• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1

SURABAYA

OLEH : ANDRIE WIJAYA, A.Md

 

FENOMENA GLOBAL

1.     ENSO  (El Nino Southern Oscillation)

Secara Ilmiah ENSO atau El Nino dapat di jelaskan sebagai gejala penyimpangan kondisi laut yang di tandai dengan meningkatnya suhu permukaan laut di Samudera Pasifik di sekitar garis ekuator khususnya di bagian tengah dan timur tak jauh dari wilayah Pantai Negara Peru. Lautan yang luas di bumi ini sanagat berkaitan dengan sistem atmosfer, mereka adalah dua sistem yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Maka jika ada penyimpangan kondisi laut karena El Nino, maka akan menyebabkan terjadinya penyimpangan pada kondisi atmosfer dan berakibat terjadi penyimpanagan iklim.

Saat memasuki gejala El Nino, aliran massa uap air dari Indonesia mengalir ke Samudera Pasifik, akibatnya terjadi pengurangan pasokan uap air di wilayah Indonesia. Pada hal pasokan uap air yang melimpah di Indonesia adalah pemicu turunnya hujan lebat. 

(2)

Gambar : Anomali suhu muka laut wilayah Nino 3.4

( Sumber : www.bom.gov.au )

Kondisi El Nino sebagian besar model Prakiraan ENSO memprakirakan harga indeks ENSO periode Juni – Juli - Agustus 2016 (JJA) masih di bawah 0.5 dan diprediksi perkembangan ENSO akan melemah. Diprakirakan mulai bulan Juli berada pada kondisi La Nina lemah dan bertahan pada beberapa bulan ke depan sehingga bulan Juli 2016 di Jawa Timur pertumbuhan awannya di atas normal klimatologisnya. 

2.     SOI (The Southern Oscillation Index)

Indeks SOI memberikan informasi tentang perkembangan dan intesitas El Nino atau La Nina di Samudera Pasifik. Indeks SOI di hitung berdasarkan perbedaan tekanan udara antara Tahiti dan Darwin.

Harga Indeks SOI yang terus menerus di bawah -7 (tekanan udara di Tahiti relatif lebih rendah) mengindikasikan adanya El Nino. Harga Indeks SOI yang terus menerus di bawah +7 (tekanan udara di Darwin relatif lebih rendah) mengindikasikan adanya La Nina. Harga Indeks SOI antara-7 dan +7 umumnya mengindikasikan kondisi netral.

(3)

( Sumber : www.bom.gov.au )

Indeks SOI selama bulan Mei 2016 (30 Hari) bernilai + 5.6, yang mana menunjukkan /

mengindikasikan tekanan udara di Samudera Pasifik barat (Tahiti) relatif konsisten lebih rendah dari pada tekanan udara di Samudera Pasifik tengah (Darwin).

 Hal ini menunjukkan adanya pengaruh La Nina lemah sehingga pasokan massa uap air bulan Juni 2016 di wilayah Indonesia khususnya bagian Timur dan wilayah selatan equator bertambah, sedangkan pasokan uap air di Jawa Timur juga bertambah sehingga musim hujan yang terjadi di Jawa Timur diperkirakan sama dengan normal klimatologinya.

3.     MJO ( Madden - Julian Oscilation)

The Madden Julian Oscillation (MJO) adalah fluktuasi cuaca mingguan atau bulanan di

daerah tropis. Fluktuasi berupa periode basah yaitu periode banyak awan penghujan kemudian disusul periode kering yaitu periode awan konvektif sukar terbentuk ( convectively suppresed), fluktuasi tersebut terjadi berganti ganti (basah dan kering) dengan total periode antara 40 sampai 50 hari. Yang lebih pendek dari pada periode musim, maka di katakan sebagai variasi di dalam musim ( intraseasonal variation).

MJO di pengaruhi oleh gerak semu Matahari, MJO bergerak ke arah timur dalam 8 fase sesuai dengan lokasi geografi fase MJO. Fase 1 di atas Benua Afrika ( 40°BT - 60° BT), fase 2 di Samudera Hindia Barat (60° BT 80° BT), fase 3 di atas Samudera Hindia Timur (80° BT -100° BT), fase 4 di atas Indonesia Barat (-100° BT - 120° BT), fase 5 di atas Indonesia Timur (120° BT – 140° BT), fase 6 di Pasifik Barat (140° BT - 160° BT), fase 7 di Pasifik Tengah (160° BT - 180° BT), fase 8 di Pasifik Timur (180° BB - 160° BB).

(4)

Gambar : MJO tgl 20 Mei 2016 – 28 Juni 2016 ( Sumber : www.bom.gov.au )

Posisi MJO pada bulan Juni 2016 memperlihatkan pergerakan MJO dari fase 5 berputar  hingga ke fase 4 ,dan pergerakannya hingga tanggal 28 Juni 2016 berada di luar lingkaran sehingga di daerah di atas Benua Afrika dan di atas Samudera Hindia Barat masih mengalami periode basah. Dengan demikian, karena Jawa Timur merupakan daerah Fase 4 maka Jawa Timur mengalami periode basah pada akhir bulan Juni 2016.

4.     DMI ( Dipole Mode Index)

Indeks Dipole Mode di hitung berdasarkan perbedaan anomali suhu muka laut antara Samudera Hindia bagian barat ( 10°LS - 10°LU, 50°BT - 70°BT ) dan Samudera Hindia bagian timur ( 10°LS - 0°LS, 90°BT - 110°BT ).

 Indeks Dipole Mode bernilai positif menunjukkan anomali suhu muka laut di Samudera Hindia bagian barat relatif lebih tinggi sehingga meningkatkan peluang pertumbuhan awan di

Samudera Hindia bagian barat. Sedangkan Indeks Dipole Mode bernilai negatif menunjukkan anomali suhu muka laut di Samudera Hindia bagian timur relatif lebih tinggi sehingga

meningkatkan peluang pertumbuhan awan di Samudera Hindia bagian timur.

Gambar : DMI  Bulan Juni 2016 (Sumber : www.bom.gov.au)

Indeks Dipole Mode pada bulan Juni 2016 bernilai - 0.91, Indeks Dipole Mode negatif  menunjukkan pertumbuhan awan di Samudera Hindia bagian timur lebih besar dari pada di Samudera Hindia bagian barat. Sedangkan berdasarkan nilai Indeks Dipole Mode umumnya berada dalam kondisi diatas normal, sehingga uap air dari Samudera Hindia menuju wilayah Indonesia  bagian barat relatif tinggi yang mengakibatkan pertumbuhan awan  pada bulan Juni 2016 di wilayah Jawa Timur mengalami peningkatan.

 

FENOMENA REGIONAL

1.     SST ( Sea Surface Temperature)

SST (Sea Surface Temperature / Suhu Muka Laut) adalah kondisi suhu permukaan laut di perairan . Sedangkan Anomali SST adalah kondisi suhu permukaan laut di suatu perairan tersebut pada jangka waktu tertentu dan bersifat kotemporer. Anomali SST sendiri merupakan salah satu unsur yang dapat mempengaruhi kondisi curah hujan di wilayah Indonesia.

Anomali SST yang bernilai positif menandakan kondisi suhu perairan Indonesia cenderung hangat sehingga meningkatkan konsentrasi massa uap air yang dapat meningkatkan curah hujan di Indonesia. Sedangkan Anomali SST yang bernilai negatif  menandakan kondisi suhu perairan Indonesia cenderung dingin dan mengakibatkan berkurangnya massa uap air

sehingga awan konvektif sulit tumbuh dan berakibat curah hujan berkurang.

Gambar : Anomali SST 29 Juni  2016 (Sumber : www.unisys.com)

Gambar : SST 28 Juni 2016 (Sumber : www.unisys.com)  

Dengan melihat gambar anomali SST di atas yang menunjukkan positif berkisar antara -0.5 – +2.0 ( Hangat ) maka selama bulan Juni 2016 kondisi Suhu permukaan laut di perairan

Indonesia cenderung masih hangat untuk wilayah Perairan Indonesia bagian selatan sedangkan untuk wilayah perairan Indonesia utara cenderung lebih dingin. Untuk Suhu permukaan laut di wilayah perairan selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara pada bulan Juni 2016 pada kondisi normal hingga hangat dan di perkirakan hingga bulan Juli 2016. Sehingga memberi kontribusi suplai uap air di wilayah Jawa Timur.

Suhu Muka Laut rata-rata di wilayah Indonesia pada bulan Juni 2016  hangat, berkisar antara (28.0 – 31.0) °C. Sedangkan  Suhu Muka Laut di perairan  sekitar Jawa  umumnya masih hangat berkisar antara (28.0 – 31.0) °C sehingga suplai uap air bulan Juni 2016 di wilayah Jawa Timur masih kuat  buat pembentukan awan konvektif.

 

2.      GRADIENT WINDS 850 MB ( Angin Gradien 850 mb) dan MONSUN.

(5)

Gambar : Indeks Monsun Asia dan Indeks Monsun Australia di Wilayah Indonesia (Sumber : JRA-55 dan JMA Model)

Pada bulan Juni 2016 aliran massa udara didominasi oleh angin timuran, kecuali Sumatera, Kalimantan bag. Utara, Sulawesi bag. Utara, Maluku Utara dan Papua Barat bag. utara. 

Monsun Asia saat ini melemah, dan diprediksi akan menguat untuk 1 minggu ke depan untuk selanjutnya kembali melemah hingga dasarian III Juli 2016 peluang pembentukan awan hujan disekitar Sumatera, Jawa bag Barat dan Kalimantan Bag Barat bertambah untuk satu minggu perta Juli selanjutnya berkurang. Monsun Australia saat ini Lemah diprediksi menguat sampai akhir das III Juli 2016. Peluang pembentukan awan hujan disekitar Jawa bag.timur, Bali dan Nusa Tenggara berkurang.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Semua aspek yang meliputi (1) kemudahan prosedur pelayanan Bagian Akademik, (2) persyaratan pelayanan Bagian Akademik dengan jenis pelayanannya (3) kemudahan dan

 b. Perubahan protombin menjadi trombin yang dikatalisis oleh Perubahan protombin menjadi trombin yang dikatalisis oleh activator protombin. Setelah activator protombin terbentuk

LPKR memiliki indikator Stoc osc dan RSI mengindikasikan pola Uptrend, LPKR belum berhasil menembus Resistance di level harga 1020 sehingga terbuka peluang untuk menguji

Puji dan syukur saya sampaikan kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih, yang telah membimbing dan memberikan petunjuk dalam penulisan tugas akhir dengan judul

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini berupa pemodelan matematis sudah dapat digunakan dalam menentukan daerah kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah yang berada

transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah dan/atau UUS dan pihak lain (nasabah

Masalah penelitian dalam penelitian ini adalah “Bagaimana kualitas layanan dan nilai yang dirasakan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan BRT Trans Semarang?” Dari