• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak produk samping agroindustri perkebunan. Dari pe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak produk samping agroindustri perkebunan. Dari pe"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMASI PENGGUNAAN PRODUK SAMPING KELAPA

SAWIT SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA

WISRI PUASTUTI

Balai Penelitian Ternak, PO Box 22/ Bogor /6002

ABSTRAK

Pemanfaatan pakan alternatif sebagai pakan andalan di masa yang akan datang dapat ditingkatkan melalui optimasi penggunaan produk samping tanaman dan industri pengolahan kelapa sawit . Dari perkebunan kelapa sawit dihasilkan produk samping berupa daun dan pelepah sawit . Sementara dari industri pengolahan kelapa sawit dihasilkan tandan kosong, serat perasan, lumpur/solid dan bungkil kelapa sawit . Produk-produk tersebut terkonsentrasi pada wilayah sekitar kebun dan pabrik dengan jumlah yang berlimpah sepanjang tahun, sehingga mempermudah pemanfaatannya . Bagian yang paling banyak dihasilkan per luas tanam adalah tandan kosong dan sabut sawit, sementara yang paling kecil adalah bungkil inti sawit . Untuk setiap hektar luas tanam kelapa sawit dihasilkan produk samping sebesar 10,01 ton bahan kering per tahun . Bahan pakan tersebut memiliki kendala dalam penyajiannya, sehingga perlu pengolahan seperti pencacahan, penggilingan, amoniasi maupun fermentasi agar kecernaan dan ketersediaan nutriennya meningkat . Penggunaan bahan pakan asal produk samping kelapa sawit sebagai pakan ruminansia tidak dapat diberikan secara tunggal . Untuk memenuhi kebutuhan nutrien ternak ruminansia, maka penggunaannya harus dikombinasikan dengan bahan lain atau bila perlu dengan suplementasi . Untuk penggunaan sabut, daun ataupun pelepah sawit dapat diolah terlebih dahulu dan dikombinasikan dengan bungkil atau lumpur sawit, agar terjadi efek sating melengkapi (suplementary effect) dan pemberian suplemen untuk mengoreksi defisiensi nutrien yang ada. Dengan formulasi yang tepat ransum komplit untuk ruminansia dapat disusun dengan bahan dasar produk samping kelapa sawit, sehingga mempermudah pemberiannya dan dapat mengurangi curahan waktu untuk mencari rumput. Aplikasi di lapangan relatif sulit apabila dilakukan oleh masing-masing petemak, oleh karena itu sangat perlu keberadaan pabrik pakan ternak yang memproduksi ransum komplit berbahan dasar produk samping kelapa sawit di dekat lokasi sumber bahan . Dengan tingkat produksi yang besar akan mengurangi biaya produksi, sehingga produk yang dihasilkan dapat dijual dengan harga murah dan terjangkau oleh daya beli masyarakat petemak secara luas .

Kata kunci : Kelapa sawit, produk samping, ransum, ruminansia

PENDAHULUAN

Peningkatan populasi ternak harus diimbangi dengan penyediaan pakan baik dalam hat kualitas, kuantitas maupun kontinuitas. Ternak ruminansia sebagian besar pakannya berupa hijauan, sedangkan keter-sediaan hijauan sangat bergantung pada musim . Di sisi lain, lahan untuk pakan ternak semakin terdesak oleh pemanfaatan lahan untuk pertanian, perkebunan juga untuk pembangunan gedung pemukiman dan industri . Untuk itu perlu diupayakan pemanfaatan sumber-sumber pakan potensial non konvensional .

Pemanfaatan pakan alternatif yang dapat menjadi pakan andalan di masa yang akan datang perlu ditingkatkan melalui optimasi penggunaan produk samping tanaman dan industri pengolahan hasil pertanian sebagai pakan . Salah satunya adalah produk samping

perkebunan dan industri pengolahan kelapa sawit. Produk-produk tersebut terkonsentrasi pada wilayah kebun dan pabrik denganjumlah yang berlimpah sepanjang tahun, sehingga mempermudah pemanfaatannya . Data statistik menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit di Indonesia tengah berkembang pesat . Pada tahun 2004 luas tanaman kelapa sawit yang ada mencapai 4,116 juta Ha (WEI, 2004) dengan laju pertumbuhan mencapai 12,6% per tahun, maka pada tahun 2005 luas tanam perkebunan kelapa sawit mencapai 5,15 juta Ha dan diperkirakan tahun 2006 luas lahan tanam bertambah lagi 200 ribu ha (ANONiM, 2006) .

Melihat ketersediaan yang berlimpah dan Iokasinya yang jauh dari pemukiman penduduk, maka lahan yang luas tersebut juga relatif aman dari kemungkinan tergusur, sehingga dapat menjadi andalan dan memberikan harapan untuk dikembangkan suatu industri pakan ternak dengan bahan dasar

▸ Baca selengkapnya: hasil samping ternak yang paling tinggi nilai ekonominya yaitu sekitar 59% dari nilai keseluruhan produk yang dihasilkan oleh seekor ternak adalah

(2)

produk samping agroindustri perkebunan . Dari perkebunan kelapa sawit menghasilkan produk samping berupa daun dan pelepah sawit. Sementara dari industri pengolahan kelapa sawit dihasilkan produk samping berupa tandan kosong, serat perasan, lumpur/solid dan bungkil kelapa sawit (JALALUDIN, el a!.,

1991 x) . Beberapa kendala pemanfaatan bahan pakan tersebut sebagai pakan antara lain rendahnya kecernaan dan kandungan nutrien sehingga nilai biologis yang dihasilkan juga rendah serta defisien akan nutrien tertentu . Namun demikian bukan berarti tidak bisa mendukung produktivitas ternak yang mengkonsumsi . Dari bermacam-macam bahan pakan asal produk samping perkebunan maupun industri pengolahan kelapa sawit dapat disusun pakan komplit untuk ruminansia . Melalui sentuhan teknologi yang tepat dapat dilakukan pengolahan bahan-bahan pakan asal produk samping perkebunan dan industri pengolahan kelapa sawit untuk meningkatkan ketersediaan nutrien yang ada sehingga memenuhi kebutuhan nutrien sebagai pakan ruminansia . Kekurangan nutrien dari satu bahan bisa dipenuhi dari kelebihan bahan yang lain ataupun dengan menambahkan suplemen untuk mencukupi kekurangan yang ada .

1 . Minyak sawit murni (18-20%) 2 . Lumpur (2%)

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak

Tandan bpah segar

)3uah (49%)

Minyal sawit kasar (25%) Sabut (12%)

I

Bungkil kelapa sawit (45-46%)

POTENSI PRODUK SAMPING PERKEBUNAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN KELAPA SAWIT Produk samping tanaman kelapa sawit yang sedang berproduksi adalah pelepah dan daun . ISHIDA dan HASSAN (1997) melaporkan bahwa pelepah dari kelapa sawit tersedia sepanjang tahun sebagai akibat kegiatan rutin memanen kelapa sawit. Kelapa sawit ditanam dengan jarak 9 x 9 m sehingga setiap hektar luas tandm terdapat 130 pohon . Setiap pohon dihasilkan 22 pelepah per tahun (DIWYANTO, et al ., 2004) dengan rataan bobot pelepah per batang 7 kg

(SITOMPUL, 2004) atau setara dengan 20 ribu kg (22 pelepah x 130 pohon x 7 kg) pelepah segar setiap hektar per tahun . Dengan kandungan bahan kering sejumlah 26,06%, maka total bahan kering pelepah tersedia sebesar 5 .214 kg per hekter per tahun . Adapun daun kelapa sawit seberat 0,5 kg dihasilkan oleh setiap pelepah, sehingga terdapat 658 kg per hektar per tahun (MATHIUS, et al., 2004 ; MATHIUS, 2007).

Pengolahan kelapa sawit terbagi atas dua tahap . Tahap pertama yaitu pengolahan buah kelapa sawit yang akan menghasilkan minyak sawit (palm oil), inti sawit, sabut sawit (palm press fibre) dan lumpur kelapa sawit (palm oil sludge) . Tahap kedua adalah pengolahan inti sawit dengan produk utama minyak inti sawit dan limbahnya berupa bungkil inti sawit (DEVENDRA, 1977) . Bagan pengolahan kelapa sawit disajikan pada Gambar 1 .

AI

pas tandan (47%)

Inti sawit (4,5%) Cangkani sawit (7,5%)

I

Minyak inti (45-46%)

Gambar 1 . Bagan komponen hasil pengolahan tandan buah kelapa sawit

(3)

Secara keseluruhan proporsi produk samping yang dihasilkan dari tanaman dan olahan kelapa sawit untuk setiap hektar disajikan pada Tabel 1 . Tandan kosong dan serat perasan/sabut sawit merupakan komponen yang paling banyak, sedangkan bungkil inti sawit merupakan komponen yang paling sedikit .

Minyak sawit yang dapat dihasilkan dari setiap hektar tanaman kelapa sawit sekitar 4

Tabel 1 . Produk samping tanaman dan olahan kelapa sawit per hektar luasan tanam

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri Olahannya sebagai Pakan Ternak

Sumber : MATHIUS, et al., (2003)

Dilaporkan oleh MATHIUS (2007) dengan mengacu pada nilai tersebut, maka biomassa produk samping dari industri pengolahan kelapa sawit dalam bentuk bahan kering sebesar 7 .713 kg/Ha/tahun . Dari angka tesebut dapat diperkirakan jumlah biomassa kering hasil samping industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia adalah 23,83 juta ton . Jumlah tersebut berasal dari 3,5 juta ton lumpur sawit, 1,59 juta ton bungkil inti sawit, 8,2 juta ton serat perasan dan 10,46 juta ton tandan kosong. Pemanfaatan produk samping kelapa sawit sebagai bahan pakan ruminansia merupakan pilihan yang cukup bijak, walaupun beberapa laporan penelitian penggunaan bahan pakan tersebut pada ternak ruminansia belum memberikan respon seperti yang diharapkan . Tingkat ketersediaan nutrien yang rendah akibat rendahnya daya cerna menyebabkan nutrien dari produk samping kelapa sawit belum dapat mencukupi kebutuhan ternak . Hal ini mengandung makna bahwa konsumsi bahan kering yang memadai tidak selalu diikuti dengan kecukupan nutrien lainnya. Kemampuan mengelola biomassa asal produk samping kelapa sawit yang disertai penerapan teknologi yang tepat akan membantu dalam

ton/tahun . Jumlah tersebut berasal dari ± 16 ton tandan buah segar (JALALUDIN, et al ., 1991 a ) . Selanjutnya dilaporkan bahwa setiap 1 ton tandan buah segar dapat diperoleh hasil ikutan sejumlah 294 kg lumpur sawit, 35 kg bungkil inti sawit, 180 kg serat perasan dan 212 kg tandan kosong . Jumlah tersebut setara dengan 1 .132 kg lumpur sawit, 514 kg bungkil inti sawit, 2 .681 kg serat perasan dan 3 .386 kg tandan kosong untuk setiap hektar per tahun .

mengatasi masalah ini, sehingga pemberian ransum dengan bahan dasar produk samping kelapa sawit dapat memberikan respon yang serupa dengan ransum berbahan pakan konvensional .

NILAI NUTRIEN PRODUK SAMPING KELAPA SAWIT DAN UPAYA

PENYEDIAANNYA

Secara umum, kandungan nutrien produk samping perkebunan dan industri pengolahan kelapa sawit relatif rendah . Keadaan tersebut diindikasikan dengan tingginya kandungan serat kasar (21,52-39,26%) sementara kandungan protein kasar dan energi masing-masing berkisar antara 3-14% dan 4461-4841 kal/g dari bahan kering (MATHIUS, et al., 2005) . Kandungan protein yang terdapat dalam produk samping kelapa sawit secara umum lebih tinggi dibandingkan dengan hijauan rumput gajah . Komposisi kimia bahan pakan asal produk samping perkebunan dan industri kelapa sawit serta rumput gajah disajikan pada Tabel 2 .

Bahan keying Biomassa

kg

Daun tanpa lidi 658 6,57

Pelepah 1 .640 16,38

Tandan kosong 3 .386 33,82

Serat perasan 2 .681 f

26,78

Lumpur sawit/solid 1 .132 11,31

Bungkil kelapa sawit 514 5,14

(4)

Tabel 2. Komposisi kimia bahan pakan asal produk samping perkebunan dan industri kelapa sawit

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri Olahannya sebagai Pakan Ternak

Keterangan :'SIREGAR (2003) ; ZAIN (1999) ; `MATHIUS,et al.,(2005);'HARTADI,et al., (1997)

ttu=tidak terukur

Pemanfaatan daun kelapa sawit melalui pencacahan, pengeringan dan penggilingan dapat mengatasi kendala adanya lidi daun yang dapat mengganggu konsumsi temak . Hasil pengujian tentang palatabilitas dan konsumsi daun dan pelepah dilaporkan meningkat dengan perlakuan pencacahan (MATRIUS, et al., 2004b) . Pemanfaatan untuk ternak

ruminansia disarankan tidak lebih dari 30%

(ZAHARI, el al., 2003) atau 43% dari kemampuan meng-konsumsi bahan kering

(MATHIUS, et

al.,

2005) . Hal ini disebabkan oleh rendahnya daya cerna daun kelapa sawit .

Pelepah merupakan komponen terbanyak ketiga setelah tandan kosong dan serat perasan (Tabel 1) . Teknologi hidrolisis menggunakan 8% NaOH dilaporkan dapat meningkatkan kecernaan bahan kering pelepah sawit dari 43,2% ,menjadi 58% (JALALUDIN, el

al.,

1991b) . Adapun terhadap sabut sawit dan

lumpur sawit dapat dilakukan fermentasi ataupun amoniasi dengan tujuan untuk meningkatkan kecernaan, menurunkan serat kasar dan meningkatkan kadar protein kasarnya. Untuk mengatasi kekurangan salah satu nutrien dari satu bahan asal produk

samping kelapa sawit dapat dilakukan dengan menyertakan kelebihan produk samping lainnya . Bungkil inti sawit memiliki kekurangan karena terkontaminasi dengan cangkang biji sawit hingga 30% yang turut tergiling selama proses pengolahan (MATHius, et

al.,

2003) . Lumpur sawit mengandung air dan lemak yang tinggi sehingga perlu pengeringan untuk mencegah pembusukan .

Untuk meningkatkan kualitas bahan pakan dapat dilakukan dengan fermentasi, sehingga kualitas dan ketersediaan nutrien dapat ditingkatkan . Berikut disajikan hasil fermentasi dari campuran antara bungkil inti sawit dan lumpur sawit dengan perbandingan 50 :50 menggunakan Aspergillus niger (Tabel 3).

Melalui proses fermentasi campuran bungkil inti sawit dan lumpur sawit dapat ditingkatkan kadar proteinnya sebesar 69% dan serat kasar diturunkan sebesar 27,7%

(MATHIUS,et

al.,

2005) . SebelumnyaSINURAT,

et

al.

(1998) melaporkan hasil fermentasi lumpur sawit dengan A . Niger, terjadi kenaikkan protein dari 12,21% menjadi 24,5%, dan energi metabolis dari 1,6 Kkal/g menjadi 1,7 Kkal/g.

Kompo- Pelepah

Daun Sabut Lumpur sawit Bungkil inti Rumput

sisi kimia sawit' sawit` sawit b a a c Gajahd

BK (%) 93,41 26,07 94,00 - 91,11 -

-PK (%) 13,30 3,07 5,90 13,25 11,94 15,40 14,20 8,3

LK (%) 4,47 1,07 4,00 13,00 10,40 7,71 9,60 2,4

SK (%) 32,55 50,94 39,96 16,00 29,76 10,50 21,70 33,5

Abu(%) 14,43 5,10 5,70 13,90 26,65 5,18 3,50 14,1

Energi 56,00% TDN 4841 Kkal/kg - 79,0% TDN 3260 Kkal/kg 81,0% TDN 4408Kka1/kg 50,0%TDN

Ca (%) 0,87 0,96 0,43 0,23 0,74 0,10 0,36 0,53 P (%) 0,11 0,08 0,13 0,20 0,46 0,22 0,71 0,29 Na 0,15 0,07 - 0,09 -CI 0,02 0,03 - 0,04 S 29,00 0,06 - 50,40 -Zn (ppm) 31,71 11,11 - 45,12 I (ppm) 0,006 3,9 - 0,11 CO (ppm) ttu 0,008 - ttu

(5)

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri Olahannya sebagai Pakan Ternak

Tabel 3 . Kandungan nutrien bungkil inti sawit, lumpur sawit dan produk fermentasinya

Sumber : MA'rHIUS,et al., (2005)

OPTIMASI PENGGUNAAN BAHAN PAKAN ASAL PRODUK SAMPING KELAPA SAWIT DALAM RANSUM

Untuk mengoptimalkan penggunaan produk samping kelapa sawit telah banyak dilakukan penelitian dan kajian-kajian. Penggunaan bahan pakan asal produk samping kelapa sawit sebagai pakan ruminansia tidak

Tabel 4 . Susunan ransum percobaan yang mengandung sabut sawit sebagai pengganti rumput Gajah

Sumber: ZAIN(1999)

Substitusi sabut sawit teramoniasi sebesar 50% dari bahan kering ransum atau menggantikan 100% rumput gajah belum menghasilkan respon pertumbuhan domba yang optimal dibanding ransum kontrol yang menggunakan rumput sebesar 50% dari bahan kering ransum (88 g/h vs 102 g/h) . Dengan suplementasi minyak jagung 1,5%, Analog hidroksi metionin 0,1%, valin 0,1%, leusin 0,15% dan isoleusin 0,2% mampu

meningkat-dapat diberikan secara tunggal . Penggunaan sabut sawit dilaporkan dapat menggantikan seratus persen rumput dalam ransum yang mengandung konsentrat dengan imbangan 50 :50 (ZAIN, 1999). Hal ini memberi petunjuk bahwa penggunaan sabut sawit masih diperlukan tambahan nutrien dari bahan pakan lain, seperti pada Tabel 4 .

kan kecernaan bahan kering dari 56,47% menjadi 69,37% sehingga meningkatkan pertambahan bobot hidup ternak domba dari 88 g/hari menjadi 104 g/hari atau setara dengan kontrolnya . Dengan demikian melalui suplemen mampu menyetarakan penggunaan sabut sawit untuk menggantikan rumput gajah dengan respon pertumbuhan yang lebih balk .

Penggunaan sabut, daun ataupun pelepah sawit dapat dikombinasikan dengan bungkil

Uraian Bungkil inti sawit Lumpur sawit Produk fermentasi

Bahan kering (%) -Protein kasar (%) 14,2 11,94 22,1 Protein sejati (%) 13,59 10,94 19,74 Lemak (%) 9,6 10,40 18,56 Abu (%) 3,5 28,65 25,85 Serat kasar (%) 21,7 29,76 18,6 Kalsium (%) 0,36 0,74 1,24 Fosfor (%) 0,71 0,46 0,65

Gross energi (kaUg) 4408 3260 3804

Bahan (%BK) Ransum kontrol Ransum dengan sabut sawit

Rumput gajah 50,0

Sabut sawit amoniasi - 50,0

Bungkil kelapa 23,5 23,5

Pollar 25,0 25,0

Kapur 0,5 0,50

Garam 0,25 0,25

Urea 0,25 0,25

Vitamin dan mineral 0,50 0,50

Nutrien (%)

Protein 16,18 15,99

Lemak 3,24 5,26

(6)

dan lumpur sawit, agar terjadi efek saling

melengkapi (suplementary effect) . Berbagai

imbangan telah dilakukan pengujian dan

dilaporkan bahwa ransum dengan susunan V3

bagian cacahan daging pelepah, %3 bagian solid

dan V3 bagian bungkil kelapa sawit (R2)

memberikan respon pertumbuhan sebesar

0,338 kg/hari pada sapi sedikit lebih rendah

dibandingkan R1 (0,354 kg/hari), dimana

pelepah sawit dikombinasikan dengan jagung

dan dedak padi . Susunan ransum dengan

imbangan produk samping yang berbeda

Tabel 5 . Komposisi ransum percobaan dengan bahan dasar pelepah, bungkil dan solid

Sumber : MATHIUS, et al., (2004)

Kombinasi bahan pakan berbasis produk

samping kelapa sawit untuk ransum domba

juga dilaporkan oleh SIREGAR (2003), dengan

susunan ransum seperti disajikan pada Tabel 6 .

Penambahan hidrolisat bulu ayam

dimaksudkan untuk meningkatkan kadar

protein bypass rumen . Hidrolisat bulu ayam

memiliki kadar protein tahap degradasi rumen

sebesar 47,8% dari total protein (PUASTUTI, et

al., 2004) dan mampu menggantikan protein

bungkil kedelai dalam ransum domba

(PUASTUTI dan MATHIUS, 2006) . Pemberian

mineral bertujuan untuk mengoreksi defisiensi

yang ada . Mineral makro, mikro dan langka

harus diperhatikan karena kekurangan unsurini

maupun yang sudah difermentasi selengkapnya

disajikan pada Tabel 5 . Diperoleh PBHH sapi

Bali betina tertinggi dari ransum R3 yaitu

0,582 kg/hari disusul R4 (0,474 kg/hari

(MATHIUS, et al., 2004). Hal ini

menggambarkan bahwa bahan pakan asal

produk samping kelapa sawit setelah diolah

melalui fermentasi dapat meningkatkan

ketersediaan nutrien yang ada, sehingga dapat

dimanfaatkan oleh ternak yang

meng-konsumsinya.

dapat menurunkan produksi yang dapat dicapai

(SIAGIAN, et al., 1997) .

Pada domba lokal Sumatera maupun

persilangan Sungai Putih, pemberian ransum

berbahan dasar bungkil inti sawit, lumpur dan

daun kelapa sawit setelah diberi suplemen

berupa hidrolisat bulu ayam dan mineral mikro

mampu meningkatkan kecernaan bahan kering

dan protein sehingga meningkatkan

pertambahan bobot hidup pada domba lokal

Sumatera dari 82 g/hari menjadin 119 g/hari

dan pada domba persilangan Sungai Putih dari

107 g/hari menjadi 167 g/hari (SIREGAR,

2003) .

Uraian

Rl

R2

R3

R4

Bahan (%)

Jagung

25

Dedak padi

40

Pelepah

33

33

3

33

33

Bungkil kelapa sawit

33

33

Solid/lumpur

33

Produk fermentasi

33

66

Mineral

Garam

2

I

I

I

Komposisi nutrisi :

Bahan kering (kg)

5,5

5,5

5,5

5,5

Protein kasar (g)

500

611

804

1028

Lemak (g)

268

402

415

280

GE (Mcal)

26,6

25,4

22,4

21,4

(7)

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawil dan Industri Olahannya sebagai Pakan Ternak

Tabel 6 . Komposisi ransum percobaan dengan bahan dasar bungkil inti sawit dan lumpur

Sumber:SiREGAR(2003)

PELUANG, KENDALA DAN ALTERNATIF PEMANFAATAN PRODUK SAMPING KELAPA SAWIT

SEBAGAI PAKAN

Mempertimbangkan kebutuhan pakan ruminansia cukup besar dan terus bertambah setiap tahunnya, maka pemanfaatan produk samping kelapa sawit sebagai bahan pakan sangat potensial . Ketersediaan produk samping kelapa sawit tidak dipengaruhi oleh musim kemarau, sehingga dapat tersedia sepanjang tahun . Bermacam-macam produk samping asal kelapa sawit dapat diformulasikan menjadi ransum komplit yang sesuai dengan kebutuhan ternak ruminansia, sehingga aplikasi di lapangan mudah dan dapat mengurangi curahan waktu untuk mencari rumput atau kegiatan lainya .

Walaupun peluang pemanfaatan produk samping kelapa sawit sebagai bahan pakan sangat besar, namun aplikasi di lapangan relatif sulit apabila dilakukan oleh masing-masing peternak, mengingat beberapa kendala dalam

penyediaan produk samping tersebut sebagai bahan pakan . Bahan pakan seperti pelepah dan daun tersedia di areal perkebunan sawit yang relatif jauh dari kandang sementara tandan kosong, sabut, lumpur dan bungkil kelapa sawit tersedia di lokasi industri pengolahan kelapa sawit, dan semua bahan pakan tersebut perlu perlakuan tertentu sebelum diberikan pada ternak . Penyimpanan bahan pakan tersebut dalam keadaan segar menjadi mudah rusak karena terjadi pembusukan/tengik akibat kadar air dan lemak yang tinggi .

Alternatif pemecahan masalah di atas adalah dengan didirikannya pabrik pakan ternak yang memproduksi ransum komplit berbahan dasar produk samping kelapa sawit di dekat lokasi sumber bahan. Hal ini mengingat keberadaan bahan pakan tersebut terkonsen-trasi pada lokasi tertentu, sehingga memper-mudah pengumpulan dan mengurangi biaya pengangkutan bahan ke lokasi pabrik . Dengan tingkat produksi yang besar akan mengurangi biaya produksi, sehingga produk yang dihasilkan dapat dijual dengan harga murah

Uraian Ransum

Komposisi bahan (% BK) RI R2 R3 R4

Bungkil inti sawit 47,20 47,20 47,20 47,20

Lumpur minyak sawit 13,30 47,20 47,20 47,20

Daun kelapa sawit 4 .8 4 .8 4 .8 4 .8

Kulit buah kakao 29,20 29,20 29,20 29,20

Tetes tebu 3,50 3,50 3,50 3,50

Dikalsium fosfat 1,00 1,00 1,00 1,00

Urea 1,00 1,00 1,00 1,00

Suplementasi :

Hidrolisat bulu ayam 3,00 3,00 3,00

CI 0,12 0,12 S 0,17 0,17 I (ppm) 0,40 Co (ppm) 0,15 Se (ppm) f 0,15 Komposisi nutrisi (%) : Protein kasar 14,19 16,94 16,94 16,94 Lemak kasar 8,12 8,20 8,15 8,16 Serat kasar 25,34 25,35 25,32 25,32 TDN 70 72,30 72,30 72,30

(8)

dan terjangkau oleh daya bell masyarakat serta dapat didistribusikan ke berbagai wilayah konsumen peternak secara luas . Setelah melalui pengolahan yang tepat ransum komplit dapat disimpan untuk jangka waktu lama. Seperti yang dilaporkan oleh MATHIUS, et a!.,

(2005) bahwa ransum komplit berbahan dasar produk samping kelapa sawit dalam bentuk pelet, cacahan dan balok setelah masa simpan 3 bulan masih memiliki kualitas nutrien yang balk dan tidak mempengaruhi tingkat kecernaan nutriennya

KESIMPULAN

Bahan pakan asal produk samping kelapa sawit memiliki kendala dalam penyajiannya, sehingga perlu pengolahan seperti pencacahan, penggilingan, amoniasi maupun fermentasi agar kecernaan dan ketersediaan nutriennya meningkat. Penggunaan bahan pakan asal produk samping kelapa sawit sebagai pakan ruminansia tidak dapat diberikan secara tunggal . Untuk memenuhi kebutuhan nutrien ternak ruminansia, maka penggunaan bahan pakan tersebut harus dikombinasikan dengan bahan lain atau bila perlu dengan suplementasi . Dengan formulasi yang tepat ransum komplit untuk ruminansia dapat disusun dengan bahan dasar produk samping kelapa sawit . Aplikasi di lapangan relatif sulit apabila dilakukan oleh masing-masing peternak, oleh karena itu sangat perlu keberadaan pabrik pakan ternak yang memproduksi ransum komplit berbahan dasar produk samping kelapa sawit di dekat lokasi sumber bahan .

DAFTAR PUSTAKA

ANONIMOUS . 2006 . Kelapa sawit . Kebutuhan benih unggul nasional terns melonjak. Kompas, 11 Febuari .

ARITONANG, D. 1986. Perkebunan kelapa sawit, sumber pakan temak di Indonesia. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian

V(4): 93-99.

DEVENDRA, C . 1977 . Utilization of feedingstuff from the oil palm . Malaysian Agricultural Research and Development Institute, Serdang, Selangor. Malaysia. Pp . 119-131 .

DIWYANTO, K ., D . SITOMPUL, 1 . MANTI, I .W . MATHIUS dan SOENTORO . 2004 . Pengkajian

pengembangan usaha sistem integrasi kelapa sawit-sapi . Prosiding Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi . Lokakarya Nasional Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi . SETIADI, et al.,

(Eds) . Badan Litbang Pertanian, Pemprov . Bengkulu dan PT. Agricinal . Him . 11-12 . HARTADI, H ., S . REKSOHADIPRODJO dan A .D.

TILLMAN . 1997 . Tabel komposisi pakan untuk Indonesia . Gadjah Mada University Press . Yogyakarta .

ISHIDA, M . and O .A . HASAN . 1997. Utilization of oil palm frond as cattle feed . JARQ . 31 :41-47 . JALALUDIN, S ., Y .W . Ho, N . ABDULLAH and H .

Kuoo . 1991 . Strategies for animal improvement in South East Asia. In . Utilization of Feed Resources in Relation to Utilization and Physiology of Ruminant in the Tropics . Trop . Agric. Res . Series . 25 pp . 67-76 .

JALALUDIN, St, Z .A . JELAN, N . ABDULLAH and Y.W . Ho . 1991 6. Recent developments in the oil palm by-product based Ruminant Feeding System . MSAP, Penang, Malaysia . P. 35-44. MATHIUS, LW ., A .P . SINURAT, D. SITOMPUL, B .P .

MANURUNG dan AzMI . 2005 . Pemanfaatan produk fermentasi lumpur-bungkil sebagai bahan pakan sapi potong . Dalam : Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner . Bogor . September 2005 .

MATHIUS, I .W. , D . SITOMPUL, B .P . MANURUNG dan AzMI . 2003 . Produk samping tanaman dan pengolahan kelapa sawit sebagai bahan dasar pakan komplit untuk sapi : Suatu Tinjauan. Prosiding Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi . Bengkulu . September 2003 . Him 120-129 . MATHIUS, I .W . 2007. Membedah permasalahan

pakan sapi potong melalui pemanfaatan produk samping industri kelapa sawit . Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Pakan dan Nutrisi Ruminansia, Bogor 31 Juli 2007 . Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian . Bogor. MATHIUS, I.W ., AZMI, B .P . MANURUNG, D .M .

SITOMPUL dan E . PRYATOMO . 2004. Integrasi sawit-sapi : Imbangan pemanfaatan produk samping sebagai bahan dasar pakan . Prosiding Sistem Integrasi Tanaman-Ternak. Denpasar . Juli 2004 . Him : 439-446 .

PUASTUTI, W. dan I.W . MATHIUS . 2006 . Respon domba jantan muda pada berbagai tingkat substitusi hidrolisat bulu ayam dalam ransum . J. Pengembangan Penyuluhan Pertanian . 2(4) :17-25 .

(9)

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri Olahannya sebagai Pakan Ternak

PUASTUTI, W ., D . YULISTIANI dan 1W . MATHws .

2004 . Bulu ayam yang diproses secara kimia sebagai sumber protein bypass rumen . J/TV.

9(2) :73-80 .

SIAGIAN, P .H.,D .T .H.SIHOMBING, S . SIMAMORAdan D ., CRESWELL . 1997 . Pengaruh penambahan mineral zinc pada jagung dan kombinasi jagung-dedak dalam ransum anak babi lepas sapih . Prosiding Seminar Penelitian dan

Penunjang Peternakan. Bogor.

SINURAT, A . P ., T. PURWADARIA, J . RosIDA, H . SUACHMAN, H . HAMIS dan I .P . KOMPIANG .

1998 . Pengaruh suhu ruang fermentasi dan kadar air substrat terhadap nilai gizi produk fermentasi lumpur sawit.JITV. 3(4) :225-229 .

SIREGAR,Z . 2003 . Peningkatan pertumbuhan domba persilangan dan lokal melalui suplementasi hidrolisat bulu ayam dan mineral esensial dalam ransum berbasis limbah perkebunan . Disertasi . Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

SITOMPUL, D . 2003 . Desain pengembangan kebun dengan sistem usaha terpadu ternak sapi Bali . Prosiding Lokakarya Nasional Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi . SETIADI, et al., (Eds) . Badan Litbang Pertanian . Pemprov . Bengkulu dan PT. Agricinal .hal : 1 1-12 .

WEI, L .C . 2004 . Mencari RUU Perkebunan yang ideal . Kompas . 2 Februari .

ZAIN . 1999 . Substituti rumput dengan sabut sawit dalam ransum pertumbuhan domba : Pengaruh amoniasi, defaunasi dan suplementasi analog hidroksi metionin serta asam amino bercabang . Disertasi . Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor .

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan simulasi hingga mencapai nilai yang konvergen, maka tahap selanjutnya dilakukan analisis data yang meliputi pengaruh susunan serta sudut serang

Keluarga Tn! ) mengatakan bahwa Tn! ) (kepala keluarga# terkena darah tinggi dan 9ertigo! Tn ) tidak boleh makan terlalu  ban$ak garam jeroan jengkol dan kopi! Keluarga

Telah dilakukan preparasi RS dari pati kacang hijau varietas Walet dengan perlakuan kombinasi

ada. Namun, penyelesaian tersebut tetap dilaksanakan guna mencapai keadilan restoratif. Dari dua karya tulis di atas, maka penelitian yang dilakukan oleh penulis secara

Unsur Objektif dalam perkara ini yaitu unsur dengan sengaja “Melakukan pembakaran lahan sebagaimana dimaksud Pasal 69 Ayat (1) huruf h yakni melakukan pembukaan

Penghitungan trombosit secara tidak langsung yang menggunakan sediaan apus dilakukan dalam 10 lpmi x 2000 atau 20 lpmi x 1000 memiliki sensitifitas dan spesifisitas

DANOER DORO WIDYAWAN FE SULAKSO YORYAKARTA YORYAKARTA JAKARTA SELATAN JAKARTA SELATAN YOGYAKARTA YOGYAKARTA BEKASI YOGYAKARTA BANTUL JAKARTA SELA- TAN JAKARTA SELATAN JAKARTA