• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN AKTIVITAS FISIK PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI POLIKLINIK JANTUNG RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN AKTIVITAS FISIK PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI POLIKLINIK JANTUNG RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

i

GAMBARAN AKTIVITAS FISIK PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI POLIKLINIK JANTUNG RSUP Dr. SOERADJI

TIRTONEGORO KLATEN

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh: TRIARSO J210151011

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

(2)
(3)
(4)
(5)

1

GAMBARAN AKTIVITAS FISIK PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI POLIKLINIK JANTUNG RSUP Dr. SOERADJI

TIRTONEGORO KLATEN

Abstrak

Latar Belakang: WHO (2016), mencatat 17,5 juta orang di dunia meninggal akibat gangguan kardiovaskular. Lebih dari 75% penderita kardiovaskular terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, dan 80% kematian kardiovaskuler disebabkan oleh serangan jantung.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran aktivitas fisik pasien CHF di polo klinik RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

Metode penelitian: Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Jantung RSUP dr Soeradji Tirtonegoro Klaten. Teknik pengambilan sampel yang dipilih adalah menggunakan cara non probability sampling dengan metode total sampling dengan jumlah sampel 72 responden dari 864 total populasi. Alat untuk mengukur variabel menggunkan kuesioner IPAQ (Internasional Physical Activity Questionare) dan kuesioner grade CHF berdasarkan European Society of Cardiology. Analisa data menggunakan distribusi frekuensi.

Hasil Penelitian: Pasien gagal jantung yang menjadi responden dengan usia minimal 37 tahun dan maksimal berusia 81 tahun dengan rata usia 58,6 tahun. Rata-rata responden memiliki berat badan 58,5 kg dengan berat badan minimal 40 kg dan berat badan maksimal 90 kg. Sebagian besar pasien derajat gagal jantung grade I sebesar 68,1% dan grade II sebesar 31,9%. Tingkat aktifitas dengan kategori low yaitu sebesar 59,7%, moderat sebesar 33,3%, high sebesar 5,6%, dan non classification sebesar 1,4%.

Simpulan: Tingkat aktifitas fisik menunjukkan sebagian besar pasien yang menjadi responden adalah pasien dengan dengan tingkat aktifitas dengan kategori low.

Kata kunci: Aktivitas fisik, gagal jantung.

Abstract

Background: WHO (2016), recorded 17.5 million people worldwide died from cardiovascular disorders. More than 75% of cardiovascular patients occur in low- and middle-income countries, and 80% of cardiovascular deaths are caused by heart attacks.

The purpose of this study to know the description of physical activity CHF patients at Dr. Soeradji Tirtonegoro Hospital Klaten.

Research method: This research includes descriptive research type with cross sectional research design. This study was conducted in the Heart Polyclinic at Dr. Soeradji Tirtonegoro Hospital Klaten. The sampling technique chosen was using non probability sampling method with total sampling method with total sample 72

(6)

2

respondents from 864 total population. Tools for measuring variables using IPAQ (International Physical Activity Questionnaire) questionnaires and CHF-grade questionnaires based on the European Society of Cardiology. Data analysis using frequency distribution.

Results: Patients with heart failure who responded with a minimum age of 37 years and a maximum age of 81 years with an average age of 58.6 years. The average respondent weighs 58.5 kg with a minimum weight of 40 kg and a maximum weight of 90 kg. The majority of patients with grade I heart failure grade is 68.1% and grade II is 31.9%. Level of activity with low category that is equal to 59,7%, moderate equal to 33,3%, high equal to 5,6%, and non- classification equal to 1,4%.

Conclusion: The level of physical activity shows that most patients who are respondents are patients with low activity level.

Keyword: Physical activity, heart failure.

1. PENDAHULUAN

Gagal jantung adalah keadaan di mana jantung tidak mampu memompa darah untuk mencukupi kebutuhan jaringan melakukan metabolisme dengan kata lain, diperlukan peningkatan tekanan yang abnormal pada jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan (Harrison, 2013; Saputra, 2013).

WHO (2016), mencatat 17,5 juta orang di dunia meninggal akibat gangguan kardiovaskular. Lebih dari 75% penderita kardiovaskular terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, dan 80% kematian kardiovaskuler disebabkan oleh serangan jantung dan stroke. Jumlah kejadian penyakit jantung di Amerika Serikat pada tahun 2012 adalah 136 per 100.000 orang, di negara-negara Eropa seperti Italia terdapat 106 per 100.000 orang, Perancis 86 per 100.000. Selanjutnya jumlah kejadian penyakit jantung di Asia seperti di China ditemukan sebanyak 300 per 100.000 orang, Jepang 82 per 100.000 orang, sedangkan di Asia Tenggara menunjukkan Indonesia termasuk kelompok dengan jumlah kejadian tertinggi yaitu 371 per 100.000 orang lebih tinggi dibandingkan Timur Leste sebanyak 347 per 100.000 orang dan jauh lebih tinggi dibandingkan Thailand yang hanya 184 per 100.000 orang (WHO, 2016).

Pada penelitian di Amerika, risiko berkembangnya gagal jantung adalah 20% untuk usia ≥40 tahun, dengan kejadian >650.000 kasus baru yang didiagnosis gagal jantung selama beberapa dekade terakhir. Kejadian gagal jantung meningkat dengan bertambahnya usia. Tingkat kematian untuk gagal

(7)

3

jantung sekitar 50% dalam waktu 5 tahun (Yancy, 2013). Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, prevalensi gagal jantung di Indonesia sebesar 0,3%. Data prevalensi penyakit ditentukan berdasarkan hasil wawancara pada responden umur ≥ 15 tahun berupa gabungan kasus penyakit yang pernah didiagnosis dokter atau kasus yang mempunyai gejala penyakit gagal jantung (Riskesdas, 2013).

Prevalensi penyakit gagal jantung meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi pada umur 65-74 tahun (0,5%), untuk yang terdiagnosis dokter, sedikit menurun >75 tahun (0,4%) tetapi untuk yang terdiagnosis dokter prevalensi lebih tinggi daripada perempuan (0,2%) dibanding laki-laki (0,1%) berdasarkan diagnosis dokter atau gejala prevalensi sama banyaknya antara laki-laki dan perempuan (Riskesdas, 2013). Prevalensi Gagal Jantung berdasarkan diagnosis dan gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (0,8%), diikuti Sulawesi Tengah (0,7%), sementara Sulawesi Selatan dan Papua sebesar (0,5%) (Riskesdas, 2013). Sedangkan di Jawa Tengah, pada tahun 2013 terdapat 720 penderita CHF (Infodatin, 2014).

Angka kejadian gagal jantung kongestik di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten juga tinggi. Hal tersebut sebagaimaan data jumlah penderita gagal jantung kongestif di Poliklinik Jantung RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dimana pada bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2016 terdapat 5288 kasus. Selanjutnya data angka kematian pasien jantung di RSUP Dr. Soeradji pada bulan Januari – September 2016 sebanyak 85 kasus.

Program latihan fisik rehabilitatatif bagi penderita gangguan jantung bertujuan untuk mengoptimalkan kapasitas fisik tubuh, memberi penyuluhan pada pasien dan keluarga dalam mencegah perburukan dan membantu pasien untuk kembali dapat beraktivitas fisik seperti sebelum mengalami gangguan jantung (Novita, 2012). Kapasitas olahraga secara negatif mempengaruhi kemampuan pasien gagal jantung untuk melakukan aktivitas yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menurunkan independensi dan kualitas hidup. Rehabilitasi jantung secara efektif dapat meningkatkan kebugaran aerobik dan status kesehatan secara keseluruhan pada pasien dengan gagal jantung. Latihan aerobic interval training (AIT), yang mencakup sesi latihan dengan intensitas

(8)

4

tinggi dan intensitas rendah, mungkin merupakan modalitas yang lebih efektif untuk meningkatkan kapasitas fungsional dari pada latihan moderate continuous training (MCT) pada pasien gagal jantung (Cheng Fu, 2014).

Secara umum program latihan fisik bagi pasien gagal jantung meliputi program inpatient dan out-patient. Program inpatient dapat dilakukan sejak 48 jam setelah gangguan jantung sepanjang tidak ada kontraindikasi. Pada fase ini umumnya dilakukan di rumah sakit dimana proses latihan fisik diiringi dengan pemantauan kondisi pasien. Program selanjutnya adalah out-patient yaitu program latihan fisik setelah kepulangan pasien gagal jantung dari rumah sakit. Tujuan utama dari program ini adalah untuk mengembalikan kemampuan fisik pasien pada keadaan sebelum masuk rumah sakit (Jolliffet, et.al, 2010). Pelatihan inpatient umumnya dapat dilakukan dengan baik karena pasien patuh dan disupervisi oleh perawat rumah sakit, namun pelatihan fisik out-patient yang dilakukan semenjak kepulangan pasien dari rumah sakit seringkali tidak berjalan dengan baik. Beberapa faktor antara lain adanya rasa takut dari keluarga dan pasien terhadap aktivitas fisik dan kurangnya pengetahuan tentang bentuk-bentuk aktivitas fisik yang harus dilakukan.

Ketidakefektifan penderita gagal jantung dapat meningkatkan angka perawatan kembali pada penderita gagal jantung. Setiap tahun lebih dari 1 juta pasien dirawat di rumah sakit dengan diagnosis primer gagal jantung, dengan total biaya perawatan di RS melebihi $ 17 miliar. Peningkatan perawatan medis dan tingkat rawat inap kembali setelah penderita gagal jantung di rumah sakit tetap tinggi dengan persentase lebih dari 50%. Pasien Pasien masuk rawat inap kembali ke rumah sakit dalam waktu 6 bulan setelah pulang dari rumah sakit (Desai & Stevenson, 2012).

Berdasarkan kondisi pasien CHF dan pentingnya aktivitas fisik atau aktifitas fisik pada pasien CHF menyebabkan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan tema “gambaran aktivitas fisik Pasien CHF pada poli Jantung di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten”.

(9)

5 2. METODE

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran aktifitas fisik pasien CHF di Poliklinik Jantung RSUP dr Soeradji Tirtonegoro Klaten. Pada penelitian cross sectional yaitu pengukuran variabel dilakukan dalam waktu bersamaan. Desain ini merupakan rancangan penelitian dengan melakukan observasi atau pengukuran variabel dimana variabel-variabel yang termasuk faktor risiko dan variabel-variabel yang termasuk efek, diobservasi sekaligus pada waktu yang sama (Rahmat, 2011).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Penelitian

3.1.1 Karakteristik Resoponden Berdasarkan Umur Tabel 1. Karakteritik Responden Berdaarkan Umur Karakteristik

Responden Mean Min

Max SD

Usia responden 58.6 37.0 81.0 10.5

Tabel di atas menunjukkan pasien CHF yang menjadi responden dengan dengan usia minimal 37 tahun dan maksimal berusia 81 tahun dengan rata usia 58,6 tahun.

3.1.2 Karakteritik Responden Berdasarkan Berat Badan Tabel 2. Karakteritik Responden Berdaarkan Berat Badan Karakteristik

Responden Mean Min

Max SD

Berat badan 59.8 40.0 90.0 1.02

Tabel di atas menunjukan sebagian besar pasien CHF yang menjadi responden rata-rata memiliki berat badan 59,8 kg dengan berat badan minamal 40 kg dan berat badan maksimal 90 kg.

(10)

6

3.1.3 Karakteritik Responden Berdasarkan Grade CHF

Tabel 3. Karakteritik Responden Berdaarkan Grade CHF

Derajat Gagal Jantung Frequency Percent

Grade I 49 68.1

Grade II 23 31.9

Total 72 100.0

Tabel di atas menunjukkan sebagian besar pasien yang menjadi responden adalah pasien dengan dengan derajat gagal jantung grade I sebesar 68,1%.

3.1.4 Karakteritik Responden Berdasarkan Tingkat Aktivitas Fisik Tabel 4. Karakteritik Responden Berdasarkan Tingkat Aktifitas Fisik

Tingkat Aktifitas Fisik Frequency Percent

Low 43 59.7

Moderat 24 33.3

High 4 5.6

Non classification 1 1.4

Total 72 100.0

Tabel di atas menunjukan sebagian besar pasien yang menjadi responden adalah pasien dengan dengan tingkat aktifitas dengan kategori low yaitu sebesar 59,7%.

3.2 Pembahasan

3.2.1 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Umur yang Berhubungan dengan Aktfitas Fisik

Hasil penelitian gambaran karakteritik responden berdaarkan umurmenunjukan pasien CHF yang menjadi responden dengan usia minimal 37 tahun dan maksimal berusia 81 tahun dengan rata usia 58,6 tahun. Pertambahan usia menyebabkan penuaan pada sel-sel tubuh, termasuk sel jantung dan

(11)

7

pembuluh darah. Penelitian yang dilakukan oleh Sekarsari & Suryani (2016) melaporkan hasil hasil penelitian dari 30 responden didapatkan hasil bahwa responden adalah pasien gagal jantung dengan bantuan pada Aktivitas sehari- harinya dengan mayoritas usia 66-85 tahun sebanyak 16 orang (53,3%). Hal tersebut didukung oleh Dunlay et.al(2016) yang melakukan penelitian pada 1128 pasien dengan usia rata-rata 74,7 tahun mayoritas dilaporkan kesulitan dengan satu atau lebih kegiatan aktivitas sehari.

Hasil uji statistik yang dilakukan oleh Sekarsari & Suryani (2016) tentang gambaran aktivitas sehari-hari pada pasien gagal jantung kelas II dan III di Poli Jantung RSU Kabupaten Tangerang diperoleh nilai p- value = 0,001 dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan yang signifikan antara usia dengan aktifitas fisik sehari-hari pada pasien gagal jantung kelas 2 dan 3 di Poli Jantung RSU Kabupaten Tangerang.

Hasil penelitian menemukan usia maksimal responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah usia 81 tahun. Umur yang semakin menua tingkat aktifitasnya semakin berkurang atau menurun. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tety (2008), yang menemukan bahwa usia 60-70 tahun mempunyai aktifitas yang tergolong tinggi sedangkan umur >70 tahun cenderung rendah. Hasil penelitian Mulyati, Syam & Sirajuddin (2011) menunjukkan bahwa sebagian besar responden 64,4% memiliki intensitas aktifitas yang ringan. Hal tersebut karena sebagian besar responden telah berusia lanjut, sehingga sudah tidak mampu lagi melakukan aktifitas yang agak berat. Penelitian tersebut didukung oleh Rochfika, Basri, & Sutriani (2015) menjelaskan bahwa kemampuan mobilisasi yang kurang pada pasien gagal jantung, hal tersebut dipengaruhi oleh usia responden yang sudah tidak produktif sehingga fungsi tubuh mulai menurun dalam melakukan aktivitas sangat lemah dan ditambah lagi jika responden sering merasakan sesak napas.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sekarsari & Suryani (2016) menunjukkan bahwa sebagian besar responden mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Aktivitas sehari-hari yang dilakukan seperti tentang mandi, berpakaian, aktivitas di toilet, berpindah, pengawasan diri dan makan.

(12)

8

Hasil analisa bivariat hubungan usia dengan gambaran aktifitas fisik sehari-hari pada pasien gagal jantung pada grade 2 dan 3 setelah diberikan kuesioner terdapat perbedaan gambaran aktifitas fisik sehari-hari pada pasien gagal jantung kongestif kelas 2 dan 3 di Poli Jantung RSU Kabupaten Tangerang.

3.2.2 Karakteritik Responden Berdaarkan Berat Badan yang Berhubungan dengan Aktifitas Fisik

Hasil penelitian karakteritik responden berdaarkan berat badan menunjukan sebagian besarpasien CHF yang menjadi responden rata-rata memiliki berat badan 58,5 kg dengan berat badan minamal 40 kg dan berat badan maksimal 90 kg. Nurmalia & Vallery (2011) menjelaskan bahwa orang yang kelebihan berat badan atau overweight biasanya mereka cepat mengalami kelelahan dalam melakukan pekerjaan, kurang gesit dan mempunyai risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Untuk mengurangi masalah kebugaran pada overweight dibutuhkan usaha untuk meningkatkan kebugaran yaitu dengan menerapkan latihan fisik pada penderita. Latihan fisik yang diterapkan untuk meningkatkan kebugaran yaitu dengan melakukan latihan fisik yang berupa latihan aerobic.

Durstine (2012) menjelaskan bahwa latihan aerobic ini berguna untuk mempercepat tingkat metabolisme tubuh dan memungkinkan untuk menyerap dan memanfaatkan nutrisi yang lebih besar yang kita konsumsi. Kita dapat memulai mengkayuh sepeda dari lambat hingga mempercepatnya sehingga tubuh dapat mengambil manfaat dari kalori lemak yang terbakar lebih banyak.Dengan memperkerjakan otot-otot besar dikaki latihan aerobic membantu membakar kalori lemak utama.

3.2.3 Gambaran Karakteritik Responden Berdasarkan Grade CHFyang Berhubungan dengan Tingkat Aktifitas Fisik

Hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan grade CHF menunjukan sebagian besar pasien yang menjadi responden adalah pasien dengan dengan derajat gagal jantung derajat gagal jantung grade I sebesar 68,1% dan

(13)

9

grade II sebesar 31,9%. Wibowo & Ponco (2015) menjelaskan bahwa gagal jantung merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama berdasarkan gradenya gagal jantung yang mempengaruhi tingkat aktifitas penderita gagal jantung. Adanya gagal jantung disetiap golongan umur menyatakan adanya problem utama yang berarti dan kecenderungan kelainan-kelainan jantung tertentu akan memiliki kemungkinan untuk mengalami komplikasi gagal jantung. Komplikasi gagal jantung berakibat pada produktifitas sesesorang dalam melakukan kegiatan sehari-hari dalam bekerja atau aktivitas sehari-hari yang rutin dilakukan di rumah. Derajat gagal jantung yang lebih tinggi membutuhkan bedrest total untuk mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan jantung, dan menurunkan tekanan darah. Tirah baring merupakan bagian yang penting dari pengobatan gagal jantung kongestif, tirah baring membantu dalam menurunkan beban kerja dengan menurunkan volume intravaskuler melalui berbaring, selain itu juga disebabkan oleh adanya edema pada bagian ekstremitas yang menyebabkan klien sulit untuk melakukan aktivitas (Mutaqqin, 2009).

3.2.4 Gambaran Tingkat Aktivitas Fisik Pasien Congesif Heart Failure Hasil penelitian karakteritik responden berdasarkan tingkat aktifitas fisik menunjukan sebagian besar pasien yang menjadi responden adalah pasien dengan dengan tingkat aktifitas dengan kategori low yaitu sebesar 59,7%, moderat sebesar 33,3%, high sebesar 5,6%, dan non clasification sebesar 1,4%. Sebgaian besar responden tingkat aktifitas dengan kategori low karena mayoritas responden memiliki usia rata-rata 58,6 tahun yang artinya akan memasuki usia lanjut. Penelitian yang dilakukan Mulyati, Syam & Sirajuddin (2011) menemukan sebagian besar responden telah berusia lanjut, sehingga sudah tidak mampu lagi melakukan aktifitas yang agak berat. Aktivitas fisik yang terlalu berat dapat memicu serangan jantung dengan cara meningkatkan kebutuhan oksigen ke jantung sehingga jantung harus bekerja lebih keras dan bila kemampuan jantung sudah melampaui batas dapat menyebabkan gagal jantung (Wibowo & Ponco, 2015).

(14)

10

Hasil pengolahan data untuk responden dengan aktivitas fisik ringan sebanyak 68 responden (85%) dimana sebagian besar terdapat pada kelompok kasus, yaitu 38 responden (47,5%). Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square menunjukan terdapat hubungan yang bermakna antara kurangnya aktivitas fisik dengan kejadian hipertrofi ventrikel kiri pada mahasiswa pria peserta KKM di FK UNSRAT, dengan nilai p=0,025; OR = 6,333 (95% CI : 1,289-31,115). Hal tersebut berarti bahwa mahasiswa pria dengan aktivitas fisik yang kurang beresiko sebesar 6,333 kali mendapatkan left ventrikel hypertropy (LVH) dibandingkan dengan mahasiswa pria yang beraktivitas fisik sedang.

4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan

4.1.1 Gambaran karakteristik responden pasien gagal jantung di Poli RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro menunjukan pasien gagal jantung yang menjadi responden dengan usia minimal 37 tahun dan maksimal berusia 81 tahun dengan rata usia 58,6 tahun. Rata-rata responden memiliki berat badan 58,5 kg dengan berat badan minamal 40 kg dan berat badan maksimal 90 kg. Sebagian besar pasien yang menjadi responden adalah pasien dengan dengan derajat gagal jantung derajat gagal jantung grade I sebesar 68,1% dan grade II sebesar 31,9%.

4.1.2 Tingkat aktifitas fisik menunjukan sebagian besar pasien yang menjadi responden adalah pasien dengan dengan tingkat aktifitas dengan kategori low yaitu sebesar 59,7%, moderat sebesar 33,3%, high sebesar 5,6%, dan non clasification sebesar 1,4%

4.2 Saran

4.2.1 Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi beberapa Rumah Sakit dalam menangani pasien yang menderita penyakit Congestive Heart Failure (CHF). Selain itu dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam menyusun kebijakan dalam penatalaksanaan pasien CHF.

(15)

11 4.2.2 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dan dapat menambah wawasan terutama mengenai gambaran aktivitas pasien Congestive Heart Failure (CHF) setelah perawatan di rumah sakit dalam menjalankan aktvitas sehari-hari untuk mengurangi sesak napas dan kekambuhan selam aktivitas.

4.2.3 Bagi Peneliti Selajutnya

Penelitian ini diharapkan peneliti selanjutnya dapat menambah variael dalam penelitiannya dalam penatalaksanaan keperawatan khususnya pasien CHF, sehingga penelitian ini dapat menjadi suatu rujukan untuk penelitini selanjutnya.

PERSANTUNAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada orangtua saya yang saya hormati, terima kasih atas doa, kasih sayangnya dan bantuan dorongan baik berupa moral maupun material, keluarga dan teman-teman tercinta terima kasih pengertiannya dan dukungannya, sehingga penelitian ini dapat selesai dengan baik, teman-teman mahasiswa keperawatan yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.

DAFTAR PUSTAKA

Harrison. 2013. Harrison’s Principles of Internal medicines 16th Edition, New York: McGraw Hill Medical Publishing Division.

Infodatin. 2014. Situasi Kesehatan Jantung. Jakarta: Kemenkes RI.

Jolliffe et.al 2001. "Exercise based rehabilitation for coronary heart disease." Sports Medicine Journal 1: 87.

Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta: Kemenkes RI. Riwidikdo, H (2010). Statistik Kesehatan Mitra Cendekia. Yogyakarta

(16)

12

Rochfika, Basri, & Sutriani. 2015. Analisis Mobilisasi Fisik Dini Pada Pasien Congestive Hearth Failure (CHF) di RSUD Labuang Baji Makassar Tahun 2015. School of Health Science (STIK) Makassar, Indonesia Sekarsari & Suryani. 2016. Gambaran Aktivitas Sehari-Hari Pada Pasien Gagal

Jantung Kelas Ii Dan Iii Di Poli Jantung Rsu Kabupaten Tangerang. JKFT, Edisi Nomor 2, Januari 2016.

WHO. 2013. Prevention of Cardiovascular Disease. WHO Epidemiologi Sub Region AFRD and AFRE. Genewa.

Wibowo & Ponco. 2015. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Gagal Jantung Di Rumah Sakit Muhammadiyah Babat Kabupaten Lamongan. Jurnal surya Vol 07, No.02, Agustus 2015

Williams. 2001. "Exercise testing in cardiac rehabilitation. Exercise prescription and beyond." Cardiology clinics 19(3): 415.

Yancy. 2013. Guideline for The Management of Heart Failure. American Heart Association.

Yusuf. 2007. Rehabilitasi Penyakit Jantung. Universitas Wijaya Kusuma. Surabaya.

Referensi

Dokumen terkait

Hal itu telah dilakukan guru pada pembelajaran ini(terlihat pada no. 7 – 17), guru tidak langsung menyalahkan siswa dan memberikan cara penyelesaiannya tetapi guru mencoba

harzianum setelah diuji bersifat kompatibel satu sama lain, maka penelitian selanjutnya pada ketiga mikrob antagonis tersebut digabungkan dalam satu formulasi bentuk

Hasil penelitian menemukan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari bimbingan karier melalui pelatihan perencanaan studi lanjut dengan efikasi diri dalam pengambilan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah : (1) ada hubungan positif dan signifikan antara persepsi mahasiswa terhadap penggunaan media pembelajaran dengan motivasi

Kotiin annettujen palvelujen tukipalveluiden määrä on lisääntynyt tarkasteluajanjaksolla, joka alkaa vuodesta 2012, ja josta alkaen on ollut vähenemää tukipalveluissa,

Adapun fungsi dari objek ini adalah sebagai tempat yang menyediakan informasi dan pengetahuan, tempat menyimpan cadangan buku, tempat rekreatif dan edukatif seperti, study

Tabel 3.5 Perubahan Sudut Motor Servo Bagian Kaki dalam Proses Berdiri

Sesuai dengan ketentuan perpajakan UU KUP No.28 tahun 2007 pasal 17A yaitu Direktorat Jendral pajak, setelah melakukan, menerbitkan surat ketetapan nihil apabila jumlah kredit pajak