuai Dengan Rencana Tata Ruang, Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah Dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar sebesar 20.6% (capaian kinerja 103%).  Persentase berkurangnya jumlah sengketa, konflik dan perkara bidang tata ruang dan pertanahan.  Persentase cakupan peta dasar pertanahan.  Persentase Jumlah Tanah Yang Terdaftar. 29.

(42) LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. 2015. 3 (tiga) indikator terakhir bersama-sama mewujudkan sasaran strategis kementerian yang ke tiga yaitu Berkurangnya kasus tata ruang dan pertanahan (sengketa, konflik, dan perkara). Jika dilihat dari capaian pada tahun 2015 rata-rata capaian tiga indikator ditas adalah 75,5%, artinya capaiannya masih rendah sehingga perlu ditingkatkan lagi untuk tahun selanjutnya, terutama cakupan peta dasar pertanahan.. B. Analisa Efisiensi Penggunaan Sumber Daya 1. Efisiensi Penggunaan Sarana dan Prasarana Pada Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, ruang lingkup manajemen sarana dan prasarana, meliputi perencanaan, pengadaan, pengaturan, dan penggunaan sarana dan prasarana. Kegiatan manajemen sarana dan prasarana meliputi perencanaan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, penginventarisasian, pemeliharaan, dan penghapusan sarana dan prasarana. Penyediaan sarana dan prasarana kantor khususnya penyediaan aset tanah dan bangunan kantor di lingkungan satuan kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional menjadi perhatian yang sangat serius, baik penyediaanya maupun efisiensi dalam pemanfaatanya. Untuk melihat efisiensi tingkat efisiensi pemanfaatan gedung kantor beserta fasilitas pendukungnya, dilakukan tinjauan dengan pendekatan sebagai berikut :. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional memiliki 557 satuan kerja, namun hanya memiliki 354 saja gedung kantor milik sendiri, artinya dari segi efisiensi pemanfaatan gedung kantor untuk pelaksanaan tugas pokok dan fungsi memiliki tingkat efisiensi sebesar 145%. Kondisi tidak seimbangnya jumlah satker dibandingkan dengan gedung milik sendiri ini tentunya tidak membuat Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional menjadi tidak dapat melaksanakan tugas dan fungsinya, untuk itu dilakukan beberapa upaya diantaranya dengan bekerjasama untuk pinjam tanah dan bagunan kepada Pemerintah Daerah dan malakukan Sewa ke Pihak lain. Untuk menjamin agar layanan tetap berjalan sebanyak 32 satker melakukan sewa, sedangkan sebanyak 81 satker memakai aset Pemerintah Daerah. 2. Efisiensi Pengunaan Sumber Daya Manusia Salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan tugas dan fungsinya yang efektif dan efisien adalah ketersediaan sumber daya manusia (SDM) dengan jumlah yang cukup dan kualitas yang tinggi serta profesional sesuai dengan fungsi dan tugasnya. Perencanaan SDM adalah sebagai proses untuk menentukan jumlah dan jenis manusia yang dibutuhkan oleh suatu organisasi dalam waktu dan tempat yang tepat serta melakukan tugas sesuai dengan yang diharapkan. Penyusunan rencana SDM pada Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional dimaksudkan untuk menjamin agar kebutuhan SDM dapat terpenuhi secara konstan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Untuk itu perencanaan SDM sudah merupakan bagian integral dari fungsi manajemen SDM bahkan dianggap sangat vital bagi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kementerian. Manajemen sumberdaya manusia adalah suatu proses merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan menghasilkan segala bentuk aktivitas kerja. 30.

(43) LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. 2015. untuk dapat meningkatkan kinerja pegawai. Kaitan antara manajemen sumberdaya manusia dengan peningkatan kinerja sangat berkaitan erat, sehingga menjadi perhatian bagi Kementerian mengembangkan adanya peningkatan sumberdaya manusia sesuai dengan peningkatan kinerja yang dicapainya. Untuk melihat tingkat efisiensi penggunaan sumber daya manusia digunakn pendekatan membandingkan output dengan sumberdaya manusia yang digunakan dalam mendukung kinerja. Karena masalah yang dihadapi oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional adalah keterbatasan jumlah petugas ukur, untuk analisa efisiensinya digunakan persamaan sebagai berikut :. Secara Nasional pekerjaan yang dilakukan oleh petugas ukur adalah melakukan pengukuran bidang tanah dari berbagai kegiatan (legalisasi asset, IP4T, Konsolidasi Tanah, redistribusi tanah, PNBP dan pengukuran bidang skala besar) baik pekerjaan lapangan maupun pengolahan data. Hasil perhitungan efisiensi sebagai berikut : Jumlah total beban pekerjaan/tahun = 2.973.000 Bidang Jumlah total petugas ukur = 2.109 Orang Asumsi hari Kerja = 24 hari/bulan Jumlah Bulan Efektif/tahun = 8 bulan Pekerjaan lain selain Pengukuran bidang = 0 bidang Beban kerja/hari = 7,3 bidang/orang/hari Kemampuan Normal petugas ukur/hari = 5 Bidang Efisiensi = 7,3 bidang/ 5 bidang x 100%. = 147%. Untuk mengatasi permasalahan kekurangan petugas ukur dan tetap menjamin kualitas hasil ukuran yang bisa dipertangungjawabkan maka Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional telah melakukan penggunaan teknologi Continously Opration Reverens Station (CORS) yang dapat meningkatkan efisiensi penggunaan SDM Pengukuran dalam melakukan pengukuran bidang tanah. 3. Efisiensi Penggunaaan Anggaran Dari total penyerapan anggaran DIPA Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional tahun 2015, yaitu Rp 5.074.547.177.624,- atau 79,82%. Efisensi penggunaan anggaran sangat bermanfaat dalam rangka melakukan optimalisasi pencapaian target-target fisik dengan alokasi anggaran yang ada, sehingga potensi capaian output program kegiatan prioritas tersebut dapat dipertahankan pada level target yang telah ditetapkan. Tabel 8. Jenis Program Prioritas dan Realisasi Input dan Output Tahun 2015. No 1 2 3 4 5 6. Program/Kegiatan Prona Petani Nelayan UKM MBR-Menpera Transmigrasi HM. Realisasi / Capaian Anggaran Fisik/Bidang % (Input) (Output) 299.934.177.522 89.03 745.757 17.369.713.776 77.92 34.457 10.797.732.850 79.88 22.980 10.362.818.000 83.55 21.197 5.166.700.000 78.41 11.114 10.179.350.000 46.08 9.760. % 96.62 81.08 85.11 84.79 79.39 35.61. 31.

(44) 2015. LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. 7.. Sertipikasi Kategori VI (Kepulauan) Rata-Rata. 11.476.800.000. 67.59. 9..983. 69.59. 365.287.292.148. 74.64. 855.248. 92.75. *) Data SKMPP 2015 diolah . Efisiensi Penggunaan Anggaran pada program Prioritas Pertanahan Dengan mengacu pada kajian teori, untuk menganalisis efisiensi pada penggunaan anggaran program/kegiatan prioritas Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional yang dilaksakan pada tahun 2015 dapat dirumuskan sebagaimana berikut:. Tabel 9. Tingkat Efisiensi Anggaran Terhadap Output Program Prioritas. No. Program/Kegiatan. 1 2 3 4 5 6 7. Prona Petani Nelayan UKM MBR-Menpera Transmigrasi HM Redistribusi Tanah Rata-Rata. Realisasi / Capaian % Input % Output 89.03 96.62 77.92 81.08 79.88 85.11 83.55 84.79 78.41 79.39 46.08 35.61 67.59 69.59 84,00 74.64. Tingkat Efisiensi Anggaran Terhadap Output yang dihasilkan 1,044 1,077 1,047 1,054 1,011 1,070 1,200 92.75. Dari perhitungan dalam tabel diatas dapat diketahui bahwa:  Seluruh 7 (tujuh) kegiatan/program prioritas nasional tersebut memiliki tingkat efisiensi E > 1 yang berarti Sangat Efisien, dengan rata-rata tingkat efisiensi adalah E = O : I = 1,055;  Dengan tingkat Efisiensi sebesar rata-rata 1,055 tersebut maka dapat disimpulkan bahwa keluaran (output) dari program/kegiatan prioritas ini yaitu sertipikat tanah (legalisasi aset) dapat dilaksanakan dan mencapai target dengan proporsi output (bidang tanah yang disertipikatkan) lebih besar dari input (anggaran yang digunakan);  Dengan masing-masing program/kegiatan prioritas tersebut masih memiliki proporsi “persentase anggaran yang tidak terserap” maka dapat disimpulkan bahwa masih ada potencial improvement area variables dan potencial risk area variables;  Potencial improvement area variables tersebut adalah variabel-variabel potensi kinerja yang bisa meningkatkan jumlah bidang tanah yang disertipikatkan (output) jika serapan anggaran (input) bisa ditingkatkan sebesar volume sisanya. Misalnya : Desa/Kelurahan sebagai lokasi baru atau tambahan, Juru Ukur Tambahan, Penggunaan Teknologi tambahan dan lain sebagainya;  Potencial risk area variables adalah variabel-variabel potensi resiko yang bisa menurunkan kualitas sertipikat (output) jika serapan anggaran (input) terlalu efisien. Misalnya : Kualitas hasil ukur, kualitas data yuridis, motivasi dan lain sebagainya;  Kedua Potensi diatas mengingat keuntungan (andvantages) dan resiko (risks) masing-masing harus mendapatkan perhatian selain dari tingkat efisiensi penggunaan anggaran.. 32.

(45) LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. 2015. Perbaikan Variabel input dan output Meskipun memiliki tingkat efisiensi penggunaan anggaran program prioritas yang cukup baik (E > 1) namun analisis efisiensi ini juga sekaligus dapat memberikan rekomendasi untuk perbaikan terhadap variabel input dan output seperti yang tergambar didalam tabel dibawah ini: Tabel 10. Realisasi dan Sisa pada Input dan Output Program Prioritas Realisasi / Sisa No Program/Kegiatan % % % % Output Input Sisa Sisa 1 Prona 93,33 6,67 97,43 2,57 2 Petani 88,88 11,12 95,74 4,26 3 Nelayan 93,03 6,97 97,47 2,53 4 UKM 93,02 6,98 98,13 1,87 5 MBR-Menpera 97,13 2,87 98,29 1,71 6 Transmigrasi HM 49,00 51,00 52,46 47,54 7 Redistribusi Tanah 73,59 26,41 88,31 11,69. Tingkat Efisiensi 1,044 1,077 1,047 1,054 1,011 1,070 1,200. Dari perspektif Efisiensi, maka seluruh kegiatan/program telah sangat Efisien menggunakan anggaran dalam rangka melakukan pensertipikatan tanah/legalisasi aset. Realisasi anggaran untuk program/kegiatan Transmigrasi, Redistribusi dan Petani harus mendapatkan perhatian dan kajian lebih dalam untuk perbaikan kedepan mengingat tingkat ketidak terserapannya (sisa) berada persentase 2 (dua) digit. Realisasi Fisik untuk program Transmigrasi dan Redistribusi Tanah harus mendapatkan perhatian dan kajian lebih dalam untuk perbaikan kedepan mengingat ketidak capaiannya (sisa) berada pada persentase 2 (dua) digit.. C. Akuntabilitas Keuangan. 1. Realisasi Anggaran Berdasarkan alokasi anggaran Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional tahun 2015, pagu anggaran adalah sebesar Rp. 6.357.782.181.000,. Realisasi penyerapan anggaran pada masing-masing program sampai dengan tanggal 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp. 5.074.547.177.624 atau 79,82% dari pagu anggaran. Pencapaian realisasi anggaran masing-masing program disajikan pada Tabel 11.. 33.

(46) LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN. 2015. Tabel 11. Realisasi Anggaran Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional Tahun 2015 NO. PROGRAM. TARGET (Rp). REALISASI (Rp). %. 1. SEKRETARIAT JENDERAL. 3.585.527.106.000. 3.174.403.117.517. 88,53. 2.. INSPEKTORAT JENDERAL. 9.192.404.000. 7.337.311.159. 79,82. 3.. DIREKTORAT JENDERAL TATA RUANG. 527.282.600.000. 354.114.163.562. 67,16. 4.. DIREKTORAT JENDERAL INFRASTRUKTUR KEAGRARIAAN DIREKTORAT JENDERAL HUBUNGAN HUKUM KEAGRARIAAN. 279.602.111.000. 132.404.257.277. 47,35. 1.255.055.685.000. 922.501.833.689. 73,5. 5.. 6.. DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN AGRARIA. 134.050.323.000. 101.005.737.776. 75,35. 7.. DIREKTORAT JENDERAL PENGADAAN TANAH. 36.157.400.000. 27.782.719.470. 76,84. 8.. DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH. 344.812.271.000. 243.319.372.969. 70,57. DIREKTORAT JENDERAL PENANGANAN MASALAH AGRARIA,PEMANFAATAN RUANG DAN TANAH. 186.102.281.000. 111.678.664.205. 60,01. 6.357.782.181.000. 5.074.547.177.624. 79,82. 9.. Total. D. Capaian Kinerja Lainnya 1. Penerimaan PNBP Disamping menggunakan dana Rupiah Murni (RM) dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional juga menggunakan dana PNBP yang dihimpun dari masyarakat.Tahun 2015 PNBP yang berhasil dihimpun sebesar Rp. 1.936.621.777.065. Data tentang target dan realisasi penerimaan PNBP dapat juga dijadikan gambaran kinerja yang dilakukan dan pelayanan yang diberikan oleh Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Capaian kinerja penerimaan PNBP (%) tahun 2015 – 2019 sebagaimana gambar dan jumlah penerimaan (Rupiah) tahun 2015 – 2019 sebagaimana gambar 15.. 34.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan yang sudah dimuliakan dinamakan “kebun pangkas” ( head orchad ). Kegiatan pembangunan kebun pangkasan merupakan suatu alernatif sumber benih untuk jenis-jenis yang

Dalam penelitian ini verifikasi hasil model dilakukan terhadap elevasi pasang surut, suhu permukaan dan suhu vertikal serta verifikasi pola arus permukaan yang diperoleh dari

Pada kondisi eksisting periode jam lengang, nilai waktu tempuh dari lengan Timur Simpang 1 menuju ke lengan Timur Simpang 2 (arah Timur–Barat Jalan Yogya-Solo)

Operating system software merupakan perangkat lunak yang berfungsi untuk mengkonfigurasikan komputer agar dapat menerima berbagai perintah dasar yang diberikan

kriteria tertentu tersebut, dalam proses penunjukan anggota Komisaris dan Direksi, perlu dilakukan melalui mekanisme yang formal dan transparan, sehingga anggota

Dari kegiatan penelitian rancang bangun rangkaian pengkondisi sinyal untuk sensor nitrat amperometrik ini, dapat diperoleh simpulan bahwa pembuatan rangkaian pengkondisi sinyal

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompos yang dihasilkan dari campuran TKKS dan LCPKS dengan menggunakan beberapa aktivator telah matang dengan warna cokelat

merupakan salah satu sekolah yang memiliki iklim kelas yang kurang kondusif. Hal ini dapat dilihat dari ruang kelas yang belum rapi karena masih