PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN TOTAL
FILANTIN
&
HIPOFILANTIN
MENIRAN HIJAU (
Phyllanthus niruri
L.) DAN
MENIRAN MERAH (
Phyllanthus urinaria
L.) PADA
BERBAGAI CARA PEMUPUKAN
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh berbagai cara pemupukan terhadap pertumbuhan dan kandungan filantindan hipofilantin dua jenis meniran (Phyllanthus niruriL. dan Phyllantus urinariaL.) Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB di Babakan Sawah Baru, Bogor, Jawa Barat dengan ketinggian 250 m dpl dari dari bulan Pebruari sampai dengan Mei 2010. Percobaan disusun berdasarkan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah Pemupukan (P) yang terdiri dari tanah (P0 = tanpa pupuk), pupuk kandang (P1), pupuk NPK (P2), pupuk kandang + pupuk NPK (P3). Faktor kedua adalah jenis meniran (M) yang terdiri dari M1 = meniran hijau (Phyllantus niruri L.) asal Bangkalan (A6), M2 = Meniran hijau (Phyllantus niruri L.) asal Gresik (A7), dan M3 = meniran merah (Phyllanthus urinaria L.) asal Bangkalan (A13). Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk menghasilkan pertumbuhan dan produksi biomassa yang tinggi, aksesi meniran hijau (A6 dan A7) membutuhkan pemberian pupuk berupa kombinasi pemberian pupuk kandang + NPK. Meniran hijau (A7) membutuhkan pemberian pupuk kandang untuk menghasilkan kandungan total filantin tertinggi (0,17 % bobot kering) dan
hipofilantin tertinggi (0,26% bobot kering). Meniran merah (Phyllanthus urinaria
L.) membutuhkan pemberian pupuk kandang + NPK menghasilkan antosianin tertinggi (5.00 mg g-1).
Kata kunci : meniran hijau, meniran merah, filantin, hipofilantin, antosianin
Abstract
The objective of this research was to identify the effects of various ways of fertilizer on growth and phyllantin contents and also hypophyllantin of two species Phyllanthus (Phyllanthus niruri L. and Phyllantus urinaria L.) The research conducted at Lahan Penelitian IPB Babakan Sawah Baru, Bogor, West Java with an altitude of 250 m above sea level from February to May 2010. Experiment based on randomized block design (RGD) factorial which divided in two factors. The first factor is about the fertilization (P) that consist of soil (P0 = without fertilizer), manure (P1), fertilizer NPK (P2), manure + NPK fertilizer (P3). The second factor is the type meniran (M) which consists of M1 = green meniran (Phyllantus niruri L.) from Bangkalan (A6), M2 = green meniran (Phyllantus niruri L.) from Gresik (A7), and M3 = red meniran (Phyllanthus urinaria L.) from Bangkalan (A13). The results said that to increase growth and achieve high biomass production; green meniran (Phyllantus niruri L.) accession (A6 and A7) need a combination of fertilizer manure + NPK. Green meniran (A7) found to contain the highest amounts of phyllanthin (0.17% dry weight) and
meniran (Phyllanthus urinaria L.) needs manure + NPK to produce the highest contain of anthocyanin (5.00 mg g-1).
Key words: green meniran, red meniran, phyllantin, hypophyllantin, anthocyanin
Pendahuluan
Produksi pada tanaman obat tidak hanya ditentukan oleh kuantitas produksi, tetapi juga oleh kandungan bioaktif yang terdapat di dalam tanaman. Kandungan bioaktif berhubungan dengan kandungan metabolit sekunder yang dihasilkan dari perubahan metabolit primer dalam metabolit sekunder.
Kandungan dan jumlah metabolit primer dan sekunder sebagai komponen produksi dalam tanaman obat dipengaruhi oleh unsur hara yang diserap tanaman. Kecukupan jumlah dan jenis unsur hara dalam bentuk pupuk maupun yang alami dari tanah sangat menentukan dalam pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman yang optimal. Menurut Fageria (2009) Kebutuhan jumlah hara makro yang lebih tinggi berhubungan dengan perannya dalam pembentukan karbohidrat, protein daan lemak. Sedangkan hara mikro berperan paling besar dalam proses enzimatis dalam tanaman.
Jumlah metabolit sekunder dalam tanaman obat dipengaruhi oleh jenis dan jumlah unsur hara (Saharkhiz dan Omidbaigi 2008). Winarto (2003) menyatakaan, pengaruh ini bisa berupa peningkatan dan penurunan dan diduga akan mengakibatkan perubahan efek atau khasiat tanaman obat.
Menurut Indriani (2002) aplikasi pupuk kandang ke lahan-lahan pertanian memberikan keuntungan antara lain : memperbaiki struktur tanah, sumber unsur hara bagi tanaman, menambah kandungan humus atau bahan organik dalam tanah, meningkatkan aktivitas jasad renik, meningkatkan kapasitas menahan air, mengurangi erosi dan pencucian dan meningkatkan kapasitas tukar kation dalam tanah.
Pemupukan dapat berupa pupuk organik maupun anorganik. Menurut Prasad dan Power (1997) pupuk organik meliputi bahan-bahan yang berasal dari tanaman atau hewan dalam berbagai bentuk berbeda dari dekomposisi yang ditambahkan ke tanah untuk memasok hara kepada tanaman dan memperbaiki sifat-sifat fisik tanah. Salah satu pupuk organik yang banyak digunakan adalah
pupuk kandang. Pupuk kandang memiliki kelebihan karena mengandung unsur hara yang cukup lengkap dan dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Aplikasi pupuk kandang 20 ton ha-1 dapat menambah jumlah hara dalam jumlah besar. Pupuk kandang juga mengandung hara mikro sehingga penggunaan secara berkesinambungan dapat mencegah defisiensi hara mikro akibat penggunaan pupuk anorganik dalam jumlah besar dan dalam jangka waktu lama.
Pupuk anorganik memiliki kelebihan dibandingkan pupuk kandang, yaitu jumlah dan kandungan unsur hara yang sudah pasti sehingga jumlah yang diberikan ke dalam tanaman lebih akurat. Disamping itu ketersediaannya di tanah setelah aplikasi juga lebih cepat. Penggunaan pupuk organik sebagai sumber tunggal hara tanaman memiliki beberapa masalah. Kandungan hara yang rendah, beragam dan secara umum tidak seimbang agak menyulitkan dalam memenuhi ketersediaan hara yang tepat dan seimbang. Berdasarkan hal tersebut dan adanya pemikiran akan sistem pertanian berkelanjutan menimbulkan gagasan untuk memadukan penggunaan pupuk organik dan anorganik (Prasad dan Power 1997). Chand et al. (2001) menyatakan aplikasi hara secara terpadu mempunyai pengaruh yang baik untuk pertumbuhan, hasil dan kualitas tanaman.
Peningkatan produksi dapat dilakukan melalui pemupukan. Djauharia et al. (1993) mendapatkan pertumbuhan dan produksi herba meniran meningkat dengan penggunaan 400 kg ha-1Urea (46% N), 150 kg ha-1SP-36 (36% P205) dan 200 kg ha-1 KCl (60% K20) serta pupuk kandang (pupuk organik) 20 ton per
hektar. Namun belum diketahui peningkatan kandungan bioaktif tanaman karena pemupukan. Secara umum produksi bahan bioaktif merupakan perkalian antara bobot bagian tanaman yang dipanen dengan kandungan bahan bioaktifnya. Pemupukan lengkap NPK pada peppermint (Mentha piperita L.) meningkatkan tinggi dan bobot biomassa sebesar 18-79% sedangkan kadar minyak atsiri meningkat 23-86%. Pemupukan tanaman menthe juga meningkatkan kadar menthol dalam minyak menthe (Jeliazkovaet al. 1999).
Pupuk kalium dapat meningkatkan kadar pyrethrin yang berkorelasi dengan konsentrasi K dalam jaringan apical pada tanamanpyrethrum (Tanacetum cinerariifolium). Pengaruhnya berlangsung selama 2 musim. Sedangkan pupuk P meningkatkan bioaktifpyrethrum dan berkorelasi dengan peningkatan konsentrasi
P dalam tanah, dalam jaringan daun, produksi biomassa dan konsentrasipyrethrin
(Salardiniet al. 2006).
Pertumbuhan tanaman Datura inoxia meningkat dengan meningkatnya pemberian nitrogen dari 150 mg/l hingga 450 mg/l dan mengalami penurunan dengan kenaikan dosin 600 mg/l. Pemberian N dalam bentuk NH4atau urea lebih
memacu pertumbuhan dibandingkan dalam bentuk NO3. Dalam penelitian ini
tidak ditemukan hubungan antara persentase N dalam organ tanaman dan konsentrasi alkaloid (Ruminska dan El Gamal 1978). Sedangkan pemupukan N pada medicinal pumpkin (Cucurbita pepo convar, pepo var styriaca) meningkatkan jumlah klorofil dan kandungan N daun dibandingkan tanaman yang tidak dipupuk N. Peningkatan klorofil dan N tertinggi pada dosis 225 dan 300 kg N/ha, sedangkan kandungan B-sitosterol tertinggi didapatkan pada dosis 75 kg N/ha (Aroiee dan Omidbaigi 2004). Lillo et al. (2008) melaporkan kandungan flavonoid meningkat sebagai respon kekurangan nitrogen dan posfor pada tanaman. Manipulasi senyawa ini kemungkinan dapat digunakan untuk mengontrol tingkat senyawa yang diinginkan dan memperbaiki kualitas tanaman. Enzim kunci dalamshikimate pathwayyang merupakan penghasil prekusor untuk lintasan flavonoid, diatur transkripsinya sebagai umpan balik asam amino aromatik dan mungkin dikontrol redox melalui fotosintesis. Analisis transkripsi padaArabidopsismenyimpulkan bahwa level transkripsi pada shikimate pathway
yang dipengaruhi oleh hara lebih kecil dibandingkan dengan flavonoid pathway.
Cyanidin dan turunan flavonol meningkat sebagai respon terhadap kekurangan nitrogen. Kaemferolsmerupakan flavanol dominan dalam daunArabidopsispada kondisi normal, tetapi akumulasi quercetin dapat ditriger oleh kekurangan nitrogen dengan kombinasi faktor-faktor abiotik.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan, produksi biomassa dan kandungan bioaktif antosianin,filantin dan
Bahan dan Metode
Waktu dan Tempat PenelitianPenelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Sawah Baru IPB, Dramaga Kabupaten Bogor Jawa Barat dari bulan Pebruari 2010 sampai dengan Mei 2010. Analisis unsur hara tanah dan pupuk kandang dilakukan di Laboratorium Fisika dan Kimia Tanah Jurusan Ilmu Tanah Departemen Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB. Analisis NPK jaringan tanaman di Laboratorium Pusat Penelitian Tanah Bogor. Analisis antosianin di Laboratorium RGCI AGH IPB, analisis kandungan bioaktiffilantindanhipofilantindi Laboratorium Terpadu Pusat Studi Biofarmaka IPB.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian lapangan adalah biji dua jenis meniran yaitu meniran hijau asal Bangkalan, meniran hijau asal Gresik dan meniran merah asal Bangkalan, pupuk NPK terdiri dari 400 kg ha-1Urea (46% N), 150 kg ha-1 SP-36 (36% P205) dan 200 kg ha-1 KCl (60% K20). Pupuk kandang
(kotoran ayam) 20 ton per hektar, dan pestisida hayati. Bahan yang dipakai untuk analisis di laboratorium adalah : satu set bahan untuk analisis unsur hara, analisis antosianin, klorofil dan analisis kandungan total filantindanhipofilantin.
Alat yang dipakai dalam percobaan di lapangan adalah, satu set peralatan untuk penanaman, pengamatan dan satu set alat tulis. Sedangkan alat yang digunakan dalam analisis laboratorium adalah satu set peralatan analisis unsur hara, analisis antosianin, klorofil dan analisis kandungan total filantin dan
hipofilantin.
Metodologi Penelitian
Penelitian disusun berdasarkan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah Pemupukan (P) yang terdiri dari tanah (P0 = tanpa pupuk), pupuk kandang (P1), pupuk NPK (P2), pupuk kandang + pupuk NPK (P3). Faktor kedua adalah jenis meniran (M) yang terdiri dari M1 = meniran hijau asal Bangkalan (A6) M2 = Meniran hijau asal Gresik (A7) dan M3 = meniran merah asal Bangkalan (A13). Terdapat 12 kombinasi
perlakuan yang diulang 3 kali sehingga secara keseluruhan terdapat 36 kombinasi perlakuan.
Model linier rancangan yang digunakan adalah : Yijk = μ + ά i + β j + (ά β )ij + έ ijk
Yijk = nilai pengamatan karena adanya pengaruh pemupukan ke-i atau jenis meniran ke-j pada kelompok ke-k
μ = nilai rata-rata hasil pengamatan untuk setiap satuan percobaan ά i = nilai pengamatan karena pengaruh perlakuan pemupukan ke-i β j = nilai pengamatan karena pengaruh perlakuan jenis meniran ke-j
(ά β )ij = nilai pengamatan karena pengaruh interaksi pemupukan ke-i dan jenis meniran ke-j
έ ijk = pengaruh galat pada perlakuan pemupukan ke-i, jenis meniran ke-j dan kelompok ke-k
i = 1,2,3,4 untuk perlakuan pemupukan j = 1,2,3 untuk perlakuan jenis meniran k = pengaruh ulangan/kelompok
Data pengamatan diuji keragamannya. Analisis sidik ragam menggunakan software SAS 9.1, jika berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% (Steel dan Torrie 1993; Mattjik dan Sumertajaya 2002).
Persiapan Media Tanam
Tanah dikeringanginkan dan diayak. Sebagian tanah dipisah, sedangkan sebagian yang lain dicampur dengan dengan pupuk kandang ayam sebanyak 10 ton hektar-1. Pupuk NPK diberikan dalam bentuk 400 kg Urea hektar-1, 150 kg SP-36 hektar-1 dan 200 kg KCl hektar-1. Pupuk kandang dan SP-36 diberikan seluruhnya pada waktu tanam sedangkan urea dan KCl diberikan dua kali yaitu pertama pada saat tanaman umur 1 bulan setelah tanam dan kedua pada saat umur tanaman 1.5 bulan setelah tanam. Masing-masing perlakuan dimasukkan ke dalam polibag ukuran (25 x 30) cm. Dilakukan inkubasi selama 7 hari.
Biji meniran yang didapat dari eksplorasi di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Gresik dikeringanginkan selama 24 jam, kemudian disemai. Media semai berupa campuran antara tanah, sekam dan kompos dengan perbandingan 1:1:1. Biji yang disemai ditutup dengan kompos agar tidak mudah diterbangkan angin. Selanjutnya media disiram air. Untuk menjaga kelembaban, persemaian ditutup dengan plastik bening tembus cahaya. Wadah diletakkan ditempat yang ternaungi. Setelah tumbuh kecambah, tutup plastik dibuka. Dilakukan pemeliharaan sampai bibit siap untuk dipindahkan ke polibag. Bibit yang dipindah telah mempunyai minimal empat daun majemuk.
Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyiangan gulma dan pencegahan hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi atau sore hari selama satu bulan pada awal penanaman dengan asumsi tidaak ada hujan. Selanjutnya penyiraman dilakukan sesuai dengan keperluan. Pengendalian hama dan penyakit dengan insektisida organik. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara penyiangan.
Pengamatan
1. Tinggi tanaman (cm) diukur dari pangkal batang sampai ujung pucuk tanaman, diamati setiap 2 minggu.
2. Jumlah daun majemuk, dihitung bila daun telah membuka sempurna, diamati setiap 2 minggu.
3. Jumlah cabang, dihitung setiap 2 minggu.
4. Diameter batang (mm), diamati pada tanaman yang sudah dipanen dengan cara mengukur panjang diameter pada sisi tengah batang dengan menggunakan jangka sorong digital.
5. Produksi biomassa basah (g), diamati pada akhir percobaan dengan cara menimbang dengan timbangan neraca analitik bobot basah akar, daun dan batang.
6. Produksi biomassa kering (g), diamati pada akhir percobaan dengan cara menimbang dengan timbangan neraca analitik bagian akar, daun dan batang yang telah dioven pada suhu 105oC selama 24 jam.
8. Analisis kandungan N,P dan K pada pupuk kandang kotoran ayam yang digunakan. Disajikan pada Lampiran 7.
9. Analisis jaringan tanaman tanaman untuk penetapan N (metode Kjedahl), penetapan P dan K (metode pengabuan kering). Disajikan pada Lampiran 8.
10. Analisis antosianin daun. Sampel daun adalah daun yang telah terbentuk sempurna dan daun yang terkena matahari secara langsung. Sampel diambil pada akhir penelitian. Analisis menggunakan metode Yosidaet al. (1976) yang telah dimodifikasi (Sims dan Gamon 2002). Disajikan pada Lampiran 2.
11. Analisis High Performance Liquid Chromatography (HPLC) kandungan total filantin (% bobot kering) dan hipofilantin (% bobot kering) berdasarkan Tripathi et al. (2006) yang dimodifikasi. Prosedur analisis : 1 gram sampel kering meniran yang telah dihaluskan diekstraksi dengan metanol (3 x 10 ml masing-masing 10 jam) pada suhu kamar (25 ± 5oC), selanjutnya disaring untuk mendapatkan filtrat yang ditera menjadi 50 ml. Analisis HPLC : menggunakan Shimadzu (Tokyo, Japan) model LC 20AD yang dilengkapi dengan dioda Shimadzu SPD-M20A dilengkapi PAD (Photodiode Array Detector) untuk menentukan kemurnian puncak dan kesamaan uji lignan. Kolom menggunakan LiChroCART®250-4RP-18e(5μ m). Penyaringan menggunakan nylon membrans filter 0.45 μ m x 47 mm. Panjang gelombang deteksi 220 nm. Volume injeksi untuk standar dan sampel 20 μ L. Kromatografi hasil analisis HPLC dan contoh perhitungan disajikan pada Lampiran 9.
Hasil dan Pembahasan
Pertumbuhan tanamanPerlakuan pemupukan dan jenis meniran berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang dan diameter batang (Tabel 22). Tanaman meniran yang diberi pupuk menunjukkan peningkatan jumlah cabang dan diameter batang. Pada keadaan tanpa pupuk, rata-rata jumlah cabang sebesar 45.56 dengan diameter batang sebesar 4.07 mm lebih rendah dan berbeda nyata dengan jumlah cabang dan diameter batang pada tanaman yang diberi pupuk kandang sebesar 73.56 dan 5.41 mm, pupuk NPK sebesar 101.78 dan 5.97 mm, dan pupuk kandang + NPK sebesar 129.94 dan 7.49 mm.
Tabel 22 Pengaruh pemupukan terhadap jumlah cabang dan diameter batang dua jenis meniran umur 10 minggu setelah tanam
Perlakuan Peubah pengamatan
Jumlah cabang Diameter batang (mm) Jenis Meniran
Hijau asal Bangkalan (A6) 112.54 a 6.59 a
Hijau asal Gresik (A7) 79.38 b 6.89 a
Merah asal Bangkalan (A13) 71.21 b 3.73 b Pemupukan
Tanpa pupuk 45.56 c 4.07 c
Pupuk kandang 73.56 b 5.41 b
Pupuk NPK 101.78 a 5.97 b
Pupuk kandang + NPK 129.94 a 7.49 a
Keterangan : angka rata-rata pada satu kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada ά : 0.05.
Pemberian pupuk NPK dan pemberian pupuk kandang + NPK menghasilkan jumlah cabang yang tidak berbeda nyata. Demikian pula dengan pemberian pupuk kandang maupun pemberian pupuk NPK menghasilkan diameter batang tidak berbeda nyata. Pemberian pupuk kandang + NPK menunjukkan penambahan jumlah cabang dan diameter batang yang maksimal.
Pada Tabel 22 dapat dilihat, meniran hijau asal Bangkalan mempunyai jumlah cabang maksimal (112.54) dan berbeda nyata dengan meniran hijau asal
Gresik (79.38) dan meniran merah asal Bangkalan (71.21). Sedangkan meniran hijau asal Gresik mempunyai diameter batang terbesar (6.89 mm) dan tidak berbeda nyata dengan meniran hijau asal Bangkalan (6.59 mm). Meniran merah asal Bangkalan mempunyai diameter batang terkecil (3.73 mm).
Meniran hijau asal Bangkalan dan Gresik secara umum menunjukkan pertumbuhan vegetatif yang lebih baik dibandingkan meniran merah. Diduga hal ini berhubungan dengan kemampuan menggunakan unsur hara yang ada secara efektif dan efisien. Meniran hijau menunjukkan kemampuan untuk menggunakan hara nitrogen, fospor dan kalium yang lebih tinggi dibandingkan dengan meniran merah.
Tabel 23 Interaksi pemupukan terhadap tinggi tanaman dua jenis meniran umur 4 minggu setelah tanam
Pemupukan Jenis Meniran Hijau asal Bangkalan (A6) Hijau asal Gresik (A7) Merah asal Bangkalan (A13) Tanpa pupuk 13.73 de 13.33 de 6.40 f Pupuk kandang 18.20 cd 21.67 bc 8.53 ef Pupuk NPK 26.67 ab 25.80 ab 9.27 ef Pupuk kandang + NPK 31.53 a 30.87 a 11.93 ef Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata dengan uji DMRT pada ά : 0.05.
Hasil analisis statistik menunjukkan pada umur 4 MST terjadi interaksi antara pemupukan dengan jenis meniran terhadap tinggi tanaman. Tabel 23 menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata diantara jenis meniran terhadap perbedaan pupuk yang diberikan. Pada 4 MST tinggi tanaman yang tertinggi (31.53 cm) ditemukan pada meniran hijau asal Bangkalan dengan pemberian pupuk kandang + NPK diikuti meniran hijau asal Gresik dengan pemberian pupuk kandang + NPK (30.87 cm), meniran hijau asal Bangkalan dan Gresik dengan pemberian pupuk NPK (26.67 cm; 25.80 cm). Pemberian pupuk pada meniran hijau meningkatkan tinggi tanaman. Hal ini berkaitan erat dengan jumlah hara yang meningkat dan serapan hara yang relatif meningkat pula. Meniran merah asal Bangkalan tanpa pemupukan mempunyai tinggi tanaman terendah (6.40 cm).
Demikian juga dengan meniran hijau asal Bangkalan dan Gresik tanpa pemupukan mempunyai tinggi tanaman yang rendah (13.73 cm; 13.33 cm). Terdapat perbedaan pengaruh yang nyata antara pemberian pupuk pada meniran hijau dibandingkan meniran merah. Sebaliknya pada berbagai perlakuan pemupukan, meniran hijau asal Bangkalan menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata dengan meniran hijau asal Gresik.
Hasil sidik ragam menunjukkan jenis meniran dan pemupukan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun majemuk. Pada 2 MST terdapat interaksi antara jenis meniran dengan pemupukan terhadap jumlah daun majemuk (Tabel 24).
Interaksi antara pemupukan dengan jenis meniran terhadap jumlah daun majemuk menujukkan meniran hijau asal Gresik yang diberi pupuk kandang + NPK mempunyai jumlah daun majemuk terbanyak (21.13) diikuti meniran hijau asal Bangkalan dengan pemberian pupuk yang sama (18.93). Meniran merah asal Bangkalan menunjukkan jumlah daun majemuk lebih sedikit dan terendah pada perlakuan tanpa pemupukan (5.60; 5.73; 7.13; 8.00).
Tabel 24 Interaksi pemupukan terhadap jumlah daun majemuk dua jenis meniran umur 2 minggu setelah tanam
Pemupukan Jenis Meniran Hijau asal Bangkalan (A6) Hijau asal Gresik (A7) Merah asal Bangkalan (A13)
Tanpa pupuk 10.07 efg 8.00 fgh 5.60 h
Pupuk kandang 11.67 def 13.27 cde 5.73 h
Pupuk NPK 15.47 bcd 16.07 bc 7.13 gh
Pupuk kandang + NPK 18.93 ab 21.13 a 8.00 fgh Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata dengan uji DMRT pada ά : 0.05.
Kandungan NPK pada jaringan tanaman
Gambar 16 menunjukkan bahwa pemberian pupuk meningkatan kadar hara N,P dan K pada jaringan tanaman semua jenis meniran. Meniran hijau asal Bangkalan yang diberi pupuk kandang + NPK mempunyai kadar hara N, P dan K yang lebih tinggi (2.31%; 0.35%; 2.36%), meniran hijau asal Gresik yang diberi
pupuk kandang +NPK mempuny yang lebih tinggi (3.04%; 0.32%; diberi pupuk kandang + NPK m (2.88%; 0.34%; 2.15%) diband lainnya.
Gambar 17 Kandungan hijau dan me tidak dianalis Meniran hijau asal Gres mempunyai kadar hara N (3.04%) hijau asal Bangkalan yang diberi fospor tertinggi (0.35%). Men kombinasi pemupukan menunjuk
Bobot Basah Tanaman
Hasil sidik ragam me berpengaruh sangat nyata terhad bobot basah total tanaman. Seda nyata terhadap bobot basah aka pemupukan terhadap bobot basah
0 1 2 3 4 P er se n (% ) Kom
nyai kadar hara N,P dan K pada jaringan tanaman 2%; 2.45%). Meniran merah asal Bangkalan yang mempunyai kadar hara N, P dan K lebih tingg ndingkan dengan berbagai perlakuan pemupukan
n hara N,P dan K pada jaringan tanaman meniran meniran merah dengan perlakuan pemupukan (data alisis).
Gresik dengan pemberian pupuk kandang + NPK 4%) dan K (2.45%) tertinggi, sedangkan meniran eri pupuk kandang + NPK mempunyai kadar hara eniran merah asal Bangkalan dengan berbaga ukkan kadar hara K terendah .
menunjukkan pemupukan dan jenis meniran hadap bobot basah batang, bobot basah akar dan dangkan jenis meniran pengaruhnya tidak berbeda akar. Ada interaksi antara jenis meniran dengan sah batang. ombinasi Perlakuan Nitrog Fospor Kalium an ang ggi kan iran ata NPK iran ara gai ran dan eda gan rogen por ium
Tabel 25 Interaksi pemupukan terhadap bobot basah batang dua jenis meniran umur 10 minggu setelah tanam
Pemupukan Jenis Meniran Hijau asal Bangkalan (A6) Hijau asal Gresik (A7) Merah asal Bangkalan (A13) Tanpa pupuk 2.76 e 2.14 e 1.67 e Pupuk kandang 6.36 dc 3.13 e 2.18 e Pupuk NPK 9.34 abc 7.37 bc 2.73 e Pupuk kandang + NPK 13.40 a 10.32 ab 3.40 de Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata dengan uji DMRT pada ά : 0.05.
Meniran hijau asal Bangkalan dengan pemberian pupuk kandang + NPK mempunyai bobot basah batang maksimal (13.40 g tanaman-1) diikuti meniran hijau asal Gresik dengan pemberian pupuk kandang + NPK (10.32 g tanaman-1) dan meniran hijau asal Bangkalan yang diberi pupuk NPK (9.34 g tanaman-1). Secara umum, meniran hijau menunjukkan penambahan bobot basah batang dengan adanya penambahan pemberian pupuk NPK dan pupuk kandang + NPK.
Meniran merah asal Bangkalan tanpa pemupukan mempunyai bobot basah batang (1.67 g tanaman-1) terendah dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan pemberian pupuk kandang (2.18 g tanaman-1), pupuk NPK (2.73 g tanaman-1) maupun pemberian pupuk kandang + NPK (3.40 g tanaman-1). Sedangkan meniran hijau asal Gresik mempunyai pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap bobot basah batang antara perlakuan tanpa pemupukan dengan perlakuan pemberian pupuk kandang saja. Meniran hijau asal Bangkalan mempunyai bobot basah batang terendah pada perlakuan tanpa pemupukan (1.67 g tanaman-1). Tanaman membutuhkan unsur hara seiring dengan meningkatnya pertumbuhan. Kekurangan unsur hara esensial akan menghambat proses metabolisme primer dan sekunder yang berlangsung dalam tanaman.
Tabel 26 Pengaruh pemupukan terhadap bobot basah akar, daun dan total dua jenis meniran umur 10 minggu setelah tanam
Perlakuan Peubah pengamatan Bobot basah akar (g tan-1) Bobot basah daun (g tan-1) Bobot basah total (g tan-1) Jenis Meniran
Hijau asal Bangkalan (A6) 5.50 10.76 a 24.22 a Hijau asal Gresik (A7) 6.46 8.59 b 20.79 a Merah asal Bangkalan (A13) 5.88 7.62 b 15.99 b
Pemupukan
Tanpa pupuk 3.43 c 4.87 c 10.49 d
Pupuk kandang 5.18 b 6.76 c 15.83 c
Pupuk NPK 6.55 b 9.96 b 22.99 b
Pupuk kandang + NPK 8.62 a 14.37 a 32.03 a Keterangan : Angka rata-rata pada satu kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada ά : 0.05.
Meniran hijau asal Bangkalan mempunyai bobot basah daun (10.76 g tanaman-1) dan bobot basah total (24.22 g tanaman-1) tertinggi. Bobot basah total meniran hijau asal Bangkalan tidak berbeda nyata dengan bobot basah total (20.79 g tanaman-1) meniran hijau asal Gresik. Sedangkan bobot basah daun (7.62 g tanaman-1) terendah terdapat pada meniran merah asal Bangkalan dan tidak berbeda nyata dengan bobot basah daun (8.59 g tanaman-1) meniran hijau asal Gresik.
Perlakuan pemupukan meningkatkan bobot basah akar, bobot basah daun dan bobot basah total tanaman. Bobot basah akar (8.62 g tanaman-1), bobot basah daun (14.37 g tanaman-1) dan bobot basah total (32.03 g tanaman-1) tertinggi didapat pada pemberian pupuk kandang + NPK. Penambahan pupuk akan meningkatkan pertumbuhan tanaman. Unsur hara yang tersedia di dalam pupuk kandang ayam mengandung sejumlah unsur hara makro seperti N, P, K, Mg dan S sedangkan pupuk NPK yang ditambahkan menyediakan unsur hara makro esensial yang langsung tersedia. Semua unsur hara tersebut dibutuhkan tanaman dalam proses metabolisme (Marschner 1995). Nirwan (2007) mendapatkan peningkatan bobot basah tajuk yang dipengaruhi oleh pemupukan pada tanaman daun dewa.
Peningkatan bobot basah tajuk tertinggi dihasilkan pada penggunaan pupuk kandang ayam dan penambahan SO4.
Bobot Kering Tanaman
Hasil sidik ragam menunjukkan jenis meniran dan pemupukan berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering batang dan bobot kering total tanaman. Sedangkan bobot kering akar dan bobot kering daun pengaruhnya tidak berbeda nyata. Ada interaksi antara jenis meniran dengan pemupukan terhadap bobot kering batang.
Tabel 27 Interaksi pemupukan terhadap bobot kering batang dua jenis meniran umur 10 minggu setelah tanam
Pemupukan Jenis Meniran Hijau asal Bangkalan (A6) Hijau asal Gresik (A7) Merah asal Bangkalan (A13) Tanpa pupuk 0.87 f 1.05 f 0.70 f
Pupuk kandang 4.42 cde 1.78 ef 1.07 f
Pupuk NPK 7.09 abc 5.26 bcd 1.44 ef
Pupuk kandang + NPK 11.19 a 8.17 ab 2.10 def Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata dengan uji DMRT pada ά : 0.05.
Tabel 27 menunjukkan meniran hijau asal Bangkalan dengan pemberian pupuk kandang + NPK mempunyai bobot kering batang (11.19 g tanaman-1) maksimal diikuti meniran hijau asal Gresik dengan pupuk kandang + NPK (8.17 g tanaman-1) dan meniran hijau asal Bangkalan dengan pupuk NPK (7.09 g tanaman-1). Meniran hijau asal Bangkalan mempunyai respon yang baik pada parameter bobot kering batang dengan adanya pemupukan baik dengan penggunaan pupuk kandang, pupuk NPK maupun gabungan keduanya. Meniran hijau asal Gresik memberikan respon yang baik terhadap pupuk NPK dan gabungan pupuk kandang + NPK pada bobot kering batang. Sedangkan bobot kering batang terendah (0.70 g tanaman-1) ditunjukkan meniran merah asal Bangkalan pada berbagai perlakuan pemupukan.
Tabel 28 Pengaruh pemupukan terhadap bobot kering akar, daun dan total dua jenis meniran umur 10 minggu setelah tanam
Peubah pengamatan Perlakuan Bobot kering
akar (g tan-1) Bobot kering daun (g tan-1) Bobot kering total (g tan-1) Jenis Meniran
Hijau asal Bangkalan (A6) 3.47 6.95 16.31 a
Hijau asal Gresik (A7) 4.48 6.04 14.58 a
Merah asal Bangkalan (A13) 3.72 4.57 9.63 b Pemupukan
Tanpa pupuk 1.48 c 2.58 c 4.94 d
Pupuk kandang 3.21 b 4.17 c 9.81 c
Pupuk NPK 4.48 ab 6.59 b 15.67 b
Pupuk kandang + NPK 6.39 a 10.06 a 23.61 a Keterangan : Angka rata-rata pada satu kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada ά : 0.05.
Berdasarkan Tabel 28 dapat dilihat bahwa perlakuan pemupukan berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar, bobot kering daun dan bobot total meniran. Perlakuan jenis meniran berpengaruh nyata terhadap bobot kering total dan tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar dan bobot kering daun.
Pemberian pupuk kandang + NPK mempunyai bobot kering akar (6.39 g tanaman-1), bobot kering daun (10.06 g tanaman-1) dan bobot kering total (23.61 g tanaman-1) maksimal. Bobot kering akar maksimal pada perlakuan pemberian pupuk kandang + NPK tidak berbeda nyata dengan penggunaan pupuk NPK saja. Perlakuan tanpa pemupukan mempunyai bobot kering akar (1.48 g tanaman-1), bobot kering daun (2.58 g tanaman-1) dan bobot total tanaman (4.94 g tanaman-1) terendah dimana bobot kering daun tanpa pemupukan tidak berbeda nyata dengan perlakuan pemberian pupuk kandang.
Meniran hijau asal Bangkalan mempunyai bobot total tanaman tertinggi (16.31 g tanaman-1) dan tidak berbeda nyata dengan bobot total (14.58 g tanaman
-1
) meniran hijau asal Gresik. Meniran merah asal Bangkalan mempunyai bobot kering total (9.63 g tanaman-1) terendah (Tabel 28).
Hasil analisis statistik menunjukkan terjadi interaksi jenis meniran dengan pemupukan terhadap kandungan antosianin daun meniran umur 10 minggu setelah tanam.
Tabel 29 Interaksi pemupukan terhadap kandungan antosianin daun dua jenis meniran umur 10 minggu setelah tanam
Pemupukan Jenis Meniran Hijau asal Bangkalan (A6) Hijau asal Gresik (A7) Merah asal Bangkalan (A13) Tanpa pupuk 2.38 cd 2.07 d 2.37 cd Pupuk kandang 3.15 b 3.05 bc 2.71 bcd Pupuk NPK 2.60 bcd 3.25 b 2.94 bc Pupuk kandang + NPK 3.23 b 2.72 bcd 5.00 a Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata dengan uji DMRT pada ά : 0.05.
Meniran merah asal Bangkalan dengan pemberian pupuk kandang + NPK mempunyai kandungan antosianin daun (5.00 mg g-1) tertinggi. Meniran hijau asal Gresik tanpa pupuk mempunyai kandungan antosianin (2.07 mg g-1) terendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meniran merah secara genetis mempunyai kandungan antosianin yang tinggi. Disamping itu peningkatan kandungan antosianin juga dipengaruhi oleh penambahan unsur hara melalui pemberian pupuk kandang + pupuk NPK.
Berdasarkan hasil analisis kesuburan tanah dan kandungan hara pada pupuk kandang, ditemukan kandungan hara makro esensial yang terdiri dari N, P, dan K. Penambahan unsur hara makro N, P dan K melalui pemupukan semakin memberikan kecukupan hara bagi pertumbuhan tanaman. Unsur hara makro N, P dan K dalam tanaman secara bersama-sama berperan penting dalam pembentukan klorofil daun, pembentukan metabolit sekunder dan proses translokasi dalam tanaman (Marschner 1995, Malkin dan Niyogi 2000). Hornok (1992) menyatakan bahwa produksi senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid dipacu dengan adanya unsur S dalam tanaman. Sulfur dalam berntuk sulfat menstimulasi pembentukan senyawa asetil CoA yang memacu pembentukan senyawa golongan flavonoid.
Hasil Penelitian Mualim (2009) Produksi antosianin kolesom dipengaruhi oleh pemupukan. Pemupukan yang memberikan antosianin yang tertinggi dengan media tanah dan pupuk kandang adalah NK (100 kg urea ha-1 dan 100 kg KCl ha
-1
), dimana kalium merupakan faktor pembatas pada produksi antosianin.
Tabel 30 Kandungan totalfilantindanhipofilantindari tiga aksesi meniran pada berbagai perlakuan pemupukan
Jenis meniran
Pemupukan Hijau asal
Bangkalan (A6)
Hijau asal Gresik (A7) Merah asal Bangkalan (A13) Filantin(%) Tanpa pupuk 0.060 0.140 0.002 Pupuk kandang 0.080 0.180 0.002 Pupuk NPK 0.050 0.060 0.001 Pupuk kandang + NPK 0.090 0.070 0.001 Hipofilantin(%) Tanpa pupuk 0.130 0.180 0.003 Pupuk kandang 0.100 0.260 0.002 Pupuk NPK 0.060 0.080 0.001 Pupuk kandang + NPK 0.090 0.090 0.002
Gambar 18 Kandungan Kabupaten Gr Berdasarkan data y terlihat pola penurunan
hipofilantin pada berbagai dan Gresik menunjukkan tinggi dibandingkan dengan
Pemberian pupuk k kandungan total filantin hipofilantintertinggi sebesa
1. Meniran hijau m pemberian pupuk k produksi biomassa y 2. Meniran hijau m menghasilkan kandu 3. Meniran merah me menghasilkan kandu 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 Tanpa pupuk 0.14 0.18 P er se n (% )
n total filantin dan hipofilantin meniran hija n Gresik pada berbagai perlakuan pemupukan.
yang disajikan pada Tabel 30 dan Gambar 18, n maupun peningkatan kandungan total filanti
ai perlakuan pemupukan. Meniran hijau asal Ban n kandungan total filantin dan hipofilantin yang gan meniran merah.
kandang pada meniran hijau asal Gresik menunj
in yang tertinggi sebesar 0.18 % berat kerin esar 0.26 % berat kering.
Simpulan
membutuhkan pemberian pupuk berupa kom kandang + NPK untuk menghasilkan pertumbuha a yang tinggi
membutuhkan pemberian pupuk kandang ndungan totalfilantindanhipofilantinyang tinggi. membutuhkan pemberian pupuk kandang + NPK ndungan antosianin daun yang tinggi.
npa
pupuk Pupuk
kandang PupukNPK Pupuk kandang + NPK 0.14 0.17 0.06 0.07 0.18 0.26 0.08 0.09 Pemupukan Filantin Hipofilant ijau asal 8, belum ntin dan angkalan ng lebih unjukkan ring dan ombinasi uhan dan g untuk i. K untuk n antin