• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Integrasi Ilmu Umum dan Ilmu Agama Pada Kajian Tadris FTK IAIN IB Padang Selasa, 10 November :16

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Strategi Integrasi Ilmu Umum dan Ilmu Agama Pada Kajian Tadris FTK IAIN IB Padang Selasa, 10 November :16"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Strategi Integrasi Ilmu Umum dan Ilmu Agama

Pada Kajian Tadris FTK IAIN IB Padang

(Respons atas Tulisan Dr. Remiswal)

Oleh: Dr. Muhammad Kosim, MA

“Apa perbedaan antara guru matematika lulusan FTK IAIN IB Padang dengan guru matematika lulusan Perguruan Tinggi Umum?”; “Apa beda guru umum di sekolah dengan madrasah?

Pertanyaan itu kerap kali terdengar jika terjadi diskusi tentang kompetensi lulusan kajian tadris Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) IAIN Imam Bonjol Padang yang hingga saat ini terdiri dari empat program studi, yaitu Tadris Matematika, Tadris IPA-Fisika, Tadris IPS-Sejarah, dan Tadris Bahasa Inggris.

Seperti yang telah disinggung oleh Dr. Remiswal (Wakil Dekan I FTK IAIN IB Padang),

“Program-program studi  tersebut telah menghasilkan lulusan yang sudah banyak dimanfaatkan keahliannya pada sekolah dan madrasah. Namun muncul kegamangan secara kolektif

kelembagaan terhadap lulusan yang dihasilkan serta proses pengamblengan yang diterima oleh mahasiswa program-program studi tersebut.”

(2)

Idealnya, lulusan kajian tadris FTK IAIN IB Padang memiliki distingsi jika dibandingkan dengan lulusan PTU. Setidaknya, ada dua hal yang menjadi harapan masyarakat terhadap out come

dari perguruan tinggi agama kebanggan masyarakat Sumatera Barat ini.

Pertama, lulusan jurusan Tadris FTK mesti memiliki kepribadian Islami. Apalagi lulusan dari FTK IAIN IB ini menyandang gelar “Sarjana Pendidikan Islam” (S.Pd.I), maka masyarakat akan mengenal mereka sebagai lulusan IAIN IB Padang. Karena itu, mereka dituntut memiliki

kepribadian Islami, baik di sekolah/madrasah maupun di tengah-tengah masyarakat. Misalnya, guru yang laki-laki dituntut mampu menjadi imam dan khatib di masjid, bagi yang perempuan menjadi penggerak kegiatan Islam, seperti majlis taklim di masyarakat, atau kajian forum an-Nisa’ di sekolah/madrasah. Begitu pula di sekolah/madrasah, lulusan tadris FTK IAIN IB menjadi ujung tombak sekaligus penggerak kegiatan keislaman di sekolah/madrasah, termasuk menumbuhkembangkan kegiatan yang berorientasi pada terbentuknya religious

culture .

Kedua, lulusan Prodi Tadris memiliki paradigma keilmuan yang integral-holistik, bukan dikotomik. Mereka dituntut untuk mampu menyajikan materi dengan pendekatan

integral-holistik. Lulusan Tadris IPA-Fisika, misalnya dapat mengaitkan kajian fisika dengan dimensi imtak dengan materi yang relevan. Dengan demikian, setelah peserta didik

mempelajari ilmu tersebut, peserta didik tersebut memiliki sikap spiritual yang baik. Semakin bertambah ilmunya semakin dekat dan takut kepada Yang Maha Berilmu. Inilah profil generasi muslim yang diidam-idamkan, yaitu “ilmuan yang ulama”, seperti firman Allah SW: “Ses ungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama

” (Qs. Fathir/35: 28).

Pertanyaannya, sudahkah FTK IAIN IB Padang mampu mewujudkan profil lulusan Prodi Tadris seperti harapan di atas? Untuk itu, perlu kajian mendalam untuk menghasilkan strategi yang jelas dan terukur memenuhi harapan di atas. Tampaknya, strategi yang sudah dilakukan lebih menekankan pada pemberian mata kuliah keislaman untuk mahasiswa Prodi Tadris sebagai mata kuliah institute dan fakultas, seperti mata kuliah Ulumul Quran, Ulumul Hadis, Fiqh, Ilmu Pendidikan Islam, Sejarah Peradaban Islam, dan sebagainya. Pertanyaannya, apakah melalui pemberian mata kuliah tersebut akan terbentuk paradigma nondikotomik bagi mahasiswa tersebut? Jika sudah, apakah mereka mampu mengaplikasikannya dalam pembelajaran di dalam kelas, ketika mereka bertugas sebagai guru di sekolah/madrasah?

(3)

empiris, sehingga rentan menghasilkan paradigma keilmuan yang dikotomik.

Memang diakui, beberapa dosen ada yang berupaya untuk melakukan integrasi imtak pada kajian sains atau mata kuliah jurusan, seperti menemukan ayat-ayat Alquran yang relevan dengan kajian sains tersebut. Akan tetapi, sejauh ini belum distandarisasikan dalam kurikulum yang mapan. Akibatnya, masih memungkinkan terjadinya perbedaan strategi yang diterapkan antara satu dosen dengan dosen yang lainnya, meskipun membimbing mata kuliah yang sama.

Oleh karena itu, perlu langkah-langkah strategi untuk memenuhi harapan di atas.

Untuk mewujudkan kepribadian Islam di kalangan mahasiswa Tadris, perlu menerapkan regulasi yang diterapkan secara konsisten dan pembinaan secara kontiniu. Misalnya, regulasi etika berpakaian, etika bergaul di lingkungan kampus, hingga standar keilmuan yang mereka miliki, khususnya terkait sebagai profesi mereka kelak yang menyandang gelar S.Pd.I.

Misalnya, setiap mereka memiliki standar fasih membaca Alquran, standar minimal hafal Alquran beberapa surat. Untuk kemampuan membaca Alquran ini butuh Pondok Alquran sehingga bagi mahasiswa yang masih memiliki kemampuan rendah, memiliki wadah untuk membina mereka secara kontiniu dan terprogram. Begitu pula standar minimal praktik ibadah, seperti imam dan khutbah jumat bagi laki-laki. Hal ini memang sudah dilakukan dalam bentuk mata kuliah yaitu Praktik Ibadah dan Praktik Tilawah. Namun perlu pengembangan dan peningkatan kualitasnya, terutama dengan adanya wadah Pondok Alquran tersebut.

Begitu pula pembinaan mental-spiritual mahasiswa, meski diprogramkan. Mahasiswa tidak saja diberikan pembinaan di dalam kelas melalui kegiatan intrakurikuler, tetapi perlu dikembangkan dengan kegiatan Ekskul mahasiswa yang menyiapkan mereka terampil dalam membina sikap keberagamaan siswa di sekolah, saat mereka bertugas nantinya. Mereka hasus mampu menjadi guru pembina Rohis atau kegiatan Imtak di sekolah, karena itu mereka harus dibekali dengan pola dan strategi pembinaan imtak siswa di sekolah/madrasah. Maka kegiatan

kemahasiswaan tidak saja dikembangkan pada kegiatan bakat dan minat mahasiswa, tetapi perlu mengembangkan kegiatan yang berorientasi pada pembinaan mental dan spiritual mahasiswa.

Sedangkan untuk membentuk paradigma keilmuan yang nondikotomik, atau integral holistic, perlu melakukan beberapa upaya, yaitu:

(4)

Pertama, merumuskan mata kuliah keislaman yang disesuaikan dengan tema-tema sesuai dengan kajian Prodi secara khusus. Misalnya, mata kuliah Tafsir pada Tadris IPS-Sejarah, pendekatannya dengan tafsir Maudhu’iy yang disusun berdasarkan tema-tema penting dalam kajian sejarah. Karena kemampuan dosen tafsir terbatas pada kajian

IPS-Sejarah, misalnya, maka butuh kombinasi dengan dosen jurusan Sejarah. Begitu juga mata kuliah Hadis, perlu dikembangkan kajian sains dalam perspektif hadis, terutama bagi jurusan IPA-Fisika. Dalam hal ini, perlu dikembangkan pembelajaran

team teaching

yang terdiri dari dosen Tafsir dan dosen sejarah atau dosen sains untuk membimbing mata kuliah tersebut. Lalu perkuliahan itu hendaknya menghasilkan buku panduan yang terus dikembangkan sehingga menjadi modal dasar bagi mahasiswa untuk menguasai ilmu pengetahuan yang integral-holisitik tersebut.

Kedua, merumuskan mata kuliah jurusan yang mengintegrasikan kajian keislaman sesuai materi yang relevan. Misalnya, pada Tadris Matematika, mata kuliah yang membahas tentang materi Matematika di Sekolah, harus diitegrasikan dengan materi yang relevan dengan

ayat-ayat Alquran, Hadis atau pesan-pesan moral yang sesuai dengan ajaran Islam (seperti kejujuran, istiqamah, dan sebagainya). Dengan begitu, diharapkan ilmu yang diajarkan tidak sekedar bermuatan kognitif semata, tetapi memiliki spirit keilmuan yang Islami sehingga terbentuk ranah afektif secara efektif.

Lagi-lagi, jika kemampuan dosen jurusan terbatas untuk melakukan integrasi ini, perlu pula tea m teaching

dengan dosen agama dan diharapkan melahirkan buku pedoman yang dijadikan rujukan bagi mahasiswa kelak di lapangan.

Ketiga, merumuskan metode pembelajaran yang Islami. Lulusan FTK IAIN IB Padang juga dituntut untuk memiliki kemampuan mengembangkan metode pembelajaran yang Islami, atau biasa dikenal dengan PAIKEMI-GEMBROT (Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif,

Menyenangkan, Islami, Gembira dan Berbobot). Key word “Islami” mesti dikembangkan dengan pola-pola yang praktis dan aplikatif. Sejatinya hal ini juga menjadi distingsi lulusan FTK IAIN IB Padang, terutama lulusan Prodi Tadris. Oleh karena itu, mata kuliah metode

pembelajaran mesti didesain dan dikembangkan secara praktis dan aplikatif. Karena kajian metodologi pembelajaran ini bersifat dinamis dan perlu adaptasi dengan perkembangan model-model pembelajaran yang mutakhir, maka FTK perlu pula membentuk lembaga kajian khusus tentang pengembangan metode pembelajaran yang Islami ini. Melalui lembaga ini, akan lahir berbagai penelitian dan model-model pembelajaran yang inovatif untuk memenuhi tuntutan dan harapan zaman.

(5)

Jika upaya di atas dapat dilakukan secara professional dan konsisten, maka lulusan Prodi Tadris akan memiliki distingsi dan menambah “daya jualnya” dalam mencerdaskan umat dan bangsa. Paling tidak, profil lulusan Prodi Tadris ini menjadi prioritas untuk guru mata pelajaran umum di Madrasah sehingga mampu menjawab apa perbedaan guru madrasah dengan di sekolah.

Gagasan awal ini hendaknya menjadi bahan diskusi lebih lanjut dalam mencari dan menemukan model integrasi Agama, Ilmu dan Sains pada Prodi Tadris di FTK IAIN Imam Bonjol Padang, sebagaimana yang diinginkan oleh Pak Dr. Remiswal, M.Pd. Semoga saja.! (Edt. EN).

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan G2 (penambahan pupuk limbah rumput laut Gracilaria dosis 100 g/pot) juga dapat memperbaiki sifat kimia pada tanah Vertisol meskipun tidak lebih baik dari

Hasil yang didapat dari perhitunSan ini akan memberikan gambaran berapa besarnya modal yang dibutuhkan untuk pendi- rian pabrik pengolahan kulit kelinci menjadi Kulit

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi

Pengaruh kultivar dan ukuran umbi bibit bawang bombay introduksi terhadap pertumbuhan, pembungaan dan introduksi benih.. Massachusetts: Sinauer

"Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah." - Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik

Hal ini tercermin dalam salah satu buku yang diterbitkan dengan judul “Pendidikan dalam Perspektif Tokoh, Menguak Pemikiran Pendidikan Indonesia.” 46 Kumpulan karya

Kompetensi guru dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa guru yang memiliki kompetensi (Kompetensi Paedagogik, Kompetensi Kepribadian,

Pertanyaan yang bisa diajukan oleh siswa tidak dibatasi, karena dengan beberapa pertanyaan tersebut dapat mengindikasikan seberapa jauh minat siswa untuk ingin lebih