• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH VARIABEL FUNDAMENTALTERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE DI BEI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH VARIABEL FUNDAMENTALTERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE DI BEI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH VARIABEL FUNDAMENTALTERHADAP HARGA SAHAM

PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE DI BEI

Rheza Ardhian [email protected]

Djawoto

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT

The purpose of this research is to find out the influence of der, tato and eps variables to the stock exchange at food and beverage companies which are listed in Indonesia Stock Exchange. The samples collection are using non– probability sampling with purposive sampling by using certain criteria, then, Indofood is selected as the sample because it is the food and beverage company which includes in the LQ45 index.The research method is using quantitative descriptive with the multiple linear regression analysis. The Analysis Of Variance (ANOVA) test result has obtained the F value of 56.244 with the significance level of 0.018, hence the model obtains is good and able to use for the further analysis. The R square (R2) is 0.988 meaning that the contribution of the independent variable is simultaneous to the dependent variable by 98.8%. On the other hand, the remaining of 1.2% is influenced by other variables which do not include in this regression model.The partial t test result of der is 0.582, tato is 0.072 and eps is 0.049. It shows that the der and tato, partially those variables have no significant, meanwhile, epshas significant influence to the stock price.

Keywords: Debt to Equity Ratio, Total Asset Turnover, Earning Per Share, Stock Price. ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel DER, TATO dan EPS terhadap harga saham pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di BEI. Pengambilan sampel menggunakan non probability sampling dengan jenis sampel purposive sampling memilih sampel yang mempunyai kriteria yaitu perusahaan food and beverage Indofood yang masuk dalam penghitungan indeks LQ45.Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan teknik analisis regresi linier.Hasil pengujian Analysis Of Variance (ANOVA) didapat nilai F sebesar 56,244 dengan tingkat signifikan 0,018, dengan demikian model yang dihasilkan baik dan dapat digunakan untuk analisis selanjutnya. Tingkat R Square (R2) sebesar 0,988 yang berarti kontribusi dari variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat sebesar 98,8%, sedangkan sisanya sebesar 1,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi ini.Hasil uji t secara parsial untuk DER sebesar 0,582, TATO sebesar 0,072 dan EPS sebesar 0,049. Hal ini menunjukkan variabel DER dan TATOsecara parsial tidak mempunyai pengaruh signifikan, sedangkan EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Kata kunci: Debt To Equity Ratio, Total Asset Turnover, Earning Per Share, Harga Saham.

PENDAHULUAN

Saham merupakan salah satu jenis instrumen investasi yang memiliki resiko paling tinggi. Investor bisa saja kehilangan modalnya apabila emiten bangkrut. Fluktuasi harga saham dapat digunakan sebagai tolak ukur kinerja perusahaan dimana kekuatan pasar ditunjukkan dengan terjadinya transaksi perdagangan saham perusahaan di pasar modal. Terjadinya transaksi tersebut didasarkan pada hasil pengamatan para investor terhadap prestasi suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Semakin baik prestasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, maka akan meningkatkan permintaan saham perusahaan yang bersangkutan sehingga harga pasar saham akan mengalami peningkatan.

(2)

Apabila keadaan yang terjadi adalah sebaliknya maka hal ini akan berdampak buruk pada penurunan harga saham perusahaan yang bersangkutan.

Penentuan harga saham tidak dapat diukur secara tepat. Tinggi atau rendahnya harga saham merupakan penilaian sesaat yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal merupakan kondisi di luar perusahaan antara lain situasi politik dan keamanan, perubahan nilai tukar mata uang asing, naik turunnya suku bunga bank, serta isu-isu hasil rekayasa para spekulan yang ingin mengeruk keuntungan dari situasi tersebut. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam perusahaan dan dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan tersebut, biasanya berkaitan dengan pendapatan yang akan diperoleh oleh para investor baik berupa deviden atau capital gain. Faktor internal inilah yang menjadi tanggung jawab pihak manajemen perusahaan khususnya para pemegang saham, karena dengan membeli saham perusahaan berarti juga ikut memiliki perusahaan dan berhak memperoleh pembagian laba perusahaan berdasarkan saham yang dimiliki.

Menurut Martono dan Harjito (2010:52) Salah satu alternatif untuk mengetahui apakah informasi keuangan yang dihasilkan sudah dapat bermanfaat untuk memprediksi harga atau return saham di pasar modal, termasuk kondisi keuangan perusahaan di masa depan adalah dengan cara melakukan analisis rasio keuangan. Laporan keuangan yang berupa neraca dan laporan laba rugi dari suatu perusahaan, bila disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan dalam kurun waktu tertentu. Keadaan inilah yang akan digunakan untuk menilai kinerja perusahaan.

Menurut Jogiyanto (2008: 126) menerangkan sebagai berikut: Analisis fundamental adalah analisis untuk menghitung nilai intrinsik saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham yaitu variabel Debt To Equity Ratio (DER), Total Asset Turnover (TATO) dan Earning Per Share (EPS).

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang diajukan oleh penulis adalah :

1. Apakah Debt To Equity Ratio (DER)berpengaruh negatif terhadap harga saham pada perusahaanFood and Beveragedi Bursa Efek Indonesia ?

2. Apakah Total Asset Turnover (TATO) berpengaruh positif terhadap harga saham pada perusahaanFood and Beveragedi Bursa Efek Indonesia ?

3. Apakah Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap harga saham pada perusahaanFood and Beveragedi Bursa Efek Indonesia ?

4. Apakah Earning Per Share (EPS) berpengaruh dominan terhadap harga saham pada perusahaanFood and Beveragedi Bursa Efek Indonesia ?

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah variabel Debt To Equity Ratio (DER), Total Asset Turnover (TATO)dan Earning Per Share (EPS) berpengaruhterhadap harga saham pada perusahaan Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia. Serta menguji apakah Earning Per Share (EPS) berpengaruh dominanterhadap harga saham pada perusahaan Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia

TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Pasar Modal

Menurut Sunariyah (2011:4) mengemukakan bahwa pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah

(3)

bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar.

Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek.

Menurut Martono dan Harjito (2010:360) manfaat pasar modal bagi emiten,yaitu: a. Jumlah dana yang dapat dihimpun bisa berjumlah besar.

b. Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai. c. Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan. d. Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil.

e. Cash flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga nominal perusahaan.

f. Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang berisiko tinggi. g. Tidak ada beban finansial yang tetap.

h. Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas.

i. Tidak dikaitkan dengan kekayaan sebagai jaminan tertentu. j. Profesionalisme dalam manajemen meningkat.

Investasi

Menurut Sunariyah(2011:4) mengemukakan bahwa investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa-masa yang akan datang. Keputusan penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana. Investasi dalam arti luas terdiri dari 2 bagian utama, yaitu: investasi dalam bentuk aktiva riil (real assets) dan investasi dalam bentuk surat-surat berharga atau sekuritas (marketable securities atau financial assets). Aktiva riil adalah aktiva berujud seperti emas, perak, intan, barang-barang seni dan real estate. Sedangkan aktiva finansial adalah surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang dikuasai oleh suatu entitas.

Menurut Tandelilin (2010:12) tahap-tahap keputusan investasi meliputi lima tahap keputusan, yaitu :

1. Penentuan tujuan investasi 2. Penentuan kebijakan investasi 3. Pemilihan strategi portofolio 4. Pemilihan aset

5. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio Saham

Menurut Sunariyah (2011:125), saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan tersebut.

Menurut Martono dan Harjito (2010:230) saham dapat dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Saham Preferen

Saham preferen merupakan pendanaan yang memiliki sifat kombinasi antara hutang dan saham biasa. Jika terjadi likuidasi, tuntutan pemegang saham preferen atas aktiva berada pada urutan setelah kreditur namun sebelum pemegang saham biasa. Dari sisi perusahaan yang mengeluarkan saham preferen manfaat utama yang diperoleh adalah bahwa pembayaran dividen atas saham preferen relatif

(4)

lebih fleksibel dibandingkan dengan bunga hutang. Karena walaupun saham preferen memiliki dividen, namun pembayaran dividen cenderung bersifat sebagai kebijakan perusahaan. Sehingga ketidakmampuan pembayaran dividen kepada pemegang saham preferen tidak berakibat terlalu buruk dibandingkan dengan ketidakmampuan membayar bunga hutang kepada kreditur yang dapat diancam kebangkrutan.

2. Saham Biasa

Pemegang saham biasa perusahaan merupakan pemilik akhir perusahaan. Secara kelompok mereka memiliki perusahaan dan menanggung risiko terakhir kepemilikan. Kewajiban mereka dibatasi sesuai jumlah investasi. Jika terjadi likuidasi, pemegang saham biasa memiliki hak atas sisa tuntutan terhadap aktiva perusahaan setelah tuntutan kreditur dan pemegang saham preferen dipenuhi seluruhnya. Saham biasa tidak memiliki jatuh tempo, namun pemegang saham dapat melikuidasi investasinya dengan menjual saham yang dimiliki pada pasar sekunder.

Laporan Keuangan

Menurut Martono dan Harjito (2010:51) mengemukakan bahwa Laporan keuangan (financial statement) merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Laporan keuangan secara garis besar dibedakan menjadi 4 macam, yaitu laporan neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan modal dan laporan aliran kas.

Rasio Keuangan

Menurut Moeljadi (2006:48), analisa terhadap kinerja umumnya dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan yang mencakup pembandingan kinerja perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama dan mengevaluasi kecenderungan posisi keuangan perusahaan sepanjang waktu. Sebetulnya ada beberapa teknik analisis yang dapat digunakan adalah analisis rasio yaitu rasio keuangan. Analisis tersebut akan memberikan gambaran atau pengukuran relatif dari operasi perusahaan.

Dalam analisis rasio ini terdapat lima kelompok rasio keuangan, yakni Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas, Rasio Leverage, Rasio Profitabilitas, Rasio Nilai Pasar. Rasio keuangan tersebut akan dibahas satu persatu.

1. Rasio Likuiditas a. Current Ratio

Perbandingan antara aktiva lancar dengan utang dan untuk menghitung berapa kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancar yang tersedia.

𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = Total aktiva lancar Total hutang lancar b. Cash Ratio

Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia dan efek yang dapat segera diuangkan.

𝐶𝑎𝑠𝑕 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = Kas ÷ Efek Utang lancar c. Quick Ratio

Untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva yang lebih likuid yang mudah dicairkan.

𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = Aktiva lancar − Persediaan Utang lancar

(5)

2. Rasio Leverage

Rasio ini menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai oleh pihak luar atau dengan kata lain financial leverage menunjukkan proporsi atau penggunaan utang untuk membiayai investor perusahaan, rasio-rasio leverage antara lain :

a. Debt Ratio

Mengukur jumlah aktiva peusahaan yang dibiayai oleh utang atau modal yang berasal dari kreditur. Semakin besar rasio maka semakin besar rasio yang dihadapi.

𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = Total utang Total aktiva b. Debt To Equity Ratio

Rasio utang yang diukur dari perbandingan utang dengan ekuitas (modal sendiri). Semakin kecil DER semakin baik bagi perusahaan.

𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = Total utang Total modal sendiri c. Time Interested Earned Ratio

Rasio ini menunjukkan hubungan antar laba sebelum bunga dan pajak (laba operasi) dengan beban utang jangka panjang.

𝑇𝑖𝑚𝑒 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡𝑒𝑑 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑒𝑑 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = Laba operasi Beban bunga pertahun d. Fixed Charge Coverage Ratio

Mengukur berapa besar kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetapnya termasuk pembayaran deviden saham prefern, bunga, angsuran pinjaman, dan sewa.

𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝐶𝑕𝑎𝑟𝑔𝑒 Coverage Ratio =EBIT −Bunga −Pembayaran sewa(Bunga ÷pembayaran sewa ) 3. Rasio Aktivitas

Analisis keuangan berkepentingan dengan rasio ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar efisiensi investasi-investasi pada berbagai aktiva.

a. Days Sales Outstanding

Menunjukkan rata-rata hari yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi kas. 𝐷𝑎𝑦𝑠 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 𝑂𝑢𝑡𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 = Piutang × 360

Penjualan kredit b. Fixed Assets Turnover

Rasio ini menunjukkan bagaimana perusahaan menggunakan aktiva tetapnya seperti gedung, kendaraan, mesin-mesin, perlengkapan kantor.

𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑇𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 = Penjualan Aktiva tetap c. Inventory Turnover Ratio

Perusahaan yang perputaran persediaannya semakin tinggi menunjukkan efisien. 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑇𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =Harga pokok penjualan

Rata − rata persediaan d. Total Assets Turnover

Menunjukkan bagaimana efektivitas perusahaan menggunakan seluruh aktiva untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba.

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑇𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 = Penjualan Total aktiva

(6)

4. Rasio Profitabilitas

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.

Rasio-rasio tersebut antara lain : a. Gross Profit Margin

Mengukur tingkat laba kotor dibandingkan dengan volume penjualan. 𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =Laba kotor

Penjualan b. Operating Profit Margin

Mengukur tingkat laba operasi dibandingkan dengan volume penjualan. 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =Laba operasi

Penjualan c. Net Profit Margin

Mengukur laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan volume penjualan. 𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =Laba setelah pajak

Penjualan d. Return On Investment

Return on investment atau return on assets menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan.

𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 =Laba setelah pajak Total aktiva e. Return On Equity

Return on equity yaitu mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang makin besar, maka rasio ini juga akan makin besar.

𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 =Laba setelah pajak Modal sendiri 5. Rasio Saham

Rasio ini menunjukkan bagian laba perusahaan, deviden, dan modal yang dibagikan kepada setiap saham. Rasio-rasio tersebut adalah :

a. Price Earning Ratio

Price earning ratio menunjukkan perbandingan antar harga saham dipasar perdana atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima.

𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =Harga pasar saham biasa EPS

b. Deviden Yield

Menunjukkan tingkat penghaasilan berjalan yang diperoleh dari investasi saham perusahaan.

𝐷𝑒𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 =𝐷𝑒𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 yang dibayarkan perusahaan Harga pasar per saham

c. Deviden Payout Ratio

Menunjukkan besarnya laba yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk deviden.

𝐷𝑒𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑃𝑎𝑦𝑜𝑢𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝐷𝑒𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 perusahaan EPS

(7)

d. Earning Per Share

Menurut Tandelilin (2010:365), Earning per share adalah laba bersih yang siap dibagikan kepada pemegang saham dibagi dengan jumlah lembar saham perusahaan.

Rumus persamaan untuk earning per share adalah sebagai berikut:

Pengembangan Hipotesis

Pengaruh debt to equity ratio terhadap harga saham.

Menurut Lukman (2009:121-122), Debt to Equity Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh utang-utangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek, dengan dana yang berasal dari modal sendiri. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dan sebaliknya, semakin rendah rasio ini akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang. Hal ini menjadikan harga saham perusahaan akan naik.Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1:Debt to equity ratio berpengaruh negatif terhadap harga saham pada perusahaan

food and beverage di bursa efek indonesia. Pengaruh total asset turnover terhadap harga saham.

Total Asset Turnover merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan aset yang dimiliki perusahaan. Menurut Harahap (2009:309), semakin besar rasio ini semakin baik karena perusahaan tersebut dianggap efektif dalam mengelola asetnya.

Dengan demikian sangat dimungkinkan bahwa hubungan antara Total Asset Turnover dengan harga saham adalah positif. Semakin besar Total Asset Turnoverakan semakin baik karena semakin efisien seluruh aktiva yang digunakan untuk menunjang kegiatan penjualan.Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H2 :Total asset turnover berpengaruh positif terhadap harga saham pada perusahaan

food and beverage di bursa efek indonesia. Pengaruh earning per share terhadap harga saham.

Earning Per Share (EPS) dapat menunjukan tingkat kesejahteraan perusahaan, jadi apabila Earning Per Share (EPS) yang dibagikan kepada para investor tinggi maka menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang baik kepada pemegang saham, sedangkan Earning Per Share (EPS) yang dibagikan rendah maka menandakan bahwa perusahaan tersebut gagal memberikan kemanfaatan sebagaimana diharapkan oleh pemegang saham.

Alasan menggunakan Earning Per Share menurut Tandelilin (2010:366), menerangkan bahwa Earning per share diutamakan dalam analisis perusahaan karena tiga alasan:

1. Earning per share biasa dipakai untuk mengestimasi nilai intrinsik saham.

2. Dividen yang dibayarkan perusahaan pada dasarnya dibayarkan dari earning (laba). 3. Adanya hubungan antara perubahan earning (laba) dengan perubahan harga saham

.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H3 :Earning per share berpengaruh positif terhadap harga saham pada perusahaan

(8)

H4 : Earning per share berpengaruh dominan terhadap harga saham pada perusahaan

food and beverage di bursa efek indonesia. METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan food and beverage yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2012.Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan food and beverage yang masuk dalam penghitungan indeks LQ45 periode agustus 2013 s.d. januari 2014 di Bursa Efek Indonesia, (2) Perusahaan yang memiliki data laporan keuangan dan harga saham pada tahun penelitian, (3) Perusahaan yang sahamnya aktif diperdagangkan periode 2010-2012. Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, maka perusahaan Food and Beverage yang diambil sebagai sampel adalah : (1) PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, (2) PT Indofood Sukses Makmur Tbk.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen

a. Debt to equity ratio(X1)

Rasio utang yang diukur dari perbandingan utang dengan ekuitas (modal sendiri). Semakin kecil DER semakin baik bagi perusahaan.

𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = Total utang Total modal sendiri b. Total asset turnover(X2)

Menunjukkan bagaimana efektivitas perusahaan menggunakan seluruh aktiva untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba.

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑇𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 = Penjualan Total aktiva c. Earning per share(X3)

Earning per share adalah laba bersih yang siap dibagikan kepada pemegang saham dibagi dengan jumlah lembar saham perusahaan.

Rumus persamaan untuk earning per share adalah sebagai berikut:

Variabel Dependen Harga Saham (Y)

Harga saham yang dimaksud dalam penelitian ini adalah harga saham penutupan (closing price) per tahun pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di BEI dengan periode waktu penelitian dari tahun 2010 hingga tahun 2012. Harga saham merupakan indikator nilai perusahaan yang sahamnya di BEI. Indikator pengukuran menggunakan satuan rupiah per lembar saham.

(9)

Teknik Analisis Data

Langkah-langkah yang diambil untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah: 1. Uji asumsi klasik yang terdiri dari autokorelasi, multikolinieritas, dan heteroskedastisitas. 2. Analisis regresi linear berganda

3. Uji Hipotesis

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Debt to equity ratio (DER)

Debt to equity ratio merupakan rasio yang menggambarkan perbandingan antara total hutang dengan total ekuitas perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan usaha. Semakin besar debt to equity ratio menandakan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang dari pada modal sendiri.

Debt to equity ratio dapat dihitung dengan menggunakan:

%

100

Ekuitas

Liabilitas

Total

DER

x

Dengan menggunakan rumus debt to equity ratio di atas, maka tingkat debt to equity ratio PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk yang dijadikan sampel penelitian selama tahun 2010-2012 tersaji pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1

Hasil Perhitungan Debt to Equity Ratio Perusahaan Sampel (Dalam %)

Emiten Tahun

2010 2011 2012

PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 0.45 0.42 0.46

PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 1.34 0.70 0.71

Rata-rata 0.89 0.56 0.59

Sumber: Indonesian Capital Market Directory

Dengan memperhatikan tabel 1 di atas, dapat diketahui debt to equity ratio PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk tahun 2010-2012 cenderung berfluktuatif. Secara rata-rata debt to equity ratio kedua perusahaan tersebut mengalami kenaikan. Debt to equity ratio yang tinggi menunjukkan proporsi modal yang tinggi untuk membiayai kewajiban dan sebaliknya, karena proporsi hutang yang semakin besar, akan menimbulkan risiko yang juga besar, dan para pemodal akan menetapkan tingkat keuntungan yang lebih besar lagi terhadap setiap rupiah yang ditanam di perusahaan tersebut. Penggunaan hutang yang tinggi akan meningkatkan profitabilitas, di lain pihak, hutang yang tinggi juga meningkatkan resiko. Jika penjualan tinggi maka perusahaan bisa memperoleh keuntungan yang tinggi namun sebaliknya jika penjualan turun perusahaan terpaksa bisa mengalami kerugian karena adanya beban bunga yang harus dibayarkan (Hanafi, 2008:41).

Total asset turnover (TATO)

Total asset turnover merupakan rasio yang menunjukkan perputaran total aktiva di ukur dari volume penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva menciptakan penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik, karena penggunaan aktiva

(10)

yang efektif dalam menghasilkan penjualan, sehingga dapat dikatakan bahwa laba yang dihasilkan juga tinggi dan dengan demikian kinerja keuangan semakin baik.Total asset turnover dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

TATO =

asset

Total

Penjualan

Dengan menggunakan rumus total asset turnover di atas, maka tingkat total asset turnover PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk yang dijadikan sampel penelitian selama tahun 2010-2012 tersaji pada tabel 2 berikut ini:

Tabel 2

Hasil Perhitungan Total Asset Turnover Perusahaan Sampel (Dalam kali)

Emiten Tahun

2010 2011 2012

PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 1.34 1.27 1.22

PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 0.81 0.85 0.86

Rata-rata 1.08 1.06 1.04

Sumber: Indonesian Capital Market Directory

Dari tabel 2 di atas diketahui bahwa total asset turnover (TATO) tertinggi selama periode penelitian adalah total asset turnover PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk yaitu sebesar 1,34x tahun 2010, sedangkan total asset turnover (TATO) tertinggi PT. Indofood Sukses Makmur Tbk sebesar 0,86x tahun 2012. Total asset turnover (TATO) PT Indofood Sukses Makmur Tbk tahun 2010-2012 cenderung mengalami kenaikan, sedangkan Total asset turnover PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk tahun 2010-2012 cenderung mengalami penurunan.Dengan adanya Total asset turnoveryang cenderung mengalami penurunan setiap tahun, ini membuktikan bahwa dalam melakukan operasi usaha PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk tidak efisien dan optimal menggunakan asset untuk menghasilkan penjualan. Dengan demikian menandakan bahwa manajemen kurang mampu mengelola seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan secara maksimal guna menghasilkan tingkat penjualan yang tinggi sesuai dengan harapan perusahaan.

Earning per share (EPS)

Earning per share merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham meningkat. Semakin besar earning per share, maka akan semakin tinggi harga saham tersebut. Earning per share dapat dihitung dengan menggunakan rumus: EPS =

Beredar

Saham

Jumlah

Pajak

Setelah

Bersih

Laba

Dengan menggunakan rumus earning per share di atas, maka tingkat earning per share PT.Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk yang dijadikan sampel penelitian selama tahun 2010-2012 tersaji pada tabel 3 berikut ini:

(11)

Tabel 3

Hasil Perhitungan Earning per Share Perusahaan Sampel (Dalam Rp)

Emiten Tahun

2010 2011 2012

PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 292 354 298

PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 336 571 438

Rata-rata 314 462 368

Sumber: Indonesian Capital Market Directory

Dengan memperhatikan tabel 3, dapat diketahui earning per share PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk tahun 2010-2012 berfluktuatif. Earning per share PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk tertinggi sebesar Rp 354,- pada tahun 2011 dan Earning per share PT. Indofood Sukses Makmur tertinggi Rp 571,- pada tahun 2011.

Harga saham

Harga saham adalah harga perlembar saham dari saham PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dalam periode 2010-2012. Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham penutupan (closing price) di akhir tahun pada saat tutup buku. Data harga saham perusahaan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk yang dijadikan sampel selama 3 tahun (2010-2012) terdapat pada tabel 4 berikut:

Tabel 4

Harga Saham Perusahaan Sampel (Dalam Rp)

Emiten Tahun

2010 2011 2012

PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 4.675 5.200 7.800

PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 4.875 4.600 5.850

Rata-rata 4.775 4.900 6.825

Sumber: Indonesian Capital Market Directory

Dengan memperhatikan tabel 4, dapat diketahui harga saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk tahun 2010-2012 mengalami peningkatan, demikian juga dengan harga saham PT. Indofood Sukses Makmur Tbk juga mengalami peningkatan. Harga saham tertinggi milik PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk yang mencapai harga Rp 7.800. Dengan demikian menunjukkan bahwa kedua perusahaan tersebut setiap tahun harga sahamnya mengalami peningkatan.

Uji Asumsi Klasik

1. Uji Autokorelasi.Diperoleh nilai Durbin Watson sebesar 1,707. Dengan demikian model regresi yang akan digunakan tidak terdapat masalah autokorelasi karena angka D-W diantara –2 sampai +2.

(12)

2. Uji Multikolinearitas.Nilai tolerance semua variabel bebas lebih besar dari 0,10, demikian pula nilai VIF semuanya kurang dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengindikasikan adanya multikolinieritas.

3. Uji Heteroskedastisitas.Pada variabel debt to equity ratio nilai sig. 0,957, total asset turnover nilai sig. 0,704, dan earning per share nilai sig. 0,872, tidak mempunyai korelasi yang signifikan antara residual dengan variabel bebasnya (nilai Sig lebih besar dari 0,05) maka hasil analisis ini dapat disimpulkan seluruh variabel penelitian tidak terjadi Heteroskedastisitas.

Analisis Regresi Linear Berganda

Hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 17 tersebut disajikan dalam tabel 5 berikut ini:

Tabel 5

Hasil Perhitungan Regresi Linier Berganda Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients B Std. Error Beta 1 (Constant) 13.897 14.364 DER .046 .071 .130 TATO .413 .117 .555 EPS .754 .173 1.139

a. Dependent Variable: Harga saham Sumber: Hasil Output SPSS

Berdasarkan tabel 5, maka prediksi harga saham dapat dimasukkan ke dalam persamaan regresi berganda sebagai berikut:

HS = 13,897 + 0,046DER + 0,413TATO + 0,754EPS Dari persamaan regresi di atas dapat diintepretasikan bahwa:

1. Pengaruh hubungan Debt To Equity Ratio terhadap Harga Saham.

Pengaruh Debt To Equity Ratio (DER) terhadap harga saham menunjukkan arah hubungan positif (searah). Tanda positif menunjukkan pengaruh debt to equity ratio (DER) searah terhadap harga sahamyaitu jika variabel debt to equity ratio (DER) naik maka harga saham akan naik dengan asumsi variabel total asset turnover (TATO) dan earning per share (EPS) konstan.

2. Pengaruh hubungan Total Asset Turnover terhadap Harga Saham.

Pengaruh Total Asset Turnover (TATO) terhadap harga saham menunjukkan arah hubungan positif (searah).Tanda positif menunjukkan pengaruh total asset turnover (TATO) searah terhadap harga saham yaitu jika variabel total asset turnover (TATO) naik maka harga saham akan naik dengan asumsi variabel debt to equity ratio (DER) dan earning per share (EPS) konstan.

3. Pengaruh hubungan Earning Per Share terhadap Harga Saham

Pengaruh hubungan Earning Per Share terhadap Harga Saham menunjukkan arah hubungan positif (searah).Tanda positif menunjukkan pengaruh earning per share (EPS)

(13)

searah terhadap harga sahamyaitu jika variabel earning per share (EPS) naik maka harga saham akan naik dengan asumsi variabel debt to equity ratio (DER) dan total asset turnover (TATO) konstan.

Analisis Koefisien Determinasi

Hasil perhitungan SPSS 17dari koefisien determinasi disajikan pada tabel 6. Tabel 6

Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .994a .988 .971 18.11478

a. Predictors: (Constant), EPS, TATO, DER Sumber: Hasil Output SPSS

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,988 atau 98,8% artinya variabilitas variabel harga saham food and beveragedapat dijelaskan oleh variabilitas variabel debt to equity ratio (DER), total asset turnover (TATO), earning per share (EPS) sebesar 98,8%, sedangkan sisanya sebesar 1,2% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi ini.

Uji Hipotesis Uji t

Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Cara melakukan uji t adalah dengan melihat tingkat signifikansi statistik. Apabila tingkat signifikansi statistik ≤ α, maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti variabel bebas (Xi) secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Y). Apabila tingkat signifikansi statistik ≥ α, maka H0 diterima dan Ha ditolak.

Tabel 7

Hasil Uji Parsial (Uji t)

Variabel thitung Sig  Simpulan

Debt to equity ratio .650 .582 0,05 Tidak berpengaruh signifikan Total asset turnover 3.524 .072 0,05 Tidak Berpengaruh signifikan Earnings per share 4.354 .049 0,05 Berpengaruh signifikan

Dari hasil uji t sebagaimana yang tersaji pada tabel 7 dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Uji parsial pengaruh debt to equity ratio terhadap harga saham

Untuk debt to equity ratio pada Tabel 7 di atas secara parsial diperoleh signifikansi t sebesar 0,582 lebih besar dari  = 0,05. Hal ini berarti bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan debt to equity ratio berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan food and beveragedi Bursa Efek Indonesia tidak terdukung. Hal ini dapat diartikan rasio tersebut, tidak digunakan sebagai dasar untuk

(14)

menentukan atas pertimbangan dalam pembelian saham sehingga debt to equity ratio tidak mempengaruhi harga saham. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Astuti (2011) bahwa debt to equity ratio tidak mempunyai pengaruh secara parsial terhadap harga saham pada perusahaan real estate dan property di Bursa Efek Indonesia.

Debt to equity ratio yang merupakan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap harga saham yang merupakan harga perlembar saham perusahaan food and beverage yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Penggunaan hutang yang tinggi akan meningkatkan profitabilitas, di lain pihak, hutang yang tinggi juga meningkatkan risiko. Jika penjualan tinggi maka perusahaan bisa memperoleh keuntungan yang tinggi namun sebaliknya jika penjualan turun perusahaan terpaksa bisa mengalami kerugian karena adanya beban bunga yang harus dibayarkan (Hanafi, 2008:41). Dalam kenyataannya gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan mampu memberikan pengaruh negatif terhadap harga saham di perusahaan food and beverage yang tercatat di bursa efek Indonesia, tetapi pengaruh tersebut cukup kecil, sehingga secara statistik dianggap tidak mampu memberikan pengaruh.

Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa sebagian besar investor akan melakukan pembelian saham dan menanamkan saham dalam perusahaan food and beverage dikarenakan investor telah memiliki nilai EPS yang tinggi yang menunjukkan bahwa perusahaan food and beverage mampu untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham perusahaan. Jika semakin banyak investor yang melakukan pembelian saham dalam perusahaan tersebut, dapat dipastikan bahwa perusahaan tersebut akan semakin banyak mendapatkan laba. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan tersebut dalam kondisi keuangan yang bagus, sehingga meskipun banyak tawaran untuk melakukan utang baik dari pihak asing maupun pihak lokal pada perusahaan tersebut, tetapi tidak mampu memberikan pengaruh terhadap naik turunnya harga saham.

b. Uji parsial pengaruh total asset turnover terhadap harga saham

Untuk total asset turnover pada Tabel 7 di atas secara parsial diperoleh signifikansi t sebesar 0,072 lebih besar dari  = 0,05. Hal ini berarti bahwa total asset turnover tidak berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan food and beveragedi Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan total asset turnover berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan food and beveragedi Bursa Efek Indonesia tidak terdukung. Hal ini menunjukkan bahwa total asset turnover tidak diperhitungkan oleh investor untuk berinvestasi dalam bentuk saham. Meskipun penelitian ini mengindikasikan bahwa rasio aktivitas yang diukur dengan total asset turnover belum mendapat perhatian dari investor untuk mempediksi saham, diharapkan investor dapat mengamati aktivitas perusahaan berdasarkan aktivitas ini.

Total asset turnover merupakan salah satu rasio aktivitas yang menggambarkan hubungan antara tingkat operasi perusahaan (sales) dengan asset yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan operasi perusahaan tersebut. Rasio aktivitas juga dapat digunakan untuk memprediksi modal yang dibutuhkan perusahaan (baik untuk kegiatan operasi maupun jangka panjang). Misalnya untuk meningkatkan penjualan akan membutuhkan tambahan asset. Rasio aktivitas memungkinkan para analis menduga kebutuhan ini serta menilai kemampuan perusahaan untuk mendapatkan asset yang dibutuhkan untuk mempertahankan tingkat pertumbuhannya (Ulupui, 2010).

c. Uji parsial pengaruh earning per share terhadap harga saham

Untuk earning per share pada Tabel 7 di atas secara parsial diperoleh signifikansi t sebesar 0,049 lebih kecil dari  = 0,05. Hal ini berarti bahwa earning per share berpengaruh

(15)

terhadap harga saham pada perusahaan food and beveragedi Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan earning per share berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan food and beveragedi Bursa Efek Indonesia terdukung.Hal ini dapat diartikan apabila earning per share mengalami peningkatan maka harga saham akan naik, dan begitu pula sebaliknya. Kondisi tersebut dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sehingga dapat menarik investor untuk membeli saham.Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu oleh Astuti (2011) bahwa earning per share berpengaruh terhadap harga saham.

Berpengaruhnya earning per share terhadap harga saham, karena earning per share menunjukkan laba bersih perusahaan yang siap dibagikan ke semua pemegang saham perusahaan cenderung mengalami kenaikan, dimana earning per share tersebut dapat diketahui dari laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Hasil ini menunjukkan bahwa earning per share merupakan indikator yang penting dipertimbangkan oleh para pemegang saham. Bagi para calon investor, earning per share dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk investasi di pasar modal terutama hasil yang diharapkan dari dividen yang akan dibayar oleh perusahaan publik. Hasil ini mengindikasi bahwa earning per share merupakan satu-satunya variabel yang digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh manajemen dalam pembayaran dividen kas. Dengan hasil ini maka para pemegang saham sangat penting mempertimbangkan besarnya earning per share dalam rangka memprediksi besarnya dividen yang akan diterima.

Semakin tinggi nilai earning per share tentu saja menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham, maka pemegang saham akan tertarik untuk membeli saham perusahaan sehingga dapat meningkatkan harga saham. Informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dapat membantu investor untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas yang baik di masa mendatang.Studi empiris menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai earning per share suatu saham, maka semakin tinggi pula harga sahamnya dan akan meningkatkan return (pendapatan).

Koefisien Determinasi Parsial

Koefisien determinasi parsial ini digunakan untuk mengetahui manakah yang paling berpengaruh dominan antara variabel bebas yang terdiri debt to equity ratio (DER), total asset turnover (TATO) dan earning per share (EPS) terhadap hargasaham perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia.

Tabel 8

Koefisien Korelasi dan Determinasi Parsial

Variabel r r2

Debt to equity ratio 0,418 0,1747

Total assets turnover 0,628 0,3944

Earning per share 0,751 0,5640

Sumber: Hasil output SPSS

Dari korelasi parsial diatas maka dapat diperoleh koefisien determinasi parsial dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Koefisien determinasi parsial variabel debt to equity ratio sebesar 0,1747 hal ini berarti sekitar 17,47% yang menunjukkan besarnya kontribusi debt to equity ratio terhadap harga saham perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia.

(16)

2. Koefisien determinasi parsial variabel total assets turnover sebesar 0,3944 hal ini berarti sekitar 39,44% yang menunjukkan besarnya kontribusi total assets turnover terhadap harga saham perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia.

3. Koefisien determinasi parsial variabel earning per share sebesar 0,5640 hal ini berarti sekitar 56,40% yang menunjukkan besarnya kontribusi earning per share terhadap harga saham perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia.

Dari penjelasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh yang dominan terhadap harga saham food and beverage adalah variabel earning per share karena mempunyai koefisien determinasi parsialnya paling besar yaitu sebesar 0,5640 atau 56,40%.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : (1) Debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia; (2) Total asset turnover tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia; (3) Earning per share berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia; (4) Earning per share berpengaruh dominan terhadap harga saham perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia.

Saran

1. Investor maupun calon investor agar lebih memperhatikan Earning Per Share karena variabel tersebut berpengaruh secara parsial terhadap harga saham Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia, sedangkan Debt to Equity Ratio, dan Total Asset Turnover tidak berpengaruh sehingga hanya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan saja.

2. Penelitian ini hanya menggunakan variabel Debt to Equity Ratio, Total Asset Turnover, dan Earning Per Share untuk mengetahui pengaruh terhadap harga saham Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan menilai rasio keuangan lainnya yang dapat digunakan untuk menilai harga saham dan sebaiknya periode penelitian serta sampel yang digunakan ditambah dan diperluas ke beberapa sektor perusahaan sehingga menghasilkan informasi yang lebih akurat.

3. Pergerakan rasio earning per share harus menjadi perhatian pihak manajemen perusahaan karena kenaikan atau penurunan earning per share berpengaruh dominan terhadap harga saham.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, F. P. 2011. Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Equity, dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Go Public di BEI. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Surabaya.

Hanafi, M.M. 2008. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Cetakan Kedua.Penerbit BPFE. Yogyakarta.

(17)

Jogiyanto. 2008. Metodologi Penelitian Sistem Informasi. CV.Andi Offset. Yogyakarta. Lukman, D. 2009. Manajemen Perbankan. Edisi Kedua. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Martono dan D. A. Harjito. 2010. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Cetakan Kedelapan. Ekonisia. Yogyakarta.

Moeljadi. 2006. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Penerbit Bayumedia. Malang.

PT. Bursa Efek Indonesia (BEI). Indonesian Capital Market Directory (ICMD).2010 - 2012. Jakarta

Sunariyah. 2011. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Keenam. Penerbit UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Tandelilin, E. 2010. Portofolio dan Investasi teori dan aplikasi. Edisi Pertama. KANISIUS. Yogyakarta.

Ulupui, IG.K.A. 2010. Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas, Dan Profitabilitas Terhadap Return Saham (Studi Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Dengan Kategori Industri Barang Konsumsi Di BEJ). Jurnal Penelitian. Bali: Universitas Udayana.

Referensi

Dokumen terkait

Besarnya pengaruh yang diberikan oleh variabel Earning Per Share dibandingkan variabel Dividend Per Share dan Financial Leverage terhadap harga saham perusahaan Food

Untuk menganilisis pengaruh rasio pasar, profitabilitas dan aktivitas berpengaruh secara simultan terhadap harga saham pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa hanya Earning Per Share (EPS) yang berpengaruh secara parsial terhadap harga saham pada perusahaan Wholesale

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sementara Current Ratio , Return On

terhadap harga saham pada perusahaan food and beverages yang tercatat ( listing ) di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014? 2) Apakah terdapat pengaruh Return on Equity

Pengaruh Earning Per Share terhadap Harga Saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial earning per share berpengaruh terhadap harga saham hal ini dapat

Model Rasio Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Perusahaan Food and Beverage yang Go Public di Bursa Efek Indonesia..

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa