• Tidak ada hasil yang ditemukan

kedewasaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "kedewasaan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Acap kali kita mendengar dari orang terdekat kita yang membicarakan tentang

Acap kali kita mendengar dari orang terdekat kita yang membicarakan tentang kedewasaankedewasaan seseorang. Terkadang mereka menghubungkan pertambahan usia dengan kedewasaan, seseorang. Terkadang mereka menghubungkan pertambahan usia dengan kedewasaan, meskipun memang usia tua belum tentu bisa bersikap dewasa. Hingga ada ungkapan, meskipun memang usia tua belum tentu bisa bersikap dewasa. Hingga ada ungkapan,

““

T

Tua i

ua itu p

tu pa

asti

sti, , d

de

ewa

wasa itu pi

sa itu pililihan

han

”.”.

P

Pe

eng

nge

errtian D

tian De

ew

wa

asa

sa iitu, A

tu, Ap

pa? 

a? 

Secara hukum (yang berlaku di negara Indonesia), usia dewasa dimulai dari umur 17 tahun. Secara hukum (yang berlaku di negara Indonesia), usia dewasa dimulai dari umur 17 tahun. Kalau belum mencapai 17 tahun belum bisa bikin KTP dengan kata lain masih anak anak bisa Kalau belum mencapai 17 tahun belum bisa bikin KTP dengan kata lain masih anak anak bisa di bilang anak remaja.

di bilang anak remaja.

 Namun, jika dilihat dari sudut

 Namun, jika dilihat dari sudut pengertianpengertian

DEWASA

DEWASA

 itu sendiri, menurut KBBI (Kamus itu sendiri, menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Dewasa adalah mencapa

Besar Bahasa Indonesia), Dewasa adalah mencapai usia akil baligh, yaitu bukan anak-anaki usia akil baligh, yaitu bukan anak-anak ataupun remaja lagi.

ataupun remaja lagi.

Sedangkan menurut islam, seseorang baik perempuan maupun laki-laki dikatakan dewasa Sedangkan menurut islam, seseorang baik perempuan maupun laki-laki dikatakan dewasa atau baligh apabila seseorang tersebut sudah mengalami haid bagi perempuan dan mimpi atau baligh apabila seseorang tersebut sudah mengalami haid bagi perempuan dan mimpi  basah bagi laki-laki. Tentu saja masa seseorang untuk mencapai akil baligh, berbe

 basah bagi laki-laki. Tentu saja masa seseorang untuk mencapai akil baligh, berbeda satuda satu dengan lainnya.

dengan lainnya.

Dewasa berarti matang. Baik matang secara biologis, maupun secara psikis.Sehingga bisa Dewasa berarti matang. Baik matang secara biologis, maupun secara psikis.Sehingga bisa dikatakan tidak perlu menunggu tua untuk menjadi dewasa. Karena kedewasaan tidak selalu dikatakan tidak perlu menunggu tua untuk menjadi dewasa. Karena kedewasaan tidak selalu  beriringan dengan berkurangny

 beriringan dengan berkurangnya usia.a usia.

LLalu s

alu se

ebe

benar

narnya,

nya, ap

apa si

a sih makna de

h makna dewa

wasa? 

sa? 

Terkadang tingkat

Terkadang tingkat kedewasaankedewasaan seseorang bisa dilihat dari penilaian orang lain. Secara umum, seseorang bisa dilihat dari penilaian orang lain. Secara umum, seorang dapat dikatakan dewasa apabila ia telah

seorang dapat dikatakan dewasa apabila ia telah mampu membedakan mana yang baik danmampu membedakan mana yang baik dan mana yang jelek (atau benar salahnya sesuatu).

mana yang jelek (atau benar salahnya sesuatu).

 Namun dalam Islam, seorang dewasa adalah yang telah mampu

 Namun dalam Islam, seorang dewasa adalah yang telah mampu memilih dan memilah sertamemilih dan memilah serta mengkategorikan mana yang perintah dan mana yang larangan Allah SWT.

mengkategorikan mana yang perintah dan mana yang larangan Allah SWT.

Mungkin secara Islam perintah dan larangan itu mutlak adanya, tapi mengenahi baik dan Mungkin secara Islam perintah dan larangan itu mutlak adanya, tapi mengenahi baik dan  buruk menurut orang

 buruk menurut orang lain itu berbeda, terkadang apa yang menurut klain itu berbeda, terkadang apa yang menurut kita baik belum tentuita baik belum tentu menurut orang lain itu baik juga, apa yang kita yakini sudah dewasa belum tentu juga menurut orang lain itu baik juga, apa yang kita yakini sudah dewasa belum tentu juga menurut orang lain itu dewasa.

menurut orang lain itu dewasa.

Memang tampaknya begitu mudah men-cap diri sebagai seorang yang dewasa, namun tidak Memang tampaknya begitu mudah men-cap diri sebagai seorang yang dewasa, namun tidak demikian adanya.

demikian adanya.

Mari sejenak menengok kepada realita kehidupan sekitar kita

Mari sejenak menengok kepada realita kehidupan sekitar kita . Seorang ayah ataupun kakek di. Seorang ayah ataupun kakek di usia rentanya, masih saja bergenit-genit menggoda gadis-gadis seksi, bahkan lebih parahnya usia rentanya, masih saja bergenit-genit menggoda gadis-gadis seksi, bahkan lebih parahnya hingga menggauli anak kandung, anak tetangga, ataupun cucunya sendiri untuk

hingga menggauli anak kandung, anak tetangga, ataupun cucunya sendiri untuk melampiaskan nafsu bejatnya.

melampiaskan nafsu bejatnya.  Lalu apakah menu

(2)

Dan masih banyak hal-hal kecil lainnya yang beredar di kalangan orangtua yang ternyata  belum dewasa. Bahkan yang paling sering saya temui adalah orang-orang (yang tampak)

dewasa dengan sikap ngambeknya.

Waaahh!!! Saya begitu terkejut mendapati mereka, ternyata tidak cuma adik-adik kecil yang  biasa ngambek ke orangtua kalau sesuatu yang diinginkan tidak didapatkan.

 Baca juga : 4 Hal yang mungkin bisa menjadikanmu lebih dewasa

Jadi, Pantaskah kita menyebut diri kita sudah dewasa.

Memang tidak mudah untuk menjadi dewasa, ada masa transisi yang panjang, perlu ilmu, ada latihan, dan sebagainya. Maka wajarlah jika seorang akhi mengingatkan kita car a menuju dewasa dengan sedikit perumpamaan (kalimah thayyibah).

“Ada banyak cara menjadi dewasa, kadang begitu mudah semudah membaca buku dan menemukan kearifan di tiap lembarnya. Bahkan ada yang lebih mudah, seperti bercermin  pada setiap kejadian yang terjadi pada orang lain.

Tapi tidak jarang, kita harus menempuh jalan yang begitu berat untuk menjadi dewasa dan  sadar. Kita mesti melewati sungai fitnah yang deras, harus membelah rimba cobaan dengan

kerja dan sabar, bahkan kita harus penuh luka sebelum akhirnya memetik hikmah dan menjadi dewasa. Ada yang berhasil, namun banyak pula yang gugur di tengah jalan” Bagaimana, sudah ada inspirasi dari masukan ini tentang jalan menuju kedewasaan? Ya! Realitanya untuk menjadi dewasa,

Pertama, kita harus banyak belajar

(3)

Contohnya topik birrul walidain, di sini kita banyak belajar bahwa mentaati dan

menghormati orangtua tentu ada tata caranya pula, sikap merajuk yang sering kita tampakkan  pada orangtua ternyata berdampak psikologis pada orangtua, dan sebagainya.

 Namun perlu saya tekankan bahwa belajar tidak mesti dengan baca buku saja, selagi banyak  jalan menuju Roma tentu banyak peluang yang kita bisa manfaatkan sebagai media belajar.

Kedua, bercermin diri 

di sini saya bukannya mengajak pembaca untuk terus menatapi diri di depan cermin tentunya. Tapi bercermin tentang diri kita, tentang apa yang telah kita l akukan, tentang sifat-sifat kita yang harus diperbaiki, dan sebagainya. Serta tentang cinta kita kepada Rabb yang Maha Mencinta. Selanjutnya saya rasa ikhwah lebih paham tentang ini daripada saya.

Baca juga : Keburukan Orang Lain Adalah Cerminan Dirimu

Ketiga, dengan latihan

Kita tidak cuma perlu latihan kebugaran fisik atau angkat besi untuk menjadi dewasa. Kita  juga perlu banyak, banyak, dan lebih banyak waktu untuk berlatih di setiap perubahan

(hijrah) diri kita.

Ya! Di antaranya dengan melatih kesabaran jika kita adalah orang yang suka ngambek, atau dengan “memaksa diri” melakukan ibadah jika kita masih suka bermalas-malasan pada yang satu ini, serta masih banyak bentuk latihan lainnya.

Bahkan tak dipungkiri lagi bahwa kebanyakan orang perlu “teguran sayang ” terlebih dahulu untuk menjadikan dirinya sebagai orang yang dewasa. Allah SWT yang selalu menyayangi kita, sehingga Dia tentu punya banyak cara untuk menegur kita agar kita tidak jauh-jauh dariNya. Duuuhhh!! Allah SWT romantis banget yaaa…

Saya semakin teringat sabda Rasulullah tentang sifat Allah SWT, “Sesungguhnya Allah SWT adalah yang Maha Pencemburunya.” Karena itulah, saya juga ingin mengingatkan kembali  bahwa sesungguhnya setiap “teguran” yang datang kepada kita bukanlah pertanda bahwa

Allah SWT ingin menyengsarakan kita.

Tapi mungkin karena kita sudah mulai menjauh dari-Nya atau mungkin dengan cara begitu Allah Subhanahu Wa Ta’ala menguji kita untuk menjadi khalifah yang lebih dewasa dari sebelumnya, dan sebagainya, dan tentunya carilah sejuta alasan agar kita tetap berbaik sangka kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Sesungguhnya Alloh, sangat luar biasa caranya menentukan siapa yang sudah saatnya

mencapai baligh atau tidak. Oleh karenanya, jangan merasa lagi menjadi anak kecil kalau kita sudah mencapai baligh.

 Baca juga : Sijahil yang beranjak dewasa

(4)

Ya, dewasa adalah pilihan. Bukan tidak mungkin seseorang yang dipandang secara fis ik telah dewasa tapi psikologisnya belum dewasa. Dia belum bisa berpikir jauh kedepan, gampang terpengaruh dengan orang lain, tidak mandiri, masih suka bertengkar karena keegoisannya, dll.

Bisa saja kita memilih untuk tidak dewasa. Walaupun secara bilogis kita sudah disebut dewasa, tapi kalau cara berpikir kita tidak dewasa, itu sama artinya kita memilih untuk tidak menjadi dewasa.

Ketika Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memilih kita, bahwa menurut-Nya kita pantas menjadi dewasa, maka berusahalah menjadi dewasa. Amati alur kehidupan ini, dan

 berpikirlah. Jangan sampai merugi karena kita termasuk golongan orang-orang yang tidak  berpikir.

Dikuti via Google

Kesimpulan dari ulasan di atas yaitu Dewasa adalah pilihan, maka mana yang akan kita  pilih? Berusaha menjadi dewasa seiring putaran masa atau bertahan dalam kekanakan dengan

wajah kita yang kian menua?

Semoga kita lebih memahami arti kedewasaan yang sesungguhnya Amin..

Semoga bermanfaat. Referensi :

http://tulistulus.wordpress.com/2009/02/06/seperti-apa-arti-kedewasaan-yang-sebenarnya/ http://safruddin.wordpress.com/2007/06/16/saat-harus-menjadi-dewasa/

(5)

Umur Bukan Penentu Kedewasaan, Melainkan dari Proses Belajar

29 Juli 2017 23:01 Diperbarui: 29 Juli 2017 23:47 1651 2 0

Sebagian orang beranggapan bahwa dewasa adalah saat usia kita menginjak angka tertentu. Angka 17 tahun adalah angka yang paling sering dikaitkan dengan usia dewasa. Karena saat itulah seseorang diwajibkan untuk memiliki kartu identitas kependudukan. Inilah yang juga membuat remaja-remaja seolah mewajibkan perayaan 17 tahun atau lebih dikenal dengan sebutan Sweet Seventeen.

Ketika berusia 17 tahun, seorang yang tadinya berada pada fase remaja kini berpindah ke tahap dewasa. Jika usia 17 tahun saja dianggap dewasa, maka t entu usia yang lebih matang atau lebih tua dari itu dianggap lebih dewasa. Tapi benarkah kedewasaan itu diukur dari usia? Kenyataan yang dilihat adalah banyak orang yang berusia matang tapi justru bertingkah

kekanak-kanakan. Atau sebaliknya seroang remaja belasan tahun justru bisa bersikap bijak layaknya orang yang berusia tua

Jadi, bukanlah usia yang menjadi penentu kedewasaan seseorang, melainkan bagaimana cara ia berpikir dan bersikap. Saya pun juga belum yakin apakah saya benar-benar telah dewasa atau masih belum dewasa. Meski telah berusia seperempat abad, tapi saya masih sering tidak sadar dengan umur sendiri. Saya menyukai hal-hal yang juga disukai anak-anak.

Membicarakan hal-hal sepele yang sering menjadi topik perbincangan anak usia remaja. Saat menulis ini, tiba-tiba saya teringat dengan sebuah kutipan dari novel karangan Ari Noer yang berjudul Dilatasi Memori.

 Jiwa kekanakan itu takkan pernah hilang berapapun usia pemiliknya. Ia menetap seumur hidup, tersimpan di salah satu lapisan jiwa dan akan muncul sewaktu-waktu. Jiwa kekanakan  yang teramat manis. Jiwa kekanakan yang membuat seseorang menjad sentimental.

Meski begitu, jiwa kekanakan tak lantas harus terus dipelihara. Jika memang ia tengah datang maka biarkan hingga ia pergi dengan sendirinya. Karena terlalu menahan diri dengan hal itu  juga akan menghambat proses menuju kedewasaan. Kita hanya akan stuck di situ tanpa  berniat memikirkan hal lainnya. Padahal untuk menuju kedewasaan diperlukan kesabaran

dan keikhlasan dalam menghadapi segala masalah.

Tidak ada standar pasti untuk menunjukkan kedewasaan seseorang. Semua masih relatif tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Kedewasaan sering pula diidentikkan dengan sikap bijak. Ketika seseorang mampu melihat masalah secara bijak, tenang, dan mampu memberikan solusi pemecahan masalah, itu juga kadang disebut sebagai dewasa. Intinya, kedewasaan adalah proses bukan hasil. Karena sampai kapan pun manusia akan terus  bersikap tidak dewasa. Manusia lanjut usia saja akan kembali bertingkah seperti anak-anak  padahal umurnya sudah jauh dari kata muda. Jika tua adalah dewasa maka semua orang yang  berusia tua pastilah bersikap dewasa. Tapi yang terlihat tidaklah demikian.

"Tua adalah pasti tapi dewasa adalah pilihan". Artinya kedewasaan adalah sebuah pilihan hidup. Tidak semua orang memilih untuk menjadi dewasa. Ada orang-orang yang hidup tanpa mempedulikan kehidupan sekitarnya. Ada pula orang yang hidupnya penuh masalah

(6)

sementara yang lain hidupnya tenang dan damai. Namun, apapaun jenis kehidupan yang dilalui, kedewasaan tetaplah sebuah pilihan yang didasarkan atas prinsip yang dipegang. Sopan santun, menghargai orang lain, kepedulian sosial, dan sederet sikap baik lainnya

adalah sikap-sikap yang sering diasosiasikan sebagai kedewasaan. Intinya, kedewasaan tidak dilihat dari tahun berapa ia lahir, melainkan dari sikap dan cara berpikirnya. Yang paling mudah dilihat adalah bagaimana cara kita memperlakukan orang lain serta bagaimana cara ia  berbicara. Tapi seorang yang dewasa bukan asal bicara melainkan bagaimana cara ia

menyampaikannya dan apa isi topik pembicaraannya.

Psikologi (Perkembangan Dewasa Awal)

Posted by psychologymania Juli 12, 20115 Komentar

BAB I. PERKEMBANGAN SEPUTAR DEWASA AWAL 1. Pendahuluan

Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja. Masa remaja yang ditandai dengan  pencarian identitas diri, pada masa dewasa awal, identitas diri ini didapat sedikit-demi sedikit

sesuai dengan umur kronologis dan mental ege-nya.

Berbagai masalah juga muncul dengan bertambahnya umur pada masa dewasa awal. Dewasa awal adalah masa peralihan dari ketergantungan kemasa mandiri, baik dari segi ekonomi, kebebasan menentukan diri sendiri, dan pandangan tentang masa depan sudah lebih realistis. Erickson (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001) mengatakan bahwa seseorang yang digolongkan dalam usia dewasa awal berada dalam tahap hubungan hangat, dekat dan komunikatif dengan atau tidak melibatkan kontak seksual. Bila ga gal dalam bentuk keintiman maka ia akan mengalami apa yang disebut isolasi (merasa tersisihkan dari orang lain, kesepian, menyalahkan diri karena berbeda dengan orang lain).

Hurlock (1990) mengatakan bahwa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun samapi kira-kira umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai  berkurangnya kemampuan reproduktif.

Secara umum, mereka yang tergolong dewasa muda (young ) ialah mereka yang berusia 20-40 tahun. Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock (1999), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik (physically trantition) transisi secara intelektual (cognitive trantition), serta transisi peran sosial (social role trantition).

Perkembangan sosial masa dewasa awal adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah masa beralihnya padangan egosentris menjadi sikap yang empati. Pada masa ini, penentuan relasi sangat memegang peranan penting. Menurut Havighurst (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001) tugas perkembangan dewasa awal adalah menikah atau membangun suatu keluarga, mengelola rumah tangga, mendidik atau mengasuh anak, memikul tangung jawab sebagai warga negara, membuat hubungan dengan suatu kelompok sosial tertentu, dan melakukan suatu pekerjaan. Dewasa awal merupakan

(7)

masa permulaan dimana seseorang mulai menjalin hubungan secara intim dengan lawan  jenisnya. Hurlock (1993) dalam hal ini telah mengemukakan beberapa karakteristik dewasa awal dan pada salah satu intinya dikatakan bahwa dewasa awal merupakan suatu masa  penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan yang diperolehnya.

Dari segi fisik, masa dewasa awal adalah masa dari puncak perkembangan fisik. Perkembangan fisik sesudah masa ini akan mengalami degradasi sedikit-demi sedikit, mengikuti umur seseorang menjadi lebih tua. Segi emosional, pada masa dewasa awal adalah masa dimana motivasi untuk meraih sesuatu sangat besar yang didukung oleh kekuatan fisik yang prima. Sehingga, ada steriotipe yang mengatakan bahwa masa remaja dan masa dewasa awal adalah masa dimana lebih mengutamakan kekuatan fisik daripada kekuatan rasio dalam menyelesaikan suatu masalah.

2. Ciri Perkembangan Dewasa Awal

Dewasa awal adalah masa kematangan fisik dan psikologis. Menurut Anderson (dalam Mappiare : 17) terdapat 7 ciri kematangan psikologi, ringkasnya sebagai berikut:

a. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego; minat orang matang berorientasi pada tugas-tugas yang dikerjakannya,dan tidak condong pada perasaan-perasaan diri sendri atau untuk kepentingan pribadi.

 b. Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efesien ; seseorang yang matang melihat tujuan-tujuan yang ingin dicapainya secara jelas dan tujuan-tujuan itu dapat didefenisikannya secara cermat dan tahu mana pantas dan tidak serta bekerja secara terbimbing menuju arahnya.

c.  Mengendalikan perasaan pribadi; seseorang yang matang dapat menyetir perasaan- perasaan sendiri dan tidak dikuasai oleh perasaan-perasaannya dalam mengerjakan sesuatu atau berhadapan dengan orang lain. Dia tidak mementingkan dirinya sendiri, tetapi mempertimbangkan pula perasaan-perasaan orang lain.

d.  Keobjektifan; orang matang memiliki sikap objektif yaitu berusaha mencapai keputusan dalam keadaan yang bersesuaian dengan kenyataan.

e. Menerima kritik dan saran; orang matang memiliki kemauan yang realistis, paham bahwa dirinya tidak selalu benar, sehingga terbuka terhadap kritik-kritik dan saran-saran orang lain demi peningkatan dirinya.

f.  Pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha pribadi ; orang yang matang mau memberi kesempatan pada orang lain membantu usahan-usahanya untuk mencapai tujuan. Secara realistis diakuinya bahwa beberapa hal tentang usahanya tidak selalu dapat dinilainya secara sungguh-sunguh, sehingga untuk itu dia bantuan orang lain, tetapi tetap dia brtanggungjawab secara pribadi terhadap usaha-usahanya.

g.  Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru; orang matang memiliki cirri fleksibel dan dapat menempatkan diri dengan kenyataan-kenyataan yang dihadapinya dengan situasi-situasi baru.

(8)

Dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan yang baru, dan harapan-harapan sosial yang baru[1].  Masa dewasa awal adalah kelanjutan dari masa remaja. Sebagai kelanjutan masa remaja, sehingga ciri-ciri masa remaja tidak jauh berbeda dengan perkembangan remaja. Ciri-ciri perkembangan dewasa awal adalah:

a.

Usia reproduktif (Reproductive Age)

Masa dewasa adalah masa usia reproduktif. Masa ini ditandai dengan membentuk rumah tangga.Tetapi masa ini bisa ditunda dengan beberapa alasan. Ada beberapa orang dewasa  belum membentuk keluarga sampai mereka menyelesaikan dan memulai karir mereka dalam

suatu lapangan tertentu.

b.

Usia memantapkan letak kedudukan (Setting down age)

Dengan pemantapan kedudukan ( settle down), seseorang berkembangan pola hidupnya secara individual, yang mana dapat menjadi ciri khas seseorang sampai akhir hayat. Situasi yang lain membutuhkan perubahan-perubahan dalam pola hidup tersebut, dalam masa setengah  baya atau masa tua, yang dapat menimbulkan kesukaran dan gangguan-gangguan emosi bagi

orang-orang yang bersangkutan.

Ini adalah masa dimana seseorang mengatur hidup dan bertanggungjawab dengan kehidupannya. Pria mulai membentuk bidang pekerjaan yang akan ditangani sebagai karirnya, sedangkan wanita muda diharapkan mulai menerima tanggungjawab sebagai ibu dan pengurus rumah tangga.

c.

Usia Banyak Masalah (Problem age)

Masa ini adalah masa yang penuh dengan masalah. Jika seseorang tidak siap memasuki tahap ini, dia akan kesulitan dalam menyelesaikan tahap perkembangannya. Persoalan yang dihadapi seperti persoalan pekerjaan/jabatan, persoalan teman hidup maupun persoalan keuangan, semuanya memerlukan penyesuaian di dalamnya.

d.

Usia tegang dalam hal emosi (emostional tension)

Banyak orang dewasa muda mengalami kegagalan emosi yang berhubungan dengan  persoalan-persoalan yang dialaminya seperti persoalan jabatan, perkawinan, keuangan dan

sebagainya. Ketegangan emosional seringkali dinampakkan dalam ketakutan-ketakutan atau kekhawatiran-kekhawatiran. Ketakutan atau kekhawatiran yang timbul ini pada umumnya  bergantung pada ketercapainya penyesuaian terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi pada

suatu saat tertentu, atau sejauh mana sukses atau kegagalan yang dialami dalam pergumulan  persoalan.

e.

 Masa keterasingan sosial

Dengan berakhirnya pendidikan formal dan terjunnya seseorang ke dalam pola kehidupan orang dewasa, yaitu karir, perkawinan dan rumah tangga, hubungan dengan teman-teman kelompok sebaya semakin menjadi renggang, dan berbarengan dengan itu keterlibatan dalam kegiatan kelompok diluar rumah akan terus berkurang. Sebai akibatnya, untuk pertama kali sejak bayi semua orang muda, bahkan yang populerpun, akan mengalami keterpencilan sosial atau apa yang disebut krisis ketersingan (Erikson:34).

(9)

f.

 Masa komitmen

Mengenai komitmen, Bardwick (dalam Hurlock:250) mengatakan: “Nampak tidak mungkin orang mengadakan komitmen untuk selama-lamanya. Hal ini akan menjadi suatu tanggungajwab yang trrlalu berat untuk dipikul. Namun banyak komitmen yang mempunyai  sifat demikian: Jika anda menjadi orangtua menjadi orang tua untuk selamanya; jika anda menjadi dokter gigi, dapat dipastikan bahwa pekerjaan anda akan terkait dengan mulut orang untuk selamanya; jika anda mencapai gelar doctor, karena ada prestasi baik disekolah  sewaktu anda masih muda, besar kemungkinan anda sampai akhir hidup anda akan

berkarier sebagai guru besar”. g.

 Masa Ketergantungan

Masa dewasa awal ini adalah masa dimana ketergantungan pada masa dewasa biasanya  berlanjut. Ketergantungan ini mungkin pada orangtua, lembaga pendidikan yang memberikan  beasiswa sebagian atau sepenuh atau pada pemerintah karena mereka memperoleh pinjaman

untuk membiayai pendidikan mereka. h.

 Masa perubahan nilai 

Beberapa alasan terjadinya perubahan nilai pada orang dewasa adalah karena ingin diterima  pada kelompok orang dewasa, kelompok-kelompok sosial dan ekonomi orang dewasa.

i.

 Masa Kreatif 

Bentuk kreativitas yang akan terlihat sesudah orang dewasa akan tergantung pada minat dan kemampuan individual, kesempatan untuk mewujudkan keinginan dan kegiatan-kegiatan yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya. Ada yang menyalurkan kreativitasnya ini melalui hobi, ada yang menyalurkannya melalui pekerjaan yang memungkinkan ekspresi kreativitas.

BAB II. HASIL

 – 

 HASIL PENELITIAN PSIKOLOGI DEWASA AWAL

Hasil penelitian dewasa awal lebih banyak mengarah pada hubungan sosial, dan  perkembangan intelektual, pekerjaan dan perkawinan di usia dewasa awal, dan  pengoptimalan perkembangan dewasa awal serta perilaku penghayatan keagamaan. Beberapa

hasil penelitian, diantaranya:

1. Persepsi seks maya pada dewasa awal

Hasil penelitian oleh Ida Ayu Putu Sri Andin i[2],  menunjukkan bahwa baik pria maupun wanita memiliki sikap yang negatif terhadap seks maya. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor kebudayaan Indonesia yang masih memegang teguh adat dan istiadat budaya timur, dimana manusia harus memperhatikan aturan dan nilai budaya di dalam bersikap dan berperilaku. Menurut Azwar (dalam Riyanti dan Prabowo, 1998) kebudayaan yang berkembang dimana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan pengaruh yang kuat dalam sikap seseorang terhadap berbagai macam hal.

(10)

Dari hasil penelitian[3] didapatkan hubungan yang positif dan sangat signifikan antara sikap terhadap penundaan usia perkawinan dengan intensi penundaan usia. Hal ini berarti mereka memiliki keyakinan yang tinggi bahwa penundaan usia perkawinan akan memberikan keuntungan bagi mereka, baik keuntungan dari segi biologis, psikologis, sosial dan ekonomi. Penundaan perkawinan akan memberikan waktu lebih banyak bagi mereka untuk membentuk identitas pribadi sebagai individu yang matang secara biologis, psikologis, sosial dan ekonomi.

3. Kesiapan Menikah pada Wanita Dewasa Awal yang Bekerja[4]

Adanya ketakutan menghadapi krisis pernikahan dan berujung perceraian merupakan hal/kondisi yang membuat wanita bekerja ragu tentang kesiapan menikah mereka. Ditambah lagi maraknya perceraian yang dipublikasikan di media massa saat ini sehingga dianggap menjadi menjadi fenomena biasa. Salah satu penyebab wanita yang bekerja memutuskan untuk menunda pernikahan adalah keraguan dapat berbagi secara mental dan emosional dengan pasangannya. Ketidaksiapan menikah yang dimiliki wanita bekerja termanifestasi dengan adanya ketakutan menghadapi krisis perkawinan serta ragu tentang kemampuan mereka berbagi secar mosional dengan pasangannya kelak. Selain kesiapan psikis juga ketidak siapan fisik. Individu yang merasa memiliki kondisi kesehatan yang tidak prima (sakit, misal DM) cenderung ragu melangkah menuju jenjang pernikahan.

Untuk mengetahui apakah seseorang siap menikah atau tidak, ada beberapa criteria yang  perlu diperhatikan:

o Memiliki kemampuan mengendalikan perasaan diri sendiri.

o Memiliki kemampuan untuk berhubungan baik dengan orang banyak.

o Bersedia dan mampu menjadi pasangan menjadi pasangan dalam hubungan seksual. o Bersedia untuk membina hubungan seksual yang intim.

o Memiliki kelembutan dan kasih saying kepada orang lain. o Sensitif terhadap kebutuhan dan perkembangan orang lain.

o Dapat berkomunikasi secara bebas mengenai pemikiran, perasaan dan harapan. o Bersedia berbagi rencana dengan orang lain.

o Bersedia menerima keterbatasan orang lain.

o Memiliki kapasitas yang baik dalam menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan ekonomi.

o Bersedia menjadi suami isteri yang bertanggung jawab.

Individu yang memiliki kematangan emosi akan memiliki kesiapan menikah yang lebih baik, artinya mereka mampu mengatasi perubahan-perubahan dan beradaptasi setelah memasuki  pernikahan.

(11)

4. Kemandirian Dewasa Awal

Penelitian dengan judul “Kemandirian Mahasiswi UIN Suska Ditinjau dari Kesadaran Gender” [5] ini, membuktikan bahwa bahwa perbedaan perlakuan yang diterima anak laki-laki dan perempuan sejak lahir akan mempengaruhi tingkat kemandirian. Semakin tinggi kesadaran gender maka semakin tinggi kemandirian pada Mahasiswa UIN Suska Riau. Dengan makin tingginya kesadaran gender yang dimiliki mahasiswi UIN Suska Riau lebih mandiri dibandingkan dengan mahasiswi yang tidak memiliki kesadaran gender atau memiliki kesadaran gender yang rendah. Mahasiswi yang memiliki kemandirian tinggi akan lebih mudah menghadapi kehidupan, tantangan yang dihadapinya, serta menjalin hubungan yang mantap dalam kehidupan sosialnya.

5. Perilaku Perkembangan penghayatan Identitas dan Nilai-Nilai Agama dalam Kehidupan Sehari-Hari

a. Perkembangan Identitas Diri dalam Area Agama

Penelitian dengan judul “Perkembangan Identitas Diri Dalam Area Agama pada Remaja Akhir”[6] ini adalah studi deskriptif pada mahasiswa di Fakultas Psikologi UIN Suska Riau, dengan usia sample 18  –  22 tahun Menurut Hurlock, usia ini sudah memasuki usia Dewasa Awal.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa remaja akhir yang berstatus sebagai mahasiswa Fakultas Psikologi berada pada status identitas diri yang ideal.

b. Perilaku Penghayatan Nilai-Nilai Agama

Penelitian dengan judul “Hubungan Antara Sikap Terhadap Aspek Kehalalan dengan perilaku Membeli produk Makanan dan Minuman Halal pada Mahasiswa Fakultas Syari’ah IAIN SUSQA Pekanbaru”[7], membuktikan bahwa semakin positif sikap terhadap aspek kehalalan, maka semakin meningkat perilaku membeli produk makanan dan minuman halal. Subjek memiliki pengetahuan tantang masalah kehalalan, sehingga subjek memiliki persepsi dan keyakinan bahwa kehalalan adalah hal yang mendasar dalam kaitannya dengan produk makanan dan minuman yang dikonsumsinya. Subjek meyakini bahwa bahan yang terkandung dan proses yang dilalui dalam pembuatan produk tersebut memiliki titik kritis untuk kehalalan pangan. Subjek juga membentuk afek yang mendukung keyakinan tersebut, serta reaksi fisiologis yang sesuai dengan kepercayan dan keyakinan yang dimilikinya. Selanjutnya  juga muncul keinginan dan kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang selaras dengan

kepercayaan dan perasaan tersebut.

BAB III. OPTIMALISASI PERKEMBANGAN DEWASA AWAL

Dewasa awal adalah masa dimana seluruh potensi sebagai manusia berada pada puncak  perkembangan baik fisik maupun psikis. Masa yang memiliki rentang waktu antara 20  – 40 tahun adalah masa-masa pengoptimalan potensi yang ada pada diri individu. Jika masa ini  bermasalah, akan mempengaruhi bahkan kemungkinan individu mengalami masalah yang  paling serius pada masa selanjutnya.

Menurut Vailant (1998)[8],  membagi masa dewasa awal menjadi tiga masa, yaitu masa  pembentukan (20 –  30 tahun) dengan tugas perkembangan mulai memisahkan diri dari orang

(12)

tua, membentuk keluarga baru dengan pernikahan dan mengembangkan persahabatan. Masa konsolidasi (30 –  40 tahun), yaitu masa konsolidasi karir dan memperkuat ikatan perkawinan. Masa  transisisi  (sekitar usia 40 tahun), merupakan masa meninggalkan kesibukan pekerjan dan melakukan evaluasi terhadap hal yang telah diperoleh.

Tugas-Tugas Perkembangan Dewasa Awal

Optimalisasi perkembangan dewasa awal mengacu pada tugas-tugas perkembangan dewasa awal menurut R.J. Havighurst (1953)[9],  telah mengemukakan rumusan tugas-tugas  perkembangan dalam masa dewasa awal sebagai berikut:

a. Memilih teman bergaul (sebagai calon suami atau istri)

Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki kematangan fisiologis (seksual) sehingga mereka siap melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya. Dia mencari pasangan untuk bisa menyalurkan kebutuhan biologis.

Mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai  prasyarat pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda.

b. Belajar hidup bersama dengan suami istri 

Dari pernikahannya, dia akan saling menerima dan memahami pasangan masing-masing, saling menerima kekurangan dan saling bantu membantu membangun rumah tangga. Terkadang terdapat batu saandungan yang tidak bisa dilewati, sehingga berakibat pada  perceraian. Ini lebih banyak diakibatkan oleh ketidak siapan atau ketidak dewasaan dalam

menanggapi masalah yang dihadapi bersama.

c. Mulai hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga

Masa dewasa yang memiliki rentang waktu sekitar 20 tahun (20  –   40) dianggap sebagai rentang yang cukup panjang. Terlepas dari panjang atau pendek rentang waktu tersebut, golongan dewasa muda yang berusia di atas 25 tahun, umumnya telah menyelesaikan  pendidikannya minimal setingkat SLTA (SMU-Sekolah Menengah Umum), akademi atau universitas. Selain itu, sebagian besar dari mereka yang telah menyelesaikan pendidikan, umumnya telah memasuki dunia pekerjaan guna meraih karier tertinggi. Dari sini, mereka mempersiapkan dan membukukan diri bahwa mereka sudah mandiri secara ekonomis, artinya sudah tidak bergantung lagi pada orang tua. Sikap yang mandiri ini merupakan langkah  positif bagi mereka karena sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan

rumah tangga yang baru. Belajar mengasuh anak-anak.

d. Mengelolah rumah tangga

Setelah menjadi pernikahan, dia akan berusaha mengelolah rumah tangganya. Dia akan  berusaha membentuk, membina, dan mengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup. Mereka harus dapat menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan pasangan hidup masing-masing. Mereka juga harus dapat

(13)

melahirkan, membesarkan, mendidik, dan membina anak-anak dalam keluarga. Selain itu, tetap menjalin hubungan baik dengan kedua orang tua ataupun saudara-saudaranya yang lain.

e. Mulai bekerja dalam suatu jabatan

Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau universitas, umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan keahliannya. Mereka ber-upaya menekuni karier sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki, serta memberi jaminan masa depan keuangan yang baik. Bila mereka merasa cocok dengan kriteria tersebut, mereka akan merasa puas dengan pekerjaan dan tempat kerja. Sebalik-nya, bila tidak atau belurn cocok antara minat/ bakat dengan jenis pekerjaan, mereka akan berhenti dan mencari jenis  pekerjaan yang sesuai dengan selera. Tetapi kadang-kadang ditemukan, meskipun tidak cocok dengan latar belakang ilrnu, pekerjaan tersebut memberi hasil keuangan yang layak {baik), mereka akan bertahan dengan pekerjaan itu. Sebab dengan penghasilan yang layak (memadai), mereka akan dapat membangun kehidupan ekonomi rumah tangga yang mantap dan mapan. Masa dewasa muda adalah masa untuk mencapai puncak prestasi. Dengan semangat yang menyala-nyala dan penuh idealisme, mereka bekerja keras dan bersaing dengan teman sebaya (atau kelompok yang lebih tua) untuk menunjukkan prestasi kerja. Dengan mencapai prestasi kerja yang terbaik, mereka akan mampu memberi kehidupan yang makmur-sejahtera bagi keluarganya.

 f. Mulai bertangungjawab sebagai warga Negara secara layak 

Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin hidup tenang, damai, dan bahagia di tengah-tengah masyarakat. Warga negara yang baik adalah warga negara yang taat dan patuh pada tata aturan perundang-undangan yang ber-laku. Hal ini diwujudkan dengan cara-cara, seperti (1) mengurus dan memiliki surat-surat kewarganegaraan (KTP, akta kelahiran, surat paspor/visa bagi yang akan pergi ke luar negeri), (2) mem-bayar pajak (pajak televisi, telepon, listrik, air. pajak kendaraan bermotor, pajak penghasilan), (3) menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat dengan mengendalikan diri agar tidak tercela di mata masyarakat, dan (4) mampu menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial di masyarakat (ikut terlibat dalam kegiatan gotong royong, kerja bakti membersihkan selokan, memperbaiki  jalan, dan sebagainya). Tugas-tugas perkembangan tersebut merupakan tuntutan yang harus dipenuhi seseorang, sesuai dengan norma sosial-budaya yang berlaku di masyarakat. Bagi orang tertentu, yang menjalani ajaran agama (rnisalnya hidup sendiri/selibat), mungkin tidak mengikuti tugas perkembangan bagian ini, yaitu mencari pasangan hidup dan membina kehidupan rumah tangga. Baik disadari atau tidak, setiap orang dewasa muda akan melakukan tugas perkembangan tersebut dengan baik.

 g. Memperoleh kelompok sosial yang seir ama dengan nilai-nilai pahamnya

Masa dewasa awal ditandai juga dengan membntuk kelompok-kelompok yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya. Salah satu contohnya adalah membentuk ikatan sesuai dengan  profesi dan keahlian.

Masalah Perkembangan pada Dewasa Awal

Dengan bertambahnya usia, semakin bertambahpula masalah-masalah yang menghampiri. Dewasa awal adalah masa transisi, dari remaja yang huru-hara, kemasa yang menuntut

(14)

tanggung jawab. Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak orang dewasa awal mengalami masalah-masalah dalam perkembangannya. Masalah-masalah itu antara lain:

a. Penentuan identitas diri ideal vs kekaburan identitas

Dewasa awal merupakan kelanjutan dari masa remaja. Penemuan identitas diri adalah hal yang harus pada masa ini. Jika masa ini bermasalah, kemungkinan individu akan mengalami kekaburan identitas.

 b. Kemandirian vs tidak mandiri

c. Sukses meniti jenjang pendidikan dan karir vs gagal menempuh jenjang pendidikan dan karir.

d. Menikah vs tidak menikah (lambat menikah) e. Hubungan sosial yang sehat vs menarik diri

Dalam menjalani masa dewasa awal, ada beberapa masalah yang menjadi penghambat  perkembangan. Khusus dalam masa dewasa awal, diantara penghambat yang sangat penting

sehingga menyukarkan penguasaan tugas-tugas perkembangan, diantranya[10]:

ü Latihan yang tidak berkesinambungan ( discontinuities); sebagai salah satu penghambat  penguasaan tugas-tugas perkembangan dewasa awal, berhubungan erat dengan pengalaman- pengalaman belajar dan latihan masa lalu.

ü Perlindungan yang berlebihan (over protectiveness); Bersangkutan dengan pola asuh orangtua yng pernah dialami dalam masa kanak-kanak.

ü Perpanjangan pengaruh-pengaruh peer-group ( prolongation of peer-group influences); Satu diantara penghambat bagi orang dewasa awal dalam menguasai tugas-tugas perkembangan. Disini akan terlihat pengaruh kelompok-kelompok khusus bagi perkembangan dewasa awal. ü Inspirasi-inspirasi yang tidak realistis (unrealistic aspiration); Kesukaran-kesukaran dewasa awal, dapat ditimbulkan oleh konsep-konsep yang tidak realistis dalam benak pada dewasa awal (yang baru meninggalkan masa remaja) tentang apa yang diharapkan dengan apa yang dapat dicapai.

BAB III. PENUTUP

Masa dewasa adalah masa yang sangat panjang (20  –  40 tahun), dimana sumber potensi dan kemampuan bertumpu pada usia ini. Masa ini adalah peralihan dari masa remaja yang masih dalam ketergantungan menuju masa dewasa, yang menuntut kemandirian dan diujung fase ini adalah fase dewasa akhir, dimana kemampuan sedikit demi sedikit akan berkurang. Sehingga masa dewasa awal adalah masa yang paling penting dalam hidup seseorang dalam masa  penitian karir/pekerjaan/sumber penghasilan yang tetap.

Masa ini juga adalah masa dimana kematangan emosi memegang peranan penting. Seseorang yang ada pada masa ini, harus bisa menempatkan dirinya pada situasi yang berbeda; problem

(15)

rumah tangga, masalah pekerjaan, pengasuhan anak, hidup berkeluarga, menjadi warga masyarakat, pemimpin, suami/istri membutuhkan kestabilan emosi yang baik.

Referensi

Dokumen terkait

Pihak yang berwenang mengawasi stasiun penyiaran, yaitu Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan lembaga pemerintah lainnya memberikan pengaruh kepada stasiun penyiaran

Balogh professzor érdeme, hogy vállalta a klinika fel- újításával járó nehézségeket. Az átépítési munkálatok 1984-ben kezdődtek és 1989-ben, Frang professzor ve-

Bab II yang terdiri dari tinjauan teoritis yang didalamnya terdapat mengenai pengertian religius, dimensi-dimensi religius menurut para ahli, pengertian dari

Kematian yang disebabkan jamur ini sudah melebihi angka 50% dari populasi tanaman sawit di Indonesia, karena sifat patogennya. Ketika menyerang pohon dengan tumbuh di batang dan

Dengan kata lain, rasio likuiditas adalah rasio yang dapat digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh tingkat kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka

Namun perlu di perhatikanbagipengidap penyakit asam urat atau gout da lam mengkonsumsi kerang sebaiknya sangat dibatasi atau lebih baik lagi dihindari, karena kerang

Sarung tangan yang kuat, tahan bahan kimia yang sesuai dengan standar yang disahkan, harus dipakai setiap saat bila menangani produk kimia, jika penilaian risiko menunjukkan,

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah tingkat pengungkapan wajib laporan keuangan KPRI di Kabupaten Kudus