• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Kombinasi Model Pembelajaran Kooperatif dan Motivasi Berprestasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perbedaan Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Kombinasi Model Pembelajaran Kooperatif dan Motivasi Berprestasi"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

62

Perbedaan Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Kombinasi Model

Pembelajaran Kooperatif dan Motivasi Berprestasi

Differences in Mathematics Learning Outcomes Seen From Combination Model Cooperative

Learning and Achievement Motivation

Muh. Syarwa Sangila1 dan Mustamin Anggo2

(1&2 Alumni S2 dan Dosen Pendidikan Matematika FKIP UHO, email:syarwa@yahoo.com)

Abstrak: Penelitian eksperimen ini menggunakan desain 2x3 faktorial dengan tujuan: (i) mempelajari pengaruh sikap terhadap hasil belajar matematika, (ii) mempelajari perbedaan rerata hasil belajar matematika untuk semua sel yang dibentuk oleh faktor model pembelajaran kooperatif (Ai) dan motivasi berprestasi (Bj), (iii) mempelajari

perbedaan rerata hasil belajar matematika siswa antara tingkat faktor motivasi berprestasi (Bj) untuk setiap

tingkat faktor model pembelajaran kooperatif (Ai), (iv) mempelajari perbedaan rerata hasil belajar matematika

antara tingkat faktor model pembelajaran kooperatif (Ai) untuk setiap tingkat faktor motivasi berprestasi (Bj) dan

(v) mempelajari perbedaan rerata hasil belajar matematika antara semua tingkat faktor model pembelajaran kooperatif (Ai) dan motivasi berprestasi (Bj). Hasil analisis: motivasi berprestasi mempunyai pengaruh positif

yang signifikan terhadap hasil belajar matematika, kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw-TTW tidak lebih efektif dari model pembelajaran kooperatif tipe TTW dan motivasi berprestasi tinggi tidak lebih baik dari motivasi berprestasi rendah dan motivasi berprestasi sedang tidak lebih baik dari motivasi berprestasi rendah.

Kata Kunci: Motivasi Berprestasi, Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan TTW, Hasil Belajar Matematika

Abstract: The experimental research design of this 2x3 factorial with the aim of: (i) study the influence attitudes towards learning outcomes of mathematics, (ii) study the differences between the mean result of learning mathematics for all of the cells formed by a factor of cooperative learning model (Ai) and achievement motivation (Bj ), (iii) to study differences between the mean results of students' mathematics learning between factor levels of achievement motivation (Bj) for each level of factor cooperative learning model (Ai), (iv) to study differences between the mean result of learning mathematics between levels of factor cooperative learning model (Ai) to each level of achievement motivation factor (Bj) and (v) to study mathematics learning outcomes mean difference between all levels of cooperative learning model factor (Ai) and achievement motivation (Bj). Result analysis: achievement motivation have a significant positive impact on learning outcomes of mathematics, a combination of cooperative learning model Jigsaw-TTW is no more effective than cooperative learning model TTW and high achievement motivation is not better than the low achievement motivation and achievement motivation was not better of low achievement motivation.

Keywords: Achievement Motivation, Jigsaw type of cooperative learning model and TTW, Mathematics Learning Outcomes

PENDAHULUAN

Pola pembelajaran yang berkualitas dan efektif sangat diperlukan oleh guru dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Pola pembelajaran yang berkualitas dapat diterapkan dengan tidak menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber ilmu,

tetapi guru dan siswa merupakan dua bagian penting dalam tercapainya proses belajar yang saling melengkapi.

Keberhasilan pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama

(2)

63 (SMP) menjadi harapan semua pihak khususnya guru matematika. Dalam proses pembelajaran melibatkan berbagai macam kegiatan yang harus dilakukan, terutama jika menginginkan hasil yang optimal. Salah satu cara yang dapat dipakai agar mendapatkan hasil optimal seperti yang diinginkan adalah memberi tekanan dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dilaksanakan dengan memilih model pembelajaran yang tepat. Karena pemilihan model pembelajaran yang tepat pada hakikatnya merupakan salah satu upaya dalam mengoptimalkan hasil belajar siswa.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting dalam meningkatkan kemampuan intelektual siswa. Dengan belajar matematika, maka siswa dapat berpikir kritis, terampil berhitung, memiliki kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep dasar matematika pada pelajaran lain maupun pada matematika itu sendiri.

Berdasarkan pendapat Suyitno, pengajaran matematika perlu diperbarui, dimana siswa diberikan porsi lebih banyak dibandingkan dengan guru, bahkan siswa harus dominan dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk mengembangkan potensi to live

together salah satunya melalui model pembelajaran

kooperatif. Aktifitas pembelajaran kooperatif menekankan pada kesadaran siswa perlu belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep, keterampilan kepada siswa yang membutuhkan atau anggota lain dalam kelompoknya, sehingga belajar kooperatif dapat saling menguntungkan antara siswa yang berprestasi rendah dan siswa yang berprestasi tinggi. Dalam hal ini, pembelajaran kooperatif dimaksudkan agar siswa benar-benar menerima ilmu dari pengalaman belajar bersama teman-temannya baik yang sudah dikatakan cakap maupun yang masih dikatakan lemah dalam memahami konsep atau materi pelajaran. Salah satu ciri dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya pembagian kelompok belajar yang diarahkan untuk mencapai keberhasilan dalam menguasai suatu konsep yang diajarkan.

Kenyataan menunjukkan bahwa, penggunaan model mengajar yang tidak sesuai dengan materi yang diajarkan cenderung menghasilkan hasil belajar siswa kurang optimal. Penyebab lain rendahnya hasil

belajar siswa adalah bahwa perencanaan dan implementasi pembelajaran yang dilakukan oleh para guru matematika tampaknya masih dilandasi dengan metode transfer informasi. Kondisi secara umum terjadi di SMP khususnya SMP Negeri 10 Kendari dimana informasi dari guru mata pelajaran matematika bahwa model pembelajaran kooperatif sudah diterapkan sebelumnya namun dalam proses pelaksanaannnya ditemukan kendala-kendala baik yang bersumber dari siswa maupun dari guru yang bersangkutan seperti pembagian kelompok yang sederhana kurang menarik oleh siswa.

Dewasa ini, banyak tipe (pendekatan) model pembelajaran kooperatif yang telah diterapkan di kelas-kelas dalam upaya untuk meningkatkan hasil belajar matematika, diantaranya adalah mengkombinasikan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan TTW. Model pembelajaran ini salah satu alternatif solusi yang ditawarkan untuk menyelesaikan masalah pendidikan dalam hal ini rendahnya hasil belajar matematika siswa. Selain itu, terkadang persepsi siswa yang menganggap matematika itu adalah hal yang menakutkan, terkadang matematika salah satu kecemasan siswa dalam proses belajar mengajar.

Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang didambakan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah. Agar proses pembelajaran berhasil salah satunya menggunakan model pembelajaran yang tepat, karena model pembelajaran adalah salah satu sarana interaksi antara guru dan siswa. Djamarah mengatakan bahwa “seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satupun metode mengajar yang dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan” (Bahri:2010). Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat secara tidak langsung mempengaruhi keinginan siswa dalam mengikuti materi pelajaran.

Jadi, berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti mencoba untuk mengadakan suatu eksperimentasi pembelajaran matematika dengan menerapkan kombinasi model pembelajaran jigsaw dan TTW untuk meningkatkan hasil belajar matematika. Model pembelajaran kombinasi jigsaw dan TTW ini adalah kombinasi dua model kooperatif

(3)

64 yang digunakan dalam suatu pembelajaran. Dimana pembelajaran ini menggunakan pembelajaran jigsaw sebagai penguasaan konsep serta menjadikan siswa bisa aktif saling bekerja sama mengeluarkan pendapatnya. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe TTW diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang dapat ditunjukkan dengan mendorong siswa untuk berfikir (think), aktif berpartisipasi dalam pembelajaran, berkomunikasi dengan baik (talk), siap mengemukakan pendapatnya, menghargai orang lain dan melatih siswa untuk menuliskan hasil diskusinya ke dalam bentuk tulisan secara sistematis.

Faktor lain yang ikut memberi andil terhadap hasil belajar siswa adalah motivasi berprestasi. Dalam proses belajar, motivasi berprestasi sangat penting diberikan kepada siswa. Motivasi berprestasi

(achiement motivasion) adalah keinginan untuk

menyelesaikan sesuatu untuk mencapai standar kesuksesan, dan untuk melakukan suatu usaha untuk mencapai kesuksesan (John: 2003). Mc Clelland mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai suatu usaha untuk mencapai sukses, yang bertujuan untuk berhasil dalam kompetensi dengan suatu ukuran keunggulan. Ukuran keunggulan ini dapat prestasi orang lain, akan tetapi juga dapat prestasinya sendiri sebelumnya (Mulyani: 1984).

Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi yang baik ditandai dengan beberapa hal yaitu siswa tersebut tanggap terhadap tantangan terutama dalam belajar, rasional dalam berpikir, bertanggung jawab dalam hal ini selalu bersikap jujur dan semangat

dalam belajar, berusaha unggul dalam kelompok dan selalu dapat menyesuaikan diri bila ia berinteraksi dengan teman-temannya. Selain itu, hal yang juga berperan dalam meningkatkan motivasi berprestasi siswa adalah guru itu sendiri. Boleh jadi siswa mempunyai semangat yang tinggi dalam belajar tapi karena gurunya yang kurang baik dalam memberikan perhatian dan penghargaan kepada siswa, maka motivasi belajar siswa menjadi menurun yang berimplikasi pada rendahnya hasil belajar matematika.

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengkaji gambaran deskripsi hasil belajar matematika siswa SMPN 10 Kendari setelah diberi kombinasi model pembelajaran kooperatif dengan tingkat motivasi berprestasi, (2) Mengkaji motivasi berprestasi mempunyai pengaruh positif terhadap hasil belajar matematika, (3) Mengkaji perbedaan rerata hasil belajar matematika untuk semua sel yang dibentuk oleh faktor model pembelajaran kooperatif (Ai) dan

motivasi berprestasi (Bj), (4) Mengkaji perbedaan

rerata hasil belajar matematika siswa antara tingkat faktor motivasi berprestasi (Bj) untuk setiap tingkat

faktor model pembelajaran kooperatif (Ai), (v)

Mengkaji perbedaan rerata hasil belajar matematika siswa antara tingkat faktor model pembelajaran kooperatif (Ai) untuk setiap tingkat faktor motivasi

berprestasi (Bj) dan (6) Mengkaji perbedaan rerata

hasil belajar matematika siswa antara semua tingkat faktor model pembelajaran kooperatif (Ai) dan faktor

motivasi berprestasi (Bj).

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen, menggunakan Anava desain 2x3 factorial pada siswa SMPN 10 Kendari, dengan populasi berjumlah 236 orang siswa yakni siswa kelas VIII tahun ajaran 2014/2015 yang tersebar dalam 7 kelas paralel yakni kelas VIII-1 sampai kelas VIII-7. Untuk menentukan kelas yang akan dijadikan penelitian menggunakan

cluster random sampling. Sampel dalam penelitian

sebanyak 90 siswa yang diambil secara acak sederhana (simple random sampling). Jumlah sampel yang dipakai berdasarkan jumlah kelas dan jumlah siswa dalam setiap kelompok (sel), ditunjukkan dalam Tabel 1 sebagai berikut.

(4)

65

Tabel 1. Jumlah Sampel pada Setiap Sel dalam Penelitian Eksperimen dan Kontrol di SMP Negeri 10 Kendari A B Jumlah B1 B2 B3 A*1 15 15 15 45 A2 15 15 15 45 Jumlah 30 30 30 90

Dimana A adalah model pembelajaran kooperatif dengan kombinasi model pembelajaran kooperatif Jigsaw-TTW (A1), model pembelajaran kooperatif

tipe TTW (A2), dan B adalah motivasi berprestasi

dengan motivasi berprestasi tinggi (B1), motivasi

berprestasi sedang (B2) dan motivasi berprestasi

rendah (B3).

Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel dependen (variabel terikat) yaitu hasil belajar matematika dan variabel independen (variabel bebas) yaitu model pembelajaran kooperatif sebagai faktor A dan sikap siswa sebagai faktor B. Faktor A terdiri dari A1 kombinasi model pembelajaran kooperatif

(Jigsaw-TTW) sebagai kelompok eksperimen, A2

model pembelajaran kooperatif tipe TTW. Sedangkan faktor B terdiri atas motivasi berprestasi tinggi (B1),

motivasi berprestasi sedang (B2) dan motivasi

berpresatsi rendah (B3). Variable terikat dalam

penelitian menggunakan instrumen yang divalidasi melalui panelis (tim ahli) dengan menggunakan

Randomized Control Group Design sebagaimana

dijelaskan pada desain berikut:

R E T O1 R K • O2 di mana:

R=random; E=eksperimen (model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TSTS); T=true eksperimen; K=kontrol; • = tanpa perlakuan, Ok = Observasi, k=1,2 (O1= tes yang diberikan pada kelas eksperimen dan O2 = tes yang diberikan pada kelas kontrol. (Agung ; 1992: 93)

Teknik yang digunakan dalam pengambilan data adalah teknik tes hasil belajar matematika dan angket sikap. Adapun tahapan dalam mengumpulkan data tersebut yakni (1) Menyusun instrumen penelitian (silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja siswa, kisi-kisi tes untuk

mengukur hasil belajar siswa dan kisi-kisi item untuk mengukur sikap belajar, serta rubrik penskoran); (2) Meminta beberapa dosen ahli untuk memvalidasi instrumen penelitian; (3) Melakukan uji panelis instrumen penelitian; (4) Estimasi validitas dan reliabilitas instrumen penelitian; (5) Revisi instrumen penelitian; (6) Memberikan angket motivasi berprestasi kepada sampel penelitian; (7) Melaksanakan penelitian di sekolah; dan (8) Memberikan tes hasil belajar matematika kepada sampel penelitian di setiap akhir proses pembelajaran.

Analisis data yaitu proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Analisa data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokkan, sistematisasi, penafsiran, dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial, akademis, dan ilmiah. Kegiatan analisis data diawali dengan ujian prasyarat yaitu analisis validitas dan reliabilitas instrumen penelitian. Validitas adalah suatu alat ukur yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Validitas empiris suatu instrumen atau tes ditentukan berdasarkan data hasil uji panelis. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas instrumen melalui penilaian panelis dengan memberikan penilaian terhadap butir-butir pernyataan instrumen dengan memberikan skor pada kolom penilaian panelis yang telah disediakan dengan ketentuan sebagai berikut : (1) Skor 1, jika dalam pernyataan tidak satupun kriteria yang muncul, (2) Skor 2, jika dalam pernyataan ada satu kriteria yang muncul, (3) Skor 3, jika dalam pernyataan ada dua kriteria yang muncul, (4) Skor 4, jika dalam pernyataan ada tiga kriteria yang muncul dan (5) Skor

(5)

66 5, jika dalam pernyataan ada semua kriteria yang muncul. Analisis validitas instrumen digunakan untuk mengetahui validitas konsep instrumen melalui penilaian panelis. Perhitungan validitas hasil penilaian panelis menggunakan rumus Aiken.

Analisis reliabilitas instrumen diperlukan untuk mengetahui sejauh mana konsep yang disusun menggambarkan keadaan sesungguhnya. Untuk menentukan ketepatan butir instrumen menggunakan rumus alpha. Kriteria untuk pengujian tingkat reliabilitas tes digunakan kriteria sebagai berikut : (1) r11 ≤ 0,20 tingkat reliabilitas tes rendah sekali, (2) 20

< r11 ≤ 40 tingkat reliabilitas tes rendah, (3) 40 < r11 ≤

0,60 tingkat reliabilitas tes sedang, (4) 60 < r11 ≤ 0,80

tingkat reliabilitas tes tinggi dan (5) 0,80 < r11 ≤ 1,00

tingkat reliabilitas tes sangat tinggi.

Analisis deskriptif dimaksudkan untuk mendeskripsikan karakteristik responden melalui skor rata-rata dan standar deviasi dari masing-masing sel yang dibentuk oleh model pembelajaran kooperatif dan motivasi berprestasi. Analisis deskriptif tersebut mencakup mean (rata-rata) dan standar deviasi.

Analisis inferensial merupakan analisis yang digunakan untuk menguji sejumlah hipotesis penelitian, sebelumnya melalui uji normalitas dan homogenitas. Uji Normalitas menggunakan statistik uji Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas menggunakan statistik uji Levene. Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak berdistribusi normal. Untuk keperluan ini digunakan statistik uji

Kolmogorov-Smirnov. Dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi

normal

H1 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi

tidak normal

Uji homogenitas variansi populasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah varian dari kedua sampel yang diselidiki homogen atau tidak homogen. Uji homogenitas menggunakan perangkat program analisis siap pakai yaitu SPSS versi 16 berdasarkan uji Levene yaitu statistik uji F. Pada uji

Levene tidak harus berdistribusi normal, namun harus

kontinyu. Pengujian hipotesis yaitu : H0 : 𝜎112= 𝜎122= ⋯ = 𝜎232

H1 : paling sedikit ada satu 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝜎𝑖𝑗2 yang

tidak sama. Jika Fhit ≤ Ftab maka H0 diterima, yang

berarti kedua kelas mempunyai varian homogen, dan jika Fhit> Ftab maka H0 ditolak, yang berarti kedua

kelas mempunyai varian tidak homogen. Pengujian dilakukan pada taraf signifikan α = 0,05 dan derajat kebebasan pada df = (df1/df2).

Analisis korelasi merupakan salah satu teknik statistik yang dipakai untuk menganalisis hubungan antara dua variabel atau lebih yang bersifat kuantitatif. Korelasi product moment digunakan untuk menentukan besarnya koefisien korelasi jika data yang digunakan berskala interval atau rasio.

Nilai korelasi (r) berkisar antara 1 sampai -1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah. Nilai positif menunjukan hubungan searah (x naik maka y naik) dan nilai negatif menunjukan hubungan terbalik (x naik maka y turun). Analisis regresi linear sederhana merupakan hubungan secara linear antara satu variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Data yang digunakan biasanya berskala interval dan rasio. Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis “sikap siswa mempunyai pengaruh positif yang siginifikan terhadap hasil belajar matematika menggunakan regresi linear sederhana dengn persamaan 𝑌𝑖 = 𝛽0+

𝛽1𝑋 + 𝜀𝑖. Untuk menguji hipotesis perbedaan

perlakuan atau perbedaan pengaruh antara variabel bebas, yakni kombinasi model pembelajaran kooperatif Jigsaw-TTW, model pembelajaran tipe TTW, motivasi berprestasi berkategori tinggi, motivasi berprestasi berkategori sedang, motivasi berprestasi berkategori rendah terhadap variabel terikat yakni hasil belajar matematika (Y), maka analisis varian yang digunakan adalah :

Model Analisis Varian tanpa faktor utama Yijk = µ +

(AB)ij + ɛijk

Dimana Yijk = Observasi ke-k dalam sel (A=i,B=j) =

(i,j), µ = Parameter rerata variabel Y, dan (AB)ij =

parameter pengaruh interaksi pada sel (i,j), untuk i =

1,...,i; j = 1,... j; k = 1,...,Nij; dengan syarat:

(𝐴𝐵)𝑖𝑗 𝑖𝑗 = 0. 𝑑an ɛijk = suku kesalahan random

(6)

67 identik dan independen dengan mean/ekspektasi E(ɛijk) = 0 dan variansi konstan: Var (ɛijk) = 𝜎2.

Berdasarkan model di atas hipotesis yang diperlukan adalah H0 :(AB)ij = 0 vs 𝐇𝟏: Bukan H0 Pernyataan

hipotesis di atas adalah rerata hasil belajar matematika untuk semua sel yang dibentuk oleh faktor model pembelajaran kooperatif (Ai) dan faktor

motivasi berprestasi (Bj) mempunyai perbedaan

pengaruh yang signifikan.

a. Model Analisis Varian dengan faktor utama A (kombinasi model pembelajaran kooperatif) Model Anava dengan faktor utama A : Yijk = µ

+ Ai + (AB)ij + ɛijk

Dimana Yijk= observasi ke-k dalam sel (Ai,Bi) = (i,j),

µ = parameter rerata variabel Y, Ai = parameter

pengaruh tingkat ke-i dari faktor A,(AB)ij = parameter

pengaruh interaksi pada sel (i,j), untuk i = 1,...,I; j = 1,... J; k = 1,..., Nij,dengan syarat: 𝑖𝐴𝑖 =

(𝐴𝐵)𝑗 𝑖𝑗 = 0. Dan ɛijk = suku kesalahan random

dengan asumsi mempunyai distribusi normal yang identik dan independen dengan mean/ ekspektasi E(ɛijk) = 0 dan varian konstan: Var (ɛijk) = 𝜎2.

Berdasarkan model di atas hipotesis yang diperlukan adalah H0 : (AB)ij = 0 vs 𝐇𝟏: Bukan H0

Pernyataan hipotesis di atas adalah rerata hasil belajar matematika antara tingkat faktor motivasi berprestasi (Bj) untuk setiap tingkat faktor model

pembelajaran kooperatif (Ai) mempunyai perbedaan

pengaruh yang signifikan. Persamaan regresi non hirarkhi:

Yijk = α 0 + α 1 [A=1] + α 2 [A=1]*[B=1] + α 3

[A=1]*[B=2] + α 4 [A=2]*[B=1] + α 5 [A=2]*[B=2] +

ɛijk

b. Model Analisis Varian dengan faktor utama B (motivasi berprestasi)

Model Anava dengan faktor utama B: Yijk = µ +

Bj + (AB)ij + ɛijk

dimana Yijk = observasi ke-k dalam sel (A = i,B =

j) = (i,j), µ = parameter rerata variabel Y, Ai =

parameter pengaruh tingkat ke-i dari faktor A, dan (AB)ij = parameter pengaruh interaksi pada sel (i,j),

untuk i = 1,...,I; j = 1,... J; k = 1,..., Nij,dengan syarat:

𝐵𝑗 𝑗 = (𝐴𝐵)𝑖 𝑖𝑗 = 0

Dan ɛijk = suku kesalahan random dengan asumsi

mempunyai distribusi normal yang identik dan independen dengan mean/ ekspektasi E(ɛijk) = 0 dan

varian konstan: Var (ɛijk) = 𝜎2.

Berdasarkan model di atas hipotesis yang diperlukan adalah H0 : (AB)ij = 0 vs 𝐇𝟏: Bukan H0

Pernyataan hipotesis di atas adalah rerata hasil belajar matematika siswa antara tingkat faktor model pembelajaran kooperatif (Ai) untuk setiap tingkat

faktor motivasi berprestasi (Bj) mempunyai

perbedaan pengaruh yang signifikan. Persamaan regresi non hirarkhi:

Yijk = 𝛽0 + 𝛽 1 [B=1] + 𝛽2 [B=2] + 𝛽3 [A=1]*[B=1] +

𝛽4 [A=1]*[B=2] + 𝛽5 [A=1]*[B=3] + ɛijk

Untuk setiap persamaan regresi non hierarki mempunyai parameter sebagai berikut:

Tabel 2. Parameter koefisien regresi non hirarkhi berdasarkan desain B A*B

B1 B2 B3 selisih 1-3 selisih 2-3

A1 β0 β0+ β1 + β3 β0 + β2 + β4 β0 + β5 β1 + β3+ β5 β2 + β4+ β5

A2 β0 + β1 β0 + β2 β0 𝛃1 𝛃2

selisih 1–2 𝛃3 𝛃4 𝛃5

Model Analisis Varian dengan semua tingkat faktor utama A (kombinasi model pembelajaran kooperatif) dan faktor utama B (motivasi berprestasi). Yijk = µ +

Ai +Bj + (AB)ij + ɛijk; dimana Yijk = observasi ke-k

dalam sel (A = i; B = j) = (i,j), µ = parameter rerata variabel Y, Ai = parameter pengaruh tingkat ke-i dari

faktor A, dan (AB)ij = parameter pengaruh interaksi

pada sel (i,j), untuk i = 1,...,I; j = 1,... J; k = 1,...,

Nij,dengan syarat: 𝑗𝐵𝑗 = (𝐴𝐵)𝑖 𝑖𝑗 = 0. dan ɛijk =

suku kesalahan random dengan asumsi mempunyai distribusi normal yang identik dan independen dengan mean/ ekspektasi E(ɛijk) = 0 dan varian

konstan: Var (ɛijk) = 𝜎2. Berdasarkan model di atas

hipotesis yang diperlukan adalah H0 : (AB)ij = 0 vs 𝐇𝟏: Bukan H0

(7)

68 Pernyataan hipotesis di atas adalah rerata hasil belajar matematika antara semua tingkat faktor model pembelajaran kooperatif (Ai) dan faktor motivasi

berprestasi (Bj) mempunyai perbedaan pengaruh yang

signifikan. Persamaan regresi non hirarkhi: Yijk = 𝛾0

+ 𝛾1 [A=1] + 𝛾2 [B=1] + 𝛾3 [B=2]

HASIL

Analisis dalam penelitian eksperimen 2 × 3 faktorial ini mencakup hal-hal sebagai berikut, yaitu: (i) Analisis validitas dan reliabilitas instrumen berdasarkan penilaian panelis, (ii) Analisis deskriptif hasil belajar matematika, dan (iii) Analisis inferensial.

Hasil analisis validitas berdasarkan penilaian panelis dilakukan oleh peneliti dengan memberikan konsep instrumen yang telah disusun kepada 20 orang yang dipilih berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya dalam menilai suatu instrumen. Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua), yaitu (1) instrumen hasil belajar matematika pada materi sistem persamaan linear dua variabel dan bangun ruang sisi datar yang terdiri dari 30 butir soal uraian dan (2) instrumen sikap siswa yang terdiri dari 60 butir pernyataan.

Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Selanjutnya dalam memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi, “item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang penting pula.

Semua item butir valid sehingga bahwa 30 butir tes hasil belajar matematika dan instrumen motivasi berprestasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 butir pernyataan yang terdiri

dari 30 butir pernyataan positif dan 30 butir pernyataan negatif.

Hasil analisis Cronbach’s Alpha diperoleh nilai 0,883. Hal ini berarti bahwa reliabilitas tes termasuk dalam kategori sangat tinggi, dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa semua instrumen yang dinilai oleh panelis memenuhi kriteria sehingga instrumen tersebut dapat dipakai sebagai alat ukur untuk dapat mengukur hasil belajar matematika siswa.

Analisis deskriptif hasil belajar matematika dimaksudkan untuk mendeskripsikan karakteristik responden melalui skor rata-rata dan standar deviasi dari masing-masing sel yang dibentuk oleh kombinasi antara faktor model pembelajaran kooperatif dan faktor motivasi berprestasi siswa. A1B1, A1B2 dan

A1B3 adalah kelompok siswa yang diajar dengan

menggunakan kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw-TTW untuk siswa yang mempunyai motivasi berprestasi siswa kategori tinggi, sedang dan rendah, serta A2B1, A2B2 dan A2B3

adalah kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TTW untuk siswa yang mempunyai motivasi berprestasi siswa kategori tinggi, sedang dan rendah. Berdasarkan hasil analisis deskriptif variabel bebas A dan B terhadap hasil belajar matematika (Y) pada Tabel diperoleh:

(8)

69

Tabel 3. Analisis Deskriptif Antara Variabel Bebas Ai dan Bj Terhadap Hasil Belajar Matematika (Y)

A B Mean Std. Deviation N 1.00 1.00 46.9667 22.95062 15 2.00 54.5333 14.82573 15 3.00 41.5667 16.46736 15 Total 47.6889 18.78142 45 2.00 1.00 40.5000 16.27333 15 2.00 49.2333 20.11739 15 3.00 35.1667 15.03646 15 Total 41.6333 17.87056 45 Total 1.00 43.7333 19.82281 30 2.00 51.8833 17.57137 30 3.00 38.3667 15.83206 30 Total 44.6611 18.48091 90

Berdasarkan hasil analisis Tabel 5 dapat dikemukakan bahwa secara empiris analisis deskriptif antara kelas eksperimen dilihat dari kolom mean dengan kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw-TTW serta kelas kontrol dengan model pembelajaran kooperatif tipe TTW, dapat diurai bahwa kelas yang diajar dengan kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw-TTW nilai rata-ratanya 47.6889 dan kelas yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TTW nilai rata-ratanya 41.6333. Hal ini menunjukkan bahwa kelas yang diajar dengan kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw-TTW dan kelas yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TTW nilai rata-rata hasil belajar matematikanya relatif tidak mempunyai perbedaan nyata dengan selisih rata-rata yang kecil.

Secara empiris rata-rata hasil belajar matematika dilihat dari kolom mean antara kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw-TTW yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi (A1B1)

dengan rata-rata 46.9667 dan motivasi berprestasi sedang (A1B2) dengan rata-rata 54.5333 serta

motivasi berprestasi rendah (A1B3) dengan rata-rata

41.5667.

Uji Normalitas data menggunakan statistik

Kolmogorov-Smirnov. Dengan syarat jika nilai

Sig.(2-tailed) > 𝛼 = 0,05, maka H0 diterima. Berdasarkan

hasil analisis pada baris Kolmogorov-Smirnov Z diperoleh nilai Kolmogorov-Smirnov Z = 0,701, sig. (2-tailed) = 0,0701 > 𝛼 = 0,05, maka H0 diterima.

Dengan diterimanya H0 dapat disimpulkan bahwa

data tersebut berdistribusi normal.

Sebelum melakukan analisis inferensial untuk menguji hipotesis yang telah diajukan dahulu dilakukan uji persyaratan analisis menyangkut uji kesamaan varians berdasarkan uji Lavene’s melalui pengujian hipotesis sebagai berikut : H0: 𝝈11

2 = 𝝈12 2 = 𝝈13 2 = 𝝈21 2 = 𝝈22 2 = 𝝈23 2 vs H1 : bukan H0 . Dengan syarat, jika H0 di tolak, maka data

tidak homogen. Atau, jika pada uji Lavene’s Fhitung =

1.248 df=5,84 dengan nilai-p 0.294 > 𝛼 = 0,05, maka H0 diterima. Dengan diterimanya H0 maka

dapat disimpulkan bahwa data diterapkan mempunyai kesamaan varian.

Berdasarkan hasil analisis bahwa Fhitung =

(9)

70 dengan db = 5 : 84adalah 2,94 maka Fhitung < Ftabel.

Dengan demikian maka H0 diterima. Dengan

diterimanya H0 maka dapat diambil kesimpulan

bahwa data mendukung asumsi bahwa Y, A dan B mempunyai varians yang sama (homogen) antara model pembelajaran kooperatif (Ai) dan motivasi

berprestasi siswa (Bj).

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan persamaan atau model sebagai berikut :

𝑌𝑖 = 𝛽0+ 𝛽1𝑋𝑖+ 𝜀𝑖

Analisis inferensial untuk menguji hipotesis dengan menggunakan paket program SPSS versi 15.0. Hasil analisis inferensial tersebut dijabarkan sebagai berikut.

Hipotesis-1 dengan pernyataan: “motivasi berprestasi mempunyai pengaruh positif yang

signifikan terhadap hasil belajar matematika”. Hipotesis statistik: H0: β1 ≤ 0 vs H1: β1 > 0

Hasil analisis pada baris X Tabel 4 diperoleh nilai statistik Uji-t diperoleh statistik uji-t0 = 1,194,

nilai-p = 0.059/2 = 0,0295 < 𝛼 = 0.05, dengan demikian H0 ditolak. Ditolaknya H0 dapat

disimpulkan bahwa motivasi berprestasi mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap hasil belajar matematika dengan kontribusi sebesar 0,182 satuan artinya setiap perubahan satu satuan motivasi berprestasi siswa akan meningkatkan hasil belajar matematika sebesar 0,182 satuan dalam populasi. Hasil perhitungan selengkapnya, dapat diuraikan sebagai berikut.

Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana Antara Var X terhadap Y Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 11.120 17.625 .631 .530 X .182 .095 .200 1.914 .059 a Dependent Variable: Y

Hipotesis-2 : “rerata hasil belajar matematika untuk semua sel yang dibentuk oleh faktor kombinasi model pembelajaran kooperatif dan level motivasi berprestasi siswa mempunyai perbedaan pengaruh yang signifikan”. Hipotesis statistik yang diperlukan sebagai berikut: H0: (AB)ij = 0 vs H1: Bukan H0

Hasil analisis pada baris A*B Tabel 5 diperoleh nilai statistik uji F dengan F0 = 2,265, df =

5/84, dengan nilai p = 0,055 > α = 0,05. Dengan demikian, maka H0 diterima. Diterimanya H0 dapat

disimpulkan bahwa rerata hasil belajar matematika untuk semua sel yang dibentuk oleh faktor kombinasi model pembelajaran kooperatif dan motivasi berprestasi siswa mempunyai perbedaan pengaruh yang signifikan. Hasil perhitungan selengkapnya, dapat diuraikan pada Tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5. Hasil Analisis untuk Semua Sel yang Dibentuk Oleh Model Pembelajaran Kooperatif dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Matematika

Source Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 3610.747(a) 5 722.149 2.265 .055

Intercept 179515.336 1 179515.336 562.940 .000

A * B 3610.747 5 722.149 2.265 .055

Error 26786.667 84 318.889

Total 209912.750 90

(10)

71 Hipotesis-3 : “rerata hasil belajar matematika siswa antara tingkat faktor motivasi berprestasi siswa untuk setiap tingkat faktor kombinasi model pembelajaran kooperatif mempunyai pengaruh yang signifikan”. Hipotesis statistik yang diperlukan sebagai berikut: H0: (AB)ij = 0 vs H1: Bukan H0

Model ANAVA Bi-faktor atau ANAVA i × j nonhierarki dengan faktor utama A:

Yijk = µ + Ai + (AB)ij + ɛijk

Hasil analisis pada baris A*B Tabel 6 melalui uji F dengan diperoleh F = 2.184, df = 5/84, dengan nilai p = 0,078 > α = 0,05. Dengan demikian, maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa

rerata hasil belajar matematika siswa antara tingkat faktor motivasi berprestasi untuk setiap tingkat faktor kombinasi model pembelajaran kooperatif mempunyai pengaruh yang tidak signifikan. Karena faktor interaksi dalam model ini diterima maka dilanjutkan dengan pengujian faktor utama Ai.

Tabel 6. Hasil Analisis Antara Tingkat Faktor Sikap Siswa untuk Setiap Faktor Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Matematika

Source Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 3610.747(a) 5 722.149 2.265 .055

Intercept 179515.336 1 179515.336 562.940 .000 A 825.069 1 825.069 2.587 .111 A * B 2785.678 4 696.419 2.184 .078 Error 26786.667 84 318.889 Total 209912.750 90 Corrected Total 30397.414 89

Hipotesis-3a :”faktor utama kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw-TTW dan model pembelajaran kooperatif tipe TTW secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap hasil belajar matematika.” Hipotesis statistik yang diperlukan sebagai berikut: H0: Ai 0 vs

H1: bukan H0

Hasil analisis pada baris corrected model Tabel 7 melaliui statistik uji F diperoleh nilai F0 =

534,193, df = 1/88, dengan nilai p = 0,121 > α = 0,05 sehingga H0 diterima. Dengan diterimanyanya H0

dapat disimpulkan bahwa faktor utama kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw-TTW dan model pembelajaran kooperatif tipe TTW secara bersama-sama mempunyai perbedaan pengaruh signifikan terhadap hasil belajar matematika. Hasil perhitungan selengkapnya, dapat diuraikan pada Tabel 7 di bawah ini.

Tabel 7. Hasil Analisis Antara Semua Tingkat Faktor Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Matematika

Dependent Variable: Y

Source Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 825.069(a) 1 825.069 2.455 .121

Intercept 179515.336 1 179515.336 534.193 .000

A 825.069 1 825.069 2.455 .121

Error 29572.344 88 336.049

Total 209912.750 90

Corrected Total 30397.414 89

(11)

72 Hipotesis-4 :” rerata hasil belajar matematika antara tingkat faktor kombinasi model pembelajaran kooperatif untuk setiap tingkat faktor motivasi berprestasi siswa mempunyai pengaruh yang signifikan”. Hipotesis statistik yang diperlukan sebagai berikut:

H0: (AB)ij = 0 vs H1: Bukan H0

Hasil analisis pada baris A*B Tabel 8 melalui statistik Uji-F diperoleh nilai F0 = 0,869, df = (5,

84), dengan nilai-p = 0,460 > α = 0,05. Dengan demikian, maka H0 diterima sehingga dapat

disimpulkan bahwa rerata hasil belajar matematika antara tingkat faktor kombinasi model pembelajaran kooperatif untuk setiap tingkat faktor motivasi berprestasi siswa mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap hasil belajar matematika. Karena faktor interaksi dalam model ini diterima maka dilanjutkan dengan pengujian faktor utama Bj.

Tabel 8. Hasil Analisis Antara Tingkat Faktor Model Pembelajaran Kooperatif untuk Setiap Faktor Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Matematika

Dependent Variable: Y

Source Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 3610.747(a) 5 722.149 2.265 .055

Intercept 179515.336 1 179515.336 562.940 .000 B 2779.239 2 1389.619 4.358 .016 A * B 831.508 3 277.169 .869 .460 Error 26786.667 84 318.889 Total 209912.750 90 Corrected Total 30397.414 89

a R Squared = .119 (Adjusted R Squared = .066)

Hipotesis-4a :“ Faktor utama motivasi berprestasi siswa secara bersama-sama mempunyai perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar matematika. Hipotesis statistik yang diperlukan sebagai berikut: H0 : Bj = 0 vs H1 : Bukan H0. Hasil analisis pada baris corrected model

Tabel 9 melaliui statistik uji F diperoleh nilai F =

4.377, df = 3/86, dengan nilai p = 0, 015 < α = 0,05 sehingga H0 ditolak. Dengan ditolaknya H0 dapat

disimpulkan bahwa motivasi berprestasi siswa secara bersama-sama mempunyai perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar matematika. Hasil perhitungan selengkapnya, dapat diuraikan pada Tabel 9 di bawah ini.

Tabel 9. Hasil Analisis Pengaruh Faktor Utama Motivasi Berprestasi (Bj) terhadap Hasil Belajar Matematematika

Dependent Variable: Y

Source Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 2779.239(a) 2 1389.619 4.377 .015 Intercept 179515.336 1 179515.336 565.491 .000

B 2779.239 2 1389.619 4.377 .015

Error 27618.175 87 317.450

Total 209912.750 90

(12)

73 Selanjutnya karena H0 ditolak maka dilakukan uji

lanjutan untuk hipotesis 4b dan hipotesis 4c yang tertera ke Table 10 sebagai berikut.

Hipotesis-4b :“siswa dengan motivasi berprestasi kategori tinggi lebih baik daripada siswa dengan motivasi berprestasi dengan kategori rendah terhadap hasil belajar matematika mempunyai perbedaan yang signifikan. Hipotesis statistik melalui persamaan Y = βo + β1[B=1] + β2[B=2] + ε adalah sebagai berikut : H0: β1 ≤ 0 vs H1: β1 > 0

Hasil analisis pada baris [B=1] Tabel 10 berdasarkan statistik uji-t dengan nilai t = 1.167 dengan nilai p/2 = 0,247/2 = 0,123 > ∝ = 0,05 sehingga H0 diterima. Dengan diterimanya H0 dapat

disimpulkan bahwa siswa dengan motivasi berprestasi dengan kategori tinggi tidak lebih baik daripada siswa dengan motivasi berprestasi dengan kategori rendah

terhadap hasil belajar matematika mempunyai perbedaan yang tidak signifikan.

Hipotesis-4c :“ Siswa dengan motivasi berprestasi dengan kategori sedang lebih baik daripada siswa dengan motivasi berprestasi dengan kategori rendah terhadap hasil belajar matematika mempunyai perbedaan yang signifikan. Hipotesis statistik sebagai berikut :

H0: β2 ≤ vs H1: β2 > 0

Hasil analisis pada baris [B=2] Tabel 10 berdasarkan statistik uji-t dengan nilai t0 = 2.938

dengan nilai p/2 = 0,004/2 = 0,002 < ∝ = 0,05 sehingga H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa Siswa dengan motivasi berprestasi dengan kategori sedang lebih baik daripada siswa dengan motivasi berprestasi dengan kategori rendah terhadap hasil belajar matematika mempunyai perbedaan yang signifikan.

Tabel 10. Hasil Analisis Pengaruh Faktor Utama Bj secara Parsial terhadap Hasil Hasil Belajar Matematika

Dependent Variable: Y

Parameter B Std. Error t Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Intercept 38.367 3.253 11.794 .000 31.901 44.832

[B=1.00] 5.367 4.600 1.167 .247 -3.777 14.510

[B=2.00] 13.517 4.600 2.938 .004 4.373 22.660

[B=3.00] 0(a) . . . . .

a This parameter is set to zero because it is redundant.

Hipotesis-5 : rerata hasil belajar matematika antara semua tingkat faktor kombinasi model pembelajaran kooperatif dan faktor motivasi berprestasi siswa mempunyai pengaruh yang signifikan”. Hipotesis statistik yang diperlukan adalah sebagai berikut. H0: (AB)ij = 0 vs H1: Bukan H0

Hasil analisis pada baris A*B Tabel 11 melalui statistik uji F diperoleh nilai F0 = 0,010, df =

(5, 84), dengan nilai p = 0,990 > α = 0,05. Dengan demikian, maka H0 diterima sehingga dapat

disimpulkan bahwa :“ rerata hasil belajar matematika antara semua tingkat faktor kombinasi model pembelajaran kooperatif dan faktor motivasi berprestasi siswa mempunyai pengaruh yang tidak signifikan. Karena faktor interaksi dalam model ini

diterima maka dilanjutkan dengan pengujian faktor utama Ai dan faktor utama Bj.

Hipotesis-5a :“faktor utama untuk kombinasi model pembelajaran kooperatif dan motivasi berprestasi siswa secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar matematika. Hipotesis statistik yang diperlukan sebagai berikut: H0 : Ai = Bj = 0 vs H1: bukan H0.

Hasil analisis pada baris corrected model Tabel 12 melaliui statistik uji F diperoleh nilai F = 3.856, df = 3/86, dengan nilai p = 0,012 < α = 0,05 sehingga H0

ditolak. Dengan ditolaknya H0 dapat disimpulkan

bahwa faktor utama Ai dan Bj secara bersama-sama mempunyai perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar matematika. Karena H0 diterima maka

(13)

74

Tabel 11. Hasil Analisis Antara Semua Tingkat Faktor Model Pembelajaran Kooperatif untuk dan Faktor Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Matematika

Dependent Variable: Y

Source Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 3610.747(a) 5 722.149 2.265 .055

Intercept 179515.336 1 179515.336 562.940 .000 A 825.069 1 825.069 2.587 .111 B 2779.239 2 1389.619 4.358 .016 A * B 6.439 2 3.219 .010 .990 Error 26786.667 84 318.889 Total 209912.750 90 Corrected Total 30397.414 89

a R Squared = .119 (Adjusted R Squared = .066)

Hipotesis-5b :“ siswa yang diajar dengan kombinasi model pembelajaran koperatif tipe Jigsaw-TTW lebih baik dari model pembelajaran koperatif tipe TTW terhadap hasil belajar matematika. Hipotesis statistik sebagai berikut : H0 : 𝛿1 ≤ vs

H1 : 𝛿1 > 0. Hasil analisis pada baris [A=1] Tabel

13 berdasarkan statistik Uji-t dengan nilai-t = 1.627

dengan nilai-p/2 = 0,107/2 = 0,0503 > ∝ = 0,05 sehingga H0 diterima. Dengan diterimanya H0 dapat

disimpulkan bahwa siswa yang diajar dengan kombinasi model pembelajaran koperatif tipe Jigsaw-TTW baik dari model pembelajaran koperatif tipe TTW mempunyai perbedaan yang tidak signifikan terhadap hasil belajar matematika.

Tabel 12. Hasil Analisis Pengaruh Faktor Utama Ai dan Bj Terhadap Hasil Belajar Matematika

Source Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 3604.308(a) 3 1201.436 3.856 .012

Intercept 179515.336 1 179515.336 576.205 .000 A 825.069 1 825.069 2.648 .107 B 2779.239 2 1389.619 4.460 .014 Error 26793.106 86 311.548 Total 209912.750 90 Corrected Total 30397.414 89

Hipotesis-5c :“ Siswa dengan motivasi berprestasi dengan kategori tinggi lebih baik dari motivasi berprestasi dengan kategori rendah mempunyai perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar . Hipotesis statistik sebagai berikut : H0 : 𝛿2 ≤

0 vs H1 : 𝛿2> 0. Hasil analisis pada baris [B=1]

Tabel 13 berdasarkan statistik uji t dengan nilai-t = 1.178 dan nilai p/2 = 0,242/2 = 0,121 > ∝ = 0,05 maka H0 diterima. Diterimanya H0 dapat disimpulkan

bahwa siswa dengan motivasi berprestasi dengan kategori tinggi tidak lebih baik dari motivasi

berprestasi dengan kategori rendah terhadap hasil belajar matematika mempunyai perbedaan yang tidak signifikan.

Hipotesis-5d :“ Siswa dengan motivasi berprestasi dengan kategori sedang lebih baik dari motivasi berprestasi dengan kategori rendah mempunyai perbedn yang signifikan terhadap hasil belajar matematika. Hipotesis statistik : H0 : 𝛿3 ≤ 0

vs H1 : 𝛿3 > 0. Hasil analisis pada baris [B=2] tabel

18 berdasarkan statistik uji T dengan t = 2.966 dengan nilai p/2 = 0,004/2 = 0,002 < ∝ = 0,05 maka

(14)

75 H0 ditolak. Ditolaknya H0 dapat disimpulkan bahwa

Siswa dengan motivasi berprestasi dengan kategori sedang lebih baik dari motivasi berprestasi dengan kategori rendah mempunyai perbedaan yang

signifikan terhadap hasil belajar matematika. Hasil analisis selengkapnya, dapat diuraikan pada Table 13 di bawah ini

Tabel 13. Hasil Analisis Indikator Pengaruh Faktor Ai dan Bj Secara Parsial terhadap Hasil Belajar Matematika

Dependent Variable: Y

Parameter B Std. Error t Sig. 95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

Intercept 35.339 3.721 9.497 .000 27.942 42.736 [A=1.00] 6.056 3.721 1.627 .107 -1.342 13.453 [A=2.00] 0(a) . . . . . [B=1.00] 5.367 4.557 1.178 .242 -3.693 14.426 [B=2.00] 13.517 4.557 2.966 .004 4.457 22.576 [B=3.00] 0(a) . . . . . PEMBAHASAN

Deskripsi Hasil Belajar Matematika. Secara empiris (deskriptif) hasil belajar setelah diberi kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw-TTW sebagai kelas eksperimen dan TTW

sebagai kelas kontrol, diperoleh hasil yang relatif tidak mempunyai perbedaan secara nyata. Hasil ini disebabkan oleh karena model pembelajaran kooperatif tipe TTW yang digunakan sebagai kelas kontrol turut digunakan pada kelas eksperimen dalam pengkombinasian model pembelajaran kooperatif. Deskripsi hasil belajar matematika yang dihitung dari jumlah antara perlakuan kombinasi Jigsaw-TTW dan TTW sendiri dengan motivasi berprestasi mempunyai perbedaan yang memiliki selisih tidak terlalu besar. Hal ini disebabkan oleh model pembelajaran yang diterapakan baik kombinasi model pembelajaran kooperatif Jigsaw-TTW dan pembelajaran kooperatif tipe TTW sama-sama berfungsi dengan baik dalam mengangkat siswa-siswa yang motivasi berkategori tinggi, sedang maupun rendah. Terlihat juga dari kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki standar deviasi yang hampir sama dengan selisih tidak lebih dari satu. Ini menandakan bahwa data pengamatan itu

homogen yang artinya hampir semua siswa memiliki nilai yang hampir sama.

Hasil penelitian ini didukung oleh perilaku siswa dilihat dari indikator untuk dapat dipercaya, menghargai orang lain, bertanggung jawab secara individu, bertanggung jawab secara sosial, adil, dan peduli. Presentase yang menjawab pernyataan benar dengan nilai terendah yaitu pada indikator adil dan yang menjawab pernyataan benar dengan nilai tertinggi yaitu pada indikator peduli Artinya indikator ini menunjukkan siswa aktif dalam pembelajaran. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Ikman dan Erlin (2011:92) dengan nilai rata-rata hasil belajar matematika yang relatif kecil tidak mempunyai perbedaan nyata.

Secara umum hasil belajar matematika baik kelas eksperimen maupun kelas control tergolong masih rendah. Hal ini terjadi karena perolehan hasil belajar khususnya untuk materi sistem persamaan linear dua variabel hampir sebagian besar siswa sangat rendah. Siswa tidak menjawab semua soal yang diberikan khusus pada nomor soal 6 sampai 10 ditambah lagi waktu yang diberikan tidak cukup untuk menjawab soal sebanyak 10 nomor.

Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Matematika Motivasi berprestasi adalah keinginan untuk

menyelesaikan sesuatu untuk mencapai standar

kesuksesan, dan untuk melakukan suatu usaha untuk mencapai kesuksesan John (2003:474) Motivasi

(15)

76 berprestasi sangat berperan penting dalam belajar. Dengan motivasi inilah siswa menjadi tekun dalam belajar dan dengan motivasi pula kualitas hasil belajar siswa kemungkinan dapat diwujudkan dengan baik. Siswa yang dapat proses belajar mengajar mempunyai motivasi berprestasi yang kuat dan tekun pasti akan memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Motivasi berprestasi siswa terhadap hasil belajar matematika merupakan hipotesis-1 dalam penelitian ini yang berbunyi “motivasi berprestasi mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap hasil belajar matematika. Hasil analisis hipotesis tersebut menolak H0. Ditolaknyanya

H0 berarti bahwa motivasi berprestasi mempunyai

pengaruh positif yang signifikan terhadap hasil belajar matematika. Hal ini dapat dilihat dari hubungan antara motivasi berprestasi siswa yang signifikan dengan nilai hasil belajar matematika siswa serta dengan sumbangan sebesar 2,6% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Serta kontribusi motivasi berprestasi siswa terhadap hasil belajar matematika sebesar 0,182. Yang artinya kenaikan setiap perubahan satu satuan motivasi berprestasi siswa akan meningkatkan hasil belajar matematika sebesar 0,182 satuan dalam populasi.

Hasil penelitian tersebut diatas menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan antara motivasi dan belajar. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik penguatan (motivasi) yang dilandasi tujuan tertentu. Korelasi ini menguatkan urgensitas motivasi belajar.

Menurut Prastya Irawan dkk. Mengutip hasil penelitian Fyan dan Maehr bahwa dari tiga faktor yang mempengaruhi hasil atau prestasi belajar yaitu latar belakang keluarga, kondisi atau konteks sekolah, dan motivasi, maka faktor terakhir merupakan faktor yang paling baik. Welberg dkk. Menyimpulkan bahwa motivasi mempunyai kontribususi antara 11 sampai 20% terhadap hasil dan prestasi belajar. Studi yang dilakukan Suciati menyimpulkan bahwa kontribusi motivasi sebesar 36%, sedangkan Mc Clelland menunjukkan bahwa motivasi berprestasi mempunyai kontribusi sampai 64% terhadap hasil dan prestasi belajar. Ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Latiet & Dini Jamil Motivasi berperstasi secara parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. Sahidin & Dini Jamil (2014:212-222).

Pengaruh Faktor Interaksi Kombinasi Model Pembelajaran Kooperatif dan Motivsi Berprestasi Interaksi menurut Kerlinger adalah kerjasama

dua variabel bebas atau lebih dalam mempengaruhi suatu variabel terikat. Interaksi dua faktor antara kombinasi model pembelajaran kooperatif dan motivasi siswa (A*B) dua faktor yang saling mempengaruhi antara satu faktor dengan faktor lainnya terhadap hasil belajar matematika. Dalam hal ini bahwa antara faktor A dan B adalah dua variabel yang saling ketergantungan dalam mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Agung dalam Maonde, menekankan pentingnya faktor interaksi terhadap variabel tak bebas invariant (konstan) terhadap translasi sumbu-sumbu koordinat dari ruang model yang ditinjau. Interaksi dua faktor

atau lebih dapat menjelaskan keterkaitan antara satu faktor dengan faktor lainnya.

Anasilis hipotesis yang dilakuakan pada bagian ini adalah “rerata hasil belajar matematika untuk semua sel yang dibentuk oleh faktor kombinasi model pembelajaran kooperatif dan motivasi berprestasi siswa mempunyai perbedaan pengaruh yang signifikan. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan

bahwa rerata hasil belajar matematika untuk semua sel yang dibentuk oleh faktor kombinasi model pembelajaran kooperatif dan motivasi berprestasi siswa mempunyai perbedaan pengaruh yang tidak signifikan.

Pengaruh Faktor Interaksi Antara Kombinasi Model Pembelajaran Kooperatif dan Motivasi Berprestasi Dengan Desain A A*B

Dari desain A A*B memperlihatkan pengaruh faktor interaksi A*B terhadap hasil belajar

matematika siswa dengan mengontrol faktor utama A sebagai hipotesis ke-3 menunjukkan bahwa rerata

(16)

77 hasil belajar matematika siswa antara tingkat faktor motivasi berprestasi untuk setiap tingkat faktor kombinasi model pembelajaran kooperatif mempunyai pengaruh yang tidak signifikan. Tidak signifikannya interaksi ini berarti kombinasi model pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran matematika disekolah tidak berpengaruh nyata terhadap hasil belajar matematika.

Hal ini diduga terjadi karena model pembelajaran kooperatif tipe TTW yang digunakan sebagai kelas kontrol turut digunakan pada kelas eksperimen dalam pengkombinasian model pembelajaran kooperatif. Selain itu, selama proses pembelajaran pada kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw-TTW, siswa tidak terlibat aktif dalam kelompok, dimana siswa yang mengerjakan soal tertentu tidak berusaha untuk menyelesaikan soal yang ditugaskan. Selain itu waktu yang diberikan tidak cukup bagi siswa untuk menyelesaikan materi. Seperti yang diketahui dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw membutuhkan waktu yang cukup banyak karena adanya pembagian kelompok asal dan kelompok ahli. Akan tetapi kedua model pembelajaran Jigsaw dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TTW memberikan pengalaman baru pada siswa dalam pembelajaran, sehingga siswa tidak merasa bosan atau jenuh dengan pembelajaran yang selama ini selalu satu arah atau ceramah. Untuk model pembelajaran kooperatif tipe TTW cenderung siswa berdiskusi dengan siswa yang memiliki kemampuan yang sama atau siswa yang

aktif. Sedangkan siswa yang tidak aktif atau merasa tidak mampu menyelesaiaka masalah matematika lebih memilih diam dan menunggu jawaban sehingga proses pembelajaran tidak berjalan sebagaimana semestinya. Karena kita tahu bersama bahwa

Cooperative learning merupakan pembelajaran yang

dilaksanakan dalam kelompok kecil yang menuntut adanya kerja sama setiap anggota kelompok sehingga mereka mampu memaksimalkan pembelajaran mereka. Dalam setiap kelompok, masing-masing anggota memiliki tanggung jawab dan tugas masing-masing untuk mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran. Wardoyo (2013:45)

Karena faktor interaksi dalam model ini diterima maka dilanjutkan dengan pengujian faktor utama Ai yakni hipotesis 3a dimana H0 diterima

dengan kesimpulan bahwa faktor utama kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw-TTW dan model pembelajaran kooperatif tipe TTW secara bersama-sama mempunyai perbedaan pengaruh yang tidak signifikan terhadap hasil belajar matematika. Ini berarti kelas yang diberi perlakuan kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw-TTW dan model pembelajaran kooperatif TTW memiliki nilai rerata hasil belajar yang hampir sama. Penemuan ini bersebrangan dengan hasil penelitian Suroto yang berkesimpulan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar antara kelas yang diberi perlakuan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan konvensional. Suroto (2012:51-56)

Pengaruh Faktor Interaksi Antara Kombinasi Model Pembelajaran Kooperatif dan Motivasi Berprestasi Dengan Desain B A*B

Analisis pada desain B A*B memperlihatkan pengaruh faktor interaksi A*B terhadap hasil belajar matematika siswa dengan mengontrol faktor utama B menunjukkan bahwa rerata hasil belajar matematika antara tingkat faktor motivasi berprestasi untuk setiap faktor kombinasi model pembelajaran kooperatif mempunyai pengaruh yang tidak signifikan. Karena faktor interaksi dalam model ini diterima maka dilanjutkan dengan pengujian faktor utama Bj yakni

hipotesis 4a, dimana H0 ditolak yang bearti motivasi

berprestasi siswa secara bersama-sama mempunyai perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap hasil

belajar matematika. Ini terjadi akibat motivasi berprestasi berkontribusinya terhadap hasil belajar matematika walaupun sangat sangat kecil.

Selanjutnya karena H0 ditolak maka dilakukan

uji lanjutan untuk hipotesis 4b dan hipotesis 4c. Hipotesis 4b berkesimpulan bahwa siswa yang diajar dengan kombinasi model pembelajaran koperatif tipe

Jigsaw-TTW tidak lebih baik dari model pembelajaran koperatif tipe TTW terhadap hasil belajar matematika. Kita tahu bersama dalam model pembelajaran jigsaw ini setiap anggota kelompok ditugaskan untuk mempelajari materi tertentu.

(17)

78 Kemudian siswa-siswa perwakilan dari kelompoknya masing-masing bertemu dengan anggota dari kelompok lain yang mempelajari materi yang sama. Selanjtunya materi tersebut didiskusikan, mempelajari serta memahami setiap masalah yang dijumpai sehingga perwakilan tersebut dapat memahami dan menguasai materi tersebut. Para anggota dari kelompok asala yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas metari yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan berusaha mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan dikelompok ahli. Selanjutnya diakhir pembelajaran, siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas. Ini sesuai dengan penelitian Suwarno yang berkesimpulan bahwa Dengan pembelajaran kooperatif jenis Jigsaw pada pembe lajaran matematika terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Suwarno (2007:137-149)

Sama halnya model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) adalah model pembelajaran yang berusaha membangun pemikiran,

merefleksi, dan mengorganisasi ide, kemudian menguji ide tersebut sebelum siswa diharapkan untuk menuliskan ide-ide tersebut, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Ini didukung dengan hasil penelitian Budi Purwanto menyimpulkan bahwa prestasi belajar matematika dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) lebih baik daripada menggunakan model pembelajaran konvensional. Purwanto (2007: 137-149). Motivasi berprestasi dengan kategori tinggi tidak lebih baik daripada siswa dengan motivasi berprestasi dengan kategori rendah terhadap hasil belajar matematika. Hal ini terjadi karena rata-rata siswa yang mempunyai motivasi tinggi tidak jauh beda dengan rata-rata siswa yang mempunyai motivasi baik yang dengan ajar dengan kombinasi model pembelajaran kooperatif jigsaw-TTW maupun model pembelajaran kooperatif tipe TTW. Ini bertolak belakang dengan Hasil penelitian yang dilakukan Arif Qurnia Rahma yang berkesimpulan bahwa semakin baik motivasi berprestasi siswa dalam belajar, maka makin tinggi pula hasil belajar matematika siswa. Rahma (2013:1-6). Sedangkan siswa dengan motivasi berprestasi dengan kategori sedang lebih baik daripada siswa dengan motivasi berprestasi dengan kategori rendah terhadap hasil belajar matematika.

KESIMPULAN

Secara deskriptif nilai rata-rata hasil belajar matematika setelah diberi kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw-TTW sebagai kelas eksperimen dan model pembelajaran kooperatif tipe TTW sebagai kelas kontrol diperoleh rata-rata relatif tidak mempunyai perbedaan dalam mendukung hipotesis yang diajukan. Melalui analisis regresi menunjukan bahwa motivasi berprestasi siswa mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap hasil belajar matematika dengan kontribusi sebesar 0,182 staun. Faktor interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan motivasi berprestasi dari empat hipotesis yang diajukan tidak ada hipotesis yang menolak H0 (tidak signifikan). Dua hiptesis

diantaranya (i) rerata hasil belajar matematika untuk semua sel yang dibentuk oleh faktor kombinasi model pembelajaran kooperatif dan motivasi berprestasi

siswa mempunyai perbedaan pengaruh yang signifikan (desai A*B) dan (ii) rerata hasil belajar matematika siswa antara tingkat faktor motivasi berprestasi untuk setiap tingkat faktor kombinasi model pembelajaran kooperatif mempunyai pengaruh yang signifikan (desain A A*B). Pengaruh faktor utama kombinasi model pembelajaran kooperatif (Ai)

motivasi berprestasi (Bj) atau model pembelajaran

kooperatif dan motivasi berprestasi (A B) secara bersama-sama, dari tiga desain hanya satu desain menerima H0 yaitu Ai dan dua desain yang menolak

H0 yaitu Bj dan A B sehingga faktor utama motivasi

berprestasi siswa secara bersama-sama mempunyai perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar matematika dan faktor utama kombinasi model pembelajaran kooperatif dan motivasi berprestasi siswa secara bersama-sama mempunyai

(18)

79 pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar matematika. Analisis varian dua faktor melalui desain faktorial dari empat faktor interaksi berdasarkan

statistik uji F jarang ditemukan bahwa keempat faktor interaksi menerima H0, olehnya itu analisis dua

faktor dalam penelitian merupakan temuan.

DAFTAR RUJUKAN Agung, IGN. (1992). Metode Penelitian Sosial

Pengertian dan Pemakaian Praktis. Jakarta :

PT. Gramedia Pustaka Utama. Budi Purwanto. (2012). Eksperimentasi

Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write dan Tipe Think-Pair-Share Ditinjau Dari Kemandirian Belajar Siswa di Kabupaten Madiun. Tesis UNS: Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Djamarah, B., Syaiful & Aswan Z. (2010). Strategi

Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

John W. (2003). Adolencence-Perkembangan

Remaja. Jakarta: Erlangga.

Sri Mulyani M. (1984). Motif Sosial. Gajah Mada Universty Press.

Ikman & Erlin. (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Pekerjaan Rumah Terhadap Hasil Belajar.

Jurnal Pendidikan Matematika. 2(2): 92.

Rahma. A., Q. (2013). Hubungan Antara Motivasi dengan Hasil Belajar Mata Pelajaran

Matematika. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Pakuan. Suroto. (2012). Pembelajaran Matematika Kooperatif

Tipe Jigsaw Pada Materi Prisma dan Limas Kelas VIII. Journal of Primary Education. 1(1): 51-56.

Suwarno.2007. Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Jigsaw. Jurnal Pendidikan., 16(2): 137-149

Sigit Wangun Wardoyo. (2013). Pembelajaran Konstruktivisme, Teori dan Aplikasi

Pembelajaran dalam Pembentukan Karakter. (Bandung: Alfabeta).

John W. 2003. Adolencence-Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Sahidin,. L. & Dini J. (2014). Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Persepsi Cara Mengajar Guru Terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal

Pendidikan Matematika. 4(2): 212-222.

Rahma. A.Q. (2013). Hubungan Antara Motivasi dengan Hasil Belajar Mata Pelajaran

Matematika. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Pakuan.

Gambar

Tabel 2.   Parameter koefisien regresi non hirarkhi berdasarkan desain B A*B
Tabel  3.   Analisis Deskriptif Antara Variabel Bebas Ai dan Bj  Terhadap Hasil Belajar Matematika (Y)
Tabel 7.  Hasil Analisis Antara Semua Tingkat Faktor Model Pembelajaran Kooperatif   Terhadap Hasil Belajar Matematika
Tabel 11.  Hasil Analisis Antara Semua Tingkat Faktor Model Pembelajaran Kooperatif untuk dan Faktor  Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Matematika

Referensi

Dokumen terkait

penelitian ini adalah “bagaimana cara komunikasi antar budaya dalam proses adaptasi warga asing (kaum expatriate) dengan masyarakat lokal di Kota

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik abrasi dan pengaruhnya terhadap masyarakat di Pesisir Semarang Barat, untuk mengetahui faktor-faktor

Berdasarkan STP dan data barang jaminan yang sudah ditarik dari tangan nasabah, maka admin Collection akan menginput data barang fidusia pada sistem pickup1. Kemudian admin

Penelitian ini menganalisis tentang peramalan nilai ekspor sektor pertanian, industri, peertambangan, agregat ketiga sektor Indonesia pasca krisis keuangan Eropa dan

Biaya akomodasi, transportasi, dan biaya pribadi yang dikeluarkan oleh peserta tidak ditanggung oleh Panitia Seleksi7. Setiap Peserta wajib mematuhi ketentuan dalam

Sejarah atau history berasal dari bahasa Yunani yaitu 'hisotira' yang berarti penyelidikan atau pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian yang mendalam.Hal tersebut

Secara teoritis, sinergi kebijakan Local Economic Development (LED) dan pembangunan pedesaan dalam upaya peningkatan daya saing desa akan terwujud apabila

(Also at this time Hazlitt included eight of the lyrics in his Select British Poets, an anthology transatlantic in its appeal. 50), published the first single life of Marvell in