• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUMBER BENIH RAMIN UNTUK MENDUKUNG UPAYA KONSERVASI JENIS LANGKA RAWA GAMBUT KALIMANTAN TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SUMBER BENIH RAMIN UNTUK MENDUKUNG UPAYA KONSERVASI JENIS LANGKA RAWA GAMBUT KALIMANTAN TENGAH"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

SUMBER BENIH RAMIN UNTUK MENDUKUNG UPAYA KONSERVASI

JENIS LANGKA RAWA GAMBUT KALIMANTAN TENGAH

Rusmana

1)

, Reni Setyo Wahyuningtyas

1)

, dan Junaidah

1)

1) Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru

Jl. A. Yani Km. 28,7 Guntung Payung-Landasan Ulin-Banjarabaru Kalimantan Selatan Kotak Pos 1065, Telp. (0511) 4772085, Fax. (0511) 4773222;

E-mail : admin@foreibanjarbaru.or.id

Gonystylus bancanus Miq. Kurz merupakan salah satu spesies ramin yang bernilai ekonomis tinggi yang tumbuh dominan di hutan rawa gambut. Sejalan dengan kegiatan eksploitasinya yang berlebihan sekarang ini ramin oleh CITES (Convention on International Trade of Endangered Species of World Fauna and Flora) telah dicatat hampir termasuk salah satu jenis pohon yang dilarang dan harus dilindungi, karena telah dikategorikan sebagai spesies genting terutama di Indonesia dan Malaysia. Salah satu kendala dalam pelestarian ramin di hutan rawa gambut adalah kemampuan regenerasi ramin secara alami cukup lambat, pola musim berbunga dan berbuah yang tidak menentu, buahnya cepat rusak (recalcitrant seed) serta biji yang jatuh ke lantai hutan banyak dimakan satwa sehingga proses permudaan alaminya menjadi terhambat. Dalam rangka penyediaan benih ramin, Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru telah melakukan sertifikasi Tegakan Benih Teridentifikasi (TBT) ramin seluas 25 Ha di KHDTK Tumbang Nusa Kalimantan Tengah pada tahun 2013. Potensi pohon induk dalam TBT tersebut sebanyak 162 batang dengan tinggi rata-rata 16 meter dan dbh 23 cm. Untuk meningkatkan produksi buah ramin, upaya stimulasi pembungaan dengan pemberian hormon Paclobutrazol telah dilakukan tetapi belum memberikan hasil. Kondisi tegakan yang rapat diduga turut mempengaruhi terhambatnya proses pembungaan pada pohon ramin sehingga upaya pembukaan tajuk di sekitar pohon diperlukan. Karena produksi benih ramin sulit, maka pembiakan vegetativ melalui kebun pangkasan (multiplication garden) sangat diperlukan. Saat ini telah dibangun kebun pangkasan ramin sebanyak 6.000 stock plant di bawah tegakan jelutung rawa dan sistem jalur terbuka serta rumpang hasil kerjasana antara BPK Banjarbaru dengan Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi Hutan dan ITTO. Selain itu BPK Banjarbaru melalui DIPA 2014 telah membangun kebun pangkasan ramin dari berbagai provenans (Distrik Lahai, Tumbang Nusa dan Kasongan) dengan model kebun pangkasan bergulir dan bedengan. Periode pemanenan tunas untuk bahan stek cukup panjang yaitu antara 8-12 bulan ( 1tahun sekali) baru bisa pangkas kembal untuk bahan steki. Produktivitas setiap stockplant dari kebun pangkasan tersebut antara 1-3 tunas per tahun dengan tingkat keberhasilan stek 70-83%.

Kata Kunci. Konservasi Flora, Ramin (Gonystylus bancanus Miq. Kurz.), Sumber Benih

I.

LATAR BELAKANG

Ramin (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz) masuk dalam famili Thymelaceae (Soerianegara and Lemmens,

(eds.),1994). Jenis tersebut sebelum tahun 2001, merupakan salah satu jenis primadona di dunia perdagangan kayu

yang dihasilkan dari hutan rawa gambut (Daryono, 1998;Komar, 2005; Rusmana, 2014). Kita ketahui bahwa ramin dari species bancanus, hidup dan tumbuh berkembang pada hutan rawa gambut ombrogen sebagai habitat alaminya.

Populasi pohon ramin di habitat alaminya saat ini, telah sulit ditemukan. Karena beberapa penyebab, antara lain (Istomo, 2005; Komar (eds.), 2005): 1) penebangan legal oleh perusahaan yang tidak seimbang dengan upaya penanaman , 2) penebangan liar (illegal loging), 3) konversi hutan habitat ramin ke penggunaan lain seperti untuk perkebunan kelapa sawit, 4) karakter jenis ramin yang lambat pertumbuhannya (slow growing) dan 5) Musim berbuah yang tidak menentu dan cukup panjang waktu musim berbuah pada tahun berikutnya (3 – 10 tahun).

Berdasarkan pengamatan tahun 2013 di wilayah KHDTK Tumbang Nusa, wilayah hutan di Desa Lahei dan sekitarnya, buah ramin disukai banyak binatang seperti burung betet, anggang dan sejenis kera (orang utan, kera abu-abu) ketika buah tersebut sudah tua di pohon. Sedangkan buah ramin yang jatuh ke lantai hutan, dimakan oleh tupai tanah, tikus dan babi. Hal tersebut mengakibatkan permudaan alamnya cenderung miskin jika dibanding jenis rawa gambut lainnya seperti ketapi hutan, nyatoh, belangiran, merapat, gerunggang, galam dan lain-lain (Rusmana et.al.,2013).

(2)

Karena kelangkaanya, pada tahun 2001 ramin masuk dalam Appendix II Cites (Komar, 2005; Istomo, 2005; Sidiyasa, 2005; Sidiyasa et. al., 2007). Dengan demikian ramin tidak boleh dieksploitasi lagi (moratorium) kecuali untuk beberapa daerah, yakni suatu perusahaan PT. Diamon Raya Timber di Riau berdasarkan kuotanya. Kenapa demikian ?. Karena, perusahaan tersebut memperoleh sertifikat Pengelolaan Hutan Alam Lestari (SPHAL) (Istomo,

2005; Partomihardjo dan Danaerdi. 2007). Khusus di Kalimantan suatu pemegang IUPHHK tidak boleh

mengeksploitasi ramin, karena tidak ada perusahaan IUPHHK yang mendapatkan sertifikat tersebut dan potensi raminnya rendah. Oleh karena itu untuk meningkatkan potensi dan tidak terjadi kepunahan, ramin perlu dikonservasi secara eks-situ maupun in-situ.

Untuk mendukung konservasi ramin tersebut, perlu melakukan pembangunan sumber benih seperti penunjukkan tegakan benih dan pembangunan kebun pangkasan, pembuatan bibit, penanaman pengayaan di areal bekas tebangan dan pembinaan permudaan alam di areal yang masih ada permudaan alamnya. BPK Banjarbaru melalui program penelitian dan non penelitian telah dan sedang melakukan konservasi ramin melalui Rencana Penelitian Integratif (RPI) tahun 2012 – 2014 dan bekerjasama dengan Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi Hutan melalui proyek ITTO.

Tujuan makalah ini adalah untuk menginformasikan teknik konservasi jenis langka ramin melalui pembangunan sumber benih dan teknik produksi bibit ramin yang telah dilakukan di BPK Banjarbaru.

II. BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan tempat

Bahan dan peralatan utama yang digunakan untuk kegiatan pembangunan sumber benih dan produksi bibit ramin antara lain : tegakan alam ramin, benih (biji, bahan stek dan anakan alam), sarana dan prasarana persemaian serta alat tulis menulis.

Waktu kegiatan telah dilakukan sejak tahun 2009 sampai sekarang, melalui kegiatan penelitian dan pengembangan bekerjasama dengan ITTO-Cites melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Rehabilitasi dan Konservasi Hutan.

B. Metode

b.1 Pembangunan Tegakan Benih Teridentifikasi (TBT) Ramin

Pembangunan TBT ramin telah dilakukan oleh BPK Banjarbaru, berkoordinasi dengan Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Wilayah Kalimantan. Metode yang dilakukan untuk mendapatkan sumber benih ramin meliputi beberapa tahapan kegiatan :

1) Pengajuan permohonan untuk sertifikasi tegakan benih ramin ke BPTH wilayah Kalimantan.

2) Survey/inventarisasi lanjutan tegakan ramin dalam rangka sertifikasi, bersama dengan tim BPTH wilayah Kalimantan.

3) Pengolahan data dan penerbitan sertifikat Tegakan Benih Teridentifikasi (TBT) oleh BPTH wilayah Kalimantan Kegiatan selanjutnya meliputi pemeliharaan tegakan benih berupa pembersihan jalur pengamatan (jalan inspeksi), pengamatan musim berbunga, berbuah dan potensi produksi benih serta pemanfaatan benihnya.

b.2 Pembangunan kebun pangkasan

Sebelum ada istilah baku, pengertian “kebun pangkasan” di sini adalah kebun pangkas ramin yang belum ada seleksi atau perlakuan (treatment) pemuliaan. Sedangkan yang sudah dimuliakan dinamakan “kebun pangkas” (head orchad). Kegiatan pembangunan kebun pangkasan merupakan suatu alernatif sumber benih untuk jenis-jenis yang musim berbuahnya tidak menentu setiap tahun, seperti ramin.

Pembangunan kebun pangkas di BPK Banjarbaru ada yang melalui kegiatan kerjasama dan tidak melalui kerjasama, yaitu :

(3)

1) Kerjasama Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi Hutan dengan ITTO

Metode yang digunakan adalah model kebun pangkasan bedengan yang dibangun di bawah tanaman jelutung rawa (Dyera polyphylla) berumur 6 tahun di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (HDTK) Tumbang Nusa pada tahun 2009. Sumber materi kebun pangkasan sebagai tanaman donor (stock plant) berasal dari nakan alam (wildlings) dengan ukuran tinggi 100 – 150 cm. Jarak tanam kebun pangkasan 50 x 50 cm. Jumlah populasi stock plant yang dibuat sebanyak 1.000 stock plant.

Selain itu tahap berikutnya dibangun kebun pangkasan sistem jalur dan rumpang di areal bekas tebangan dengan lebar jalur 3 m dan panjang jalur 50 m, jarak tanam 50 x 50 cm. Jumlah stock plant yang dibangun sebanyak 5.000 stock plant. Pengamatan dilakukan terhadap produktivitas tunas sebagai sumber benih vegetatif (bahan stek).

2) Kegiatan BPK Banjarbaru

Pembangunan kebun pangkasan ramin (melalui RPI 2014), menguji dari 3 provenan yaitu provenan Desa Tumbang Nusa (Kabupaten Pulang Pisau), Desa Lahei (Kabupaten Kuala Kapuas) dan Kasongan (Kabupaten Katingan) dengan metode penanaman model bedengan (permanen) dan polybag (sistem bergulir) dengan volume polybag 10 liter dan 1,5 liter. Jumlah stock plant yang dibuat sebanyak 1.500 stock plant. Kebun pangkasan ini dibangun di lingkungan persemaian BPK Banjarbaru, agar proses pembuatan bibit stek cepat dan mudah karena dekat dengan sarana-prasarana persemaian.

Sumber materi kebun pangkasan (stock plant) berasal dari pembiakan generatif (1.000 stock plant) yang diperoleh pada musim buah masak November – Desember 2013 dari tegakan alam di luar lokasi kebun benih TBT dan bibit asal stek (500 stock plant) hasil pembiakan vegetatif dan cabutan anakan alam tahun 2012 dan 2013. Pengamatan dilakukan terhadap produkrivitas tunas sebagai bahan stek (benih vegetatif).

Selain itu dilakukan pula pengembangan pembangunan kebun pangkasan ramin dengan metode bedengan di bawah tegakan jelutung rawa (Dyera polyphylla) di KHDTK Tumbang Nusa dengan materi stock plant dari anakan alam dengan ukuran tinggi 100 – 150 cm yang terlebih dahulu disemaikan di persemaian selama 9 bulan sebelum ditanam. Jumlah stock plantt yang dibuat sebanyak 500 stock plant. Pengamatan dilakukan terhadap produktivitas tunas sebagai bahan stek.

b.3 Produksi bibit ramin

1) Pembuatan bibit cara stek (cutting)

Bahan stek diambil dari kebun pangkasan dan diambil juga dari anakan alam dari bagian pucuknya tunas ortotrop dengan panjang stek minimal 10 – 15 cm dan maksimal 25 – 30 cm. Stek dibuat sedemikian rupa dengan menyertakan daunnya minimal 1 helai dan maksimal 4 helai. Masing-masing bagian helaian daun dipotong sebagian menggunakan gunting , sehingga daun tersisa 30 – 50%.

Media pertumbuhan stek menggunakan pasir sungai atau media campuran gambut + sekam padi (komposisi 7:3) atau topsoil + sekam padi (komposisi 1:1). Penyemaian stek dilakukan dalam sungkup plastik dan dengan metode KOFFCO agar kelembaban udara tetap tinggi (> 90%) dan suhu udara disekitar stek tidak lebih dari 32º C.

Pendataan dilakukan terhadap keberhasilan aplikasi produksi bibit cara stek pucuk jenis ramin sampai pada tahap tumbuhnya akar primordia stek.

2) Pembuatan bibit cara generatif (seedling)

Benih diambil dari daerah Lahei, Provinsi Kalimantan Tengah. Benih yang sudah diseleksi disemai langsung pada wadah polybag dengan media tumbuh campuran antara topsoil + sekam padi (komposisi 1:1). Penyemaian dalam greenhouse hingga tumbuh berdaun 2 – 3 helai. Setelah itu, benih yang tumbuh tersebut dipindah ke areal naungan dengan intensitas 60% (aklimatisasi semai) sampai tanaman siap tanam.

Pendataan dilakukan terhadap tinggi (cm), diameter batang (cm) , jumlah daun, jumlah tunas dan daya hidup bibit (%).

(4)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembangunan TBT Ramin

Hasil yang diperoleh dari TBT ramin yang dibangun tahun 2013, belum menghasilkan buah (benih). Potensi dan karakteristik tegakan sumber benih TBT ramin tersebut disampaikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Potensi dan karakteristik tegakan sumber benih TBT ramin di KHDTK Tumbang Nusa, Kalteng (Wahyuningtyas, et.al., 2013)

Level sumber benih Luas areal Jumlah pohon jumlah pohon per Ha Rata-rata tinggi Rata-rata diameter setinggi dada Prediksi produksi benih Tegakan benih Teridentifikasi (TBT) 25 ha 162 6 – 7 batang 15,81m 23,34 cm 1.500 kg

Catatan : Pada tahun 2013 di lokasi sumber benih TBT ramin di KHDTK Tumbang Nusa tidak berbuah.

Potensi kebun benih TBT di KHDTK Tumbang Nusa cukup besar dengan jumlah populasi 162 pohon ( 6 – 7 pohon perhektar) dengan prediksi produksi benih (jika berbuah) sekiatr 1.500 kg (9,26 kg/pohon). Kendala yang dihadapi sesuai karakternya bahwa pohon ramin musim berbuahnya tidak menentu (tidak setiap tahun berbuah). Hal tersebut sesuai dengan laporan Daryono, 1998; Komar 2005; Istomo 2005 yang menyatakan bahwa ramin tidak setiap tahun berbuah. Dalam hal ini, pembungaan jenis ramin tergolong supra annual yaitu tidak selalu berbunga dan berbuah setiap tahun (Ismail et.al , 2011).

Peta lokasi sumber benih TBT ramin di KHDTK Tumbang Nusa, disampaikan dalam Gambar 1.

Gambar 1. Peta lokasi sumber benih pada level TBT jenis ramin seluas 25 ha (162 pohon) di KHDTK Tumbang Nusa, Kalimantan Tengah dengan nomor sertifikat level TBT Nomor : 181/BPTHKal-2/STFK/2013.

Dengan adanya kebun benih tersebut diharapkan pada saat musim berbuah dapat memanfaatkan benihnya untuk dijadikan bibit baru dan dapat mendukung upaya konservasi melalui penanaman ramin di tapak Hutan Rawa Gambut (HRG). Kebun benih sangat bermanfaat khususnya untuk jenis langka seperti ramin. Sehingga ramin tidak terjadi kepunahan dan dapat menjadi sumber materi genetik pemuliaan pohon pada masa-masa yang akan datang.

(5)

B. Pembanguanan Kebun Pangkasan

Perlu alternatif lain untuk pembangunan sumber benih ramin, agar ketersediaan benih setiap tahun tersedia, antara lain dengan cara membangun kebun pangkasan (Akbar, 19...;Daryono,1998; Rusmana et.al., 2012,2013,2014; Wahyuningtyas et.al., 2013).

Hasil yang ingin dicapai dari kebun pangkasan ramin adalah perolehan benih berupa bahan stek dari tunas ortotrop. Karena benih berupa biji sangat sulit diperoleh setiap tahun, maka dengan membangun kebun pangkasan merupakan suatu alternatif penyediaan benih untuk mendukung kegiatan konservasi ramin yang sudah langka keberadaannya saat ini di hutan alam.

Produktivitas bahan stek dari kebun pangkasan ramin disampaikan dalam Tabel 2 dan ilustrasi model kebun pangkasan yang dibangun disampaikan dalam Gambar 2.

Tabel 2. Produktivitas kebun pangkasan ramin pada setiap fase umur dari dua model kebun pangkasan ramin BPK Banjarbaru (eks kerjasama antara Puskonser – ITTO – BPK Banjarbaru).

Model kebun pangkasan Populasi stock plant (batang) Sumber stockplant

Produktifitas bahan stek pada setiap fase umur 1 tahun 2 tahun 3 tahun 4 tahun 5 tahun Bedengan di bawah

tegakan jelutung rawa di KHDTK Tumbang Nusa

1.000 Anakan alam

0 0 700 (70%) 500 (50%) 50 (50%)

Bedengan dalam jalur terbuka di areal bekas tebangan di KHDTK Tumbang Nusa ( 5.000 Anakan alam 0 0 3.000 (60%) 2.000 (40%) 3000 (60%)

A.Kebun pangkasan ramin di bawah tegakan jelutung rawa di KHDTK Tumbang Nusa (2.000 stock plant)

B. Kebun pangkasan ramin model jalur di arealbekas tebangan di KHDTK Tumbang Nusa (5.000 stock plant)

Gambar 2. Kebun pangkasan ramin model bedengan di bawah tegakan jelutung rawa (A) dan model jalur di areal bekas tebangan yang dibangun oleh Proyek ITTO tahun 2009 dan 2010 di KHDTK Tumbang Nusa.

Kebun pangkasan umur 3-4 bulan, dilakukan penyulaman terhadap stock plant yang mati. Dalam Tabel 2 (dua) menunjukkan bahwa sampai umur 2 (satu) tahun, kebun pangkasan belum bisa diambil tunasnya untuk bahan stek, karena tunas yang ideal untuk dijadikan stek belum tersedia. Bahan stek yang ideal harus memiliki panjang tunas minimal 15 – 20 cm dan maksimal 25 – 30 cm. Sementara stock plant ramin berumur 2 (dua) tahun panjang tunasnya rata-rata kurang dari 10 cm.

Berdasarkan pengamatan (Tabel 2), kebun pangkasan ramin pertama kali dapat diambil tunas ortotropnya untuk bahan stek pada umur 3 tahun sebanyak 60 – 70% dan pada tahun berikutnya, 1 (satu) tahun setelah diambil tunasnya pertama kali, bahan stek dapat diambil sebanyak 50 – 60%. Dengan adanya kebun pangkasan, pembuatan bibit ramin dapat dilakukan setiap tahun karena tidak harus bergantung musim berbuah lagi.

(6)

Berikut disampaikan ilustrasi model pembangunan kebun pangkasan ramin sistem bedengan dan sistem pangkasan bergulir. Model kebun pangkasan bergulir ini mengadopsi dari kebun pangkasan meranti yang sudah berjalan saat ini pada pembikan vegetatif sistem KOFFCO (Sakai & Subikato, 1998). Model tersebut disampaikan dalam Gmbar 3.

A. Sistem bergulir (polybag volume 10 liter)

B. Sistem bergulir (polybag volume 1,5 liter)

C. Sistem bedengan

Gambar 3. Model kebun pangkasan ramin sitem bergulir dan bedengan di BPK Banjarbaru

Model kebun pangkasan tersebut (Gambar 3), sampai umur 9 bulan, belum dapat memproduksi benih vegetatif (stek pucuk) karena dari materi yang ada belum siap diambil tunas ortotropnya. Materi stock palnt kebun pangkas berasal dari biji, kecuali gambar 3.A berasal dari stek pucuk. Kebun pangkasan sistem bergulir dan bedengan belum menghasilkan bahan stek.

Selain itu, kebun pangkasan sistem bergulir dan bedengan pada uji 3 provenan, saat ini belum menghasilkan bahan stek karena masih relatif pendek tunasnya (belum mencapai 20 cm) dan masih dalam pengamatan.

C. Pembuatan bibit cara stek

Pembuatan bibit ramin cara stek telah banyak dipublikasikan oleh para peneliti senior di instansi lingkup Badan Litbang Kehutanan. Namun demikian, karena ada kendala pertumbuhan tinggi stek ramin lambat (1,5 – 5 cm/tahun), maka dilakukan penelitian ukuran panjang stek agar berdasarkan morfologi tinggi bibit pada kurun waktu relatif lebih singkat ( misalnya 9-11 bulan) di persemaian sudah dapat di tanam ke lapangan. Selain itu, pertimbnagan lain adalah ketinggian permukaan air atau kedalaman air di rawa gambut pada musim hujan untuk daerah tertentu cenderung dapat mencapai > 15 cm.

Dari beberapa perlakuan kombinasi ukuran panjang stek ramin dan konsentrasi hormon akar IBA, diperoleh hasil persentase pertumbuhan akar primordia stek dari masing-masing perlakuan, disampaikan dalam Gambar 4. Data jumlah akar dan panjang akar untuk setiap kombinasi perlakuan, disampaikan dalam Gambar 5.

Gambar 4. Histogram persentase stek ramin berakar dari perlakuan kombinasi panjang stek dan zat perangsang akar IBA, umur 8 minggu.

0 40 40 0 20 0 20 40 60 40 60 100 60 80 60 60 80 80 60 40 80 60 60 80 40 40 80 100100100100 80 80 80 80 100 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 P 1 H 0 P 1 H 1 P 1 H 2 P 1 H 3 P 1 H 4 P 1 H 5 P 2 H 0 P 2 H 1 P 2 H 2 P 2 H 3 P 2 H 4 P 2 H 5 P 3 H 0 P 3 H 1 P 3 H 2 P 3 H 3 P 3 H 4 P 3 H 5 P 4 H 0 P 4 H 1 P 4 H 2 P 4 H 3 P 4 H 4 P 4 H 5 P 5 H 0 P 5 H 1 P 5 H 2 P 5 H 3 P 5 H 4 P 5 H 5 P 6 H 0 P 6 H 1 P 6 H 2 P 6 H 3 P 6 H 4 P 6 H 5 P e rs e nt ase (% )

(7)

Gambar 5. Jumlah akar (buah) dan panjang akar (mm) stek ramin dari kombinasi perlakuan panjang stek dan konsentrasi ZPT akar umur 8 minggu.

Hasil analisa data menurut model Tukey (Lampiran 1), menunjukkan bahwa panjang stek minimal 20 cm dan maksimal 30 cm, menunjukkan yang terbaik (significant) dibanding panjang stek < 15 cm. Selanjutnya, pengaruh konsentrasi hormon akar tidak menunjukkan perbedaan yang significant, mulai konsentrasi 0 ppm sampai dengan 2.500 ppm.

Berdasarkan hasil tersebut, untuk memproduksi bibit ramin cara stek direkomendasikan menggunakan panjang stek antara 15 – 30 cm, agar stek tumbuh akarnya lebih besar (> 63%), jumlah akar lebih banyak (2,6 – 3,6 buah) dan panjang akarnya lebih cepat (0,5 – 1,6 cm)

D. Pembuatan bibit dengan cara pemebiakan generatif

Pembuatan bibit dari biji, prosesnya lebih mudah dibanding cara stek. Kunci keberhasilan pembuatan bibit dari biji (generatif) adalah bijinya harus masak secara fisiologis (tua), sehat dan bernas/tidak hampa serta benar dalam proses penyemaiannya. Hasil pembuatan bibit ramin dari biji asal kebun benih yang telah dibangun belum dapat dilakukan, karena tegakan benih yang ada belum berbuah. Namun demikian, pembuatan bibit ramin dari biiji tetap dilakukan dengan biji dari daerah lain, yaitu dari daerah Lahei, Kabupaten Kuala Kapuas. Pertumbuhan bibit ramin umur 9 bulan dari pembiakan generatif, disampaikan dalam Gambar 6. Bentuk biji dan kecambah ramin serta bibit umur 1, 3 dan 9 bulan disampaikan dalam Gambar 7.

Gambar 6. Karakter pertumbuhan bibit ramin umur 9

bulan dengan cara pembiakan generatif.

Gambar 7. Fenotipik buah dan biji serta kecambah ramin (A), bibit ramin dengan cara pembiakan generatif umur 1 bulan (B), 3 bulan (C) dan 9 bulan (D)

Pertumbuhan tinggi, diameter dan pertambahan daun bibit ramin sangat lambat setelah umur 1 bulan atau memeliki sepasang daun (2 helai). Diduga hal tersebut karakter jenis ramin yang lambat pertumbuhannya. Seperti dalam Gambar 6, bibit umur 9 bulan baru mencapai tinggi rata-rata 21,8 cm, diameter batang 2,8 mm, jumlah daun

P1 H1 P1 H2 P1 H3 P1 H4 P1 H5 P2 H0 P2 H1 P2 H2 P2 H3 P2 H4 P2 H5 P3 H0 P3 H1 P3 H2 P3 H3 P3 H4 P3 H5 P4 H0 P4 H1 P4 H2 P4 H3 P4 H4 P4 H5 P5 H0 P5 H1 P5 H2 P5 H3 P5 H4 P5 H5 P6 H0 P6 H1 P6 H2 P6 H3 P6 H4 P6 H5 Jumlah akar (buah) 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 panjang akar (mm) 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 000 001 001 002 002 003 003 004 004 sat u an ( b u ah d an c m)

Perlakuan kombinasi panjang stek dan konsentrasi ZPT akar IBA

2,8 21,8 2,7 0,3 0 5 10 15 20 25 Diameter (mm)

Tinggi (cm) Jumlah daun (helai)

Jumlah tunas (buah)

Pertumbuhan

Karakter bibit ramin umur 9 bulan

(Range 0-1)

A B

D

C

(8)

2,7 helai (range 2 – 4 helai), dan tunas 0,1 (range 0 – 1). Maksud tunas tersebut adalah tunas muda yang sedang tumbuh menggelora (flusing) dan tidak dalam kondisi dorman (resting).

IV. KESIMPULAN

1. Pembangunan kebun benih ramin bersertifikat pada level TBT telah tersedia di BPK Banjarbaru dengan Sertifikat Nomor : 181/BPTH.Kal-2/STFK/2013) seluas 25 ha dengan populasi 162 pohon di KHDTK Tumbang Nusa, dengan estimasi produksi benih 1.500 kg setiap musim, jika seluruh pohonnya berbuah. TBT ramin ini pada tahun 2013 belum menghasilkan benih.

2. Pembangunan kebun pangkasan ramin melalui kegiatan kerjasama antara BPK Banjarbaru dengan Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi Hutan melalui Proyek ITTO telah terbangun 11.000 stock plant dan potensi produksi bahan stek dari kebun pangkasan tersebut sekitar 6.000 stek setiap tahun.

3. Pembangunan kebun pangkasan ramin dari 3 provenan sebanyak 1,500 stock plant (dari pembiakan generatif) belum menghasilkan pada tahun 2014 karena tunas ortotrop yang ada secara morfologis belum siap untuk diambil tunasnya (umur 9 bulan). Namun, pada kebun pangkasan yang telah berumur

4. Produksi bibit ramin dapat dilakukan dengan cara stek dengan keberhasilan antara 70 – 83%, jika benih (biji) tidak tersedia.

5. Untuk mendukung konservasi ramin agar tidak terjadi kepunahan, pembangunan kebun benih sangat urgen dilakukan. Pembangunan kebun benih perlu dikembangkan di setiap wilayah dan bekerjasama dengan instansi terkait di daerah seperti Taman Nasional, Balai Konservasi Sumber Daya Alam, Dinas Kehutanan, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial (BPDAS-PS).

(9)

Lampiran 1. Analisa data stek ramin berakar dari kombinasi perlakuan panjang stek dengan konsentrasi ZPT

Between-Subjects Factors

Perlakuan Value Label N Panjang_stek 1.00 5-<10 cm 30

2.00 10-<15 cm 30 3.00 15-<20 cm 30 4.00 20-<25 cm 30

(10)

5.00 25-<30 cm 30 6.00 30-<35 cm 30 Kons_ZPT .00 IBA 0 ppm 30 500.00 500.00 30 1000.00 1000.00 30 1500.00 1500.00 30 2000.00 2000.00 30 2500.00 2500.00 30

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Berakar

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 141500.000a 35 4042.857 2.050 .002 Intercept 684500.000 1 684500.000 347.070 .000 Pnjang_stek 81833.333 5 16366.667 8.299 .000 Kons_ZPT 15166.667 5 3033.333 1.538 .182 Pnjang_stek * Kons_ZPT 44500.000 25 1780.000 .903 .601 Error 284000.000 144 1972.222 Total 1110000.000 180 Corrected Total 425500.000 179 a. R Squared = .333 (Adjusted R Squared = .170)

Persentase stek berakar berakar

Tukey HSDa,,b Pnjang_stek N Subset 1 2 3 5-<10 cm 30 20.0000 10-<15 cm 30 53.3333 20-<25 cm 30 63.3333 63.3333 15-<20 cm 30 70.0000 70.0000 25-<30 cm 30 76.6667 76.6667 30-<35 cm 30 86.6667 Sig. 1.000 .328 .328

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 1972.222. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000. b. Alpha = 0.05.

(11)

Gambar

Gambar  1.  Peta  lokasi  sumber  benih  pada  level  TBT  jenis  ramin  seluas  25  ha  (162  pohon)  di  KHDTK  Tumbang  Nusa,  Kalimantan Tengah dengan nomor sertifikat level TBT Nomor : 181/BPTHKal-2/STFK/2013
Tabel 2. Produktivitas kebun pangkasan ramin  pada setiap fase umur dari   dua model kebun pangkasan ramin BPK Banjarbaru  (eks kerjasama antara Puskonser – ITTO – BPK Banjarbaru)
Gambar 3. Model kebun pangkasan ramin sitem bergulir dan bedengan di BPK Banjarbaru
Gambar  5.  Jumlah  akar  (buah)  dan  panjang  akar  (mm)  stek  ramin  dari  kombinasi  perlakuan  panjang  stek  dan  konsentrasi ZPT akar umur 8 minggu

Referensi

Dokumen terkait

Apa yang seharusnya anda kaji selaku perawat yang terkait dengan lintas budaya dan apa yang saudara lakukan supaya dapat memberi asuhan keperawatan yang kompeten secara

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis lakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan adanya Sistem Absensi Berbasis Android Menggunakan Validasi

Konsep ekonomi menurut Tagyudin (1996:16) adalah sesuatu yang membahas tentang kebutuhan-kebutuhan manusia dan sarana-prasarana pemenuhannya (ilmu yang membahas tentang

Pada analisa data ini dilaksanakan pembandingan antara pohon dengan kelas umur yang berbeda sehingga dapat di simpulkan pohon pada kelas umur berapa yang paling

Sebagai upaya untuk mengundang diskusi diantara para guru, pendidik, dan para ahli Pendidikan, pada bagian ini akan disajikan model Pendidikan dan model pembelajaran yang

atas dasar saling merelakan. Dalam jual beli terdapat rukun dan syarat yang harus dipenuhi, sehingga jual beli tersebut dapat dikatakan sah oleh syara‟. Salah satu

Sesuai dengan deskripsi data yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat diuraikan kemampuan siswa mengidentifikasi karakter tokoh dalam cuplikan novel remaja yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan BPJS kesehatan terhadap masyarakat sudah cukup baik dan memuaskan bagi kalangan masyarakat pelanggang BPJS sesuai dengan