• Tidak ada hasil yang ditemukan

DETEKSI VIRUS AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5 PADA BEBERAPA JENIS BURUNG DI JAKARTA DAN SUKABUMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DETEKSI VIRUS AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5 PADA BEBERAPA JENIS BURUNG DI JAKARTA DAN SUKABUMI"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

DETEKSI VIRUS AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5 PADA

BEBERAPA JENIS BURUNG DI JAKARTA DAN SUKABUMI

(Detection of Avian H5 Influenza Virus in Some Birds

in Jakarta and Sukabumi)

N.L.P.INDI DHARMAYANTI danRISA INDRIANI

Balai Penelitian Veteriner, Jl. R.E. Martadinata No. 30, Bogor 16114

ABSTRACT

In 2003, avian H5N1 influenza virus (AI) caused high mortality in chickens, and in 2005 some birds from Taman Margasatwa Ragunan have been infected by H5N1 of AI. In this study, we conducted Reverse Trancriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) using H5 specific primer of AI to detected avian H5 influenza virus from cloacal samples that collected from PPS Tegal Alur, pet birds, Gelanggang Samudra Ancol in Jakarta and PPS Cikanangka in Sukabumi. The result of the study revealed that some birds from PPS Tegal Alur and pet birds from Jakarta have been infected by avian H5 influenza virus.

Key Words: Detection, Avian Influenza, Birds

ABSTRAK

Pada tahun 2005, virus avian influenza masih bersirkulasi di Indoensia termasuk daerah Jakarta dan Sukabumi. Rentang spesies unggas yang diinfeksi juga semakin meluas. Bukan hanya ayam, puyuh dan itik tetapi beberapa jenis burung juga telah terinfeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi keberadaan virus avian influenza pada beberapa jenis burung milik beberapa penggemar burung, di penangkaran burung dan taman rekreasi di Jakarta dan Sukabumi, mengingat beberapa jenis burung terinfeksi seringkali tidak menunjukkan gejala klinis yang jelas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan isolasi RNA virus langsung dari usap kloaka dan kemudian dilakukan deteksi dengan RT-PCR dengan menggunakan primer spesifik H5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa jenis burung milik beberapa penggemar burung dan di sebuah penangkaran burung di Jakarta telah terinfeksi virus avian influenza. Kata Kunci: Deteksi, Virus Avian Influenza, Burung

PENDAHULUAN

Setelah lebih dari dua tahun virus AI bersirkulasi di Indonesia, virus ini telah menginfeksi beragam jenis unggas selain ayam, itik dan burung puyuh. DHARMAYANTI et al. (2005) menyatakan bahwa virus avian influenza telah menginfeksi spesies unggas lain seperti burung merak dan merpati di Jakarta. DHARMAYANTI et al. (2005) berhasil mengidentifikasi dan mengkarakterisasi tujuh isolat virus avian influenza yang berasal dari Jakarta tersebut dengan metode RT-PCR dan sekuensing yaitu disebabkan oleh virus avian influenza subtipe H5N1 highly pathogenic yang mempunyai motif asam amino RKKR//G pada daerah cleavage site gen HA. Penelitian DHARMAYANTI et al. (2006) menunjukkan

semakin luasnya rentang spesies unggas yang dapat diinfeksi virus AI, yaitu berhasil diidentifikasinya virus AI pada burung-burung langka di Taman Margasatwa Ragunan. Berdasarkan pada penelitian DHARMAYANTI et al. (2006), maka dilakukan penelitian ini yaitu untuk mengetahui lebih jauh serta lebih lengkap jenis-jenis unggas terutama burung yang telah dapat diinfeksi oleh virus AI.

MATERI DAN METODE

Sampel

Sampel dikoleksi dari beberapa lokasi yang mempunyai burung-burung peliharaan. Di Jakarta, sampel usap kloaka dikoleksi dari PPS

(2)

Tegal Alur, Gelanggang Samudra Ancol dan para penggemar burung, sedangkan di Sukabumi, sampel usap kloaka dikoleksi dari PPS Cikanangka. Usap kloaka yang diambil dari masing-masing jenis burung yang diambil secara individual. Di laboratorium, sampel-sampel tersebut langsung diisolasi materi genetiknya yaitu dengan melakukan isolasi RNA virus yang selanjutnya hasil isolasi RNA ini digunakan sebagai templat untuk uji penentuan subtipe virus AI menggunakan teknik RT-PCR.

Isolasi RNA virus dan Reverse Trancriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR)

Isolasi RNA virus dilakukan langsung dari sampel lapang dengan menggunakan QIAmp RNA mini kit (Qiagen) sesuai dengan metode terdahulu (DHARMAYANTI, 2005). Selanjutnya uji RT-PCR dilakukan dengan menggunakan primer matrix dan primer spesifik avian influenza subtipe H5 sesuai dengan LEE et al. 2000. Hasil RT-PCR divisualisasi dengan uv transluminator.

HASIL PENELITIAN

Hasil RT-PCR menunjukkan bahwa tidak adanya amplifikasi pada sampel-sampel yang berasal dari PPS Cikanangka dan Gelanggang Samudra Ancol. Hal ini berarti tidak ditemukan virus influenza pada beberapa jenis burung di PPS Cikanangka, Sukabumi (Tabel 1); Gelanggang Samudra Ancol (Tabel 4). Virus AI dapat dideteksi di beberapa jenis burung di PPS Tegal Alur, (ditunjukkan adanya amplifikasi dengan primer spesifik H5 pada posisi sekitar 500 – 600 base pairs (bp), sesuai dengan kontrol positif virus AI subtipe H5N1) (LEE et al., 2000). Sampel-sampel tersebut adalah dari 11 sampel usap kloaka, berhasil diidentifikasi 10 sampel terinfeksi virus AI subtipe H5 (Tabel 2). Virus AI juga dapat dideteksi pada burung kakatua, merpati, puter dan perkutut milik para penggemar burung (Tabel 3). Hasil selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 1, 2, 3 dan 4.

Tabel 1. Hasil identifikasi virus avian influenza yang berasal dari usap kloaka dari beberapa jenis burung di PPS Cikanangka, Sukabumi

Jenis unggas dan kode Jumlah sampel (ekor) Identifikasi dengan RT-PCR (primer H5)

Kuntul kerbau 1 1 Negatif

Kuntul kerbau 2 1 Negatif

Kuntul kerbau 3 1 Negatif

Bluwok 1 1 Negatif Bluwok 2 1 Negatif Bluwok 3 1 Negatif Merak 1 1 Negatif Merak 2 1 Negatif Merak 3 1 Negatif Merak 4 1 Negatif Merak 5 1 Negatif Merak 6 1 Negatif Merak 7 1 Negatif Merak 8 1 Negatif Merak 9 1 Negatif Ibis 1 Negatif

Bangau tongtong 1 1 Negatif

(3)

Lanjutan Tabel 1.

Jenis unggas dan kode Jumlah sampel (ekor) Identifikasi dengan RT-PCR (primer H5)

Kakatua merah 1 1 Negatif

Kakatua merah 2 1 Negatif

Jalak putih 1 1 Negatif

Jalak putih 2 1 Negatif

Elang brontok 1 1 Negatif

Elang brontok 2 1 Negatif

Elang jawa 1 Negatif

Elang ular 1 1 Negatif

Elang ular 2 1 Negatif

Elang ular 3 1 Negatif

Elang ular 4 1 Negatif

Elang brontok hitak (isolasi) 1 Negatif

Bayan hijau 1 Negatif

Elang bondol anakan 1 1 Negatif

Elang bondol anakan 2 1 Negatif

Elang bondol isolasi 1 Negatif

Elang bido 1 Negatif

Bayan merah 1 Negatif

Kakatua clerita 1 Negatif

Kakatua maluku 1 Negatif

Kakatua sulphurea besar 1 Negatif

Kakatua sulphurea kecil 1 Negatif

Nuri 1 isolasi 1 Negatif

Nuri 2 isolasi 1 Negatif

Nuri 3 isolasi 1 Negatif

Tabel 2. Hasil identifikasi virus avian influenza yang berasal dari usap kloaka dari beberapa jenis burung di PPS Tegal Alur, Jakarta

Jenis unggas dan kode Jumlah sampel (ekor) Identifikasi dengan RT-PCR (primer H5)

Bayan 1 1 Positif

Bayan 2 1 Positif

Bayan 3 1 Positif

Kakatua seram 1 Negatif

Kakatua jambul kuning 1 Positif

Kakatua jambul kuning besar 1 Positif

Kasturi raja 1 Positif

Kakatua raja 1 1 Positif

Kakatua raja 2 1 Positif

Cendrawasih kecil 1 Positif

(4)

Tabel 3. Hasil identifikasi virus avian influenza yang berasal dari usap kloaka dari beberapa jenis burung milik beberapa penggemar burung di jakarta

Jenis unggas dan kode Jumlah sampel (ekor) Identifikasi dengan RT-PCR (primer H5)

Kakatua 23/5/5 1 Positif Puter 8/10/5 1 Positif Merpati 8/10/5 1 Positif Puter 1 1 Positif Puter 2 1 Positif Puter 3 1 Positif Perkutut 1 1 Negatif Perkutut 2 1 Positif Perkutut 3 1 Negatif Perkutut 4 1 Positif

Tabel 4. Hasil identifikasi virus avian influenza yang berasal dari usap kloaka dari beberapa jenis di Gelanggang Samudra, Jakarta

Jenis unggas dan kode Jumlah sampel (ekor) Identifikasi dengan RT-PCR (primer H5)

Makau merah 1 Negatif

Makau jingga 1 Negatif

Kakatua 1 1 Negatif

Kakatua 2 1 Negatif

Makau biru kuning 1 1 Negatif

Makau biru kuning 2 1 Negatif

Bayan 1 Negatif

Pelikan 1 Negatif

HASIL DAN PEMBAHASAN

Reservoir alami virus influenza A adalah pada unggas air (HINSHAW dan WEBSTER, 1982; WEBSTER et al., 1992). Unggas air yang sensitif terhadap virus avian influenza meliputi hampir semua ordo (WEBSTER dan BEAN, 1998). Sebagian besar penelitian influenza pada unggas air adalah di itik terutama itik liar. Pada unggas ini, virus influenza secara prefensial bereplikasi pada sel-sel pada saluran pencernaan dan tidak menunjukkan gejala klinis sakit. Tetapi unggas ini dapat mensekresikan feses dengan konsentrasi tinggi yaitu lebih dari 108.7 50% egg infectious doses/g (WEBSTER et al., 1978). Di Indonesia belum ada laporan penelitian tentang kemungkinan itik atau unggas air sebagai

Pada penelitian ini, sepuluh burung yang berasal dari PPS Tegal Alur dan delapan burung milik penggemar burung berhasil dideteksi adanya infeksi virus AI subtipe H5 dan semuanya tidak menunjukkan gejala sakit. Hasil ini membuktikan bahwa semakin luasnya rentang jenis unggas yang dapat diinfeksi oleh virus AI. Jika unggas-unggas ini dalam waktu tertentu mensekresikan feses yang mengandung virus, sangatlah mungkin bahwa burung-burung ini juga merupakan reservoir AI. Tetapi dalam penelitian ini tidak dilakukan pengamatan tersebut.

Burung-burung yang diambil sampelnya pada penelitian ini bukan merupakan burung liar, tetapi burung yang sengaja dipelihara dan dikandangkan dengan baik. Terinfeksinya burung-burung pada PPS Tegal Alur

(5)

yang kurang ketat, sehingga lalu lintas manusia kemungkinan merupakan faktor penyebar yang patut diperhitungkan, karena sepuluh ekor burung yang terinfeksi letak kandangnya berdekatan dan sering dilewati oleh petugas kandang, sedangkan satu ekor unggas yang negatif AI yaitu kakatua seram lokasi kandangnya berjauhan dengan kandang lainnya dan jarang dilewati oleh petugas kandang.

Delapan burung peliharaan milik penggemar burung pada penelitian ini, terdeteksi positif AI subtipe H5. Terinfeksinya burung-burung ini tidak diketahui dengan pasti. Kemungkinan disebabkan karena ada unggas lain seperti ayam, itik atau burung-burung liar yang berada disekitar rumah pemilik merupakan sumber infeksi.

Semua jenis burung yang berasal dari PPS Cikanangka menunjukkan tidak terdeteksinya virus avian influenza pada semua sampel yang diambil. Hal ini sangat mungkin terjadi karena lokasi dari PPS ini jauh dari mobilitas ternak, pemukiman dan kondisi alam yang mendukung lainnya.

Beberapa penelitian terakhir ini menunjukkan bahwa sejumlah burung yang terinfeksi merupakan burung jenis langka yang dilindungi karena hampir punah atau jumlahnya yang tinggal sedikit. Tindakan stamping out mungkin tidak dapat dilakukan pada burung-burung jenis langka, sehingga tindakan serta upaya eradikasi virus yang dilakukan pihak Taman Margasatwa Ragunan, mungkin merupakan tindakan penyelamatkan terhadap burung langka sekaligus memusnahkan virusnya (DHARMAYANTI et al., 2006).

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa jenis burung milik beberapa penggemar burung dan di sebuah penangkaran burung di Jakarta telah terinfeksi virus avian influenza.

DAFTAR PUSTAKA

DHARMAYANTI, N.L.P.I. 2005. Optimasi dan Uji Sampel Langsung dari Usap Kloaka, Trakea dan Organ yang Berasal dari Unggas Terinfeksi Virus Avian Influenza. Laporan Intern Hasil Penelitian. Balai Penelitian Veteriner, Bogor.

DHARMAYANTI, N.L.P.I., R.INDRIANI dan R.M.A. ADJID. 2006. Identifikasi virus avian influenza pada beberapa jenis unggas di Taman Margasatwa Ragunan dan upaya eradikasinya. Media Kedokteran Hewan (In Press). DHARMAYANTI, N.L.P.I., R. INDRIANI, R.

DAMAYANTI, A.WIYONO dan R.M.A.ADJID. 2005. Karakterisasi molekuler virus avian influenza isolat Indonesia. JITV (10)2: 127 – 133.

FOUCHIER, R.A.M., T.M. BESTEBROER, S.S., S. HERFST., L. VAN DER KEMP, G.F. RIMMELZWAAN and A.D.M.E. OSTERHAUS. 2000. Detection of influenza A viruses from different species by PCR amplification of conserved sequences in the matrix gene. J. Clinical Microbiol. 38(11): 4098 – 4101. LEE,M.S.,P.C.CHANG,J.H.SHIEN,M.C.CHENG and

H.P.SHIEH. 2001. Identification and subtyping of avian influenza viruses by reverse transcription-PCR. J. Virol. Methods. 97: 13 – 22.

WEBSTER,R.G. and W.J.BEAN,JR. 1998. Evolution and Ecology of Influenza: Interspesies Transmission. In: Textbook of Influenza. NICHOLSON, K.G., R.G. WEBSTER and A.J. HAY (Eds.). Blackwell Science. pp. 109 – 125. HINSHAW, V.S. and R.G. WEBSTER. 1982. The

natural history of influenza A viruses. In: Basic and Apllied Influenza Research. BEARE, A.S. (Ed.) CRC Press, Boca Roton. pp. 79 – 104.

WEBSTER, R.G., W.J. BEAN, O.T. GORMAN, T.M. CHAMBERS and Y.KAWAOKA. 1992. Evolution and ecology of influenza A viruses. Microbiol Rev. 56: 152 – 179.

WEBSTER,R.G.,M.A.YAKHNO,V.S.HINSHAW,W.J. BEAN and K.G. MURTI. 1978. Intestinal influenza : replication and characterization of influenza viruses in ducks. Virology. 84: 268 – 278.

Gambar

Tabel 1.  Hasil identifikasi virus avian influenza yang berasal dari usap kloaka dari beberapa jenis burung di
Tabel 2.  Hasil identifikasi virus avian influenza yang berasal dari usap kloaka dari beberapa jenis burung di
Tabel 3.  Hasil identifikasi virus avian influenza yang berasal dari usap kloaka dari beberapa jenis burung

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum mengungkapkan tentang hubungan Cirebon dengan VOC, sebelumnya dalam buku ini dijelaskan mengenai masuknya islam di Indonesia khususnya di Jawa Barat, sislsilah sunan gunung

Pada fraksi ke-2 di atas pelat silika gel berwarna hijau, dari ekstrak pigmen total membentuk kurva dengan serapan maksimum spektrofotometer pada panjang

Dalam penelitian ini, kuisioner dilakukan untuk mengetahui apakah siswa pernah menonton pornografi, jenis pornografi yang dilihat, frekuensi melihatnya,

Sedangkan untuk alumni yang telah bekerja dibidang pajak dalam sebuah perusahaan peneliti memilih alumni yang sudah bekerja selama lebih dari 5 tahun dibidang

Pada jenis serangan ini, penyerang tidak terlibat dalam komunikasi antara pengirim dan penerima, namun penyerang menyadap semua pertukaran pesan antara kedua entitas

Hasil regresi terhadap hipotesa 3 yakni untuk menguji pengaruh variabel desentralisasi fiskal bidang kesehatan, PDRB per kapita, jumlah tenaga medis dan jumlah tempat

Tujuan penelitian pada anak usia sekolah ini adalah ingin mengetahui prevalensi gangguan tidur, gambaran gangguan tidur, pengaruh intervensi sleep hygiene pada keluhan

negatif dan tidak signifikan terhada harga saham serta besarnya pengaruh langsung terhadap harga saham 9,4% serta pengaruh tidak langsung 2,5% dan total pengaruh